Anda di halaman 1dari 4

ACARA II

PENAMPANG TERUKUR

2.1 Pengertian Penampang Stratigrafi


Penampang stratigrafi adalah suatu gambaran urutan vertikal lapisan-
lapisan batuan sedimen pada lintasan yang dipilih. Setiap titik dalam aturan
mengikuti kaidah hukum superposisi.
Dalam penelitian geologi suatu daerah yang merupakan bagian dari suatu
cekungan sedimentasi, data mengenai jenis litologi, variasinya secara vertikal,
lateral serta ketebalan masing-masing satuan stratigrafi merupakan data yang
penting untuk diketahui. Setiap lokasi yang menunjukkan urutan dan kontak
batuan yang jelas dianjurkan untuk mengadakan pengukuran penampang terukur.
Pengukuran penampang stratigrafi secara umum bertujuan untuk :
1. Mendapatkan data litologi terperinci dari urutan-urutan perlapisan suatu
satuan stratigrafi (Formasi, kelompok, anggota dan sebagainya ).
2. Mendapatkan ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan stratigrafi atau lapisan
yang menjadi objek penelitian (misalnya batubara).
3. Untuk mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan
batuan dan urutan-urutan sedimentasi dalam arah vertikal secara detail.
4. Untuk menafsirkan lingkungan pengendapan dengan memperhatikan profil
dan pola urutan vertikal batuan.
Data tersebut biasanya dituangkan dalam bentuk gambar yang disebut sebagai
kolom stratigrafi.

2.2 Menghitung ketebalan

Dari data mentah berupa pengukuran di lapangan untuk menjadi kolom


stratigrafi harus melaui tahapan perhitungan satuan-satuan yang diukur untuk
mendapatkan data ketebalan sebenarnya. Tebal lapisan adalah jarak terpendek antara
bidang alas/ bottom dan bidang atas/top. Ada berbagai variasi cara pengukuran,
namun pada dasarnya, perhitungan ketebalan lapisan yang tepat harus dilakukan
dalam bidang yang tegak lurus jurus lapisan.
Bila pengukuran di lapangan tidak dilkukan dalam bidang yang tegak lurus
maka jarak terukur yang diperoleh harus dikoreksi terlebih dahulu dengan rumus
sebagai berikut :
D = jarak terukur x cosinus ß
Dimana : ß = sudut antara arah kemiringan dengan arah pengukuran (azimuth).
Demikian juga halnya dengan sudut lereng (“slope”). Dalam menghitung
ketebalan lapisan, sudut lereng yang dipergunakan adalah sudut yang terukur
pada arah pengukuran yang tegak lurus jurus perlapisan. Untuk mengembalikan
besaran sudut lereng yang tegak lurus jurus. Koreksi tersebut antara lain dapat
dilakukan dengan menggunakan tabel “koreksi dip” untuk pembuatan
penampang.
Sudut lereng terukur dapat disamakan dengan “apperent dip” dan adalah
penyiku sudut antara jurus dan arah penampang.

2.2.1 Pengukuran pada daerah datar (lereng 0°)

Pengukuran di daerah datar, apabila jarak terukur adalah jarak tagak lurus
(gambar 2.1a) ketebalan T langsung didapat dengan perhitungsn : T = dt x sin δ
(gambar 2.1b), dimana dt = jarak terukur di lapangan dan δ = sudut kemiringan
lapisan.

Gambar 2.1 Posisi pengukuran pada daerah datar

2.2.2 Pengukuran pada medan berlereng

Terdapat dua kemungkinan posisi lapisan terhadap lereng yaitu berlawanan


dan searah dengan lereng (gambar 2.2 dan 2.3).

Gambar 2.2. Posisi pengukuran pada lereng yang searah dengan kemiringan
Kemiringan lapisan searah dengan lereng
Bila kemiringan jelas (δ) lebih besar daripada sudut lereng (s) dan arah
lintasan tegak lurus jurus maka perhitungan ketebalan adalah : T = d sin (δ – s)
(gambar 2.2b)
Bila kemiringan lapisan lebih kecil daripada lereng perhitungan ketebalan
adalah :T = d sin (s – δ) (gambar 2.2c)

Kemiringan lapisan berlawanan arah dengan kemiringan lereng.

Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah 90°
(lereng berpotongan tegak lurus dengan lapisan) maka T = d (gambar 10.8c)
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut lancip terhadap lereng maka :
T = d sin (δ + s) (gambar 2.3b)
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut tumpul terhadap lereng maka :
T = d sin ( 180° - δ – s) (gambar 2.3d)
Bila lapisannya mendatar maka :
T = d sin s

Gambar 2.3 Posisi pengukuran pada lereng yang berlawanan dengan kemiringan
Hasil suatu pengukuran penampang stratigrafi dapat disajikan dalam
bentukgambar kolom yang lazim disebut kolom stratigrafi.
PROBLEM SHEET
A. Dari peta topografi dari suatu daerah yang telah dibuat,dimana telah diketahui
arah penyebaran dari litologi yang ada maka tentukannlah:
1. Peta litologi dari daerah tersebut
2. Dari peta tersebut buatlah penampang litologi yang gterukur.

B. 1. Seorang geologis berjalan dari arah barat ke timur untuk melakukan


pemetaan pada suatu daerah dengan skala peta 1:25000.Pada singkapan
pertama dijumpai sekis mika dengan arah foliasi 25/N 338⁰E yang berada pada
ketinggian 225 Mdpl.Singkapan ini berjarak 1 km dari basecampdengan
ketinggian 175 Mdpl.
2. Selanjutnya geologis tersebut kembali melanjutkan perjalananya kearah
timur,pada jarak 1,2 km dengan ketinggian 275 Mdpl ia menjumpai sebuah
singkapan batugampin pasiran dengan kedudukan N 125⁰E/40⁰.
3. Karena dengan rasa penasarannya yang mendalam untuk mengetahui
litologi penyusun daerah tersebut maka geologist tersebut melanjutkan
perjalanannya hingga ia tibah pada suatu lembah sungai dengan jarak
tempuh dari lokasi sebelumnya yaitu 2,5 km,dengan ketinggian 150
Mdpl,Dimana pada lokasi ini dijumpai singkapan batuan yang ko ntak antara
batupasir dan lempung dengan kedudukan N 75⁰E/30⁰.
4. Geologist tersebut mengikuti sungai kearah hilir sejauh 1,5 km,dijumpai
singkapan serpih dengan foliasi 15⁰/N200E⁰ pada ketinggian 75
Mdpl.Akhirnya geologis tersebut selesai melakukan pengambilan datam
lapangan.

Berdasrkan hasil pemetaan geologi diatas geologist tersebut ingin


melakukan perhitungan ketebalan litologi dan koreksi lainnya berdasarkan
data lapangan.Oleh karena itu,hasilnya akan diperoleh berupa penampang
terukur.

Selamat bekerja……

Anda mungkin juga menyukai