Anda di halaman 1dari 5

GEMA Lingkungan Kesehatan

Vol. 19 No. 01 Januari 2021

FAKTOR RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA TENAGA KERJA


DI AREA PRODUKSI PABRIK GULA
Novra Herlian Rojabiansyah*, Rusmiati, Pratiwi Hermiyanti
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Surabaya
*Email korespondensi: novraherlian97@gmail.com

ABSTRAK
Pabrik Gula Kedawoeng Pasuruan memiliki track record terjadinya kecelakaan kerja
pada tahun 2014 hingga 2017 di area produksi. Berdasarkan survei, bahaya yang terjadi
di Area Produksi Pabrik Gula Kedawoeng yaitu pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung
Diri, mesin penggilingan bergerak tanpa pengaman, dan timbulan suara bising yang
melebihi NAB di stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun pemasakan, dan stasiun
pemutaran. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi risiko K3 pada Tenaga Kerja di
Area Produksi Pabrik Gula Kedawoeng Pasuruan.
Penelitian ini termasuk deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
Pekerja yang bertuga di Area Produksi Pabrik Gula yang terdiri dari Stasiun Penggilingan,
Pemurnian, Penguapan, Pemasakan, dan Pemutaran. Analisis penelitian ini menggunakan
metode Hazard Identification and Risk Assessment (HIRADC) dengan cara
mengidentifikasi bahaya yang terdapat pada alat, bahan, orang, tempat, dan cara kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemungkinan terjadinya risiko K3 pada
Tenaga Kerja di Area Produksi Pabrik Gula Kedawoeng Pasuruan paling banyak terdapat
pada kegiatan maintenance yakni kemungkinan besar sebesar 23%. Sedangkan tingkat
dampak terjadinya risiko K3 pada Tenaga Kerja di Area Produksi Pabrik Gula Kedawoeng
Pasuruan paling banyak terdapat pada kegiatan maintenance yakni rendah sebesar 41%.
Perusahaan disarankan membentuk departemen khusus yang menangani Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan karyawan disarankan untuk mematuhi
kebijakan dan peraturan yang berlaku di perusahaan.

Kata kunci: Risiko, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Area Produksi

PENDAHULUAN langsung terhadap perusahaan, maka


Industri di Indonesia semakin diperlukan adanya keselamatan dan
berkembang, sehingga persaingan kesehatan kerja sebagai upaya
dibidang industri semakin tinggi. pencegahan.
Perusahaan berusaha untuk Kondisi dan tindakan tidak aman
menghasilkan produk atau jasa yang (unsafe act and unsafe condition),
berkualitas tinggi dengan cara kecelakaan dan kondisi lingkungan sosial
mengoptimalkan sumber daya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
dimiliki. Sumber Daya Manusia Kondisi dan tindakan tidak aman (unsafe
Perusahaan merupakan faktor yang act and unsafe condition) merupakan
mempengaruhi kualitas produksi. faktor pengendali yang utama.
Intensitas kerja tenaga kerja perusahaan Pencegahan kesalahan dan kecelakaan
yang sangat tinggi di berbagai sektor hendaknya disadari dan dilakukan untuk
yang dapat mengakibatkan kecelakaan mencegah risiko dan korban yang tidak
kerja ataupun penyakit akibat kerja perlu (Salami, 2015).
merupakan dampak dari adanya revolusi Pabrik gula dapat memenuhi
industri 4.0 yang disertai dengan kebutuhan pangan pokok gula dan dapat
perkembangan pembangunan di menciptakan lapangan pekerjaan baru
Indonesia. Hal tersebut menuntut bagi masyarakat Indonesia, maka dari itu
seluruh perusahaan di berbagai sektor pabrik gula merupakan industri strategis
untuk melakukan pencegahaan terhadap yang berada di Negara Indonesia. Gula
kecelakaan kerja dan penyakit akibat dan gula tetes (molasses) merupakan
kerja. Kecelakaan kerja dan penyakit hasil produksi dari industri gula. Saat ini,
akibat kerja dapat menyebabkan gula berada pada urutan kelima diantara
kerugian secara langsung dan tidak pangan pokok lainnya. Rata-rata

1
GEMA Lingkungan Kesehatan
Vol. 19 No. 01 Januari 2021

konsumsi gula sebesar 7.081 kilogram sebanyak 5 kejadian. Kecelakaan kerja


per kapita per tahun dalam jangka waktu banyak terjadi di Area Produksi Pabrik
2016 sampai tahun 2018.(Badan Pusat Gula Kedawoeng Pasuruan yang memiliki
Statistik, 2018). 5 tahapan produksi yakni penggilingan,
Industri gula di Daerah Malang pemurnian, penguapan, pemasakan, dan
Menggunakan alat dan mesin yang akan pemutaran. Pabrik Gula Kedawoeng
memengaruhi pada Keselamatan dan Pasuruan tidak memiliki Departemen
Kesehatan tenaga Kerja. Kinerja tenaga yang mengawasi K3. Tenaga kerja yang
kerja Industri Gula di Malang sangat telah memiliki sertifikasi Ahli K3 Umum
dipengaruhi oleh Keselamatan dan mampu menyusun dokumen Sistem
Kesehatan Kerja. Faktor Kesehatan Kerja Manajemen K3 (SMK3) pada tahun 2018.
lebih berpengaruh signifikan terhadap Berdasarkan survei pendahuluan
tenaga kerja daripada faktor ditemukan risiko K3 di Area Produksi
Keselamatan Kerja. Perusahaan harus Pabrik Gula Kedawoeng yaitu Alat
memastikan alat, bahan dan mesin aman Pelindung Diri yang telah disediakan
terhadap tenaga kerja karena berkaitan tidak digunakan, mesin penggilingan
dengan produktivitas kerja karyawan bergerak tanpa pengaman, dan tingkat
(Cahya, 2015) kebisingan secara terus menerus/kontinu
Hasil analisis risiko Keselamatan dan yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB)
Kesehatan kerja (K3) menggunakan di stasiun pemurnian, stasiun
metode Identifikasi Bahaya (hazard penguapan, stasiun pemasakan, dan
Identification) didapatkan 4 tingkat risiko stasiun pemutaran.
meliputi ekstrim, tinggi, sedang, dan Risiko kecelakaan kerja dan penyakit
rendah pada proses produksi pembuat akibat kerja dapat terjadi pada bagian
gula di Pabrik Gula Madukismo. produksi Pabrik Gula Kedawoeng
Kebakaran pada stasiun penggilingan Pasuruan di tahun-tahun berikutnya.
merupakan tingkat bahaya ekstrim yang Maka diperlukan adanya suatu upaya
ada pada bagian produksi Pabrik Gula. dalam penerapan K3. Untuk mencegah
Sedangkan pada stasiun kerja proses terjadinya kecelakaan kerja dan Penyakit
produksi lainnya adalah potensi bahaya Akibat Kerja (PAK) dapat digunakan
terpapar gas belerang pada Stasiun metode identifikasi risiko. Tujuan dari
Pemurnian dan Stasiun Penguapan, penelitian ini untuk mengetahui risiko K3
potensi bahaya suhu panas pada stasiun pekerja di Area Produksi Pabrik Gula
pemasakan, dan potensi bahaya terpapar Kedawoeng Pasuruan.
kebisingan pada stasiun pemutaran
(Damayanti, 2018) METODE PENELITIAN
Faktor internal dan eksternal dapat Jenis penelitian termasuk dalam
mempengaruhi hasil produksi gula. Hasil deskriptif kualitatif menggunakan metode
penelitian terdahulu didapatkan bahwa identifikasi risiko. Objek penelitian ini
kinerja karyawan dipengaruhi faktor adalah pekerja dan Area Produksi Pabrik
pencahayaan dan kebisingan tempat Gula Kedawoeng Pasuruan. Metode yang
kerja di Industri Gula Mojokerto. digunakan dalam pengumpulan data
Pengaruh pencahayaan dan kebisingan adalah wawancara, observasi,
terhadap kinerja karyawan sebesar pengukuran, dan studi pustaka. Data
40,3%. Hal tersebut menyebabkan yang didapatkan akan dilakukan proses
terjadinya penurunan produksi gula pada analisis dan tabulasi.
tahun 2007-2011 sebesar 9,8% (Irwanto,
2013). HASIL DAN PEMBAHASAN
Pabrik Gula Kedawoeng Pasuruan Risiko adalah besarnya tingkat
memiliki track record terjadinya kemungkinan yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja pada tahun 2014 kerugian atau dampak tertentu. Dalam
hingga 2017 di area produksi. Pada pekerjaan di area produksi terdapat
tahun 2014 telah terjadi kecelakaan kerja beberapa sumber bahaya yang dapat
sebanyak 1 kejadian, tahun 2015 mengakibatkan risiko keselamatan dan
sebanyak 1 kejadian dan tahun 2017 kesehatan kerja. Berikut persentase

2
GEMA Lingkungan Kesehatan
Vol. 19 No. 01 Januari 2021

tingkat kemungkinan risiko Keselamatan Produksi Pabrik Gula Kedawoeng


dan Kesehatan Kerja Pekerja di Area Pasuruan:

25% 23%
Persentase Risiko

20% 18%
16%
15% 11% 10%
9% 8%
10%
5% 2% 2% 2%
Produksi
0%
Maintenance

Tingkat Kemungkinan

Gambar 1. PERSENTASE KEMUNGKINAN RISIKO PADA KEGIATAN PRODUKSI DAN


MAINTENANCE KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA DI AREA PRODUKSI
PABRIK GULA KEDAWOENG PASURUAN

Pada Gambar diatas menunjukkan kegiatan maintenance sebesar 16%,


bahwa tingkat kemungkinan paling tingkat kemungkinan besar pada
banyak terdapat pada kegiatan kegiatan produksi sebesar 2% dan
maintenance yakni kemungkinan besar kegiatan maintenance sebesar 23%, dan
sebesar 23%. Tingkat kemungkinan tingkat kemungkinan hampir pasti pada
sangat jarang pada kegiatan produksi kegiatan produksi sebesar 2% dan
sebesar 8% dan kegiatan maintenance kegiatan maintenance sebesar 2%.
sebesar 11%, tingkat kemungkinan Rekapitulasi hasil tingkat dampak risiko
jarang pada kegiatan produksi sebesar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
18% dan kegiatan maintenance sebesar Pekerja di Area Produksi Pabrik Gula
10%, tingkat kemungkinan mungkin Kedawoeng Pasuruan dapat dilihat pada
pada kegiatan produksi sebesar 8% dan gambar berikut:

50%
41%
Persentase Risiko

40%
30%
18%
20%
9% 9% Produksi
8% 8%
10%
1% 2% 2% 2% Maintenance
0%
Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
Rendah Tinggi
Tingkat Dampak

Gambar 2. TINGKAT DAMPAK RISIKO PADA KEGIATAN PRODUKSI DAN MAINTENANCE


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA DI AREA PRODUKSI PABRIK GULA
KEDAWOENG PASURUAN
Pada Gambar diatas menunjukkan yakni rendah sebesar 41%. Tingkat
bahwa tingkat dampak paling banyak dampak sangat rendah pada kegiatan
terdapat pada kegiatan maintenance produksi sebesar 9% dan kegiatan

3
GEMA Lingkungan Kesehatan
Vol. 19 No. 01 Januari 2021

maintenance sebesar 9%, tingkat helm, sepatu, sarung tangan, dan


dampak rendah pada kegiatan produksi keteledoran karyawan bekerja tidak
sebesar 18% dan kegiatan maintenance sesuai dengan SOP (Wigati, 2018)
sebesar 41%, tingkat dampak sedang Penyakit Akibat Kerja
pada kegiatan produksi sebesar 8% dan Penyakit akibat kerja di Area
kegiatan maintenance sebesar 8%, Produksi seperti pneumokoniosis akibat
tingkat dampak tinggi pada kegiatan debu, iritasi kulit akibat pengelasan,
produksi sebesar 1% dan kegiatan kelelahan, berkurangnya kemampuan
maintenance sebesar 2%, dan tingkat pendengaran, cedera pinggang, nyeri
dampak sangat tinggi pada kegiatan otot, dan konflik mental. Faktor-faktor
produksi sebesar 2% dan kegiatan yang menjadi penyebab penyakit akibat
maintenance sebesar 2%. kerja di tempat kerja antara lain
(Suma’mur, 2013):
Risiko Kecelakaan Kerja 1. Faktor fisika
Risiko terjadinya kecelakaan kerja di a. Suara yang dapat mengakibatkan
Area Produksi Pabrik Gula Kedawoeng tuli akibat kerja;
Pasuruan antara lain pekerja tertimpa b. Suhu yang terlalu tinggi dan terlalu
tebu, tersandung, terpukul palu, tersiram rendah dapat menyebabkan
cairan kimia HCL, jatuh dari ketinggian, dampak buruk bagi pekerja. Suhu.
terpleset, tertabrak material, tangan Suhu yang terlalu tinggi
terjepit, terbentur material. Dalam buku I menyebabkan heat stroke atau
Gede Widayana dan I Gede Wiratmaja biasa disebut dengan pukulan
(2014) yang berjudul Kesehatan dan panas sedangkan suhu terlalu
Keselamatan Kerja menyatakan bahwa rendah dapat menyebabkan
Kecelakaan kerja di tempat kerja frosbite;
disebabkan beberapa penyebab, antara c. Kaison (caisson disease)
lain (Widayana dan Wiratmaja, 2014): disebabkan tekanan udara tinggi.;
1. kelelahan; d. Intensitas cahaya yang kurang
2. Kondisi lingkungan kerja dan dapat mengakibatkan kelainan
melakukan pekerjaan yang tidak terhadap indera penglihatan yang
aman;; dapat menyebabkan kecelakaan
3. Penguasaan terhadap pekerjaan yang kerja.;
dilakukan kurang dikarenakan tidak 2. Faktor kimia
ada penyegaran ilmu atau training; a. Pneumokoniosis merupakan
4. Karakteristik dari pekerjaan atau penyakit akibat kerja yang
tugas. disebabkan oleh debu.
Risiko dapat diminimalisian upaya Pneumokoniosis terdiri dari silikosis
menggunakan metode penilaian risiko. dan asbestosis;
Penilaian risiko merupakan keseluruhan b. Demam uap logam, keracunan,
proses identifikasi risiko, analisis risiko, dan dermatosis yang disebabkan
dan evaluasi risiko. Penilaian risiko harus oleh uap.;
dilakukan secara sistematis, berulang dan c. Keracunan CO dan H2S yang
kolaboratif, dengan mengacu pada disebabkan oleh gas;
pengetahuan dan pandangan para d. Iritasi kulit yang disebabkan oleh
pemangku kepentingan harus bahan kimia;
menggunakan informasi terbaik yang 3. Faktor ergonomi
tersedia, dilengkapi dengan pertanyaan Faktor ergonomi berhubungan dengan
lebih lanjut sebagaimana diperlakukan. posisi kerja, sikap tubuh, dan
Risiko kecelakaan kerja di bagian kontruksi alat yang dapat
instalasi dan pabrikasi dengan tingkat menyebabkan gangguan kesehatan
risiko rendah. Hal ini disebabkan karena seperti kelelahan fisik, perubahan fisik
kurang disiplinnya karyawan dalam hingga kecacatan. Bahaya ergonomi
menggunakan alat pengaman, kurang merupakan suat al yang dapat
sosialisasinya tentang pentingnya menyebabkan cedera aibat era antara
memakai alat-alat pengaman seperti lain (Kuswana, 2017):

4
GEMA Lingkungan Kesehatan
Vol. 19 No. 01 Januari 2021

a. Penggunaan tenaga atau kekuatan Pabrik Gula Krebet Baru


(mengangkat, mendorong, dan Malang)”. Jurnal Administrasi
menarik); Bisnis, 27(2), 1–5, 2015.
b. Pengulangan, melakukan jenis Damayanti, Gusti Elissa,“Analisis Risiko
kegiatan yang sama dari suatu Kesehatan dan Keselamatan
pekerjaan dengan menggunakan Kerja (K3) Menggunakan
otot atau anggota tubuh berkali; Metode Hazard Identification
c. Kelenturan tubuh; Risk Assessment and Risk
d. Pekerjaan statis, diam didalam Control (HIRARC) pada Proses
satu posisi pada suatu periode Produksi Pembuatan Gula
waktu tetrtentu. (Studi Kasus pada PG.
4. Faktor psikologi Madukismo)”. Yogyakarta.
Faktor psikologi berkaitan dengan Skripsi Fakultas Teknologi
hubungan kerja antar pekerja dalam Industri, 2018.
industri yang tidak baik. Irwanto, Eko Denny, Riandadari
Dyah,“Pengaruh Pencahayaan
KESIMPULAN Dan Kebisingan Tempat Kerja
Tingkat kemungkinan terjadinya Terhadap Kinerja Karyawan di
risiko K3 di Area Produksi Pabrik Gula PT. Perkebunan Nusantara X
Kedawoeng Pasuruan paling banyak (Persero) Pabrik Gula
terdapat pada kegiatan maintenance Gempolkrep Mojokerto”.Jurnal
yakni kemungkinan besar sebesar 23%. Teknik Mesin,01, 162–170,
Sedangkan tingkat dampak terjadinya 2013.
risiko K3 di Area Produksi Pabrik Gula Kuswana, Wowo Sunaryo, 2017.
Kedawoeng Pasuruan paling banyak Ergonomi dan Kesehatan
terdapat pada kegiatan maintenance Keselamatan Kerja Bengkel
yakni rendah sebesar 41%. Otomotif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
SARAN Salami, Indah Rachmatiah Siti, 2015.
Sebaiknya perusahaan mendirikan Kesehatan dan Keselamatan
departemen khusus bidang Sistem Lingkungan Kerja. Bandung:
Manajemen K3 (SMK3) dan karyawan Gadjah Mada University Press.
disarankan untuk mematuhi kebijakan Suma'mur, 2013. Higiene Perusahaan
dan peraturan yang berlaku di dan Kesehatan Kerja
perusahaan. Peneliti lain diharapkan (HIPERKES). Jakarta: CV
melakukan penelitian lebih lanjut terkait Sagung Seto.
manajemen risiko sampai tahapan akhir
pengendalian risiko. Widayana, I Gede, Wiratmaja, I Gede,
2014. Kesehatan dan
DAFTAR PUSTAKA Keselamatan Kerja. Yogyakarta:
Badan Pusat Statistik, 2011. Graha Ilmu.
Perkembangan Beberapa Wigati, Dhaniya Tri, 2018. Analisis dan
Indikator Utama Sosial-Ekonomi Mitigasi Risiko dengan Metode
Indonesia. Jakarta: Badan Risk Assessment (Studi Kasus:
Pusat Statistik. PG Maduksimo). Yogyakarta.
Badan Standardisasi Nasional, 2018. Skripsi Fakultas Teknologi
Grand Desain Penerapan Industri.
Manajemen Risiko. Jakarta
Cahya, Aditya Risna, Sunuharyo,
Bambang Swasto, Utami,
Hamidah Nayati,“Pengaruh
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja terhadap Kinerja
Karyawan (Studi pada
Karyawan Bagian Pabrikasi PT.

Anda mungkin juga menyukai