Anda di halaman 1dari 171

Margiono Abdillah

PENGENDALIAN MOTOR LISTRIK


SECARA ELEKTROMAGNETIK

Penerbit YKT Pontianak


PENGENDALIAN MOTOR LISTRIK
SECARA ELEKTROMAGNETIK

Oleh :

Margiono Abdillah

Penerbit :

YAYASAN KEMAJUAN TEKNIK


Pengendalian Motor Listrik Secara Elektromagnetik

Ditulis dan disusun oleh : Margiono Abdillah

Desain cover dan Tata letak : Listron Surya Teknik

Dicetak dan diterbitkan oleh : Yayasan Kemajuan Teknik


Website: www.yktpublisher.net
Telp. +62857 3782 4004
Email: admin.cs@yktpublisher.net

Distributor tunggal : UD. Listron Surya Teknik


Jl. Budiutomo (Komp. Surya Kencana II
No. D2) Pontianak – 78243
Telp. +62852 4982 4004
Website: listronsuryateknik.meximas.com
Email: listronsuryateknik.ptk@gmail.com

Cetakan I : Tahun 2013

Cetakan II : Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk
fotocopi, scan ataupun copi paste tanpa seizin tertulis dari Penulis atau Penerbit.

ISBN : 978-602-72762-6-0

© Yayasan Kemajuan Teknik 2016


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah s.w.t. yang telah


melimpahkan rahmat dan karunianya, maka buku dengan judul Pengendalian Motor
Listrik Secara Elektromagnetik yang diperuntukkan bagi teknisi listrik pada umumnya
dan untuk siswa-siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Teknik
Ketenagalistrikan pada khususnya dapat tersusun.

Harapan kami, buku ini dapat membantu siswa dalam proses belajar mengajar
di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan memperkaya pengetahuan para siswa
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam kompetensi pengendalian motor listrik
secara elektromagnetik, serta dapat membantu para teknisi listrik pada khususnya dan
para pembaca sekalian pada umumnya dalam memahami tentang pengendalian motor
listrik secara elektromagnetik yang banyak digunakan di dunia industri (pabrik).

Mudah-mudahan buku ini dapat meningkatkan kemampuan dan kompetensi


para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), para teknisi listrik dan bermanfaat bagi
para pembaca sekalian. Penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan buku
ini sangat diharapkan.

Pontianak, 2013

Penulis

YKT Pontianak i
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………...………………………………… i


DAFTAR ISI ………..………………………………..……………………………… ii

BAB I. PANEL DAYA DAN PANEL DISTRIBUSI DAYA


A. Fungsi & Spesifiaksi Beban & Komponen Panel………………....……… 5
B. Kesesuaian Penghantar dengan Pengaman Daya Motor……...…………… 6
1. Menentukan Jenis Kabel Penghantar………………………..………… 7
2. Menghitung KHA Kabel Penghantar……………...………………...… 8
3. Menentukan Nilai Nominal Pengaman Beban…………...……………. 9
4. Menentukan Pengawatan Pada Panel…………………………...…..... 11
5. Merakit Peralatan Panel …………………………………………..… 12
6. Merencanakan & Menata Komponen & Penghantar PadaPanel…….. 18
7. Memasang Komponen Panel …………………………..…………… 21

BAB II. KOMPONEN-KOMPONEN KONTROL


A. Kontaktor Magnet………………………………………………………. 26
1. Bentuk & Susunan Kontaktor Magnet………..……………………… 27
2. Kontaktor Utama & Kontaktor Bantu ……………….……………… 29
3. Pemakaian Kontaktor Magnet…………….………………………… 32
4. Keuntungan & Kelemahan Penggunaan Kontaktor Magnet………… 33

B. Overload Relay………………………..………………………………… 34
1. Melting Alloy Overload Relay……..………………………………... 34
2. Thermal Overload Relay (TOR)……………..………………………. 35
3. Secondary Current Overload Relay………...……………...………… 38

C. Relay Penunda Waktu (TDR)……………………………………………. 39


1. Relay Penunda Waktu Pneumatik………………………………...….. 39

YKT Pontianak ii
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

2. Relay Penunda Waktu Elektrik…………………………………...….. 41


3. Relay Penunda Waktu Elektronik…………………………...……….. 43
4. Diagram Kontak Relay Penunda Waktu………………………..……. 44

BAB III. KOMPONEN-KOMPONEN PENDUKUNG


A. Tombol Tekan (Push Button)....…...………………….………………… 46
1. Tombol Tekan Tunggal……………………………………...………. 46
2. Tombol Tekan Ganda………………………………………………. 47
3. Tombol Tekan Pengunci…………………………………………….. 48

B. Miniatur Circuit Breaker (MCB)……………………….…...………….. 48


C. Saklar Putar (Cam Switch)…………………………………………..….. 49
D. Saklar Apung (Float Switch)…………………………………………… 52
E. Saklar Aliran (Flow Switch)……………………………………………. 54
F. Saklar Batas (Limit Switch)…………………………………………….. 56
G. Sakalr Tekanan (Pressure Switch)…………………………………..….. 57
H. Saklar Thermis (Thermo Switch)………………………………….……. 58

BAB IV. PENGOPERASIAN MOTOR LISTRIK MENGGUNAKAN KONTAKTOR


A. Instalasi Motor Listrik………………………………………….……….. 60
B. Pengoperasian Motor 1 Fasa Dengan Kontaktor Magnet………...……. 61
C. Pengoperasian Motor 3 Fasa Dengan Kontaktor Magnet……………… 62
1. Pengoperasian Motor 3 Fasa Dengan 1 Kontaktor Magnet……...…. 62
2. Pengoperasian Motor 3 Fasa Dari 3 Tempat…………………...…… 64
3. Pengoperasian Motor 3 Fasa Start Bintang Segitiga Manual………. 65
4. Pengoperasian Motor 3 Fasa Start Bintang Segitiga Otomatis...…… 67
5. Pengoperasian Motor 3 Fasa Putar Kiri-Kanan Manual……………. 69
6. Pengoperasian Motor 3 Fasa Putar Kiri-Kanan Dengan 1 TDR……. 71
7. Pengoperasian Motor 3 Fasa Putar Kiri-Kanan Dengan 2 TDR……. 72
8. Pengoperasian 3 Buah Motor 3 Fasa Bekerja Berurutan Manual……75
9. Pengoperasian 3 Buah Motor 3 Fasa Bekerja Berurutan Interlock…..77
10. Pengoperasian 3 Buah Motor 3 Fasa Bekerja Berurutan Otomatis.....79

YKT Pontianak iii


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

11. Pengoperasian 3 Buah Motor 3 Fasa Bekerja Bergantian Manual…..80


12. Pengoperasian 3 Buah Motor 3 Fasa Bekerja Bergantian Otomatis…82
13. Pengoperasian 2 Buah Motor 3 Fasa Bekerja Bergantian Terus Mnerus
Secara Otomatis ……………………………………………………..83
14. Pengoperasian Motor 3 Fasa Start Metode Tahanan Stator………….85
15. Pengoperasian Motor 3 Fasa Start Metode Autotrafo…………….….87
16. Pengoperasian Motor Slipring Start Metode Tahanan Rotor……...…88
17. Pengoperasian Motor 2 Kecepatan (Dahlander)……………………. 91
18. Mengatur Kecepatan Putar Motor Dahlander ……………………… 92
19. Mengatur Kecepatan & Membalik Arah Putaran Motor Dahlander…95

BAB V. PENGEREMAN MOTOR LISTRIK


A. Internal Breaking………………..………………………………………. 98
1. Pengereman Dengan Cara Plugging……………..………..………… 98
2. Pengereman Dinamik………………………………………………..100
3. Pengereman Regeneratif……………………..…………………….. 105

B. Eksternal Breaking……………………………………….……………...106
1. Pengereman Dengan Gesekan…………………………………….…106
2. Pengereman Dengan Arus Pusar………………………………….....107
3. Pengereman Hidrolik……………………………………...……...…108

BAB VI. PENGUJIAN DAN TROUBLESHOOTING PANEL KONTROL


A. Ketrampilan Troubleshoting …………………………………………... 110
B. Prosedur Umum …………………………………………………….…. 110
C. Pengujian Kontinuitas Tanpa Sumber Tegangan …………...……...…. 111
1. Pengetesan/Pengujian Kontinuitas …………………...…………… 111
2. Pengetesan/Pengujian Isolasi ………………………….………….. 113

D. Pengujian Kontibuitas Dengan Sumber Tegangan ……………………. 114


E. Pengujian Opsional ………………………………………………...….. 115
1. Pengujian Resistasni Kabel & Peralatan Bantu Sistem 1 Fasa …….115

YKT Pontianak iv
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

2. Pengujian Resistansi Kabel & Peralatan Bantu Sistem 3 Fasa......…116


3. Pengujian Resistansi Kumparan Motor Listrik …………………….117
4. Contoh Troubleshooting ……………………………………………118
5. Strategi Troubleshooting ………………………………...…………120
6. Dokumen Umum Daftar Isian untuk Troubleshooting ……………..121

BAB VII. APLIKASI PENGENDALIAN MOTOR LISTRIK PADA PABRIK


A. Lokal Panel Motor 1 (LPM.01)…………….…………...………………123
B. Lokal Panel Motor 2 (LPM.02)……………………………………...… 126
C. Lokal Panel Motor 3 (LPM.03)………………………………….…….. 133
D. Lokal Panel Motor 4 (LPM.04)………………………………...……… 146
E. Lokal Panel Motor 5 (LPM.05)………………………………….…….. 152
F. Lokal Panel Motor 6 (LPM.06)…………………………………...…… 155
G. Star Delata Panel I (SDP-I)……………………………………….……. 160
H. Star Delta Panel II (SDP-II)……………………………………………. 161

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………........ 162

YKT Pontianak v
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

BAB I
PANEL DAYA DAN PANEL DISTRIBUSI DAYA

Panel daya ialah tempat menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari
pusat (gardu) listrik ke panel-panel distribusi daya. Sedangkan panel distribusi daya
ialah tempat menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari panel daya ke beban
(pemakai) baik untuk instalasi tenaga listrik maupun instalasi penerangan listrik (lihat
gambar 1.1 berikut ini).

Gambar 1.1 Single line diagram panel daya dan panel distribusi daya

Pembuatan panel daya maupun panel distribusi daya merupakan suatu keharusan
atau ketentuan, karena hal tersebut untuk memudahkan dalam :
- Pembagian tenaga listrik secara merata dan tepat
- Pengamanan instalasi dan pemakaian listrik
- Pemeriksaan dan perbaikan instalasi listrik.

YKT Pontianak 1
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Untuk itu dalam pembuatan panel daya dan panel distribusi daya harus diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
- Mudah dilayani dan aman
- Dipasang pada tempat yang mudah dijangkau
- Ruangan di depan panel harus bebas dari benda-benda
- Tidak ditempatkan pada lokasi yang lembab.
Seperti yang disebutkan dalam PUIL 1987 bahwa penempatan kotak hubung bagi harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
- Mudah dicapai
- Setinggi-tingginya 1,5 meter dari lantai untuk rumah
- Setinggi-tingginya 1,2 meter dari lantai untuk tempat umum
- Panel distribusi dilarang dipasang pada kamar mandi, kamar kecil, diatas
kompor (PUIL 640 b 6).
- Ditempat-tempat untuk pekerjaan kasar dengan adanya gangguan mekanis panel
hubung bagi konstruksinya harus kuat atau diberi perlindungan terhadap
mekanis. Panel yang kokoh dengan pengaman untuk bagian bertegangan dan
terdapat beberapa pengaman ELCB dan MCB dapat dilihat pada gambar 1.2
berikut ini.

Gambar 1.2 Panel yang dilengkapi dengan pengaman ELCB dan MCB

YKT Pontianak 2
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Disamping memperhatikan hal-hal tersebut di atas, untuk pemasangan instalasi dalam


panel juga harus memenuhi Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) yaitu antara
lain :
- Semua penhantar (kabel) harus disusun rapi
- Semua komponen harus dipasang kuat dan rapi
- Semua bagian yang bertegangan listrik harus terlindung (tertutup)
- Jika terjadi gangguan tidak akan meluas (terlokalisir)
- Mudah diperluas (dikembangkan) jika diperlukan
- Mempunyai kehandalan yang tinggi.
Konstruksi panel harus kuat, untuk panel harus dibuat dari bahan yang tidak
mudah terbakar dan tahan terhadap pengaruh kelembaban. Biasanya panel yang
beraedar di pasaran terbuat dari plat baja dengan berbagai macam ukuran. Ada beberapa
komponen yang dipasang pada panel distribusi daya antara lain:
- Saklar utama Cirvuit Breaker (CB),
- Pembatas arus Miniatur Circuit Breaker (MCB),
- Earth Leackage Circuit Breaker (ELCB),
- Saklar Terminal,
- Rel omega,
- Busbar tembaga,
yang kesemua komponen tersebut berada didalam panel yang tertutup rapat. Rangka
bagian depan, atas, bawah dan bagian belakang juga tertutup rapat, sehinga petugas
pelayanan akan terlindung dari bahaya sentuh bagian-bagian yang aktif dan bertegangan
listrik.
Untuk panel distribusi daya tertutup pasangan dalam, biasanya pada bagian depan
terpasang alat ukur, tombol tekan dan saklar (lihat gambar 1.3). Sedangkan konstruksi
panel distribusi daya tertutup pasangan luar harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
- Rangka terbuat dari bahan yang tahan cuaca luar.
- Lubang ventilasi harus dilindungi, agar binatang atau benda-benda kecil serta air
yang jatuh tidak mudah jatuh didalamnya.
- Semua komponen di dalam panel, yang hanya dapat dilayanai dengan jalan
membuka tutup yang terkunci (PUIL ayat 610 c 11 sub 3). Perhatikan gambar
1.4 berikut ini.

YKT Pontianak 3
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 1.3 Panel daya tertutup pasangan dalam

Gambar 1.4 Panel daya tertutup pasangan luar

YKT Pontianak 4
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

A. FUNGSI DAN SPESIFIKASI BEBAN DAN KOMPONEN PANEL


Pada sebuah industri yang mempunyai beberapa bengkel, panel
daya mapun panel distribusi listrik yang melayani beban-beban listrik penerangan
(berupa lampu-lampu penerangan) maupun beban-beban listrik tenaga
(berupa motor-motor listrik) sebagai penggerak mesin-mesin. Menurut PUIL Panel
tersebut harus dipasang sakelar apabila:
- Saluran itu mendistribusikan daya kepada dua motor atau lebih dari dua
peralatan listrik tegangan rendah. Kecuali motor-motor/peralatan itu tidak dalam
satu ruangan dan daya masing-masing tidak melebihi 1,5 KW.
- Saluran dihubungkan lebih dari 2 kotak-kontak yang masing-masing memiliki
KHA nominal lebih dari 16 A.
- Saluran sama dengan atau 100 A per fasa.

Dalam satu panel yang sekaligus melayani instalasi penerangan dan instalasi
tenaga sebaiknya terdapat pemisah saluran. Hal ini dimaksudkan agar gangguan
pada mesin-mesin tidak mempengaruhi penerangan ditempat itu atau sebaliknya,
seperti yang yang ditunjukkan pada gambar diagram berikut ini

Gambar 1.5 Single line diagram panel instalasi penerangan dan tenaga

YKT Pontianak 5
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Pada suatu industri biasanya perlengkapan hubung baginya terdiri dari panel
untuk penerangan (lampu-lampu) dan panel untuk tenaga (motor-motor listrik). Dan
biasanya pada panel tenaga diberi pengaman tegangan nol. Dengan terpisahnya panel
penerangan dan panel tenaga, maka jika terjadi gangguan pada panel tenaga (pada
saat pengaman tegangan nol bekerja) panel penerangan atau instalasi penerangannya
tidak ikut terganggu.
Untuk instalasi yang lebih besar biasanya dipasang perlengkapan hubung bagi
atau panel utama yang mensuplai pada kedua panel cabang yaitu panel tenaga dan
panel penerangan. Pada kedua panel cabang tersebut juga dilengkapi dengan saklar
utama (main swirtch). Dalam menentukan komponen-komponen panel, seperti
saklar, pengaman, penghantar dan sebagainya, selain harus dianalisa juga harus
disesuaikan dengan dengan PUIL yang sedang berlaku.
Disamping pengaman arus lebih dan pengaman hubung singkat, panel juga
harus diberi pengaman tegangan sentuh yaitu dengan cara menghubungkan bodi
panel ke tanah atau yang dikenal dengan istilah pentanahan (grounding) yang
berfungsi untuk memperkecil tegangan sentuh listrik bila terjadi kebocoran isolasi.
Besarnya ukuran penampang kabel pentanahan disesuaikan dengan PUIL yang
sedang berlaku.
Agar supaya besar tegangan antar fasa, arus yang mengalir dan besaran lainya
dengan mudah dapat diketahui, maka pada bagian depan panel dilengkapi dengan
alat ukut seperti volt meter, ampere meter, lampu tiap fasa dan lain-lain seperti yang
terlihat pada gambar 1.3 dan gambar 1.4 di atas.

B. KESESUAIAN PENGHANTAR DENGAN PENGAMAN DAYA MOTOR


Agar supaya mesin yang digerakkan oleh motor listrik dapat berjalan dengan
baik dan aman serta memiliki efisiensi tinggi, maka pemilihan atau penentuan
ukuran penghantar, pengaman dan lainnya harus dipilih sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan kondisi beban motornya. Untuk itu setiap pemasangan instalasi
motor listrik harus ditentukan berdasarkan :
- Jenis kabel penghantar yang sesuai
- Kemampuan hantar arus (KHA) kabel penghantar
- Nilai nominal pengaman beban.

YKT Pontianak 6
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

1. MENENTUKAN JENIS KABEL PENGHANTAR


Dalam menentukan kabel penghantar listrik untuk suatu instalasi harus
memperhatikan :
- Dari segi kelistrikan harus sesuai dengan PUIL yang sedang berlaku
- Dari segi kehandalan harus tahan terhadap gangguan mekanis, panas,
lembab, kimia dan sebaginya.
- Dari segi kwalitas bahan, agar rugi tegangan suatu instalasi listrik tidak
melampaui batas yang diijinkan (untuk instalasi penerangan 2% dan untuk
instalasi tenaga 5%).
Untuk memudahkan dalam memilih kabel penghantar, di bawah ini
disebutkan beberapa jenis kabel penghantar yang mungkin dapat digunakan
sesuai dengan kebutuhan.
a. Kabel penghantar dengan isolasi polly vinyl chlorida (PVC) tahan panas
yaitu : NYA, NYAF, NSYA dan NSYAF.
b. Kabel penghantar isolasi PVC tahan lembab yaitu : NYM dan NYBUY.
c. Kabel penghantar fleksibel isolasi PVC untuk peralatan portable yaitu :
NYZ, NYD, NYDPR, NYMHY dan NYMT.
d. Kabel penghantar dengan isolasi plastik tahan panas yaitu : Sinotherm
dengan kode SiA, SiAF, SiAFUL, SiNH dan N2GSAm.
e. Kabel tanah tanpa sarung logam yaitu : NYY.
f. Kabel tanah dengan dua lapis pelindung pita tembaga yaitu : NYCY.
g. Kabel tanah 3 inti dengan pelindung kawat baja persegi yaitu : NYFGbY.
h. Kabel penghantar isolasi kertas dengan sarung timbel yaitu : NKBR dan
NKBMH.
i. Kabel penghantar isolasi kertas dengan sarung aluminium yaitu : NKLY dan
NKLYY.
j. Kabel penghantar beurat karet yaitu : RDS.
k. Kabel saluran timbel berurat karet dengan ban baja yaitu : SRLL.
l. Kabel saluran berurat karet beranyam yaitu : ORL.
m. Kabel saluran berurat karet berlapis besi yaitu : GRL.
n. Kabel saluran timbel berurat karet beranyam yaitu : ORLK.
o. Kabel saluran timbel berurat karet/kertas berlapis baja yaitu : GPLK.

YKT Pontianak 7
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel konstruksi kabel instalasi pada
persyaratan umum instalasi listrik (PUIL).

2. MENGHITUNG KHA KABEL PENGHANTAR


Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan kabel
penghantar adalah :
a. Ukuran Luas Penampang Kabel Penghantar (A)
Ukuran yang dipilih untuk melayani suatu instalasi motor listrik,
minimum kabel penghantar tersebut harus dapat dialiri oleh arus sebesar
125% x arus nominal dari motor terbesar ditambah dengan arus nominal
motor-motor lainnya.
b. Ukuran Panjang Kabel Penghantar (L)
Mengingat rugi tegangan yang diijinkan untuk instalasi tenaga
maksimum adalah 5% dari tegangan jala-jala, maka panjang kabel
penghantar dari suatu instalasi motor listrik harus dihitung. Sehingga
kerugian tegangannya tidak melebihi batas yang telahdiijinkan. Adapun
panjang kabel penghantar maksimum dari suatu instalasi motor listrik dapat
dihitung dengan rumus :
1) Panjang kabel penghantar untuk motor DC :
L = (Er x A) / (2 x In x ρ)
2) Panjang kabel penghantar untuk motor AC 1 fasa :
L = (Er x A) / (2 x In x ρ)
3) Panjang kabel penghantar untuk motorAC 3 fasa :
L = (Er x A) / (√3 x In x ρ)
Dimana: L = panjang kabel penghantar (meter)
Er = rugi tegangan maksimum 5% x tegangan jala-jala (volt)
A = luas penampang kabel penghantar (mm²)
In = arus nominal beban penuh (ampere)
Rho (ρ) = tahanan jenis kabel penghantar.
c. Menghitung besarnya arus nominal beban (In)
Untuk menghitung besarnya arus beban yang mengalir pada kabel
penghantar digunakan rumus :

YKT Pontianak 8
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

1) Arus beban untuk motor DC : In = P / (E x η)


2) Arus beban untuk motor AC 1 fasa : In = P / (E x Cos φ x η)
3) Arus beban untuk motor AC 3 fasa : In = P / (E x Cos φ x η x √3)
Dimana: In = arus nominal beban (ampere)
P = daya motor (watt)
E = tegangan listrik jala-jala (volt)
Cos φ = faktor kerja motor
η = rendemen atau efisiensi motor.
Contoh 1 :
Sebuah motor listrik AC 3 fasa dengan data-data sebagai berikut : Tegangan
kerja 220/380 V, Faktor kerja 0.8, Efisiensi 85%, Daya 5 HP. Tentukan
ukuran kabel penghantar yang diijinkan.
Penyelesaian :
Arus nominal beban (In) = P / (E x Cos φ x η x √3)
= (746 x 5) / (380 x 0,8 x 0,85 x 1,73)
= 8,3 Ampere
Penampang kabel penghantar yang dibutuhkan agar dapat dialiri arus
sebesar 125% x 8,3 A = 10,4 Ampere sesuai tabel 1.1 adalah 2,5 mm².
Rugi tegangan yang diijinkan adalah 5% x 380 V = 19 Volt.
Panjang kabel penghantar (L) = (Er x A) / (√3 x In x ρ)
= (19 x 2,5) / (1,73 x 8,3 x 0,0175)
= 174 meter.

3. MENENTUKAN NILAI NOMINAL PENGAMAN BEBAN


Yang dimaksud dengan nilai nominal pengaman beban cabang adalah
berupa alat pemutus arus yang dapat menahan besarnya arus operasi pada saat
motor mulai jalan. Besarnya nilai nominal pengaman beban cabang tergantung
dari :
- Macam dan jenis motor yang diamankan, yang mana setiap jenis motor
mempunyai arus operasi yang berbeda-beda.
- Macam dan jenis alat pengoperasiannya.

YKT Pontianak 9
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Tabel 1.1 Kemampuan Hantar Arus (KHA) Pengaman dan Kabel Penghantar

YKT Pontianak 10
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Adapun cara untuk menentukan ukuran atau nilai nominal pengaman beban
cabang adalah : Io = k x In
a. Oleh karena arus operasi (Io) di indonesia tidak boleh terlalu besar, yaitu
kurang dari 2,5 x arus nominal motor (In), maka untuk itu dapat digunakan
rumus : Io = 125% x In.
b. Jika besar arus operasi (Io) dari sebuah motor lebih dari 2,5 x arus nominal
motor (In), maka Io > (In x Istart) / 2,5.
Keterangan: Io = arus operasi yaitu nilai arus yang menyebabkan bekerjanya
tuas pengaman arus lebih dalam waktu maksimal sekian
detik dalam satuan ampere.
In = arus nominal yaitu nilai arus beban penuh tuas pengaman
arus lebih dalam satuan ampere.
k = suatu faktor yang nilainya tergantung pada karakteristik
tuas pengaman arus lebih.

Contoh 2 :
Dari contoh 1 di atas, I nominalnya = 8,3 Ampere
Bila arus operasinya normal, maka besar ukuran sekeringnya adalah :
Io = 125% x 8,3 A = 10,4 A. Jadi ukuran sekering yang dipakai adalah 15 A.
Bila arus operasi motor tersebut 5 x I nominal, maka ukuran sekeringnya :
Io = (8,3 x 5) / 2,5 = 16,6 A. Jadi ukuran sekering yang dipakai adalah 20 A.

4. MENENTUKAN PENGAWATAN PADA PANEL


Kabel penghantar yang biasa digunakan untuk pengawatan suatu panel
adalah jenis NYA, sedangkan ukurannya harus dipilih sedemikian rupa agar
kabel penghantar tersebut mampu dialiri arus listrik minimum 125% dari arus
nominal beban penuh. Kabel penghantar cabang atau pengisi ukuran
penampangnya harus mampu mengalirkan arus sebesar 125% x arus nominal
beban penuh dari salah satu motor terbesar ditambah arus nominal beban penuh
motor-motor lainnya. Demikian juga berlaku untuk pengaman, kabel
penghantar, saklar penghubung dan komponen lainnya.

YKT Pontianak 11
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Contoh 3 :
Data suatu instalasi tenaga diketahui sebagai berikut :

Jenis Motor Daya Tegangan Arus nominal beban penuh


M1 30 HP 380 V 38,4 A
M2 15 HP 380 V 20 A
M3 15 HP 380V 20 A
M4 20 HP 380 V 27,4 A
M5 10 HP 380 V 14 A

Dari ketentuan di atas maka ukuran minimum alat-alat pengaman dan kabel
penghantar harus dipilih sedemikian rupa sehingga mempunyai kemampuan
mengalirkan arus sebesar 125% x arus nominal beban penuh. Setelah dihitung
dengan menggunakan rumus seperti contoh 1 dan contoh 2 di atas didapatkan:
M1 ukuran penampang kabel penghantarnya 16 mm².
Ukuran alat pengaman dan saklar penghubung 60 A.
M2 ukuran penampang kabel penghantarnya 6 mm².
Ukuran alat pengaman dan saklar penghubung 25 A.
M3 ukuran penampang kabel penghantarnya 6 mm².
Ukuran alat pengaman dan saklar penghubung 25 A.
M4 ukuran penampang kabel penghantarnya 10 mm².
Ukuran alat pengaman dan saklar penghubung 35 A.
M5 ukuran penampang kabel penghantarnya 4 mm².
Ukuran alat pengaman dan saklar penghubung 20 A.

5. MERAKIT PERALATAN PANEL


Sistem telequik yang ditawarkan oleh telemecanique (lihat gambar 1.6)
memenuhi syarat untuk perakitan komponen dan dapat menjamin bahwa
komponen pada sistem otomasi dapat dirakit dengan cepat dan mudah. Dengan
beberapa keunggulan yang diberikan, produk ini diklasifikasikan kedalam empat
fungsi yang berbeda : enclose (tertutup), struktur, distribute dan koneksi
(terhubung).

YKT Pontianak 12
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 1.6 Sistem telequik dari telemecanique

a. Fungsi “Enclose”.
Untuk memproteksi perangkat dari goncangan, perubahan cuacu yang
drastis, dan dapat menjamin ketahanan terhadap suatu kondisi yang
digunakan di industri, peralatan harus diletakan didalam kotak atau kabinet.
Keunggulan ini untuk mempercepat waktu perakitan dan pemeliharaan.
Tergantung kepada derajat proteksi yang dibutuhkan, berdasakan lampiran
standar yang ditentukan dan kode IP (International Protection). Kode IP
diuraikan dalam dokumen publikasi 60529 International Electrotechnical
Commission (IE). Dengan menggunakan metoda alpanumerik untuk
menentukan tingkatan proteksi terhadap bagian yang berbahaya, penetrasi
pada benda padat dan akibat air yang membahayakan.
Pemasang bertanggung jawab terhadap produk akhir yang mengikuti
standar, tetapi dokumentasi yang dilampirkan oleh manufaktur harus
merinci dimana perangkat terpasang untuk menjamin tingkatan proteksi
yang harus dipertahankan. Bagaimana pemasang menghubungkan (wiring)
dan meletakan kabinet dan beberapa kasus untuk menyesuaikan komponen
bantu (push bottom, alat-alat ukur dan sebagainya) juga harus menjamin
tingkatan proteksi yang harus dipertahankan secara rinci.

YKT Pontianak 13
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

b. Fungsi “Struktur”.
Untuk merangkai komponen secara mekanik, harus mencakup secara
sempurna disesuaikan dengan produk yang dirakit dan menggunakan
komponen sistem otomasi secara benar. Pemasangan komponen secara
bersamaan, pemasangan ini untuk membuat struktur dari komponen dan
sistem perakitan supaya lebih fleksibel penggunaannya., pemilihan opsi
perakitan leluasa dan penghematan biaya yang signifikan.

Gambar 1.7 Kabinet/Panel produk telemecanique

c. Fungsi “Distribute”.
1) Distribusi daya listrik.
Jika memasang komponen, pada implementasinya harus
mencakup keamanan, sederhana, perakitan dan pengawatan cepat.
Pemeliharaan dan madifikasi terhadap peralatan harus mudah
dilaksanakan, dengan sedikit kemungkinan dampak pada kelangsungan
operasi. Untuk menyatukan kriteria tersebut, secara mendasar dirancang
sistem distribusi untuk mengalihkan arus ke sejumlah rangkaian

YKT Pontianak 14
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

sekunder (lihat Katalog Schneider Electric untuk informasi lebih


lanjut).
Beberapa model dirancang sebagai produk penunjang yang
memungkinkan untuk perakitan komponen yang beroperasi
(menghubungkan atau memtuskan unit motor starter).

Gambar 1.8 Unit motor starter produk dari telemecanique

2) Distribusi sinyal.
Pada katalog manufaktur menyajikan sistem interface dan
hubungan untuk sinyal kontrol yang berbeda :
 Interface signal descrete.
 Interface signal analog.
 Interface temperatur probe.
 Interface wiring.
 Komponen sistem peripheral otomasi.
 Interface field bus.

YKT Pontianak 15
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 1.9 Interface sinyal descrete

d. Fungsi “Koneksi”.
Fungsi ini mencakup produksi yang dibutuhkan untuk pengawatan
dan penyambungan peralatan yang meliputi :
1) Terminal blok.
Harus memenuhi standar TEU dan bersetifikasi sebagai
persyaratan. Terbuat dari nilon berwarna yang memungkinkan untuk
digunakan pada batas temperatur dari -30 + 1000C.
Tahan terhadap api yang memenuhi standar NF C 20-455.
Teridentifikasi dengan karakter berjalur dan dirancang untuk
menyambungkan penghantar dengan luas penampang maksimum 240
mm2.
Mencakup semua kebutuhan sebagai beriku :
 Batas arus yang besar, dari ampere terendah (kontrol, sinyal,
rangkaian elektronik dsb) sampai ratusan ampere (penghubung
rangkaian daya).
 Tetap atau dapat dilepas, single atau multiple pole blok.
 Hubungan disekerup, dibaud, dijepit, atau menggunakan pegas.

YKT Pontianak 16
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

 Blok untuk fungsi khusus seperti sikring atau komponen elektronik


dan sebagainya.
 Terpasang pada rel, pelat slot bebas atau printed circuit.

Gambar 1.10 Terminal blok

2) Kabel end.
Kabel end memiliki beberapa keuntungan antara lain yaitu :
 Mudah pengawatannya, terjepit secara otomatis jika sambungan
dipasang pada terminal.
 Sempurna, tahan terhadap getaran.
 Kawat menjadi tegang, tidak kendor.
 Menghemat waktu penyambungan.

3) Kabel klip dan duct.


Kabel klip dan duct dirancang sebagai saluran kawat yang
lapisannya horizontal dan vertikal pada peralatan yang sama. Semua
pengawatan pada permukaan depan, sehingga memudahkan pada waktu
perbaikan dan perubahan. Terbuat dari PVC dan tidak memiliki bagian
logam sehingga tidak terjadi kontak dengan penghantar yang terpasang.

YKT Pontianak 17
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

4) Kabel Duct.
Ini memiliki alur terbuka pada sisinya dan lubang-lubang
dibelakangnya. Dapat dipasang secara vertikal dan horizontal untuk
memasang komponen. Dapat dijepit seperti rel omega 35 mm. Kabel
duct tersedia beberapa ukuran dan dapat menampung lebih dari 700
kawat ukuran 1,5 mm2. Dapat ditutup dengan penutupnya kedalam
alurnya. Label dapat digunakan untuk kabel klip dan duct.

Gambar 1.11 Kabel duct

6. MERENCANAKAN DAN MENATA KOMPONEN DAN KABEL


PENGHANTAR PADA PANEL
Dalam menentukan ukuran maupun tata letak komponen dan kabel
penghantar tidak terlepas dari bagaimana cara mencabangkan atau
mengelompokkan beban-beban motor listrik tersebut. Untuk instalasi motor-
motor listrik pada contoh 3 di atas dapat kita buat pengelompokkan seperti
single line diagran pada gambar berikut ini.

YKT Pontianak 18
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 1.12 Single line diagram panel

Dari pengelompokkan tersebut maka ukuran penampang kabel


penghantar, pengaman dan saklar penghubung untuk cabang I, cabang II dan
cabang III adalah sama yaitu sebesar :
- Penampang kabel penghantar masing-masing 16 mm².
- Alat pengaman dan saklar penghubung masing-masing 60 A.

Pada saluran (titik) pengisi sebesar :


- Penampang kabel penghantarnya 95 mm² dengan jenis kabel NSYA.
- Ukuran pemutus canai (circuit breaker) 250 A.

Gambar 1.13 di bawah ini menunjukkan tata letak komponen dan kabel
penghantar dalam panel dari single line diagram pada gambar 1.12 di atas.

YKT Pontianak 19
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 1.13 Tata letak komponen dan kabel penghantar dalam panel

YKT Pontianak 20
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

7. MEMASANG KOMPONEN PANEL


Komponen sistem otomasi dan distribusi dirancang untuk dipasang pada
chasis atau struktur rangka. Pada bagian ini menguraikan sedikit tentang definisi,
cara yang bermanfaat atau aturan dan gambar yang harus diperhatikan dalam
pekerjaan pemasangan.

a. Chasis
Chasis biasanya dipasang pada kabinet manoblok atau kotak. Ini
terdiri dari lempengan plat dengan atau tanpa cekukan, sebelum dilakukan
pengeboran. Pemasangan komponen tergantung pada sistem pemasangan,
antara lain dijepit atau disekerup pada :
 Rel horizontal.
 Pelat yang beralur.
 Pelat solid.
 Kombinasi dari pelat atau rel.

Tergantung pada ukuran rel atau pelat dan berat peralatan, berikut ini
anjuran perlatan yang harus digunakan :
 Rel omega 35 mm.
 Rel omega 75 mm.
 Penyaga peralatan sebagai pengganti rel horizontal.
 Pelat tanpa slot yang dikencangkan dari belakang dengan rel horizontal.

b. Kerangka.
Unit tediri dari satu atau lebih chasis diantaranya bagian samping,
belakang, atas dan bawah. Ini dapat juga dipasang bergandengan terhadap
kabinet pada bagian atasnya dilengkapi dengan busbar horizontal pada
chasis.

c. Komponen yang terpasang pada pintu atau pelat depan.


Suatu pengontrolan atau Peralatan pengontrol dipasang pada pintu
panel atau bagian depan lebih dari satu. Untuk mempertahankan ergonomis,

YKT Pontianak 21
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

harus disusun mengikuti suatu aturan tergantung kepada jenis


pengontrolannya. Tata letaknya harus menghitung jumlah komponen yang
akan dipasang :
 Beberapa komponen : terdistribusi pada sumbu horizontal area.
 Banyak komponen : terdistribusi pada semua area.

Pintu panel dan bagian depan harus mempunyai kekuatan atau


komponen didalamnya yang terbatas oleh suatu instalasi. Kedalaman
komponen pada pintu harus diperiksa kembali terhadap komponen yang
terpasang pada chasis. Termasuk juga berat dari komponen tersebut.

d. Pemasangan Komponen.
Peraturan secara umum harus diaplikasikan pada waktu pemasangan
dan melakatkan komponen pada panel atau kerangka panel : pemasangan
harus bisa dilakukan dari depan. Semua komponen selalu terpasang dalam
kotak atau kabinet, supaya mudah mengaksesnya jika diinginkan suatu
alternatif atau penambahan komponen. Gambar di bawah ini menunjukan
beberapa contoh pemasangan komponen.

Gambar 1.14 Pemasangan komponen pada rel omega

YKT Pontianak 22
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 1.15 Pemasangan komponen pada plat beralur dengan sekrup

e. Pengawatan
Prosedur pekerjaan pengawatan harus dilakukan secara sistematik
“dengan menafsirkan diagram rangkaian” menggunakan terminal yang
diberi tanda ditunjukan pada diagram rangkaian. Yang mengaplikasikan
pengawatan rangkaian utama (daya) dan kontrol semua komponen seperti
kontaktor magnet, bagaimanapun juga menjadi komplek. Prosedur
pengawatan ini akan memudahkan dalam perakitan komponen, dengan
catatan bahwa diagram rangkaian harus memenuhi kriteria sbb :
 Mengeksekusi kecepatan : mempersingkat waktu perancangan.
 Kejelasan : mudah meng-ilustrasikan rangkaian kelistrikan.
 Mudah dimengerti : pengawatan tanggap.
 Pengoperasian efisien : mudah dipahami, dipilh, dimodifikasi dan
dirawat.

Bagaimanapun juga rangkaian daya dan kontrol, teknik pengawatan


ditetapkan oleh tanda terminal komponen pada diagram rangkaian dan
dihubungkan dengan bagian yang relevan sesuai tanda pada
komponen/peralatan.

YKT Pontianak 23
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

f. Penomoran kawat dan terminal.


Pada panel kontrol, kawat (wire) digunakan untuk menghubungkan
berbagai peralatan listrik. Suatu hal yang sangat penting bahwa peralatan
listrik terhubung dengan benar terhadap sumber tegangan dan polaritasnya.
Untuk menyakinkan sambungan kawat dengan benar, setiap terminal
peralatan listrik diberi nomor. Hal ini dimaksudkan agar sangat praktis
untuk perancangan, pemasangan dan pemeliharaan serta mengidentifikasi
peralatan listrik, kawat dan terminal jika terjadi kesalahan (trouble
shooting).
Pada panel listrik terminal yang digunakan dihubungkan oleh kawat.
Pada umumnya, dikelompokan bersama dan disebut “terminal blok”.
Dikelompokan berdasarkan masing-masing fungsi yang digunakan atau
masing-masing hubungan peralatan listrik. Terminal blok terdiri dari
kelompok terminal yang diberi nomor terminal blok. Penomoran kawat dan
penomoran terminal ditunjukkan seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 1.16 Penomoran kawat pada panel kontrol

YKT Pontianak 24
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Pada panel kontrol, biasanya satu sisi terminal digunakan untuk


menghubungkan peralatan yang ada didalam panel, sedangkan sisi yang
lainnya digunakan untuk menghubungkan komponen yang ada diluar panel.
Penomoran harus meliputi :
 Nomor kabel.
 Nomor Kawat atau nomor inti untuk kabel multi inti.
 Nomor terminal blok.
 Nomor Terminal yang akan dihubungkan dengan kawat.

YKT Pontianak 25
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

BAB II
KOMPONEN-KOMPONEN KONTROL

A. KONTAKATOR MAGNET
Kontaktor magnet adalah komponen penghubung dan pemutus listrik yang
bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Pada kontaktor magnet
terdapat sebuah belitan yang mana bila dialiri arus listrik akan timbul medan
magnet pada inti besinya, yang akan membuat kontaknya tertarik oleh gaya magnet
yang timbul tadi. Sehingga kontaknya menjadi terhubung dan dapat mengalirkan
arus listrik. Magnet berfungsi sebagai penarik dan dan sebagai pelepas kontak-
kontaknya dengan bantuan pegas pendorong.
Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan
dengan momen kontak yang cepat agar tidak menimbulkan loncatan bunga api pada
alat penghubungnya. Selain itu, dalam pengoperasian yang dapat dilengkapi dengan
beberapa alat otomatis dan alat penghubung yang paling mudah adalah dengan
menggunakan kontaktor magnet. Sebuah kontaktor harus mampu mengalirkan dan
memutuskan arus dalam keadaan kerja normal. Arus kerja normal ialah arus yang
mengalir selama pemutusan tidak terjadi. Sebuah kontaktor dapat memiliki koil
yang bekerja pada tengangan DC atau AC. Pada tengangan AC, tegangan minimal
yang dipersyaratkan adalah 85 % tegangan kerja, apabila kurang dari itu maka
kontaktor magnet akan bergetar. Ukuran dari kontaktor magnet ditentukan oleh
batas kemampuan arusnya.
Biasanya pada kontaktor magnet terdiri dari kontak utama dan kontak bantu.
Kontak utama digunakan untuk rangkaian daya sedangkan kontak bantu digunakan
untuk rangkaian kontrol, kontak bantu terdiri dari dua macam yaitu kontak normal
membuka (Normally Open = NO) dan kontak normal menutup (Normally Close =
NC). Kontak NO berarti saat kontaktor magnet belum bekerja kedudukannya
membuka dan bila kontaktor magnet bekerja kontak tersebut akan
menutup/menghubung. Sedangkan kontak NC berarti saat kontaktor magnet belum
bekerja kedudukan kontaknya menutup dan bila kontaktor magnet bekerja kontak
tersebut akan membuka. Jadi fungsi kerja kontak NO dan NC berlawanan. Kontak
NO dan NC bekerja membuka sesaat lebih cepat sebelum kontak NO menutup.

YKT Pontianak 26
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

1. BENTUK DAN SUSUNAN KONTAKTOR MAGNET


Bentuk kontaktor magnet ditentukan oleh :
- Tegangan kerja (kumparan)
- Jenis tegangan listrik (AC atau DC)
- Kapasitas arus kerja (kontak-kontaknya)
- Fungsi kontaktor (sebagai kontak utama atau kontak bantu).
Banyak macam bentuk, susunan konstruksi, kapasitas, jenis dan merk
kontaktor magnet yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya yang tentunya
disesuaikan dengan fungsi dan kegunaan kontaktor magnet tersebut. Tetapi pada
prinsipnya semua jenis kontaktor magnet mempunyai komponen-komponen
utama yang sama seperti kumparan magnet, inti magnet tetap, inti magnet
bergerak, lengan-lengan kontak NO dan NC, serta pegas yang mengatur tekanan
kontaknya. Sebagai contoh berikut ini ditunjukkan kontaktor magnet merk
telemecanique jenis AC dan kontaktor magnet merk AEG jenis DC.

Gambar 2.1 Bentuk kontaktor magnet jenis AC

YKT Pontianak 27
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 2.2 Bentuk kontaktor magnet jenis DC

Didalam suatu kontaktor magnet terdapat kumparan utama yang terdapat


pada inti besi. Kumparan hubung singkat berfungsi sebagai peredam getaran saat
kedua inti besi saling melekat. Apabila kumparan utama dialiri arus, maka akan
timbul medan magnet pada inti besi yang akan menarik inti besi dari kumparan
hubung singkat yang dikopel dengan kontak utama dan kontak bantu dari
kontaktor magnet tersebut. Hal ini akan mengakibatkan kontak utama dan
kontak bantu akan bergerak dari posisi normal dimana kontak NO akan tertutup
sedangkan kontak NC akan terbuka. Selama kumparan utama kontaktor tersebut
masih dialiri arus, maka kontak-kontaknya akan tetap pada posisi operasinya.
Untuk lebih jelasnya berikut ini ditunujkkan konstruksi bagian dalam dari
kontaktor magnet (lihat gambar 2.3).

YKT Pontianak 28
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 2.3 Susunan konstruksi kontaktor magnet

2. KONTAKTOR UTAMA DAN KONTAKTOR BANTU


Disebut kontaktor utama karena kontaktor ini dipasang pada rangkaian
utama yang berfungsi untuk menghubungkan sumber listrik dengan beban listrik
(motor-motor listrik). Sebagai kontak utama biasanya pemasangannya langsung
digandeng dengan thermal overload relay (TOR) seperti terlihat pada gambar 2.4
berikut ini.
Sedangkan kontaktor bantu dipasang pada rangkaian kontrol yang
berfungsi untuk membantu mengendalikan kerja dari kontaktor utama. Oleh
sebab itu kontaktor ini sering juga disebut kontaktor kontrol.

YKT Pontianak 29
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 2.4 Kontaktor utama yang digandeng dengan TOR

Ada juga dalam satu kontaktor magnet terdiri dari dua bagian
yaitu kontaktor utama dan kontaktor bantu. Untuk kontak utama dengan susunan
sebagai berikut : Terminal nomor 1, 3 dan 5 dihubungkan ke sumber listrik
(terminal input), Terminal nomor 2, 4 dan 6 dihubungkan ke rangkaian utama
atau beban listrik (terminal output). Untuk kontak bantu yang membuka saat
belum beroperasi atau normally open (NO) adalah kontak bantu nomor 13–14
dan 43–44, sedangkan kontak bantu yang menutup saat belum beroperasi
atau normally close (NC) adalah kontak bantu nomor 21–22 dan 41–42.
Terminal a dan b adalah coil (kumparan) yang dihubungkan ke sumber listrik
yang merupakan kumparan magnet. Beban yang dihubungkan ke kontak NO
akan beroperasi bila kontaktor bekerja dan beban yang dihubungkan ke kontak
NC akan beroperasi bila kontaktor tidak bekerja. Berikut ini diperlihatkan
gambar simbol dan penandaan kontaktor magnet.

YKT Pontianak 30
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 2.5 Simbol dan penandaan kontaktor magnet

Menurut IEC, penandaan konektor-konektor pada kontaktor magnet adalah sbb:


- 1, 3, 5 : Kontak utama pada kontaktor yang dihubungkan dengan sumber
listrik
- 2, 4, 6 : Kontak utama pada kontaktor yang dihubungkan dengan beban
listrik (motor listrik)
- 13, 14 : Kontak-kontak bantu (NO)
- 21, 22 : Kontak-kontak bantu, (NC)
- a, b : Terminal-terminal kumparan magnet.

Untuk lebih jelasnya silahkan perhatikan notasi dan penomoran kontak-kontak


pada kontaktor magnet seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini.

YKT Pontianak 31
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

3. PEMAKAIAN KONTAKTOR MAGNET


Dewasa ini kontaktor magnet lebih banyak digunakan di bidang industri
dan laboratonium. Hal ini karena kontaktor mudah dikendalikan dari jarak jauh.
Selain itu, dengan perlengkapan elektronik dapat mengamankan rangkaian
listrik. Agar penggunaan kontaktor magnet dapat sesuai dengan beban yang akan
dikontrol, maka pemilihan kontaktor magnet yang baik dan sesuai mutlak harus
dilakukan. Sebagai pedoman dalam memilih kontaktor magnet yang baik adalah
dengan melihat spesifikasi teknik yang tertera pada name plate kontaktor magnet
tersebut. Biasanya spesifikasi dari kontaktor magnet yang harus di perhatikan
antara lain adalah :
a. Batas kemampuan kelistrikan kontak utama yang meliputi :
- Batas kemampuan kontak untuk arus yang terus menerus (continous
current) : I th dalam satuan Ampere.
- Batas kemampuan nominal arus operasi (rated operational current) : Io
dalam satuan Ampere.
- Batas kemampuan daya 3 fasa pada tegangan penuh : P dalam satuan
Watt atau KW.
- Kemampuan hantar arus dan ketahanan dari kontak-kontaknya (contact
life).
b. Batas kemampuan kelistrikan kontak bantu yang meliputi :
- Batas kemampuan kontak untuk arus yang terus menerus (continous
current) : I th dalam satuan Ampere.
- Batas kemampuan nominal arus operasi (rated operational current) : Io
dalam satuan Ampere.
- Kemampuan hantar arus dan ketahanan dari kontak-kontaknya (contact
life).
c. Kemampuan kumparan magnet (koil) yang meliputi tegangan kerja dan daya
yang diserap oleh kumparan dalam satuan VA.
d. Kapasitas terminal kontak utama dengan kabel socket dalam satuan mm².
e. Kapasitas ukuran maksimum sekering yang meliputi :
- Ukuran maksimum sekering untuk kontak utama dalam satuan Ampere.
- Ukuran maksimum sekering untuk kontak bantu dalam satuan Ampere.

YKT Pontianak 32
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

f. Hal-hal lain yang meliputi :


- Ketahanan atau kemampuan mekanik (mecanical life)
- Batas kemampuan tegangan isolasi : Ei dalam satuan Volt
- Ambient temperature dalam °C maksimum dan °C minimum
- Storage temperature dalam °C maksimum dan °C minimum
- Kondisi cuaca (climatic conditions).

4. KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN KONTAKTOR


Keuntungan penggunaan kontaktor magnet sebagai pengganti peralatan
kontrol yang dioperasikan secara manual antara lain yaitu :
- Kontaktor memungkinkan operasi majemuk dilaksanakan dari satu operator
(satu lokasi) dan diinterlocked untuk mencegah kesalahan dan bahaya
operasi.
- Pengoperasian yang harus diulang beberapa kali dalam satu jam, dapat
digunakan kontaktor untuk menghemat usaha.
- Operator dengan mudah menekan tombol dan kontaktor akan memulai
urutan event yang benar secara otomatis.
- Kontaktor dapat dikontrol secara otomatis dengan alat pilot atau sensor yang
sangat peka.
- Tegangan yang tinggi dapat diatasi oleh kontaktor dan menjauhkan
seluruhnya dari operator, sehingga meningkatkan keselamatan instalasi.
- Dengan menggunakan kontaktor peralatan kontrol dapat dipasangkan pada
titik-titik yang jauh. Satu-satunya ruang yang diperlukan dekat mesin adalah
ruangan untuk tombol tekan.
- Dengan kontaktor magnet, kontrol otomatis dan semi otomatis
memungkinkan dilakukan dengan peralatan seperti kontrol logika yang
dapat diprogram seperti Programmable Logic Controller (PLC).
- Momen kontak lebih cepat.
- Jika saklar putus sementara kontaktor dalam keadaan bekerja, maka
kontaktor akan lepas dengan sendirinya. Kontaktor tidak akan bekerja lagi
walaupun sakelar induk telah disambung kembali sebelum tombol start
ditekan lagi.

YKT Pontianak 33
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Sedangkan kelemahannya menggunakan kontaktor magnet ialah :


- Pada penangan arus besar atau tegangan tinggi, sulit untuk membangun alat
manual yang cocok. Lebih dari itu, alat seperti itu besar dan sulit
mengoperasikannya
- Mahal harganya.
- Perawatannya cukup sukar.
- Tidak seperti sakelar mekanis, dalam merakit dan menggunakan kontaktor
harus dipahami rangkaian pengendali (control) dan rangkaian utama.
Rangkaian pengendali ialah rangkaian yang hanya menggambarkan
bekerjanya kontaktor dengan kontak-kontak bantunya. Sedangkan rangkaian
utama ialah rangkaian yang khusus memberikan hubungan beban dengan
sumber listrik (jaIa-jala) 1 fasa atau 3 fasa. Bila kedua rangkaian itu
dipadukan akan menjadi rangkaian pengawatan (wiring diagram).

B. OVERLOAD RELAY
Untuk membatasi besarnya arus utama, maka pada rangkaian kontrol
dilengkapi dengan alat pemutus arus sebagai pengaman beban lebih yang dikenal
dengan overload relay. Berdasarkan prinsip kerjanya, dikenal beberapa pengaman
beban lebih antara lain yaitu :
- Melting alloy overload relay
- Thermal overload relay atau bimetal strip overload relay
- Secondary current overload relay.
1. MELTING ALLOY OVERLOAD RELAY
Melting alloy overload relay adalah relay yang dapat memutuskan kontak
berdasarkan adanya bahan kontak yang meleleh (welding). Bila arus yang
mengalir pada rangkaian utama cukup besar, maka bahan campuran (alloy)
tersebut akan meleleh atau mencair karena panas akibat arus yang cukup besar.
Dengan mencairnya bahan campuran (alloy) tersebut akan memutuskan kontak.
Selanjutnya kontak dapat dikembalikan pada kedudukan semula bila bahan
campuran (alloy) tersebut telah dingin atau mengeras kembali.
Pemutus dengan sistem pencairan bahan campuran (melting alloy)
biasanya digunakan untuk kapasitas daya tertentu. Jika ingin merubah setelan

YKT Pontianak 34
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

arus pengaman (tripping current) cukup dengan mengganti komponen bahan


campuran (melting alloy). Untuk jelasnya bentuk melting alloy overload relay
dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut ini.

Gambar 2.6 Bentuk melting alloy overload relay

2. THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR)


Thermal overload relay (TOR) adalah peralatan pengaman beban lebih
yang peka terhadap suhu dan akan membuka atau menutup kontaktor pada saat
suhu yang terjadi melebihi batas yang ditentukan yang berfungsi untuk
memutuskan jaringan listrik jika terjadi beban lebih.
Kontaktor magnet yang diperdagangkan ada yang hanya kontaktor saja
dan ada juga yang dilengkapi dengan alat pengaman beban lebih. Alat
pengaman motor terhadap beban lebih yang biasa digandeng dengan kontaktor
magnet tersebut adalah Thermal Overload Relay (TOR). Relay ini
dihubungkan dengan kontaktor pada kontak utama 2, 4 dan 6 sebelum ke
beban (motor listrik). Fungsinya untuk mengamankan motor atau memberi
perlindungan kepada motor dari kerusakan akibat beban lebih. Beberapa
penyebab terjadinya beban lebih antara lain:
- Terlalu besarnya beban mekanik dari motor
- Arus start yang terlalu besar atau motor berhenti secara mendadak
- Terjadinya hubung singkat

YKT Pontianak 35
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

- Terbukanya salah satu fasa dari motor 3 fasa.


Arus yang terlalu besar yang timbul akibat beban motor yang
terlalu besar akan mengalir pada belitan motor yang dapat menyebabkan
kerusakan dan terbakarnya belitan motor. Untuk menghindari hal itu
dipasanglah thermal overload relay pada peralatan kontrolnya.
Disamping sebagai pengaman beban lebih, TOR juga mempunyai tingkat
proteksi yang lebih efektif dan ekonomis untuk :
- Melindungi dari ketidakseimbangan phasa (phase failure imbalance)
- Melindungi dari kerugian (kehilangan) tegangan phasa (phase loss).
Bentuk fisik dari thermal overload relay (TOR) dan simbol
penggambarannya dapat dilihat pada gambar 2.7 dan gambar 2.8 berikut ini.

Gambar 2.7 Bentuk fisik TOR

Gambar 2.8 Simbol penggambaran TOR

YKT Pontianak 36
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Perlengkapan lain dari TOR ialah tombol reset (reset button) yang
fungsinya untuk mengembalikan kedudukan kontak 95-96 pada posisi
semula (menghubung dalam keadaan normal). Setelah reset ditekan maka
kontak 95 - 96 yang semula membuka akibat beban lebih akan kembali
menutup. Dismping reset button bagian-bagian lainnya dari TOR ialah
pengatur batas arus (amp setting range), terminal input (L1, L3, L5), terminal
output (T1, T2, T3), manual test, manual or automatic reset, trip indication
light, tripping contact (95, 96), signaling contact (97, 98), seperti yang terlihat
pada gambar 2.9 berikut ini.

Gambar 2.9 Bagian-bagian TOR

Secara garis besar karakteristik dari TOR dapat disimpulkan sbb :


- Terdapat konektor yang berhubungan langsung dengan terminal kontaktor
magnit.
- Full automatic function, Manual reset, dan memiliki pengaturan batas arus
yang dikehendaki untuk digunakan.
- Tombol trip dan tombol reset trip, dan semua sekerup terminal berada di
bagian depan.
- Terdapat indikator trip berupa lampu LED.
- Mampu bekerja pada suhu -25°C hingga +55°C atau -13°F hingga +131°F.

YKT Pontianak 37
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Prinsip kerja TOR berdasarkan panas (temperatur) yang


ditimbulkan oleh arus yang mengalir melalui dua logam yang berbeda jenis
atau yang disebut dengan bimetal. Oleh karena bekerjanya TOR berdasarkan
pelengkungan bimetal maka TOR disebut juga dengan Bimetal Strip
Overload Relay. Dari sifat pelengkungan bimetal akibat panas yang
ditimbulkan, bimetal akan menggerakkan kontak-kontak mekanis pemutus
dan penghubung rangkaian listrik (kontak 95 - 96 membuka dan kontak
97 – 98 menutup).

Gambar 2.10 Cara kerja TOR

3. SECONDARY CURRENT OVERLOAD RELAY


Untuk pengamanan beban lebih terhadap pemakaian arus yang cukup
besar (misalnya 100 A ke atas) tidak mungkin digunakan pengaman beban lebih
seperti kedua jenis pengaman beban lebih yang telah dijelaskan di atas, untuk
itulah digunakan secondary overload relay. Arus beban yang besar tidak
langsung melewati relay ini tetapi melalui sebuah trafo arus (current
transformator). Trafo arus ini berfungsi untuk menurunkan arus sesuai dengan
besarnya arus untuk menggerakkan relay (biasanya sekitar 5 A).
Pada gambar 2.11 di bawah ini ditunjukkan bentuk secondary overload
relay dari brown bovery.

YKT Pontianak 38
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 2.11 Overload Relay dari Brown Bovery

C. RELAY PENUNDA WANTU (TIME DELAY RELAY)


Relay penunda waktu atau yang lebih dikenal time delay relay (TDR) banyak
digunakan dalam instalasi motor listrik terutama instalasi yang membutuhkan
pengaturan waktu secara otomatis. Peralatan kontrol ini dapat dikombinasikan
dengan peralatan kontrol lain, seperti kontaktor magnet (Magnetic Contactor),
Thermal Overload Relay (TOR) dan lain-lain. Fungsi dari relay penunda waktu
adalah sebagai pengatur waktu bagi peralatan yang dikendalikannya. Relay
penunda waktu ini dimaksudkan untuk mangatur waktu hidup atau mati dari
kontaktor magnet, seperti untuk merubah sistem bintang ke segitiga dalam delay
waktu tertentu, untuk mengontrol pengereman motor (breaking time) dsb. Ditinjau
dari cara kerjanya relay penunda waktu terdiri dari tiga macam yaitu :
- Relay penunda waktu pneumatik (pneumatic timing relay)
- Relay penunda waktu elektrik (motor driven)
- Relay penunda waktu elektronik (menggunakan rangkaian elektronik)

1. RELAY PENUNDA WAKTU PNEUMATIK (Pneumatic Timing Relay)


Cara kerja relay penunda waktu ini berdasarkan tekanan udara pada balon
karet (bulb). Pengaturan waktu diperoleh dengan cara memutar sekerup pengatur
udara (katup jarum). Besarnya bukaan dan tutupan katup menentukan lamanya
waktu menutup atau membukanya kontak. Tekanan udara pada katup diperoleh

YKT Pontianak 39
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

pada saat kumparan dialiri arus listrik. Kumparan magnet ini akan menarik tuas
yang ada di dalam silinder dan langsung memompa udara pada balon karet.
Sistem pemompaan udara padabalon karet ini tergantung pada rencana
pemasangan relay, apakah relay direncanakan untuk delay On atau delay Off
yang sesuai dengan fungsi relay tersebut. Kumparan magnetnya ada yang
dioperasikan dengan listrik AC dan ada juga yang menggunakan listrik DC. Jadi
relay ini tidak semata-mata digerakan oleh pneumatik tetapi juga menggunakan
arus listrik sebagai pembangkit magnet. Untuk itu dalam pemakaiannya perlu
diperhatikan jenis tegangan dan besar tegangan yang digunakan, serta
kemampuan nominal beban yang diijinkan untuk relay ini. Gambar berikut ini
menunjukkan bentuk pneumatic timing relay type AO dengan pengoperasian
tegangan AC dari Square D.

Gambar 2.12 Bentuk Pneumatic Timing Relay dari Square D

Sedangkan konstruksi dan bagian-bagian dari pneumatic timing relay dapat


dilihat pada gambar 2.13 berikut ini.

YKT Pontianak 40
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 2.13 Konstruksi dan bagian-bagian pneumatic timing relay

2. RELAY PENUNDA WAKTU ELEKTRIK (Motor Driven)


Relay ini bekerja beradasrkan prinsip induksi motor listrik, yang
bekerjanya atas dasar pengaturan waktu putaran motor. Bila motor diberi
sumber tegangan arus bolak-balik maka rotomya akan berputar dan memutar
piringan dengan perantaraan roda gigi. Roda piringan itu diberi tuas yang
dapat menekan micro switch sehingga kontak-kontak dari micro switch akan
membuka dan menutup. Bila daya yang diberikan terputus, maka pegas akan
menarik kembali piringan itu pada kedudukan semula dan kontak-kontak
micro switch akan kembali pada kedudukan semula. Pengaturan waktu dari
relay ini adalah dengan cara mengatur posisi tuas atau jarak lengan dengan

YKT Pontianak 41
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

micro switch. Untuk jelasnya konstruksi dasar dari relay penunda waktu
elektrik ini dapat dilihat pada gambar 2.13. Sedangkan bentuk nyatanya seperti
terlihat pada gambar 2.14 berikut ini.

Gambar 2.13 Konstruksi relay penunda waktu elektrik

Gambar 2.14 Bentuk motor driven timing delay relay

YKT Pontianak 42
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

3. RELAY PENUNDA WAKTU ELEKTRONIK


Relay penunda waktu yang menggunakan sistem elektronik, terdiri dari
rangkaian R dan C yang dihubungkan seri atau paralel. Bila tegangan sinyal
telah mengisi penuh kapasitor, maka relay akan terhubung. Lamanya waktu
tunda diatur berdasarkan besarnya pengisisan kapasitor. Bagian input TDR
elektronik biasanya dinyatakan sebagai kumparan dan bagian outputnya sebagai
kontak NO atau NC. Pada umumnya TDR elektronik memiliki 8 buah kaki yang
2 diantaranya merupakan kaki koil sebagai contoh pada gambar yaitu kaki 2 dan
7, sedangkan kaki yang lain akan berpasangan NO dan NC, kaki 1 akan NC
dengan kaki 4 dan NO dengan kaki 3. Sedangkan kaki 8 akan NC dengan kaki 5
dan NO dengan kaki 6. Kaki kaki tersebut akan berbeda tergantung dari jenis
relaynya (lihat gambar 2.15).

Gambar 2.15 Kontak-kontak dan simbol TDR elektronik

Sebagaimana yang telah diterangkan diatas, TDR elektronik juga


mempunyai kontak NO dan NC. Kontak NO dan NC pada TDR elektronik akan
bekerja ketika TDR diberi ketetapan waktunya, ketetapan waktu ini dapat kita
tentukan pada potensiometer yang terletak di atas permukaannya (lihat gambar
2.16). Misalnya ketika kita telah menetapkan 10 detik, maka kontak NO dan NC
akan bekerja 10 detik setelah kita menghubungkan TDR dengan sumber listrik.

YKT Pontianak 43
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 2.16 Bentuk TDR Elektronik

Gambar 2.17 Bentuk Socket Kaki TDR Elektronik

4. DIAGRAM KONTAK RELAY PENUNDA WAKTU


Semua bentuk dan type relay penunda waktu yang telah dibicarakan di
atas pada dasarnya ditinjau dari segi pemakaiannya hanya terdapat dua jenis
penundaan waktu yaitu :

YKT Pontianak 44
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

a. Relay penunda waktu ON (Delay ON)


Delay ON adalah suatu TDR yang dihubungkan secara langsung ke
kontaktor magnet (jadi satu dengan kontaktor magnet) yang akan bekerja
atau kontak-kontak NO akan menutup (ON), jika kontaktor magnet telah
bekerja (ON). Simbol rangkaiannya digambarkan seperti di bawah ini :

Gambar 2.17 Simbol rangkaian delay ON

b. Relay penunda waktu OFF (Delay OFF)


Delay OFF adalah suatu TDR yang dihubungkan secara langsung ke
kontaktor magnet (jadi satu dengan kontaktor magnet) yang akan berkerja
atau kontak-kontak NC akan membuka (OFF), jika kontaktor magnet telah
bekerja (ON). Simbol rangkaiannya digambarkan seperti di bawah ini.

Gambar 2.18 Simbol rangkaian delay OFF

YKT Pontianak 45
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

BAB III
KOMPONEN-KOMPONEN PENDUKUNG

A. TOMBOL TEKAN (PUSH BUTTON)


Tombol tekan atau yang dikenal push button merupakan bentuk saklar tekan
yang sering digunakan dalam rangkaian kontrol elektromagnetik dan mempunyai
fungsi sama dengan saklar-saklar lain pada umumnya, tetapi memiliki perbedaan
dalam penguncian. Tombol tekan dibedakan menjadi tiga macam yaitu tombol
tekan tunggal (on-off), tombol tekan ganda (double) dan tombol tekan pengunci.
Bentuk dari tombol tekan dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini.

Gambar 3.1 Bentuk tombol tekan

1. TOMBOL TEKAN TUNGGAL (ON-OFF)


Tombol tekan tunggal umumnya terdiri dari :
a. Tombol Start (On)
Tombol start (On) biasanya berwarna hijau, dengan notasi 3-4 dan
berjenis NO (Normally Open), dalam arti pada kondisi awal kontak dalam
keadaan terbuka (Off), sedangkan pada saat ditekan kontak dalam keaadaan

YKT Pontianak 46
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

tertutup (On). Tombol ini biasanya digunakan untuk menjalankan motor


listrik.

Gambar 3.2 Tombol Start (On)

b. Tombol Stop (Off)


Tombol stop (Off) biasanya berwarna merah, dengan notasi 1-2 dan
berjenis NC (normally Close), dalam arti pada kondisi awal kontak dalam
keadaan tertutup (On), sedangkan pada saat ditekan kontak dalam keadaan
terbuka (Off). Tombol ini biasanya digunakan untuk menghentikan motor
listrik.

Gambar 3.3 Tombol Stop (Off)

2. TOMBOL TEKAN GANDA (DOUBLE)


Tombol ini umumnya memiliki variasi warna yang banyak dan merupakan
gabungan dari tombol tekan tunggal (On-Off). Memiliki kontruksi ganda yaitu
NC (normally close) dan NO (normally open). Pada saat belum ditekan kontak
NC tertutup NO terbuka, sedangkan pada saat ditekan kontak NC terbuka dan
kontak NO tertutup. Tombol ini bisa digunakan sebagai tombol On untuk
menjalankan motor listrik, bisa juga digunakan sebagai tombol Off untuk
menghentikan motor listrik.

Gambar 3.4 Tombol tekan ganda (double)

YKT Pontianak 47
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

3. TOMBOL TEKAN PENGUNCI


Tombol tekan ini sama halnya seperti tombol start (On), tetapi dilengkapi
dengan tuas pengunci. Sehingga jika ditekan kontak akan menutup (On) dan
apabila dilepas kontak tetap menutup (On), karena telah mengunci. Tetapi jika
ditekan untuk kedua kalinya kontak akan membuka (Off).

Gambar 3.5 Tombol Start (On) Pengunci

B. MINIATUR CIRCUIT BREAKER (MCB)


MCB merupakan salah satu pengaman baik pada rangkaian kontrol maupun
rangkaian utama. MCB memiliki fungsi sebagai pengaman beban atau pembatas
daya yang terpakai oleh beban, sehingga apabila daya yang digunakan pada system
tersebut melebihinya (P = V.I Cos Φ) maka akan terjadi trip (jawa “ njeglek”) pada
tuas MCB tersebut dan akan memutuskan rangkaian.. MCB juga berfungsi sebagai
pengaman kesalahan rangkaian, sehingga apabila terjadi hubung singkat (short
circuit) atau konsleting, maka MCB juga akan trip. Hubungan singkat tersebut
terjadi apabila antara kabel penghantar line (phasa) terhubung langsung dengan
kabel penghantar neutral (nol) dan juga kabel pentanahan (ground). Dalam
memasang instalasi kontrol motor-motor listrik selalu dibutuhkan adanya pengaman
rangkaian kontrol dengan menggunakan MCB jenis 1 fasa, yaitu MCB yang
digunakan sebagai pengaman pada jaringan 1 fasa yang dihubungkan pada kabel
penghantar line (phasa). Sedangkan pengaman untuk rangkaian utama dapat
menggunakan MCB jenis 3 fasa, yaitu MCB yang digunakan sebagai pengaman
pada jaringan 3 fasa yang dihubungkan pada kabel penghantar line (phasa R, S dan
T) sehingga dalam suatu panel yang digunakan untuk mengontrol motor-motor
listrik minimal terdapat dua MCB yaitu 1 buah MCB 1 fasa dan 1 buah MCB 3
fasa. Disamping MCB 1 fasa dan MCB 3 fasa juga ada MCB 2 fasa, yang
digunakan sebagai pengaman jaringan 1 fasa yang dihubungkan pada kedua kabel
penghantarnya (phasa dan nol). Bentuk dari MCB dapat dilihat pada gambar 3.6.

YKT Pontianak 48
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 3.6 Bentuk MCB 1 fasa, 2 fasa dan 3 fasa

C. SAKALAR PUTAR (CAM SWITCH)


Sakalar putar atau yang sering disebut cam switch adalah sebuah saklar daya
yang pengoperasiannya dengan cara memutar handle (knop) pada posisi yang
dikehendaki. Saklar putar umumnya berbentuk bulat yang tersusun dari beberapa
lapis elemen (rumah kontak). Setiap elemen terdiri dari dua buah kontak, empat
buah terminal kontak dan sebuah cam (nok). Menutup dan membukanya kontak-
kontak dilakukan oleh cam yang ditempatkan pada poros yang terletak pada setiap
elemen (rumah kontak).
Pada dasarnya sebuah saklar putar (cam switch) terdiri dari komponen-
komponen utama yaitu :
- Handle pengatur posisi (knop)
- Plat penunjuk posisi
- Elemen-elemen kontak (rumah kontak)
- Terminal-terminal kontak
- Roller (ball)
- Cam (nok)
- Poros pemutar
- Baut penahan

YKT Pontianak 49
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Untuk jelasnya macam-macam bentuk saklar putar dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

Gambar 3.7 Macam-macam saklar putar

Gambar 3.8 Cam switch bentuk kotak

YKT Pontianak 50
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Poros pemutar merupakan tuas yang berbentuk batangan persegi empat yang
pada ujungnya terdapat handle (knop) yang digunakan untuk memilih posisi cam
pada plat penunjuk posisi yang dikehendaki. Sedangkan plat penunjuk posisi terbuat
dari plat aluminium atau ebonit. Jarak antara posisi satu dengan posisi lainnya sudah
diatur sedemikian rupa sehingga terdapat pergeseran yang umum, misalnya 30°, 45°,
60° dan 90°. Elemen (rumah kontak) berbentuk bulat atau persegi tergantung dari
pabrik pembuatnya. Pada setiap rumah kontak terdapat kontak-kontak yang tetap
dan kontak-kontak tersebut akan terhubung (On) atau terputus (Off) oleh setiap
gerakan cam melalui tuas pemutar. Tiap-tiap lapis elemen (rumah kontak) disatukan
dengan baut pengikat dan jika dikehendaki penambahan kontak-kontak dapatlah
ditambahkan elemen (rumah kontak) berikutnya. Posisi kontak-kontak pada elemen
(rumah kontak) pertama tidak harus sama dengan posisi kontak-kontak pada elemen
(rumah kontak) berikutnya, hal itu tergantung pada perencanaan cam (nok).

Gambar 3.9 Bentuk rumah kontak dan tuas pemutar saklar putar

Semua jenis saklar putar yang diperdagangkan dilengkapi dengan lembar


petunjuk pemakaian. Biasanya isi dari lembar petunujuk menjelaskan beberapa hal
yang menyangkut pemakaiannya seperti :
- Diagram kontak
- Diagram sambungan

YKT Pontianak 51
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

- Plat posisi
- Data-data teknik.
Diagram kontak berfungsi untuk menunjukkan keadaan setiap kontak apakah
terbuka (Off) atau tertutup (On) pada setiap pergeseran posisi yang ditunjukkan
pada plat posisi. Dengan adanya diagram kontak si pemakai dapat dengan mudah
menganalisa setiap hubungan kontak yang diperlukan dengan benar. Tetapi jika
diagram kontak tidak ada si pemakai dapat melakukan pemeriksaan untuk setiap
kontak pada setiap posisi dengan menggunakan multitester. Terdapat beberapa
model diagram kontak yang kita kenal seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.10.

Gambar 3.10 Model diagram kontak

D. SAKLAR APUNG (FLOAT SWITCH)


Saklar apung banyak digunakan untuk mendeteksi batas-batas ketinggian
suatu permukaan zat cair. Saklar ini didesain untuk memberikan pengendalian
secara otomatis pada motor-motor pompa. Kontak-kontak dari saklar apung ini
tidak langsung memutuskan atau menghubungkan sumber listrik dari terminal
motor, melainkan harus melalui kontaktor magnet yang telah didesain untuk itu.
Pengoperasian saklar apung dikendalikan oleh gerakan naik/turun dari
pelampung yang dipasang dalam suatu tangki air. Bentuk dan konstruksi saklar
apung banyak sekali jenisnya tergantung dari pabrik pembuatnya, sebagai contoh
berikut ini ditunjukkan bentuk dan jenis-jenis dari saklar apung.

YKT Pontianak 52
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 3.11 Float switch dengan batang pelampung

Gambar 3.12 Float switch dengan sensor

Diagram pengawatan dari float switch yang kontak-kontanya dioperasikan oleh


sensor dapat dilihat pada gambar 3.13 berikut ini.

YKT Pontianak 53
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 3.13 Wiring diagram float switch dengan sensor

E. SAKLAR ALIRAN (FLOW SWITCH)


Saklar aliran dipasang pada pipa yang mengalirkan zat cair. Besarnya aliran
dalam pipa dideteksi oleh bagian yang disebut paddle (dayung). Dengan demikian
akan menutup dan membuka kontak sesuai dengan desain yang dikehendaki. Dalam
penggunaannya, saklar aliran banyak dijumpai dalam industri kimia dan bahan
bakar minyak (petroleum). Untuk itu bahan pembuatan kontak-kontaknya harus
tahan terhadap penguapan (vaporproof), termasuk juga bahan isolasi kabel pada
saklar ini harus mampu menahan temperatur tinggi yang diakibatkan cairan dalam
pipa. Untuk jelasnya konstruksi saklar aliran dan pemasangannya dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

YKT Pontianak 54
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 3.14 Konstruksi flow switch

Gambar 3.15 Pemasangan dan bagian-bagian flow switch

YKT Pontianak 55
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

F. SAKLAR BATAS (LIMIT SWITCH)


Saklar batas diperlukan untuk pengoperasian mesin secara otomatis yang
menggunakan kontak-kontak yang diaktifkan oleh gerakan mesin. Pemasangan
saklar-saklar batas harus tepat dan reliable serta dapat memberikan respon yang
cepat dengan memperhatikan faktor-faktor kepresisian seperti ukuran, gaya
gerakan, tumbukan/sentuhan dan batas operasi mekanik dari mesin yang telah
ditentukan. Saklar-saklar batas biasanya digunakan sebagai pemandu (pilot devices)
dalam suatu rangkaian kontrol elektromagnetik untuk start, stop dan pembalikan
arah putaran motor listrik. Disamping itu dapat juga digunakan untuk operasi-
operasi yang tetap dan teratur, atau untuk operasi darurat (emergency) sesuai
dengan desain operasi dari mesin. Untuk jelasnya bentuk dan bagian-bagian saklar
batas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.16 Macam-macam bentuk limit switch

YKT Pontianak 56
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 3.17 Bagian-bagian limit switch

G. SAKLAR TEKANAN (PRESSURE SWITCH)


Saklar ini bekerjanya berdasarkan tekanan, baik tekanan zat zair (hidrolik)
maupun tekanan udara (pneumatik). Sehingga saklar ini dapat mencakup
bermacam-macam kontrol yang diperlukan pada sistem pneumatik atau hidrolik
mesin, seperti peralatan untuk mengelas, sistem pelumasan tekanan tinggi, motor
penggerak pompa air, motor penggerak kompresor udara dan sebagainya.

Gambar 3.18 Bagian-bagian pressure switch type diafragma

YKT Pontianak 57
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Ukuran tekanan yang dikontrol oleh saklar ini sangat luas, sebagai contoh saklar
tekanan type diafragma dapat digunakan untuk sistem kontrol yang membutuhkan
respon yang peka pada tekanan kecil atau rendah. Sedangkan saklar tekanan type
bellow (hembusan) digunakan untuk mengontrol tekanan hingga 2000 psi.

Gambar 3.19 Bentuk pressure switch type diafragma

H. SAKLAR THERMIS (THERMO SWITCH)


Saklar thermis didesain untuk kelengkapan pengendalian otomatis untuk
peralatan pengatur temperatur. Pada umumnya pengendalian temperatur lebih
memperhatikan pengaturan temperatur zat cair daripada gas atau udara, hal ini
akibat dari konduktivitas bulb zat cair relatif lebih besar dibandingkan dengan
konduktivitas bulb gas atau udara. Sehingga jika temperatur gas atau udara yang
dikontrol, sensitivitas sensornya berkurang dan perbedaan antara titik On dan Off
menjadi lebar.

YKT Pontianak 58
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 3.20 Thermo switch keramik 250V/5A, 110°C, NO

Gambar 3.21 Thermostat chip

Gambar 3.22 Thermo switch ulir

YKT Pontianak 59
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

BAB IV
PENGOPERASIAN MOTOR LISTRIK MENGGUNAKAN
KONTAKTOR MAGNET

A. INSTALASI MOTOR LISTRIK


Motor listrik adalah alat penggerak mesin-mesin yang paling banyak
digunakan di industri. Untuk menjalankan motor listrik ini perlu peralatan dan
pengamanan. Kegiatan merakit, memasang, mengoperasikan, dan
mengamankan motor listrik hingga motor listrik itu dapat bekerja sesuai dengan
tujuan disebut pengendalian (pengontrolan). Pengontrolan motor listrik menurut
fungsinya terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pengontrolan saat mulai jalan
(starting), pengontrolan saat motor jalan seperti pengaturan kecepatan dan
pembalikan arah putaran dan pengontrolan saat pemberhentian (stoping).
Adapun dilihat dari penggunaan alat kontrolnya, pengontrolan dapat
dibagi menjadi pengontrolan manual (manual control), yaitu pengontrolan
dengan tangan, pengontrolan semi otomatis dan pengontrolan secara otomatis
Yang dimaksud pengontrolan dengan tangan artinya motor dijalankan dan
diberhentikan dengan menggunakan alat kontrol manual berupa sakelar
Sakelar ini dihubungkan dan diputuskan dengan tangan tidak menggunakan
alat bantu yang lain. Penempatan sakelar mekanis biasanya pada
peralatan tersebut. Pengaman pada pengontrolan ini hanya menggunakan
pengaman leur dan pengaman beban lebih.
Pengontrolan secara semi otomatis ialah menggunakan kontaktor
magnet tombol tekan (push botton) yang dilengkapi dengan pengaman.
Dengan pengontrolan ini penyaluran tenaga listrik ke motor-motor meialui
kontaktor magnet. Dengan demikian operator dapat mengoperasikan motor dari
termpat yang terpisah dari mesin-mesinnya. Pengontrolan semi otomatis
dapat dikembangkan menjadi otomatis dengan menambah alat-alat kontrol
otomatis, berupa saklar apung (float switch), sakelar tekanan (pressure
switch), saklar batas (limit switch), sakelar termis, relay penunda waktu
(TDR) dan sebagainya.

YKT Pontianak 60
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

(a) Pengontrolan dengan tangan (b) pengontrolan semi otomatis

Gambar 4.1 Pengontrolan Motor Listrik

B. PENGOPERASIAN MOTOR 1 FASA DENGAN KONTAKTOR MAGNET


Dalam mengoperasikan motor 1 fasa dengan kendali elektromagnetik,
diperlukan kontaktor magnet, MCB, dan tombol tekan ON/ OFF untuk alat
kontrolnya. Dengan kontaktor magnet, motor 1 fasa jenis split phasa dapat
dijalankan dari jarak jauh, kontaktor dapat diletakkan pada tempat yang jauh dari
operator. Sedangkan operator hanya mengendalikan tombol start (on) untuk
menjalankan dan tombol stop (off) untuk menghentikan. Dengan demikian operator
dapat bekerja ditempat yang aman.
Berdasarkan rangkaian kontrol dan rangkaian utama gambar 4.2, terlihat
kontak-kontak kontaktor magnet dipakai sesuai keperluannya. Pada rangkaian
kontrol, fasa dihubungkan ke MCB 1 fase, kemudian melalui tombol stop (off),
menuju ke tombol start (on), yang kemudian menuju coil kontaktor magnet dan
berakhir di netral, karena tombol start (on) yang digunakan merupakan tombol
tekan, maka diperlukan kontak bantu NO (normally open) dari kontaktor magnet
sebagai pengunci yang dihubungkan pararel dengan tombol start (on) tersebut.

YKT Pontianak 61
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Sedangkan pada rangkaian utama, aliran arus listrinya dari Fasa melalui MCB
menuju ke kontak utama dari kontaktor magnet, dan dari kontak utama menuju
motor 1 fasa. Salah satu masukan kontak utama pada kontaktor magnet
dihubungkan ke sumber netral dan keluarannya dihubungkan ke motor 1 fasa.

Gambar 4.2 Pengoperasian motor 1 fasa dengan kontaktor magnet

C. PENGOPERASIAN MOTOR 3 FASA


1. Pengoperasian Motor 3 Fasa Dengan 1 Kontakator Magnet
Untuk mengoperasikan motor 3 fasa dengan menggunakan
sebuah kontaktor magnet dapat digambarkan sepert i pada gambar 4.3
di bawah ini yang cara kerjanya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bila tombol start (on) ditekan maka arus sumber listrik Phasa akan
mengalir lewat MCB, tombol stop (off) dan TOR menuju kumparan
kontaktor kembali ke sumber listrik Netral, maka kontaktor bekerja.
Kontak bantu 13-14 akan berfungsi sebagai pengunci, sehingga

YKT Pontianak 62
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

walaupun tombol start (on) dilepas kumparan kontaktor akan tetap


mendapat aliran lewat kontak bantu 13-14. Selanjutnya motor akan
mendapat aliran listrik lewat kontak utama 1-2, 3-4 dan 5-6, sehingga
motor akan berputar. Sedangkan bila ingin menghent ikan putaran
motor cukup menekan tombol stop (off), maka aliran listrik ke
kumparan kontaktor akan terputus dan kontak-kontak akan kembali
pada posisi semula.

Gambar 4.3 Pengoperasian motor 3 fasa dengan 1 kontaktor

Cara keja rangkian pada gambar 4.3 tersebut dapat dirangkum


sepert i tertuang dalam tabel berikut ini.

YKT Pontianak 63
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Tombol Kontaktor Motor Lampu Keterangan


Start (On) K1 (ON) M-1 bekerja Hijau (L2) menyala
Stop (Off) K1 (OFF) M-1 berhenti Merah (L1) menyala
Trip # K1 (OFF) M-1 berhenti Merah (L1) menyala

2. Pengoperasian Motor 3 Fasa Dari 3 Tempat Dengan Kontaktor


Magnet
Dalam prakteknya sepert i di industri (pabrik) adakalanya
diperlukan pengendalian motor listrik yang dapat dilakukan dar i
beberapa tempat. Hal tersebut untuk memudahkan operator dalam
menjalankan dan menghent ikan motor listrik dari tempat-tempat
tertentu yang diinginkan.

Gambar 4.4 Pengoperasaian motor 3 fasa dari 3 tempat

YKT Pontianak 64
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Untuk mengendalikan motor listrik dari beberapa tempat dapat


dilakukan dengan cara menghubungkan tombol stop (off) secara serie
dan menghubungkan tombol start (on) secara paralel. Sehingga set iap
tombol start (on) ditekan dari tempat mana saja kumparan kontaktor
akan mendapat aliran listrik dan bila tombol stop (off) ditekan dari
tempat mana saja akan memutus aliran listrik ke kumparan kontaktor.
Gambar 4.4 di atas merupakan rangkaian utama dan rangkaian
kontrol pengoperasian motor 3 fasa dari 3 tempat. Selanjutnya
rangkaian ini dapat dikembangkan lagi menjadi rangkaian
pengoperasian motor 3 fasa dari beberapa tempat, misalnya 4 tempat,
5 tempat dan seterusnya. Cara kerja dari rangkaian tersebut dapat
dijelaskan sepert i yang terangkum dalam tabel berikut ini.
Tombol Kontaktor Motor Lampu Keterangan
Start (On) 1 K1 (ON) M-1 bekerja Hijau menyala Dapat
Stop (Off) 1 K1 (OFF) M-1 berhenti Kuning menyala dioperasikan
Start (On) 2 K1 (ON) M-1 bekerja Hijau menyala (dijalankan/di
Stop (Off) 2 K1 (OFF) M-1 berhenti Kuning berhenti matikan) dari
Start (On) 3 K1 (ON) M-1 bekerja Hijau menyala mana saja
Stop (Off) 3 K1 (OFF) M-1 berhenti Kuning menyala
Trip # K1 (OFF) M-1 berhenti Merah menyala

3. Pengoperasian Motor 3 Fasa Start Bintang Segitiga Dengan 3


Buah Kontaktor Magnet
Untuk mengoperasikan motor 3 fasa starting bintang segit iga
dengan menggunakan kontaktor magnet minimal diperlukan 2 buah
konataktor magnet, tetapi sebaiknya agar lebih aman digunakan 3
buah kontaktor magnet sepert i yang dit unjukkan pada gambar 4.5.
Cara pengoperasiannya dapat dijelaskan sebagai berikut : jika tombol
start (on) untuk bintang ditekan maka kontak bantu 13-14 K1
menutup maka kumparan K1 dan kumparan K3 akan bekerja,
sehingga motor berputar dalam hubungan bintang. Untuk merubah
agar motor berputar dalam hubungan segit iga tombol tekan start (on)

YKT Pontianak 65
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

untuk segit iga harus dit ekan, bersamaan dengan itu kumparan K2
bekerja dan kumparan K3 t idak bekerja karena kontak bantu 21-22
K2 membuka dan kontak bantu 21-22 menutup, sehingga motor
berputar dalam hubungan segit iga. Sementara jika ingin
menghent ikan putaran motor cukup tekan tombol stop (off).
Cara kerja yang telah dijelaskan tersebut di atas dapat
dirangkum seperti yang tetuang dalam tabel berikut ini.
Tombol Kontaktor Motor Lampu Keterangan
K1(ON) M-1 bekerja Untuk tombol
Start Y K2(OFF) dalam Bintang Hijau menyala start segitiga
K3(ON) menggunakan
K1(ON) M-1 bekerja Kuning tombol tekan
Start Δ K2(ON) dalam Segitiga menyala jenis ganda
K3(OFF)
K1(OFF) Hijau, Kuning
Stop K2(OFF) M-1 berhenti padam
K3(OFF)
K1(OFF) Merah
Trip # K2(OFF) M-1 berhenti menyala
K3(OFF)

(a)Diagram utama

YKT Pontianak 66
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

(b)Diagram kontrol

Gambar 4.5 Pengoperasian motor 3 fasa start bintang segit iga

4. Pengoperasian Motor 3 Fasa Starting Bintang Segitiga Secara


Otomatis
Pengoperasian motor 3 fasa starting bintang segit iga secara
otomat is pada dasarnya sama dengan pengoperasian motor 3 fasa
starting bintang segitga dengan menggunakan 3 buah kontaktor
magnet, hanya saja agar perubahan dari hubungan bintang ke segit iga
dapat secara otomat is dilengkapilah dengan sebuah t ime delay relay
(TDR) dan tombol start (on) cukup sebuah saja. Sehingga rangkaian
utamanya sama sepert i pada gambar 4.5(a), sedangkan rangkaian
kontrolnya sepert i ditunjukkan pada gambar 4.6 di bawah ini.

YKT Pontianak 67
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Cara kerja dari rangkaian tersebut dapat dijelaskan sebagai


berikut : jika tombol start (on) ditekan maka kumparan K1 dan K3
akan bekerja dan motor listrik akan berputar dalam hubungan
bint ang, bersamaan dengan itu kumparan TDR mendapat aliran listrik
dan akan bekerja setelah set ingan waktunya telah terpenuhi. Jika
kontak-kontak TDR telah bekerja maka kumparan K3 akan terputus
dan kumparan K2 akan bekerja, sehingga motor berputar dalam
hubungan segit iga.

Diagram Kontrol

Gambar 4.6 Motor 3 fasa start bintang seigit iga secara otomat is

YKT Pontianak 68
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Cara kerja tersebut di atas dapat dirangkum sepert i yang


terlihat pada gambar 4.7 berikut ini.

Gambar 4.7 Cara kerja motor 3 fasa start bintang segit iga otomat is

5. Pengoperasian Motor 3 Fasa Putar Kiri-Kanan Dengan 2 Buah


Kontaktor Magnet
Untuk dapat membalik putaran motor 3 fasa pada dasarnya
dengan cara menukar dua line (phasa) dari tiga line (R, S, T) sumber
listrik 3 fasa. Dalam hal ini diperlukan 2 buah kontaktor magnet yang
bekerja secara bergant ian dan tentu saja dilengkapi dengan 2 buah
tombol start (on) serta 2 buah tombol stop (off), sepert i yang terlihat
pada gambar 4.8 di bawah ini.
Cara kerja dari rangkaian tersebut adalah sebagai berikut : jika
tombol start (on) 1 ditekan maka kumparan K1 akan bekerja dan
motor akan berputar kekiri. Sedangkan jika tombol start (on) 2
ditekan maka kumparan K2 akan bekerja dan motor akan berputar
kekanan. Pada saat motor sedang berputar kekiri, walaupun tombo l
start (on) 2 ditekan motor tidak akan bisa berputar kekanan. Agar
bisa berputar kekanan harus dimat ikan terlebih dahulu dengan
menekan tombol stop (off) 1 sebelum menekan tombol start (on) 2,
begitu juga sebaliknya.

YKT Pontianak 69
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Cara kerja tersebut dapat dirangkum sepert i yang tertuang


dalam tabel berikut ini.
Tombol Kontaktor Motor Lampu Keterangan
K1 (ON), M-1 Putar Hijau menyala Tunggu motor
Start 1
K2 (OFF) Kiri berhenti
K1 (OFF), M-1 berhenti Hijau padam sebelum
Stop 1
K2 (OFF) membalik arah
K1 (OFF), M-1 Putar Kuning putarannya
Start 2
K2 (ON) Kanan menyala
K1 (OFF), M-1 berhenti Kuning padam
Stop 2
K2 (OFF)
K1 (OFF), M-1 berhenti Merah
Trip
K2 (OFF) menyala

(a)Diagram Utama

YKT Pontianak 70
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

(b)Diagram Kontrol

Gambar 4.8 Pengoperasian motor 3 fasa putar kiri-kanan

6. Pengoperasian Motor 3 Fasa Putar Kiri-Kanan Secara Otomatis


Dengan 1 Buah TDR
Agar motor 3 fasa dapat berbalik putaran secara otomat is
selain diperlukan 2 buah kontaktor magnet yang dilengkapi dengan
thermal overload relay (TOR) dan sebuah tombol tekan start (on)
serta sebuah tombol tekan stop (off), juga harus dilengkapi dengan
sebuah t ime delay relay (TDR), sepert i yang terlihat pada gambar
4.9a di bawah ini.
Cara kerja dari rangkaian tersebut adalah sebagai berikut :
pada saat menjalankan motor cukup dengan menekan tombol start
(on) maka kumparan K1 (R) akan bekerja dan motor berputar kekiri.
Setelah beberapa saat (sesuai set ing waktu TDR) kumparan K2 (F)

YKT Pontianak 71
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

akan bekerja, bersamaan dengan itu kumparan K1 (R) terputus dan


motor akan berputar sebaliknya (kekanan).

Gambar 4.9a Rangkain motor 3 fasa putar kiri-kanan dengan 1 TDR

7. Pengoperasian Motor 3 Fase Putar Kiri-Kanan Secara Otomatis


Dengan 2 Buah TDR
Membalik putaran motor 3 fasa berkapasitas kecil secara
otomat is dapat dilakukan seperti pada gambar 4.9a tersebut di atas,
tetapi untuk membalik putaran motor 3 fase yang berkapasit as besar
dengan cara tersebut di atas cukup berbaya karena pada saat putaran
motor ke arah kiri langsung dibalik ke arah kanan, sehingga putaran
motor belum sempat berhent i. Cara yang aman untuk membalik

YKT Pontianak 72
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

putaran motor 3 fase berkapasitas besar selain diperlukan 2 buah


kontaktor magnet yang dilengkapi dengan t hermal overload relay
(TOR) dan sebuah tombol tekan start (on) serta sebuah tombol tekan
stop (off), juga harus dilengkapi dengan 2 buah t ime delay relay
(TDR), seperti yang terlihat pada gambar 4.9b di bawah ini.

(a)Diagram utama

YKT Pontianak 73
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

(b)Diagram kontrol

Gambar 4.9b Rangkaian motor 3 fase putar kiri-kanan dengan 2 TDR

Cara kerja dari rangkaian tersebut adalah sebagai berikut :


pada saat menjalankan motor cukup dengan menekan tombol start (on)
maka kumparan K1 (R) akan bekerja dan motor berputar kekiri.
Setelah beberapa saat (sesuai set ing waktu TDR1) kumparan K1 (R)
terputus dan motor akan berhent i. Setelah beberapa saat untuk
memberi waktu agar putaran motor benar-benar berhent i (sesuai

YKT Pontianak 74
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

set ing waktu TDR2) maka kumparan K2 (F) akan bekerja, bersamaan
dengan itu motor akan berputar sebaliknya (kekanan).

8. Pengoperasian 3 Buah Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan


Manual
Suatu sistem mesin industri (pabrik) yang lebih dari satu
mesin tentu saja juga digerakaan oleh lebih dari satu motor listrik
yang bekerjanya t idak serentak atau sekaligus, melainkan secara
berurutan karena mesin 2 baru bisa bekerja jika mesin 1 telah bekerja
dan mesin 3 baru bekerja jika mesin 2 telah bekerja dan seterusnya.
Pengendalian motor listrik yang bekerja dan berhent i secara
berurutan sepert i itu dapat dilakukan dengan menggunakan kontaktor
magnet. Berikut ini disajikan rangkaian pengoperasian 3 buah motor
3 fasa yang dapat bekerja secara berurutan manual (lihat gambar
4.10). Rangkaian tersebut tidak menutup kemungkinan untuk dapat
dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan jumlah motor listrik
yang akan dikontrol, misalnya untuk 4 atau 5 buah motor listrik dan
seterusnya.
Cara kerja dari rangkaian tersebut dapat dijelaskan sepert i
yang terangkum dalam tabel berikut ini.

Tombol Kontaktor Motor Lampu Keterangan


START 1 K1 (ON),K2 M-1 bekerja Hijau Menjalankan
(OFF),K3 (OFF) menyala nya harus
START2 K1 (ON),K2 M-1, M-2 Hij, Kng berurutan
(ON),K3 (OFF) bekerja menyala
START3 K1 (ON),K2 M-1, M-2, Hij, Kng,
(ON),K3 (ON) M-3 bekerja Mrh menyala
STOP # K1 (OFF),K2 M-1, M-2, Hij, Kng,
(OFF),K3(OFF) M-3 berhenti Mrh padam

YKT Pontianak 75
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

(a)Diagram Utama

YKT Pontianak 76
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

(b)Diagram Kontrol
Gambar 4.10 Motor 3 fasa bekerja secara berurutan manual

9. Pengoperasian 3 Buah Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan


Dengan Interlocking (Simultan)
Pengoperasian 3 buah motor 3 fasa yang bekerja secara
berurutan dengan int erlocking pada dasarnya sama dengan
pengoperasian 3 buah buah motor 3 fasa yang bekerja secara berurtan
manual seperti pada pada gambar 4.10 di atas. Oleh karenanya
rangkaian utama juga sama sepert i gambar 4.10 (a), hanya saja pada
rangkaian kontrolnya perlu ditambahkan sebuah kontaktor magnet
yang dipasang sepert i pada gambar 4.11 di bawah ini.

YKT Pontianak 77
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Diagram Kontrol
Gambar 4.11 Motor 3 fasa secara berurutan dengan interlocking

Cara kerja dari rangkaian tersebut di atas dapat dijelaskan


sepert i terangkum dalam tabel berikut ini.
Tombol Kontaktor Motor Lampu Keterangan
K1 (ON),K2 M-1 bekerja Hijau Menghidupkan
Start 1
(OFF), K3 (OFF) menyala dan
K1 (ON),K2 M-1, M-2 Hijau, Kng mematikannya
Start 2
(ON), K3 (OFF) bekerja menyala harus
K1 (ON), K2 M-1, M-2, Hij, Kng, berurutan
Start 3
(ON), K3 (ON) M-3 bekerja Mrh menyala

YKT Pontianak 78
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

K1 (ON),K2 M-1, M-2 Hijau, Kng


Stop 3
(ON),K3 (OFF) bekerja menyala
K1 (ON),K2 M-1 bekerja Hijau
Stop 2
(OFF),K3 (OFF) menyala
K1 (OFF),K2 M-1, M-2, Hij, Kng,
Stop 1
(OFF),K3 (OFF) M-3berhenti Mrh padam

10. Pengoperasian 3 Buah Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan


Otomatis
Pengoperasian 3 buah motor 3 fasa yang bekerja secara
berurutan otomat is pada dasarnya sama dengan pengoperasian 3 buah
buah motor 3 fasa yang bekerja secara berurtan manual seperti pada
pada gambar 4.10 di atas. Oleh karenanya rangkaian utama juga sama
sepert i gambar 4.10 (a), hanya saja pada rangkaian kontrolnya perlu
dilengkapi dengan 2 buah t ime delay relay (TDR) yang dipasang
sepert i pada gambar 4.12 di bawah ini.
Cara kerja dari rangkain gambar 4.12 tersebut dapat dijelaskan
sepert i yang terangkum dalam tabel berikut ini.

Gambar 4.12 Cara kerja motor 3 fasa secara berurutan otomat is

YKT Pontianak 79
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Diagram Kontrol

Gambar 4.13 Motor 3 fasa bekerja secara berurutan otomat is

11. Pengoperasian 3 Buah Motor 3 Fasa Bekerja Secara Bergantian


Manual
Pengoperasian 3 buah motor 3 fasa bekerja secara bergant ian
adalah apabila salah satu motor telah bekerja, maka motor-motor
yang lain t idak dapat bekerja. Oleh karena jumlah motor 3 fasa yang
dikendalikan sebanyak 3 buah maka rangkaian utamanya sama sepert i
pada gambar 4.10(a), sedangkan rangkaian kontrolnya dapat dilihat
pada gambar 4.14 di bawah ini. Tetapi t idak menutup kemungkianan
untuk dapat dikembangkan lagi misalnya menjadi 4, 5 atau 6 buah
motor 3 fasa dan seterusnya sesuai dengan kebutuhan.

YKT Pontianak 80
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Cara kerja dari rangkaian tersebut dapat dijelaskan sepert i


yang terangkum dalam tabel berikut ini.
Tombol Kontaktor Motor Lampu Keterangan
K1 (ON), K2 (OFF), M-1 bekerja Hijau Tombol Stop
Start 1
K3 (OFF) menyala pada tiap
K1 (OFF), K2 (ON), M-2 bekerja Kuning motor
Start 2
K3 (OFF) menyala
K1 (OFF), K2 M-3 bekerja Merah
Start 3
(OFF), K3 (ON) menyala

Diagram Kontrol

Gambar 4.14 Motor 3 fasa bekerja secara bergant ian manual

YKT Pontianak 81
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

12. Pengoperasian 3 Buah Motor 3 Fasa Bekerja Secara Bergantian


Otomatis
Pengoperasian 3 buah motor 3 fasa yang bekerja secara
bergant ian otomat is pada dasarnya sama dengan pengoperasian 3
buah motor 3 fasa yang bekerja secara bergant ian manual. Oleh
karena itu rangkaian utamanya sama seperti pada gambar 4.10(a),
sedangkan rangkaian kontrolnya perlu dilengkapi dengan 2 buah t ime
delay relay (TDR) yang pemasangannya dapat dilihat pada gambar
4.15 di bawah ini.

Diagram Kontrol

Gambar 4.15a Motor 3 fasa bekerja secara bergant ian otomat is

YKT Pontianak 82
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Cara kerja dari rangkaian tersebut dapat dijelaskan sepert i


yang tersaji dalam gambarl berikut ini.

Gambar 4.15b
Cara kerja motor 3 fasa bekerja secara berurutan otomat is

13. Pengoperasian 2 Buah Motor 3 Fasa Bekerja Bergantian Terus


Menerus Secara Otomatis
Makasud pengoperasian 2 buah motor 3 fasa yang bekerja bergantian terus
menerus secara otomatis adalah bahwa kedua motor 3 fasa tersebut begitu
ditekan tombol ON atau START akan bekerja bergantian secara terus menerus
sampai tombol OFF atau STOP di tekan atau terjadi overload.
Komponen utama yang diperlukan dalam rangkaian ini antara lain adalah 2
buah kontaktor magnet (MC), 2 buah relay penunda waktu (TDR), 2 buah relay
beban lebih (TOR), 2 buah tombol tekan (ON dan OFF) dan 2 buah motor 3
fasa. Sedangkan cara kerja dari rangkaian ini dapat dijelaskaan sebagai berikut,

YKT Pontianak 83
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

apabila tombol ON atau START di tekan Motor 1 akan bekerja dan dalam waktu
beberapa menit sesuai dengan setting waktu pada TDR 1 telah tercapai maka
berganti Motor 2 yang akan bekerja dan Motor 1 akan berhenti. Selanjutnya
apabila setting waktu pada TDR 2 telah tercapai maka berganti Motor 1 yang
akan bekerja dan Motor 2 akan berhenti, begitu seterusnya kedua motor listrik
tersebut akan bekerja dan berhenti secara bergantian sampai tombol OFF atau
STOP ditekan atau jika terjadi gangguan (overload) pada kedua buah motor
listrik. Untuk lebih jelasnya silahkan perhatikan rangkaian diagram kontrol dan
diagram utama di bawah ini.

Diagram Kontrol

YKT Pontianak 84
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Diagram Utama
Gambar 4.16 Dua buah motor 3 fasa bekerja bergantian terus menerus otomatis

14. Pengoperasian Motor 3 Fasa Dengan Starting Metode Tahanan


Stator (Resistor Primer)
Untuk jenis motor induksi rotor sangkar yang kumparannya
dihubung singkat, pada saat dihubungkan dengan jala-jala sumber
listrik (start awal) akan terjadi perist iwa sepert i pada transformator
yang kumparan sekundernya terhubung singkat (pada waktu motor
belum berputar) sehingga arus jala-jala yang diserap menjadi besar.
Besarnya arus start awal akan menjadi masalah bagi alat
pengaman motor. Agar ukuran arus alat pengaman yang dipasang
sesuai dengan arus nominal motor, maka dalam prakteknya dapat
dilakukan dengan mengatur tegangan yang terhubung dengan
kumparan stator motor.
Cara yang dapat dilakukan untuk menahan arus start awal
adalah menggunakan saklar bintang segit iga sepert i yang telah kita
bahas pada poin 3 dan 4 di atas. Selain it u masih ada beberapa cara

YKT Pontianak 85
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

diantaranya adalah dengan menggunakan metode tahanan stator


(rsistor primer). Starting motor induksi 3 fasa dengan pengasutan metode
resistor primer terdiri dari 3 buah resistor yang ditempatkan secara seri dengan
kumparan stator selama pengoperasian awal motor atau pada saat start.
Dalam pengasutan metode resistor primer ini terdapat komponen utama
yaitu kontaktor K1 dan K2 sebagai saklar magnetik dan TDR sebagai tunda
waktu kontaktor K2. Gambar rangkaian pengasutan dengan metode resistor
primer dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

YKT Pontianak 86
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Diagram Kontrol

Gambar 4.17 Starting motor 3 fasa metode tahanan stator otomat is

15. Pengoperasian Motor 3 Fasa Dengan Starting Metode Autotrafo


Cara yang dapat dilakukan untuk menahan arus start awal
selain kedua cara yang telah dijelaskan di atas masih ada cara lain
yait u starting dengan menggunakan metode autotrafo. Starting dengan
metode autotrafo adalah memperkecil tegangan masuk ke motor
melalui autotrafo yang dipasang pada kumparan stator yang dapat
dilakukan baik secara manual maupun secara ootomat is.

YKT Pontianak 87
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 4.18 di bawah ini menunjukkan rangkaian operasi


motor 3 fasa dengan starting metode autotarfo secara otomat is yang
cara kerjanya dapat dijelaskan sebagai berikut : pada saat tombo l
start (on) ditekan maka kontaktor K2 dan K3 bekerja, dengan
demikian motor mendapat suplai tegangan dari jala-jala melalui
autotrafo. Beberapa saat kemudian sesuai dengan set ing waktu TDR,
relay TDR bekerja dan kontaktor K1 bekerja, sedangkan K2 dan K3
kembali terputus. Sehingga pada saat ini motor berputar dengan
mendapat suplai tegangan penuh dari jala-jala.

Gambar 4.18 Starting motor 3 fasa metode autotrafo otomat is

16. Pengoperasian Motor Slipring (Rotor Lilit) Dengan Starting


Metode Tahanan Rotor (Resistor Sekunder)
Starting motor slipring (rotor lilit) berbeda dengan starting
motor rotor sangkar. Bentuk starting dengan metode ini menggunakan
tahanan yang dipasang atau dihubungkan pada kumparan rotor, itulah
sebabnya starting dengan metode ini disebut juga starting resitor

YKT Pontianak 88
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

sekunder (secondary resistance starter). Dalam pemakaiannya starting


dengan meode ini dapat dilakukan baik secara manual maupun secara
otomat is.
Gambar 4.19 merupakan starting motor slipring dengan metode
tahanan rotor secara manual yang cara kerjanya sebagai berikut : pada
waktu tahanan geser (rheostat) berada pada posisi run, saklar
interlock mekanik start (on) terbuka. Hal ini dimaksudkan agar motor
tidak dapat dijalankan jika tahanan geser yang dihubungkan pada
kumparan rotor belum pada posisi maksimum.

Gambar 4.20 merupakan starting motor slipring dengan metode


tahanan rotor secara otomat is yang terdiri dari 4 tahap tahanan rotor
yang dipasang pada kumparan rotor rangkaian utama. Sedangkan pada
rangkaian kontrol dilengkapi dengan 3 buah TDR sebagai pengatur
tahapan tahanan rotornya, sepert i terlihat pada gambar 4.20 berikut
ini.

YKT Pontianak 89
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

(a)Diagram Utama

(b)Diagram Kontrol

Gambar 4.20 Starting motor slipring metode tahanan rotor otomat is

YKT Pontianak 90
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

17. Pengoperasian Motor 2 Kecepatan (Dahlander)


Pengoperasian motor dahlander dengan kontaktor magnet
diperlukan 3 buah kontaktor yang dirangkai sepert i ditunjukkan pada
gambar 4.21 di bawah ini. Cara kerja dari rangkaian tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut : dengan menekan tombol b1 maka
kontaktor c2 dan c3 akan bekerja bersamaan, yang berarti motor akan
berputar dalam hubungan double star (kecepatan rendah). Sedangkan
jika tombol b2 ditekan maka hubungan ke kontaktor c2 dan c3
terputus dan kontaktor c1 akan bekerja, yang berart i motor berputar
dalam hubungan delta (kecepatan t inggi).

(a)Diagram Utama

YKT Pontianak 91
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

(b)Diagram Kontrol

Gambar 4.21 Pengoperasian motor dahlander

18. Mengatur Kecepatan Putar Motor Dahlander


Kadang-kadang untuk menjalankan peralatan listrik dibutuhkan dua
kecepatan yang berbeda. Ini biasanya diperlukan pada aplikasi tertentu di
industri, seperti kecepatan motor pengaduk, ventilasi pompa, proses kontrol
terpadu. Khususnya pada pengontrolan terpadu, dimana komponen yang
digunakan pada pengontrolan terpadu digabungkan, komponen yang digunakan
tersebut digabung dengan komponen yang digunakan secara cepat dan lambat
dengan sangat akurat. Untuk merealisasikan ini, dipergunakan motor dua
kecepatan.

YKT Pontianak 92
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Mengatur kecepatan putar motor induksi berbasis pada rumus :


n = 60.f / p
dimna : n = kecepatan putar motor (rpm),
f = frekuensi sumber listrik (50 Hz),
p = pasang kutub
Dengan demikian untuk mengatur kecepatan putar motor induksi dapat
dilakukan dengan mengatur jumlah kutub atau besaran frekuensi sumber listrik,
motor yang dapat diatur jumlah kutubnya salah satunya adalah motor dahlander.
Secara kelistrikan kumparan motor dibagi dua. Rangkaian kontrol
menghubungkan kumparan motor pada konvigurasi yang berbeda yang
menyebabkan perubahan kecepatan dari suatu kecepatan tertentu ke yang
lainnya. Masing-masing kumparan dapat menyalurkan daya motor pada
kecepatan tertentu. Pengoperasian dan pengendalian kecepatan putar motor
induksi 3 fasa dengan mengatur jumlah kutub-kutubnya pada motor dahlander
diperlihatkan pada gambar berikut ini.

Diagram Utama

YKT Pontianak 93
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Diagram Kontrol

Gambar 4.22a Mengatur kecepatan putar motor dahlander

Melalui pengontrolan seperti pada gambar diatas, motor dahlander dapat


diatur putarannya pada 1440 rpm atau 2800 rpm yaitu dengan menekan tombol
ON1 atau ON2. Tipe lain dari motor induksi 3 fasa yang kecepatan putarnya
dapat diatur adalah motor Separate Winding yang pengendalian dan

YKT Pontianak 94
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

pengoperasiannya sama seperti pada motor dahlander atau dengan cara lain
seperti ditunjukan pada gambar berikut ini.

Gambar 4.22b Mengatur kecepatan putar motor separate winding

19. Mengatur Kecepatan dan Membalik Arah Putaran Motor


Dahlander
Untuk mengatur kecepatan dan membalik arah putaran notor
dahlander diperlukan 5 buah kontaktor magnet, yaitu 3 buah kontaktor
untuk mengubah kecepatan dan 2 buah kontaktor untuk membalik arah
putaran motor dahlander, serta dilengkapi dengan beberapa tombo l
tekan tunggal dan ganda. Cara pemasangan komponen-komponen
tersebut sepert i ditunjukkan pada gambar 4.23 berikut ini.

YKT Pontianak 95
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

(a)Diagram Utama

YKT Pontianak 96
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

(b)Diagram Kontrol

Gambar 4.23
Mengatur kecepatan dan membalik arah putaran motot dahlander

YKT Pontianak 97
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

BAB V
PENGEREMAN MOTOR LISTRIK

Pengereman (breaking) pada motor listrik bertujuan untuk


mempercepat berhent inya putaran motor setelah sumber listrik
dimat ikan.terdapat dua macam pengereman yang dapat dilakukan pada
motor listrik yaitu :
- Pengereman yang dilakukan di dalam motor listrik itu sendiri yang
dikenal dengan ist ilah int ernal breaking.
- Pengereman yang dilakukan dari luar motor listrik yang dikenal dengan
ist ilah eksternal breaking.

A. INTERNAL BREAKING
Internal breaking adalah pengereman motor listrik yang
memanfaatkan interaksi antara putaran medan stator dengan putaran
rotor. Terdapat beberapa cara pengereman yang dapat dilakukan melalui
internal breaking yaitu :
1. Pengereman Dengan Cara Plugging (Plugging Breaking)
Plugging ditentukan oleh NEMA (Nat ional Electrical
Machines of America) sebagai suatu pengereman motor listrik
dengan cara membalikkan putaran motor listrik, sehingga
menghasilkan torsi balik yang akan melawan putaran motor
sebelumnya. Pengereman dengan cara ini haruslah dipert imbangkan
beberapa faktor diantaranya batas arus yang diijinkan, energi kinet ik
yang terkandung dan kecepatan putaran supaya tidak merusak mesin.
Prinsip pengereman plugging ini adalah dengan cara
membalik/menukar polaritas jala-jala sebagaimana membalik arah
putaran motor 3 fasa, sepert i yang ditunjukkan pada gambar 5.1 di
bawah ini. Motor hanya digerakkan dalam satu arah putaran dan
harus benar-benar berhent i pada saat tombol stop ditekan. Perlu
diperhat ikan bahwa pada rangkain kontrol digunakan zero speed
swit h yang dioperasikan dengan motor, dan t idak beroperasi pada

YKT Pontianak 98
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

saat normal. Pada saat motor berrotasi kontak-kontak saklar menutup


dan tetap menutup sampai motor berhent i secara total.

(a) Diagram rangkaian kontrol

(b) Diagram rangkaian daya

Gambar 5.1 Rangkaian pengereman plugging

YKT Pontianak 99
Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

2. Pengereman Dinamik (Dynamic Breaking)


Pengereman dinamik adalah cara pengereman dengan member i
atau mengalirkan sumber listrik DC pada kumparan stator motor
setelah sumber AC 3 fasa pada motor dimat ikan. Oleh sebab itu
pengereman dinamik disebut juga DC injection brake. Pengereman
dinamik t idak menghent ikan putaran motor secara total, tetapi hanya
memperlambat putaran motor secara tiba-tiba.
Pada prinsipnya pengereman dinamik dapat dilakukan dengan
4 (empat) cara pengereman yaitu :

a. Dengan mengalirkan sumber listrik DC yang dapat diatur


secara langsung
Pengereman dinamik cara ini t idak memerlukan perawatan
yang rumit, hanya saja yang perlu diperhat ikan adalah bagaimana
mengatur besarnya arus DC yang dialirkan ke kumparan stator
motor agar supaya t idak melebihi batas kemampuan kumparan
tersebut. Lamanya pengereman dengan cara ini tergantung pada
besarnya arus DC yang dialirkan ke kumparan stator serta
hubungan dari kumparan stator itu sendiri (lihat gambar 5.2).

Gambar 5.2 Pengeremen dengan sumber DC secara langsung

YKT Pontianak 100


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

b. Dengan menggunakan sumber listrik AC yang disearahkan


dengan Thyristor Control Rectifier
Melalui pengontrolan thyristor, besarnya arus dan torsi
pengereman dapat diatur dengan cara mengatur tit ik kerja dari
thyristor pada set iap setengah putaran. Pada waktu thyristor tidak
menghantar, arus pengereman siap dibangkitkan pada kumparan
stator yang dikontrol oleh sebuah deode yang dihubungan paralel
dengan kumparan stator motor, seperti terlihat pada gambar 5.3.

Gambar 5.3 Pengereman sumber DC dengan Thyristor

Sedangkan diagram rangkaian pada gambar 5.4


menujukkan suatu pengoperasian motor 3 fasa menggunakan
kontaktor magnet yang dilengkapi dengan kontrol starting dan
pengereman dinamik melalui cara penyunt ikan sumber DC yang
diambil dari sumber AC yang disearahkan dengan thyristor.
Urutan pengoperasiannya adalah sebagai berikut :

YKT Pontianak 101


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 5.4 Pengoperasian motor 3 fasa dengan pengereman dinamik melalui penye arahan Thyristor

YKT Pontianak 102


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

1) Dengan menutupnya unit kontak pengereman 15-18 (NO d1)


dan dengan menekan tombol start S2, maka kumparan K1 akan
mendapat suplai melalui terminal L1 dan L2. Sehingga
kontaktor K1 akan bekerja dan motor akan berputar
2) Bekerjanya kontaktor K1 menyebabkan kontak NC 21-22 yang
menutup rangkaian XO-XO terbuka. Jika tombol stop S1
ditekan maka kumparan K1 akan terputus dan menyebabkan
kontak NC 21-22 dari K1 menutup kembali dan secara
otomat is rangkaian XO-XO akan tertutup, sehingga motor
berhent i dan tahapan pengereman bekerja. Setelah penundaan
waktu tV tercapai maka kontak 25-26 menutup dan membuat
kumparan K2 bekerja sehingga menutup kontak pengereman
NO 1-2 dan 5-6. Pada saat ini arus DC pengereman disunt ikan
ke dalam kumparan stator melalui pengaturan potensiometer
untuk mengatur tit ik kerja thyristor. Hal ini dilakukan untuk
mengatur besarnya arus dan torsi pengereman.
3) Setelah waktu pengereman tercapai (t ime breaking tB selesai)
kontak 25 – 26 kembali membuka dan menyebabkan kontaktor
pengereman K2 terputus (tidak bekerja) dan tahapan
pengereman selesai. Setelah penundaan waktu tertentu tW
selama 60 ms maka kontak 15-18 menutup kembali dan motor
siap untuk dijalankan kembali melalui tombol tekan start S2.

Catatan :
Sistem pengereman sepert i pada gambar 5.4 di atas dapat juga
dikontrol dengan tegangan 24 VDC dari luar (max. 10 mA)
yang dihubungkan pada terminal B+ dan B- dengan
menggunakan programable controller (PLC) atau modul DC
inject ion brake yang telah tersedia di pasaran, seperti yang
terlihat pada gambar 5.5 berikut ini.

YKT Pontianak 103


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 5.5 Modul DC inject ion brake dengan Thyristor

c. Dengan menggunakan sumber listrik AC yang disearahkan


dengan dioda sistem jembatan (bridge rectifier)
Pada pengereman dinamik dengan menggunakan sumber listrik AC
yang disearahkan dengan dioda sistem jembatan, agar dapat menghasilkan
daya torsi pengereman yang sesuai maka ukuran sumber listrik DC
diperkirakan 1,3 kali arus terukur. Ukuran sebenarnya hanya ditentukan
oleh resistansi lilitan stator sehingga tegangan harus berukuran rendah.
Gambar 5.6 menunjukkan contoh diagram rangkaian daya dan rangkaian
kontrol pengereman dinamik. Sumber listrik DC disambungkan melalui
sebuah trafo step-down (penurun tegangan) dan bridge-rectifier.

YKT Pontianak 104


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

(a) Diagram rangkaian kontrol

(b) Diagram rangkaian daya


Gambar 5.6 Rangkaian pengereman dinamik menggunakan bridege rectifier

d. Dengan menggunakan sistem pengisian dan pengosongan


kapasitor

3. Pengereman Regeneratif (Regeneratif Breaking)


Sistem pengereman ini diperoleh pada saat putaran motor
melampaui putaran sinkron. Pada saat ini torsi motor akan mencapai
harga yang negat if, sehingga motor beroperasi sebagai generator.
Oleh sebab itu sistem pengereman ini disebut pengereman
regenerat if. Torsi negat if yang dihasilkan oleh motor dimanfaatkan

YKT Pontianak 105


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

sebagai torsi pengereman atau dengan kata lain energi yang


dihasilkan oleh motor pada saat beroperasi sebagai generator
dimanfaatkan sebagai energi pengereman.
Sistem pengereman regenerat if dapat terjadi pada semua jenis
motor listrik kecuali motor sinkron. Sistem pengereman ini t idak
digunakan untuk menghent ikan motor listrik secara langsung tetapi
digunakan untuk membatasi kecepatan motor yang disebabkan oleh
pertambahan percepatan beban. Selain it u juga untuk pengurangan
kecepatan pada waktu peralihan kecepatan motor dahlander. Hal ini
sangat efekt if jika diterapkan pada saat pengurangan kecepatan
motor-motor DC dengan memperbesar arus penguat magnet. Contoh
penerapan pengereman regenerat if pada trem listrik ditunjukkan
sepert i pada gambar 5.7 berikut ini.

Gambar 5.7 Penerapan pengereman regeneratif pada trem listrik

Catatan:
Pengereman regenerat if ini dapat mengakibatkan kerusakan motor
listrik, jika beban motor listrik menyerap energi yang cukup besar.

YKT Pontianak 106


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

B. EKSTERNAL BREAKING
Eksternal breaking adalah pengereman yang menggunakan tenaga
dari luar dan merupakan pengereman yang paling banyak digunakan
karena paling mudah dalam perawatan mekaniknya. Eksternal breaking
dikenal terdapat 4 (emapat) macam cara yait u :

1. Pengereman Dengan Gesekan (Friction Breaking)


Pengereman gesek biasa juga disebut rem listrik atau rem
magnet. Pada umumnya rem gesek terdiri dari dua macam model
yait u rem gesek model sepatu atau teromol (drum) dan rem gesek
model piringan (disc).
Rem gesek model sepatu (drum) terdiri dari dua sepatu gesek
yang terpasang seporos dengan motor penggeraknya. Pegas-pegas
diperlukan untuk menekan rem sepatu dalam keadaan normal,
sehingga pada saat tidak bekerja peralat an geraknya tetap diam.
Sedangkan kumparan selenoid digunakan untuk membebaskan rem
sepatu setelah tertekan. Rem sepatu banyak digunakan pada peralatan
berat sepert i kerek (crane), ban berjalan (belt conveyor), tangga
berjalan (eskalator), lift dan sebagainya.

Gambar 5.8 Rem gesek model piringan dan teromol

YKT Pontianak 107


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Sedangkan rem gesek model piringan (disc) digunakan untuk


pengereman peralatan yang t idak terlalu berat sepert i mesin bubut,
mesin frais, mesin press dan lain-lain. Fungsi dari pengguanaan rem
gesek adalah menghambat putaran motor saat terputus aliran
listriknya.

2. Pengereman Dengan Arus Pusar (Eddy Current Breaking)


Pengereman dengan menggunakan sistem eddy current banyak
digunakan di laboratorium untuk bahan perhitungan dalam
menentukan kapasit as pengereman. Rem eddy current terdiri dari
piringan aluminium yang terletak di antara dua kumparan dan
seporos dengan motor penggeraknya (lihat gambar 5.9a).
Pengereman sistem ini bisa terjadi karena t imbulnya arus
pusar dalam piringan. Kapasitas pengereman dit entukan oleh kuat
arus yang mengalir dalam kumparan (F = BIL), selain it u kemampuan
pengereman juga ditentukan oleh jarak antara poros dengan
permukaan pengereman. Bentuk nyata dari rem eddy current dapat
dilihat pada gambar 5.9b berikut ini.

Gambar 5.9a Pengereman eddy current

YKT Pontianak 108


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 5.9b Bentuk rem eddy current

3. Pengereman Hidrolik (Hydrolic Breaking)


Pengereman pada sistem ini bisa terjadi karena adanya tenaga
hidrolik dari sebuah motor. Rem hidrolik terdiri dari sebuah pompa
hidrolik yang digerakkan oleh motor listrik. Sebagai penahan sepatu
rem digunakan besi pemberat. Rem hidrolik dikenal dengan nama
ELDRO (Electro Hydrolic).

Gambar 5.10 Rem hidrolik model sepatu (capit)

YKT Pontianak 109


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

BAB VI
PENGUJIAN DAN TROUBLESHOOTING PANEL KONTROL

Pada industri-industri yang mempunyai beban produksi tinggi bila tejadi “down
time” ini merupakan awal suatu gangguan yang menimbulkan kerugian yang besar
persatuan waktu. Oleh karena itu harus ada personil yang mempunyai ketrampilan
troubleshooting. Troubleshooting adalah suatu proses mendeteksi dan mendiagnosa
segala kemungkinan yang dapat menyebabkan suatu peralatan produksi tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Dari pengalaman dilapangan terbukti, bahwa banyak
teknisi yang mampu mengerjakan pengawatan panel secara baik tetapi tidak dapat
berbuat banyak ketika rangkaian kontrol yang dibuatnya tidak berfungsi karena adanya
gangguan.
A. KETRAMPILAN TROUBLESHOOTING
Masalah troubleshooting tidak hanya menyangkut masalah teknis semata
tetapi juga mengandung unsur seni. Untuk menjadi teknisi troubleshooting yang
trampil maka seseorang troubleshooter harus memiliki persyaratan tertentu antara
lain yaitu :
 Mempunyai pengertian yang mendalam tentang operasi normal dari peralatan
yang sedang dihadapinya dan disamping itu harus pula memiliki pengetahuan
lain yang relevan dengan bidang keahliannya, misalnya pengetahuan
mekanikal, elektrikal dan penggunaan alat ukur listrik.
 Dan tidak kalah pentingnya adalah pengalaman.

B. PROSEDUR UMUM
Pekerjaan troubleshooting memang rumit,penuh variasi dan sangat komplek.
Tetapi pekerjaan ini dapat menjadi mudah dan sederhana bila dilaksanakan secara
sistematik dengan mengikuti prosedur yang berlaku. Prosedur ini akan membantu
teknisi troubleshooter menemukan lokasi gangguan secara tepat dan cepat. Ada 6
tahap pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang troubleshooter pada saat
melakukan troubleshooting yaitu :
1. Mengenali keluhan atau gangguan yang timbul.
2. Melakukan serangkaian pemeriksaan.

YKT Pontianak 110


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

3. Menganalisa hasil pemeriksaan.


4. Menentukan penyebab gangguan dan cara mengatasinya.
5. Memperbaiki kerusakan yang terjadi.
6. Melakukan pengujian (testing).

Secara umum, rangkaian listrik disini dapat dibedakan menjadi dua bagian :
 Rangkaian Utama (Daya)
 Rangkaian Kontrol

Sebaiknya pengecekan pertama dilakukan pada rangkaian utama/daya.


Selanjutnya jika pada rangkaian utama/daya bekerja, lakukan pengecekan pada
rangkaian kontrol. Pengecekan pada rangkaian utama/daya :
 Daya yang masuk ke rangkaian dan kesempurnaannya.
 Periksa kebenaran fungsi dari peralatan proteksi.
 Periksa kontinuitas kabel secara penglihatan.
 Periksa adanya tanda terbakar pada peralatan.

Sedangkan pengecekan pada rangkaian kontrol :


 Pertama daya untuk rangkaian kontrol.
 Periksa kebenaran fungsi dari relay, timer dan saklar.
 Periksa kontinuitas kabel secara penglihatan.
 Periksa sambungan kawat dan terminal rangkaian.
 Periksa operasi logika sekuense pensaklaran kontaktor.
 Periksa penyetelan durasi waktu.

C. PENGUJIAN KONTINUITAS TANPA SUMBER TEGANGAN


Pengujian kontinuitas seperti tes isolasi sebaiknya dilakukan pada rangkaian
tanpa tegangan.
1. Pengetesan/Pengujian Kontinuitas.
Pada rangkaian ini tidak disambungkan dengan sumber tegangan
dilakukan untuk pengecekan kontinuitas. Dapat dilakukan dengan menggunakan
Audio Continuity Tester, seperti yang ditunjukan pada gambar berikut ini.

YKT Pontianak 111


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.1 Pengecekan kontinuitas dengan audio tester

Begitu juga, ohmmeter atau mutimeter dapat digunakan untuk pengecekan


kontinyuitas, seperti yang ditunjukan pada gambar berikut ini.

Gambar 6.2 Pengecekan kontinuitas dengan Ohmmeter

YKT Pontianak 112


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Pengecekan kontinyuitas dilakukan dengan maksud untuk keutuhan kabel, yang


meliputi :
 Keutuhan kabe pada bagian-bagian rangkaian listrik.
 Keutuhan kabel pada sistem pembumian (earthing system).
 Keakuratan pengawatan dari rangkaian daya dan kontrol terhadap terminal
dengan benar.
 Perbedaan penghantar aktif dan netral sebelum dihubungkan dengan
penghantar.
 Periksa kesalahan pengawatan antara perbedaan rangkaian daya dengan
rangkaian kontrol secara langsung, periksa bagian yang hubung singkat.
 Keutuhan saklar, sikring dan peralatan yang lainnya.

2. Pengetesan/Pengujian Isolasi.
Pengetesan ini dilakukan tanpa sumber tegangan juga. Tujuannya untuk
mengecek isolasi kabel atau rangkaian utama/daya.

Gambar 6.3 Tes isolasi kabel dengan megger

YKT Pontianak 113


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Peralatan yang digunakan untuk mengecek isolasi secara utuh adalah Insulation
Resistance Tester (Megger). Gambar 6.3 di atas memperlihatkan rangkaian
motor kontrol hubungan circuit braeker, fuse dan overload relay pada rangkaian
motor kontrol.

D. PENGUJIAN KONTINUITAS DENGAN SUMBER TEGANGAN


Secara umum, jika memungkinkan menentukan letak gangguan dilakukan
dengan tidak menghubungkan sumber tegangan, tetapi pada kondisi tertentu, untuk
menentukan kesalahan hanya memungkinkan jika rangkaian bertegangan.
Pengecekan seperti ini harus dilakukan dengan hati-hati mengikuti tindakan
keselematan. Seperti yang ditunjukan pada gambar di bawah ini, kontinyuitas
peralatan listrik dapat dicek dengan lampu sebagai pengecek (test lamp). Lampu tes
dihubungkan antara kedua phasa. Jadi dengan rangkaian penguji ini, pengujian
kontinyuitas dapat dilakukan.

Gambar 6.4 Pengecekan kontinuitas dengan test lamp

YKT Pontianak 114


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Dengan tambahan jenis lampu pengujian visual, dapat digunakan untuk pengujian
kontinyuitas sederhana. Alternatif lain, voltmeter atau multimeter dapat digunakan
untuk memeriksa tegangan dan kotinyuitas penghantar atau peralatan listrik.
Jika menguji tegangan tiga phasa, gunakan dua buah lampu yang
dihubungkan seri dan jangan menggunakan sebuah lampu. Saat ini, kebanyakan
pabrikan pengecekan tegangan dilakukan dengan detail untuk membantu pengujian
terintegritas pada bagian tertentu. Jika pengujian tegangan pada titik tertentu,
instrumen pengukur harus akurat. Oleh karena itu, perbandingan tegangan pada titik
tertentu cukup untuk menggambarkan suatu kesimpulan.

E. PENGUJIAN OPSIONAL
1. Pengujian resistansi kabel & peralatan bantu sistem 1 fasa dengan Megger
Putuskan hubungan P dan N dari sumber tegangan, sedapat-dapatnya dari
ujung yang lainnya. Sekarang rangkaian telah terisolasi, hubung sikatkan P dan
N sesaat. Hubungkan saklar dan peralatan proteksi.

Gambar 6.5 Pengujian resistansi kabel pada sistem 1 fasa

YKT Pontianak 115


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Seperti yang ditunjukan pada gambar 6.5 terminal motor terbuka, sehingga
motor terisolasi dari rangkaian pengujian. Periksa resistansi dengan insulation
tester antara netral dan arde. Jika nilai yang ditunjukan kurang dari 1 MΩ berarti
ada kesalahan isolasi pada kabel penghantar atau terminal.

2. Pengujian resistansi kabel & peralatan bantu sistem 3 fasa dengan Megger
Putuskan hubungan L1, L2 dan L3 dari sumber tegangan, sedapat-
dapatnya dari ujung yang lainnya. Hubung singkatkan terminal L1, L2 dan L3
sesaat. Hubungkan circuit breaker dan peralatan proteksi. Seperti yang
ditunjukan pada gambar 6.6. Terminal motor T1, T2 dan T3 terbuka, sehingga
motor terisolasi dari rangkaian pengujian.

Gambar 6.6 Pengujian resistansi kabel pada sistem 3 fasa

YKT Pontianak 116


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Periksa resistansi dengan insulation tester antara masing-masing


penghantar dan arde. Jika nilai yang ditunjukan kurang dari 1 MΩ berarti ada
kesalahan isolasi pada kabel penghantar atau terminal.

3. Pengujian Resistansi Kumparan Motor Listrik


Kondisi awal untuk pengujian tahanan isolasi motor, pertama-tama motor
harus terisolasi total dari sumber tegangan. Hubungkan megger pada masing-
masing penghantar motor dan arde, seperti yang ditunjukan pada gambar 6.7,
untuk memeriksa kumparan stator terhadap arde.

Gambar 6.7 Pengujian resistansi kumparan motor terhadap arde

Hal ini akan membantu untuk menentukan kondisi kumparan stator.


Secara sederhana, untuk pengujian hubung singkat antara dua kumparan dengan
megger pada terminal kumparan stator, seperti yang ditunjukan pada gambar 6.8.
Jika hasil pembacan rendah dapat diidentifikasi adanya kegagalan isolasi pada
kumparan motor.

YKT Pontianak 117


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.8 Pengujian resistasni antar kumparan motor

4. Contoh Troubleshooting
Pada uraian diatas, bermacam-macam rangkaian kontrol dasar dan
komplek untuk motor tiga phasa telah dibahas secara detail. Berikut adalah
contoh troubleshooting rangkaian kontrol. Yaitu rangkaian kontrol untuk motor
tiga phasa DOL starter dengan kontak kontrol yang terpelihara seperti yang
diperlihatkan pada gambar 6.6 di atas. Permasalah mula jalan dan jalan motor
diuraikan dibawah ini :
a. Motor akan jalan dengan menekan tombol tekan start, tetapi segera berhenti
setelah melepas tombol tekan start.
b. Motor jalan dan berhenti setelah 2 menit tombol tekan start dilepas.

Dengan asumsi sikring pada rangkaian utama tidak putus, berikut ini
adalah solusi terhadap permasalahan yang diuraikan diatas :
a. Sejak motor jalan dengan menekan tombol tekan start, ini mengindikasikan
bahwa kontaktor (K1) akan mengendalikan sumber tegangan jika rangkaian
sempurna dengan menekan tombol tekan start. Bagaimanapun juga, motor
akan segera berhenti saat tombol tekan start dilepas.
b. Pada rangkaian kontrol, secepatnya kontaktor utama terhubung on, kontak
NO diparalel dengan kontak tombol tekan start yang harus tertutup dan

YKT Pontianak 118


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

rangkaian kontrol bekerja saat tombol tekan start ditekan atau relay beban
lebih bekerja dan kontak NC terbuka.

Permasalah troubleshoot, dilakukan berdasarkan langkah-langkah sebagai


berikut :
a. Periksa sumber tegangan (L1), periksa tegangan antara L1 dan netral (N).
b. Periksa sikring rangkaian kontrol (F3) dengan multimeter. Jika sikring
rangkaian pengendali (F3) putus, ganti sikring dan jalankan motor, motor
harus jalan jika permasahannya hanya sikring rangkaian kontrol (F3) putus.
c. Jika sikring rangkaian kontrol (F3) OK, periksa apakah relay beban lebih
telah bekerja. Periksa dengan bantuan multimeter. Periksa tegangan antara
terminal netral dengan kontak terminal keluaran relay beban lebih,
hubungkan tombol tekan stop. Jika relay beban lebih tidak bekerja dan
multimeter menunjukan bahwa tegangan antara kedua terminal OK,
lanjutkan ke langkah d).
d. Periksa tegangan pada terminal keluaran tombol tekan stop sampai tombol
tekan start. Jika tegangan OK, lanjutkan ke langkah e).
e. Jika kedua kontak NO dihubungkan paralel dengan yang lainnya, dan motor
akan jalan bila hanya menekan tombol tekan start, ini mengindikasikan
bahwa kontak NO kontaktor utama harus tertutup dengan segera kontaktor
utama menjadi on. Ini juga mengindikasikan bahwa pengunci kontaktor
rangkaian kontrol tidak tertutup. Kawat penghantar dihubungkan paralel
dari kontak NO ke kontak NO tombol tekan start memungkinkan tertutup,
atau kontak NO kontaktor utama tidak tertutup, penyebabnya adalah
kesalahan kontak. Untuk memastikan hal ini, ambil kawat penghantar
berisolasi, dan hubung-singkatkan kontak K1, jika motor jalan dapat
dipastikan bahwa kesalahan pada kontak NO. Ganti kontak NO kontaktor
utama.

Jika motor jalan dan berhenti setelah 2 menit, untuk troubleshoot,


dilakukan berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Periksa sumber tegangan (L1), periksa tegangan antara L1 dan netral (N).

YKT Pontianak 119


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

b. Periksa sikring rangkaian kontrol (F3) dengan multimeter. Jika sikring


rangkaian pengendali (F3) putus, ganti sikring dan jalankan motor, motor
harus jalan jika permasahannya hanya sikring rangkaian pengendali (F3)
putus.
c. Jika sikring rangkaian kontrol (F3) OK, periksa apakah relay beban lebih
telah bekerja. Periksa dengan bantuan multimeter. Periksa tegangan antara
terminal netral dengan kontak terminal keluaran relay beban lebih,
hubungkan tombol tekan stop. Jika relay beban lebih telah bekerja, tidak
akan mendapatkan tegangan antara kedua terminal. Reset relay beban lebih
dan pastikan bahwa motor tidak berputar karena beban lebih.
d. Jika tidak ada tegangan antara kedua terminal, cari kehilangan kontak atau
kawat penghantar putus pada kontak berikutnya di rangkaian pengendali.

5. Strategi troubleshooting
Strategi troubleshooting rangkaian pengendali dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Dalam halini yang terpenting adalah gambar rangkaian pengendali, rincian
peralatan, keberadaan interkoneksi dan interlok sewaktu troubleshooting
rangkaian pengendali. Troubleshooting mesin atau masalah peralatan,
sangat baik jika mempunyai “Manufacturer,s Operation dan Maintenance
Manual”, juga “Troubleshooting Instructions”.
b. Blok diagram interlok dan urutan kontrol operasi peralatan/mesin harus
tersedia selama troubleshooting.
c. Gambar dan uraian rangkaian daya peralatan atau mesin, peralatan kontrol,
kontaktor, timer, counter, safety, peralatan proteksi dan sebagainya
dibutuhkan untuk alasan troubleshooting.
d. Kelayakan pengujian dan instrumen pengukuran dipersyaratkan untuk
pengujian rangkaian daya dan pengendali peralatan, atau mesin harus
tersedia.
e. Saklar utama daya OFF pada peralatan/mesin dan saklar pengendali OFF,
untuk menghindari sesuatu yang merugikan atau kecelakan sewaktu

YKT Pontianak 120


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

troubleshooting pada rangkaian pengendali yang disebabkan peralatan


bekerja secara mendadak.
f. Sebagai rangkaian pengendali ada perbedaan dari peralatan terhadap
peralatan dan mesin terhadap mesin, ini tidak memungkinkan untuk
diformasikan atau strategi dasar untuk troubleshooting pada rangkaian
pengendali. Bagaimanapun juga, standar engineering dan praktisi profesi
harus diikuti sewaktu troubleshooting rangkaian pengendali.

6. Dokumen umum daftar isian untuk troubleshooting


Dokumen umum daftar isian untuk troubleshooting antara lain adalah :
a. Gambar rangkaian pengendali.
b. Manufacturers operations dan maintenance manuals dan troubleshooting
instruction.
c. Blok diagram interlok dan urutan kontrol operasi peralatan/mesin.
d. Gambar dan uraian rangkaian utama/daya peralatan atau mesin.
e. Detail peralatan kontrol, kontaktor, timer, counter, safety, dan peralatan
proteksi.
f. Rangkaian utama/daya peralatan atau mesin.

YKT Pontianak 121


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

BAB VII
APLIKASI PENGENDALIAN MOTOR LISTRIK MENGGUNAKAN
KONTAKTOR MAGNET PADA SEBUAH PABRIK

Pada bab ini penulis akan memberikan contoh gambar-gambar


diagram rangkaian baik rangkain utama maupun rangkaian kontrol dar i
masing-masing motor listrik sebagai penggerak mesin yang ada di sebuah
pabrik pupuk mulai dari awal pemecahan batu hingga akhir pengantongan
tepung pupuk.
Panel-panel yang terdapat di pabrik pupuk tersebut adalah :
- Sebuah panel induk yang disebut dengan power panel (PP)
- Enam buah panel motor yang disebut dengan lokal panel motor (LPM),
masing-masing adalah LPM.01, LPM.02, LPM.03, LPM.04, LPM.05 dan
LPM.06
- Dua buah panel bintang segit iga yang disebut dengan star delta panel
(SDP), masing-masing adalah SDP I dan SDP II.

Power panel (PP) merupakan panel penyalur sumber daya listrik dar i
jaringan PLN atau Genset ke sejumlah lokal panel motor (LPM) dan star
delta panel (SDP), lokal panel motor (LPM) merupakan panel kontrol
sejumlah motor listrik penggerak mesin yang berada di suatu area pabrik,
sedangkan star delta panel (SDP) merupakan panel kontrol motor listrik
penggerak mesin yang berdaya besar dan menggunakan starting bint ang
segit iga yang berada di suatu area pabrik.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan gambar-gambar diagram
dari masing-masing panel dan motor listrik yang meliput i single line
diagram panel, wiring diagram main switch panel, main diagram dan control
diagram dari masing-masing motor listrik penggerak mesin, dan dilengkapi
dengan kapasitas daya motor, ukuran arus nominal dari circuit breaker (CB),
kontaktor magnet (KM), overload relay (OL) dan ukuran busbar panel yang
terbuat dari tembaga persegi empat.

YKT Pontianak 122


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

A.

Gambar 6.2 Wiring diagram main switch LPM.01


Gambar 6.1 Single line diagram LPM.01

YKT Pontianak 123


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.3 Main diagram motor double roll crusher Gambar 6.4 Control diagram motor double roll crusher

YKT Pontianak 124


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.5 Main diagram motor chain conveyor 1 Gambar 6.6 Control diagram motor chain conveyor 1

YKT Pontianak 125


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.8 Wiring diagram main switch LPM.02

Gambar 6.7 Single line diagram LPM.02

YKT Pontianak 126


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.9 Main diagram motor belt conveyor 2 Gambar 6.10 Control diagram motor belt conveyor 2

YKT Pontianak 127


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.11 Main diagram motor belt conveyor 1 Gambar 6.12 Control diagram motor belt conveyor 1

YKT Pontianak 128


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.13 Main diagram motor chain conveyor 2 Gambar 6.14 Control diagram motor chain conveyor 2

YKT Pontianak 129


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.15 Main diagram motor belt conveyor 3 Gambar 6.16 Control diagram motor belt conveyor 3

YKT Pontianak 130


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.17 Main diagram motor breeches chute Gambar 6.18 Control diagram motor breeches chute

YKT Pontianak 131


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.20 Control diagram motor belt conveyor 4


Gambar 6.19 Main diagram motor belt conveyor 4

YKT Pontianak 132


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.21 Single Line Diagram LPM.03

YKT Pontianak 133


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.22 Main diagram motor pre heater Gambar 6.23 Control diagram motor pre heater

YKT Pontianak 134


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.24 Main diagram motor comb air ventilator Gambar 6.25 Control diagram motor combustion air ventilator

YKT Pontianak 135


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.26 Main diagram motor belt conveyor 5


Gambar 6.27 Control diagram motor belt conveyor 5

YKT Pontianak 136


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.28 Main diagram motor water pump Gambar 6.29 Control diagram motor water pump

YKT Pontianak 137


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.30 Main diagram motor screw conveyor Gambar 6.31 Control diagram motor screw conveyor

YKT Pontianak 138


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.32 Main diagram motor screw fack pump A Gambar 6.33 Control diagram motor screw fack pump A

YKT Pontianak 139


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.34 Main diagram motor ventilator for gas mixer Gambar 6.35 Control diagram motor ventilator for gs mixer

YKT Pontianak 140


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.36 Main diagram motor charge pre heater Gambar 6.37 Control diagram motor charge pre heater

YKT Pontianak 141


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.38 Main diagram motor geared engine Gambar 6.39 Control diagram motor geared engine

YKT Pontianak 142


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.40 Main diagram motor screw fack pump B Gambar 6.41 Control diagram motor screw fack pump B

YKT Pontianak 143


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.42 Main diagram motor water cooling fan Gambar 6.43 Control diagram motor water cooling fan

YKT Pontianak 144


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.44 Main diagram adjusting motor Gambar 6.45 Control diagram adjusting motor

YKT Pontianak 145


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.46 Single Line Diagram LPM.04

YKT Pontianak 146


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.47 Main diagram motor screw conveyor A Gambar 6.48 Control diagram motor screw conveyor A

YKT Pontianak 147


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.49 Main diagram motor screw conveyor B Gambar 6.50 Control diagram motor screw conveyor B

YKT Pontianak 148


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.51 Main diagram motor oil loading pump Gambar 6.52 Control diagram motor oil loading pump

YKT Pontianak 149


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.53 Main diagram motor fresh air valv Gambar 6.54 Control diagram motor fresh air valv

YKT Pontianak 150


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.55 Main diagram motor control valv Gambar 6.56 Control diagram motor control valv

YKT Pontianak 151


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.57 Single Line Diagram LPM.05 Gambar 6.58 Wiring Diagram Main Switch LPM.05

YKT Pontianak 152


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.59 Main diagram water pump cooling tower Gambar 6.60 Control diagram motor water pump cooling tower

YKT Pontianak 153


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.61 Main diagram fan cooling tower Gambar 6.62 Control diagram motor fan cooling tower

YKT Pontianak 154


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.63 Single Line Diagram LPM.06 Gambar 6.64 Wiring Diagram Main Switch LPM.06

YKT Pontianak 155


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.65 Main diagram motor vibrator 1 Gambar 6.66 Control diagram motor vibrator 1

YKT Pontianak 156


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.67 Main diagram motor vibrator 2 Gambar 6.68 Control diagram motor vibrator 2

YKT Pontianak 157


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.69 Main diagram motor vibrator 3 Gambar 6.70 Control diagram motor vibrator 3

YKT Pontianak 158


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.71 Main diagram motor vibartor 4 Gambar 6.72 Control diagram motor vibrator 4

YKT Pontianak 159


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.73 Wiring Diagram Motor Impact Hammer Mill in SDP-I

YKT Pontianak 160


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

Gambar 6.74 Wiring Diagram Motor Radial Filter Fan in SDP-II

YKT Pontianak 161


Pengendalian Motor Listrik Scr Elektromagnetik Margiono Abd.

DAFTAR PUSTAKA

Christ ian M. Mamesah, “Kontrol Motor Listrik”, PPPG Teknologi,


Bandung: 1992.

Kismet Fadillah & Wardono, “Instalasi Motor-Motor Listrik”, Angkasa,


Bandung: 1997.

--------------------------, “Instalasi Motor Listrik 3”, Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta : 2013.

---------------------------, ”Wiring Diagram Panel Kontrol Motor Pabrik


Pupuk PT.Polowijo Gosari”, CV. Ijaya, Surabaya:
1991.

http://www.margionoabdil.blogspot.com

YKT Pontianak 162


PENGENDALIAN MOTOR LISTRK
SECARA ELEKTROMAGNETIK

Penulis :
Drs. Margiono Abdillah

Desain Cover & Tata Letak :


LISTRON SURYA TEKNIK

Penerbit :
YAYASAN KEMAJUAN TEKNIK
©2015

Anda mungkin juga menyukai