LP Bronchopneumonia Bella C2221112
LP Bronchopneumonia Bella C2221112
BRONKOPNEUMONIA
OLEH :
DESAK PUTU BELLA ANDRIYANI
C2221112
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
BAB I KONSEP DASAR
A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Organ pernafasan berguna bagi transportasi gas-gas di mana
organ-organ pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana
udara mengalir yaitu rongga hidung, faring, laring dan trakea serta
bagian paru-paru yang berfungsi melakukan pertukaran gas-gas antara
udara dan darah. Sebagian besar saluran pernafasan (dilalui udara)
yaitu bronkus, berada di dalam paru-paru. Laring juga berguna untuk
menghasilkan suara. Organ penciuman (hidung) mengatur udara yang
dihirup, membantu orientasi dalam lingkungan dan bersama-sama
dengan saraf-saraf sensorik mukosa hidung membantu melindungi
manusia. Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar
yang mengandung O2 ke dalam tubuh serta menghembuskan udara
yang banyak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi. Organ-organ pernafasan meliputi,
hidung, faring, laring, trakea, paru-paru.
a. Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua
lubang (kavum nasi), dipisahkan dengan sekat hidung
(septumnasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna
untuk menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk ke
dalam lubang hidung. Bagian luar dinding terdiri dari kulit, lapisan
tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan, lapisan dalam terdiri
dari selaput lendir yang barlipat-lipat yang dinamakan karang
hidung (konka nasalis)
b. Faring (tekak) merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernafasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar
tengkorak, di belakang rogga hidung dan mulut sebelah depan ruas
tulang leher.
c. Laring (tenggorok) merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di
bawahnya
d. Trakea (batang tenggorok). Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira
ketinggian vertebra torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang menjadi dua bronkus. Yang memisahkan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina. Panjang trakea 9-11
cm, sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar
(sel bersilia).
e. Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan
terletak di rongga dada atau toraks. Mediastinum sentral yang
berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar memisahkan
paru tersebut. Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) dan
basis (dasar). Pembuluh darah paru, bronkial, bronkus, saraf dan
pembuluh limfe memasuki tiap paru pada bagian hilus dan
membentuk akar paru-paru.
2. Fisiologi
Bernafas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara
bergantian, teratur, berirama dan terus-menerus. Bernafas merupakan gerak
reflek yang terjadi pada otot-otot pernafasan. Reflek bernafas ini diatur
oleh pusat pernafasan yang terletak di dalam sumsum penyambung
(medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan,
memperlambat, atau mempercepat nafasnya, ini berarti reflek bernafas
ini juga di bawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernafasan sangat
peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam
darah.
Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat
rangsangan dari nervus prenikus lalu mengkerut datar. Muskulus
Interkostalis yang letaknya miring, setelah dapat rangsangan
kemudian mengkerut dan tulang iga (kusta) menjadi datar. Dengan
demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan
melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan berbalik dengan
demikian akan menarik paru-paru maka tekanan di dalammya berkurang,
masuklah udara dari luar dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan
fungsi utama dari mukosa respirasi.
Ekspirasi, pada suatu saat otot akan kendor lagi (diafragma akan
menjadi cekung, muskulus interkostalis) dan dengan demikian rongga
dada menjadi kecil kembali, maka udara di dalam keluar. Jadi proses
respirasi atau pernafasan ini terjadi karena adanya tekanan antar rongga
pleura dan paru (Syarifudin, 2006).
Bernafas dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara O2 ditarik
dari udara masuk ke dalam darah dan CO2 akan dikeluarkan dari darah
secara osmosis seterusnya CO2 akan dikeluarkan melalui traktus
respiratorius (jalan pernafasan) dan masuk ke dalam tubuh melaui
kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri
jantung (atrium sinistra) ke aorta seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-
sel) di sini terjadi oksidasi (pertukaran) sebagai ampas (sisa) dari
pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran
darah vena masuk ke jantung (serambi kanan/atrium dekstra) ke otak kanan
(ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonaris ke
jaringan-jaringan paru-paru akhirnya dikeluarkan menembus lapisan
epitel dan alveoli. Proses pengeluaran sisa dari metabolisme lainnya
akan dikeluarkan melalui traktus urogenetalis dan kulit.
Diafragma merupakan otot berbentuk lengkungan yang
membentuk dasar rongga toraks dan memisahkan rongga tersebut dari
rongga abdomen (Price & Wilson, 2005).
B. Definisi
Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran pernafasan
bawah, yang melibatkan parenkim paru-paru, termasuk alveoli dan
struktur pendukungnya (Reeves, 2011).
Bronkopneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat (Sudoyo, 2006).
Bronkopneumonia adalah proses inflamatori permukaan bagian
bawah yang mengenai parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah,
2006).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
bronkopneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian yang
mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratoris dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan
paru yang disebabkan oleh mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur
maupun parasit.
C. Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-
anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika bronkopneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit
infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun. Angka kejadian tertinggi ditemukan
pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan meningkatnya umur.
Anak dengan daya tahan atau imunitas terganggu akan menderita
bronkopneumonia berulang atau bahkan bisa anak tersebut tidak mampu
mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor imunitas, faktor iatrogen
juga memicu timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada paru, anastesia,
pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.
Insiden penyakit ini pada negara berkembang termasuk indonesia
hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan risiko kematian
yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari
seluruh penyakit pada anak di bawah umur 2 tahun. Insiden pneumonia pada
anak ≤5 tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan
dinegara berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan
lebih dari 5 juta kematian pertahun pada anak balita dinegara berkembang
D. Etiologi
Smeltzer & Bare (2001) menyebutkan beberapa penyebab
bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan protozoa.
Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan, cairan,
muntah atau inhalasi kimia, merokok dan gas. Bakteri penyebab
bronkopneumonia meliputi :
1. Bakteri gram positif
a. Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan
meningkat pada penderita PPOM dan penggunaan alkohol).
b. Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering
menyebabkan infeksi nasokomial).
2. Bakteri gram negatif
a. Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak
dan menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).
b. Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar,
trakeostomi, dan infeksi saluran kemih).
c. Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis)
3. Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan
kesadaran, gangguan menelan).
4. Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan
penyakit kronis)
E. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia secara khas diawali dengan menggigil, demam yang timbul
dengan cepat (39,5o sampai 40,5o C), sakit kepala, gelisah, malaise, nafsu
makan berkurang dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk. Gejala umum
infeksi saluran pernafasan bawah berupa batuk, espektorasi sputum, dengan
takhipnea sangat jelas (25 sampai 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan
mendengkur, pernafasan cuping hidung dan penggunaan otot-otot
aksesori pernafasan, sputum hijau dan purulen, dipsnea dan sianosis. Pasien
yang mengalami tanda pneumonia berupa retraksi yaitu perkusi pekak,
fremitus melemah, suara napas melemah, ronki dan wheezing (Mansjoer,
2015).
F. Patofisiologi
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya
kuman pathogen masuk ke mukus jalan nafas. Kuman tersebut
berkembang biak di saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila
mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat,
maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di
saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi
mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya
tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi
mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke
alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru
sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah
kapiler (Price & Wilson, 2005). Gambar 2.2 menunjukan gambaran
perbedaan alveoli normal dan alveoli pada pasien bronkopneumonia.
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan
kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut,
menurunkan dan menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai
tambahan proses bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi
okulasi partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan oksigen arteri, akibatnya
darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung
oksigen sehingga terjadi hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang
disebut endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai
hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat dan meningkatkan
kecepatan metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah
penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat
dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena
dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melalui
kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi
(Price & Wilson 2005).
G. Pathway
H. Gejala Klinis
Gejala utama bronkopneumonia umumnya adalah menggigil mendadak, demam
yang tinggi dengan cepat dan berkeringat banyak, batuk, sesak napas,
pernapasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung, retraksi
dinding toraks. Selain itu dapat ditemukan suara nafas vesikuler meningkat
sampai bronkial, dan bising tambahan ronki basah halus.
I. Komplikasi
Komplikasi yang timbul dari bronkopneumonia menurut Ngastiyah (2005), yaitu
:
1. Empisema
2. Otitis media akut
3. Atelektasis
4. Meningitis
5. Efusi pleura
6. Abses paru
7. Pneumothoraks
8. Gagal napas dan sepsis
J. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Rani (2006), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :
1. Foto thoraks
2. Laboratorium rutin : DPL, hitung jenis, LED, glukosa darah, ureum,
creatinine, SGOT, SGPT.
3. Analisa gas darah, elektrolit
4. Pewarnaan gram sputum
5. Kultur sputum.
6. Kultur darah
7. Pemeriksaan serologi
8. Pemeriksaan antigen
9. Tes invasif ( Bronskopi, aspirasi jarum transtoraka, biopsy paru terbuka dan
thorakoskopi).
K. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan
tetapi, karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka
biasanya diberikan :
a. Penisilin ditambah dengan Cloramfenikol atau diberikan
antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti Ampisilin.
Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4 – 5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intervensi.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi
sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.
d. Pasien pneumonia ringan tidak perlu dirawat di Rumah Sakit.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanan keperawatan dalam hal ini yang dilakukan adalah :
a. Menjaga kelancaran pernafasan
Klien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis
karena adanya radang paru dan banyaknya lendir di dalam bronkus
atau paru. Agar klien dapat bernapas secara lancar, lendir tersebut
harus dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu
dibantu dengan memberikan O2 2 l/menit secara rumat.
b. Kebutuhan Istirahat
Klien Pneumonia adalah klien payah, suhu tubuhnya tinggi, sering
hiperpireksia maka klien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan
klien harus ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian obat
secara tepat, usahakan keadaan tenang dan nyamn agar psien dapat
istirahat sebaik-baiknya.
c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan
makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama
beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat
menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan
kekukrangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl
0,9%.
1. Pengertian Pertumbuhan
b. Faktor Eksternal
1. Pengertian Perkembangan
f. Ada anak usia 12 bulan sudah dapat berjalan tapi anak yang lainnya
baru bisa berjalan setelah berusia 18 bulan.
g. Perkembangan dipengaruhi oleh kematangan (maturation) dan
pengalaman (experience).
h. Kematangan (maturation) merupakan proses alami. Kapan masa
kematangan untuk satu kemampuan muncul ditentukan oleh diri
anak sendiri. Faktor gizi dan kesehatan turut menentukan terjadi
proses kematangan.
i. Proses perkembangan terjadi dari atas ke bawah (Cepalocaudal) dan
dari dalam ke luar (proximodistal). (Lestari, 2016).
3. Tahap-Tahap Perkembangan
Pada usia ini anak mulai menginjak usia remaja yang memiliki
rentang masa dari usia 14/15 tahun hingga usia 21/22 tahun. Pada
usia ini anak berada pada masa transisi sehingga menyebabkan anak
menjadi bengal, perkataan-perkataan kasar menjadi perkataan
harian sehingga dengan sikap emosional ini mendorong anak untuk
bersikap keras dan mereka dihadapkan pada masa krisis kedua yaitu
masa pancaroba yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa
pubertas. Dalam kaitannya dengan kehidupan beragama, gejolak
batin seperti itu akan menimbulkan konflik. (Lestari, 2016).
4. Aspek-Aspek Perkembangan
a. Perkembangan Fisik
d. Perkembangan Kognitif
e. Perkembangan Bahasa
1. Pengertian
2. Dampak Hospitalisasi
psikologis).
A. Pengkajian
1. Biodata/Identitas
Biodata anak yang mencakup nama, jenis kelamin. Biodata orang tua
perlu ditanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi : nama,
umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan
alamat.
2. Riwayat penyakit
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
3) Muka/Wajah
4) Mata
7) Mulut
a) Adakah sianosis
c) Adakah stomatitis
8) Tenggorokan
10) Thorax
12) Kulit
13) Ekstremitas
14) Genetalia
Airway Management
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Lembab
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
2 Gangguan pertukaran gas berhubungan NOC : NIC :
dengan gangguan kapasitas pembawa
- Respiratory Status : Gas exchange Airway Management
oksigen darah.
- Respiratory Status : ventilation 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
- Vital Sign Status jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Kriteria Hasil : ventilasi
- Mendemonstrasikan peningkatan 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
ventilasi dan oksigenasi yang jalan nafas buatan
adekuat 4. Pasang mayo bila perlu
- Memelihara kebersihanparu paru 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
dan bebas dari tanda tanda distress 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
pernafasan 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
- Mendemonstrasikan batuk efektif tambahan
dan suara nafas yang bersih, tidak 8. Lakukan suction pada mayo
ada sianosis dan dyspneu (mampu 9. Berika bronkodilator bial perlu
mengeluarkan sputum, mampu 10. Barikan pelembab udara
bernafas dengan mudah, tidak ada 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
pursed lips) keseimbangan.
- Tanda tanda vital dalam rentang 12. Monitor respirasi dan status O2
normal
Respiratory Monitoring
1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
3. Monitor suara nafas, seperti dengkur
4. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan
paradoksis)
7. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan
napas utama
9. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
3. Intoleransi aktivitas NOC NIC
a. Energy conservation Activity Therapy
b. Activity tolerance 1. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
c. Self Care : ADLs yang mampu dilakukan
Kriteria Hasil: 2. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
a. Berpartisipasi dalam aktivitas sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
fisik tanpa disertai peningkatan social
tekanan darah, nadi, dan RR 3. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
b. Mampu melalukan aktivitas sehari disukai
– hari (ADLs) secara mandiri 4. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di
c. Tanda – tanda vital normal waktu luang
d. Mampu berpindah dengan atau 5. Bantu klien / keluarga untuk mengidentifikasi
tanpa bantuan alat kekurangan dala beraktivitas
e. Sirkulasi status baik 6. Monitor respon fisik, emosi, social, dan
Status respirasi: pertukaran gas dan spiritual
ventilasi adekuat
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC Nutrition Management
kebutuhan tubuh berhubungan dengan Nutritional Status :
faktor biologis 1. Kaji adanya alergi makanan
Nutritional Status : food and Fluid
Intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Nutritional Status: nutrient Intake jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
Weight control pasien.
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Kriteria Hasil :
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
- Adanya peningkatan berat badan
dan vitamin C
sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan 5. Berikan substansi gula
tinggi badan 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
nutrisi 7. Berikan makanan yang terpilih (sudah
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Menunjukkan peningkatan fungsi 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
pengecapan dan menelan
makanan harian.
- Tidak terjadi penurunan berat badan
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
yang berarti
10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan perubahan
pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah
9. Monitor mual dan muntah
10. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
11. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
12. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
13. Monitor kalori dan intake nutrisi
14. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
15. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
5. Hipertermi berhubungan dengan NOC NIC
penyakit hermoregulation
Fever treatment
Kriteria Hasil: 1. Monitor suhu sesring mungkin
- Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Monitor warna dan suhu kulit
- Nadi dan RR dalam rentang
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
normal
4. Berikan antipiretik
- Tidak ada perubahan warna kulit
5. Kolaborasi pemberian cairan intravensi
dan tidak ada pusing
6. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Temperature regulation
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Monitor TD, nadi, RR
3. Monitor tanda – tanda hipertermi dan hipotermi
4. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
5. Ajarkan pasien cara mencegah keletihan akibat
panas
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematik pada status kesehatan klien. Evaluasi adalah proses penilaian,
pencapaian, tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan (Muttaqin,
2010).
DAFTAR PUSTAKA
LeMone, P., Burke, M.K., dan Bauldoff. G. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Dianosa Medis