Anda di halaman 1dari 26

Responsi Appendiks (dr.

KSO)
Teori :
Sebelum operasi itu cek persetujuan tindakan medis, setalah operasi bs terjadi fistule, krn gizi
jelelk jahitan bisa jelak, bisa terjadi hernia sikatrikalis, klw punya bkat keloid bisa jd keloid,
krn appendicularis bisa terjadi bleeding, bisa peritonitis bisa internal bleeding.
Untuk DD :
- PID
- Endometriosis
- Uretelolitiasis
- Mioma uteri
- Pnyakit Chron
“ kalau disingkat gmn? Diare? Omental torsion, ISK, gasterinteritis, n ulcus duodenum”
Disingkat laki-laki apa perempuan? Setelah itu baru cari DD nya.
Tanyakan jahitannya pahit atau bawah.
Responsi :
Kasus ini bedah umum : nyeri perut kanan bawah
DD : colic ureter bisa
ALVARADO
Pasien nyeri perut sebelah kanan anamnesis lah ALVARADO Score, kira-kira2 untuk nyeri
nnya dim n posisinya? Mual? Muntah? Suka makan gak?
Apa pertanyaannya saat demam  ALVARADO Score ingat sub febril tdk terlalu panas
sumer.
Krn demam itu bisa demam tinggi dan rendah.
Anamnesis :
Perempuan 27 tahun, nyeri erut kanan bawah, nyeri tiba-tiba, mual +, muntah +, diare +,
panas kadang-kadang +,
Mencret gmn?
Keputihan?  PID gejala bisa seperti apendiks.
AMPLE :
Tanyakan klw ISK nya kumat2 tan gak sakitnya?
Pemeriksaan Fisik :
TTV Artinya apa?  Hemodinamik stabil, maka dx nya apa? Pasien ini tdk emergency..
pasien ini nyerinya sejak agustus, masuk ke Haji sudah 2 inggu, nyerinya kumat2 tan,
appendicitis kronis eksaserbasi akut. Masuk dgn appendicitis muri krn TTV nya sudah stabil,
tanda=tanda akut udh gak ada.
Pemeriksaan apeniks semua lengkap : McBurney +, Psoas sign +, Obturator +, RT
Inspeksi flat
Auskultasi dulu
Palpasi
Perkusi
Pemeriksaan Pre Op dan Post Op hrs jelas
Alvarado score >7
Harus bisa membedakan Appendisitis akut dan kronis
Rencana :
- Ketorolac Dosis obat pahami 30 ml dan 10 ml (dosis rendah di kasihkan dalam resep)
- Ranitidine
- Pemebrian RL dihabiskan dalam berapa jam? Harus paham? Sesuai dgn kebutuhan
sesuai BB pasien
Post Operasi : evaluasi apakah ada tanda2 peritonitis?
UL itu lht sedimen urin

1
cek Leukosit tinggi dan darah +  sistitis atau uretritis
cek Leukosit sedikit banyak dan darah >>>  batu
cek Leukosit -, nyeri -, betul blood  Ca Buli
Cek Foto Polos Abdomen : ada bayangan fecalit apa enggak, gas?  perforasi
CTSCAN, USG cek
Pemberian obat terutama Antibiotik  cek gram +/- krn utuk E. Colli
Apendiks  dx nya adalah dx KLINIS!!!!
Monitoring :
Responsi Ca Colon (dr. KSO)
A.V Mesenterica superior
Bisa membedakan gejala Ca Colon Kanan dan Kiri.
Usia > 50 tahun keatas yg banyak terkena Ca Colon
Ada orang dengan gangguan bowel obstruction > 50 tahun, maka berfikir  Ca Colon
Bowel Habit  fecaloma, skibala
Seluruh pasien yang terkena Ca ada bawaan genetic namanya familia adenomatous poliposis (tdk ada
pelindunganya) tumor supresor. Jd sebenarnya kita ada kemampuan apoptosis kemampuan tubuh
untuk memakan sel yang tua spy ada regenerasi. Apoptosis kanker  IRAS
Tumor tdk akan umbuh jk ada IRAS. Tp krn adanya APC adanya kecacatan sehingga bloking dia tdk
terjadi hyperplasia n hiperthrophy tdk ada. Jd krn tdk ada sehingga ada inisiasi. Tetapi jk tdk ada
genetic meskipun diinisiasi mk tdk akan muncul ca nya.
 Colon kanan : gangguan colic ulcerative dlm mnyerap air sedikit, khasnya adalah fecal yg
berisi air, gejala dyspepsia, kurang enak diperut kanan bawah, kolonoskopi ada massa di
kolon kanan.
 Colon kiri : fekal yg melewati kolon kiri akan terserap keseluruhan oleh jaringan. Sehingga
feses yg kluar akan keras sehingga sangat susah untuk dikeluarkan. Darah dan feses, obstrksi
partial/ total
Lumen kolon kanan dan kiri itu lbh besar lumen colon kiri.
 Rectm : darah di feses, semakin ke daerah distal lumen colon semakin mengecil, RT :
penemuan tumor.
Apa yang kamu dapatkan :
- Anemia, lemah sering mencret perut gak enak, umur 51 tahun  Kemungkinan Ca Colon
Kanan
- Darah segar, beraknya susah
Bedanya ada 3 : Diare berkala mencret, penyerapannya kurang Ca Colon Kanan, Obstipasi,
Obstruksi (penyerapannya lebih banyak)  Ca Colon Kiri, Tenesmus (BAB tdk puas, pengen
BAB terus)  Ca Rectum Sigmoid. Semuanya anemia krn mengeluarkan darah
Bagaimana cara membedakannya : Benzidin test (3 hari diet tanpa protein, nanti fesenya
diperiksa).
Artinya “Occuld fecalt test”
Jk pasien msh anemia  transfuse kemudian baru Sigmoidestomi permagna.
Staging
Pada Hernia  WAJIB RT cek Prostat

Ca pada Recto sigmoid 75%, Ca Rectum 10%, Ca Transversum 10%, Ca Descenden 5%

1.1 Definisi
Ankle Brachial Index (ABI) merupakan prosedur pemeriksaan diagnostik sirkulasi
pada ekstremitas bawah untuk mendeteksi adanya Peripheral Artery Disease (PAD)
dengan membandingkan tekanan sistolik pergelangan kaki dengan tekanan sistolik
lengan.1
PAD adalah penyakit yang menyerang arteri perifer dimana terbentuk plak pada arteri
yang disebabkan karena lemak, kolesterol, jaringan fibrosa, dan zat lainnya dalam darah.
Saat plak terbentuk akan menggangu aliran darah menuju arteri perifer yang membawa

2
nutrisi dan oksigen. PAD banyak menyerang pada arteri kaki, namun juga dapat mengenai
arteri pada kepala, jantung , dan lain lain.1

Gambar 1.1 Peripheral Artery Disease (PAD)1


I.2 Indikasi
Indikasi melakukan pemeriksaan ABI skore adalah untuk mendeteksi adanya PAD.
Faktor resiko dari PAD antara lain:1
 Atherosklerosis
 Perokok
 Diabetes Mellitus
I.3 Pemeriksaan ABI Skore
Presedur pemeriksaan ABI skore yaitu dengan mengukur tekanan sistolik pada lengan
dan pergelangan kaki menggunakan manset tekanan darah, gel, dan transduser doppler.
Prosedur pemeriksaan ABI :2
1. Mengukur tekanan sistolik lengan:
 Pasien posisi telentang
 Pasang manset tekanan darah pada lengan pasien
 Tempatkan gel di fosa cubiti arteri brachialis
 Tempatkan transduser doppler pada gel di fosa cubiti dengan sudut 45-60o
 Ukur tekanan sistoliknya
2. Mengukur tekanan sistolik pergelangan kaki:
 Pasangkan manset pada pergelangan kaki
 Tempatkan gel pada lokasi arteri tibialis posterior
 Tempatkan gel pada lokasi arteri dorsalis pedis
 Tempatkan transduser doppler pada arteri yang akan didengarkan dengan
sudut 45-60o
 Ukur tekanan sistoliknya

3
Gambar 1.2 Pemeriksaan ABI Skore3
I.4 Interpretasi ABI Skore
Setelah dilakukan pengukuran tekanan sistolik pada pergelangan kaki dan juga
lengan, nilai tekanan sistolik akan dimasukkan ke dalam rumus berikut:

Misalkan jika akan melakukan pengukuran ABI pada kaki kanan yaitu kita tentukan
dulu tekanan sistolik tertinggi pada kaki kanan dan tekanan sistolik tertinggi antara kedua
lengan. Kemudian dimasukkan kedalam rumus diatas dan diinterpretasikan sesuai tabel
ABI Skore.2

Nilai normal ABI skore berada pada kisaran 0.9-1.4 dari hasil tekanan sistolik
pergelangan kaki dibagi tekanan sistolik lengan. Yang menunjukkan tidak adanya
plak ataupun kalsifikasi pada arteri perifer.2
Jika didapatkan nilai ABI skore <0,9 menunjukkan diagnosis PAD dan jika
<0,5 merupakan PAD yang sudah berat. Oksigen maupun nutrisi untuk perfusi ke
arteri perifer sudah sangat berkurang sehingga jika ada luka atau ulkus pada kaki
perlu dipertimbangkan penyembuhannya karena akan sangat sulit sekali sembuh.2

4
ABI (Ankle Brachial Index) Score
Mendeteksi PAD DM/ perokok, diendotelnya ada plak meneybabkan sirkulasi emnurun
N >0,9  lanjutkan dgn Doppler
- Px ulkus, nekrotik, bau  pulsasi arteri ada/ tdk
Jika tdk ada vascular -, kapan smebuhnya? Apabila zat-zat yang dibutuhkan tidak tersalurkan
ke tempat lukanya akibat tdk adanya vascular/ pulsasi arteri
- Bandingkan a. brachialis dandorsalis oerdis (pakai USG Dopler)
Sistol kaki kanan (misalnya)/(dibagi) sistol kedua tangan
- Pada akral dingin ada ulkus  berfikir bahwa PAD sehingga dilakukan Doppler 
ireplentasi  shunt  diambil dari V. Saphena magna (hrs dibalik)
- Diberikan obat-batan anti thrombotic & vasodilator
-
Responsi Atresia Duodeni (dr. KSO)
Pembentukan duodenum itu adalah akhir dari fore gut dan awal dari midgut
Jadi pada saat hamil Trimester pertama, seorang wanita tidak boleh mengalami gangguan.
Pasien dengan hamil tidak boleh melakukan foto radiasi, krn sifatnya bisa teratogenik akibat
kena ionisasi. Jika anak kecil d foto besarnya ia bisa terkena Ca Tyroid
- Pasien lahir dengan bibir sumbing maka pikirkan bahwa kita harus bisa menemukan
kelainan yang lainnya
- VACTERL
- Bagaimana kita bisa melihat polihidramnion pada ibu hamil dengan cara yang
mudah? Adalah dengan mengukur lingkar perut dibandingkan dengan massa usia
kehamilan
Etiologi :
- Gangguann perkembangan pada masa kehamilan
- Embryonic gut  proliferasi  rekanalisasi  vakuolisasi
- Klasifikasi
a. Tipe I Mucosal Web Tipe I atresia
b. Tipe II Fibrous cord Tipe II atresia
c. Tipe III Complete separated

POLI
STATUS
Lembar I diisi oleh perawat Bukan DM
Lembar II
S
O
 Status generalis
 Status lokalis+ gambar+quadran
A
P
- Pahami regio mamae
- Kriteria FAM & Ca Mamae
- Stadium Ca Mamae
- Ibu menysusui  Galaktokel
- Pemeriksaan pada Hernia
FAM
Merupakan tumor jinak mamae yang berasal dari jaringan ikat dan kelenjar
Deskripsi :
Bentuk
Ukuran
Jumlah
Konsistensi  padat kenyal, halus/ berlobus

5
Lokasi  sesuai Quadran
Mobilitas
Nyeri
Kholelitiasis + Kolesistitis kronis + Hep B
Tx : Laparaskopik kolesitektomi
Open kolesistektomi
Haemoroid
Anamnesis :
1. Cari apa ada faktor keturunan
2. Ada diare kronis/ konstipasi  DD Ca Rektum
3. Life style  pekerjaannya apa
4. Darah segar yg keluar
5. BAB berselimut darah/ setelah BAB ada darah menetes
6. Kehamilan
Pemeriksaan fisik :
1. Pemeriksaan luar tidak didapatkan apa2
2. Anemia (kadang)
3. RT : lihat ada massa, nyeri, darah, tonus spingter ani
Pada laki-laki  ada tidaknya BPH
Pada perempuan  hamil/ tdk
Grade :
I : pelebaran plexus hemmoroidalis tp tdk ada prolaps
II : Prolaps saat BAB tp bisa masuk sendiri
III : Prolaps saat BAB masuk dengan bantuan manual
IV : Prolaps tidak dapat dikembalikan ke dalam saluran anus
Hemmoroid
- Internal  tdk nyeri krn letakya epitel columnar
- Eksterna  sakit krn epitel kulit (ada persyarafan)
Vena yg inferior menuju A. Iliaca
Hemmororid bisa menyebabkan kematian mendadak  lepasnya hemmoroid externa  thrombus
Perempuan yg sering punya anak  varises di gastrocnemius
Hemmorid itu bukan varises anorectal yak
Menentukan lokasi di jam 3,7, 11
“dilakukan rubber band ligation resiko perdarahan dalam waktu 5-14 hari”
Pneumothoraks Spontan Pulmo Dextra
Pemeriksaan fisik :
Inspeksi : dinding dada asimetris
Palpasi : ICS melebar, deviasi trachea
Perkusi : Hipersonor
Auskultasi : Suara vesikuler menurun/tdk ada
Radiologi :
Paru kolaps, kesan hiperlucent, deviasi trachea
Tx Pemasangan Chest Tube+WSD
Untuk evaluasi udara chest tube lebih kecil disbanding untuk evaluasi darah
ICS 6 aksilla line anterior
Internal Bleeding
 Pelvic perdarahan  pasang sling
 Femur perdarahan  pasang bidai
 Abdomen perdarahan  LAPARATOMY
Materi Thrauma harus paham
a. Tension pneumothoraks
b. Tamponade jantung
c. Neurogenic shock
d. Anafilaktic shock

6
Thrauma Tumpul Abdomen
Panjang jejunum dan ileum kurang lebih 6-7 cm, perbandingannya 2:3
Makanan diproses di ussu membutuhkan waktu 5-6 jam
Thrauma adomen bisa krn faktor endogen dan eksogen
Anamnesis :
 Kecepatan
 Sifat trauma
 Dulunya perutnya pernah section? Dll
RPD : < 40 thn  AMPLE
Patofisiologi :
- Compression
- Shearing score
Diagnosis :
 MOI
 Pemeriksaan fisik  Primary Survey and Secondary Survey
 Penunjang  DPL, FAST (untuk mncri cairan intraabdomen), CT-SCAN
Thrauma Abdomen  buka semua nya lihat di 9 regio (lihat testis, vagina, penis, uretra)
“Syarat RT  tidak didapatkan bloody dishcharge”
Peritonitis  TSA lemah
Ileus Obs  TSA kuat
Therapy :
 Non Operatif
 Operatif
Trauma Tumpul Abdomen  Internal Bleeding, Peritonitis
Injeksi Ranitidinn 50mg/ 2ml setiap 6-8 jam (3x/ hari)
Injeksi Tramadol drip PZ 100 cc 6x100 mg (4-6 jam/ hari)
“ setiap trauma berat mengenai tulang, maka SGOT meningkat”
Leukosit 18.000  sepsis
Nadi 96x  sepsis
Ileus  ada gambaran coil spring
PAPO
Penyakit arteri perifer oklusi
Kronik  obat-obatan
Akut  amputasi
Claudicatio intermitten  kronik
Aktivitas  otot kontraksi  metabolism meningkat  pasokan << meneybabkan nyeri istirahat
 sembuh
Ca Mamae
SARARI
Dilakukan saat 5-7 hari setelah haid terkahir, dilakukan sejak usia 20 thn jk pada menopause ssuai
tgl yg diingat
Mesoderm  garcoma
Endoderm  carcinoma (krn dari endotelnya)
Basalioma (jarang metastasis tp infiltrative destruksi)
BBC  ganas
Tx hormonal “Tamoksifen selama 10 thn
Kapan dikatakan bebas cancer “jika selama >10 thn control post MRM
Ab prokfilaksis max 24 jam
- Ceftriaxone gram –
- Mestinya diberi yg gram + krn bakteri dikulit itu biasanya adalah staphylococcus gram +
Diberikan cairan intraparenteran Amiparen (As. Amino) jika intake kalori blm terpenuhi
HERNIA
DD massa diinguinal
- Lymphadenophaty

7
- Abses inguinal
- Hidrokel funikulus
- Lipoma
- Metastasis tumor
- Melanoma maligna
- HIL, HIM
- UDT
HIL  laki-laki>>>
HIM  perempuan>> (trtama pd kehamilan)
Anamnesis jk untuk BPH adalah nocturia? Berapa kali pak dlm semalam?
MOE diperdalam cari kantong hernianya (putih mengkilap)  ada usus atau tdk  dibebaskan 
dipotong sampai batas peritoneumfat nya  bebaskan  masukkan dipluntir  dipotong
Locus minoris setelah digantung diletakkan dibawah MOE
Benang  cut gut
Side
-tdk diserap
-9-10 hari diserap
Subcuticuler dijahit dulu supaya mendekatkan
Kalau ada tarikan bs pakai yg 2.0 biar kuat
AB profilaksis  cefazolin
Infeksi superficial  Clindamicin/ cotrimoksazole

OK
Hernia  TEKOP
VISITE
 Karbunkel  kumpulan dari furunkel yg letaknya dalam membentuk beberapa lubang (sinus)
tempat keluarnya nanah  tengkuk lokasi tersering
Furunkel  kelanjutan dari keradangan folikel “folikulitis”
Debridement untuk tx nya
 Paronkia  infeksi di dasar kuku, ada nanah
 Unguius nkarseratus  kuku tumbuh melengkung ke dalam
 Ada nanah trus dievakuasi  tibikus tcubis escquo
Post Hemmoroidektomy complication
a. Fistula ani
b. Inkonintesia alvi
c. Striktur. Canal stenosis
d. Perdarahan
e. Retensio urin
f. trombosis
 Quick Sofa  untuk memprediksi prognosisi sepsi
 Leukositosis/ leucopenia
 Suhu 35 38 derajat Celcius
 RR >20
 HR>90
 Tanda-tanda Takikardia
- Hipotensi
- Takikardi
 Observasi Post Op
 TTV
 Status lokalis
Bekas post op (Laparatomi)
Perdarahan  dilihat perbannya
Nyeri
“pasien dengan Cholelithiasis dx  USG tampak massa, hipoeqoic”

8
“cholesistitis  murphi sign +)
 WAGNER :
I : superficial  rawat luka
II : tendon, fascia  rawat luka
III : Abses+osteomielitis  diambil tulangnya sebagian
IV : Distal  amputasi
V : Luas  amputasi
“IV V  gas gangrene oleh karena Clostridium Perfingens “Amputasi”
 Obat :
Ketorolac sediaan 10 mg/ ml, 30 mg/ ml
 Post Op :
BU “belum ada bisa karena efek anastesi”  dipuaskaan dulu sampai ada BU +
Jangan langsung diberi makan karena bisa reflux an bisa ileus jk BU blm +
BU + pada pasien dgn pos Op Laparatomy  dikatakan + normal/ adekuat klw px sdh bs flatus
 Sub total lobektomy  pasang drainage “dilepas saat darah <10 cc”
Setelahnya dilakukan Tx Calcium karena metabolism Calcium ada di paratiroid kalau tidak
sengaja terambil paratiroidnya, maknaya diberi calcium
Abses  suatu massa berisi cairan berongga yg fluktuatif dan adanya tanda-tanda radang “TBC
Abses tp pasien tdk ada panas). TX  Insisi
STRUMA
Anamnesis :
- Sering berkeringat, tremor, berebar, BB menurun, palpitasi
- Hamil/ tdk
- Daerah endemis
Manifestasi klinis :
- Stellwag sign “mata jarang berkedip”
- Jofroy sign “melihat keatas, dahi tidak berkerut”
- Moebius sign “sukar melakukan/ menahan konvergensi”
- Von brafe “melihat ke bawah  palpebrasuperior tidak ikut turun”
- Rosenbach “tremor pada palpebra jika mata ditutup”
Post Op
 TTV
 Suara parau  N. Laryngeus recurens
 Kejang  hipokalsemia
 Spasme karpopedal
 Clavosteak sign  hiperexitability
 Darah
-Lokal
-Drainage (jumlah dan warna “serous kuning kental, sanguinis merah”)
DX “Struma Uninodusa Non Toxica Lobus Sinistra”
PERIANAL FISTULE
Evaluasi pos Op
- Luka operasi  evaluasi perdarahan
- Infeksi
- Bowel incontinence  incontinence alvi
- Reccurence of the fistule
Tx Post Op
- Rendam duduk dengan antiseptic (dettol) 10 cc untuk 10 L air, rendam selama 10 menit pagi
dan sore

9
Cuci tangan
Pakai handscoon
Perkenalan diri & Inform consent
Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Trauma
- Buka baju (exposure) dan celana sampai tuberculum pubicum. Kita mengekspos
seluruh tubuh pasien untuk menghindari kecolongan jejas dan ketelitian pemeriksaan
- Tekan daerah kepala cek apakah ada deformitas, nyeri tekan
a. Os. Frontal, Parietal, Occipital, temporal  krepitasi
b. Glabella -> frontal
c. Infraorbitas  zygoma
d. Pupil
Cek reflek cahaya
Gerak bola mata
e. Os. Nasi
Deformitas  buntu, epistaksis curiga fr.nasal, dan adanya krepitasi
Bloody rinnorhae  fr basis crania
Apakah ada fraktur? Septum deviasi
Epistaksis?
Buntu hidung (satu2 hidung di tes dengan cara salah satnya disumbat, sisih coba
pak)
f. Maxilla  diangkat
Deformitas?
Floating maxilla
g. Mandibula (buka mulut pak)
Gerakan rahang atas cek apakah ada deformitas
Gerakan rahang bawah (jari susuri diseluruh gigi, pegang lalu goyangkan)
Cek KGB submandibula, supraclavicula
h. Telinga
Tarik kearah posterior? Nyeri?
Bloody otorhae?
- Neck pain
- Angkat tangan untuk cek apakah ada farckture didaerah clavicula dan shoulder
- Thoraks (IPPA LENGKAP)
Tekan mulai dari mid sternum, midclavicula, susuri dengan 2 cara untuk melihat
apakah ada deformitas? Krepitasi?
- Pak tangannya coba diangkat bisa keduanya atau mulai dengan salah satu
Untuk cek adanya fraktur pada tangan, clavicula, serta shoulder
- Kakinya diangkat pak, silahkan ditekuk kakinya pak
- Abdomen (IAPP LENGKAP)
Nyeri tekan di seluruh quadran. Pahami organ yang ada di quadran2 tersebut
Palpasi organ (hepar, lien jk ada shafnerr tentukan saffner brp, ginjal)
Nyeri tekan symphisis
Nyerti tekan tuberculum pubicum
- Kaki dicek apakah ada fr. Collum femur/ fr. Femur
Endorotasi, eksorotasi
- Rogg roll (memutar balik badan pasien dengan 2 orang) krn kndsi pasien lemah
Nyeri tekan daerah vertebrae dari atas-bawah
Nyeri ketok pada daerah flank

10
Appendix
Anamnesis : nyeri perut kanan bawah ada mual? Nafsu makan?
- Kaki diangkat  ditekuk
- MC Burney
- Rebound phenomena
- Rovsin sign
- PSOAS
- Obturator
- Tenhorn pada laki2
- RT
- Cek UL, DL
- Foto BOF
Mamae
Anamnesis : benjolan di mammae, sebelah mana? kanan
Maka dilakukan pemeriksaan dari bagian yang sehat terlebih dahulu yakni disebelah kiri
- Inspeksi
- Palpasi
a. Pencet  bloody discharge
b. Circuler
c. Radier
d. Linier
e. Axilla
f. Benjolannya
Bentuk
Ukuran
Jumlah
Konsistensi
Lokasi
Mobile atau tdk
Nyeri
<35 tahun  USG karena masih banyak jar. Ikat dikhawatirkann hasilnya rancu
>35 tahun  mamografi
Struma
Endemic goiter diminum yodium, disuntik Lipiodol
- Cari tanda-tanda Hipertiroid
- Benjolan di cek apakah bisa bergerak atau tidak
Struma  ikut gerak saat nelan. Klw gak ikut gerak kemungkinan cista
tyroglosus
a. Struma
Hipertiroid : tanda vascular (takikardi), tanda simpatis (exoftalmus)
Normotiroid/ eutiroid
b. Non struma
- Sudah punya anak? Lagi hamil?
- Inspeksi
a. Angkat leher  menelan
b. Tangan 2 diangkat tempelkan kertas  tremor

11
c. Jawfroy sign
- Palpasi
a. Suruh menelan  konsistensi
b. Kelenjar :
Submandibula
Supraclavicula
Sternocleidomastoideus
*I : Submentalis
*II : Sterno proksimal
*III : Sterno medial
*IV : Sterno distal
*V : Sterno lateral
- Post Op Struma
Evaluasi suara serak
Karena tyroid dekat dengan N. Laryngeus recurrent kalau kena maka
suara menjadi serak
FISTULA PERIANAL
Fistula perianal adalah saluran abnormal yang menghubungkan dua permukaan berepitel yaitu
mukosa kanal anal atau rectum dengan kulit perianal. Sinus perianal adalah saluran yang
menghubungkan sumber infeksi dengan permukaan kulit perianal
PATOFISIOLOGI
Sebagian besar fistula perianal berasaldari abses yang terbentuk dari infeksi intersphingter anal gland.
Sebagian kecil lainnya berasal dari penyakit Crohn’s, Colitis, ulserativa, infeksi tuberculosa dan
keganasan rektonal
KLASIFIKASI FISTULA PERIANAL
Fistula perianal diklasifikasikan berdasarkan letak dan hubungannya dengan m. sphingter ani interna
dan ekterna
Klasifikasi menurut Park, dkk adalah
1. Intersphingteric
a. Simple low tract
b. High blind tract
c. High tract with rectal opening
d. Rectal opening without perineal opening
e. Extrarectal extension
f. Secondary to pelvic disease
2. Transsphinteric
a. Uncomplicated
b. High blind tract
3. Suprasphinteric
a. Uncomplicated
b. High blind tract
4. Extrasphinteric
a. Secondary to anal fistula
b. Secondary to trauma
c. Secondary to anorectal disease
d. Secondary to pelvic inflamation

12
Gejala Klinis
Biasanya selalu didapatkan riwayat pembentukan abses anorektal yang terdrainase dan menyembuh
spontan, disertai episode infeksi ulangan dan keluarnya pus dari lubang bekas abses
Pemeriksaan dan Diagnosis
1. Pemeriksaan fisik
Sebagian besar fistula perianal dapat didiagnosis dengan anamnesis yang baik dan
pemriksaan fisik sederhana. Pada Inspeksi daerah anus akan terlihat external opening yang
ditandai dengan keluar pus ke eprmukaan kulit, jaringan granulasi atau sikatrik. Pemeriksaan
colok dubur dan protoskopi harus dilakukan untuk mencari internal opening walaupun pada
sebagia besar kasus jarang ditemukan, dan mencari penyebab terjadi fistula. Pada
pemeriksanan colok dubur, internal opening dapat teraba berupa jaringan granulasi atau
cekungan sedangkan saluran fistula dapat teraba berupa jaringan keras berbentuk suatu
garis (tract) antara external opening dan internal opening. Dalam mendiagnosa fistua
perianal harus diperkirakan panjang fistula dan hubungannya dengan m. sphinter ani. Hal
tersebut sangat penting, karena akan mempengaruhi jenis tindakan dan risiko operasi. Posisi,
jarak dan anal werge dan jumlah external openingdapat kita gunakan untuk memperkirakan
letak internal opening. Berdasarkan hukum-hukum Goodsal “fistula dengan external
opening yang terletak di posterior dari garis khayal transversal anus akan berasal dari
internal opening di posterior midline, sedangkan external opening yang terletak anterior
dari garis khayal transversal akan berasal dari kripte terdekat”.

13
2. Pemeriksaan tambahan
Fistulographi, endorectal ultrasonographi (ERUS), magnetic resonance imaging
(MRI), tidak rutin dilakukan. Pemeriksaan ini hanya dilakukan untuk kasus-kasus fistula
perianal kompleks (riwayat operasi berulang kali, external opening multiple atau letaknya
jauh dari anal verge, internal opening terletak tinggi karen aresiko terjadinya kekambuhan
atau inkonintesia alvi pasca operasi sangat besar.
Diagnosis Banding
 Penyakit Chron’s
 Sinus pilonidal
 Hidradenitis supurativa
 Tuberculosa
 Trauma
 Radiasi
 Fissure ani

Penatalaksanaan Theraphy
Prinsip operasi untuk fistula perianal adalah
- Menghilangkan saluran fistula
- Mencegah terjadinya kekambuhan
- Mempertahankan fungsi m. sphngter ani
Untuk fistula perianal simple dapat dilakukan operasi fistulotomi atau fistulektomi, sedangkan untuk
fistula perianal kompleks dapat dilakukan operasi pemasangan seton, advancement flap, aplikasi
bioprosthetic fistula plug atau fibrin glue.

14
PERITONITIS GENERALISATA

Batasan
Peritonitis adalah reaksi inflamasi akut pada peritoneum dan rongga peritoneum
Patofisiologi
Berdasarkan penyebab peritonitis dibedakan menjadi tiga :
1. Peritonitis primer  infeksi bakteri secara hematogenous dari sumber infeksi
ekstraabdominal. Contohnya adalah bakteri spontan, peritonitis tuberculosis atau
berhubungan dengan chronic ambulatory peritoneal dialysis (CAPD)
2. Peritonitis sekunder  infeksi yang berasal proses intraperitoneal seperti perforasi organ
berongga, penyakit saluran empedu, iskemi usus dan pelvic inflammatory disease
3. Peritonitis tersier  peritonitis dan sepsis yang awalnya telah dikontrol secara operatif,
bakterinya sudah dieliminasi dengan terapi antibiotic, kemudian berkembang lagi menjadi
peritonitis tersier. Sebanyak 40% peritonitis jenis ini disebabkan oleh appendicitis akut
Efek patologis yang timbul akibat peritonitis
1. Absorbs zat toksis dan kuman dari permukaan peritoneum dan disebarkan e seluruh tubuh
2. Timbulnya ileus paralitik yang akan diikuti hilang cairan tubuh, elektrolit, dan protein
3. Distensi abdomen yang akan menyebabkan elavasi diafragmha yang dapat menyebabkan
abdominal compartement syndrome, atelektase dan pneumonia
Gejala klinis
1. Anamnesis lengkap harus dilakukan untuk mencari penyebab terjadi peritonitis, muai berapa
lama sakitnya, disertai demam, emnggigil, nyeri, lokasi nyeri, sifat nyeri, perubahan lokasi,
disertai anoreksia, muntah-muntah atau ileus
2. RPD ditanyakan, termasuk perawatan di rumah sakit sebelumnya, obat-obatan yang didapat,
penyakit kronis, atau operasi sebelumnya
Pemeriksaan dan Diagnosis
1. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda yang ditemukan tergantung pada penyebab peritonitis :
a. Tanda vital, pemeriksaan sclera dan konjungtiva untuk melihat ikterik, anemis.
Pemeriksaan thoraks untuk menyingkirkan pneumonia yang dapat menimbulkan gejala
klinis pada pemeriksaan abdomen
b. Peritonitis fase awal ditandai dengan nyeri abdomen hebat, pasien akan terlihat berbaring
diam dan menghindari pergerakan yang akan memicu terjadinya nyeri perut. Temperature
tubuh akan mengalami peningkatan disertai takikardia. Pemeriksaan fisik pada saat ini
akan menemukan defans muscular local (peritonitis local) atau general (peritonitis umum)
tergantung seberapa luas peritonitis yang terjadi. Bising usus akan menurun atau
menghilang. Pemeriksaan colok dubur vaginal diperlukan bila penyebab peritonitis
diduga berasal dari organ geniltalia
c. Pada peritonitis fase lanjut, abdomen akan distensi dan tympani disertai tanda cairan atau
udara bebas. Pasien tampak lemah disertai nadi yang kecil dan cepat, muntah fekal, kulit
yang sianosis, lembab dan dingin (fasies Hippocratic)
d. Pemeriksaan vaginal dapat membantu menentukan asal proses keradangan
2. Pemeriksaan Laboratorik
a. Pemeriksaan darah lengkap “Leukositois dapat >25.000/mm 3 atau Leukopneia
<4.000/mm3
b. Pemeriksaan darah lain seperti faal pemebekuan darah, fungsi faal hati, fungsi ginjal,
serum elektrolit, kadar gla darah diperlukan untuk mengetahui kondisi umum pasien dan
berat peritonitis yang terjadi. Pada proses yang sudah lanjut dapat terjadi gagal organ
multiple
3. Pemeriksaan Radiologik
a. Pada foto polos abdomen dapat terlihat ada gambaran udara bebas atau tampak pelebaran
jarak antara loop usus yang berdekatan. Pada 70% kasus perforasi gaster akan
memeberikan gambaran udara bebas dbawah diafragma sedang perforasi appendiks
hampir tidak dijumpai udara bebas Peritoneal fat line dan Peritoneal psoas shadow
menghilang karena edema

15
Diagnosis Banding
a. Obstruksi usus
b. Pneumonia basal
c. Infark miokard
d. Perdarahan intraabdomen
e. Rupture aneurisma aorta abdominalis
Peatalaksanaan Therapy
Keberhasilan dari terapi peritonitis dipengaruhi oleh berat infeksi yang terjadi, kondisi pasien
sebelum sakit dan kondisi fisiologis pasien sata sakit. Secara umum terapi peritonitis :
1. Persiapan prabedah
a. Pemasangan iv line, bila perlu vena sentral sehingga dapat digunakan untuk monitoring
sirkulasi
b. Resusitasi cairan untuk memperbaiki sirkulasi
c. Pemberian Oksigen
d. Pemasangan pipa lambung
e. Kateter urin
f. AB berspektrum luas “sefalosporin dan metronidazol diberikan scr intavena”
2. Laparatomi
Laparatomi bisa dilakukan secara terbuka maupun laparoskopik untuk mencari penebab
peritonitis sekaligus melakukan terapi definitive seperti “appendektomi menjahit perforasi
gaster dan melakukan peritoneal toilet”

IKTERUS OBSTRUKSI
Batasan
Hambatan aliran cairan empedu yang disebabkan oleh sumbatan mekanik dan
mengakibatkan terjadi kolestasis
Patofisiologi
1. Kekuningan pada sclera terlihat ketika konsentrasi bilirubin dalam serum melebihi 2,5
mg/dL, dan kekunigan pada terlihat bila konsentrasi bila konsentrasi bilirubin melebihi 5
mg/dL. Ikterik yang terjadi pada obstruksi saluran empedu diakibatkan oleh refluks
bilirubin direk ke dalam sinusoid hepar melewati membrane basal atau kanalikuli yang
rusak
2. Mekanisme obstruksi saluran empedu ; intraluminal (batu empedu, kolangiokarsinoma),
intramural (striktura) dan ektraluminal (pancreatitis, tumor kandung empedu, anaksebar
tumor ganas didaerah ligamentum hepatoduodenale)
Gejala klinis
1. Kuning, dapat hilang timbul atau progresif tergantung pada penyebab obstruksi saluran
empedu. Pada sumbatan akibat batu empedu, ikterus biasanya hilang timbul, sedang
ikterus akibat proses keganasan cenderung progresif
2. Urin berwarna seperti the dan feses berwarna seperti dempul (akolik)
3. Teraba massa tumor diperut bagian atas
4. Sindrom Courvoiser : ikterus yang disertai pembesaran kandung empedu (hidrops
kandung empedu)
5. Pruritus, karena penumpukan asam empedu dibawah kulit
6. Nyeri pada perut kanan atas
7. Mual muntah
8. Trias Charcot (nyeri perut atas, ikterus dan febris menggigil) pada kasus kolangitis. Pada
kasus yang lebih berat dapat dijumpai pental Reynold (trias Charcot disertai syok septic
dan gangguan kesadaran)
Pemeriksaan dan Diagnosis
1. Anamnesis
Dicari kemungkinan penyebabnya, congenital atau herediter, infeksi, neoplasma, kelainan
darah, riwayat mengonsumsi obat atau alkhol. Usia penderita, jenis kelamin, diet dan
status social ekonomi perlu dicatat
2. Pemeriksaan fisik

16
Pemeriksaan fisik meliputi perbaan hati, kandung empedu, tanda asites, kandung empedu
yang memebsar menunjukan ada sumbatan pada saluran empedu bagian distal yang
disebabkan oleh tumor (sindrom Curvoiser)
3. Pemeriksaan laboratorik
a. Bilirubin direk serum yang menigkat lebih tinggi dari bilirubin indirek
b. Alkali fosfatase dan ϒ-GT akan meningkat
c. Enzim SGOT/ SGPT biasanya tidak meningkat terlalu tinggi pada kasus ikterus
obstruksi
d. Kadar serum CA 19-9 dan CEA meningkat pada mayoritas kasus keganasan
4. Pemeriksaan imaging
a. USG merupakan pemeriksaan pertama yang dilakukan untuk melihat sumbatan
saluran empedu, dapat mendeteksi pelebaran saluran empedu intra dan ekstra hepatal,
dan melihat penyebab ostruksi
b. ERCP (endoscopi retrograde cholangio-pancreatography) : berfungsi sebagai sarana
diagnostic (memeberikan gambaran anatomic saluran bilier, biopsy tumor), sekaligus
dapat berfungsi sebagai sarana teraupetik (spingterotomi dan sktraksi batu atau
pemasangan sten)
c. MRCP ( magnetic resonance cholangio-pancreatography) : sarana non-invasif untuk
melihat gambaran anatomi saluran empedu
d. PTC (percutaneus transhepatic cholangiography) : memebrikan gambaran anatomi
saluran empedu, terutama untuk obstruksi di bagian proksimal saluran empedu
Penyebab ikterus obstruksi
a. Batu ductus choledocus
b. Batu kandung empedu (Mirizzi syndrome)
c. Kolangiokarsinoma
d. Karsinoma caput pancreas
e. Kista ductus kholedocus
f. Pancreatitis
g. Striktur ductus choledocus
h. Cacing dalam saluran biliaris
5. Penatalaksanaan Therapy
Pada dasarnya terapi pasien dengan ikterik obstruktif adalah menghilangkan
penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu. Tindakan tersebut berupa tindakan
pemebdahan misalnya pengangkatan batu atau reseksi tumor, dapat pula berupa upaya
menghilangkan sumbatan dengan tindakan endoskopi maupun laparoskopi
Bila tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan untuk menghilangkan penyebab
sumbatan, dilakukan tindkaan drainase yang bertujuan agar empedu yang terhambat dapat
dialirkan. Drainase dapat dilakukan ke luar tubuh misalnya dengan pemasangan pipa
nasobilier, pipa T pada ductus koledocus, atau kolesistostomi. Drainase interna dapat
dialkukan dengan membuat pintasan biliodigestif, dapat berupa kolesistoyeyunostomi
koledoko-duodenostomi, koledoko-yeyunostomi atau hepatiko yeyunostomi

LESI JINAK PAYUDARA


Batasan
Yang dimaksud dengan lesi jinak payudara adalah semua kelainan non neoplasma
maupun neoplasma tidak ganas. Yang akan dibicarakan disini adalah kelainan-kelainan/ lesi
jinak yang sering ditemukan dalam praktek klinik sehari-hari, yaitu :
-Fibroadenoma mamma
-Tumor phyllodes
-Penyakit fibrokistik
-Mastitis
-Ginekomastia
Tiap jenis lesi akan dibahas secara lengkap/ kompreshif tersendiri

1. Fibroadenoma Mamma

17
Batasan
Fibroadenoma mamma adalah tumor neoplasma jinak payudara yang terdiri dari
campuran elemen kelenjar (glandular) dan elemen stroma (mesenkhimal); yang terbanyak
adalah komponen jaringan fibrous
Gejala Klinis
a. Usia biasanya muda, decade II-III atau bahkan lebih muda
b. Benjolan yang lambat member
c. Lebih sering tidak disertai rasa nyeri, hubungan dengan siklus menstruasi sangat
variatif
d. Benjolan padat-kenyal, sangat mobile dan batas tegas
e. Dapat tunggal atau multiple, pada satu payudara atau kedua payudara
Pemeriksaan dan Diagnosis
Anamnesis
a. Merasa ada benjolan dipayudara yang sudah cukup lama diketahui
b. Benjolan sering tidak disertai rasa nyeri dan sering tak ada hubungan dengan
menstruasi, benjolan di payudara terasa mobile (dapat lari-lari)
c. Usia muda (akil baliq-30 tahun)
Pemeriksaan fisik
a. Biasanya benjolan tidak terlalu besar
b. Dapat tunggal atau multiple
c. Pada palpasi : teraba tumor padat kenyal, berbatas tegas, permukaan halus meskipun
kadang berdungkul-dungkul, sangat mobile, tidak nyeri tekan, dapat tunggal atau
multiple dan tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening (KGB) aksilla ipsilateral
Pencitraan
Pada USG payudara akan terlihat massa yang homogeny, berbatas tegas dengan halo
sign, dengan internal echo yang normo atau hiper
Diagnosis cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
Pencitraan (USG) diperlukan pada keadaan kecurigaan pada kecurigaan pada tumor kistik
atau pada keadaan jumlah lebih dari 1 (multiple)
Penatalaksanaan Terapi
Eksisi dan pemeriksaan histopatologi specimen operasi
Tindak Lanjut
Penting untuk mengetahui diagnosis patologis dan kemungkinan terjadi kekambuhan
atau tumbuh tumor baru
2. Tumor Phyllodes
Batasan
Nama dahulu yang sering digunakan Cystosarcoma phyllodes, suatu tumor
fibroepitelial yang jarang dan hanya didapatkan payudara
Secara histology dan perjalanan klinis dibagi dalam 3 : jinak-borderline-ganas.
Diperkirakan tipe yang ganas kira-kira 25% dari kasus dengan kejadian metastase sekitar
15%. Aspek histologist untuk memebedakan ketiga tipe adalah : Cellular atypia, mitotic
activity, tumor margin, stromal overgrowth, ditambah keadaan-keadaan : vaskularitas,
analisis flow-cytometry, pleomorphism, karateristik secara mikroskopik electron
Patofisiologi
Kebanyakan penulis beranggapan bahwa tumor phyllodes denovo berasal dari
parenkim payudara, hanya sedikit yang percaya bahwa berasal dari suatau fibroadenoma
ang telah ada bertahun-tahun
Reseptor hormone terhadap estrogen dan progesterone ternyata sangat bervariasi dan
hanya terdapat pada komponen epitelialnya, sehingga pengobatan hormonal pada kasus
metastase tidak banyak gunanya, karena yang bermetastase hanyalah komponen
stromalnya
Gejala Klinis
a. Merupakan 2-4% dari angka kejadian fibroadenoma mamma
b. Biasanya timbul pada usia yang lebih tua dari fibroadenoma mamma (decade III atau
lebih)

18
c. Benjolan dapat tumbuh lambat tetapi akhirnya tumbuh lebih cepat
d. Benjolan dapat sangat besar (5 cm-40 cm), kejadian bilateral hanya sekitar < 30%
baik tipe jinak maupun ganas
e. Benjolan biasnaya tidak nyeri, dapat disertai dengan ulkus
f. Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening aksilla ipsilateral walau tumor
sudah sangat besar dan disertai ulkus
Pemeriksaan dan Diagnosis
Anamnesis
a. Usia 30 tahun atau lebih
b. Benjolan sudah diderita lama dan dapat sangat besar tanpa disertai rasa nyeri, kadang-
kadang ada anamnesis cepat membesar terakhir ini, dan disertai ulkus
Pemeriksaan Fisik
a. Benjolan besar atau sangat besar (5cm-40 cm)
b. Kulit diatas tumor mengkilat, ada flenoektasi, kadang-kadang didapatkan ulkus
c. Benjolan berdungkul-dungkul dengan konsistensi heterogen, ada bagian yang padat
dan banyak bagian yang kistik
d. Meskipun besar, benjolan masih mobile (mudah digerakkan) dari jaringan sekitar atau
dengan kulit dan dasar/ dinding thoraks
e. Tidak didapatkan pemebsaran kelenjar getah bening aksilla ipsilateral walaupun
benjolan sudah sangat besar dan terdapat ulkus
Pencitraan
Tidak khas dengan USG atau mamografi, sukar dibedakan dengan Fibroadenoma
mamma
Diagnosis
 Dengan gambaran kalsik dari tumor phyllodes, diagnosis dapat dengan mudah
ditegakkan secara klinis
 Bila masih ragu-ragu dilakukan pemeriksaan histopatologis dengan biopsy insisional
Diagnosis banding
 Untuk tumor yang kecil harus dibedakan dengan fibroadenoma mamma
 Pada keadaan tertentu harus dibedakan dengan karsinoma mamma
Penatalaksanaan Terapi
 Prinsip terapi adalah eksisi luas, karena bila dilakukan eksisi seperti fibroadenoma
mamma maka angka kekambuhan akan sangat besar
 Mastektomi sederhana dikerjakan pada keadaan :
a. Benjolan yang sudah menepati hampir seluruh payudara sehingga hanya tersisa
sedikit jaringan payudara yang sehat
b. Benjolan residif pada usia tua
 Pada tumor phyllodes yang maligna prinsip terapi juga sama dengan yang benigna
kecuali pada yang residif, langsung dikerjakan mastektomi sederhana. Pemebersihan
kelenjar getah bening aksilla hanya bila didapatkan metastase pada kelenjar getah
bening aksilla hanya bila didapatkan metastase pada kelenjar getah bening aksilla
 Radioterapi dan kemoterapi kurang berperan
3. Penyakit Fibrokistik
Batasan
Penyakit fibrokistik adalah nama yang dipakai untuk sejumlah kelainan berupa
pembentukan kista, metaplasia apokrin, fibrosis stromal, kalsifikasi, inflamasi kornik,
hyperplasia epitel sclerosing adenosis, papilomatosis dan lobular ductal hyperplasia
Nama lain yang kadang digunakan adlaah : Cystic disease, cystic mastopathy, cystic
hyperplasia, mammary dysplasia. Juga sering disbeut sebagai Fibrocustic Changes atau
Fibrocystic Condition
Patofisiologi
a. Sebagian besar etiologi tdk diketahui

19
b. Beberapa teori mneyebutkan ada imbalance anatar estrogen dan progesterone.
Estrogen mempunyai peranan proliferasi ductus dan progesterone berperan proliferasi
lobular-alveolar
c. Peranan diet dan vitamin, dalam hal ini golongan methyl xanthine dan vitamin E
Gejala Klinis
 Ditandai dengan penebalan jaringan payudara atau massa yang batasnya tidak tegas
 Lebih sering hanya teraba sebagai hipermodularitas payudara
 Keadaan itu sering terjadi pada kuadran lateral atas dan tidak jarang bilateral
 Nyeri merupakan keluhan yang palings erring, berhubungan engan siklus menstruasi
atatu tidak ada hubungan dengan siklus menstruasi
Pemeriksaan dan Diagnosis
Anamnesis
Dapat menyerang semua umur, tetapi lebih banyak pada usia muda (<35 tahun)
dengan keluhan nyeri dan dapat dengan benjolan atau tidak
Pemeriksaan klinis
Dapat disertai ada benjolan atau tumor yang tidak berbatas tegas, nyeri tekan atau tidak
jelas ada suatu benjolan yang pasti dan hanya terasa sebagai penebalan jaringa payudara
di ebebrapa tempat
Pencitraan
Tidak mempunyai gambaran pencitraan yang spesifik, sering hanya berupa gambaran
kista kecil-kecil multiple
Diagnosis Banding
Tidak jarang bersamaan dengan suatu fibroadenoma mamma, sehingga akan teraba
tumor yang lebih padat disertai nyeri
Pad akeadaan tertentu (dikeluhkan ada tumor) sering harus dibedakan dengan karsinoma
mamma, karena batasnya a=yang tidak tegas dan mobilitas terbatas
Penataksanan Therapi
Konservatif-medikamentosa dan reassurance pada penderita bahwa keluhan itu
adalah keluhan yang tidak ada hubungannya dengan karsinoma mamma
Obat-obatan yang biasanay digunakan adalah golongan roboransia (multivitamin-
antioksidan) atau golongan vitamin E atau preparat hormonal Danazol-tamoxifem; serta
diberi analgetik
4. Mastitis
Batasan
Mastitis adalah keradangan pada jaringan payudara. Keradangan ini dapat akut atau
kronik (biasanya disebankan oleh kausa spesifik). Mastitis dpat terjadi pada masa lakasi
atau puerpurium (terbanyak), atau tidak ada hubungannya dengan masa puerpurieum

Patofisiologi
Mastitis yang paling sering didapatkan adalah jenis Puerpural (Lactational) Mastitis.
Bisa didahului oleh stasis air susu atau tanpa disertai stasis air susu. Biasanya disebabkan
oleh kuman Staphylococcus aureus dengan strain tahan penisilin yang ditransmisi melalui
isapan bayi. Pada jenis non puerpueralis port d entry adalah sistemik atau lewat kerusakan
epitel sekitar nipple-aerola complex
Mastitits tuberculosa, dahulu diyakini sekitar 60% merupakan kelainan primer namun
saat ini harus benar-benar dibuktikan bahwa bnar tak ada hubungannya dengan kelainan
tuberculosa ditempat lain (tuberculosa paru-tuberculosa kelenjar getah bening leher dan
aksilla)
Gejala Klinis
Payudara (terutama pada sata menyusui) terasa nyeri spontan dan nyeri tekan, kadang
disertai panas badan atau malaise, usia produktif-muda
Pemeriksaan dan Diagnosis
Anamnesis

20
Rasa nyeri pada pyudara (yang sedang menyusui), teraba benjolan yang kemerahan.
Kadang-kadang disertai panas badan dan rasa tidak enak. Keluar nanah bila terjadi abses
yang telah pecah
Pemeriksaan Fisik
Ada masa dengan batas tak tegas, kemerahan disertai rasa nyeri spontan dan nyeri
tekan. Kadang-kadang sudah didapatkan masa yang fluktuatif. Tidak didapatkan
pembesaran kelenjar getah bening aksila ipsilateral atau bila ada pembesaran, juga waktu
diraba terasa nyeri
Pencitraan
Pada USG atau mamographi akan tampak masa yang sedikit hiperdens dengan batas
yang undefined, tidak jarang didiagnosis banding dengan proses keganasan
Diagnosis
Diagnosisi biasanya mudah, yaitu nyeri pada payudara yang sedang menyusui.
Benjolan di payudara yang tak terlalu padat disertai nyeri tekan, kadang-kadang dapat
dirasakan da fluktuasi, ada kemerahan
Bila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan sitologi dengan FNA
Penatalaksanaan Terapi
Bila belum jelas ada fluktuasi (abses), diberi antibiotic golongan amoxycline 5-7 hari,
analgetik dan antipiretik
Bila telah terbentuk abses, maka dilakukan insisi yang jika sering terjadi kekambuhan
maka tindakan yang dikerjakan adalah eksisi
Pada mastitis tuberkulosa maka tindakan wedge ekcision atau biopsy eksisional
dilanjutkan dnegan pengobatan obat-obat anti tuberculosa kombinasi, pada beberapa
keadaan bahkan memerlukan mastektomi
5. Ginekomastia
Batasan
Ginekomastia adalah muncul payudara seperti wanita (female-tipe mammary gland)
pada laki-laki. Keadaan ini sering terjadi dan sering dianggap biasa
Ginekomastia fisiologik didapatkan paling sering pada tiga masa kehidupan yaitu massa
perinatal, akil baliq, dan masa tua. Keadaan ini disbebakan karena estrogen berlebih
disbanding dengan testosterone yang beredar
Patofisiologi
Patofisiologi dari ginekomastia adalah sbb :
a. Keadaan kelebihan estrogen
Misal : didapatkan pada true hermaphroditism-germ cell tumor-non testicular tumor-
kelainan endrokrin-penyakit liver-kelainan gizi
b. Keadaan defisiensi androgen : Klinefilter syndrome, Renal failure, dll
c. Pengaruh obat-obat
d. Idiopatik
Gejala Klinis
Biasanya berupa benjolan lunak pada subareolar pada laki,s eirng asimetris, kecuali
pada ginikomastia yg terjadi pd massa lansia, tidak jarang bilateral
Pemeriksaan dan Diagnosis
Cukup dengan pemeriksaan klinis. Ada tumpukan jaringan lunak yang lebih dari
biasa subareolar (normal sekitar 2 cm dibawah subareolar)
Penatalaksanaan Terapi
Terapi obat-obat sering tidak banyak gunanya kecuali bila telah jelas penyebabnya
karena defisiensi testosterone
Obat-obatan yang pernah digunakan anatara lain Danazol (etil testisteron sintetik) dan
Tamkosifen
Terapi terbanyak yang diberikan terutaa untuk gnikomastia yang besar adalah
mastektomi transareolar

21
LESI TAK JELAS JINAK/ GANAS PADA PAYUDARA
Batasan
Adalah setiap lesi/ kelainan pada payudara yang tidak memenuhi krteria jinak tetapi juga
belum dapat digolongkan secara klinis sebagai kelainan ganas, sehingga harus ada prosedur diagnostic
berikutnya agar dapat ditentukan terapi definitifnya
Gejala klinis
1. Tumor padat (defined mass)
 Semua tumor padat yang tidak memenuhi criteria jinak atau ganas tanpa memandang
usia penderita
 Semua tumor padat yang ditemukan pada usia > 35 tahun
2. Tumor kistik
 Kista payudara yang pada pemeriksaan sitologis, termasuk kelas III/ lebih
 Kista yang pada aspirasi ke luar darah kehitaman, lebih-lebih pada penderita usia >35
tahun
 Tumor muncul kembali setelah 2x aspirasi
 Ada tumor padat tertinggal setelah aspirasi (=residual mass)
3. Nipple discharge
 Bila hasil pemeriksaan sitologi dari discharge-nya kelas III/ lebih
 Bila tetap terjadi setelah terapi konservatif selama paling sedikit 3 bulan
 Bila ada discharge yang berdarah, lebih-lebih pada usia 35 tahun
 Disertai dengan tumor padat
4. Non-palpable mass, yaitu masa (diketahui pada pencitraan dan secara klinis tidak dapat
diraba)
Pemeriksaan dan Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis sesuai dengan jenis lesi diatas. Kelainan disini adalah lesi yang jinak atau bila
ganas maka masih termasuk yang sangat dini, sehingga keluhan juga sangat minimal. Pada non-
palpable mass, penderita biasanya datang hanya untuk skrining atau dengan keluhan breast discomfort
saja
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan keadaan yang tidak mendukung suatu tumor/ lesi
jinak tetapi belum dapat dikatakan sebagai lesi ganas
Misal : ada tumor padat yang batasnya kurang tegas, tidak didapatkan nyeri pada wanita usia 30 tahun
Pasien yang termasuk dalam golongan ini kita lakukan pemeriksaan “Triple Diagnostic
Procedure” :
1. Pemeriksaan klinis
2. Mamaografi dan atau USG payudara
3. Pemeriksaan sitologi/ FNA

Penataksanaan Terapi
Terapi tergantung hasil dari triple diagnostic procedure
I II III IV V VI
Temuan Klinis - + + + - -
Mamografi/ USG - + - - + +
FNA/ Sitologi - + + - + X
Terapi Biopsi + VC LP
Definitif

Keterangan :
- : Pada temuan, didapatkan hasil tidak menunjukkankeganasan
+ : Pada temuan, didapatkan hasil keganasan atau cenderung ke arah ganas
Harus hati-hati pada tumor atau lesi yang kecil atau sangat kecil karena temuan klinis pada saat tumor
masih kecil atau sangat kecil maka hasilnya akan sangat bergantung pada pengalaman klinis
0 : Tidak ditemukan tumor secara palpable

22
X : Tidak dapat dilakukan tindakan pemeriksaan

Terapi Definitif :
Terapi pasti yang dikerjakan pada tumor/ lesi yang diagnosis sudah selesai.
Misalnya : terapi untuk lesi jinak adalah eksisi
Terapi untuk lesi ganas adalah sesuai stadium (lihat protocol)

Biopsi + VC :
Yaitu, terapi eksisi lesi/ tumor disertai pemeriksaan histopatologi durante operasi. Tindakan
ini dikerjakan pada keadaan ketika ada discordance (ketidak sesuaian) pada triple diagnostic
procedure.
Hasil VC (vries-coupe) atau FZ (frozen section) akan menentukan terapi definitive durante
operation.

LP : Localized Procedure :
Yaitu tindakan pengambilan specimen/ lesi/ tumor dengan bantuan pencitraan (biasanya
mammografi) menggunakan kawat pemandu (guiding-wire)

TUMOR GANAS PAYUDARA


Batasan :
Tumor ganas payudara adalah keganasan dari parenkhim, stroma, areola dna papilla mamma
(termasuk tumor phyllodes maligna, tidak termasuk tumor ganas dari kulit payudara)
Terbanyak dari tumor ganas payudara adalah Karsinoma mamma. Karena itu bila tidak
disebutkan apa-apa, maka yg dimaksud dengan tumor ganas mamma disini adalah karsinoma mamma
Patofisiologi :
Etiologi keganasan payudara sampai saat ini masih belum jelas benar, diperkirakan hormone
estrogen dan progesterone endogen berperan penting, namun seberapa besar peranannya amsih dalam
penelitian yang terus menerus sedang dikembangkan.
Ada beberapa faktor yang erat dengan peningkatan angka kejadian tumor ganas payudara. Karsinoma
mamma yaitu :
1. Usia > 35 tahun
2. Menarche lebih dini < 13 tahun
3. Menopause lebih lambat > 52 tahun
4. Melahirkan anak pertama lebih lambat >30 tahun
5. Tidak menyusui bayinya atau menyusui bayinya <4 bulan
6. Tidak menikah
7. Tidak mempunyai anak
8. Penyakit dysplasia mamma sebelumnya (jenis hiperpastik)
9. Ada namnesis keluarga yang menderita karsinoma mamma atau kanker di tempat lain
10. Obesitas
11. Menderita kanker payudara kontralateral
Gejala klinis
Pada stadium dini tidak memberikan gejala yang khas. Pada stadium lanjut dan lanjut sekali
memberikan banyak keluhan.
Pada umumnya penderita detang dengan keluhan pada payudaranya atau keluhan metastasesnya
Keluhan pada payudaranya :
1. Sebagian besar 85% mengeluh ada tumor, tumor bisa kecil sampai besar dan sudaj jelas
menampakkan ada tanda-tanda infiltrasi (mobilitas terbatas/ fixed, perlekatan ke kulit/ ulkus,
penarikan putting susu sampai perlekatan pada dinding thoraks)
2. Rasa tidak enak pada payudara dan besar payudara yang tidak sama besar
3. Ada nipple discharge yang berdarah
Keluhan metastase
1. Metastase pada ketiak ipsilateral (berupa rasa mengganjal di ketiak)
2. Gejala metastase pada tempat lain (paru-liver-tulang-otak-oayudara kontralateral)

23
Pemeriksaan dan Diagnosis
1. Anamnesis tentang muali timbul keluhan dan progresifitas, anamnesis kemungkinan
metastase, penyakit-penyakit sekunder/ penyerta, pengobatan terhadap penyakit atau
karsinoma mamma sebelumnya
2. Pemeriksaan fisik terhadap tumor
a. Letak kuadran (tentukan kuadran mana)
b. Besar tumor (diameter atau dalam bidemensional)
c. Konsistensi (konsistensi padat-padat keras)
3. Mobilitas, (terbatas sampai fixed ke jaringan payudara sekitar dan atau kulit/ dinding thoraks)
4. Permukaan (kasar)
5. Batas (tidak tegas dan diperiksa pada sleuruh dimensi)
6. Nyeri atau tidak (sering tidak disertai nyeri, akan dirasakan nyeri bila telah terjadi ulkus atau
bila tumor sudah sangat besar)
Pemeriksaan terhadap status regionalis, pembesaran dikelenjar getah bening ketiak ipsilateral,
masih mudah bergerak atau melekat
Pemeriksaan dan status organ tempat kemungkinan metastase
1. Pemeriksaan laboratorium (rutin dan atas indikasi), untuk persiapan operasi dan atau
kemoterapi serta menetapkan stadium penyakit
2. Pencitraan (foto thoraks-sonografi liver-mammografi/USG mamma-bonescanning)untuk
persiapan operasi dan atau kemoterapi serta menetapkan stadium penyakit
Diagnosis atas dasar klinis dan atau pemeriksana patologis. Untuk tumor yang secara klinis sangat
mengarah keganasan cukup dengan FNAB tumor primer. Untuk tumor payudara yang secara klinis
tidak jelas suatu keganasan harus dibantu dengan triple diagnostic procedure (lihat lesi tak jelas
jinak/ ganas payudara)
Selanjutnya tentuka stadium dan penyakit sekunder/ peneyrta
Stadium Karsinoma Mamma
O TisN0M0
I T1N0M0
IIA T0N1M0
T1N1M0
T2N0M0
IIB T2N0M0
T3N0M0

IIIA T0N2M0
T1N2M0
T2N2M0
T3N1-2M0
IIIB T0-4N0-2M0
Any TN3M0

IV AnyTAnyNM1

Keterangan
Tumor T
Tis : Tumor insitu
T0 : Tidak teraba tumor dengan cara pemeriksaan klinis yang biasa
T1 : Teraba tumor dengan diameter <2 cm
T2 : Teraba tumor dengan diameter > 2 cm dan < 5 cm
T3 : Teraba tumor dengan diameter >5 cm
Nodus N
N0 : Tidak ada metastase regional
N1 : Ada metastase kelenjar aksila yang mobil

24
N2 : Ada metastase kelenjar aksila yang melekat
N3 : Metastase ke kelenjar mamaria interna
Metastase M
Mo : Tidak didapatkan metastase jauh
M1 : Didapatkan metastase jauh

Penatalaksanaan Terapi
Protocol Pengobatan Untuk Kanker Payudara

Kriteria Inoperabilitas pada Kanker Payudara


1. Tumor melekat pada dinding thoraks
2. Edema lengan
3. Peau d’orange yang melebihi ½ payudara
4. Satelit nodul yang luas, melewati daerah payudara
5. Mastitis karsinomatosa
Indikasi Pemberian Radioterapi Ajuvan Loko-regional
1. Stadium IIIA dan IIIB
2. Pada stadium I dan II bila :
 Letak tumor dimedial atau sentral
 Bila letak tumor sangat dekat dengan m. pectoralis atau menginfiltrasi mm.pectoralis
 Bila pada pemeriksana histopatologis kelenjar getah bening aksila sudah ada
metastase dan menembus kapsul
 Bila operator merasa perlu ditambahkan radiasi ekterna oleh karena kemungkinan
terjadi seeding
Indikasi Pemberian Kemoterapi Adjuvan Sistemik
1. Bila tumor >3 cm
2. Bila pada pemeriksaan histopatologis specimen mastektomi :
 Didapatkan metastase pada kelenjar getah bening aksila >3 buah
 Diferensiasi tumor poorly differentiated
 Ada angio dan lymph invasion
 Metastase kelenjar getah bening aksila yang sudah menembus kapsul
 ER dan atau PR negative
3. Usia < 35 tahun
4. Jelas suatu Hereditary Breast Cancer
Kemoterapi yang diberikan
Pilihan-standard
CAF (Cyclophosphamide-Doksorubicin-5 Fluorouracil)
 Cyclophosphamide 500mg/m2
 Doksorubicin 50mg/m2
 5-Fluorouracil 500mg/m2
Tiap siklus, diulangi tiap 3 minggu, sebanyak 6 siklus
CMF (Cyclophosphamide-Methotrexat-5-Fluorouracil)
 Cyclophosphamide 100mg P.O hari 1-14
 Methotrexat 40mg/m2 IV hari 1 & 8
 5-Fluorouracil 500 mg/m2 IV hari 1 & 8
Tiap siklus, diulangi lagi hari ke 28, sebanyak 6 siklus
Pilihan lain
- Docetaxel/ Paclitaxel-Doksorubicin
- Gemcitabicine-Ciplatin
- Docetaxel/ Paclitaxel-Gemcitabicine
- MMM (Methotrexate-Mitomicine C-Mitoxantrone)
Indikasi pemebrian Terapi Hormonal Ajuvan Sistemik (Tamoxifen)
1. Post menopause dnegan ER/ PR + atau tidak diketahui

25
2. Post menopause dengan ER/ PR -, kemoterapi tidak dapat diberikan atau tidak sanggup
menyediakan
Pilihan standar : “Tamoxifen 20-30 mg/ hari P.O selama 5 tahun”
Tindak Lanjut
Tindak lanjut pada penderita dengan keganasan cukup lama, bahkan boleh dikatakan untuk
sebagai penderita haru follow-up seumur hidup
Yang di follow-up :
1. Status penampilan/ status generalis
2. Keadaan penyakitnya
3. Komplikasi atau akibat samping dari terapi yang diberikan
Cara :
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik, pada setiap pertemuan
2. Pemeriksaan laboratorium, baik rutin maupun atas indikasi pada pertemuan-pertemuan
tertentu
3. Pemeriksaan imaging, pada pertemuan-pertemuan tertentu dan atas indikasi ad 1 dan ad 2
Jadwal :
Jadwal follow-up secara umum adalah yang tertera dibawah ini, tetapi ada modifikasi-
modifikasi tergantung jenis keganasan, stadium dan terapi yang diberikan.
Jadwal follow-up :
0-1 tahun : tiap bulan sekali
1-3 tahun : tiap 3 bulan
3-5 tahun : tiap 6 bulan
>5 tahun : tiap tahun sekali

26

Anda mungkin juga menyukai