Anda di halaman 1dari 6

PUASA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ushul fiqh

Dosen Pengampu : Dr. Farhan Indra, MA

Disusun oleh:

Kelompok 8

Imelda Fedian (0403222120)

Indah Salsabila Harahap (0403222131 )

Airil ihza harefa (0403222279)

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN 2023
PUASA
A. Pengertian Puasa

Secara Bahasa shiyam berarti menahan atau imsak, artinya menhan diri dari
segla yang membatalkan puasa yang dimulai dari terbit fajar sampai terbenam
matahari dengan disertai niat.
Puasa ini terbagi menjadi dua menurut hukumnya yaitu wajib dan sunnah.
Puasa Ramadhan meruapakan puasa yang wajib dikerjakan oleh umat islam hal ini
sesuai dengan keterangan al-quran, sunnah, dan ijma’. Berikut firman Allah swt
dalam surah al-baqarah ayat 183:

ََ‫علَى الَّ ِّذيْنَ ِّم ْن قَ ْب ِّلكُ ْم لَ َعلَّكُ ْم تَتَّقُ ْون‬ ِّ ُُ‫علَ ْيكُم‬
َ ِّ‫الص َيا ُم َك َما كُت‬
َ ‫ب‬ ََ ِ‫يٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنََ ا َمنُ ْوا كُت‬
َ ‫ب‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa

Puasa adalah ibadah pokok yang di tetapkan sebagain salah satu rukun Islam
atau rukun Islam yang ketiga. Puasa dalam bahasa arab secara arti kata bermakna
menahandan diam dalam segala bentuknya, termasuk menahan atau diam dari
berbicara. Dan secara terminology (Istilah) para ulama mengartikan puasa adalah
menahandiri dari segala makan, minum dan berhubungan seksual mulai dari terbit fajar
sampaiterbenam matahari dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Kaum
Muslimindiwajibkan puasa Ramadan yang lamanya sebulan yang dilaksanakan setiap
harinya dariterbit fajar pagi hingga terbenam matahari. Orang yang diam dapat
dikatakan berpuasa,sebab ia menahan diri dari berbicara.

B. Rukun Puasa

Diantara rukun-rukun puasa adalah sebagai berikut:

1. Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa semenjak terbit fajarsampai
terbenam matahari berdasarkan firman Allah dalam surah al-baqarah ayat 187

َ‫ّللا ُ اَنَّكُم ُْ كُ ْنت ُ ْم‬


َٰ ‫ع ِل ََم‬
َ َۗ ‫ن‬ ََّ ‫س ۤا ِٕىكُ َْم َۗ هُنََُ ِلبَاسَ لَّكُ َْم َوا َ ْنت َُْم ِلبَاسَ لَّ ُه‬َ ِ‫ث اِلى ن‬ َُ َ‫الرف‬
َّ ‫ام‬ ِ َ‫ل لَكُ َْم لَ ْيلَ َة‬
َِ َ‫الصي‬ ََّ ‫ا ُ ِح‬
‫ع ْنكُ َْم‬َ ‫عفَا‬َ ‫علَ ْيكُ َْم َو‬ ََ ‫سكُ َْم فَت‬
َ ‫َاب‬ َ ُ‫ّللاُ لَكُ َْم ُ ت َْخت َانُ ْونََ ا َ ْنف‬
َٰ ‫َب‬ََ ‫ُن َوا ْبتَغُ ْوا َما َكت‬ ََّ ‫َوكُلُ ْوا ُ فَ ْالـنََ بَا ِش ُر ْوه‬
‫ام اِلَى‬ ِّ ‫جْرُ ث ُ َّم اَتِّ ُّموا‬
َ َ‫الصي‬ َِ َ‫اْلس َْو َِد ِمنََ ْالف‬ َ ْ ‫ْط‬ َِ ‫اْل ْبيَضُُ ِمنََ ْال َخي‬ َ ْ ُ‫ط‬َ ‫َوا ْش َرب ُْوا َحتٰى َيتَبَيَّنََ لَكُ َُم ْال َخ ْي‬
َٰ َُ‫ل ت َ ْق َرب ُْوهَاُ َكذ ِلكَُ يُبَيِن‬
ُ‫ّللا‬ َِٰ ‫فى ْال َمس ِج َِد َۗ تِ ْلكََ ُحد ُْو َُد‬
َ َ َ‫ّللا ف‬ َِ ََ‫عا ِكفُ ْون‬ َ ‫ُن َوا َ ْنت َُْم‬ ِ َ‫ْل تُب‬
ََّ ‫اش ُر ْوه‬ ََ ‫ل َو‬ َِ ‫الَّ ْي‬
َُ ‫اس لَ َعلَّ ُه َْم يَتَّقُ ْون‬
َ ِ َّ‫ايتِهَ ِللن‬

Artinya:

Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka
adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui
bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan
memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah
ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan)
antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah
puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu
beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu
mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia,
agar mereka bertakwa.

2. Niat, sebagaimana yang biasa dilakukan setiap awal melaksanakan ibadah. Hakikat
niat ini adalah menyengaja melaksanakan dan menaati perintah Allah dengan
mengharapkan keridhaannya. Jumhur ulama menyepakati bahwa niat ini
merupakan syarat sah puasa. Tujuannya agar dalam niat puasa Ramadhan, harus
jelas dan tegas bahwa niat itu memang untuk puasa Ramadhan 1.

C. Orang-Orang Yang Diwajibkan Berpuasa


Berpuasa merupakan kewajiban bagi umat muslim yang berakal, balig, sehat
dan menetap. Namun ada beberapa golongan yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa,
Diantara orang-orang yang diperbilehkan tidak berpuasa yaitu:

1. Kafir
2. Orang gila
3. Anak-anak
4. Orang sakit
5. musafir
6. Wanita haid dan nifas
7. Orang yang mendapat uzur ( manusia lanjut usia dan pekerja berat yang
tidak tahan berpuasa)
8. Perempuan hamil atau menyusui

Namun teatap saja puasa ini hukumnya wajib. Jadi Ketika seseorang
berhalangakan untuk mengerjakannya dia wajib mengganti puasa ini. Ada beberpa cara
untuk mengganti puasa ini, yang paling ringan adalah membayar fidiyah. Biasanya
orang yang diberikan keringanan ini adalah orang yang telah tua (uzur), orang sakit,
dan orang yang melakukan pekerjaan berat. Fidiyah yang dibayarkan sebesar satu
gantang atau satu sukat.

Menurut imam Hanafi, perempuan hamil dan menyusui anaknya hanya wajib
mengqada puasa saja tanpa harus membayar fidiyah. Sedangkat pendapat imam ahmad
dan syafi’I, jika berbuka sebab kehawatiran anak saja, mereka wajib mengqada dan
membayar fidiyah, tetapi jika menghawatirkan diri sendiri maka hanya mengqada saja.
Orang yang diberi keringan mengqada saja adalah orang sakit, yang ada harapan
sembuh dan musafir sebagimana firman Allah surah al-baqarah ayat 184 sebagai
berikut:

1
Nurhayati. Ali Imran Sinaga. Fiqh dan Ushul Fiqh (Prenadamedia group: Jakarta, 2018)
h.104
َُ‫علَى الَّ ِذيْن‬ َ ‫َر َۗ َو‬ ََ ‫ن اَيَّامَ اُخ‬
َْ ‫سفَرَ فَ ِعدَّةَ ِم‬
َ ‫علَى‬ َ ‫ضا ا َ َْو‬ً ‫ن َكانََ ِم ْنكُ َْم َّم ِر ْي‬
َْ ‫اَيَّا ًما َّم ْعد ُْودتَ فَ َم‬
ُْ ‫ِن كُ ْنتُم‬ َْ ‫ص ْو ُم ْوا َخيْرَ لَّكُ َْم ا‬
ُ َ‫ن ت‬ َْ َ ‫ع َخي ًْرا فَ ُه ََو َخيْرَ لَّهَ َۗ َوا‬َ ‫ط َّو‬ َ َ ‫طعَا َُم ِم ْس ِكيْنَُ فَ َم ْن ت‬ َ َ‫ي ُِط ْيقُ ْونَهَ فِ ْديَة‬
َ‫ت َ ْعلَ ُم ْون‬

Artinya:

(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau
dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang
dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat
menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi
barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya,
dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

D. Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa

Tujuh hal yang membatalkan puasa

1. Makan dan minum dengan sengaja


2. Muntah dengan sengaja, jika tidak sengaja maka tidak membatalkan
3. Bersetubuh (dengan istri) yang dilakukan pada siang hari Ketika bulan ramadhan
4. Keluar darah haid atau nifas
5. Gila, jika gila tersebut datang pada waktu siang Ramadhan maka batallah puasanya
6. Keluar mani sebab mimpi atau menghayal tidak membatalkan puasa, tetapi keluar
mani yang dengan cara sengaja seperti onani, maka batallah puasa
7. Berniat membatalkan puasa, berniat berbuka puasa, sedangkan ia berpuasa maka
puasanya batal sebab niat adalah salah satu rukun puasa

E. Puasa Sunnah atau Tatawwu’

Ada beberapa jenis puasa sunnah, diantaranya:

1. Pusa enam hari pada bulan syawal


2. Puasa hari arafah tanggal 9 zulhijjah kecuali orang yang sedang ibadah haji
3. Puasa hari ‘asyura pada tangal 10 muharram
4. Puasa bulan sya’ban
5. Puasa bulan muharram
6. Setiap tanggal 13, 14, 15 bulan qamariah atau bias akita kenal dengan sebutan
ayyamul bith
7. Puasa hari senin kamis
KESIMPULAN
Puasa merupakan rukun islam yang ke tiga. Oleh karna Puasa Ramadan merupakan
kewajiban bagi umat muslim, walaupun wajib islam tetap memberikan keringanan kepada
orang yang berhalang untuk melaksanakan ibadah puasa, namun orang yang tidak dapat
melaksanakan ibadah puasa Ramadhan maka ia wajib menggantinya atau membayar puasa
yang telah ditinggalkannya. Selain puasa Ramadhan ada juga puasa sunnah yang Ketika
dikerjakan mendapatkan pahala namun apabila ditinggalkan tidak apa-apa.
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati. Ali Imran Sinaga. Fiqh dan Ushul Fiqh (Prenadamedia group: Jakarta, 2018)

Anda mungkin juga menyukai