Anda di halaman 1dari 20

Perubahan perilaku?

Perilaku adiksi?
Hubungan antara perilaku dan otak telah lama
diketahui. Paul Brocca (1860)melakukan autopsi
pada seorang individu yang tidak dapat berbicara
selama 30 tahun. Ia mendapatkan bahwa pasien
tersebut ternyata mempunyai lesi ( kerusakan otak )
pada lipatan ke tiga dari lobus frontalis kiri.
Berdasarkan pada observasi ini, Broca menyimpulkan
bahwa pusat bicara terletak di area ini pada sisi kiri
dari otak.
Pengertian tentang hubungan antara otak dan emosi
diketahui dari keadaan yang kurang menguntungkan
dari Phineas Gage, karena kurang hati-hati Ia terpercik
ledakan yang meluncurkan tangkai besi yang panjang
yang keluar dari lobang dan dan menembus dahinya.
Phineas Gage tetap hidup, namun kepribadiannya
berubah dari sikap yang baik, teliti,tenang dan berhati-
hati menjadi lekas marah dan tidak baik. Ketika Ia
meninggal beberapa tahun kemudian, di temukan
bahwa kecelakaan Gage telah merusak bagian dari otak
yang disebut sistem limbic. Sistem limbic terlibat dalam
beberapa aspek perilaku termasuk emosi dan hal itu
dipercayai menjadi tempat aksi zat psikoaktif.
Zat psikoaktif merubah bermacam fungsi kognitif dan
motorik melalui perubahan aktivitas dari sel-sel
khusus pada daerah cortex, cerebellum, bagian
tengan otak dan struktur subcortical lainnya.
Zat psikoaktif mencapai otak melalui jalur:
– Oral (melalui mulut).
– Pulmonary (melalui paru-paru).
– Surface absorpsion(melewati mucous membrane)
– Suntikan(kedalam jaringan atau vena)
• Otak adalah target dari zat psikoaktif,untuk itu perlu
diketahui fungsi dari masing-masing bagian otak
tersebut.
• Cerebral cortex : mengatur sensori,motor, dan fungsi
kognitif.
• Struktur sub cortical:
 Cerebellum: bertanggung jawab untuk koordinasi
dan menghaluskan pergerakan motorik. Lesi atau
pengaruh zat pada daerah ini menyebabkan
ataxia dan kelemahan lainnya.
 Brain stem (Midbrain,Pons, dan Medulla)

• Midbrain: menerima informasi visual,mengatur


pergerakan mata dan proses informasi pendengaran
dan juga mengatur pergerakan otot.
• Pons: terdiri dari beberapa nuclei penting yang
meliputi:
1. Formatio reticularis (juga disebut reticular
activating system) yang berperan penting
dalam siklus tidur bangun dan kontrol motorik.
2.Locus coeroleus yang menyuplai nor
epinephrine.
3.Raphe nuclei yang menyuplai serotonin, terlibat
dalam tidur,rasa sakit,agresi dan perilaku lain.
• Medulla: reflex muntah, yang diaktivasi ketika toksin di
deteksi (mis: level yang tinggi dari alcohol).
 Thalamus: diduga berperan sebagai pemancar
penyambung sensorik dan motorik.
 Hypothalamus: berat badan, intake cairan,
pengaturan temperatur,seksual dan perilaku
agresif.
 Pituitary(master gland): sirkulasi level hormon
dalam darah.
 Limbic System: terlibat dalam banyak aspek
perilaku termasuk emosi dan dipercayai menjadi
salah satu tempat dari aksi zat psikoaktif.
 Basal ganglia: Kaya akan dopamine,serotonin,dan
acetyl choline dan terlibat dalam awal dari
pergerakan.
• Adiksi dan masalah psikiatri
• Terdapat peningkatan kasus psikiatri pada individu
dengan ketergantungan zat.
• Sekitar 5-10% dari individu yang di diagnosis sebagai
ketergantungan zat juga menderita gangguan psikiatri
seperti: gangguan mood, gangguan cemas, dan
gangguan psikotik.25-35% dengan gangguan
kepribadian (Wallen dan Weiner, 1989).
• Lebih dari setengah dari penyalahguna zat paling
sedikit mempunyai satu kasus komorbiditas dari
penyakit mental. Pada laki-laki dengan alkoholisme
terdapat kasus depresi 78% dari kasus dan pada
perempuan 66% dari kasus (Helzer dan Pryzbeck,1988).
• Ross dkk (1988),26% dari penyalahguna zat
memenuhi kriteria untuk gangguan cemas
menyeluruh dan 30% untuk gangguan fobia.Pada
pasien alkoholik 23% menderita depresi mayor dan
13% menderita distimia.
• Perilaku anti sosial pada masa remaja atau dewasa
meningkatkan risiko alkoholisme dikemudian hari.
Dilain pihak banyak orang dengan alkoholisme tidak
menunjukkan kecenderunagn anti sosial di masa
remajanya, dan banyak remaja anti sosial tidak
menyalahgunakan alkohol atau obat lain pada usia
dewasa (Nathan,1988).
Adiksi adalah penyakit,dengan karakteristik:
Penyakit yang ada dan hilang dengan sendirinya.
Dalam sejarah nya, adiksi dilihat dari banyak segi.
Belakangan ini dianggap sebagai gejala dari psikopatologi
yang mendasarinya. Banyak pecandu juga mempunyai
masalah dengan kesehatan jiwa dan juga sebagai pecandu,
masalah ini berdampingan dalam dual diagnosis.

Penggunaan yang kompulsif.


Banyak orang adalah subyek dari perilaku kompulsif,
termasuk penggunaan secara kompulsif dari bermacam zat,
tetapi perilakunya, walaupun berulang-ulang dan sering
secara ritual namun masih dibawah kontrol.
Kehilangan kontrol.
Poros dari adiksi adalah kehilangan kontrol.Orang yang
berjanji pergi keluar dan minum segelas bir pada pesta,
selain ia menjadi mabuk, mengalami jatuh pingsan dan
tak dapat mengingat.

Penggunaan yang berkelanjutan kecuali ada


konsekuensi yang merugikan
Pengguna yang telah menjadi adiksi dengan kehilangan
kontrol dan sekarang mendapati bahwa tidak mungkin
menghindar untuk terus menggunakan bisa
mendorong kedalam bencana.
Misalnya: perokok terus merokok kecuali menderita
emphysema, dan kanker paru-paru.
Kronik dan cenderung kambuh.
Walaupun dengan pengobatan, pecandu dapat
mengalami slips dan relaps menjadi pecandu aktif
sehubungan dengan sifat kronis dari penyakit.

Progresif.
Adiksi pada dasarnya adalah progresif. Bila tidak
diobati pecandu akan terus memburuk, terus menerus
dibawah sebutan penyakit ini.
Penting, pecandu yang relapse menjadi pecandu aktif
setelah periode abstinence, permulaan penyakit nya
akan lebih cepat dengan sering kambuh dan keadaan
nya lebih buruk dari pada yang mereka alami
sebelumnya.
Potensial fatal.
Individu dalam cengkeraman penyakit adiksi,
penggunaan zat nya akan meningkat menjadi toksik ,
melibatkan memburuknya fisik dan meningkatnya
potensi untuk over dosis yang fatal. Kemampuan untuk
menanggulangi juga memburuk, meningkatnya situasi
hidup yang tidak sehat dan menuntun permulaan dari
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan zat.

Tak tersembuhkan.
Adiksi dapat dianggap tidak dapat diobati sebab sekali
pecandu melewati garis dan dan lepas kontrol dengan
penggunaan yang berlebihan,ia tidak pernah kembali
menjadi pengguna yang tidak adiktif. Setiap usaha
untuk mengontrol penggunaan akan gagal dan
pecandu jatuh kembali pada penyakit yang progresif.
Mencapai keadaan remisi.
Walaupun penyakit adiksi dipandang sebagai tidak dapat
diobati, kabar baiknya adalah ia dapat dibawa pada
keadaan remisi. Remisi adalah keadaan keadaan tidak
menggunakan, atau keadaan tidak mabuk dimana pecandu
dapat menjadi bebas zat. Melalui program pemulihan,
pecandu juga dapat bebas dari perasaan nagih obat,
ketergantungan fisik, penyangkalan dan aspek lain dari
kecanduan dan menuju proses kehidupan yang produktif
dan menyenangkan.

Aspek lain dari adiksi:


-Denial.
-Drug craving.
-Ketergantungan fisik.
-Toleran.
-Gejala putus zat.
• Beberapa pola perilaku dan pola berpikir berikut ini
mengindikasikan adanya ketergantungan zat.
• Meningkatnya penggunaan zat: Hal ini berkaitan
dengan toleransi, frekuensi, atau durasi dari
penggunaan zat.
• Denial: Individu menyangkal atau berbohong mengenai
penggunaan zatnya, perilaku, dan masalah-masalah
yang berkaitan dengan hal tersebut. Denial mempunyai
peranan dalam supresi, represi, rejeksi.
• Proyeksi: Menyalahkan orang lain, eksternalisasi.
Merupakan hal yang umum dijumpai pada individu
bahwa mereka menyalahkan orang lain sebagai
penyebab munculnya perilaku yang mereka tunjukkan.
• Rigiditas: pengelolaan diri yang buruk, memerlukan
struktur eksternal dari regulasi peraturan untuk
berfungsi secara memadai, khususnya untuk “terlihat
normal”.
• Kemarahan: Seringkali terlihat dalam wujud sikap
bermusuhan dan agresi secara verbal yang mana hal ini
akan menyebabkan dirinya dijauhi orang lain
(kebanyakan individu akan berusaha menghindari
semburan kemarahan).
• Manipulasi:Secara superfisial digambarkan sebagai
daya tarik. Mereka sesungguhnya adalah orang baik
yang telah mempelajari bahwa tampilan personal yang
menyenangkan ini seringkali membuat orang lain
menjadi segan untuk berkonfrontasi dengan mereka.
• Perfeksionisme: Mencari kesalahan dari segala hal yang
telah selesai dilakukan. Tidak ada satu hal pun yang cukup
baik. Seringkali dilakukan terhadap orang lain. Sangat
mudah menjadi marah dan menghindar.
• Promises: Dapat merupakan janji asli yang sesungguhnya,
atau hanya sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan orang
lain. Nantinya hal ini berakibat hilangnya kepercayaan
orang lain terhadap mereka.
• Superioritas:Pertahanan menghadapi kekurangan dan rasa
takut. Bertahan pada jalan perubahan ini karena
dipergunakan untuk mengurangi upaya orang lain dalam
menolong individu merubah perilakunya.
• Grandiositas: menyusun rencana yang besar dan mudah,
dan pikiran yang tidak realistis, yang mana hal ini dapat
mengakibatkan kesulitan finansial.
• Iresponsibilitas: Terdapat hubungan yang terbalik
antara ketergantungan zat dengan perilaku yang
bertanggungjawab.
• Mengasihani diri sendiri: mempunyai pikiran bahwa
dirinya menjadi korban. “Semuanya dan segalanya
menentang saya.” Perilaku ini menarik orang-orang
yang perhatian.
• Perilaku seksual yang tidak pantas: perbuatan yang
tidak bijaksana dan promiskuitas, seperti: inses dan
penganiayaan seksual.
• Menarik diri secara sosial dan emosional: Relasinya
terutama dengan zat.
• Pink elephant rule: Tidak seorangpun berbicara
mengenai hal itu (hal itu tidak pernah ada).

Anda mungkin juga menyukai