Anda di halaman 1dari 14

Konsep Pendidikan Agama Islam

Perspektif Imam Al-Ghazali

ARY ANTONY PUTRA

Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru


Jl. Kaharuddin Nasution, No. 113 Perhentian Marpoyan Pekanbaru 28284
Telp : 081319952829 email : aryantonyp@gmail.com

Abstrak: Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan
agama islam menurut Imam Al-Ghazali, Adapun tujuan spesifik penelitian ini adalah
Untuk mengetahui pemikiran al-Ghazali tentang ilmu pengetahuan, dan untuk
mengetahui pemikiran al-Ghazali tentang konsep pendidikan Islam. Untuk menjawab
tujuan penelitian tersebut Dalam penelitian kepustakaan ini digunakan metode teknik
analisa data kualitatif yaitu analisa data reflektif thinking, yaitu teknik analisa data
dengan proses pemikiran hilir mudik. Selain itu, untuk menganalisa data yang ada,
penulis juga menggunakan metode komparatif, yaitu meneliti faktor-faktor dengan
situasi atau fenomena yang diselidiki dan membandingkan dari satu faktor dengan
faktor lain. Temuan dari penelitian ini memperlihatkan bahwa Ilmu Pengetahuan
merupakan sumber untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan ilmu
pengetahuan akan menjadikan manusia menjadi makhluk yang mulia dan terhormat
dibandingkan makhluk lainnya. Sedangkan pemikiran al-Ghazali tentang konsep
pendidikan Islam Pertama, faktor-faktor pendidikan pendidikan islam, yakni (a) tujuan
utama dalam menuntut ilmu adalah untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat, maka yang dijadikan landasan utama dalam bidang pendidikan adalah al-
Qur’an dan Hadis; (b) seorang pendidik harus mempunyai niat awal dalam mendidik
untuk mendekatkan diri kepada Allah, menjadi tauladan bagi murid-muridnya serta
mempunyai kompetensi dalam mengajar; (c) anak didik dalam belajar harus
mempunyai niat untuk mendekatkan diri kepada Allah, menjauhi maksiat karena ilmu
itu suci dan tidak akan deberikan kepada hal yang tidak suci, menghormati guru dan
rajin belajar dengan mendalami pelajaran yang telah diberikan gurunya; (d) kurikulum
sebagai alat pendidikan harus disesuaikan dengan perkembangan anak didik; (e) anak
didik harus dijauhkan dari pergaulan yang tidak baik, karena lingkungan yang jelek
akan mempengaruhi perkembangan anak didik, terutama dilingkungan keluarga,
sekolah atau masyarakat. Kedua, wujud penerapan nilai-nilai pendidikan dalam
perspektif al-Ghazali di masa sekarang ditandai dengan munculnya model-model
lembaga pendidikan yang mencantumkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam
kurikulumnya, seperti sholat dhuha, tadarus al-Qur,an dan sholat berjama’ah.

Kata Kunci: Ilmu Pengetahuan, Pendidikan, Imam Al-ghazali, Agama Islam.

PENDAHULUAN berkaitan dengan kehidupan manusia.


Pendidikan sangat diperlukan Sehingga dapat dikatakan pendidikan
lebih-lebih dalam kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
saat ini, pada zaman era globalisasi harus dipenuhi sepanjang hayat, tanpa
yang ditandai dengan terjadinya pendidikan sangat mustahil manusia
perubahan-perubahan yang serba cepat dapat hidup dan berkembang sejalan
dan kompleks, baik yang menyangkut dengan perubahan zaman. (Nurdin,
perubahan nilai maupun struktur yang 2008: 35).
Bersamaan dengan perputaran sarjana muslim dengan penuh
dunia, modernisasi dan pengembangan perhatian berusaha menanamkan
ilmu pengetahuan dari hari ke hari akhlak mulia yang merupakan fadhilah
semakin berkembang, akhir-akhir ini dalam jiwa anak didik, sehingga mereka
kita melihat banyak generasi Islam yang terbiasa berpegang pada moral yang
sudah tidak mengenal para tokoh Islam tinggi dan terhindar dari hal-hal yang
yang sangat berpengaruh terhadap tercela dan berpikir secara rohaniah
kemajuan dunia pendidikan. Mereka dan jasmaniah (perikemanusiaan),
kadang meremehkan dengan serta menggunakan waktu untuk
mengatakan, ”Di mana tokoh Islam”. Hal belajar ilmu duniawi dan ilmu
ini terjadi karena mereka kurang keagamaan tanpa memperhitungkan
mengenal terhadap beberapa tokoh keuntungan-keuntungan materi.
Islam yang berhasil mencetak generasi (Amrullah, dan Djumransjah, 2007: 74).
yang tidak kalah hebat dengan tokoh Selanjutnya Abuddin Nata
pendidikan non-Muslim dalam memberikan pengertian, bahwa
mencetak generasi berakhlak al- pendidikan Islam adalah pendidikan
karimah, disiplin, terhormat, serta manusia seutuhnya, akal dan hatinya,
bermanfaat untuk kepentingan agama, rohani dan jasmaninya, akhlak dan
nusa, dan bangsa. keterampilannya (Nata, 2001: 20).
Negara Indonesia memang Tujuan pendidikan dalam Islam
bukanlah negara yang menganut sitem sejalan dengan pendidikan nasional,
pemerintahan Islam, dasar-dasar dimana tujuannya adalah membentuk
hukum negara tidak sepenuhnya manusia seutuhnya, baik dalam segi
diambil dari al-Qur’an dan Hadis, jasmani maupun rohani, intelektual
namun nilai-nilai ajaran Islam sangat maupun spiritual. Dengan kompleksnya
kental dan mendarah daging dalam tujuan pendidikan terebut, maka yang
kehidupan masyarakat, hal ini tidak lain dibutuhkan anak didik tidak hanya
karena warga Indonesia mayoritas tambahan pengetahuan secara
memeluk agama Islam, sehingga nilai- intelektual, tetapi juga nilai-nilai moral
nilai pendidikan Islam juga yang sangat dibutuhkan dalam
mempengaruhi tujuan dan sistem kehidupan. Oleh karena itu, kehadiran
pendidikannya. Tujuan pendidikan guru sebagai pendidik, dalam arti selain
dalam Islam menurut Djumransjah dan sebagai pentrasfer pengetahuan juga
Abdul Malik Karim Amrullah mengutip merupakan suritauladan bagai anak-
pendapat Imam al-Ghazali adalah anak didiknya, dan diharapkan
pendidikan yang mempuyai tujuan suritauladan yang telah dicontohkan itu
pertama, kesempurnaan manusia yang mampu tercermin dalam perilaku
puncaknya adalah dekat kepada Allah, keseharian anak didik di masyarakat.
kedua, kesempurnaan manusia yang Melihat realitas pendidikan yang
puncaknya adalah kebahagiaan dunia ada, ternyata produk-produk
dan akhirat (Amrullah, dan pendidikan kita menghasilkan orang-
Djumransjah. 2007: 73). orang yang korup, suka bertengkar dan
Sementara Muhammad Athiyah al- mata duitan. Dengan melihat betapa
Abrasyi (seorang ahli pendidikan besarnya peran pendidikan Islam
Mesir) berpendapat bahwa tujuan dalam membentuk kepribadian anak
pendidikan Islam adalah pembentukan didik, maka penulis ingin mengkaji
akhlaqul karimah adalah tujuan utama pendidikan Islam terutama pendidikan
pendidikan Islam. Para ulama dan Islam dalam perspektif al-Ghazali.
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 1, Juni 2016
42
Imam al-Ghazali selain sebagai ulama percaya, bahwa apa yang dilakukan di
yang ahli dalam bidang agama, dunia akan dimintai pertanggung-
pandangan beliau tentang pendidikan jawaban di akhirat kelak.
dapat dibilang sangat lengkap, tidak Dari uraian diatas adapun rumusan
hanya menitik beratkan pada nilai-nilai masalah dalam kajian ini adalah (1)
agama Islam, tetapi juga profesional Bagaimana pemikiran al-Ghazali
dalam hal keilmuan. Pendapat al- tentang ilmu pengetahuan; dan (2)
Ghazali tentang pendidikan tidak bagaimana pemikiran al-Ghazali
menuntut peran anak didik untuk patuh tentang konsep pendidikan menurut
terhadap guru pada kondisi apapun, Islam.
tetapi wajib mematuhi selama tidak Secara umum penelitian ini
bertentangan dengan perintah Allah. Di bertujuan untuk mengetahui konsep
sisi lain, al-Ghazali juga menuntut guru pendidikan agama islam menurut Imam
untuk profesional dan selalu menjaga Al-Ghazali, Adapun tujuan spesifik
diri dari hal-hal yang dilarang Allah, penelitian ini adalah (1) Untuk
karena guru menjadi teladan bagi mengetahui pemikiran al-Ghazali
murid-muridnya tentang ilmu pengetahuan, dan (2)
Al-Ghazali merupakan salah satu Untuk mengetahui pemikiran al-Ghazali
tokoh Muslim yang pemikirannya tentang konsep pendidikan menurut
sangat luas dan mendalam dalam Islam.
berbagai hal diantaranya dalam
masalah pendidikan. Pada hakikatnya
usaha pendidikan menurut Al-Ghazali KONSEP TEORI
adalah dengan mengutamakan Konsep Tentang Ilmu Pengetahuan
beberapa hal terkait yang diwujudkan Ilmu dalam terminologi bahasa
secara utuh dan terpadu karena konsep Arab berarti pengetahuan yang
pendidikan yang dikembangkannya mendalam, pengetahuan tentang
berawal dari kandungan ajaran dan hakikat sesuatu. Pengetahuan tersebut
tradisi Islam yang menjunjung bisa melalui proses pencarian, belajar,
berprinsip pendidikan manusia meneliti, maupun tanpa melalui proses
seutuhnya. pencarian akan tetapi langsung diberi
Dengan memahami dan (lewat wahyu atau ilham) dari yang
menjalankan nilai-nilai pendidikan Maha Mengetahui. Sesuatu di sini
dalam perspektif Imam al-Ghazali, adalah baik masalah-masalah empiris-
diharapkan pendidikan yang selama ini indrawiyah maupun masalah-masalah
berjalan menjadi lebih bermakna, tidak non empiris-supra indrawiyah (Rosyadi,
hanya berorientasi pada hal-hal yang 2004: 68).
sifatnya materi saja, tetapi juga harus Ilmu juga dapat diartikan sebagai
berorientasi pada kehidupan akhirat yang apabila jika dimilki seseorang
kelak. Berpijak pada pemahaman di maka menjadi jelas apa yang
atas, diharapakan ilmu apapun yang diketahuinya (As’ad, 2007: 14).
dipelajari selama tidak bertentangan Sementara itu, ilmu dipandang dari
dengan ajaran Islam dapat menjadikan sudut kebahasaan bermakna
pemilknya mejadi lebih baik, dan penjelasan, dipandang dari akar
tentunya diharapkan bisa merubah katanya mempunyai arti kejelasan.
wajah bangsa Indonesia menjadi negara Semua ilmu yang disandarkan pada
yang maju, bebas dari korupsi, tidak manusia mengandung arti kejelasan
ada perselisihan, karena para warganya (Ali, 2002: 383).
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 1, Juni 2016
43
Menurut al-Qur’an ilmu adalah sebagai pencapaian tertinggi dan paling
suatu keistimewaan pada manusia yang karakteristik dalam kebudayaan
menyebabkan manusia unggul terhadap manusia. Ilmu adalah produk yang lahir
makluk-makluk lain. Ini tercermin pada kemudian, dan amat canggih yang
kisah Adam waktu ditanya oleh Allah hanya bisa berkembang berkat kondisi-
tentang nama-nama benda. Adam dapat kondisi istimewa. Karena pada
menjawab semua nama benda yang dasarnya ilmu ialah pengetahuan
ditanyakan kepadanya. Dalam surah al- tentang kebenaran. Sedangkan
Baqoroh ayat 38 Allah berfirman sambil kebenaran pada hakikatnya adalah
memerintahkan, “Hai Adam, sesuatu yang agung, baik dalam
beritahukanlah kepada mereka penampilannya yang paling sederhana
(malaikat dan iblis) nama-nama benda”. maupun dalam bentuknya yang paling
Adam pun memberitahukan (dengan kompleks ataupun yang paling abstrak
menyebut nama-nama benda) kepada (Rosyadi, 2001: 68-69).
malaikat dan iblis di hadapan Allah. Pengertian ilmu sebgai
Berdasarkan keterangan itu al-Qur’an pengetahuan itu sesuai dengan asal-
menegaskan, bahwa manusia sejak usul istilah Inggris science yang
diciptakan mempunyai potensi berilmu mempunyai arti mengetahui.
dan mengembangkan ilmunya dengan Pengetahuan sesungguhnya hanyalah
izin Allah (Ali, 1995: 383-384). hasil atau produk dari suatu kegiatan
Sedangkan sains dapat diartikan manusia. Pengetahuan dikumpulkan
semua pengetahuan yang diperoleh manusia melalui penggunaan akalnya
melalui himpunan rasionalitas insani kemudian disusun menjadi suatu
yang dihasilkan dari logika dan bentuk yang berpola. Setelah berbagai
kenyataan gejala-gejala alam, suatu butir pengetahuan itu dikumpulkan
eksplorasi ke alam materi berdasarkan dalam suatu bentuk yang teratur,
observasi dan mencari hubungan- kumpulan itu disebut ilmu naqliah atau
hubungan alamiah yang teratur ilmu falsafah, yaitu ilmu yang diperoleh
mengenai fenomena yang diamati serta melalui penggunaan akal dan
bersifat mampu menguji diri sendiri, kecendekiaan. Ilmu ini pulalah yang
dan juga dapat diartikan sebagai usaha dinamakan sains dan disebut juga ilmu
manusia dengan menggunakan potensi pengetahuan.
manusiawinya untuk mengenal Tugas ilmu adalah menjelaskan
sunatullah dari komponen dunia segala sesuatu yang ada di alam
empiris dari sistem ciptaan Allah. semesta ini agar dapat dipahami,
Secara sederhana, ilmu memang bermanfaat, dan terpelihara. Bagi
mengandung arti pengetahuan atau ilmuan muslim, semuanya itu dalam
dapat dikatakan tiap-tiap ilmu adalah rangka meningkatkan kualitas iman dan
pengetahuan yang teratur tentang takwa kepada Allah, serta
pekerjaan hukum kausal dalam satu mengagungkan asma-Nya (Muhaimin,
golongan masalah yang sama tabiat- 2006: 2)
nya, menurut kedudukannya yang
tampak dari luar, maupun menurut
bangunannya dari dalam (Rosyadi, Pendapat Para Tokoh Tentang
2001: 68-69). Keutamaan Ilmu
Ilmu pengetahuan merupakan Ali bin Abi Thalib pernah
langkah terakhir dalam perkembangan mewasiatkan kepada Kumail, “Wahai
mental manusia dan boleh dianggap Kumail, ilmu adalah lebih utama dari
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 1, Juni 2016
44
pada harta. Ilmu menjagamu, sedang nilai dalam masyarakat dan
engkaulah yang harus menjaga harta. kebudayaan. Dalam perkembangannya,
Ilmu adalah hakim (yang menghakimi), istilah pendidikan atau paedagogie
sedangkan harta adalah mahkum (yang berarti bimbingan atau pertolongan
dihakimi). Harta akan kurang apabila yang diberikan dengan sengaja oleh
dibelanjakan, sedangkan ilmu justru orang dewasa agar ia menjadi dewasa.
bertambah subur apabila dibelanjakan Selanjutnya, pendidikan diartikan
(yakni diajarkan kepada orang lain)” sebagai usaha yang dijalankan oleh
(terj. Al-Baqir, 1996: 20). seseorang atau kelompok orang lain
Selanjutnya, Fat-al-Mushily pernah agar menjadi dewasa mencapai tingkat
berkata, “Bukanlah seorang penderita hidup atau penghidupan yang lebih
sakit akan mati apabila tidak diberi tinggi dalam arti mental (Hasbullah,
makan dan minum?” Orang di 1997: 1).
sekitarnya menjawab, “Ya.” Lalu ia Pendidikan juga dapat diartikan
melanjutkan, begitulah hati manusia, sebagai salah satu usaha untuk
apabila dia dihalangi dari hikmah dan membina dan mengembangkan seluruh
ilmu selama tiga hari berturut-turut, aspek kepribadian manusia jasmani dan
maka ia akan mati” (terj. Al-Baqir, rohani agar menjadi manusia yang
1996: 22). Memang benar apa yang berkepribadian, harus berlangsung
dikatakannya, sebab makanan bagi hati secara bertahap. Dengan kata lain,
adalah adalah ilmu dan hikmah. Dengan terbentuknya kepribadian yang bulat
kedua-duanyalah tergantung hidupnya, dan utuh sebagai manusia individu,
semua hal itu seperti makanan dan sosial dan sebagai manusia bertuhan
minuman bagi tubuh. Dan barang siapa hanya dapat tercapai apabila
tidak menyandang ilmu, maka hatinya berlangsung proses menuju ke arah
akan sakit dan kematian pun pasti akan akhir pertumbuhan dan
menjelang segera (terj. Al-Baqir, 1996: perkembangannya sampai kepada titik
23). optimal kemampuannya. Oleh karena
Umar bin Khattab pernah itu, berdasarkan pemikiran tadi banyak
berkata,”Wahai manusia, hiasilah pakar pendidikan memberikan arti
dirimu dengan ilmu, sebab Allah pendidikan sebagai suatu proses dan
memiliki baju yang Ia cintai. Maka berlangsung seumur hidup. (Amrullah,
barang siapa mempelajari suatu bab dan Djumransjah, 2007: 13). Gambaran
ilmu, maka Allah akan mengenakan di atas dapat diartikan pendidikan
padanya baju-Nya itu. Dan apabila dalam arti luas, sedangkan pendidikan
sesudah itu ia melakukan perbuatan dalam arti sempit dapat diartikan
dosa, ia akan mendesaknya tiga kali pendidikan di sekolah, jadi pendidikan
agar bertobat dari dosanya itu. Agar ia adalah pendidikan formal (Patoni,
tidak terpaksa mengambil baju-Nya itu, 2004: 12).
sekiranya orang itu tetap dalam Menurut Dryakarya, pendidikan
dosanya sampai ia direnggut oleh ialah pemanusiaan manusia muda atau
kematian (terj. Al-Baqir, 1996: 23). pengangkatan manusia muda ke taraf
insani (Hasbullah, 1997: 1). Mengutip
Konsep Pendidikan pendapat Darmaningtyas, Ngainun
Dalam arti sederhana Naim dan Ahmad Sauqi dalam bukunya
pendidikan sering diartikan sebagai Pendidikan Multikultural Konsep dan
usaha manusia untuk membina Aplikasi, mendefinisikan pendidikan
kepribadiannya sesuai dengan nilai- sebagai usaha sadar dan sistematis
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 1, Juni 2016
45
untuk mencapai taraf hidup atau dalam pengertian pendidikan (Shofan,
kemajuan yang lebih baik. Titik tekan 2004: 38).
dari definisi ini terletak pada usaha Munardji dalam bukunya Ilmu
sadar dan sistematis. Dengan demikian, Pendidikan Islam, mengutip istilah
tidak semua usaha memberikan bekal tarbiyah dalam Kamus al-Munjid,
pengetahuan kepada anak didik dapat tarbiyah berasal dari kata rabba,
disebut pendidikan jika tidak yurabbi, tarbiyatan yang berati tumbuh
memenuhi kriteria yang dilakukan dan berkembang (Munardji, 2004: 2).
secara sadar dan sistematis (Naim dan Pendapat lain mengatakan tarbiyah
Sauqi, 2008:. 30 dan dalam berakar dari tiga kata, pertama dari
Darmaningtyas, 1999: 3). kata rabba-yarbu yang berarti
Perspektif yang berbeda bertambah dan tumbuh, kedua kata
diberikan oleh tokoh pendidikan rabiya-yarba yang berarti tumbuh dan
pembebasan asal Brasil, Paulo Freire. berkembang, dan ketiga kata rabba-
Menurut Freire pendidikan merupakan yarubbu yang berarti memperbaiki,
jalan menuju pembebasan yang menguasai, dan memimpin, menjaga,
permanen dan terdiri dari dua tahap. dan memelihara. Kata al-Rabb juga
Pertama, adalah masa di mana manusia berasal dari kata tarbiyah dan berarti
menjadi sadar akan pembebasan mengantarkan sesuatu pada
mereka, dan melalui praksis mengubah kesempurnaan secara bertahap atau
keadaan itu. Kedua, tahap ini dibangun membuat sesuatu mencapai
atas tahap yang pertama dan kesempurnaan secara bertahap atau
merupakan sebuah proses tindakan membuat sesuatu secara sempurna
kultural yang membebaskan (Collin, secara berangsur-angsur (Shofan, 2004:
1999: 39). 38).
Dalam Undang-Undang Republik Penggunaan kata tarbiyah
Indonesia tentang Sistem Pendidikan terdapat dalam al-Qur’an pada
Nasional nomor 20 tahun 2003 pada dasarnya mengacu pada gagasan
ketentuan umum pasal 1 menyatakan, pemilikan seperti pemilikan keturunan
pendidikan adalah usaha sadar dan orang tua terhadap anak-anaknya
terencana untuk mewujudkan suasana untuk melaksanakan kewajiban
belajar dan proses pembelajaran agar tarbiyah, yang sifatnya hanya
peserta didik secara aktif menunjukkan jenis rasional saja.
mengembangkan potensi dirinya untuk Sedangkan pemilikan yang sebenarnya
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, hanya pada Allah (Amrullah, dan
pengendalian diri, kepribadian, Djumransjah, 2007: 3).
kecerdasan, akhlak mulia, serta Ayat-ayat al-Qur’an yang
ketrampilan yang diperlukan diriya, berhubungan dengan tarbiyah seperti:
     
masyarakat, bangsa dan negara
(Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Artinya: "Wahai Tuhanku, kasihilah
Pendidikan Nasional, 2004: 7). mereka keduanya, sebagaimana mereka
Dalam pandangan Islam arti berdua telah mendidik aku waktu
pendidikan dapat dilihat pada istilah kecil". (QS. al-Isro’:24).
tarbiyah, ta’lim dan ta’dib yang masing-
masing memiliki karakteristik makna
disamping mempunyai kesesuaian

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 1, Juni 2016


46
        
kepada Allah, cinta dan kasih kepada
kedua orang tua dan sesama hidupnya,

cinta kepada tanah air sebagai karunia
yang telah diberikan Allah, memiliki
Artinya: “Fir'aun menjawab: "Bukankah kemampuan dan kesanggupan
Kami telah mengasuhmu di antara memfungsikan potensi-potensi yang
(keluarga) Kami, waktu kamu masih ada dalam dirinya dan alam sekitarnya,
kanak-kanak dan kamu tinggal bersama hingga bermanfaat dan memberi
Kami beberapa tahun dari umurmu”. kemaslahatan bagi diri dan masyarakat
(QS. al-Syua’ro:18) (Departemen Agama pada umumnya (Shofan, 2004: 50-51).
Republik Indonesia, 1998: 428). Pendidikan Islam juga dapat
Pengertian pendidikan Islam diartikan sebagai usaha pembinaan dan
sebetulnya sudah cukup banyak pengembangan potensi manusia secara
dikemukakan oleh para ahli. Meskipun optimal sesuai dengan statusnya,
demikian, perlu dicermati dalam rangka dengan berpedoman kepada syari’at
melihat relevansi rumusan baik dalam Islam yang disampaikan oleh Rasulullah
hubungan dengan dasar makna agar manusia dapat berperan sebagai
maupun dalam kerangka tujuan, fungsi pengabdi Allah yang setia dengan
dan proses pendidikan Islam yang segala aktivitasnya guna tercipta suatu
dikembangkan dalam rangka menjawab kondisi kehidupan Islami yang ideal,
permasalahan dan tantangan yang selamat, aman, sejahtera, dan
dihadapi dalam kehidupan umat berkualitas serta memperoleh jaminan
manusia sekarang dan akan datang, (kesejahteraan) hidup di dunia dan
pengertian pendidikan Islam menurut jaminan bagi kehidupan yang baik di
para ahli dapat dijelaskan dalam akhirat kelak (Jalaluddin, 2001: 74).
beberapa keterangan berikut, Ahmad D Djumransjah dan Abdul Malik
Marimmba mengartikan pendidikan Karim Amrullah mengutip pendapat
Islam merupakan bimbingan jasmani Oemar Muhammad Toumy al-Syaibany
dan rohani berdasarkan hukum-hukum mengartikan pendidikan Islam sebagai
agama Islam menuju pada usaha mengubah tingkah laku individu
terbentuknya kepribadian utama dalam kehidupan pribadinya atau
menurut ukuran Islam. Dari definisi ini kehidupan masyarakatnya dan
jelas pendidikan Islam diartikan kehidupan dalam alam sekitarnya
bimbingan jasmani dan rohani menurut melalui proses pendidikan. Perubahan
hukum agama Islam menuju yang dimaksud di sini adalah yang
terbentuknya kepribadian yang utama berlandaskan nilai-nilai Islam atau
menurut Islam, yang berarti menitik berderajat tertinggi menurut ukuran
beratkan pada bimbingan jasmani dan Allah. Perubahan tersebut terjadi dalam
rohani berdasarkan ajaran Islam dalam proses pendidikan sebagai upaya
membentuk akhlak yang mulia (Shofan, membimbing dan mengarahkan
2004: 49). kemampuan-kemampuan dasar dan
Selanjutnya Soekarno dan belajar manusia (potensi hidup
Ahmad Supardi memberikan manusia), baik sebagai makhluk
pengertian pendidikan Islam sebagai individu dan makhluk sosial serta
pendidikan yang berasaskan ajaran dalam hubungannya dengan alam
atau tuntunan agama Islam dalam sekitar (Amrullah, dan Djumransjah,
usaha membina dan membentuk 2007: 19).
pribadi-pribadi muslim yang bertakwa
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 1, Juni 2016
47
dilihat dari sudut pandang ilmu tasawuf
Tinjauan Studi Terdahulu dari sudut pandang al-Ghazali.
Peneltian terdahulu yang
membahas tentang pemikiran al-
Ghazali antara lain: METODE PENELITIAN
Shafique Ali Khan (2005), menulis Kajian penelitian adalah kajian
tentang Filsafat Pendidikan Al-Ghazali pustaka, yaitu penampilan argumentasi
“Gagasan Konsep Teori Dan Fisafat Al- penalaran keilmuan. Kajian pustaka
Ghazali Mengenai Pendidikan, yang yang di dalamnya memuat
Pengetahuan, Dan Belajar, kajian beberapa gagasan dan proporsi yang
tersebut membahas pemikiran al- berkaitan dengan kajian didukung oleh
Ghazali tentang pendidikan yang lebih data dan informasi yang diperoleh dari
ditekankan pada pandangan beliau sumber pustaka.
dalam bidang filsafat.
Sibawaihi (2004), mengkaji Jenis dan Sumber Data
penelitian tentang pemikiran al-Ghazali Sumber data dalam kajian ini
yang berkaitan tentang epistemologi dapat dibedakan menjadi dua kategori,
ilmu pengetahuan dan kemudian di- yakni, (1) Data primer adalah sumber
komparasi-kan dengan pemikiran bahan atau dokumen yang
kontemporer dari Fazlur Rahman. dikemukakan/ digambarkan sendiri
Syaefuddin (2005), peneletian oleh orang atau pihak yang hadir pada
menekankan pemikiran al-Ghazali waktu kejadian yang digambarkan
tentang pendidikan Islam dengan tersebut berlangsung, sehingga mereka
merujuk pada keterangan al-Qur’an dan dapat dijadikan saksi (Arikunto, 2000:
as-Sunnah yang berkaitan dengan 64). Data primer pada kajian ini adalah
pendidikan. Ihya’ Ulumuddin, dan Ayyuh al-Walad;
Muhammad Jawad Ridla (2002), dan (2) Data sekunder meruakan bahan
menjelaskan teori pendidikan yang pustaka dan dipublikasikan oleh
meliputi, teori konservatif, religius penulisan yang tidak secara langsung
rasional dan pragmatis intrumental. melakukan pengamatan atau
Adapun al-Ghazali mewakili teori berpartisipasi dalam kenyataan yang
religius rasional, dalam peneltian didiskripsikan atau bukan penemu teori
tersebut lebih dititikberatkan pada (Hajar, 1999: 84). Dalam kajian ini, data
pandangan al-Ghazali tentang apa yang sekunder dapat dicontohkan seperti:
harus dilakukan antara guru dan murid Pemikiran dan Doktrin Mistis Imam al-
dalam proses belajar mengajar. Ghazali, karya Margareth Smith,
Margaereth Smith (2000), Reorientasi Pendidikan Islam “Mengupas
menjelaskan tentang bagaiamana Relevansi Konsep Pendidikan al-Ghazali
perjalanan kehidupan al-Ghazali dalam Dalam Konteks Kekinian” karya Asrorun
memperoleh ilmu pengetahuan. Niam Sholeh. Buku dengan judul
Adapun titik tekan dalam Nukilan Islam Klasik “Gagasan
pembahsannya yaitu tentang pemikiran Pendidikan al-Ghazali” karya Hasan
al-Ghazali yang berkaitan dengan Asari.
kehidupan yang digali dari ajaran sufi.
Abuddin Nata (2001),
menjelaskan tentang bagaimana Metode Pengumpulan Data
hubungan antara guru dan murid yang Metode pengumpulan data atau
informasi yang digunakan adalah
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 1, Juni 2016
48
metode dokumentasi. Dokumentasi Menurut Al-Ghazali untuk
adalah sesuatu yang tertulis atau memperoleh derajat atau kedudukan
tercetak, yang dapat dipakai sebagai yang paling terhormat di antara sekian
bukti atau keterangan banyak makluk di permukaan bumi dan
(Poerwadarminto, 1984: 256 ). langit karena pengajaran dan
Sedangkan menurut Riyanto (2001:24) pendidikan, karena ilmu dan amalnya.
metode dokumentasi adalah cara Sesuai dengan pandangan al-Ghazali
menyimpulkan data dengan mencatat terhadap manusia dan amaliahnya,
data yang sudah ada. bahwa amaliah itu tidak akan muncul
dan kemunculannya hanya akan
bermakna kecuali setelah ada
Teknik Analisa Data pengetahuan
Teknik analisa data atau Menurut Al-Ghazali, bahwa ilmu
informasi merupakan sesuatu yang pengetahuan itu dasar dari segala
penting demi terwujudnya validitas kebahagiaan di dunia sekarang maupun
penelitian, karena analisa ilmiah di dunia yang akan datang (akhirat).
terhadap data yang terkumpul Sementara itu kebahagiaan adalah
memberikan arti tertentu. Untuk capain tertinggi yang mungkin
menganalisa data dalam penelitian diperoleh oleh manusia, maka
pustaka ini, penulis menggunakan pengetahuan pun, sebagai dasarnya
teknik analisa data kualitatif yaitu sesuatu yang sangat tinggi nilainya.
analisa data reflektif thinking. Ilmu pengetahuan merupakan fadhilah
Maksudnya teknik analisa data dengan tanpa mempertimbangkan objek yang
proses pemikiran hilir mudik. Pertama, diketahui, sehingga pengetahuan
dengan proses induktif yaitu cara mengenai sihir tetap merupakan
berpikir yang berangkat dari fakta-fakta fadhilah, meskipun tak berguna. Di
khusus suatu peristiwa yang konkrit samping merupakan fadhilah secara
kemudian ditarik kesimpulan umum. intrinsik, ilmu pengetahuan juga sangat
Kedua, diteruskan dengan proses penting, karena ia memungkinkan
deduktif yaitu berangkat dan bertitik seseorang untuk mencapai hal yang
tolak dari pengetahuan umum untuk paling berharga, yaitu kebahagiaan
menilai kejadian bersifat khusus abadi. Tak seorang pun akan mencapai
(Sudjana, 1997: 7). kebahagiaan ini tanpa mematuhi
Selain itu, untuk menganalisa perintah-perintah Tuhan, atau tanpa
data yang ada, penulis juga melakukan amal shaleh. Sebaliknya tak
menggunakan metode komparatif, yaitu seorang pun tahu baik dan buruknya
meneliti faktor-faktor dengan situasi sesuatu tanpa pengetahuan, sehingga
atau fenomena yang diselidiki dan mematuhi Tuhan dan melakukan amal
membandingkan dari satu faktor shaleh mensyaratkan ilmu
dengan faktor lain (Arikunto, 1996: pengetahuan. Ini berarti kebahagiaan
145). abadi hanya mungkin dicapai dengan
mempunyai pengetahuan.
Adapun ilmu pengetahuan dapat
diartikan sebagai langkah terakhir
dalam perkembangan mental manusia
HASIL DAN PEMBAHASAN dan boleh dianggap sebagai pencapaian
Pemikiran Al-Ghazali Tentang Ilmu tertinggi dan paling karakteristik dalam
Pengetahuan kebudayaan manusia. Ilmu adalah
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 1, Juni 2016
49
produk yang lahir kemudian, dan amat dan administrasi. Padahal menurut al-
canggih yang hanya bisa berkembang Ghazali bahwa kemanfaatan dan
berkat kondisi-kondisi istimewa. kebutuhan mayarakat dalam sebuah
Karena pada dasarnya ilmu ialah konteks ruang dan waktu yang dinamis
pengetahuan tentang kebenaran. harus menjadi kriteria untuk
Sedangkan kebenaran pada hakikatnya perkembangan tenaga ahli sesuai
adalah sesuatu yang agung, baik dalam dengan bidang ilmu pengetahuan yang
penampilannya yang paling sederhana fardhu kifayah tersebut, bukan untuk
maupun dalam bentuknya yang paling kepentingan dan keuntungan individu.
kompleks ataupun yang paling abstrak. Sementara itu Al-Ghazali
Al-Ghazali membagi ilmu-ilmu membedakan Ilmu pengetahuan
berdasarkan kewajibannya terdiri dari: berdasarkan sumbernya dibedakan
a) hukum mempelajarinya fardhu menjadi dua, yakni, (1) Ilmu Syari’ah
‘ayn,b) hukum mempelajarinya fardhu yaitu segala pengetahuan yang secara
kifayah. Dalam situasi tertentu, ilmu langsung membahas hal-hal keagamaan
pengetahuan yang fardhu kifayah bisa dan pada umumnya diperoleh dari dan
saja berada menjadi fardhu ‘ayn, yaitu dikembangkan berdasarkan al-Qur’an
manakala satu masyarakat tidak dan as-Sunnah; dan (2) Ilmu ghoiru
mempunyai sejumlah ahli yang syari’ah/ilmu aqliah adalah ilmu-ilmu
memadai pada bidang ilmu yang bersumber dari akal, baik yang
pengetahuan yang sangat dibutuhkan diperoleh secara dlaruri atau iktisabi.
untuk kesejahteraan anggotanya. Dlaruri adalah ilmu yang diperoleh dari
Ilmu fardhu ‘ayn adalah ilmu yang insthing akal itu sendiri tanpa melalui
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas- taqlid atau indera, dari mana dan
tugas akhirat dengan baik. Dimana ilmu bagaimana datangnya, manusia tidak
fardhu ‘ayn adalah ilmu yang wajib mengetahuinya. Misalnya pengetahuan
dipelajari oleh setiap individu seperti manusia, seseorang tidak ada pada dua
ilmu agama dan cabang-cabangnya tempat dalam waktu yang sama.
yang bersumber pada kitab Allah. Pengetahuan dlaruri ini juga dapat
Al-Ghazali mengungkapkan dikatakan bersifat langsung, serta
bahwa bidang ilmu pengetahuan yang merta, intuitif, supra rasional dan
termasuk fardhu kifayah seperi: ilmu kontemplatif. Sedangkan yang iktisabi
kedokteran, ilmu hitung, pertanian, dapat diartikan sebagai ilmu yang
pertenunan, perindustrian, ketrampilan diperoleh melalui kegiatan belajar dan
jahit-menjahit, politik dan sebagainya. berpikir. Ilmu ini ada yang bersifat
Namun, prioritas-prioritas ilmu duniawi seperti ilmu politik,
pengetahuan yang fardhu kifayah dalam kedokteran, matematika dan lain-lain.
prakteknya masih diacuhkan, sehingga Sedangkan yang bersifat ukhrawi
menimbulkan situasi yang tidak seperti, ilmu tentang ihwal hati, bahaya-
seimbang antara dokter-dokter Islam bahaya amal, ilmu tentang Allah
dan para ulama fiqh, karena ulama fiqh termasuk sifat-sifat-Nya.
banyak dijumpai pada masyarakat
dalam jumlah yang berlebihan sehingga
melibihi kebutuhan masyarakat.
Bahkan mereka belajar ilmu fiqh adalah Pemikiran Al-Ghazali Tentang
sekedar mengumpulkan harta benda Konsep Pendidikan Islam
pribadi dan untuk diangkat menjadi Konsep pendidikan Islam adalah
pejabat pemerintah di bidang hukum upaya transformasi nila-nilai yang
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 1, Juni 2016
50
sesuai dengan ajaran Islam dengan besarnya nanti. Bila kita perhatikan
meletakkan al-Qur’an dan Sunnah Nabi pendidikannya di waktu kecil, ia pasti
Muhammad saw sebagai acuan utama. bersifat baik bila ia besar.
Secara umum sistem pendidikan Islam Konsep pendidikan menurut al-
mempunyai karakter religius serta Ghazali, dapat diketahui antara lain
kerangka etik dalam tujuan dan dengan cara mengetahui dan
sasarannya. Pemikiran pendidikan al- memahami pemikirannya yang
Ghazali secara umum bersifat religius- berkenaan dengan berbagai aspek yang
etis. Kecenderungannya ini dipengaruhi berkaitan dengan pendidikan, yaitu
oleh penguasaannya di bidang sufisme. tentang faktor-faktor pendidikan
Menurut Al-Ghazali pendidikan yang seperti aspek tujuan pendidikan,
benar merupakan sarana untuk pendidik, anak didik, alat-alat
mendekatkan diri kepada Allah. pendidikan dan lingkungan yang
Pendidikan juga dapat mengantarkan mempengaruhi anak didik.
manusia untuk menggapai kebahagiaan Adapun faktor-faktor pendidikan
di dunia dan akhirat. Pendidikan juga Al-Ghazali menyatakan, (a) tujuan
sarana menebar keutamaan. Maka utama dalam menuntut ilmu adalah
untuk mencapai hal itu, dunia untuk memperoleh kebahagiaan hidup
pendidikan harus memperhatikan di dunia dan akhirat, maka yang
beberapa faktor yang cukup urgens. Al- dijadikan landasan utama dalam bidang
Ghazali berpandangan bahwa dunia pendidikan adalah al-Qur’an dan Hadis.
pendidikan harus menempatkan ilmu Sementara itu, tujuan akhir kegiatan
pengetahuan pada posisi yang sangat pendidikan ada dua, yaitu pertama,
terhormat, penghormatan atas ilmu tercapainya kesempurnaan insani yang
merupakan suatu keniscayaan. bermuara pada pendekatan diri kepada
Konsekuensi atas penghormatan Allah, dan kedua kesempurnaan insani
terhadap ilmu adalah penghormatan yang bermuara pada kebahagiaan dunia
terhadap guru. Ilmu pengetahuan dan akhirat. Karena itu, ia bercita-cita
menurut Imam al-Ghazali adalah mengajarkan manusia agar mereka
sebagai kawan di waktu sendirian, sampai pada sasaran-sasaran yang
sahabat di waktu sunyi, penunjuk jalan merupakan tujuan akhir dan maksud
pada agama, pendorong ketabahan di pendidikan itu. Tujuan ini tampak
saat kekurangan dan kesukaran. bernuansa religius dan moral, tanpa
Disamping itu, terdapat hal yang mengabaikan masalah duniawi; (b)
sangat penting dalam mengkaji seorang pendidik harus mempunyai
pemikiran Imam al-Ghazali dalam niat awal dalam mendidik untuk
pendidikan, yaitu pandangannya mendekatkan diri kepada Allah, dapat
tentang hidup dan nilai-nilai kehidupan menjadi tauladan bagi murid-muridnya
yang sejalan dengan filsafat hidupnya, serta mempunyai kompetensi dalam
meletakkan dasar kurikulum sesuai mengajar ditandai dengan penguasaan
dengan porsinya, serta minatnya yang materi, sikap yang objektif, dan
besar terhadap ilmu pengetahuan. memperlakukan anak didiknya seperti
Nasihat terbaik yang dipesankan oleh anaknya sendiri; (c) anak didik dalam
Imam al-Ghazali dalam pendidikan belajar juga harus mempunyai niat
anak-anak ialah memperhatikan untuk mendekatkan diri kepada Allah,
masalah pendidikannya sejak sebisa mungkin menjauhi maksiat
permulaan umurnya, karena bagaimana karena ilmu itu suci dan tidak akan
adanya seorang anak, begitulah deberikan kepada hal yang tidak suci,
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 1, Juni 2016
51
menghormati guru dan tentunya rajin pesantren dengan diajarkannya
belajar dengan mendalami pelajaran berbagai pelajaran tentang Islam dan
yang telah diberikan gurunya (d) nilai-nilai kehidupan yang digali dari
kurikulum (alat pendidikan) sebagai falsafah Islam yang telah diajarkan oleh
alat pendidikan harus disesuaikan Rasulullah. Hal ini membuktikan meski
dengan perkembangan anak didik. Anak dianggap ketinggalan zaman ternyata
didik diberikan materi pelajaran secara nilai-nilai pendidikan Islam yang
bertahap dengan memilihkan materi digambarkan Imam al-Ghazali secara
yang mudah kemudian menuju materi esensi masih bisa diterapkan bahkan
yang lebih sulit, dan materi ke-tauhid- menjadi roh bagi dunia pendidikan
an hendaknya dijadikan landasan yang dapat mengontrol moral anak
utama sebelum diberikan materi-materi didik. Teori pendidikan yang telah
pelajaran yang lain. Bentuk-bentuk digambarkan al-Ghazali asalkan tidak
kurikulum pendidikan dapat dianggap yang paling benar, dalam arti
dicontohkan seperti perintah larangan, perlu dipadukan dengan teori-teori
dorongan, hambatan, nasehat, anjuran, pendidikan modern tentunya akan
hadiah, hukuman, pemberian menciptakan suatu bentuk teori
kesempatan dan menutup kesempatan; pendidikan yang mampu melahirkan
(e) lingkungan pendidikan terdiri tiga produk-produk pendidikan yang cakap
bagian, yakni : lingkungan keluarga, ilmu pengetahuan dengan dihiasi
lingkungan sekolah dan lingkungan pribadi yang bermoral Islami.
masyarakat. mengenai lingkungan, anak
didik harus dijauhkan dari pergaulan
yang tidak baik, karena lingkungan SIMPULAN
yang jelek akan mempengaruhi Berdasarkan uraian dari
perkembangan anak didik. Oleh karena pembahasan di atas dapat diambil
itu dari semua lingkungan yang ada di kesimpulan sebagai berikut: (1) Ilmu
sekitar anak didik hendaknya harus Pengetahuan adalah sumber untuk
memberikan dorongan ke arah yang memperoleh kebahagiaan di dunia dan
lebih baik. akhirat. Kebahagiaan itu tidak dapat
Sementara itu, wujud penerapan diperoleh tanpa adanya ilmu
dari nilai-nilai pendidikan dalam pengetahuan mengenai caranya
perspektif al-Ghazali di masa sekarang memperoleh kebahagiaan tersebut,
dapat ditandai dengan muculnya ide- maka peran ilmu pengetahuan
ide membentuk suatu lembaga formal sangatlah penting bagi kehidupan.
yang bernuansa Islam seperti, TK plus, Sementara itu, ilmu pengetahuan hanya
Sekolah Islam Terpadu (SD, SMP, SMA), dapat diperoleh melalui pendidikan.
Sekolah Tinggi Islam/Perguruan Tinggi Dengan ilmu pengetahuan akan
Islam, dan lain-lain. Lembaga-lembaga menjadikan manusia menjadi makhluk
bernuansa islam tersebut, nilai-nilai yang mulia dan terhormat
pendidikan Islam diterapkan dalam dibandingkan makhluk lainnya; dan (2)
bentuk praktek langsung melalui Pemikiran al-Ghazali tentang konsep
kegiatan sekolah, seperti sholat dhuha, pendidikan Islam Pertama, faktor-
tadarus al-Qur’an dan sholat fardhu faktor pendidikan pendidikan islam,
dengan berjama’ah. Penerapan yakni (a) tujuan utama dalam menuntut
pendidikan Islam yang ada di Indonesia ilmu adalah untuk memperoleh
sebenarnya sudah diterapkan jauh-jauh kebahagiaan hidup di dunia dan
hari dalam lingkungan pondok akhirat, maka yang dijadikan landasan
Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 1, Juni 2016
52
utama dalam bidang pendidikan adalah Ali, Mohammad Daud. 1995. Lembaga-
al-Qur’an dan Hadist; (b) seorang Lembaga Islam di Indonesia.
pendidik harus mempunyai niat awal Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
dalam mendidik untuk mendekatkan ___, Mohammad Daud. 2002. Pendidikan
diri kepada Allah, menjadi tauladan Agama Islam. Jakarta: PT Raja
bagi murid-muridnya serta mempunyai Grafindo Persada
kompetensi dalam mengajar ditandai Amrullah, Abdul Malik Karim. dan
dengan penguasaan materi, sikap yang Djumransjah. 2007. Pendidikan
objektif, dan memperlakukan anak Islam Menggali Tradisi
didiknya seperti anaknya sendiri; (c) Mengukuhkan Eksistensi. Malang:
anak didik dalam belajar harus UIN-Malang Press.
mempunyai niat untuk mendekatkan Arikunto, Suharismi. 2000. Manajemen
diri kepada Allah, menjauhi maksiat Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
karena ilmu itu suci dan tidak akan __________, Suharismi. 1996. Prosedur
deberikan kepada hal yang tidak suci, Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
menghormati guru dan rajin belajar As’ad, Aliy. 2007. Tarjamah Ta’lim
dengan mendalami pelajaran yang telah Muta’alim. Bimbingan Bagi
diberikan gurunya; (d) kurikulum Penuntut Ilmu Pengetahuan.
sebagai alat pendidikan harus Kudus: Menara Kudus.
disesuaikan dengan perkembangan ______, Aliy. 1978. Bimbingan Bagi
anak didik; (e) anak didik harus Penuntut Ilmu. judul asli Ta’lim al-
dijauhkan dari pergaulan yang tidak Muta’alim Thariq al-Ta’allum
baik, karena lingkungan yang jelek akan Kudus: Menara Kudus.
mempengaruhi perkembangan anak Collin, Denis. 1999. Paulo Freire
didik, terutama dilingkungan keluarga, Kehidupan Karya dan
sekolah atau masyarakat. Kedua, wujud Pemikirannya. Yogyakarta:
penerapan nilai-nilai pendidikan dalam Pustaka Pelajar.
perspektif al-Ghazali di masa sekarang Departemen Agama Republik
ditandai dengan munculnya model- Indonesia. 1998. al-Qur’an dan
model lembaga pendidikan yang Terjemahannya. Surabaya: Al-
mencantumkan nilai-nilai pendidikan Hidayah.
Islam dalam kurikulumnya, seperti Hajar, Ibnu. 1999. Metodologi Penelitian
sholat dhuha, tadarus al-Qur,an dan Kuantitatif dalam Pendidikan.
sholat berjama’ah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hasbullah. 1997. Dasar-Dasar Ilmu
DAFTAR RUJUKAN Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Jalaluddin. 2001. Theologi Pendidikan.
Muhammad. Ihya’ Ulumuddin I. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Beirut: Darul Fikr, lihat juga Abu Muhaimin. 2006. Nuansa Baru
Hamid Muhammad bin Pendidikan Islam Mengurai
Muhammad al-Ghazali. Ihya’ Benang Kusut Dunia Pandidikan.
Ulumuddin I. Ilmu dalam Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Perspektif Tasawuf al-Ghazali. terj. Munardji. 2004. Ilmu Pendidikan Islam.
Muhammad, Al-Baqir. 1996. Jakarta: PT Bina Ilmu. dalam Lois
Bandung: Karisma. Ma’luf. 1951. Kamus al-Munjid.
Bairut: Al Maihbah Al Kathalikyah.

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 1, Juni 2016


53
Nata, Abuddin. 2001. Perspektif Islam Rosyadi, Khoiron 2004. Pendidikan
Tentang Pola Hubungan Guru- Profetik. Yogyakarta: Pustaka
Murid “Studi Pemikiran Tasawuf Pelajar.
al-Ghazali”. Jakarta: PT Raja Sauqi, Ahmad dan Ngainun Naim,
Grafindo Persada. Pendidikan Multi Kultural Konsep
Ngainun, naim. 2009. Rekontruksi dan Aplikasi, Yogyakarta: Ar-Ruz
Pendidikan Nasional. membangun Media Group, 2008.
paradigm yang mencerahkan. Shofan, M. 2004. Pendidikan
Yogyakarta: TERAS. Berparadigma Profetik Upaya
Nurdin, Muhammad. 2008. Kiat Menjadi Konstruktif Membongkar Dikotomi
Guru Profesional. Jakarta: Ar-Ruzz, Sistem Pendidikan Islam.
Media Group. Yogyakarta: Ircisod.
Patoni, Achmad. Metodologi Pendidikan Sudjana, Nana. 1997. Tuntunan
Agama Islam. Jakarta: PT Bina Penyusunan Karya Ilmiah.
Ilmu. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Poerwadarminto. 1984. Kamus Umum Undang-Undang Republik Indonesia
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Pustaka. Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Qonon Publishing, 2004.

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 1, Juni 2016


54

Anda mungkin juga menyukai