Anda di halaman 1dari 9

TUGAS CPMK2 RANGKAIAN LISTRIK 2

Penggunaan Image Processing dalam Mengatasi Penyakit


Kanker di Indonesia

Disusun oleh:

KERN CESAREAN AHNAF (20524086)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2023
Daftar Isi

Daftar Isi ...................................................................................................................................................... 1


1. Pendahuluan .......................................................................................................................................... 2
2. Usulan Solusi ........................................................................................................................................ 4
3. Kesimpulan ........................................................................................................................................... 7
Referensi ....................................................................................................................................................... 7

1
1. Pendahuluan
Kanker merupakan salah satu jenis penyakit katastropik yang ada di Indonesia[1]. Berdasarkan
data dari Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari World Health Organization (WHO)
secara global penyakit kanker menempati ranking 2 dalam menyebabkan kematian pertahunnya.
Di Indonesia sendiri angka penderita kanker meningkat pesat dari tahun ke tahun. Data statistik
menunjukkan bahwa pada negara Indonesia, kanker telah menyebabkan kematian sebesar 234.511
jiwa dari 396.314 kasus pertahunnya[2]. Angka tersebut dapat dikatakan cukup memprihatikan
terjadi di Indonesia.

Gambar 1 Kasus Penyakit Kanker di Indonesia Tahun 2020

Gambar 1 merupakan hasil survei persebaran kasus penyakit kanker di Indonesia yang
dilakukan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2020. Dapat dilihat bahwa
jenis kanker paling banyak diderita oleh masyarakat Indonesia adalah penyakit kanker payudara
dengan persentase sebesar 65 % yang kemudian disusul oleh kanker serviks dengan persentase
sebesar 36 %, kanker paru – paru dengan persentase sebesar 34 %, kanker kolorektal dengan
persentase sebesar 34 %, kanker hati dengan persentase sebesar 21,3 %, dan jenis kanker lainnya
dengan persentase sebesar 51 %.
Menurut Ketua Umum Smiling Kids Foundation angka kesembuhan penyakit kanker di
Indonesia sangatlah kecil yaitu hanya sekitar 20 %. Hal tersebut terjadi karena kurangnya fasilitas
diagnosis yang akurat pada bidang medis serta kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya
penyakit kanker.
Kanker merupakan suatu penyakit yang berasal dari sel diri kita sendiri, bukan merupakan
penyakit yang sifatnya menular. Kanker adalah salah satu penyakit yang sudah ada pada masa
mesir kuno dahulu kala dengan bukti ditemukannya tulisan pada prasasti peninggalan mesir kuno.
Penyakit ini bermula pada sel didalam tubuh yang mengalami suatu abnormalitas pada
pertumbuhannya. Sel tersebut tumbuh secara tidak terkendali didalam tubuh. Sel yang tidak
terkendali ini nantinya akan mengakibatkan kerusakan pada sel normal lainnya. Sel yang dapat
berkembang secara abnormal ini bisa terjadi di area bagian tubuh mana saja sehingga jenis kanker
dibedakan berdasarkan area tubuh yang terjangkit sel kanker. Peneliti menyimpulkan bahwa sel
yang pertumbuhannya abnormal ini merupakan hasil dari perubahan/mutasi pada genetik sel
sehingga pertumbuhannya dikatakan “liar”.

2
Kanker dikatakan penyakit berbahaya dan mematikan dikarenakan pada umumnya penyakit
ini tidak menimbulkan suatu efek/gejala di fase awalnya sehingga sulit untuk dideteksi[3]. Ketika
fase kanker telah mencapai stadium lanjut maka barulah penyakit kanker dapat dideteksi[4].
Kanker dengan tingkat stadium lanjut umumnya sulit untuk disembuhkan, jikalau penyakit kanker
dapat sembuh biasanya menimbulkan efek samping terhadap pasien penderitanya[5].
Gejala kanker sendiri yang umum dirasakan oleh sang carrier yaitu pasien pengidap penyakit
kanker adalah munculnya suatu benjolan pada area tubuh yang terjangkit sel kanker. Kemudian
terjadinya memar di area tubuh tertentu serta pendaharan secara spontan. Demam yang sifatnya
repetitif (berulang) juga merupakan bentuk gejala yang sering dirasakan oleh pasien penderita
kanker. Diagnosis pada stadium kanker dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium. Pengetesan yang biasa dilakukan adalah dengan tes urin atau tes darah. Biopsi juga
merupakan metode umum dalam pengetesan penyakit kanker pada pasien. Biopsi adalah
dilakukannya pengambilan sampel terhadap bagian tubuh yang ingin dilakukan analisis, untuk
kasus penyakit kanker maka diambil sampel dari bagian tubuh yang dirasa memiliki masalah.
Untuk seluruh metode diatas membutuhkan waktu yang cukup lama agar mendapatkan hasil yang
akurat.
Pencegahan penyakit kanker pada saat ini cenderung bergantung terhadap penghindaran faktor
risiko dan dilakukannya deteksi dini sel kanker. Penghindaran faktor risiko dapat diterapkan seperti
menghindari zat – zat yang dapat menyebabkan kanker (kandungan kimia pada rokok, alkohol,
dan radiasi), pola makan tidak sehat, serta kurangnya aktivitas fisik. Pada deteksi dini penyakit
kanker yang dilakukan oleh tenaga medis masih dikatakan memakan waktu yang lama serta
dihasilkannya hasil diagnosis yang kurang akurat akibat proses diagnosis yang sifatnya subjektif
(berdasarkan pengalaman visual tenaga medis) sehingga diperlukannya suatu teknologi yang dapat
membantu tenaga medis dalam mendiagnosa penyakit kanker secara cepat dan akurat.
Sistem image processing dapat digunakan dalam melakukan proses deteksi dini penyakit
kanker pada pasien dengan waktu singkat serta hasil yang akurat[6]. Metode image processing ini
memiliki rates sebesar 80 % dalam melakukan deteksi dini penyakit kanker [7]. Angka tersebut
terbilang cukup besar dalam membantu tenaga medis melakukan early detection penyakit kanker
sehingga dapat menurunkan risiko kematian akibat penyakit kanker. Beberapa jurnal ilmiah image
processing membuktikan bahwa pengimplementasian image processing dalam melakukan deteksi
penyakit kanker cukup efektif sehingga menimbulkan munculnya kebutuhan image processing
dalam membantu tenaga medis melakukan diagnosis penyakit kanker[8].
Sistem image processing merupakan salah satu dari banyak solusi permasalahan mengenai
besarnya tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit kanker. Sistem ini dapat meng-assist
tenaga medis dalam melakukan diagnosis sel kanker, serta menghasilkan hasil yang akurat dan
memakan waktu yang singkat. Dengan penggunaan teknologi sistem image processing pada
bidang medis dapat menurunkan angka mortalitas akibat penyakit kanker secara signifikan di
Indonesia.

3
2. Usulan Solusi
Penyakit kanker pada saat ini hanya dapat diatasi dengan 2 hal yaitu melakukan pencegahan
terhadap faktor risiko dan melakukan deteksi dini terhadap penyakit kanker. Pada pencegahan
faktor risiko salah satunya dapat dilakukan dengan sosialisasi kepada masyarakat mengenai
bahayanya penyakit kanker sehingga masyarakat memiliki bekal pengetahuan umum mengenai
penyakit kanker. Kemudian pemerintah dapat membatasi zat – zat penyebab penyakit kanker yang
beredar di sekitaran masyarakat demi menekan angka mortalitas akibat kanker di Indonesia.
Pada deteksi dini dapat dilakukan beberapa hal salah satunya adalah penggunaan teknologi
untuk membantu tenaga medis dalam melakukan deteksi dini terhadap penyakit kanker. Teknologi
yang dapat digunakan dalam melakukan early detection sel kanker tersebut adalah sistem image
processing.
Sistem image processing dalam mendeteksi penyakit kanker dapat didesign sesuai dengan
kebutuhan pendeteksian jenis kanker tertentu. Sebagai contoh kasus pada penyakit kanker di paru
– paru, pada design pendeteksi kanker pada paru – paru dapat dilakukan pengambilan data citra
untuk digunakan sebagai bahan data analisis sistem image processing. Citra dapat diperoleh dari
berbagai jenis metode, salah satunya dalah dengan menggunakan alat CT scan. Langkah tersebut
biasa disebut dengan collecting data. Kemudian setelah dilakukannya proses collecting data maka
diperlukannya preprocessing data agar data dapat diproses oleh sistem. Setelah preprocessing
data, maka citra siap untuk diolah pada sistem. Pada sistem pendeteksi kanker digunakan
kecerdasan buatan (machine learning) untuk melakukan pengambilan keputusan berdasarkan data
citra yang didapatkan. Nantinya hasil yang diambil dari keputusan kecerdasan buatan digunakan
untuk penentu apakah terdeteksi penyakit kanker atau tidak pada pasien. Sistem ini dapat
menghasilkan akurasi yang cukup tinggi dengan waktu yang cukup singkat serta hasil yang
sifatnya objektif (berdasarkan data) jika dibandingkan dengan metode tradisional (visualisasi
tenaga medis yang sifatnya subjektif). Walau mendapat akurasi yang cukup tinggi namun masih
harus diperlukan tenaga ahli dalam melakukan verifikasi hasil yang didapatkan oleh sistem. Jadi
secara garis besar sistem ini hanya digunakan untuk membantu tenaga medis dalam mendiagnosis
penyakit kanker paru – paru, bukan untuk menggantikan tenaga medis. Untuk blok diagram sistem
dapat dilihat pada gambar 2.

4
Gambar 2 Diagram Blok Sistem Image Processing Pendeteksi Penyakit Kanker

Gambar 3 Hasil Image Preprocessing Pendeteksi Kanker Paru – Paru, Bagian Kiri Paru – Paru Normal dan Bagian Kanan
Paru – Paru terkena Kanker

5
Pada pengimplementasian sistem image processing pendeteksi penyakit kanker sendiri agar
dapat diaplikasikan pada bidang medis di Indonesia harus memenuhi beberapa syarat fundamental.
Syarat tersebut adalah terpenuhinya kualitas sumber daya manusia yang baik, biaya pendanaan
dari pemerintah, serta program yang dibuat oleh pemerintah negara Indonesia. Apabila ketiga
syarat tersebut terpenuhi maka probabilitas tingkat mortalitas akibat penyakit kanker di Indonesia
akan menurun secara signifikan.
Syarat sumber daya manusia yang dimaksud adalah kualitas dari sumber daya manusia di
Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa sumber daya manusia yang Negara Indonesia hasilkan
masih tergolong berkualitas rendah. Konteks kualitas rendah yang dimaksud disini adalah bahwa
banyak dari masyarakat masih didominasi oleh tamatan SMA kebawah sebesar 87,4% dimana
sekitar 39% merupakan tamatan SD kebawah, sedangkan untuk pendidikan universitas menurut
BPS pada tahun 2022 hanya sekitar 12,6 %. Padahal pelaksanaan teknologi image processing
dalam mendeteksi penyakit kanker membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi
seperti tenaga ahli dibidangnya (engineer misalnya). Langkah yang dapat dilakukan pada
permasalahan ini adalah dengan melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti melakukan program subsidi
dalam pendidikan masyarakat serta memanfaatkan sebaik – baiknya para tenaga ahli dalam
melakukan pekerjaan di bidangnya.
Pada syarat biaya yang dimaksud adalah kecukupan pendanaan dalam melakukan
pengaplikasian teknologi image processing biomedis. Pengaplikasian teknologi image processing
memerlukan banyaknya tenaga ahli, alat, serta lab pengembangan. Belum lagi adanya pendanaan
beberapa program yang dibuat oleh pemerintah (subsidi misalnya) untuk mengatasi penyakit
kanker di Indonesia. Semua unsur tersebut memerlukan pendanaan yang memadai sehingga
pemerintah harus menyisihkan sebagian besar keuangan untuk pendanaan tersebut.
Syarat terakhir adalah program pemerintah yang mendukung pencegahan kanker di Indonesia.
Pemerintah harus merancang suatu program mengenai pencegahan kanker di Indonesia seperti
melakukan program pemeriksaan kanker gratis untuk masyarakat umum layaknya pada saat
penangan pandemi Covid-19 pada tahun 2020 – 2022 lalu. Untuk blok diagram sistem dapat dilihat
pada gambar 4.

6
Gambar 4 Diagram Blok Pengimplementasian Sistem Image Processing Pendeteksi Penyakit Kanker di Indonesia

3. Kesimpulan
Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang memiliki tingkat mortalitas tertinggi di
dunia. Jika dilakukan pengurutan penyakit dengan tingkat kematian terbesar, penyakit kanker
mendapatkan peringkat kedua sebagai penyebab kematian setelah penyakit jantung. Persebaran
jenis kanker sendiri sangat luas dimana kanker payudara memiliki jumlah pasien yang lebih
banyak dibandingkan jenis kanker lainnya berdasarkan data Kementrian dan Kesehatan Republik
Indonesia, yang kemudian disusul oleh kanker serviks, kanker paru – paru, kanker kolorektal,
kanker hati, dan jenis kanker lainnya.
Penyakit kanker dikatakan berbahaya karena sifatnya yang “tersembunyi”. “Tersembunyi”
disini dimaksudkan bahwa pada fase awal terjangkit penyakit kanker, sang carrier yaitu pasien
tidak dapat menyadari gejalanya sehingga tergolong sulit untuk dideteksi. Ketika kanker telah
masuk ke fase lebih parah barulah muncul gejala pada pasien yang terkena penyakit kanker.
Umumnya pada fase lanjutan (stadium lanjut) kanker sulit untuk disembuhkan sehingga dapat
disimpulkan bahwa masa – masa kritis proses penyembuhan kanker adalah saat fase awal. Image
processing merupakan solusi dari masalah tersebut.
Image processing dikatakan efektif dalam melakukan early detection dari penyakit kanker
karena dinilai cukup akurat, membutuhkan waktu yang singkat, serta outputnya bersifat objektif.

7
Design sistem pada umumnya adalah melakukan collecting data, preprocessing data, pengolahan
data, dan pengambilan keputusan oleh kecerdasan buatan (artificial intelligent).
Pengimplementasian sistem image preprocessing pendeteksi kanker di Indonesia dapat
terwujud apabila terlaksanakannya syarat fundamental. Syarat fundamental tersebut adalah tingkat
kualitas sumber daya manusia yang tersedia, pendanaan yang tersedia, dan rancangan program
yang dibuat oleh pemerintah Negara Indonesia. Dengan terpenuhi syarat tersebut maka
Pengimplementasian sistem image preprocessing pendeteksi kanker di Indonesia dikatakan sukses
berjalan.
Solusi sistem pendeteksi kanker dengan menggunakan teknologi sistem image processing serta
pengimplementasiannya di Indonesia dapat menjadi titik terang dalam melawan penyakit kanker.
Jika solusi tersebut terlaksanan maka tingkat probabilitas kematian di Indonesia akan turun secara
pesat pertahunnya.

Referensi
[1] BPJS Kesehatan, “INFO BPJS Edisi 104,” BPJS Kesehat., pp. 6–9, 2020.
[2] A. I. Sutnick and S. Gunawan, “Cancer in Indonesia,” JAMA J. Am. Med. Assoc., vol. 247,
no. 22, pp. 3087–3088, 1982, doi: 10.1001/jama.247.22.3087.
[3] M. Beyer, R. Lenz, and K. A. Kuhn, Health Information Systems, vol. 48, no. 1. 2006. doi:
10.1524/itit.2006.48.1.6.
[4] N. Huda, “Studi fenomenologi: Pengalaman cachexia pasien kanker stadium lanjut dan
keluarga yang merawat di RS Kanker Dharmais Jakarta,” Keperawatan Indones., vol. 3,
no. 2, pp. 11–16, 2014.
[5] R. D. V. Shally and J. Prasetyaningrum, “Resiliensi pada Penderita Kanker Serviks
Stadium Lanjut,” J. Indig., vol. 2, no. 1, pp. 77–86, 2017, [Online]. Available:
yp111@ums.ac.id
[6] Z. Mohammadzadeh, R. Safdari, M. Ghazisaeidi, S. Davoodi, and Z. Azadmanjir,
“Advances in optimal detection of cancer by image processing; Experience with lung and
breast cancers,” Asian Pacific J. Cancer Prev., vol. 16, no. 14, pp. 5613–5618, 2015, doi:
10.7314/APJCP.2015.16.14.5613.
[7] Y. Chen, X. Huang, H. Shi, and B. Mu, “A novel and cost-effective method for early lung
cancer detection in immunized serum,” Asian Pacific J. Cancer Prev., vol. 12, no. 11, pp.
3009–3012, 2011.
[8] R. A. Syifa, K. Adi, and C. E. Widodo, “Analisis Tekstur Citra Mikroskopis Kanker Paru
Menggunakan Metode Gray Level Co-Occurance Matrix (Glcm) Dan Tranformasi
Wavelet Dengan Klasifikasi Naive Bayes,” Youngster Phys. J., vol. 5, no. 4, pp. 457–462,
2016.

Anda mungkin juga menyukai