Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berdasarkan data departemen kesehatan (DepKes) pada periode
juli-september 2006 secara kumulatif tercatat pengidap HIV positif ditanah
air telah mencapai 4.617 orang dan AIDS 6.987 orang (Media indonesia ,
2006). AIDS merupakan penyakit yang tidak dapat di sembuhkan dan
belum di temukan obat yang dapat memulihkanannya hingga saat ini
menderita AIDS di indonesiah dianggap aib, sehingga dapat menyebabkan
tekanan psikologi terutama pada penderitanya maupun pada keluarga dan
linkungan disekeliling penderita
Secara psikokologis HIV menyerang kekebalan tubuh
penderitanya. Jika ditambah dengan stres Psikososial-spiritual yang
berkepanjangan pada pasien terinfenksi HIV, maka akan mempercepat
terjadinya AIDS , bahkan meninkatkan angka kematian. Menurut Ross
(1997), jika stres mencapai tahap kelelahan (exhausted stage), maka dapat
menumbulkan kegagalan fungsi sistem imun yang memperparah keadaan
pasien serta mempercepat terjadinya AIDS. Modulasi respons imun
penderita AIDS akan menurun secara signifikan, seperti aktifitas APC
(makrofag); Th1 (CD4); IFN; IL-2; Imonoglobulin A, G, E, dan anti-HIV.
Penuruna tersebut akan berdampak terhadap penurunan jumlah CD4
hingga mencapai 180 sel/µL pertahun.
Perawat merupakan faktor yang berperang penting dalam
pengelolaan stres, khusunya dalam mempesilitasi dan mengarahkan
koping pasien yang konstruktif agar pasien dapat beradaptasi dengan
sakitnya. Selain itu perawat juga berperan dalam pemberian dukungan
sosial berupa dukungan emosional, informasi, dan material ( Batuman,
1990; Bear, 1996; Folkman dan Lazarus, 1988).
Salah satu metode yang digunakan dalam penerapan teknologi ini
adalah model asuhan keperawatan. Pedekatan yang digunakan adalah
strategi koping dan dukungan sosial yang bertujuan untuk mempercepat
respons adaptif pada pasien terinfeksi HIV, meliputi modulasi resnpons

1
imun (Ader, 1996 ; setyawan , 1996; Putra, 1999), Dengan demikian,
penelitian bidang imonologi memiliki empat variabel yakni,
fisisik,kimia,psikis, dan sosial, dan dapat membuka nuansa baru untuk
bidang ilmu keperawatan dalam mengembangkan model pendekatan
asuhan keperawatan yang berdasarkan pada paradigma
psikoneaurimunologi terhadap pasien terinfeksi HIV (Nursalam, 2005).

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah singkat AIDS?
2. Apakah yang di maksud dengan AIDS?
3. Bagaimanakah Patologi AIDS ?
4. Bagaimana cara penularannya ?
5. Bagaiamna cara pengobatan AIDS?
6. Bagaiamana cara pencegahan AIDS?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah singkat AIDS
2. Mengetahui apa itu AIDS
3. Mengetahui patologi AIDS
4. Mengetahui ciri-ciri AIDS
5. Mengetahui cara pengebotan AIDS
6. Mengetahu cara pengcegahan AIDS

2
BAB II
KONSEP TEORI
A. Sejarah singkat AIDS
Virus HIV dikenal secara terpisah oleh parah peneliti di Institut
Pasteur Prancis pada tahun 1993 dan NIH yaiutu sebuah institut kesehatan
nasional di Amerikaserikat pada tahun 1994. Meskipun tim dari institut
Paster Prancis yang dipimping oleh Dr. Luc Montangie, yang pertama kali
pengumumkan penemuan ini diawal tahun 1983 namun penghargaan untuk
penemuan Virus ini tetapi diberi kepada para peneliti baik dari Prancis
maupun dari Amerika. Peneliti Prancis memberi nama virus ini LAV atau
lymphadenopatthy associated virus. Tim dari Amerika yang di pimpin Dr.
Robert Gallo menyebut virus ini HTLV -3 atau Human T-cell lymphotropc
virus tipe-3. Kemudian Komite Internasional untuk taksonomi virus
memutuskan untuk menetapkan nama human immunodeficiency virus
(HIV) sebagai nama yang dikenal sampai sekarang maka para peneliti
tersebut juga sepakat untuk menggunakan istilah HIV. Sesuai dengan
namanya, virus ini “memakan” imunitas tubuh.
Pada tanun 1985 ditemukan Antigen untuk melakukan tes ELISA,
suatu tes untuk mengethui apakah seseorang terinfeksi virus HIV atau
tidak. 15 April 1987, kasus AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan.
Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda Edward Hop, meninggal
di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian lelaki asing itu disebabkan
AIDS. Hingga akhir 1987, ada 6 orang yang didiagnosis HIV positif, 2
diantaranya mereka mengidap AIDS.
Sejak ditemukan tahun 1978, secara komlatif jumlah kasus AIDS di
Indinesia sampai dengan 30 September 2009 sebanyak 18.442 kasus.
Jumlah ini semakin meningkat dari tahun ketahun.
AIDS disebabkan salah satu kelompok virus yang disebabkan dengan
retroviruses yang sering disebut dengan HIV. Seseorang yang terkena atau
terinfeksi HIV sistem kekebalan tubuhnya akan menurung derastis. Vitrus
HIV menyerang sel darah putih khusus yang disebut dengan T-
lymphocytes. Tanda pertama penderita HIV biasanya akan mengalami

3
demem selama 3-6 minggu tergantung daya tahan tubuh. Setelah kondisi
membaik orang yang terinfeksi HIV akan tetap sehat dalam beberapa
tahun dan secara perlahan kekebalan tubuhnya akan menurungkarena
serangan demam yang berulang.

B. Defenisi AIDS
AIDS adalah kumpulan gejalah penyakit yang timbul akibat
menurunnya kekebalan tubuh yang didapat.
AIDS adalah kependekan dari “Acquired Immune Deficiency
Syndrome” Acquired berarti didapat, bukan keturunan. Immune terkait
dengan sistem kekebalan tubuh kita. Deficiency berarti kekurangan.
Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan kumpulan gejalah, bukan
gejalah tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejalah akibat kekurangan
atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang terbentuk setelah kita lahir.
Menurut WHO AIDS adalah kondisi yang paling parah dari
penyakit HIV dan ditandai dengan munculnya penyakit lain, seperti kanker
dan berbagai infeksi, yang muncul seiring dengan melamahnya sistem
kekebalan tubuh.
AIDS adalah sekumpulan gejala yang dan infeksi (sindrom) yang
timbul karna rusaknya sistem kekebalan tubuh Manusiah akibat infeksi
virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip dan menyerang spesies
lainya
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency
Syndrome, yang merupakan dampak/efek dari perkembangbiakkan virus
HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk
menyebabkan sindrom AIDS yang melemahkan dan sangat berbahaya.
Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah/menghilangnya sistem
kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih
yang banyak dirusak oleh virus HIV.
Ketika kita terkena virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS.
Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama yaitu beberapa tahun
untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan.

4
Seseorang dapat menjadi HIV positif. Saat ini tidak ada obat serum
maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari virus HIV
penyebab penyakit AIDS.

C. Patologi AIDS
Infeksi HIV melewati serangkaian langkah atau peringkat sebelum
berubah menjadi AIDS. Tahap ini infeksi seperti diuraikan pada tahun
1993 oleh Centers for Disease Control dan pencegahan adalah:
1.      Sero konversi penyakit -hal ini terjadi dalam 1 sampai 6 minggu
setelah mengakuisisi infeksi. Perasaan ini mirip dengan serangan flu.
2.      Asimtomatik infeksi -setelah sero konversi, virus tingkat rendah dan
replikasi terus perlahan-lahan. CD4 dan CD8 limfosit tingkat normal.
Tahap ini telah tidak ada gejala dan mungkin bertahan selama
bertahun-tahun bersama-sama.
3.      Persisten memperumum Limfadenopati (PGL) – kelenjar getah bening
di pasien bengkak selama tiga bulan atau lebih dan bukan karena
lainnya menyebabkan.
4.      Gejala infeksi -tahap ini memanifestasikan dengan gejala. Selain itu,
mungkin ada infeksi oportunistik. Koleksi ini gejala dan tanda-tanda
dirujuk sebagai AIDS - related kompleks (ARC) dan dianggap sebagai
prodrome atau prekursor AIDS.
5.      AIDS -tahap ini dicirikan oleh immunodeficiency parah. Ada tanda-
tanda mengancam kehidupan infeksi dan tumor tidak biasa. Tahap ini
dicirikan oleh jumlah sel T CD4 di bawah 200 sel/mm3.
6.      Ada sekelompok kecil pasien yang mengembangkan AIDS sangat
lambat, atau tidak sama sekali. Pasien ini disebut nonprogressors.
Spektrum patologis infeksi HIV berubah sebagai infeksi
menyebar ke komunitas baru dengan berbagai penyakit oportunistik yang
potensial, dan sebagai ilmu kedokteran merencanakan obat melawan
replikasi HIV.

D. Cara penularan

5
Ø  Lewat Cairan Darah
a. Melalui tranfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV,
b. Lewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang
dipakai bergantian tanpa disterilkan, misalnya pemakaian jarum
suntik dikalangan pengguna narkotika suntikan,
c.        Melalui pemakaian jarum suntik yang berulang kali dalam kegiatan
lain : misalnya penyuntikan obat, imunisasi,
d.       Pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya : tindik, tato
dan alat facial wajah.
Ø Lewat Cairan Sperma dan Cairan Vagina
a.     Melalui hubungan seks. Penetratif (penis masuk kedalam
vagina/anus) tanpa menggunakan kondom. Sehingga memungkinkan
tercampurnya cairan sperma dengan cairan vagina (untuk hubungan
seks lewat vagina).
b.          Tercampurnya cairan sperma dengan darah, yang mungkin terjadi
dalam hubungan seks lewat anus.
Ø Lewat Air Susu Ibu
Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV
positif, dan melahirkan lewat vagina, kemudian menyusui bayinya
dengan ASI.
Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi (mother to child
transmission) ini berkisar hingga 30%, artinya dari setiap 10
kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir
dengan HIV positif.
1)         Secara langsung (tranfusi darah, dari produk darah/tranplantasi
organ tubuh yang tercemar HIV.
2)         Lewat alat-alat (jarum suntik, peralatan dokter, jarum tato,
tindik dan lain-lain). Yang telah tercemar HIV karena baru dipakai
oleh orang yang terinfeksi HIV dan tidak disterilisasi terlebih dahulu.
Karena HIV dalam jumlah yang cukup untuk menginfeksi
orang lain ditemukan dalam darah, air mani dan cairan vagina otha.

6
Melalui cairan-cairan tubuh yang lain tidak pernah dilaporkan
kasus penularan HIV (misalnya : air mata, keringat, ait liur/ludah, air
kencing).
Dalam satu kali hubungan seks secara tidak aman dengan
orang terinfeksi HIV dapat terjadi penularan. Walaupun secara
statistik kemungkinan ini antara 0,1% (jauh dibawah resiko penularan
HIV melalui tranfusi darah). Tetapi lebih dari 90% kasus penularan
HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seks yang tidak aman.
Hubungan seksual secara anal (lewat dubur) paling beresiko
menularkan HIV, karena epitel mukosa anus relatif tipis dan lebih
mudah terluka didandingkan epitel dinding vagina, sehingga HIV
lebih mudah masuk ke aliran darah.
Dalam hubungan seks vagina perempuan lebih besar resikonya
dari pada pria karena selaput lendir vagina cukup rapuh. Disamping
itu karena cairan sperma akan menetap cukup lama di dalam vagina.
Kesempatan HIV masuk ke aliran darah menjadi lebih tinggi.
HIV dicairan vagina/darah tersebut juga dapat masuk ke aliran darah
melalui saluran kencing pasangannya.

AIDS tidak ditularkan melalui :


-     Makan dan minum bersama/pemakaian alat makan minum
bersama.
-       Pemakaian fasilitas umum bersama. Seperti telepon umum, wc
umum dan kolam renang.
-        Ciuman, senggolan, pelukan dan kegiatan sehari-hari lainnya.
-        Lewat keringat/gigitan nyamuk.
-        Gunakan jarum suntik yang steril/baru setiap kali akan melakukan
penyuntikan/proses yang lain yang dapat mengakibatkan
terjadinya luka.
-     Selalu menerapkan kewaspadaan mengenai seks aman. Artinya
hubungan seks yang tidak memungkinkan tidak tercampurnya
cairan kelamin. Karena hal ini memungkinkan penularan HIV.

7
-       Bila ibu hamil dalam keadaan HIV positif sebaiknya diberitahu
tentang semua resiko dan kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi pada dirinya sendiri dan bayinya. Sehingga keputusan
untuk menyusui bayi dengan ASI sendiri bisa dipertimbangkan.

Tanda-tanda umum :
-      Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat.
-      Demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan).
-     Diare berkepanjangan (lebih dari satu bulan).

Gejala tambahan :
-      Batuk berkepanjangan (lebih dari satu bulan).
-        Kelainan kulit dan iritasi (gatal-gatal).
-        Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan.
-        Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh seperti
dibawah telinga, leher, ketiak, dan lipatan paha.
F. Pengobatan
Pengobatan menggunakan antiretroviral (ART) dan telah secara
substansial mengurangi komplikasi terkait HIV dan kematian. Namun, tidak
ada obat untuk HIV / AIDS. Terapi dimulai dan individual di bawah
pengawasan dokter ahli dalam perawatan pasien terinfeksi HIV. Sebuah
kombinasi dari setidaknya tiga obat dianjurkan untuk menekan virus dari
replikasi dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kelas-kelas yang
berbeda obat termasuk:
1. Reverse transcriptase inhibitor: obat ini menghambat kemampuan virus
untuk membuat salinan dari dirinya sendiri.
2. Protease inhibitor (PI): Obat-obat ini mengganggu replikasi virus pada
langkah selanjutnya dalam siklus hidup, mencegah sel-sel dari
memproduksi virus baru.
Kedua obat yang digunakan dalam kombinasi dengan obat anti-HIV.
Menghentikan HIV integrase inhibitor gen dari menjadi dimasukkan ke dalam
DNA sel manusia. Ini merupakan kelas baru obat-obatan, belum lama ini

8
disetujui untuk membantu mengobati orang-orang yang sudah kebal terhadap
obat lain. Raltegravir (Isentress) adalah obat pertama dalam kelas ini disetujui
oleh FDA, pada tahun 2007. Menghentikan obat antiretroviral virus replikasi
virus dan menunda perkembangan AIDS. Namun, mereka juga memiliki efek
samping yang dapat parah. Mereka termasuk penurunan sel darah putih,
radang pankreas, keracunan hati, ruam, masalah pencernaan, peningkatan
kadar kolesterol, diabetes, lemak tubuh yang abnormal distribusi, dan
menyakitkan kerusakan saraf.

G. Patofisiologi
Wanita hamil yang HIV-positif harus mencari perawatan segera karena
terapi ART mengurangi risiko penularan virus ke janin. Ada obat-obatan
tertentu, Namun, yang berbahaya bagi bayi. Oleh karena itu, melihat seorang
dokter untuk mendiskusikan obat anti-HIV sangat penting. Orang dengan
infeksi HIV harus di bawah perawatan seorang dokter yang berpengalaman
dalam mengobati infeksi. Semua orang dengan HIV harus dinasihati tentang
menghindari penyebaran penyakit. Individu yang terinfeksi juga dididik
tentang proses penyakit, dan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas hidup mereka.
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus
dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human

9
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai
kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik )
muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah.
Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah
200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau
dimensia AIDS.
H. Pencegahan
Meskipun upaya-upaya yang signifikan, tidak ada vaksin yang efektif
terhadap HIV.
Ada 2 macam pencegahan yaitu:
1. Pencegahan yang dikhususkan pada kelompok yang berperilaku
beresiko, yaitu:
 Pendidikan kesehatan,
 Melakukan konseling dan test HIV secara suka rela,
 Absen dari seks. Ini jelas memiliki keterbatasan daya tarik, tapi
benar-benar melindungi terhadap penularan HIV melalui rute ini,
 Berhubungan seks dengan satu pasangan yang tidak terinfeksi.
Saling monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi
menghilangkan risiko penularan HIV seksual,
 Menggunakan kondom dalam situasi yang lain. Kondom
menawarkan perlindungan jika digunakan dengan benar dan
konsisten. Kadang-kadang, mereka bisa pecah atau bocor. Hanya
kondom terbuat dari lateks harus digunakan. Hanya pelumas
berbahan dasar air harus digunakan dengan kondom lateks,
 Tidak memakai jarum atau menyuntikkan obat-obatan terlarang,
 Jika Anda bekerja di bidang perawatan kesehatan, ikuti panduan
nasional untuk melindungi diri terhadap jarum suntik dan paparan
cairan tercemar,

10
 Risiko penularan HIV dari wanita hamil kepada bayinya dapat
dikurangi secara signifikan, bila si ibu mengambil obat-obatan
selama kehamilan, persalinan, dan melahirkan dan bayinya
mengambil obat untuk enam minggu pertama kehidupan. Bahkan
kursus singkat perawatan yang efektif, meski tidak optimal.
Kuncinya adalah untuk mendapatkan tes HIV sedini mungkin
dalam kehamilan. Dalam konsultasi dengan dokter, banyak wanita
memilih untuk menghindari menyusui untuk meminimalkan risiko
penularan setelah bayi lahir,
 WHO merekomendasiakan untuk melakukan terapi sejak fase
asimptomatik.
2. Pencegahan pada penderita AIDS:
 Segera melapor pada institusi kesehatan lokal,
 Melakukan pengobatan khusus atau terapi,
 Penyedian pelayanan khusus bagi penderita AIDS di rumah sakit,
 Mengurangi penyebaran infeksi HIV/AIDS dengan cara tidak
mentransfusi darah penderita AIDS pada pasien lain dirumah sakit,
 Mengurangi resiko penularan dari ibu kepada bayinya dengan cara
mengurangi pemberian Azidothymidine (AZT).

11
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Data Demografi
Nama klien  :
Umur       :
Diagnosa Medik :
Tanggal Masuk    :
Alamat              :
Suku                 :
Agama               :
Pekerjaan           :
Status perkawinan   :
Status pendidikan   :

b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu,
pusing, dan diare
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek,
mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di
alaminya saat ini.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.
5) Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011
ditemukan benjolan pada leher.
c. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/istirahat

12
a) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
b) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis
terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi
jantung, pernafasan.
2) Sirkulasi
a) Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama
pada cedera.
b) Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume
nadi perifer, pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler.
3) Integritas ego
a) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan
(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan
(menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa
tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan
depresi.
b) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku
marah, menangis, kontak mata yang kurang.
4) Eliminasi
a) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa
disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
b) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare
pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,
perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik
urine.
2) Makanan/cairan
a) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,
mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan
berat badan yang progresif.
b) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising
usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya
selaput puih dan perubahan warna, edema.

13
3) Hygiene
a) Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS
b) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan
dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
4) Neurosensori
a) Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental,
kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah,
tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot,
tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan
pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).
b) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental
sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran
menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid,
ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya
berjalan ataksia. remor pada motorik kasar/halus, menurunnya
motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
5) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit
kepala, nyeri dada pleuritis.
b) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri
tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang,
gerak otot melindungi yang sakit.
6) Pernapasan
a) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk
(mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum.
Bendungan atau sesak pada dada.
b) Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi
napas adventius. Sputum :kuning
7) Keamanan
a. Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat
penyembuhannya. Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering

14
atau berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker
tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah, peningkatan suhu
intermitetn/memuncak; berkeringat malam.
b. Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema,
eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola
warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Rectum, luka-luka perianal/abses,.timbulnya nodul-
nodul, pelebaran kelenjar linfe pada dua area tubuh/lebih (leher,
ketiak, paha).menurunnya kekebalan imim, tekanan otot,
perubahan pada gaya berjalan.
8) Seksualitas
a) Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan
hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV, pasangan
seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks
anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan
seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil
pencegah kehamilan.
b) Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia :
manifestasi kulit(mis. Kutil, herpes)
9) Interaksi social
a) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan
karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat
ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan
kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
b) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang
terdekat.aktivitas yang tak terorganisasi.
10) Penyuluhan/pembelajaran
a) Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan
perilaku beresiko tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV).

15
Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, sast ini merokok,
penyalahgunaan alcohol.
b) Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan
keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan kulit/luka,
peralatan/bahan, transpotasi, belanja makanan dan persiapan ;
perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.
B. Diagnosa
1. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, kelelahan, efek samping pengobatan,
demam, dan malnutrisi
2. Kecemasan b/d persepsi tentang efek penyakit, dan pengobatan terhadap
gaya hidup.
3. Resiko infeksi b/d imunodefisiensi seluler.
4. Ketidakseimbangan nutrisi b/d kehilangan nafsu makan, lesi oral dan
esofagus, dan malabsorbsi gastrointestinal.
5. Kerusakan integritas kulit b/d kehilangan otot dan jaringan sekunder
akibat perubahan status nutrisi

C. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
.
1. Intoleransi - Mengidentifikasi 1.Mempafasilitasi latihan otot
aktivitas b/d aktivitas situasi resistif secara rutin untuk
kelemahan, yang memepertahangkan/meningkat
kelelahan, efek menimbulkan kan kekuatan otot.
samping kelelahan/kelema 2. Monitor respon fisiologis
pengobatan, han yang dapat terhadap aktivitas
demam, dan mengakibatkan 3. memanipulasi lingkungan

malnutrisi intoleransi sekitar pasien untuk memproleh


manfaat terapeotik.

2. Ansietas b/d -memiliki tanda- 1. mempersiapkan pasien


persepsi tentang tanda vital dalam menghadapi kemungkinan
efek penyakit,

16
dan pengobatan batas normal krisis perkembagan/situasional
terhadap gaya - 2. membantu pasien untuk
hidup. mengomunikasikan beradaptasi dengan
kebutuhan dan perubahan/ancaman yang
persaaan negatif menghambat pemenuhan
yang tepat tuntutan dan peran hidup
-mengidenfikasi 3. memberikan penaganan,
gejala yang penerimanaan dan bantuan
merupakan dukungan selama masa stress
indikator ansietas
pasien sendiri.
3. Resiko infeksi b/d - tanda vital dalam 1. mengidentifikasi resiko /
imunodefisiensi batas normal masalah kesehatan dengan
seluler. - tidak ada luka atau memanfaatkan riwayat
eksudat kesehatan
- terbebas dari tanda
2. meniminimalkan penyebaran
dan gejala infeksi
dan penularan agen infeksi
-menggambarkan
3. memberikan instruksi
faktor yang
tentang pentingnya
menunjang
penularan infeksi perlindungan seksual selama
aktifitas seksual
4. Ketidakseimbang - meningkatkan 1. mencegah dan menangani
selera makan
an nutrisi b/d - melaporkan tingkat gangguan selera makan
kehilangan nafsu energi yang adekuat 2. membantu atau menyediakan
- Mempertahankan
makan, lesi oral berat badan asupan makanan yang
dan esofagus, dan seimbang
malabsorbsi 3. membantu individu untuk
gastrointestinal. makan
4. memfasilitasi pencapaian
kenaikan berat badan
5. Kerusakan - tidak mengalami 1. meningkatkan kenyamanan
integritas kulit b/d nyeri di ekstremitas dan keamanan

17
kehilangan otot - memiliki suhu 2. mencegah komplikasi luka
dan jaringan tubuh normal jika ada.
sekunder akibat - memiliki warna 3. membantu untuk
perubahan status kulit normal meningkatkan nutrisi
nutrisi - memiliki nadi
kuat dan simetris

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit HIV AIDS merupakan penyakit yang menyerang sistem
imun / kekebalan tubuh yaitu pada Limfosit T-helper, dengan gejala – gejala
yang disertai dengan infeksi oportunistik. Pada kehamilan dan persalinan
terdapat resiko yang cukup tinggi dengan tertularnya virus dari ibu dengan
HIV (+) kepada bayinya dengan cara melalui plasenta, pada saat persalinan
dan menyusui. Tetapi hal ini dapat diturunkan resikonya dengan pemberian
Zidovudine selama kehamilan dan menghindari melakukan tindakan –
tindakan yang dapat membuat bayi terpajan dengan darah ibu HIV (+).
B. Saran
Seperti yang telah penulis uraikan pada bab sebelumnya bahwa
HIV/AIDS adalah penyakit yang berbahaya karena virus tersebut
menyerang sistim kekebalan tubuh kita dalam melaan segala penyakit.
Untuk menghindari hal tersebut dapat penulis sarankan hal – hal sebagai
berikut :

Bagi yang belum terinfeksi virus HIV/AIDS sebaiknya :


a.    Belajar agar dapat mengendalikan diri;
b.   Memiliki prinsip hidup yang kuat untuk berkata “TIDAK terhadap segala
jenis yang mengarah kepada narkoba dan psikotropika lainnya;
c.    Membentengi diri dengan agama
d.   Menjaga keharmonisan keluarga karena pergaulan bebas sering kali
menjadi pelarian bagi anak – anak yang depresi.

19
DAFTAR PUSTAKA
http://www.Pitt.edu/~Super7/19011-20001/19601.pdf
http://Library.Med.Utah.edu/WebPath/AIDS2012.pdf
Bruner and Suddarth. 2002 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8,
Volume 2. Jakarta : EGC
Sarwono. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid pertama, Edisi ketiga.
Jakarta : FKUI
Prawirohardjo,sarwono (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta:P.T.Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo.

20

Anda mungkin juga menyukai