Pengendalian Motor Listrik Secara Elektromagnetik
Pengendalian Motor Listrik Secara Elektromagnetik
Oleh :
Margiono Abdillah
Penerbit :
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk
fotocopi, scan ataupun copi paste tanpa seizin tertulis dari Penulis atau Penerbit.
ISBN : 978-602-72762-6-0
KATA PENGANTAR
Harapan kami, buku ini dapat membantu siswa dalam proses belajar mengajar
di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan memperkaya pengetahuan para siswa
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam kompetensi pengendalian motor listrik
secara elektromagnetik, serta dapat membantu para teknisi listrik pada khususnya dan
para pembaca sekalian pada umumnya dalam memahami tentang pengendalian motor
listrik secara elektromagnetik yang banyak digunakan di dunia industri (pabrik).
Pontianak, 2013
Penulis
YKT Pontianak i
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
DAFTAR ISI
B. Overload Relay………………………..………………………………… 34
1. Melting Alloy Overload Relay……..………………………………... 34
2. Thermal Overload Relay (TOR)……………..………………………. 35
3. Secondary Current Overload Relay………...……………...………… 38
YKT Pontianak ii
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
B. Eksternal Breaking……………………………………….……………...106
1. Pengereman Dengan Gesekan…………………………………….…106
2. Pengereman Dengan Arus Pusar………………………………….....107
3. Pengereman Hidrolik……………………………………...……...…108
YKT Pontianak iv
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak v
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
BAB I
PANEL DAYA DAN PANEL DISTRIBUSI DAYA
Panel daya ialah tempat menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari
pusat (gardu) listrik ke panel-panel distribusi daya. Sedangkan panel distribusi daya
ialah tempat menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari panel daya ke beban
(pemakai) baik untuk instalasi tenaga listrik maupun instalasi penerangan listrik (lihat
gambar 1.1 berikut ini).
Gambar 1.1 Single line diagram panel daya dan panel distribusi daya
Pembuatan panel daya maupun panel distribusi daya merupakan suatu keharusan
atau ketentuan, karena hal tersebut untuk memudahkan dalam :
- Pembagian tenaga listrik secara merata dan tepat
- Pengamanan instalasi dan pemakaian listrik
- Pemeriksaan dan perbaikan instalasi listrik.
YKT Pontianak 1
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Untuk itu dalam pembuatan panel daya dan panel distribusi daya harus diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
- Mudah dilayani dan aman
- Dipasang pada tempat yang mudah dijangkau
- Ruangan di depan panel harus bebas dari benda-benda
- Tidak ditempatkan pada lokasi yang lembab.
Seperti yang disebutkan dalam PUIL 1987 bahwa penempatan kotak hubung bagi harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
- Mudah dicapai
- Setinggi-tingginya 1,5 meter dari lantai untuk rumah
- Setinggi-tingginya 1,2 meter dari lantai untuk tempat umum
- Panel distribusi dilarang dipasang pada kamar mandi, kamar kecil, diatas
kompor (PUIL 640 b 6).
- Ditempat-tempat untuk pekerjaan kasar dengan adanya gangguan mekanis panel
hubung bagi konstruksinya harus kuat atau diberi perlindungan terhadap
mekanis. Panel yang kokoh dengan pengaman untuk bagian bertegangan dan
terdapat beberapa pengaman ELCB dan MCB dapat dilihat pada gambar 1.2
berikut ini.
Gambar 1.2 Panel yang dilengkapi dengan pengaman ELCB dan MCB
YKT Pontianak 2
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 3
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 4
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Dalam satu panel yang sekaligus melayani instalasi penerangan dan instalasi
tenaga sebaiknya terdapat pemisah saluran. Hal ini dimaksudkan agar gangguan
pada mesin-mesin tidak mempengaruhi penerangan ditempat itu atau sebaliknya,
seperti yang yang ditunjukkan pada gambar diagram berikut ini
Gambar 1.5 Single line diagram panel instalasi penerangan dan tenaga
YKT Pontianak 5
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Pada suatu industri biasanya perlengkapan hubung baginya terdiri dari panel
untuk penerangan (lampu-lampu) dan panel untuk tenaga (motor-motor listrik). Dan
biasanya pada panel tenaga diberi pengaman tegangan nol. Dengan terpisahnya panel
penerangan dan panel tenaga, maka jika terjadi gangguan pada panel tenaga (pada
saat pengaman tegangan nol bekerja) panel penerangan atau instalasi penerangannya
tidak ikut terganggu.
Untuk instalasi yang lebih besar biasanya dipasang perlengkapan hubung bagi
atau panel utama yang mensuplai pada kedua panel cabang yaitu panel tenaga dan
panel penerangan. Pada kedua panel cabang tersebut juga dilengkapi dengan saklar
utama (main swirtch). Dalam menentukan komponen-komponen panel, seperti
saklar, pengaman, penghantar dan sebagainya, selain harus dianalisa juga harus
disesuaikan dengan dengan PUIL yang sedang berlaku.
Disamping pengaman arus lebih dan pengaman hubung singkat, panel juga
harus diberi pengaman tegangan sentuh yaitu dengan cara menghubungkan bodi
panel ke tanah atau yang dikenal dengan istilah pentanahan (grounding) yang
berfungsi untuk memperkecil tegangan sentuh listrik bila terjadi kebocoran isolasi.
Besarnya ukuran penampang kabel pentanahan disesuaikan dengan PUIL yang
sedang berlaku.
Agar supaya besar tegangan antar fasa, arus yang mengalir dan besaran lainya
dengan mudah dapat diketahui, maka pada bagian depan panel dilengkapi dengan
alat ukut seperti volt meter, ampere meter, lampu tiap fasa dan lain-lain seperti yang
terlihat pada gambar 1.3 dan gambar 1.4 di atas.
YKT Pontianak 6
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 7
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel konstruksi kabel instalasi pada
persyaratan umum instalasi listrik (PUIL).
YKT Pontianak 8
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 9
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Tabel 1.1 Kemampuan Hantar Arus (KHA) Pengaman dan Kabel Penghantar
YKT Pontianak 10
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Adapun cara untuk menentukan ukuran atau nilai nominal pengaman beban
cabang adalah : Io = k x In
a. Oleh karena arus operasi (Io) di indonesia tidak boleh terlalu besar, yaitu
kurang dari 2,5 x arus nominal motor (In), maka untuk itu dapat digunakan
rumus : Io = 125% x In.
b. Jika besar arus operasi (Io) dari sebuah motor lebih dari 2,5 x arus nominal
motor (In), maka Io > (In x Istart) / 2,5.
Keterangan: Io = arus operasi yaitu nilai arus yang menyebabkan bekerjanya
tuas pengaman arus lebih dalam waktu maksimal sekian
detik dalam satuan ampere.
In = arus nominal yaitu nilai arus beban penuh tuas pengaman
arus lebih dalam satuan ampere.
k = suatu faktor yang nilainya tergantung pada karakteristik
tuas pengaman arus lebih.
Contoh 2 :
Dari contoh 1 di atas, I nominalnya = 8,3 Ampere
Bila arus operasinya normal, maka besar ukuran sekeringnya adalah :
Io = 125% x 8,3 A = 10,4 A. Jadi ukuran sekering yang dipakai adalah 15 A.
Bila arus operasi motor tersebut 5 x I nominal, maka ukuran sekeringnya :
Io = (8,3 x 5) / 2,5 = 16,6 A. Jadi ukuran sekering yang dipakai adalah 20 A.
YKT Pontianak 11
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Contoh 3 :
Data suatu instalasi tenaga diketahui sebagai berikut :
Dari ketentuan di atas maka ukuran minimum alat-alat pengaman dan kabel
penghantar harus dipilih sedemikian rupa sehingga mempunyai kemampuan
mengalirkan arus sebesar 125% x arus nominal beban penuh. Setelah dihitung
dengan menggunakan rumus seperti contoh 1 dan contoh 2 di atas didapatkan:
M1 ukuran penampang kabel penghantarnya 16 mm².
Ukuran alat pengaman dan saklar penghubung 60 A.
M2 ukuran penampang kabel penghantarnya 6 mm².
Ukuran alat pengaman dan saklar penghubung 25 A.
M3 ukuran penampang kabel penghantarnya 6 mm².
Ukuran alat pengaman dan saklar penghubung 25 A.
M4 ukuran penampang kabel penghantarnya 10 mm².
Ukuran alat pengaman dan saklar penghubung 35 A.
M5 ukuran penampang kabel penghantarnya 4 mm².
Ukuran alat pengaman dan saklar penghubung 20 A.
YKT Pontianak 12
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
a. Fungsi “Enclose”.
Untuk memproteksi perangkat dari goncangan, perubahan cuacu yang
drastis, dan dapat menjamin ketahanan terhadap suatu kondisi yang
digunakan di industri, peralatan harus diletakan didalam kotak atau kabinet.
Keunggulan ini untuk mempercepat waktu perakitan dan pemeliharaan.
Tergantung kepada derajat proteksi yang dibutuhkan, berdasakan lampiran
standar yang ditentukan dan kode IP (International Protection). Kode IP
diuraikan dalam dokumen publikasi 60529 International Electrotechnical
Commission (IE). Dengan menggunakan metoda alpanumerik untuk
menentukan tingkatan proteksi terhadap bagian yang berbahaya, penetrasi
pada benda padat dan akibat air yang membahayakan.
Pemasang bertanggung jawab terhadap produk akhir yang mengikuti
standar, tetapi dokumentasi yang dilampirkan oleh manufaktur harus
merinci dimana perangkat terpasang untuk menjamin tingkatan proteksi
yang harus dipertahankan. Bagaimana pemasang menghubungkan (wiring)
dan meletakan kabinet dan beberapa kasus untuk menyesuaikan komponen
bantu (push bottom, alat-alat ukur dan sebagainya) juga harus menjamin
tingkatan proteksi yang harus dipertahankan secara rinci.
YKT Pontianak 13
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
b. Fungsi “Struktur”.
Untuk merangkai komponen secara mekanik, harus mencakup secara
sempurna disesuaikan dengan produk yang dirakit dan menggunakan
komponen sistem otomasi secara benar. Pemasangan komponen secara
bersamaan, pemasangan ini untuk membuat struktur dari komponen dan
sistem perakitan supaya lebih fleksibel penggunaannya., pemilihan opsi
perakitan leluasa dan penghematan biaya yang signifikan.
c. Fungsi “Distribute”.
1) Distribusi daya listrik.
Jika memasang komponen, pada implementasinya harus
mencakup keamanan, sederhana, perakitan dan pengawatan cepat.
Pemeliharaan dan madifikasi terhadap peralatan harus mudah
dilaksanakan, dengan sedikit kemungkinan dampak pada kelangsungan
operasi. Untuk menyatukan kriteria tersebut, secara mendasar dirancang
sistem distribusi untuk mengalihkan arus ke sejumlah rangkaian
YKT Pontianak 14
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
2) Distribusi sinyal.
Pada katalog manufaktur menyajikan sistem interface dan
hubungan untuk sinyal kontrol yang berbeda :
Interface signal descrete.
Interface signal analog.
Interface temperatur probe.
Interface wiring.
Komponen sistem peripheral otomasi.
Interface field bus.
YKT Pontianak 15
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
d. Fungsi “Koneksi”.
Fungsi ini mencakup produksi yang dibutuhkan untuk pengawatan
dan penyambungan peralatan yang meliputi :
1) Terminal blok.
Harus memenuhi standar TEU dan bersetifikasi sebagai
persyaratan. Terbuat dari nilon berwarna yang memungkinkan untuk
digunakan pada batas temperatur dari -30 + 1000C.
Tahan terhadap api yang memenuhi standar NF C 20-455.
Teridentifikasi dengan karakter berjalur dan dirancang untuk
menyambungkan penghantar dengan luas penampang maksimum 240
mm2.
Mencakup semua kebutuhan sebagai beriku :
Batas arus yang besar, dari ampere terendah (kontrol, sinyal,
rangkaian elektronik dsb) sampai ratusan ampere (penghubung
rangkaian daya).
Tetap atau dapat dilepas, single atau multiple pole blok.
Hubungan disekerup, dibaud, dijepit, atau menggunakan pegas.
YKT Pontianak 16
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
2) Kabel end.
Kabel end memiliki beberapa keuntungan antara lain yaitu :
Mudah pengawatannya, terjepit secara otomatis jika sambungan
dipasang pada terminal.
Sempurna, tahan terhadap getaran.
Kawat menjadi tegang, tidak kendor.
Menghemat waktu penyambungan.
YKT Pontianak 17
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
4) Kabel Duct.
Ini memiliki alur terbuka pada sisinya dan lubang-lubang
dibelakangnya. Dapat dipasang secara vertikal dan horizontal untuk
memasang komponen. Dapat dijepit seperti rel omega 35 mm. Kabel
duct tersedia beberapa ukuran dan dapat menampung lebih dari 700
kawat ukuran 1,5 mm2. Dapat ditutup dengan penutupnya kedalam
alurnya. Label dapat digunakan untuk kabel klip dan duct.
YKT Pontianak 18
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Gambar 1.13 di bawah ini menunjukkan tata letak komponen dan kabel
penghantar dalam panel dari single line diagram pada gambar 1.12 di atas.
YKT Pontianak 19
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Gambar 1.13 Tata letak komponen dan kabel penghantar dalam panel
YKT Pontianak 20
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
a. Chasis
Chasis biasanya dipasang pada kabinet manoblok atau kotak. Ini
terdiri dari lempengan plat dengan atau tanpa cekukan, sebelum dilakukan
pengeboran. Pemasangan komponen tergantung pada sistem pemasangan,
antara lain dijepit atau disekerup pada :
Rel horizontal.
Pelat yang beralur.
Pelat solid.
Kombinasi dari pelat atau rel.
Tergantung pada ukuran rel atau pelat dan berat peralatan, berikut ini
anjuran perlatan yang harus digunakan :
Rel omega 35 mm.
Rel omega 75 mm.
Penyaga peralatan sebagai pengganti rel horizontal.
Pelat tanpa slot yang dikencangkan dari belakang dengan rel horizontal.
b. Kerangka.
Unit tediri dari satu atau lebih chasis diantaranya bagian samping,
belakang, atas dan bawah. Ini dapat juga dipasang bergandengan terhadap
kabinet pada bagian atasnya dilengkapi dengan busbar horizontal pada
chasis.
YKT Pontianak 21
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
d. Pemasangan Komponen.
Peraturan secara umum harus diaplikasikan pada waktu pemasangan
dan melakatkan komponen pada panel atau kerangka panel : pemasangan
harus bisa dilakukan dari depan. Semua komponen selalu terpasang dalam
kotak atau kabinet, supaya mudah mengaksesnya jika diinginkan suatu
alternatif atau penambahan komponen. Gambar di bawah ini menunjukan
beberapa contoh pemasangan komponen.
YKT Pontianak 22
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
e. Pengawatan
Prosedur pekerjaan pengawatan harus dilakukan secara sistematik
“dengan menafsirkan diagram rangkaian” menggunakan terminal yang
diberi tanda ditunjukan pada diagram rangkaian. Yang mengaplikasikan
pengawatan rangkaian utama (daya) dan kontrol semua komponen seperti
kontaktor magnet, bagaimanapun juga menjadi komplek. Prosedur
pengawatan ini akan memudahkan dalam perakitan komponen, dengan
catatan bahwa diagram rangkaian harus memenuhi kriteria sbb :
Mengeksekusi kecepatan : mempersingkat waktu perancangan.
Kejelasan : mudah meng-ilustrasikan rangkaian kelistrikan.
Mudah dimengerti : pengawatan tanggap.
Pengoperasian efisien : mudah dipahami, dipilh, dimodifikasi dan
dirawat.
YKT Pontianak 23
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 24
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 25
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
BAB II
KOMPONEN-KOMPONEN KONTROL
A. KONTAKATOR MAGNET
Kontaktor magnet adalah komponen penghubung dan pemutus listrik yang
bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Pada kontaktor magnet
terdapat sebuah belitan yang mana bila dialiri arus listrik akan timbul medan
magnet pada inti besinya, yang akan membuat kontaknya tertarik oleh gaya magnet
yang timbul tadi. Sehingga kontaknya menjadi terhubung dan dapat mengalirkan
arus listrik. Magnet berfungsi sebagai penarik dan dan sebagai pelepas kontak-
kontaknya dengan bantuan pegas pendorong.
Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan
dengan momen kontak yang cepat agar tidak menimbulkan loncatan bunga api pada
alat penghubungnya. Selain itu, dalam pengoperasian yang dapat dilengkapi dengan
beberapa alat otomatis dan alat penghubung yang paling mudah adalah dengan
menggunakan kontaktor magnet. Sebuah kontaktor harus mampu mengalirkan dan
memutuskan arus dalam keadaan kerja normal. Arus kerja normal ialah arus yang
mengalir selama pemutusan tidak terjadi. Sebuah kontaktor dapat memiliki koil
yang bekerja pada tengangan DC atau AC. Pada tengangan AC, tegangan minimal
yang dipersyaratkan adalah 85 % tegangan kerja, apabila kurang dari itu maka
kontaktor magnet akan bergetar. Ukuran dari kontaktor magnet ditentukan oleh
batas kemampuan arusnya.
Biasanya pada kontaktor magnet terdiri dari kontak utama dan kontak bantu.
Kontak utama digunakan untuk rangkaian daya sedangkan kontak bantu digunakan
untuk rangkaian kontrol, kontak bantu terdiri dari dua macam yaitu kontak normal
membuka (Normally Open = NO) dan kontak normal menutup (Normally Close =
NC). Kontak NO berarti saat kontaktor magnet belum bekerja kedudukannya
membuka dan bila kontaktor magnet bekerja kontak tersebut akan
menutup/menghubung. Sedangkan kontak NC berarti saat kontaktor magnet belum
bekerja kedudukan kontaknya menutup dan bila kontaktor magnet bekerja kontak
tersebut akan membuka. Jadi fungsi kerja kontak NO dan NC berlawanan. Kontak
NO dan NC bekerja membuka sesaat lebih cepat sebelum kontak NO menutup.
YKT Pontianak 26
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 27
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 28
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 29
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Ada juga dalam satu kontaktor magnet terdiri dari dua bagian
yaitu kontaktor utama dan kontaktor bantu. Untuk kontak utama dengan susunan
sebagai berikut : Terminal nomor 1, 3 dan 5 dihubungkan ke sumber listrik
(terminal input), Terminal nomor 2, 4 dan 6 dihubungkan ke rangkaian utama
atau beban listrik (terminal output). Untuk kontak bantu yang membuka saat
belum beroperasi atau normally open (NO) adalah kontak bantu nomor 13–14
dan 43–44, sedangkan kontak bantu yang menutup saat belum beroperasi
atau normally close (NC) adalah kontak bantu nomor 21–22 dan 41–42.
Terminal a dan b adalah coil (kumparan) yang dihubungkan ke sumber listrik
yang merupakan kumparan magnet. Beban yang dihubungkan ke kontak NO
akan beroperasi bila kontaktor bekerja dan beban yang dihubungkan ke kontak
NC akan beroperasi bila kontaktor tidak bekerja. Berikut ini diperlihatkan
gambar simbol dan penandaan kontaktor magnet.
YKT Pontianak 30
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 31
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 32
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 33
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
B. OVERLOAD RELAY
Untuk membatasi besarnya arus utama, maka pada rangkaian kontrol
dilengkapi dengan alat pemutus arus sebagai pengaman beban lebih yang dikenal
dengan overload relay. Berdasarkan prinsip kerjanya, dikenal beberapa pengaman
beban lebih antara lain yaitu :
- Melting alloy overload relay
- Thermal overload relay atau bimetal strip overload relay
- Secondary current overload relay.
1. MELTING ALLOY OVERLOAD RELAY
Melting alloy overload relay adalah relay yang dapat memutuskan kontak
berdasarkan adanya bahan kontak yang meleleh (welding). Bila arus yang
mengalir pada rangkaian utama cukup besar, maka bahan campuran (alloy)
tersebut akan meleleh atau mencair karena panas akibat arus yang cukup besar.
Dengan mencairnya bahan campuran (alloy) tersebut akan memutuskan kontak.
Selanjutnya kontak dapat dikembalikan pada kedudukan semula bila bahan
campuran (alloy) tersebut telah dingin atau mengeras kembali.
Pemutus dengan sistem pencairan bahan campuran (melting alloy)
biasanya digunakan untuk kapasitas daya tertentu. Jika ingin merubah setelan
YKT Pontianak 34
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 35
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 36
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Perlengkapan lain dari TOR ialah tombol reset (reset button) yang
fungsinya untuk mengembalikan kedudukan kontak 95-96 pada posisi
semula (menghubung dalam keadaan normal). Setelah reset ditekan maka
kontak 95 - 96 yang semula membuka akibat beban lebih akan kembali
menutup. Dismping reset button bagian-bagian lainnya dari TOR ialah
pengatur batas arus (amp setting range), terminal input (L1, L3, L5), terminal
output (T1, T2, T3), manual test, manual or automatic reset, trip indication
light, tripping contact (95, 96), signaling contact (97, 98), seperti yang terlihat
pada gambar 2.9 berikut ini.
YKT Pontianak 37
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 38
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 39
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
pada saat kumparan dialiri arus listrik. Kumparan magnet ini akan menarik tuas
yang ada di dalam silinder dan langsung memompa udara pada balon karet.
Sistem pemompaan udara padabalon karet ini tergantung pada rencana
pemasangan relay, apakah relay direncanakan untuk delay On atau delay Off
yang sesuai dengan fungsi relay tersebut. Kumparan magnetnya ada yang
dioperasikan dengan listrik AC dan ada juga yang menggunakan listrik DC. Jadi
relay ini tidak semata-mata digerakan oleh pneumatik tetapi juga menggunakan
arus listrik sebagai pembangkit magnet. Untuk itu dalam pemakaiannya perlu
diperhatikan jenis tegangan dan besar tegangan yang digunakan, serta
kemampuan nominal beban yang diijinkan untuk relay ini. Gambar berikut ini
menunjukkan bentuk pneumatic timing relay type AO dengan pengoperasian
tegangan AC dari Square D.
YKT Pontianak 40
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 41
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
micro switch. Untuk jelasnya konstruksi dasar dari relay penunda waktu
elektrik ini dapat dilihat pada gambar 2.13. Sedangkan bentuk nyatanya seperti
terlihat pada gambar 2.14 berikut ini.
YKT Pontianak 42
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 43
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 44
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 45
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
BAB III
KOMPONEN-KOMPONEN PENDUKUNG
YKT Pontianak 46
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 47
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 48
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 49
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Untuk jelasnya macam-macam bentuk saklar putar dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
YKT Pontianak 50
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Poros pemutar merupakan tuas yang berbentuk batangan persegi empat yang
pada ujungnya terdapat handle (knop) yang digunakan untuk memilih posisi cam
pada plat penunjuk posisi yang dikehendaki. Sedangkan plat penunjuk posisi terbuat
dari plat aluminium atau ebonit. Jarak antara posisi satu dengan posisi lainnya sudah
diatur sedemikian rupa sehingga terdapat pergeseran yang umum, misalnya 30°, 45°,
60° dan 90°. Elemen (rumah kontak) berbentuk bulat atau persegi tergantung dari
pabrik pembuatnya. Pada setiap rumah kontak terdapat kontak-kontak yang tetap
dan kontak-kontak tersebut akan terhubung (On) atau terputus (Off) oleh setiap
gerakan cam melalui tuas pemutar. Tiap-tiap lapis elemen (rumah kontak) disatukan
dengan baut pengikat dan jika dikehendaki penambahan kontak-kontak dapatlah
ditambahkan elemen (rumah kontak) berikutnya. Posisi kontak-kontak pada elemen
(rumah kontak) pertama tidak harus sama dengan posisi kontak-kontak pada elemen
(rumah kontak) berikutnya, hal itu tergantung pada perencanaan cam (nok).
Gambar 3.9 Bentuk rumah kontak dan tuas pemutar saklar putar
YKT Pontianak 51
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
- Plat posisi
- Data-data teknik.
Diagram kontak berfungsi untuk menunjukkan keadaan setiap kontak apakah
terbuka (Off) atau tertutup (On) pada setiap pergeseran posisi yang ditunjukkan
pada plat posisi. Dengan adanya diagram kontak si pemakai dapat dengan mudah
menganalisa setiap hubungan kontak yang diperlukan dengan benar. Tetapi jika
diagram kontak tidak ada si pemakai dapat melakukan pemeriksaan untuk setiap
kontak pada setiap posisi dengan menggunakan multitester. Terdapat beberapa
model diagram kontak yang kita kenal seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.10.
YKT Pontianak 52
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 53
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 54
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 55
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 56
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 57
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Ukuran tekanan yang dikontrol oleh saklar ini sangat luas, sebagai contoh saklar
tekanan type diafragma dapat digunakan untuk sistem kontrol yang membutuhkan
respon yang peka pada tekanan kecil atau rendah. Sedangkan saklar tekanan type
bellow (hembusan) digunakan untuk mengontrol tekanan hingga 2000 psi.
YKT Pontianak 58
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 59
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
BAB IV
PENGOPERASIAN MOTOR LISTRIK MENGGUNAKAN
KONTAKTOR MAGNET
YKT Pontianak 60
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 61
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Sedangkan pada rangkaian utama, aliran arus listrinya dari Fasa melalui MCB
menuju ke kontak utama dari kontaktor magnet, dan dari kontak utama menuju
motor 1 fasa. Salah satu masukan kontak utama pada kontaktor magnet
dihubungkan ke sumber netral dan keluarannya dihubungkan ke motor 1 fasa.
YKT Pontianak 62
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 63
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 64
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 65
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
untuk segit iga harus dit ekan, bersamaan dengan itu kumparan K2
bekerja dan kumparan K3 t idak bekerja karena kontak bantu 21-22
K2 membuka dan kontak bantu 21-22 menutup, sehingga motor
berputar dalam hubungan segit iga. Sementara jika ingin
menghent ikan putaran motor cukup tekan tombol stop (off).
Cara kerja yang telah dijelaskan tersebut di atas dapat
dirangkum seperti yang tetuang dalam tabel berikut ini.
Tombol Kontaktor Motor Lampu Keterangan
K1(ON) M-1 bekerja Untuk tombol
Start Y K2(OFF) dalam Bintang Hijau menyala start segitiga
K3(ON) menggunakan
K1(ON) M-1 bekerja Kuning tombol tekan
Start Δ K2(ON) dalam Segitiga menyala jenis ganda
K3(OFF)
K1(OFF) Hijau, Kuning
Stop K2(OFF) M-1 berhenti padam
K3(OFF)
K1(OFF) Merah
Trip # K2(OFF) M-1 berhenti menyala
K3(OFF)
(a)Diagram utama
YKT Pontianak 66
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
(b)Diagram kontrol
YKT Pontianak 67
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Diagram Kontrol
Gambar 4.6 Motor 3 fasa start bintang seigit iga secara otomat is
YKT Pontianak 68
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Gambar 4.7 Cara kerja motor 3 fasa start bintang segit iga otomat is
YKT Pontianak 69
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
(a)Diagram Utama
YKT Pontianak 70
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
(b)Diagram Kontrol
YKT Pontianak 71
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 72
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
(a)Diagram utama
YKT Pontianak 73
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
(b)Diagram kontrol
YKT Pontianak 74
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
set ing waktu TDR2) maka kumparan K2 (F) akan bekerja, bersamaan
dengan itu motor akan berputar sebaliknya (kekanan).
YKT Pontianak 75
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
(a)Diagram Utama
YKT Pontianak 76
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
(b)Diagram Kontrol
Gambar 4.10 Motor 3 fasa bekerja secara berurutan manual
YKT Pontianak 77
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Diagram Kontrol
Gambar 4.11 Motor 3 fasa secara berurutan dengan interlocking
YKT Pontianak 78
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 79
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Diagram Kontrol
YKT Pontianak 80
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Diagram Kontrol
YKT Pontianak 81
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Diagram Kontrol
YKT Pontianak 82
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Gambar 4.15b
Cara kerja motor 3 fasa bekerja secara berurutan otomat is
YKT Pontianak 83
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
apabila tombol ON atau START di tekan Motor 1 akan bekerja dan dalam waktu
beberapa menit sesuai dengan setting waktu pada TDR 1 telah tercapai maka
berganti Motor 2 yang akan bekerja dan Motor 1 akan berhenti. Selanjutnya
apabila setting waktu pada TDR 2 telah tercapai maka berganti Motor 1 yang
akan bekerja dan Motor 2 akan berhenti, begitu seterusnya kedua motor listrik
tersebut akan bekerja dan berhenti secara bergantian sampai tombol OFF atau
STOP ditekan atau jika terjadi gangguan (overload) pada kedua buah motor
listrik. Untuk lebih jelasnya silahkan perhatikan rangkaian diagram kontrol dan
diagram utama di bawah ini.
Diagram Kontrol
YKT Pontianak 84
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Diagram Utama
Gambar 4.16 Dua buah motor 3 fasa bekerja bergantian terus menerus otomatis
YKT Pontianak 85
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 86
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Diagram Kontrol
YKT Pontianak 87
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 88
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 89
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
(a)Diagram Utama
(b)Diagram Kontrol
YKT Pontianak 90
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
(a)Diagram Utama
YKT Pontianak 91
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
(b)Diagram Kontrol
YKT Pontianak 92
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Diagram Utama
YKT Pontianak 93
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Diagram Kontrol
YKT Pontianak 94
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
pengoperasiannya sama seperti pada motor dahlander atau dengan cara lain
seperti ditunjukan pada gambar berikut ini.
YKT Pontianak 95
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
(a)Diagram Utama
YKT Pontianak 96
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
(b)Diagram Kontrol
Gambar 4.23
Mengatur kecepatan dan membalik arah putaran motot dahlander
YKT Pontianak 97
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
BAB V
PENGEREMAN MOTOR LISTRIK
A. INTERNAL BREAKING
Internal breaking adalah pengereman motor listrik yang
memanfaatkan interaksi antara putaran medan stator dengan putaran
rotor. Terdapat beberapa cara pengereman yang dapat dilakukan melalui
internal breaking yaitu :
1. Pengereman Dengan Cara Plugging (Plugging Breaking)
Plugging ditentukan oleh NEMA (Nat ional Electrical
Machines of America) sebagai suatu pengereman motor listrik
dengan cara membalikkan putaran motor listrik, sehingga
menghasilkan torsi balik yang akan melawan putaran motor
sebelumnya. Pengereman dengan cara ini haruslah dipert imbangkan
beberapa faktor diantaranya batas arus yang diijinkan, energi kinet ik
yang terkandung dan kecepatan putaran supaya tidak merusak mesin.
Prinsip pengereman plugging ini adalah dengan cara
membalik/menukar polaritas jala-jala sebagaimana membalik arah
putaran motor 3 fasa, sepert i yang ditunjukkan pada gambar 5.1 di
bawah ini. Motor hanya digerakkan dalam satu arah putaran dan
harus benar-benar berhent i pada saat tombol stop ditekan. Perlu
diperhat ikan bahwa pada rangkain kontrol digunakan zero speed
swit h yang dioperasikan dengan motor, dan t idak beroperasi pada
YKT Pontianak 98
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
YKT Pontianak 99
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.
Gambar 5.4 Pengoperasian motor 3 fasa dengan pengereman dinamik melalui penye arahan Thyristor
Catatan :
Sistem pengereman sepert i pada gambar 5.4 di atas dapat juga
dikontrol dengan tegangan 24 VDC dari luar (max. 10 mA)
yang dihubungkan pada terminal B+ dan B- dengan
menggunakan programable controller (PLC) atau modul DC
inject ion brake yang telah tersedia di pasaran, seperti yang
terlihat pada gambar 5.5 berikut ini.
Catatan:
Pengereman regenerat if ini dapat mengakibatkan kerusakan motor
listrik, jika beban motor listrik menyerap energi yang cukup besar.
B. EKSTERNAL BREAKING
Eksternal breaking adalah pengereman yang menggunakan tenaga
dari luar dan merupakan pengereman yang paling banyak digunakan
karena paling mudah dalam perawatan mekaniknya. Eksternal breaking
dikenal terdapat 4 (emapat) macam cara yait u :
BAB VI
PENGUJIAN DAN TROUBLESHOOTING PANEL KONTROL
Pada industri-industri yang mempunyai beban produksi tinggi bila tejadi “down
time” ini merupakan awal suatu gangguan yang menimbulkan kerugian yang besar
persatuan waktu. Oleh karena itu harus ada personil yang mempunyai ketrampilan
troubleshooting. Troubleshooting adalah suatu proses mendeteksi dan mendiagnosa
segala kemungkinan yang dapat menyebabkan suatu peralatan produksi tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Dari pengalaman dilapangan terbukti, bahwa banyak
teknisi yang mampu mengerjakan pengawatan panel secara baik tetapi tidak dapat
berbuat banyak ketika rangkaian kontrol yang dibuatnya tidak berfungsi karena adanya
gangguan.
A. KETRAMPILAN TROUBLESHOOTING
Masalah troubleshooting tidak hanya menyangkut masalah teknis semata
tetapi juga mengandung unsur seni. Untuk menjadi teknisi troubleshooting yang
trampil maka seseorang troubleshooter harus memiliki persyaratan tertentu antara
lain yaitu :
Mempunyai pengertian yang mendalam tentang operasi normal dari peralatan
yang sedang dihadapinya dan disamping itu harus pula memiliki pengetahuan
lain yang relevan dengan bidang keahliannya, misalnya pengetahuan
mekanikal, elektrikal dan penggunaan alat ukur listrik.
Dan tidak kalah pentingnya adalah pengalaman.
B. PROSEDUR UMUM
Pekerjaan troubleshooting memang rumit,penuh variasi dan sangat komplek.
Tetapi pekerjaan ini dapat menjadi mudah dan sederhana bila dilaksanakan secara
sistematik dengan mengikuti prosedur yang berlaku. Prosedur ini akan membantu
teknisi troubleshooter menemukan lokasi gangguan secara tepat dan cepat. Ada 6
tahap pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang troubleshooter pada saat
melakukan troubleshooting yaitu :
1. Mengenali keluhan atau gangguan yang timbul.
2. Melakukan serangkaian pemeriksaan.
Secara umum, rangkaian listrik disini dapat dibedakan menjadi dua bagian :
Rangkaian Utama (Daya)
Rangkaian Kontrol
2. Pengetesan/Pengujian Isolasi.
Pengetesan ini dilakukan tanpa sumber tegangan juga. Tujuannya untuk
mengecek isolasi kabel atau rangkaian utama/daya.
Peralatan yang digunakan untuk mengecek isolasi secara utuh adalah Insulation
Resistance Tester (Megger). Gambar 6.3 di atas memperlihatkan rangkaian
motor kontrol hubungan circuit braeker, fuse dan overload relay pada rangkaian
motor kontrol.
Dengan tambahan jenis lampu pengujian visual, dapat digunakan untuk pengujian
kontinyuitas sederhana. Alternatif lain, voltmeter atau multimeter dapat digunakan
untuk memeriksa tegangan dan kotinyuitas penghantar atau peralatan listrik.
Jika menguji tegangan tiga phasa, gunakan dua buah lampu yang
dihubungkan seri dan jangan menggunakan sebuah lampu. Saat ini, kebanyakan
pabrikan pengecekan tegangan dilakukan dengan detail untuk membantu pengujian
terintegritas pada bagian tertentu. Jika pengujian tegangan pada titik tertentu,
instrumen pengukur harus akurat. Oleh karena itu, perbandingan tegangan pada titik
tertentu cukup untuk menggambarkan suatu kesimpulan.
E. PENGUJIAN OPSIONAL
1. Pengujian resistansi kabel & peralatan bantu sistem 1 fasa dengan Megger
Putuskan hubungan P dan N dari sumber tegangan, sedapat-dapatnya dari
ujung yang lainnya. Sekarang rangkaian telah terisolasi, hubung sikatkan P dan
N sesaat. Hubungkan saklar dan peralatan proteksi.
Seperti yang ditunjukan pada gambar 6.5 terminal motor terbuka, sehingga
motor terisolasi dari rangkaian pengujian. Periksa resistansi dengan insulation
tester antara netral dan arde. Jika nilai yang ditunjukan kurang dari 1 MΩ berarti
ada kesalahan isolasi pada kabel penghantar atau terminal.
2. Pengujian resistansi kabel & peralatan bantu sistem 3 fasa dengan Megger
Putuskan hubungan L1, L2 dan L3 dari sumber tegangan, sedapat-
dapatnya dari ujung yang lainnya. Hubung singkatkan terminal L1, L2 dan L3
sesaat. Hubungkan circuit breaker dan peralatan proteksi. Seperti yang
ditunjukan pada gambar 6.6. Terminal motor T1, T2 dan T3 terbuka, sehingga
motor terisolasi dari rangkaian pengujian.
4. Contoh Troubleshooting
Pada uraian diatas, bermacam-macam rangkaian kontrol dasar dan
komplek untuk motor tiga phasa telah dibahas secara detail. Berikut adalah
contoh troubleshooting rangkaian kontrol. Yaitu rangkaian kontrol untuk motor
tiga phasa DOL starter dengan kontak kontrol yang terpelihara seperti yang
diperlihatkan pada gambar 6.6 di atas. Permasalah mula jalan dan jalan motor
diuraikan dibawah ini :
a. Motor akan jalan dengan menekan tombol tekan start, tetapi segera berhenti
setelah melepas tombol tekan start.
b. Motor jalan dan berhenti setelah 2 menit tombol tekan start dilepas.
Dengan asumsi sikring pada rangkaian utama tidak putus, berikut ini
adalah solusi terhadap permasalahan yang diuraikan diatas :
a. Sejak motor jalan dengan menekan tombol tekan start, ini mengindikasikan
bahwa kontaktor (K1) akan mengendalikan sumber tegangan jika rangkaian
sempurna dengan menekan tombol tekan start. Bagaimanapun juga, motor
akan segera berhenti saat tombol tekan start dilepas.
b. Pada rangkaian kontrol, secepatnya kontaktor utama terhubung on, kontak
NO diparalel dengan kontak tombol tekan start yang harus tertutup dan
rangkaian kontrol bekerja saat tombol tekan start ditekan atau relay beban
lebih bekerja dan kontak NC terbuka.
5. Strategi troubleshooting
Strategi troubleshooting rangkaian pengendali dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Dalam halini yang terpenting adalah gambar rangkaian pengendali, rincian
peralatan, keberadaan interkoneksi dan interlok sewaktu troubleshooting
rangkaian pengendali. Troubleshooting mesin atau masalah peralatan,
sangat baik jika mempunyai “Manufacturer,s Operation dan Maintenance
Manual”, juga “Troubleshooting Instructions”.
b. Blok diagram interlok dan urutan kontrol operasi peralatan/mesin harus
tersedia selama troubleshooting.
c. Gambar dan uraian rangkaian daya peralatan atau mesin, peralatan kontrol,
kontaktor, timer, counter, safety, peralatan proteksi dan sebagainya
dibutuhkan untuk alasan troubleshooting.
d. Kelayakan pengujian dan instrumen pengukuran dipersyaratkan untuk
pengujian rangkaian daya dan pengendali peralatan, atau mesin harus
tersedia.
e. Saklar utama daya OFF pada peralatan/mesin dan saklar pengendali OFF,
untuk menghindari sesuatu yang merugikan atau kecelakan sewaktu
BAB VII
APLIKASI PENGENDALIAN MOTOR LISTRIK MENGGUNAKAN
KONTAKTOR MAGNET PADA SEBUAH PABRIK
Power panel (PP) merupakan panel penyalur sumber daya listrik dar i
jaringan PLN atau Genset ke sejumlah lokal panel motor (LPM) dan star
delta panel (SDP), lokal panel motor (LPM) merupakan panel kontrol
sejumlah motor listrik penggerak mesin yang berada di suatu area pabrik,
sedangkan star delta panel (SDP) merupakan panel kontrol motor listrik
penggerak mesin yang berdaya besar dan menggunakan starting bint ang
segit iga yang berada di suatu area pabrik.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan gambar-gambar diagram
dari masing-masing panel dan motor listrik yang meliput i single line
diagram panel, wiring diagram main switch panel, main diagram dan control
diagram dari masing-masing motor listrik penggerak mesin, dan dilengkapi
dengan kapasitas daya motor, ukuran arus nominal dari circuit breaker (CB),
kontaktor magnet (KM), overload relay (OL) dan ukuran busbar panel yang
terbuat dari tembaga persegi empat.
A.
Gambar 6.3 Main diagram motor double roll crusher Gambar 6.4 Control diagram motor double roll crusher
Gambar 6.5 Main diagram motor chain conveyor 1 Gambar 6.6 Control diagram motor chain conveyor 1
Gambar 6.9 Main diagram motor belt conveyor 2 Gambar 6.10 Control diagram motor belt conveyor 2
Gambar 6.11 Main diagram motor belt conveyor 1 Gambar 6.12 Control diagram motor belt conveyor 1
Gambar 6.13 Main diagram motor chain conveyor 2 Gambar 6.14 Control diagram motor chain conveyor 2
Gambar 6.15 Main diagram motor belt conveyor 3 Gambar 6.16 Control diagram motor belt conveyor 3
Gambar 6.17 Main diagram motor breeches chute Gambar 6.18 Control diagram motor breeches chute
Gambar 6.22 Main diagram motor pre heater Gambar 6.23 Control diagram motor pre heater
Gambar 6.24 Main diagram motor comb air ventilator Gambar 6.25 Control diagram motor combustion air ventilator
Gambar 6.28 Main diagram motor water pump Gambar 6.29 Control diagram motor water pump
Gambar 6.30 Main diagram motor screw conveyor Gambar 6.31 Control diagram motor screw conveyor
Gambar 6.32 Main diagram motor screw fack pump A Gambar 6.33 Control diagram motor screw fack pump A
Gambar 6.34 Main diagram motor ventilator for gas mixer Gambar 6.35 Control diagram motor ventilator for gs mixer
Gambar 6.36 Main diagram motor charge pre heater Gambar 6.37 Control diagram motor charge pre heater
Gambar 6.38 Main diagram motor geared engine Gambar 6.39 Control diagram motor geared engine
Gambar 6.40 Main diagram motor screw fack pump B Gambar 6.41 Control diagram motor screw fack pump B
Gambar 6.42 Main diagram motor water cooling fan Gambar 6.43 Control diagram motor water cooling fan
Gambar 6.44 Main diagram adjusting motor Gambar 6.45 Control diagram adjusting motor
Gambar 6.47 Main diagram motor screw conveyor A Gambar 6.48 Control diagram motor screw conveyor A
Gambar 6.49 Main diagram motor screw conveyor B Gambar 6.50 Control diagram motor screw conveyor B
Gambar 6.51 Main diagram motor oil loading pump Gambar 6.52 Control diagram motor oil loading pump
Gambar 6.53 Main diagram motor fresh air valv Gambar 6.54 Control diagram motor fresh air valv
Gambar 6.55 Main diagram motor control valv Gambar 6.56 Control diagram motor control valv
Gambar 6.57 Single Line Diagram LPM.05 Gambar 6.58 Wiring Diagram Main Switch LPM.05
Gambar 6.59 Main diagram water pump cooling tower Gambar 6.60 Control diagram motor water pump cooling tower
Gambar 6.61 Main diagram fan cooling tower Gambar 6.62 Control diagram motor fan cooling tower
Gambar 6.63 Single Line Diagram LPM.06 Gambar 6.64 Wiring Diagram Main Switch LPM.06
Gambar 6.65 Main diagram motor vibrator 1 Gambar 6.66 Control diagram motor vibrator 1
Gambar 6.67 Main diagram motor vibrator 2 Gambar 6.68 Control diagram motor vibrator 2
Gambar 6.69 Main diagram motor vibrator 3 Gambar 6.70 Control diagram motor vibrator 3
Gambar 6.71 Main diagram motor vibartor 4 Gambar 6.72 Control diagram motor vibrator 4
DAFTAR PUSTAKA
http://www.margionoabdil.blogspot.com
Penulis :
Drs. Margiono Abdillah
Penerbit :
YAYASAN KEMAJUAN TEKNIK
©2015