Anda di halaman 1dari 7

BAB III

STRUKTUR TEKAN

3.1. Pendahuluan
Struktur tekan adalah bagian struktur yang menerima gaya normal tekan.
Beban yang cenderung membuat batang bertambah pendek akan
menghasilkan tegangan tekan pada batang tersebut.
Struktur tekan terdapat pada bangunan-bangunan
− Jembatan rangka
− Rangka kuda-kuda atap
− Rangka menara/tower
− Kolom pada portal bangunan gedung
− Sayap tertekan pada balok I (portal, jembatan)

Perbedaan terpenting antara struktur tarik dan tekan


− Pada struktur tarik, beban tarik membuat batang tetap lurus pada
sumbunya, sedangkan pada struktur tekan, beban tekan cenderung
membuat batang tertekuk sehinga bahaya tekuk harus diperhatikan.
− Pada struktur tarik, adanya lubang-lubang baut pada sambungan akan
mengurangi luas penampang yang memikul beban tarik tersebut,
sedangkan pada struktur tekan, baut dianggap dapat mengisi lubang,
sehingga penampang penuh (brutto) yang memikul beban tekan.

Pada percobaan tekan, menunjukkan bahwa kehancuran batang tekan akan terjadi
P
pada ketegangan   dibawah tegangan leleh ( f y → pada percobaan tarik).
 A
− Dengan propil yang sama, semakin panjang batang tersebut akan
semakin cepat mencapai kehancuran, atau semakin kecil beban yang
dapat diterima.
− Ini disebabkan semakin langsing batang, semakin besar
kecenderungannya untuk menekuk.
Angka kelangsingan (slenderness ratio) yaitu perbandingan antara
panjang batang dengan jari-jari kelembaman.

I
 - angka kelangsingan i=
A

L
= l – panjang batang I – momen enersia
i
i – jari-jari kelembaman A – luas penampang
− Kecenderungan menukuk suatu batang dipengaruhi hal sebagai
berikut :
− Macam kondisi ujung-ujung batang
− Ketidak sempurnaan batang
− Exsentrisitas beban tekan
− Adanya “residual stress” (tegangan sisa)

3.2. Propil-propil untuk Struktur Tekan


− Secara teoritis semua propel dapat dipakai
− Secara praktis dibatasi beberapa hal :
− Propil yang tersedia dipasaran
− Sambungan yang akan dipakai
− Tipe struktur

SIKU “TE” KANAL WF PIPA BOX

PROPIL-PROPIL BUATAN :

− Karena kelangsingan batang mempengaruhi kekuatan, maka untuk struktur


tekan, batang bulat dan pelat tidak biasa dipakai (terlalu langsing).
3.3. Kekuatan Batang Tekan
Diagram Tegangan-Regangan pada Percobaan Takik Baja

P E – Elastis limit
f =
A ideal P – proportional limit

fy fy – tegangan leleh
E fp – tegangan proportional
fp P ada residual stress fr – tegangan sisa (residu)
fp = fy - fr

O L
=
L

− Dari titik 0 sampai P diagram berupa garis lurus (linear).


− Sesudah itu diagram tidak linear lagi, karena terjadi leleh local pada
penampang propil akibat tegangan sisa yang ada.
− Dengan adanya leleh local, kekuatan tekuk (tekan) menjadi berkurang.

Dari percobaan tekan di laboratorium, dengan propel yang sama, tetapi


dengan panjang berbeda-beda (kelangsingan yang bermacam-macam), akan
didapat gambaran yang bisa dinyatakan dalam grafik sebagai berikut :

P
f =
A

fy

L
=
O i

− Dapat dilihat disini, semakin besar angka kelangisngan, semakin kecil beban
yang bisa diterima, atau semakin kecil angka kelangsingannya semakin besar
beban yang dapat diterima.
Keadaan ideal dari suatu batang tekan :
− Beban bekerja merata, dan garis kerja beban berimpit sumbu batang.
− Sumbu batang betul-betul lurus, dan propil terbuat dari bahan yang homogin.
− Tidak ada tegangan sisa/residual stress pada propel.

3.4. Tegangan Sisa : “Residual Stress”


− Tegangan sisa ialah tegangan yang ada pada propel baja akibat proses
pembuatan dipabrik dan/atau pengerjaan dilapangan.
− Terjadinya tegangan sisa :
Pada proes pembuatan didalam pabrik, karena terjadi pendinginan yang tidak
bersamaan pada penampang propil akan mengakibatkan timbulnya tegangan-
tegangan pada propel. Bagian yang cepat mendingin akan timbul tegangan
tekan, sedangkan bagian yang dinginnya terhambat akan timbul tegangan
tarik.

Sebagai contoh propel WF, pelat sayap,


+
bagian tepi akan cepat mendingin,
sedangkan pelat badan bagian tengah yang
-
pendinginnya cepat.

+ 1
Besarnya tegangan sisa berkisar  fy
- - 3
+ Pada peraturan kita diambil fR = 70 MPa
untuk propel buatan pabrik (Roll)

3.5. Perumusan Euler


Angapan-anggapan :
− Batang betul-betul lurus, dan langsing
− Beban bekerja sentris
− Bahan homogin
− Tahanan ujung-ujung batang sendi
x
P P
x
y

L L
y 2 2

d2y Mx
2
=− Mx = P  y
dx EI
P
2
d y P ambil k 2 =
+ y=0 EI
dx 2 EI
y + k 2 y = 0 → Persamaan Deferensial tingkat 2
Penyelesaian PD → y = A sin kx + B cos kx
Syarat batas : x=0→y=0→0=0+B →B=0
x = L → y = 0 → 0 = A sin kl
A  0 dan kL  0 → kL = n

n P n 2 2
k= → = 2
L EI L
 2 EI
n=1→ Pcr = (Beban Tekuk Kritis EULER)
L2
Biasanya perumusan EULER dinyatakan dalam tegangan.
L
=
PCR  EI 2
i
fCK = = 2 dengan memasukkan
A LA I
i=
A
 2E
→ f CR = 2 (Tegangan Kritis EULER)

f

 2E
fCR =
2


3.5. Revisi Dari Perumusan EULER

− Kalau dibandingkan dengan grafik yang dihasilkan dari percobaan tekan di


laboratorium, maka perumusan EULER yang diturunkan secara analitis
tersebut terdapat penyimpangan.

− Perumusan EULER masih dianggap berlaku/sama dengan kenyataan hasil test


di laboratorium, sampai batas proportional, dimana hokum Hooke berlaku atau
harga E tetap → daerah elastis. Setelah melampaui titik proposional, harga E
tidak tetap lagi, sehingga perumusan EULER tidak sesuai lagi (tidak berlaku)
→ daerah inelastis.

− Untuk daerah inelastic ini diadakan revisi rumus → rumus-rumus pendekatan.

f  2E f
Lab Euler =
2
fy fy
fx fp P

p  O 

- Percobaan Tekan Percobaan Tarik


- Rumus EULER

fy
E = tan 
fP

E [MPa]
2 x 105
3.6. Ada 3 Kegagalan Batang Tekan :

1. “ FLEXURAL BUCKLING . ”
Batang akan menjadi tidak stabil karena terjadi tekukan/lenturan →
(EULER BUCKLING).

2. “Local Buckling”
Penampang terlalu tipis (perbandingan lebar pelat dengan tebal pelat ( b/t)
terlalu besar) akan menyebabkan terjadi tekuk local, sebelum batang
menekuk.

3. “Torsional Buckling”
Terjadi pada batang dengan bentuk penampang/kontigurasi tertentu.
Kegagalan akibat terjadinya torsi atau kombinasi torsi dan lentur.

3.6.1. Menekuknya Elemen Penampang tergantung pada :


- Perbandingan lebar dan tebal elemen plat ( b/t ).
- Elemen pelat berpengaku atau tidak.
− Berpengaku ( STIFFENED ) → kedua sisinya ditopang.
− Tidak berpengaku ( UNSTIFFENED ) → satu sisinya bebas.

b b b b b

b
b b

t – tebal Elemen plat

las b las
Elemen tidak berpengaku

las b las

Elemen Berpengaku

Anda mungkin juga menyukai