Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN KETAHANAN PANGAN, NOMENKLATUR KLASIFIKASI DAERAH,

LUAS PERTANIAN DAN HASIL PRODUKSI PANGAN SELAMA 10 TAHUN


TERAKHIR, JUMLAH PENDUDUK 10 TAHUN TERAKHIR. KEBUTUHAN
PANGAN INDONESIA SELAMA 10 TAHUN.

NAMA : MOHAMAD NAUFAL GHAZI


NIM : 6111211086
KELAS : ILMU PEMERINTAHAN C2
DOSEN PENGAMPU : ZAENAL ABIDIN AS, S. IP., M. Sc

Abstrak:

Manusia membutuhkan makanan untuk bertahan hidup dan melakukan aktivitas sehari-hari.
Sedangkan kemampuan makan yang cukup merupakan prasyarat bagi manusia untuk menjadi
pekerja yang sehat dan produktif. Memahami berbagai aspek ketahanan pangan merupakan
informasi penting sebelum memulai jenis investigasi ini. Dimulai dari membicarakan konsep,
ukuran dan indikator, serta pendekatan atau rencana pencapaian ketahanan pangan. Studi ini
dilakukan dengan menggunakan tinjauan pustaka dari berbagai temuan penelitian dan publikasi
yang relevan dengan tujuannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Konsep dan
pemahaman tentang ketahanan pangan berkembang sesuai dengan kompleksitas permasalahan
secara periodik; (2) Dimensi ketahanan pangan sangat luas sehingga banyak indikatornya

Kunci: tanah, pangan, negara

Abstract:

Humans need food to survive and perform daily activities. While the ability to eat enough is a
prerequisite for humans to become healthy and productive workers. Understanding various
aspects of food security is important information before embarking on this type of investigation.
Starting from discussing concepts, measures and indicators, as well as approaches or plans to
achieve food security. This study was conducted using a literature review of various research
findings and publications relevant to its objectives. The results of the research show that: (1) The
concept and understanding of food security develops according to the complexity of the
problems periodically; (2) The dimensions of food security are very broad, so there are many
indicators.

Pendahuluan

Tanah menempati ruang antara atmosfir (lapisan udara) dan litosfir (lapisan batu-batuan
yang menyusun bumi) serta berbatasan juga dengan hidrosfir (lapisan air). Dikarenakan tanah
adalah tempat tumbuhnya tanaman dan hewan maka tanah dapat juga dimasukan kedalam
biosfir. Tanah merupakan sistem tiga dimensi dengan sifat dan ciri yang mencerminkan
pengaruh dari (1) iklim, (2) vegetasi, hewan dan manusia, (3) topopgrafi, (4) bahan induk tanah
dan (5) rentang waktu yang berbeda. Menurut Harjowigeno (1993) klasifikasi tanah adalah ilmu
yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat tanah satu sama lain dan mengelompokkan
tanah kedalam kelas-kelas tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki.1

Ketahanan pangan telah menjadi isu sentral dalam kerangka pembangunan pertanian dan
pembangunan nasional, ditunjukkan antara lain dengan dijadikannya isu ketahanan pangan
sebagai salah satu fokus kebijaksanaan operasional pembangunan pertanian dalam Kabinet
Persatuan Nasional (1999-2004). Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama
dalam pembangunan karena pangan merupakan kebutuhan yang paling dasar bagi manusia
sehingga pangan sangat berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional.

Melihat dari pertumbuhan serta klasifikasi dibidang pangan ini, Indonesia menghadapi
tantangan berat dalam merumuskan kebijakan pangan yang mampu memenuhi kebutuhan pangan
penduduk. Kebijakan pangan yang dimaksud antara lain adalah upaya mempertahankan dan
meningkatkan ketersediaan ragam komoditas pangan dan upaya peningkatan diversifikasi
konsumsi pangan. Dengan sumberdaya yang terbatas, kebijakan untuk meningkatkan pangan
dalam kaitannya mempertahankan ketahanan pangan, berbagai sumberdaya perlu digunakan

1
KETAHANAN PANGAN : KONSEP, PENGUKURAN DAN STRATEGI Handewi P.S. Rachman dan Mewa Ariani
untuk menghasilkan komoditas pangan yang kompetitif dalam harga dan mutu terhadap produk
impor.

Pembahasan:

Kebutuhan Padi Dari Tahun Ke Tahun

Tahun 2013 merupakan tahun berakhirnya pelaksanaan dalam RPJMN atau sering disebut
pelaksanaan rencana pembangunan jangka menengah nasional tepat pada tahun 2010-2014 yaitu
ditetapkannya pembangunan pertanian yang sukses melewati target. Sasaran terhadap pangan ini
membuat suatu komoditas , yang dimana direktorat jenderal tanaman pangan ini terdapat
program APBN yaitu program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman pangan
yang menghasilkan swambeda yang berprogres.2

Produksi padi pada tahun 2013 (ASEM) sebesar 71,29 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau
naik sebesar 2,24 juta ton (3,24 persen) dibanding tahun 2012. Kenaikan produksi ini terjadi di
Jawa sebesar 0,97 juta ton dan di luar Jawa sebesar 1,27 juta ton. Kenaikan produksi terjadi
karena kenaikan luas panen seluas 391,69 ribu hektar (2,91 persen) dan kenaikan produktivitas
sebesar 0,16 kuintal/hektar (0,31 persen). Kenaikan produksi padi pada tahun 2013 sebesar 2,24
juta ton (3,24 persen) terjadi pada subround Januari-April dan subround September-Desember
masing-masing sebesar 0,27 juta ton (0,83 persen) dan 2,54 juta ton (19,00 persen), sedangkan
pada subround Mei-Agustus terjadi penurunan sebesar 0,57 juta ton (2,43 persen) dibandingkan
dengan produksi pada subround yang sama di tahun 2012 (year-on-year).3

Dapat dilihat bahwa kebutuhan padi dari tahun ke tahunnya itu naik secara siginifikan sehingga
negara Indonesia sampai membuat kebijakan dengan melakukan kerja sama impor beras untuk
memenuhi kebutuhan pangan warganya. Adapun tabelnya ialah seperti tersebut:

2
Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 1, Maret 2020
3
FAE. Volume 20 No. 1, Juli 2002: 12 - 24
Alasan Indonesia Mengimpor Beras Serta Bentuk Grafiknya

Indonesia adalah salah satu produsen beras terbesar di dunia, dan menempati posisi
ketiga sebagai negara produsen beras terbesar di dunia. Jumlah produksi beras tahun 2018 dari
data BPS mencapai 32,42 juta ton. Ada pun tingkat konsumsinya pada 2018 sekitar 29,57 ton.
Dari hal ini kita bisa menyimpulkan betapa besarnya produksi beras di Indonesia sehingga
menduduki posisi ketiga di dunia. Kita bisa melihat bahwa impor beras Indonesia dari tahun
2000 hingga 2018 terus mengalami perubahan, dengan puncak tertinggi pada tahun 2011 yang
mencapai 2.75 juta ton. Angka yang fantastik bukan? Dan disusul pada tahun 2018 yaitu
mencapai 2.25 juta ton beras.4

Seperti yang kita ketahui Indonesia masih negara agraris dan penduduknya dominan
bekerja sebagai petani. Namun ada apa? Mengapa Indonesia tetap mengimpor beras setiap
tahunnya? Lahan panen beras Indonesia mengalami fluktuasi, Sejak awal tahun 2018 hingga
bulan Maret 2018, memang luas lahan panen padi meningkat, puncaknya sebesar 1,7 juta hektar.

4
https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/1043/impor-beras-menurut-negara-asal-utama-2000-2021.html
5
Maka dari itu mengapa Indonesia mengimpor beras dari negara luar dikarenakan harga yang
diberkan oleh negara asing ini lebih murah dibandingkan dengan penjualan beras dari negara
sendiri. Dapat dilihat grafik kenaikan setiap tahunnya dari hasil impor beras luar negri:

Gambar: impor beras ditahun 1951-2021

5
manajemen.uma.ac.id/2020/10/indonesia-masih-mengimpor-beras
Pertanian Indonesia (1998 – Sekarang)
1998: Departemen Pertanian kehilangan arah. Hal ini dikarenakan pudarnya Pembangunan jangka
Panjang ke 6 yang menjadi ciri khas tahap orientasi pemerintahan Orde Lama. Pada era ini rakyat
sudah kehilangan kepercayaan kepada pemerintahan, meski tidak semuanya, tapi mendominasi.
Dampak yang ditimbulkannya sangatlah besar. Kegiatan-kegiatan penyuluhan dan intensifikasi
pertanian melambat. Dampak yang ditimbulkannya adalah rendahnya produktivitas pertanian tanaman
pangan dan hortikultura.
2005: Pada tahun ini muncul rencana Pemerintah dalam melakukan revitalisasi pertanian di Indonesia.
Hal ini ditindak lanjuti dengan UU No.16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Peternakan dan Kehutanan. Kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Pertanian No.273
Tahun 2007 terkait tentang penjabaran Penyuluhan Pertanian. Konsentrasi peningkatan produksi dan
produktivitas komoditas pertanian ini mengantarkan Indonesia mencapai swa sembada beras ke 2 pada
tahun 2008. Hal ini ditunjang dengan penambahan tanaga penyuluh pertanian melalui Tenaga Harian
Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL TBPP).
2010: Pertanian di Indonesia mengarah kepada pertanian organik. Pada awalnya pada tahun ini
dicanangkan program pertanian organik, karena banyak hal tentang kekurangsiapan para petani di
Indonesia menjadikan rencana pertanian organik diundur sampai 2014. Akan tetapi pada tahun 2010
ini penggunaan pupuk kimia sudah mulai dikurangi, dan pertanian organik mulai digalakkan di
beberapa daerah.
Kebijakan Pemerintah Terkait Ketahanan Pangan

Selain penting, kesejahteraan sosial dan distribusi manfaat juga memiliki tujuan
ketahanan pangan. Menko Airlangga secara virtual menyatakan bahwa pemerintah telah
menyusun dan melaksanakan rencana untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Menko
Airlangga menambahkan, “Selain itu, pemerintah telah menaikkan pagu KUR menjadi Rp373,17
triliun pada tahun 2022 agar Pemerintah Daerah atau Kementerian dapat memanfaatkannya baik
untuk pengadaan alsintan maupun korporatisasi selain pertanian.

Pemerintah membantu para pelaku di sektor pertanian dengan menawarkan bantuan


Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga hanya 3% hingga akhir tahun 2022, terutama dalam
hal menjaga bahan pangan yang menjadi sumber kehidupan penduduk Indonesia. Pemerintah
juga melakukan diversifikasi pangan lokal dengan meningkatkan produksi jagung, sorgum, sagu,
dan singkong melalui perluasan lahan dan pembukaan area baru dalam rangka peningkatan
produksi sebagai alternatif bahan pangan impor.

Hal ini dijadikan alternatif oleh pemerintah agar pengeluaran tidak melesat jauh. Menko
Airlangga menjelaskan bahwa terkait ketersediaan pupuk bersubsidi, Pemerintah telah
melakukan reformasi kebijakan pupuk bersubsidi dengan membatasi penyaluran pupuk
bersubsidi untuk sembilan komoditas utama yakni padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah,
bawang putih, tebu, kopi, dan kakao dengan jenis pupuk yang disalurkan adalah pupuk urea dan
NPK.6

Pemerintah juga mengembangkan berbagai kawasan sentra mandiri pangan berbasis


korporasi petani untuk meningkatkan efisiensi dan skala ekonomi produksi pertanian melalui
Program Food Estate di beberapa wilayah yaitu Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Nusa
Tenggara Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Papua, serta Program Closed Loop yang telah
dikembangkan di Sukabumi, Garut, dan Sikka. Dengan hal ini negara kita bisa lebih berkembang
lagi dari pada sebelumnya.7

6
https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/Strategi-Pemerintah-Dorong-Ketahanan-
Pangan
7
Jurnal Ilmu ± ilmu Pertanian
Di Indonesia, berbagai peristiwa gagal panen akibat cuaca ekstrim semakin sering ditemukan.
Salah satu kasus yang sangat mengkhawatirkan ketika embun beku di Kuyawage, Kabupaten Lanny
Jaya, Papua hingga mengakibatkan rusaknya lahan pertanian masyarakat dan terjadinya gagal panen.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat sekitar 500 lebih kepala keluarga
mengalami kelaparan, bahkan beberapa telah meregang nyawa.

Kenaikan suhu global, mengakibatkan kondisi cuaca yang tidak menentu. Para petani bawang
merah di Brebes, harus rela kehilangan kesempatan panen hampir 50 persen dari yang seharusnya
mereka panen akibat hujan ekstrim. Begitu juga dengan petani cabe, hampir di semua wilayah Jawa
dan Sumatera yang menderita kerugian akibat hujan ekstrim.

Gagal panen akibat cuaca ekstrim semakin sering terjadi di Indonesia. Masyarakat harus
menanggung biaya lebih untuk memperoleh pasokan karbohidrat, protein, dan serat. Sementara,
lonjakan harga pangan, tidak pernah benar-benar mendatangkan kesejahteraan bagi petani. Petani,
justru ikut menderita kerugian karena hasil panen yang tidak maksimal. Sementara, mereka harus tetap
menanggung biaya produksi yang semakin tinggi.

Gambar : Petani memanen padi di sawah yang banjir di Desa Kasihan, Sukolilo, Pati, Jawa Tengah.
Di tahun 2019, lebih dari 200 hektar sawah terkena banjir setelah hujan selama tiga hari.

_______________________
8
.https://www.greenpeace.org/indonesia/cerita/55507/krisis-pangan-dan-tantangan-masa.depan
Di Indonesia, (Bappenas) menyatakan sekitar 23-48 juta ton pangan terbuang selama periode
2000-2019 atau setara dengan 115-184 kilogram per kapita per tahun. Dengan perkiraan nilai kerugian
ekonomi mencapai 213-551 triliun per tahun atau sekitar 4-5 persen dari pendapatan kotor dalam
negeri (PDB). Pangan yang hilang dan terbuang di Indonesia didominasi oleh biji-bijian, seperti beras,
jagung, gandum, dan produk terkait lainnya. Dan hampir semua pangan yang diproduksi secara tidak
efisien adalah sayur-sayuran, di mana total yang terbuang mencapai 62,8 persen dari total suplai
domestik sayuran di Indonesia.

Situasi di atas menunjukkan gagalnya sistem pangan–bagaimana pangan diproduksi, diolah,


diangkut, dan dikonsumsi– yang diterapkan saat ini. Selain itu, sistem pangan yang buruk ini
berdampak negatif terhadap lingkungan dan kenaikan suhu muka bumi.

Laporan PBB mengenai kondisi lahan, menyebut 40 persen dari permukaan tanah di bumi
didedikasikan untuk lahan pertanian dan lebih dari setengahnya terdegradasi. Lahan-lahan pertanian ini
didominasi oleh pertanian skala besar dan industri yang menghasilkan emisi gas rumah kaca yang
tinggi. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebut 23-24 persen gas rumah kaca
global terkait dengan sistem pangan. Selain itu, 70 persen penggunaan air tawar dunia juga digunakan
untuk pertanian.

Krisis pangan yang sudah terjadi di Indonesia


9
Krisis pangan 2022 adalah peningkatan harga pangan dan krisis pasokan pangan di seluruh
dunia yang terjadi di tahun 2022. Berbagai kondisi secara bersama-sama menjadi penyebab mengapa
krisis ini terjadi, seperti masalah geopolitik, ekonomi, dan bencana alam seperti gelombang panas,
banjir, dan kekeringan akibat perubahan iklim. Pandemi COVID-19 juga menyebabkan masalah
ketahanan pangan yang masih berlanjut di tahun 2022.

Setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, FAO dan berbagai pengamat pasar
komoditas pangan memperingatkan bahwa keruntuhan pasokan pangan akan terjadi dan akan
menyebabkan harga pangan meningkat. Kekhawatiran ini terutama terkait berkurangnya pasokan
berbagai komoditas penting seperti gandum, jagung, dan minyak nabati yang dapat meningkatkan
harga.[3] Invasi juga menyebabkan meningkatnya harga bahan bakar yang juga akan meningkatkan
harga pupuk, sehingga akan menyebabkan krisis pangan yang makin berkepanjangan.

Bahkan sebelum perang di Ukraina berlangsung, harga pangan sudah mencapai titik
tertingginya. Berdasarkan data FAO, di bulan Februari 2022, harga pangan year-on-year sudah
meningkat 20 persen. Perang semakin meningkatkan harga pangan sehingga secara YOY sudah
meningkat 40 persen di bulan Maret.Masalah yang berlapis seperti pandemi COVID-19, invasi Rusia
di Ukraina, dan kegagalan pangan terkait perubahan iklim diperkirakan akan membalikkan upaya
global yang sudah dicapai dalam hal pengurangan kelaparan dan malnutrisi.

__________________________
9
https://id.wikipedia.org/wiki/Krisis_pangan_2022
DAFTAR PUSTAKA

FAE. Volume 20 No. 1, Juli 2002: 12 – 24

https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/Strategi-Pemerintah-
Dorong-Ketahanan-Pangan

https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/1043/impor-beras-menurut-negara-asal-utama-
2000-2021.html

Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 1, Maret 2020

Jurnal Ilmu ± ilmu Pertanian

manajemen.uma.ac.id/2020/10/indonesia-masih-mengimpor-beras

KETAHANAN PANGAN : KONSEP, PENGUKURAN DAN STRATEGI Handewi P.S.


Rachman dan Mewa Mani

https://www.greenpeace.org/indonesia/cerita/55507/krisis-pangan-dan-tantangan-masa.depan

https://id.wikipedia.org/wiki/Krisis_pangan_2022

https://www.grobogan.go.id/info/artikel/588-sejarah-singkat-pertanian-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai