ID None
ID None
Etty Murwaningsari
Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti
ABSTRAK
ABSTRACT
This research aims to identify the influence of Good Corporate Governance, represented by
institutional ownership and managerial ownership, on Corporate Social Responsibility and
Corporate Financial Performance, and also to observe the possible influence of Corporate
Social Responsibility on Corporate Financial Performance. This research examines 126
manufacturing companies which are listed in Indonesian Stock Exchange (ISX) and have
issued an audited financial statement for 2006. The statistical method used to test the
hypothesis is Path Analysis. The result suggests that Good Corporate Governance influences
both the disclosure of Corporate Social Responsibility and Corporate Financial Performance
and that Corporate Social Responsibility significantly influences Corporate Financial
Performance. The result also suggests that CEO Tenure, the controlling variable, holds a
significant influence on the disclosure of Corporate Social Responsibility. Yet, there is no
strong evidence to support the type of industries as an influencing factor of Corporate Social
Responsibility. Furthermore, we found that the latter condition would also apply when we
analyze the influence of Corporate Secretary and Nomination and Remuneration Committee
on Corporate Financial Performance.
30
Murwaningsari: Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilities dan 31
Pengaturan dan pengimplementasian Good agency teory menjadi stakeholder theory perspec-
Corporate Governance memerlukan komitmen dari tive. Akibat yang muncul dari pergeseran paradig-
seluruh jajaran organisasi dan dimulai dengan ma ini, Good Coorporate Governance harus
penetapan kebijakan dasar serta tata tertib yang mempertimbangkan dan memperhatikan masalah
harus dianut oleh top manajemen dan penerapan corporate social responsibility dalam suatu
kode etik yang harus dipatuhi oleh semua pihak konteks historis dan filosofi yang luas.
yang ada didalamnya. Terdapat lima prinsip Pengungkapan (disclosure) terhadap aspek
utama yang terkandung dalam Good Corporate social, ethical, environmental dan sustainability
sekarang ini menjadi suatu cara bagi perusahaan
Governance (Achmad Daniri 2006) yaitu; kerter-
untuk mengkomunikasikan bentuk akuntabilitas-
bukaan (transparancy), akuntabilitas (accountabi-
nya kepada para stakeholder. Sustainability
lity), pertanggung jawaban (responsibility), kewa- reporting sebagaimana yang direkomendasikan
jaran (fairness), dan independensi (independency). oleh Global Reporting Initiative terfokus pada tiga
Selanjutnya gagasan utama Good Coorporate aspek kinerja yaitu ekonomi, lingkungan dan
Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan sosial. Ketiga aspek ini dikenal dengan Triple
yang baik adalah mewujudkan tanggung jawab Bottom Line. Bentuk pelaporan ini diharapkan
sosial (CSR). Hal ini sejalan dengan kesimpulan mempunyai hubungan yang positif antara
yang terangkum dalam Konferensi CSR yang corporate social responsibility dan corporate
diselenggarakan oleh Indonesia Business Links financial performance (CFP).
(IBL) pada 7-8 September 2006 di Jakarta yaitu Berdasarkan uraian di atas permasalahan
“Responsible business is good business”. Menteri penelitian ini adalah: 1) Apakah terdapat
Koordinator Perekonomian, Dr Boediono pengaruh antara struktur Coorporate Governance
(Republika, 2006) saat membuka konferensi ini yang diproksikan sebagai kepemilikan institu-
mengatakan, “CSR merupakan elemen prinsip sional, kepemilikan manajerial terhadap corporate
dalam tata laksana kemasyarakatan yang baik. social responsibility? 2) Apakah terdapat pengaruh
Bukan hanya bertujuan memberi nilai tambah antara struktur Coorporate Governance yang
bagi para pemegang saham. Pada intinya, pelaku diproksikan sebagai kepemilikan institusional,
CSR sebaiknya tidak memisahkan aktifitas CSR kepemilikan manajerial terhadap corporate
financial performance? 3) Apakah terdapat
dengan Good Corporate Governance. Karena
pengaruh antara corporate social responsibility
keduanya merupakan satu continuum (kesatuan),
terhadap corporate financial performance?
dan bukan merupakan penyatuan dari beberapa
bagian yang terpisahkan”.
PENGERTIAN GOOD CORPORATE
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan
GOVERNANCE
bahwa tanggung jawab sosial (CSR) mempunyai
keterkaitan erat dengan Good Coorporate
Pada dasarnya Good Corporate Governance itu
Governance. Seperti dua sisi mata uang, keduanya
sendiri terkait dengan stewardship theory dan
memiliki kedudukan yang kuat dalam dunia bisnis
agency theory. Stewardship theory dibangun atas
namun berhubungan satu sama lain. Tanggung
dasar asumsi filosifi mengenai sifat manusia yakni
jawab sosial berorientasi kepada para stakeholders
pada hakekatnya manusia dapat dipercaya,
hal ini sejalan dengan salah satu prinsip dari
mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab,
empat prinsip utama Good Coorporate Governance
memiliki integritas dan kejujuran pada pihak lain.
yaitu responsibility. Karena itu, prinsip respon-
Dengan kata lain teori ini memandang
sibility di sini lebih mencerminkan stakeholders-
manajemen dapat dipercaya untuk bertindak
driven concept. Menurut Reksodiputro (2004):
sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada
“Konsep Corporate Social Responsibilities merupa-
umumnya ataupun pemegang saham pada
kan bagian pedoman melaksanakan Good
khususnya. Sementara itu, agency theory yang
Corporate Governance. Masalah etika bisnis dan
dikembangkan oleh Michael Johnson dalam
akuntabilitas bisnis makin mendapat perhatian
Achmad Daniri, 2006 memandang bahwa
masyarakat di beberapa negara maju, yang
manajemen perusahaan sebagai “agents“ bagi para
biasanya sangat liberal dalam menghadapi
pemegang saham, akan bertindak dengan penuh
perusahaan mulai terdengar suara bahwa karena
kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan
“self-regulation” terlihat gagal, maka diperlukan
sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil
peraturan baru yang akan memberikan “higher
terhadap pemegang saham sebagaimana yang di
standards for corporate pratice” dan “tougher
asumsikan oleh stewardship model.
penalties for executive misconduct”.
Melalui surat edaran No SE.03 IPM/ 2000,
Pada saat ini telah terjadi pergeseran
yang diterbitkan tanggal 5 Mei 2000 disebutkan
paradigma Good Coorporate Governance yaitu
dengan memperluas paradigma teoretis dari bahwa dalam rangka Good Corporate Governance,
32 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 11, NO. 1, MEI 2009: 30-41
perusahan tercatat wajib memiliki komisaris itu disebutkan, bahwa dalam rangka meningkat-
independen, komite audit, dan sekretaris peru- kan pelayanannya terhadap investor, emiten dan
sahaan (Corporate Secretary). Dalam penelitian ini perusahaan public diwajibkan membentuk
digunakan mekanisme internal berupa kepe- Corporate Secretary paling lambat 1 Januari 1997.
milikan institusional, kepemilikan manajerial, Dalam keputusan Ketua BAPEPAM tersebut
CEO tenure, Corporate Secretary dan Komite empat peranan dan fungsi pokok Corporate
Nominasi & Remunerasi yang akan diuraikan Secretary adalah: Pertama, mengikuti perkem-
sebagai berikut: bangan peraturan yang berlaku di Pasar Modal.
Kedua, memberikan pelayanan informasi kepada
Kepemilikan Manajerial masyarakat yang berkaitan dengan kondisi emiten
atau perusahaan publik. Ketiga, memberikan
Menurut Downes dan Goodman (1999) masukan kepada direksi dalam rangka mematuhi
kepemilikan manajerial adalah para pemegang ketentuan UUPM dan peraturan pelaksanaannya.
saham yang juga berarti dalam hal ini sebagai Terakhir, menjadi penghubung antara perusahaan
pemilik dalam perusahaan dari pihak manajemen dengan BAPEPAM dan perusahaan dengan
yang secara aktif ikut dalam pengambilan masyarakat.
keputusan pada suatu perusahaan yang Keputusan Ketua BAPEPAM tersebut
bersangkutan.Dalam teori keagenan dijelaskan kemudian ditindaklanjuti dengan keputusan
bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan direksi BEJ yang terakhir diberlakukan melalui
pemegang saham mungkin bertentangan. Hal Keputusan Direksi BEJ No. 339 tahun 2001.
tersebut disebabkan manajer mengutamakan Dalam keputusan direksi BEJ ini kewajiban
kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham membentuk Corporate Secretary semakin di-
tidak menyukai kepentingan pribadi manajer kukuhkan dengan fungsi yang semakin diperluas,
tersebut, karena pengeluaran tersebut akan yaitu termasuk didalamnya: Pertama, menyiap-
menambah biaya perusahaan yang menyebabkan kan daftar khusus yang berkaitan dengan direksi,
penurunan keuntungan perusahaan dan komisaris, dan keluarganya dalam perusahaan
penurunan deviden yang akan diterima. tersebut yang mencakup kepemilikan saham,
hubungan bisnis, dan peranan lainnya yang dapat
Kepemilikan Institusional menimbulkan benturan kepentingan. Kedua,
membuat daftar pemegang saham termasuk
Institusi merupakan sebuah lembaga yang kepemilikan 5% saham atau lebih. Ketiga,
memiliki kepentingan besar terhadap investasi menghadiri rapat direksi dan membuat berita
yang dilakukan termasuk investasi saham. acara rapat. Terakhir, bertanggungjawab dalam
Sehingga biasanya institusi menyerahkan penyelenggaraan RUPS Perusahaan.
tanggungjawab pada divisi tertentu untuk menge- Dari uraian dua keputusan otoritas pasar
lola investasi perusahaan tersebut. Karena modal tersebut dapat disimpulkan Corporate
institusi memantau secara profesional perkem- Secretary memiliki peranan kunci dalam pelak-
bangan investasinya maka tingkat pengendalian sanaan Corporate Governance (Sutawinangun,
terhadap tindakan manajemen sangat tinggi 2008).
sehingga potensi kecurangan dapat ditekan.
Menurut Pozen (1994), investor institusi dapat Komite Nominasi (Nomination/Governance
dibedakan menjadi dua yaitu investor pasif dan Committee)
investor aktif. Investor pasif tidak terlalu ingin
terlibat dalam pengambilan keputusan manajerial, Komite Nominasi adalah komite yang terdiri
sedangkan investor aktif ingin terlibat dalam dari tiga sampai lima eksternal member yang
pengambilan keputusan manajerial. Keberadaan mewakili stakeholders yang berpengaruh di-
institusi inilah yang mampu menjadi alat tambah beberapa komisaris independen komite
monitoring efektif bagi perusahaan. tanggung jawab kepada dewan komisaris dan
membantu komisaris dalam mentukan profit
Corporate Secretary kandidat untuk nominasi dewan komisaris dan
direksi walaupun tidak harus, ketua komite
Keberadaan Corporate Secretary di Indonesia sebaiknya merupakan satu dari komisaris
tidak dikenal dalam UU Persereoan Terbatas independen.
(UUPT) dmaupun UU Pasar Modal (UUPM) yang Terdapat dua fungsi utama komite nominasi
saat ini berlaku. Namun, keberadaan Corporate yakni untuk memberikan rekomendasi kepada
Secretary diatur dalam Keputusan Ketua dewan komisaris mengenai hal sebagai berikut : 1)
BAPEPAM No. 63 tahun 1996. Dalam keputusan daftar calon direktur dan komisaris untuk dipilih
Murwaningsari: Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilities dan 33
oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan direktur aman dari kekuasaan yang dimilikinya.
yang akan dipilih oleh dewan komisaris untuk Hubungan CEO Tenure dan Pengungkapan
mengisi kekosongan: 2) komisaris yang akan Tanggung Jawab Sosial, menurut penelitian yang
dipilih untuk keanggotaan berbagai komite. dilakukan oleh Barnea dan Rubin (2006), CEO
Komite ini bertanggung jawab dalam mere- Tenure memiliki hubungan positif dengan
komendasi pemilihan anggota direksi kepada pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR)
dewan komisaris atau pemegang saham.
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Komite Remunerasi/Kompensasi (CSR)
Komite remunerasi adalah komite yang terdiri Menurut Gray et al (1987) perusahaan
dari dua sampai tiga eksternal member bertanggung jawab secara sosial ketika mana-
professional dalam executive compensation system. jemennya memiliki visi atas kinerja operasional-
Komite bertanggung jawab kepada dewan nya, tidak hanya mengutamakan atas laba
komisaris dan membantu board of commissioners perusahaan tetapi juga dalam menjalankan
dalam menentukan execusive compensation aktivitasnya, memperhatikan lingkungan yang
package dan juga membantu dewan komisaris ada disekitarnya. Ruang lingkup tanggung jawab
untuk membantu menentukan remunerasi sosial (CSR) antara lain: (a) Basic Responsibility,
mereka sendiri yang diusulkan kepada share- tanggung jawab yang muncul karena keberadaan
holder. Walaupun tidak harus, ketua komite dan perusahaan. Contohnya kewajiban membayar
remunerasi sebaiknya merupakan satu dari pajak, mentaati hukum, memenuhi standar
komisaris independen . pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham (b)
Fungsi utama komite remunerasi menurut Organizational Responsibility, tanggung jawab
Corporate Governance dan Etika Korporasi yang perusahaan untuk memenuhi kepentingan stake-
dikeluarkan kantor Menteri Negara BUMN tahun holder, yaitu karyawan, konsumen, pemegang
1999, yakni : 1) mengkaji dan merekomendasikan saham dan masyarakat. (c) Societal Responsibility,
perubahan sistem remunerasi direksi, komisaris, tanggung jawab yang menjelaskan tahapan ketika
dan karyawan sehingga mencerminkan keter- interaksi antara bisnis dan masyarakat sehingga
kaitan antara pencapaian target kinerja perusahaan dapat tumbuh dan berkembang
perusahaan dengan tingkat reward atau secara berkesinambungan.
punishment yang diterima; 2) mengkaji serta Di Indonesia praktek pengungkapan tanggung
merekomendasikan perubahan pemberian dan jawab sosial di atur oleh Ikatan Akuntan
penggunaan fasilitas yang disajikan oleh direksi, Indonesia (IAI), dalam Pernyataan Standar
dewan komisaris, dan karyawan untuk mencegah Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 Paragraf 9,
terjadinya penyalahgunaan yang menimbulkan yang meyatakan bahwa: “Perusahaan dapat pula
pemborosan; 3) melaporkan hasil pengkajian dan menyajikan laporan tambahan seperti laporan
rekomendasi kepada dewan komisaris untuk mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai
dapat diteruskan pada RUPS guna mendapatkan tambah (value added statement), khususnya bagi
persetujuan. industri dimana factor-faktor lingkungan hidup
memegang peranan penting dan bagi industri
CEO Tenure yang menganggap pegawai sebagai kelompok
pengguna laporan yang memegang peranan
Shen (2003) seperti dikutip oleh Zubaidah penting”
(2003) menyatakan bahwa karakteristik dari CEO Selain itu, pengungkapan tanggung jawab
adalah sangat penting dalam Corporate sosial ini juga terdapat dalam keputusan Ketua
Governance, oleh karena itu, akan menjadi relevan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No. kep-
dalam pelaporan Corporate Governance. Ting- 38/PM/1996 peraturan No. VIII.G.2 tentang
katan yang berbeda pada masa jabatan CEO akan Laporan Tahunan. Peraturan ini berisi mengenai
mempengaruhi baik pengembangan kepemim- kebebasan bagi perusahaan untuk memberikan
pinan CEO juga kesempatan untuk mengendali- penjelasan umum mengenai perusahaan, selama
kan manajemen. Luasnya kinerja dan masa hal tersebut tidak menyesatkan dan bertentangan
jabatan CEO mempengaruhi tingkat pelaporan dengan informasi yang disajikan dalam bagian
Corporate Governance. Belum banyak dilakukan lainnya. Penjelasan umum tersebut dapat berisi
penelitian terhadap hal tersebut. Shen(2003) uraian mengenai keterlibatan perusahaan dalam
menyatakan bahwa semakin lama masa jabatan kegiatan pelayanan masyarakat, program
CEO maka dia akan mengungkapkan lebih kemasyarakatan, amal, atau bakti sosial lainnya,
rendah atau lebih sedikit praktek corporate serta uraian mengenai program perusahaan
governance karena dia akan memilih posisi yang dalam rangka pengembangan SDM.
34 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 11, NO. 1, MEI 2009: 30-41
memiliki proporsi saham yang besar dan dan Rubin (2006) tidak ditemukan hubungan
monitoring yang dilakukan secara aktif dapat antara Kepemilikan Manajerial dan CSR.
menekan terjadinya praktek manajemen laba. Ha2a: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif
Shiller dan Pound (1989) menemukan bahwa terhadap CSR
investor institusional menghabiskan lebih banyak
waktu untuk melakukan analisis investasi dan Kepemilikan Institusional dan CSR
mereka memiliki akses atas informasi yang terlalu
mahal perolehannya bagi investor lainnya. Mereka Penelitian yang dilakukan oleh Barnea dan
akan melakukan fungsi monitoring dan tidak akan Rubin (2006) menggunakan sampel sebanyak
mudah diperdaya atau percaya dengan tindangan 3000 perusahaan yang didapat dari database KLD.
manipulasi oleh manajer seperti tindakan Sampel tersebut dikategorikan dalam perusahaan
manajemen laba. yang bertanggung jawab secara sosial (Socially
Hasil penelitian Steiner (1996) seperti yang Responsible) dan tidak bertanggung jawab secara
dikutip oleh Machfoedz (2003) memberikan bukti sosial (Socially Irresponsible). Hasilnya adalah
bahwa kepemilikan institusional dan nilai kepemilikan institusional tidak berhubungan
perusahaan (Tobin’s Q) memiliki hubungan yang dengan CSR:
signifikan. Penelitian Suranta dan Machfoedz Ha2b: Kepemilikan Institusional berpengaruh ter-
(2003) juga menyimpulkan bahwa kepemilikan hadap CSR
institusional berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan Corporate Social Responsibility (CSR) dan
oleh Larasanti (2003), kepemilikan institusional Kinerja Perusahaan
belum berpengaruh secara signifikan terhadap
nilai perusahaan dan kinerja keuangan Lajili dan Zeghal (2006) menemukan bahwa
perusahan. Faizal (2004) menemukan bahwa perusahaan yang lebih banyak mengungkapkan
kepemilikan institusional belum efektif untuk informasi human capital (yang juga merupakan
memonitor manajemen dalam mengingkatkan bagian dari CSR) memiliki kinerja keuangan yang
nilai perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang
kepemilikan manajerial gagal menjadi mekanisme sedikit mengungkapkan informasi tersebut.
meningkatkan nilai perusahaan. Atas alasan Preston (1978) melaporkan bahwa return on equity
tersebut di atas maka hipotesis yang dapat yang lebih tinggi untuk perusahaan yang mem-
dikembangkan adalah sebagai berikut: buat pengungkapan dibandingkan perusahaan
yang tidak membuat pengungkapan. Penelitian
Ha1b: Kepemilikan institusional berpengaruh
yang dilakukan oleh Hackston dan Milne (1996)
positif dan signifikan terhadap kinerja
melaporkan bahwa pengungkapan tanggung
perusahaan
jawab sosial tidak signifikan berpengaruh
terhadap profitabilitas. Berdasarkan uraian di atas
Kepemilikan Manajerial dan CSR.
maka hipotesis adalah sebagai berikut:
Ha3: Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut Jensen & Meckling (1976), konflik
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
kepentingan manajer dengan pemilik menjadi
semakin besar ketika kepemilikan manajer
METODOLOGI PENELITIAN
terhadap perusahaan semakin kecil, begitu pun
sebaliknya. Semakin besar kepemilikan manajer
di dalam sebuah perusahaan, maka akan semakin Kinerja Keuangan Perusahaan diukur dengan
produktif tindakan manajer dalam memaksimal- menggunakan Tobin’s Q dengan yang dikembang-
kan nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan kan oleh Klepper dan Love (2002)
pernyataan Gray,et.al (1988), manajer perusahaan
akan mengungkapkan informasi sosial dalam Tobin’s q = ( MVE + DEBT ) / TA
rangka untuk meningkatkan image perusahaan, MVE = Harga penutupan saham diakhir tahun
meskipun ia harus mengorbankan sumber daya buku X banyaknya saham biasa yang
untuk aktivitas tersebut. Penelitian pertama beredar.
dilakukan oleh Anggraini, (2006) hasilnya PS = Nilai likuidasi dari saham perferen yang
ditemukan terdapat hubungan antara kepemili- beredar.
kan manajerial dan CSR. Namun penelitian DEBT = (Utang lancar – aktiva lancar) + nilai
Widyasari dan Rahman (2007) tidak ditemukan buku sediaan + utang jangka panjang
hubungan antara kepemilikan manajerial dan TA = Nilai buku total aktiva.
CSR. Hal serupa terjadi pada penelitian Barnea
36 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 11, NO. 1, MEI 2009: 30-41
Variabel Bebas (Independent Variable) adalah: an tersebut memiliki corporate secretary dan 0 jika
1) Kepemilikan manajerial. Kepemilikan mana- tidak terdapat corporate secretary, b) Komite
jerial adalah jumlah saham yang dimiliki oleh Nominasi dan Remunerasi. Anggota komite ini
pihak manajemen dalam sebuah perusahaan. diukur dengan skala nominal. Dimana 1 untuk
Proporsi kepemilikan manajerial diukur perusahan yang memiliki komite nominasi dan
berdasarkan persentase kepemilikannya. remunerasi dan 0 untuk perusahaan yang tidak
Rumusnya adalah: terdapat komite nominasi dan remunerasi.
Jumlah saham Manajemen a) CEO Tenure.
% Kepemilikan manajerial =
Jumlahsaham yang beredar CEO adalah seseorang yang bertugas dan
2) Kepemilikan Institusional. Kepemilikan Institu- bertanggung jawab dalam mengelola dan
sional adalah jumlah saham yang dimiliki oleh menjalankan kegiatan operasional perusahaan.
suatu institusi dalam sebuah perusahaan. Proporsi Di Indonesia CEO dipilih setiap 5 tahun sekali.
Kepemilikan Institusional diukur berdasarkan CEO Tenure adalah jangka waktu yang sudah
persentase kepemilikannya. Rumusnya adalah: dijalankan oleh seorang CEO mulai dari
Jumlah saham Institusional
penunjukkannya sampai dengan akhir tahun
% Kepemilikan Institusional = 2006.
Jumlahsaham yang beredar
b) Jenis Industri
Variabel intervening yang digunakan dalam Patten (1991) mengidentifikasikan perusahaan
penelitian ini adalah Corporate Social Responsi- minyak, kimia, dan kertas sebagai high-profile.
bility dengan melihat data fundamental peru- Sementara Robert (1992) menggolongkan
sahaan, yang berasal dari laporan keuangan perusahaan automobile, penerbangan, dan
tahunan. Data tersebut berupa jumlah kalimat industri minyak sebagai high-profile. Penelitian
pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) yang lainnya yang dilakukan oleh Hucston dan
berhubungan dengan kategori tanggung jawab Milne (1992) menambahkan media komunikasi
sosial (CSR) perusahaan yang bersangkutan. sebagai high-profile. Klasifikasi tersebut di atas
Kategori yang menjadi acuan penulis merupakan yang menjadi dasar penentuan jenis industri
kategori yang digunakan oleh Hakstom and Milne
dalam penelitian ini. Variabel ini merupakan
(1996), antara lain: lingkungan, energi, kese-
dummy veriabel yang ukurannya berupa angka
lamatan dan kesehatan karyawan, lain-lain
0 (low profile) dan 1 (high profile).
tenaga kerja, produk, keterlibatan dengan
masyarakat dan umum.
Penelitian menggunakan data sekunder
Ketujuh kategori tersebut terbagi dalam 90
item pengungkapan. Berdasarkan peraturan berasal dari laporan tahunan 2006 perusahaan
Bapepam No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan publik yang terdapat di Pusat Referensi Pasar
dan kesesuaian item tersebut untuk diaplikasikan Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
di Indonesia, maka dua belas item dihapuskan Pojok BEI Universitas Trisakti, JSX Statistic
karena kurang sesuai untuk diterapkan dengan Quarteryl, BAPEPAM, Internet.
kondisi di Indonesia sehingga secara total tersisa Jumlah sampel yang digunakan dalam
78 item pengungkapan. 78 item tersebut kemudi- penelitian adalah sebanyak 126 perusahaan yang
an disesuaikan kembali dengan masing-masing memenuhi kriteria-kriteria dari purposive
sektor industri sehingga item pengungkapan yang sampling seperti Tabel 1.
diharapkan dari setiap sektor berbeda-beda.
Adapun rumus untuk menghitung indeks Tabel 1. Jumlah dan Klasifikasi Sampel Penelitian
pengungkapan tanggung jawab sosial adalah: No Klasifikasi Jumlah
∑ X ij 1 Perusahaan publik dalam sektor 150
CSRIj = manufaktur terdaftar BEI
n 2 Perusahaan yang tidak menerbitkan (12)
CSRIj : Corporate Social Responsibility Disclosure laporan tahunan periode 31 Desember
Index perusahaan j 2006 dan mengungkapkan CSR
nj : Jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 78
3 Perusahaan yang menggunakan mata (6)
Xij : dummy variable : 1 = jika item i di-
uang selain Rupiah (Dollar) dalam
ungkapkan; 0 = jika item i tidak dan laporan tahunan 31 Desember
2006
Variabel Kontrol (Control Variable) adalah: a)
4 Perusahaan yang tidak menyajikan (6)
Corporate secretary. Corporate secretary diukur data yang digunakan dalam penelitian
dengan menggunakan skala nominal. Dimana ada secara lengkap
tidaknya corporate secretary dalam sebuah TOTAL 126
perusahaaan diukur dengan cara 1 jika perusaha-
Murwaningsari: Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilities dan 37
Dalam penelitian ini pengujian hipotesa keseluruhan (baik model struktural maupun
menggunakan Path Analisys untuk mengetahui model pengukuran secara bersamaan). Kriterianya
hubungan simultan pada beberapa variabel yang dengan melihat:
diuji (Hair, 1995). Hubungan fenomena teoritis, - X2 atau Chi Square Statistic. Dalam uji ini yang
riset empiris dan pengembangan hipotesis bisa diperlukan adalah nilai yang tidak signifikan.
dilihat dari path diagram, adapun penyebaran ke Semakin kecil, semakin baik model tersebut.
persamaan struktural sebagai berikut. - profitability. nilai terbaik adalah minimal 0,05
atau diatas 0.05
Persamaan 1: Uji hipotesa 1 - goodness-of-fit-index (GFI), kriteria dari GFI
Tobin’s Q = β11 MGROWN + β12 INST + β13 CS + adalah > 0,90 atau mendekati 1 semakin baik.
β14 KNR + e1 - root mean square error of approximation
(RMSEA), tingkat penerimaan < 0,08.
Persamaan 2: Uji hipotesa 2 a) Incremental fit measures yaitu ukuran
CSR = β21 MGROWN + β22 INST + β23 CEOT untuk membandingkan model yang
+ β24 JI + e2 diajukan (proposed model) dengan model
lain yang dispesifikasi oleh peneliti.
Persamaan 3: Uji hipotesa 3
Kriterianya dengan melihat:
Tobin’s Q = β31 CSR + e3
- normed fit index (NFI), tingkat peneri-
Keterangan
maan > 0,90 atau mendekati 1.
CSR = Persentase pengungkapan Tang- - adjusted goodness-of-fit-index (AGFI),
gung Jawab Sosial tingkat penerimaan > 0,90
Tobin’s Q = Performance Perusahaan - comparative fit index (CFI ). Indeks ini
INST = Kepemilikan Institusional tidak dipengaruhi oleh sampel sehingga
MGROWN = Kepemilikan manajerial sangat baik untuk mengukur tingkat
CEOT = CEO Tenure penerimaan sebuah model. Tingkat
JI = Jenis Industri penerimaannya adalah > 0,90 atau
CS = Corporate Secretary semakin mendekati 1.
KNR = Komite Nominasi & Remunerasi b) Parsimonious fit measures, yaitu melaku-
kan adjusment terhadap pengukuran fit
Pengolahan data menggunakan program untuk dapat diperbandingkan antar model
AMOS (Analysis of Moment Structures) version 7. dengan jumlah koefisien yang berbeda.
Dengan beberapa tahapan sebagai berikut: 1) Uji Kriterianya dengan melihat nilai: Normed
Normalitas. Structural Equation Modeling men- chi-square. The minimum sampel discre-
syaratkan dipenuhinya asumsi normalitas. pancy function (CMIN) dibagi dengan
Pengujian ini dilakukan pada saat operasi Amos degree of freedom akan menghasilkan
berjalan. Terdapat dua cara pegujian normalitas indeks Normed chi-square (CMIN/DF).
yaitu univariate dan multivariate normality. Suatu Indeks yang memiliki acceptabel fit batas
distribusi data dapat dikatakan normal apabila bawah = 1 dan batas atas : 2, 3, atau 5.
nilai C.R. skewnes maupun kurtosis lebih kecil dari MGROWN
nilai kritik tabel + 1,96 dengan tingkat signifikansi
0.05 (p-value 5%). (Hair, edisi 5, hal 71), jika
sebuah variabel adalah normal secara multivariat, INST
z1
1
maka akan normal juga secara univariat. Tetapi
tidak berlaku sebaliknya, 2) Uji Multicolinearity CSR
z1
(1978) Namun temuan dalam penelitian ini tidak
MGROWN
1
sejalan dengan Hackston dan Milne (1996).
0,20
Pengujian variabel control yaitu CEO Tenure
mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan
-0,19
0,19 CSR
0,17 tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
0,36 Sementara itu Jenis Industri tidak mempunyai
0,08
INST
0,38
pengaruh terhadap CSR. Corporate Secretary dan
Komite Nominasi dan Remunerasi tidak mem-
-0,09
0,16 TOBINSQ
punyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa
1
CEOT
z2 keterbatasan, yaitu: 1) Periode penelitian hanya
satu tahun, sehingga memungkinkan praktek
Gambar 2. Final Model
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
yang diamati kurang menggambarkan kondisi
KESIMPULAN
yang sebenarnya. Periode penelitian yang lebih
panjang akan memberikan kemungkinan yang
Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik
lebih besar untuk memperoleh hasil yang lebih
kesimpulan sebagai berikut:
mendekati kondisi sebenarnya, 2) Sampel yang
Mayoritas perusahaan manufaktur yang
digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006
pada perusahaan yang dikelompokkan sebagai
sudah melakukan praktik pengungkapan
perusahaan manufaktur.
tanggung jawab sosial. Hal ini didasari oleh hasil
Penelitian selanjutnya hendaknya 1) meng-
penelitian yang mengungkapkan bahwa dari 150
gunakan periode waktu yang lebih panjang serta
perusahaan manufaktur yang terdaftar, sebanyak
jumlah sampel yang tidak membatasi kelompok
138 perusahaan sudah melakukan pengungkapan
industri tertentu, 2) Item-item pengungkapan
tanggung jawab sosial tersebut. Tema sosial yang
tanggung jawab social perusahaan hendaknya
paling sering diungkapkan adalah tema lain-lain
senantiasa diperbaharui sesuai dengan kondisi
tenaga kerja, dengan itemnya yaitu ‘pelatihan
yang ada di masyarakat. Hal ini mungkin dapat
tenaga kerja melalui program tertentu di dalam
dilakukan dengan melibatkan para aktivis social.
perusahaan’. Hal ini menunjukkan kepedulian
perusahaan terhadap tenaga kerjanya yang
DAFTAR PUSTAKA
merupakan asset dalam keberhasilan pencapaian
tujuan perusahaan. Anggraini, Nenny. 2007. “Corporate Social
Melalui pendekatan analisa jalur (path Responsibility”. Buletin Ekonomi, Vol.10,
analysis) menunjukkan Good Corporate Governance No.2, September 2007 : 40-46
yaitu kepemilikan managerial dan institusional
Boediono, Dr. 2006, “CSR, Elemen Utama Tata
mempunyai pengaruh terhadap kinerja
Laksana Kemasyarakatan yang Baik”
perusahaan (TOBINS’Q). Hasil ini sesuai dengan Republika 17 September 2006
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh
Leland & Pyle (1977), Euis Soliha & Taswan Barnea, Amir & Amir Rubin. 2006. “Corporate
(2002), Suranta dan Machfoedz (2003). Social Reponsibility as a Conflict between
Selanjutnya hasil penelitian ini dapat Shareholders”.Paper presented to EFA 2006
membuktikan bahwa Good Corporate Governance Zurich Meeting,Swiss, Europe.
yang diamati melalui kepemilikan managerial dan Chung & Pruitt .1994. A Simple Approximation of
institusional, mempunyai pengaruh terhadap Tobin’s Q, Financial Management
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
(CSR). Hasil ini sejalan dengan penelitian Daniri, Mas Achmad. 2005. Good Corporate
Governance, Konsep dan Penerapannya
Anggraini (2006). Namun temuan tersebut tidak
Dalam Konteks Indonesia. Jakata: PT Ray
sejalan dengan penelitian Widyasari dan Rahman
Indonesia
(2007), Barnea dan Rubin (2006). Demikian pula
dengan pengaruh kepemilikan institusional Downes, J. & Goodman, JE. 1998 Dictionary of
terhadap CSR, dalam penelitian Barnea dan Finance and Investment Term, Barrons
Rubin (2006) tidak ditemukan adanya pengaruh Educational Series
yang signifikan. Euis Soleha, Taswan. 2002. “Pengaruh Kebijakan
Sementara itu, CSR berpengaruh singnifikan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Serta
terhadap kinerja perusahaan. Temuan tersebut Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya”
sejalan dengan Lajili dan Zeghal (2006); Preston Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol. 9, no.2.
21
Faizal. 2004. “Analisis Agency Costs, Struktur Patten, DM. 1991. “Exposure, Legitimacy and
Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Social Disclosure”, Journal of Accounting
Governance”, Simposium Nasional and Public Policy, Vol. 10, pp. 297-308
Akuntansi VII Denpasar-Bali. Hal 197-207. Pozen, Robert C. 1994.”Institutional Investor: The
Gray, R., Owen, D., and Maunders, K.. 1987 Reluctant Activists”. Harvard Business
Corporate Social Reporting: Accounting and Review.Boston:Jan/Feb 1994. vol. 72.Iss 1:
pp140
Accountability, Prentice-Hall, London
Rajgopal, Shivaram, dan Mohan Venkatachalam
Hackston, David & Milne, Marcus J. 1996. “Some dan James Jiambalvo.1999. “Is Institutional
Determinant of Social and Environmental Ownership Associated with Earnings
Disclosures in New Zealand Companies”, Management and The Extent to which Stock
Accounting, Auditing and Accountability Price Reflect Future Earnings”. Working
Journal, Vol.9, No.1, pp.77-108 Papetionr.
Hair JE, Jr., Anderson RE, Tatham, RL., Black Robert, RW. 1992, “Determinants of Corporate
WG. 1998. Multivariate Data Analysis, Social Responsibility Disclosure: An
Prentice Hall International Inc. New York. Application of Stakeholder Theory”, Account-
ing, Organization and Society, Vol.17, No. 6,
Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. 1976. pp. 595-612
“Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure” Suranta, Eddy dan Mas’ud Machfoedz. 2003.
Journal of Financial Economics 3. “Analisis Struktur Kepemilikan, Nilai
Perusahaan, Investasi dan Ukuran Dewan
Klapper, Leora F and I Love. 2002. “Corporate Direksi”, Simposium Nasional Akuntansi VI.
Governance, Investor Protection, and Surabaya
performance in emerging markets”. World Sutawinangun, TB M Nazmudin. 2008. “Peranan
Bank Working Paper. http:// ssrn.com. dan fungsi Corporate Secretary”, Forum For
Corporate Governance in Indonesia (FCGI).
Lajili & Zeghal. 2006. “Market Performance
Impact on Capital Disclosure”, Journal of White et al. (2003). ”The Analysis and use of
Accounting and Public Policy, Vol.25, Issue Financial Statements. Third Edition, John
2, pp. 171-194, Elsevier Wiley
Lastanti, Hexana Sri. 2005. “Hubungan Struktur Widyasari, Kurnia Nur & Arief Rahman. 2007.
Corporate Governance dengan Kinerja “The Analysis of Company Characteristic
Perusahaan dan Reaksi Pasar”, Konferensi Influence toward CSR Disclosure Emprical
Nasional Akuntansi. Jakarta. (September). Evidence of Manufacturing Companies
pp: 1-18. Listed in JSX 2003-2005”.
Leland, HE. and Pyle, DH. 1977. “Informational Zubaidah. 2003. “Pengaruh Biaya Sosial Terhadap
Asymmetries, Financial Structure and Kinerja keuangan Perusahaan Semen yang
Financial Intermediation”, Journal of Listing di Bursa Efek Jakarta”, Balance, Vol.
Finance, Vol.32 (2), pp.371-387 1(1), August 2003.