Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA

OLEH :
DESAK PUTU BELLA ANDRIYANI
C2221112

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA USADA BALI

2021

LAPORAN PENDAHULUAN
BAB I KONSEP DASAR

A. Anatomi Fisiologi

1. Anatomi
Organ pernafasan berguna bagi transportasi gas-gas di mana
organ-organ pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana
udara mengalir yaitu rongga hidung, faring, laring dan trakea serta
bagian paru-paru yang berfungsi melakukan pertukaran gas-gas antara
udara dan darah. Sebagian besar saluran pernafasan (dilalui udara)
yaitu bronkus, berada di dalam paru-paru. Laring juga berguna untuk
menghasilkan suara. Organ penciuman (hidung) mengatur udara yang
dihirup, membantu orientasi dalam lingkungan dan bersama-sama
dengan saraf-saraf sensorik mukosa hidung membantu melindungi
manusia. Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar
yang mengandung O2 ke dalam tubuh serta menghembuskan udara
yang banyak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi. Organ-organ pernafasan meliputi,
hidung, faring, laring, trakea, paru-paru.
a. Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua
lubang (kavum nasi), dipisahkan dengan sekat hidung
(septumnasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna
untuk menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk ke
dalam lubang hidung. Bagian luar dinding terdiri dari kulit, lapisan
tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan, lapisan dalam terdiri
dari selaput lendir yang barlipat-lipat yang dinamakan karang
hidung (konka nasalis)
b. Faring (tekak) merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernafasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar
tengkorak, di belakang rogga hidung dan mulut sebelah depan ruas
tulang leher.
c. Laring (tenggorok) merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di
bawahnya
d. Trakea (batang tenggorok). Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira
ketinggian vertebra torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang menjadi dua bronkus. Yang memisahkan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina. Panjang trakea 9-11
cm, sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar
(sel bersilia).
e. Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan
terletak di rongga dada atau toraks. Mediastinum sentral yang
berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar memisahkan
paru tersebut. Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) dan
basis (dasar). Pembuluh darah paru, bronkial, bronkus, saraf dan
pembuluh limfe memasuki tiap paru pada bagian hilus dan
membentuk akar paru-paru.
2. Fisiologi
Bernafas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara
bergantian, teratur, berirama dan terus-menerus. Bernafas merupakan gerak
reflek yang terjadi pada otot-otot pernafasan. Reflek bernafas ini diatur
oleh pusat pernafasan yang terletak di dalam sumsum penyambung
(medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan,
memperlambat, atau mempercepat nafasnya, ini berarti reflek bernafas
ini juga di bawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernafasan sangat
peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam
darah.
Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat
rangsangan dari nervus prenikus lalu mengkerut datar. Muskulus
Interkostalis yang letaknya miring, setelah dapat rangsangan
kemudian mengkerut dan tulang iga (kusta) menjadi datar. Dengan
demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan
melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan berbalik dengan
demikian akan menarik paru-paru maka tekanan di dalammya berkurang,
masuklah udara dari luar dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan
fungsi utama dari mukosa respirasi.
Ekspirasi, pada suatu saat otot akan kendor lagi (diafragma akan
menjadi cekung, muskulus interkostalis) dan dengan demikian rongga
dada menjadi kecil kembali, maka udara di dalam keluar. Jadi proses
respirasi atau pernafasan ini terjadi karena adanya tekanan antar rongga
pleura dan paru (Syarifudin, 2006).
Bernafas dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara O2 ditarik
dari udara masuk ke dalam darah dan CO2 akan dikeluarkan dari darah
secara osmosis seterusnya CO2 akan dikeluarkan melalui traktus
respiratorius (jalan pernafasan) dan masuk ke dalam tubuh melaui
kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri
jantung (atrium sinistra) ke aorta seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-
sel) di sini terjadi oksidasi (pertukaran) sebagai ampas (sisa) dari
pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran
darah vena masuk ke jantung (serambi kanan/atrium dekstra) ke otak kanan
(ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonaris ke
jaringan-jaringan paru-paru akhirnya dikeluarkan menembus lapisan
epitel dan alveoli. Proses pengeluaran sisa dari metabolisme lainnya
akan dikeluarkan melalui traktus urogenetalis dan kulit.
Diafragma merupakan otot berbentuk lengkungan yang
membentuk dasar rongga toraks dan memisahkan rongga tersebut dari
rongga abdomen (Price & Wilson, 2005).
B. Definisi
Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi saluran pernafasan
bawah, yang melibatkan parenkim paru-paru, termasuk alveoli dan
struktur pendukungnya (Reeves, 2011).
Bronkopneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat (Sudoyo, 2006).
Bronkopneumonia adalah proses inflamatori permukaan bagian
bawah yang mengenai parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah,
2006).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
bronkopneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian yang
mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratoris dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan
paru yang disebabkan oleh mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur
maupun parasit.
C. Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-
anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika bronkopneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit
infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun. Angka kejadian tertinggi ditemukan
pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan meningkatnya umur.
Anak dengan daya tahan atau imunitas terganggu akan menderita
bronkopneumonia berulang atau bahkan bisa anak tersebut tidak mampu
mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor imunitas, faktor iatrogen
juga memicu timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada paru, anastesia,
pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.
Insiden penyakit ini pada negara berkembang termasuk indonesia
hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan risiko kematian
yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari
seluruh penyakit pada anak di bawah umur 2 tahun. Insiden pneumonia pada
anak ≤5 tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan
dinegara berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan
lebih dari 5 juta kematian pertahun pada anak balita dinegara berkembang
D. Etiologi
Smeltzer & Bare (2001) menyebutkan beberapa penyebab
bronkopneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur dan protozoa.
Bronkopneumonia juga dapat berasal dari aspirasi makanan, cairan,
muntah atau inhalasi kimia, merokok dan gas. Bakteri penyebab
bronkopneumonia meliputi :
1. Bakteri gram positif
a. Streptococcus pneumonia (biasanya disertai influenza dan
meningkat pada penderita PPOM dan penggunaan alkohol).
b. Staphylococcus (kuman masuk melalui darah atau aspirasi, sering
menyebabkan infeksi nasokomial).
2. Bakteri gram negatif
a. Haemaphilius influenza (dapat menjadi penyebab pada anak-anak
dan menyebabkan gangguan jalan nafas kronis).
b. Pseudomonas aerogmosa (berasal dari infeksi luka, luka bakar,
trakeostomi, dan infeksi saluran kemih).
c. Klebseila pneumonia (insiden pada penderita alkoholis)
3. Bakteri anaerob (masuk melalui aspirasi oleh karena gangguan
kesadaran, gangguan menelan).
4. Bakteri atipikal (insiden mengingat pada usia lanjut, perokok dan
penyakit kronis)
E. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia secara khas diawali dengan menggigil, demam yang timbul
dengan cepat (39,5o sampai 40,5o C), sakit kepala, gelisah, malaise, nafsu
makan berkurang dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk. Gejala umum
infeksi saluran pernafasan bawah berupa batuk, espektorasi sputum, dengan
takhipnea sangat jelas (25 sampai 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan
mendengkur, pernafasan cuping hidung dan penggunaan otot-otot
aksesori pernafasan, sputum hijau dan purulen, dipsnea dan sianosis. Pasien
yang mengalami tanda pneumonia berupa retraksi yaitu perkusi pekak,
fremitus melemah, suara napas melemah, ronki dan wheezing (Mansjoer,
2015).
F. Patofisiologi
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya
kuman pathogen masuk ke mukus jalan nafas. Kuman tersebut
berkembang biak di saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila
mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia tidak adekuat,
maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan di
saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi
mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya
tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi
mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke
alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru
sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah
kapiler (Price & Wilson, 2005). Gambar 2.2 menunjukan gambaran
perbedaan alveoli normal dan alveoli pada pasien bronkopneumonia.
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan
kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut,
menurunkan dan menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai
tambahan proses bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi
okulasi partial pada bronkhi dan alveoli, menurunkan oksigen arteri, akibatnya
darah vena yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung
oksigen sehingga terjadi hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang
disebut endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai
hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat dan meningkatkan
kecepatan metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah
penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat
dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena
dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melalui
kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi
(Price & Wilson 2005).

G. Pathway

H. Gejala Klinis
Gejala utama bronkopneumonia umumnya adalah menggigil mendadak, demam
yang tinggi dengan cepat dan berkeringat banyak, batuk, sesak napas,
pernapasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung, retraksi
dinding toraks. Selain itu dapat ditemukan suara nafas vesikuler meningkat
sampai bronkial, dan bising tambahan ronki basah halus.
I. Komplikasi
Komplikasi yang timbul dari bronkopneumonia menurut Ngastiyah (2005), yaitu
:
1. Empisema
2. Otitis media akut
3. Atelektasis
4. Meningitis
5. Efusi pleura
6. Abses paru
7. Pneumothoraks
8. Gagal napas dan sepsis
J. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Rani (2006), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :
1. Foto thoraks
2. Laboratorium rutin : DPL, hitung jenis, LED, glukosa darah, ureum,
creatinine, SGOT, SGPT.
3. Analisa gas darah, elektrolit
4. Pewarnaan gram sputum
5. Kultur sputum.
6. Kultur darah
7. Pemeriksaan serologi
8. Pemeriksaan antigen
9. Tes invasif ( Bronskopi, aspirasi jarum transtoraka, biopsy paru terbuka dan
thorakoskopi).
K. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan
tetapi, karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka
biasanya diberikan :
a. Penisilin ditambah dengan Cloramfenikol atau diberikan
antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti Ampisilin.
Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4 – 5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intervensi.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi
sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.
d. Pasien pneumonia ringan tidak perlu dirawat di Rumah Sakit.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanan keperawatan dalam hal ini yang dilakukan adalah :
a. Menjaga kelancaran pernafasan
Klien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis
karena adanya radang paru dan banyaknya lendir di dalam bronkus
atau paru. Agar klien dapat bernapas secara lancar, lendir tersebut
harus dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu
dibantu dengan memberikan O2 2 l/menit secara rumat.
b. Kebutuhan Istirahat
Klien Pneumonia adalah klien payah, suhu tubuhnya tinggi, sering
hiperpireksia maka klien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan
klien harus ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian obat
secara tepat, usahakan keadaan tenang dan nyamn agar psien dapat
istirahat sebaik-baiknya.
c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan
makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama
beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat
menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan
kekukrangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl
0,9%.

d. Mengontrol Suhu Tubuh


Pasien bronkoneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami
hiperpireksia. Untuk ini maka harus dikontrol suhu tiap jam. Dan
dilakukan kompres serta obat-obatan satu jam setelah dikompres
dicek kembali apakah suhu telah turun.
BAB II KONSEP TUMBUH KEMBANG

A. Konsep Pertumbuhan Usia

1. Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh


dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiflikasi sel-sel
tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel yang berarti ada
pertambahan secara kuantitatif seperti bertambahnya ukuran berat badan,
tinggi badan dan lingkar kepala (Lestari, 2016). Secara umum,
pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki.Kematangan
pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu,
kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah.Pada
masa fetal pertumbuhan kepala lebih cepat dibandingkan dengan masa
setelah lahir, yaitu merupakan 50% dari total panjang badan. Selanjutnya,
pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur. Teori
pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu :

a. Kartini Kartono membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak


menjadi 5, yaitu :

1) 0 – 2 tahun adalah masa bayi

2) 1 – 5 tahun adalah masa kanak-kanak

3) 6 – 12 tahun adalah masa anak-anak sekolah dasar

4) 12 – 14 adalah masa remaja

5) 14 – 17 tahun adalah masa pubertas awal

b. Aristoteles membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak


menjadi 3, yaitu:
1) 0 – 7 tahun adalah tahap masa anak kecil.
2) 7 – 14 tahun adalah masa anak-anak, masa belajar, atau masa
sekolah rendah.
3) 14 – 21 tahun adalah masa remaja atau pubertas, masa peralihan
dari anak menjadi dewasa. (Lestari, 2016).
2. Ciri-ciri Pertumbuhan
Hidayat dalam Lestari (2016) menyatakan bahwa seseorang
dikatakan mengalami pertumbuhan bila terjadi perubahan ukuran dalam
hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan/panjang
badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, perubahan proporsi
yang terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai
dari masa konsepsi sampai dewasa, terdapat ciri baru yang secara perlahan
mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada daerah aksila,
pubis atau dada, hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa
pertumbuhan seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau
hilangnya refleks tertentu.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Supariasa dalam Lestari (2016) mengatakan pertumbuhan
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:

a. Faktor Internal (Genetik)

Faktor internal (genetik) antara lain termasuk berbagai faktor bawaan


yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku
bangsa. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi dengan baik
dalam lingkungan maka pertumbuhan optimal akan tercapai.

b. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain


keluarga, kelompok teman sebaya, pengalaman hidup, kesehatan
lingkungan, kesehatan prenatal, nutrisi, istirahat, tidur dan olah raga,
status kesehatan, serta lingkungan tempat tinggal.

Wong, dkk dalam Lestari (2016) mengatakan bahwa nutrisi memiliki


pengaruh paling penting pada pertumbuhan.Bayi dan anak-anak
memerlukan kebutuhan kalori relatif besar, hal ini dibuktikan dengan
peningkatan tinggi dan berat badan.

B. Konsep Perkembangan Usia

1. Pengertian Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur


fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat
diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,
jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi. Dengan
demikian, aspek perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan
kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh.Hal ini diawali
dengan berfungsinya jantung untuk memompakan darah, kemampuan
untuk bernafas, sampai kemampuan anak untuk tengkurap, duduk,
berjalan, memungut benda-benda di sekelilingnya serta kematangan
emosi dan sosial anak (Lestari, 2016).
2. Prinsip Perkembangan

Ada beberapa prinsip dalam perkembangan, yaitu:

a. Perkembangan merupakan suatu kesatuan.

b. Perkembangan diidentifikasi dalam beberapa aspek. Semua aspek


saling berkaitan. Misalnya, anak belajar membaca berkaitan dengan
kesiapan aspek kognitif (berpikir).
c. Perkembangan dapat diprediksi.

d. Anak sudah dapat berdiri dapat diperkirakan ia akan segera


berjalan. Dari sisi umur pun dapat diperkirakan perkembangan
anak. Anak usia satu tahun diperkirakan sudah dapat berkomunikasi
menggunakan satu kata. Misalnya, ’mam’ untuk menyatakan mau
makan.
e. Rentang perkembangan anak bervariasi.

f. Ada anak usia 12 bulan sudah dapat berjalan tapi anak yang lainnya
baru bisa berjalan setelah berusia 18 bulan.
g. Perkembangan dipengaruhi oleh kematangan (maturation) dan
pengalaman (experience).
h. Kematangan (maturation) merupakan proses alami. Kapan masa
kematangan untuk satu kemampuan muncul ditentukan oleh diri
anak sendiri. Faktor gizi dan kesehatan turut menentukan terjadi
proses kematangan.
i. Proses perkembangan terjadi dari atas ke bawah (Cepalocaudal) dan
dari dalam ke luar (proximodistal). (Lestari, 2016).
3. Tahap-Tahap Perkembangan

Perkembangan manusia berjalan secara bertahap melalui berbagai


fase perkembangan. Dalam setiap fase perkembangan ditandai dengan
bentuk kehidupan tertentu yang berbeda dengan fase sebelumnya.
Sekalipun perkembangan itu dibagi-bagke dalam masa-
masa perkembangan, hal ini dapat dipahami dalam hubungan
keseluruhannya. Secara garis besar seorang anak mengalami tiga tahap
perkembangan penting, yaitu kemampuan motorik, perkembangan fisik
dan perkembangan mental.
Kemampuan motorik melibatkan keahlian motorik kasar, seperti
menunjang berat tubuh di atas kaki, dan keahlian motorik halus seperti
gerakan halus yang dilakukan oleh tangan dan jari. Pertumbuhan dan
perkembangan fisik mengacu pada perkembangan alatalat indra.
Perkembangan mental menyangkut pembelajaran bahasa, ingatan,
kesadaran umum, dan perkembagan kecerdasan (Lestari, 2016).
a. Anak usia 0-7 tahun

Pada tahun pertama perkembangannya bayi masih sangat


tergantung pada lingkungannya,kemampuan yang dimiliki masih
terbatas pada gerak-gerak, menangis. Usia setahun secara berangsur
dapat mengucapkan kalimat satu kata, 300 kata dalam usia 2 tahun,
sekitar usia 4-5 tahun dapat menguasai bahasa ibu serta memiliki
sifat egosentris, dan usia 5 tahun baru tumbuh rasa sosialnya
kemudian usia 7 tahun anak mulai tumbuh dorongan untuk belajar.
Dalam membentuk diri anak pada usia ini belajar sambil bermain
karena dinilai sejalan dengan tingakt perkembangan usia ini.
b. Anak usia 7-14 tahun

Pada tahap ini perkembangan yang tampak


adalah pada perkembangan intelektual, perasaan, bahasa,
minat, sosial, dan lainnya sehingga rasullullah menyatakan bahwa
bimbingan dititik beratkan pada pembentukan disiplin dan moral.

c. Anak usia 14-21 tahun

Pada usia ini anak mulai menginjak usia remaja yang memiliki
rentang masa dari usia 14/15 tahun hingga usia 21/22 tahun. Pada
usia ini anak berada pada masa transisi sehingga menyebabkan anak
menjadi bengal, perkataan-perkataan kasar menjadi perkataan
harian sehingga dengan sikap emosional ini mendorong anak untuk
bersikap keras dan mereka dihadapkan pada masa krisis kedua yaitu
masa pancaroba yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa
pubertas. Dalam kaitannya dengan kehidupan beragama, gejolak
batin seperti itu akan menimbulkan konflik. (Lestari, 2016).
4. Aspek-Aspek Perkembangan

Ada beberapa aspek perkembangan, yaitu:

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik sering dikaitkan dengan perkembangan motorik


sehingga dikenal dengan perkembangan fisik motorik.
Perkembangan motorik terdiri dari dua macam, yaitu perkembangan
motorik kasar dan motorik halus.
b. Perkembangan Motorik Kasar

Perkembangan motorik kasar adalah kemampuan bergerak dengan


menggunakan otot – otot tubuh khususnya otot besar seperti otot di
kaki dan tangan. Gerakan yang tergolong motorik kasar, misalnya
merayap, merangkak, berjalan, berlari, dan melompat.

c. Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan dalam motorik halus adalah kemampuan bergerak


dengan menggunakan otot kecil, seperti yang ada di jari untuk
melakukan aktivitas, seperti mengambil benda kecil, memegang
sendok, membalikan halaman buku dan memegang pensil atau
krayon.

d. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif adalah suatu proses pembentukan


kemampuan dan keterampilan menggunakan alat berpikir.
Perkembangan kognitif berkaitan dengan aktivitas berpikir,
membangun pemahaman dan pengetahuan, serta memecahkan
masalah.

e. Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa adalah suatu proses pembentukan


kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan ide, perasaan
dan sikap kepada orang lain. Perkembangan bahasa meliputi
mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.
f. Perkembangan Sosial – Emosi

Perkembangan Sosial – Emosional merupakan gabungan dari


perkembangan sosial dan emosi. Perkembangan adalah suatu proses
pembentukan kemampuan dan keterampilan untuk bersosialisasi.
Sedang perkembangan emosi berkaitan dengan kemampuan
memahami hal-hal yang berkaitan dengan perasaan-perasaan yang
ada pada diri sendiri, seperti perasaan senang ataupun sedih, apa
yang dapat ia lakukan, apa yang ingin ia lakukan. (Lestari, 2016).
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

a. Faktor internal seperti Intelegensi, Seks/jenis kelamin , kebangsaan


(ras)
b. Faktor eksternal seperti : Posisi dalam keluarga, Makanan dan
budaya.
(Lestari, 2016).

C. Konsep Hospitalisasi Usia

1. Pengertian

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak


sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak
berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu
rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak
baik terhadap anak maupunorang tua dan keluarga (Lestari, 2016).
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana
atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
untuk menjalani terapi dan perawatan. Meskipun demikian dirawat di
rumah sakit tetap merupakan masalah besar dan menimbulkan
ketakutan, cemas, bagi anak (Lestari, 2016).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan berencana maupun
darurat yang mengharuskan anak dirawat atau tinggal di rumah sakit
untuk mendapatkan perawatan yang dapat menyebabkan beberapa
perubahan psikis pada anak.

2. Dampak Hospitalisasi

Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres


pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh
banyaknya faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga
kesehatan lainnya), lingkungan baru, maupun lingkungan keluarga yang
mendampingi selama perawatan. Keluarga sering merasa cemas dengan
perkembangan keadaan anaknya, pengobatan, dan biaya perawatan.
Meskipun dampak tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak, secara
psikologis anak akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang
mendampingi selama perawatan (Lestari, 2016).
3. Reaksi anak terhadap Hospitalisasi

Seperti telah dikemukakan di atas, anak akan menunjukkan


berbagai perilaku sebagai reaksi terhadap pengalaman hospitalisasi.
Reksi tersebut bersifat individual, dan sangat bergantung pada tahapan
usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem
pendukung yang tersedia, dan kemampuan koping yang dimilikinya.
Pada umumnya, reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena
perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Berikut ini
reaksi anak terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit sesuai dengan
tahapan perkembangan usia anak yaitu :
a. Masa Bayi (0 sampai 1 tahun)

Masalah yang utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan


dengan orang tua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya
dan kasih sayang.

b. Masa Todler (2 sampai 3 tahun)

Anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan


sumber stresnya. Sumber stres yang utama adalah cemas akibat
perpisahan. Respons perilaku anak sesuai dengan tahapannya,yaitu
tahap protes, putus asa, dan pengingkaran (denial). Pada tahap
protes, perilaku yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit
memanggil orang tua atau menolak perhatian yang diberikan orang
lain. Pada tahap putus asa, perilaku yang ditunjukkan adalah
menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat
untuk bermain dan makan, sedih, dan apatis. Pada tahap
pengingkaran, perilaku yang ditunjukkan adalah secara samar mulai
menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, dan anak
mulai terlihat menyukai lingkungannya.
c. Masa Sekolah (6 sampai 12 tahun)

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah


dengan lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama
kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan
control juga terjadi akibat dirawat di rumah sakit karena adanya
pembatasan
aktivitas.
d. Masa Remaja (12 sampai 18 tahun)

Anak usia remaja memersepsikan perawatan di rumah sakit


menyebabkan timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah
dengan teman sebayanya. Apabila harus dirawat di rumah sakit,
anak akan merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas karena
perpisahan tersebut. Pembatasan aktivitas di rumah sakit membuat
anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menjadi bergantung
pada keluarga atau petugas. (Lestari, 2016).
4. Pencegahan Dampak Hospitalisasi

a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.

b. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan


pada anak.
c. Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak

psikologis).

d. Tidak melakukan kekerasan pada anak.

e. Modifikasi Lingkungan Fisik.


BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian

1. Biodata/Identitas

Biodata anak yang mencakup nama, jenis kelamin. Biodata orang tua
perlu ditanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi : nama,
umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan
alamat.

2. Riwayat penyakit

a. Riwayat penyakit yang diderita sekarang ditanyakan: sesak nafas,


batuk, Demam.
b. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, trauma kepala, gagap bicara (khususnya
pada penderita epilepsi), gagal jantung, kelainan jantung, DHF,
ISPA, dan lain-lain.
c. Riwayat penyakit dahulu Sebelum penderita mengalami sesak
nafas ini ditanyakan apakah penderita pernah mengalami sesak
sebelumnya. Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput
otak, dan lain-lain.
d. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Keadaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah
mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat
trauma, perdarahan pervagina sewaktu hamil, penggunaan obat-
obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan
apakah sukar, spontan atau dengan tindakan, perdarahan ante
partum, asfiksia dan lain lain. Keadaan selama neonatal apakah
bayi panas, diare muntah, tidak mau menetek dan kejang-kejang.
e. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan
serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi.
3. Riwayat Perkembangan
a. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan
dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi
dengan lingkungannya.
b. Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak
untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil
memerlukan koordinasi yang cermat misalnya menggambar,
memegang suatu benda.
c. Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh.
d. Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita sesak nafas sebelumnya.
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA,
diare atau penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan
terjadinya kejang demam.
5. Riwayat Sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu
dikaji siapakah yang mengasuh anak. Bagaimana hubungan dengan
anggota keluarga dan teman sebayanya.
6. Pola kesehatan dan fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

1) Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatanpengetahuan


tentang kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap
perawatan dan tindakan medis.
2) Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita,
pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada
anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan
pertolongan pertama.
b. Pola nutrisi

1) Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak, ditanyakan


bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang
dikonsumsi oleh anak.
2) Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak disukai
anak.

3) Bagaimana selera makan anak sebelum dan setelah sakit.

4) Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya perhari.


c. Pola eliminasi

1) BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara


mikroskopis, ditanyakan bagaimana warna, bau, dan
apakah terdapat darah, serta ditanyakan apakah disertai
nyeri pada saat kencing.
2) BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau
tidak? bagaimana konsistensinya lunak, keras, cair atau
berlendir?

d. Pola aktivitas dan latihan

1) Apakah anak senang main sendiri atau dengan teman


sebayanya.
2) Berkumpul dengan keluarga berapa jam.

3) Aktivitas apa yang disukai anak.

e. Pola tidur / istirahat

1) Berapa jam sehari tidur?

2) Berangkat tidur jam berapa?

3) Bangun tidur jam berapa?

4) Kebiasaan sebelum tidur

5) Bagaimana dengan tidur siang?

f. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

a) Adakah tanda-tanda mikro atau mikrossepali.

b) Adakah dispersi bentuk kepala.

c) Adakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial yaitu


ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun- ubun
besar menutup atau belum.
2) Rambut

Dimulai warna, kelebatan, distribusi serat karakteristik rambut


lain. Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut
yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah
dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.

3) Muka/Wajah

Paralisis fasialis menyebabkan asimetris wajah : sisi yang paresis


tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah
tertarik ke sisi.

4) Mata

Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk periksa pupil


dan ketajaman peglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva?
5) Telinga

Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda


adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah
belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya
pendengaran.
6) Hidung

a) Apakah adanya pernapasan cuping hidung

b) Polip yang menyumbat jalan napas

c) Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya,


jumlahnya?

7) Mulut

a) Adakah sianosis

b) Bagaiman keadaan lidah

c) Adakah stomatitis

d) Berapa jumlah gigi yang tumbuh

e) Apakah ada karies gigi

8) Tenggorokan

a) Adakah peradangan tanda-tanda peradangan tosil

b) Adakah pembesaran vena jugularis


9) Leher

a) Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid.


Adakah pembesaran vena jugularis

10) Thorax

a) Pada inspeksi:amati bentuk dada klien, bagaimana gerak


pernapasan, frekuensinya, irama, kedalaman, adakah
retraksi intercostal.

b) Auskultasi : adakah suara napas tambahan.

c) Jantung : bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta


iramanya? Adakah bunyi tambahan? Adakah bradicardi dan
takikardi?
11) Abdomen

a) Adakah distensi abdomen serta kekuatan otot pada

abdomen? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus?

b) Adakah pembesaran lien dan hepar?

12) Kulit

a) Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan


maupun warnanya?
b) Adakah terdapat edemahemangioma?

c) Bagaimana keadaan turgor kulit?

13) Ekstremitas

a) Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah


terjadi kejang?
b) Bagaimana suhunya pada daerah akral?

14) Genetalia

Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina,


tanda-tanda infeksi.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah : pernyataan yang jelas singkat dan pasti
tentang masalah pasien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau
diubah melalui tindakan keperawatan. Kemungkinan Diagnosa keperawatan
yang muncul adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan

nafas: spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus,

adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di

alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas

pembawa oksigen darah.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory: tirah

baring atau imobilisasi, kelemahan menyeluruh, ketidak

seimbangan suplai O2 dengan kebutuhan.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, akibat toksin bakteri dan rasa sputum.

5. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

6. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan apnea:

ansietas, posisi tubuh, deformitas dinding dada, gangguan

kognitif, keletihan hiperventilasi, sindrom hipovnetilasi, obesitas,

keletihan otot spinal.


C. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Bersihan jalan nafas tidak efektif NOC : NIC :
berhubungan dengan obstruksi jalan - Respiratory status : Ventilation Airway suction
nafas: spasme jalan nafas, sekresi - Respiratory status : Airway 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
tertahan, banyaknya mukus, adanya patency 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
jalan nafas buatan, sekresi bronkus, -  Aspiration Control suctioning.
adanya eksudat di alveolus, adanya Kriteria Hasil : 3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang
benda asing di jalan nafas - Mendemonstrasikan batuk efektif suctioning
dan suara nafas yang bersih, tidak 4. Minta klien nafas dalam sebelum suction
ada sianosis dan dyspneu (mampu dilakukan.
mengeluarkan sputum, mampu 5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
bernafas dengan mudah, tidak ada memfasilitasi suksion nasotrakeal
pursed lips) 6. Gunakan alat yang steril sitiap melakukan
- Menunjukkan jalan nafas yang tindakan
paten (klien tidak merasa 7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
tercekik, irama nafas, frekuensi dalam setelah kateter dikeluarkan dari
pernafasan dalam rentang normal, nasotrakeal
tidak ada suara nafas abnormal) 8. Monitor status oksigen pasien
- Mampu mengidentifikasikan dan 9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan
mencegah factor yang dapat suksion
menghambat jalan nafas 10. Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Lembab
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
2 Gangguan pertukaran gas berhubungan NOC : NIC :
dengan gangguan kapasitas pembawa
- Respiratory Status : Gas exchange Airway Management
oksigen darah.
- Respiratory Status : ventilation 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
- Vital Sign Status jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Kriteria Hasil : ventilasi
- Mendemonstrasikan peningkatan 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
ventilasi dan oksigenasi yang jalan nafas buatan
adekuat 4. Pasang mayo bila perlu
- Memelihara kebersihanparu paru 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
dan bebas dari tanda tanda distress 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
pernafasan 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
- Mendemonstrasikan batuk efektif tambahan
dan suara nafas yang bersih, tidak 8. Lakukan suction pada mayo
ada sianosis dan dyspneu (mampu 9. Berika bronkodilator bial perlu
mengeluarkan sputum, mampu 10. Barikan pelembab udara
bernafas dengan mudah, tidak ada 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
pursed lips) keseimbangan.
- Tanda tanda vital dalam rentang 12. Monitor respirasi dan status O2
normal
Respiratory Monitoring
1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
3. Monitor suara nafas, seperti dengkur
4. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan
paradoksis)
7. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan
napas utama
9. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
3. Intoleransi aktivitas NOC NIC
a. Energy conservation Activity Therapy
b. Activity tolerance 1. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
c. Self Care : ADLs yang mampu dilakukan
Kriteria Hasil: 2. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
a. Berpartisipasi dalam aktivitas sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
fisik tanpa disertai peningkatan social
tekanan darah, nadi, dan RR 3. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
b. Mampu melalukan aktivitas sehari disukai
– hari (ADLs) secara mandiri 4. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di
c. Tanda – tanda vital normal waktu luang
d. Mampu berpindah dengan atau 5. Bantu klien / keluarga untuk mengidentifikasi
tanpa bantuan alat kekurangan dala beraktivitas
e. Sirkulasi status baik 6. Monitor respon fisik, emosi, social, dan
Status respirasi: pertukaran gas dan spiritual
ventilasi adekuat
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC Nutrition Management
kebutuhan tubuh berhubungan dengan Nutritional Status :
faktor biologis 1. Kaji adanya alergi makanan
Nutritional Status : food and Fluid
Intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Nutritional Status: nutrient Intake jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
Weight control pasien.
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Kriteria Hasil :
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
- Adanya peningkatan berat badan
dan vitamin C
sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan 5. Berikan substansi gula
tinggi badan 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
nutrisi 7. Berikan makanan yang terpilih (sudah
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Menunjukkan peningkatan fungsi 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
pengecapan dan menelan
makanan harian.
- Tidak terjadi penurunan berat badan
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
yang berarti
10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan perubahan
pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah
9. Monitor mual dan muntah
10. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
11. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
12. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
13. Monitor kalori dan intake nutrisi
14. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
15. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
5. Hipertermi berhubungan dengan NOC NIC
penyakit hermoregulation
Fever treatment
Kriteria Hasil: 1. Monitor suhu sesring mungkin
- Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Monitor warna dan suhu kulit
- Nadi dan RR dalam rentang
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
normal
4. Berikan antipiretik
- Tidak ada perubahan warna kulit
5. Kolaborasi pemberian cairan intravensi
dan tidak ada pusing
6. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Temperature regulation
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Monitor TD, nadi, RR
3. Monitor tanda – tanda hipertermi dan hipotermi
4. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
5. Ajarkan pasien cara mencegah keletihan akibat
panas

Vital Sign Monitoring


1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan
setelah aktivitas
4. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
5. Identifikasi penyebab dari perubahan
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan NOC : NIC :
dengan hipoventilasi Respiratory status : Ventilation Airway Management
Respiratory status : Airway 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
patency jaw thrust bila perlu
Vital sign Status 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Kriteria Hasil : ventilasi
- Mendemonstrasikan batuk efektif 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
dan suara nafas yang bersih, tidak jalan nafas buatan
ada sianosis dan dyspneu (mampu 4. Pasang mayo bila perlu
mengeluarkan sputum, mampu 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
bernafas dengan mudah, tidak ada 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
pursed lips) 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
- Menunjukkan jalan nafas yang tambahan
paten (klien tidak merasa tercekik, 8. Lakukan suction pada mayo
irama nafas, frekuensi pernafasan 9. Berikan bronkodilator bila perlu
dalam rentang normal, tidak ada 10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
suara nafas abnormal) Lembab
- Tanda Tanda vital dalam rentang 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
normal (tekanan darah, nadi, keseimbangan.
pernafasan) 12. Monitor respirasi dan status O2
Oxygen Therapy
1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
2. Pertahankan jalan nafas yang paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
8. Monitor suara paruMonitor pola
9. pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
D. Implementasi Keperawatan
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (intervensi). Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan
dan kegiatan komunikasi.
Tujuan implementasi adalah melaksanakan hasil dari rencana
keperawatan untuk selanjutnya di evaluasi untuk mengetahui kondisi
kesehatan pasien dalam periode yang singkat, mempertahankan daya tahan
tubuh, mencegah komplikasi, dan menemukan perubahan sistem tubuh.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematik pada status kesehatan klien. Evaluasi adalah proses penilaian,
pencapaian, tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan (Muttaqin,
2010).
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi (2008) Konsep Dasar Keperawatan Jakarta: EGC

Agustina, I (2013) Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita dengan

Perilaku Pencegahan Penyakit Pneumonia Di Wilayah Kerja

Puskesmas Putri Ayu

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013) Penyakit yang

Ditularkan Melalui Udara.Jakarta: Kemenkes RI

Budiono, dkk (2015) Konsep Dasar Keperawatan Jakarta : Bumi Medika

LeMone, P., Burke, M.K., dan Bauldoff. G. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah. Vol 4. Ed Ke-5. Jakarta: EGC.

Muttaqin ,Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinik.

Jakarta: Salemba Medika

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Dianosa Medis

& Nanda NIC-NOC. Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction

Anda mungkin juga menyukai