Fix - Draft Analisis Ekonomi Kewilayahan
Fix - Draft Analisis Ekonomi Kewilayahan
Salah satu tujuan dari penatan ruang adalah optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya
wilayah dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Wilayah Perencanaan.
Analisis ekonomi kewilayahan diperlukan untuk mengetahui karakterisitik perekonomian wilayah
sehingga dapat dipetakan potensi serta permasalahan ekonomi yang ada di Wilayah Perencanaan.
Analisis ekonomi kewilayahan dilakukan dalam penyusunan rencana tata ruang untuk
mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi unggulan, permasalahan ekonomi, serta solusi-solusi
ekonomi yang mampu mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Wilayah Perencanaan.
Analisis ekonomi kewilayahan Perkotaan Kokap akan dimulai dengan analisis ekonomi dan sektor
unggulan di Kabupaten Kulon progo untuk memberikan gambaran umum perekonomian kabupaten,
kemudian lebih spesifik dengan analisis ekonomi dan sektor unggulan di Wilayah Perencanaan, yaitu
wilayah Perkotaan Kokap beserta wilayah diatasnya yaitu Kapanewon Kokap dan Kalurahan
Hargorejo.
Struktur ekonomi Kabupaten Kulon Progo dalam kurun waktu lima tahun terakhir dapat
dilihat pada Tabel 1. Pada tahun 2021, Konstruksi merupakan sektor yang paling banyak
berkontribusi terhadap PDRB Kulon Progo dengan kontribusi sebesar 2.070,2 miliar rupiah, atau
16,64% dari total PDRB Kulon Progo. Sektor ini disusul dengan sektor Pertanian dengan kontribusi
sebesar 2.040,2 miliar rupuah (16,40% dari total PDRB Kulon Progo), sektor Perdagangan dengan
kontribusi sebesar 1.545,1 miliar rupiah (12,42% dari total PDRB Kulon Progo), dan sektor Industri
Pengolahan dengan kontribusi sebesar 1.381,3 miliar rupiah (11,10% dari total PDRB Kulon Progo).
Struktur ekonomi Kabupaten Kulon Progo pada tahun sedikit 2021 berbeda dengan tahun 2017,
dimana struktur ekonomi Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2017 didominasi oleh sektor Pertanian
dengan proporsi mencapai 19,04% dari total PDRB, disusul dengan sektor Perdagangan (13,94% dari
total PDRB) dan sektor Industri Pengolahan (12,41% dari total PDRB). Meningkatnya kontribusi
sektor Konstruksi di Kabupaten Kulon Progo secara pesat disebabkan oleh adanya pembangunan
infrastruktur secara masif di wilayah Kulon Progo, khususnya infrastruktur Bandara Internasional
Yogyakarta (YIA) serta berbagai sarana pendukungnya.
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kulon Progo Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha, 2017-2021
Proporsi Proporsi
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rp) terhadap terhadap
total total
Lapangan Usaha
PDRB PDRB
2017 2018 2019 2020* 2021** ADHB ADHB
2021 2017
Pertanian,
Kehutanan, dan 1.725,34 1.817,87 1.906,26 1.959,55 2.040,22 16,40% 19,04%
Perikanan
Pertambangan dan
131,69 168,49 177,13 167,51 167,39 1,35% 1,45%
Penggalian
Industri Pengolahan 1.124,65 1.240,5 1.321,33 1.304,83 1.381,3 11,10% 12,41%
Pengadaan Listrik dan
8,35 9,02 10,02 9,83 10,02 0,08% 0,09%
Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
11,96 12,74 13,92 14,31 15,06 0,12% 0,13%
Limbah dan Daur
Ulang
Konstruksi 824,93 1376,34 2.388,77 1.962,14 2.070,2 16,64% 9,10%
Perdagangan Besar
dan Eceran, Reparasi
1.263,36 1.389,39 1.483,24 1.485,15 1.545,07 12,42% 13,94%
Mobil dan Sepeda
Motor
Transportasi dan
709,04 773,04 906,19 902,88 984,99 7,92% 7,83%
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi dan 349,98 377,88 413,19 393,21 453,73 3,65% 3,86%
Makan Minum
Informasi dan
451,34 488,91 514,09 601,32 748,34 6,01% 4,98%
Komunikasi
Jasa Keuangan dan
287,56 317,06 348,7 329,35 352,05 2,83% 3,17%
Asuransi
Real Estat 305,76 330,86 362,48 388,22 400,52 3,22% 3,37%
Jasa Perusahaan 25,11 27,29 30,25 31,69 35,03 0,28% 0,28%
Administrasi
Pemerintahan,
844,5 907,12 959,94 949,83 964,12 7,75% 9,32%
Pertahanan, dan
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 530,26 571,36 612,04 633,96 678,67 5,45% 5,85%
Jasa Kesehatan dan
133,32 142,36 154,74 189,18 203,07 1,63% 1,47%
Kegiatan Sosial
Jasa Lainnya 333,33 362,28 393,49 331,35 393,27 3,16% 3,68%
Total PDRB 9.060,48 10.312,51 11.995,78 11.654,31 12.443,05
Sumber: BPS Kulon Progo, 2022
PDRB atas dasar harga konstan dapat digunakan untuk mengamati pertumbuhan ekonomi
sektoral dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada
Gambar 1. Dalam sepuluh tahun terakhir, laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kulon Progo
cenderung konsisten pada angka 4% - 5%, kemudian meningkat dengan drastis pada tahun 2018
mencapai 10,83%. Lanju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kulon Progo terus meningkat hingga
mencapai puncaknya yaitu 13,5% pada tahun 2019. Di tahun 2020, Kabupaten Kulon Progo
mengalami pertumbuhan ekonomi negatif sebesar -4% akibat adanya pandemi Covid-19 yang
melumpuhkan sebagian besar kegiatan perekonomian. Pada tahun 2021, pertumbuhan eknomi
Kabupaten Kulon Progo kembali meningkat sebesar 4%. Namun, jika dibandingkan dengan empat
Kabupaten/Kota lainnya, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2021
merupakan yang paling rendah di provinsi DIY.
7,000
(miliar Rp)
-4.06%
6,000 5.97%
4.37% 4.87% 4.57% 4.62% 4.76%
(%)
5,000 5.00%
4,000
3,000
0.00%
2,000
1,000
0 -5.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020* 2021**
Tahun
PDRB ADHK 2010 (sisi kiri) Laju Pertumbuhan Ekonomi (sisi kanan)
Gambar 1. PDRB atas Dasar Harga Konstan dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kulon
Progo, 2012-2021
Growth =
Y n−(Y n−1)
× 100 %
Y n−1
Keterangan:
Yn = Produksi sektor/komoditas i di tahun n
Yn-1 = Produksi sektor/komoditas i di tahun n-1
Secara historis, dalam sepuluh tahun terakhir, sektor Pertanian merupakan sektor yang
memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB Kabupaten Kulon Progo, disusul dengan sektor
Perdagangan dan sektor Industri Pengolahan. Namun, sejak tahun 2018, sektor Konstruksi melesat
kontribusinya terhadap PDRB Kulon Progo dan sejak tahun 2019 sektor ini menjadi kontributor
terbesar terhadap PDRB Kulon Progo (lihat Tabel 1). Pertumbuhan ekonomi sektoral Kabupaten
Kulon Progo dapat dilihat pada Gambar 2. Rata-rata pertumbuhan sektor konstruksi dalam sepuluh
tahun terakhir adalah 15%, paling besar diantara sektor-sektor perekonomian lainnya. Hal ini
dikarenakan lonjakan kontribusi sektor ini pada periode 2017 hingga 2019. Pada periode yang sama,
sektor Pertambangan dan Penggalian juga mengalami pertumbuhan yang pesat. Sektor lainnya yang
mengalami pertumbuhan pesat adalah sektor Informasi dan Komunikasi dan sektor Jasa Kesehatan
dan Kegiatan Sosial. Adanya pandemi Covid-19 meningkatkan kontribusi kedua sektor ini terhadap
PDRB Kabupaten Kulon Progo disaat mayoritas sektor lainnya mengalami pertumbuhan negatif. Di
sisi lain, sektor Pertanian mengalami pertumbuhan rata-rata yang paling kecil yaitu 1,75% dalam
kurun waktu sepuluh tahun terakhir.
Analisis Ketenagakerjaan
Selain analisis PDRB, analisis ketenagakerjaan juga dapat dilaksanakan dalam rangka
mengidentifikasi struktur ekonomi suatu wilayah berdasarkan kondisi serta persebaran angkatan
kerja. Berdasarkan data Survei Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) bulan Agustus 2021, jumlah
angkatan kerja di kabupaten Kulon Progo adalah 268.964 orang. Jumlah angkatan kerja yang bekerja
adalah 259.044 orang, sementara jumlah pengangguran terbuka adalah 9.920 orang. Angka
partisipasi tenaga kerja (APTK) kabupaten Kulon progo pada tahun 2021 adalah 79%, sementara
tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) kabupaten Kulon Progo adalah 77% (lihat Gambar 3). APTK
dan TPAK yang hampir mencapai 80% menandakan bahwa pasokan tenaga kerja yang tersedia untuk
kegiatan produksi barang dan jasa di kabupaten Kulon Progo tergolong tinggi. Hal ini harus diiringi
dengan ketersediaan lapangan kerja yang memadai. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di
kabupaten Kulon Progo pada tahun 2021 adalah 3,69%, masih di bawah tingkat pengangguran
terbuka provinsi DIY yaitu 2,56% (lihat Gambar 4). TPT Kabupaten Kulon Progo termasuk rendah jika
dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya di provinsi DIY, dimana Kulon Progo merupakan
Kabupaten dengan TPT terendah setelah Kabupaten Gunung Kidul pada tahun 2021.
90.00%
79.08% 76.72% Yogyakarta 9.13%
80.00%
70.00% Sleman 5.17%
60.00%
APTK, TPAK
10.00% 0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% 7.00% 8.00% 9.00% 10.00%
0.00% TPT (%)
APTK TPAK
Persebaran tenaga kerja di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada Gambar 5. Mayoritas
tenaga kerja di kabupaten Kulon progo bekerja di sektor primer dan tersier. Sebanyak 30% tenaga
kerja di Kabupaten Kulon Progo bekerja di sektor Pertambangan dan Penggalian. Sebanyak 27%
tenaga kerja di Kabupaten Kulon Progo bekerja di sektor Pertanian. Sisanya, sebanyak 43% tenaga
kerja di Kabupaten Kulon Progo bekerja di sektor jasa, diantaranya Perdagangan, Rumah Makan dan
Hotel, Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi,
Tanah, Jasa Perusahaan, Jasa kemasyarakatan, Jasa Sosia, dan Jasa Perorangan.
Jumah Penduduk Usia Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di
Kabupaten Kulon Progo, 2021
Sumber: BPS, Sakernas Agustus 2021 dalam Kabupaten Kulon Progo dalam Angka 2022
Analisis Sektor Basis
Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan suatu sektor
perekonomian dalam pembangunan ekonomi. Melalui teknik analisis ini, basis ekonomi wilayah yang
menunjukkan kekuatan peranan suatu sektor dalam suatu wilayah dapat diidentifikasi. Analisis LQ
dilakukan dengan membandingkan antara peranan relatif sektor di Wilayah Perencanaan terhadap
nilai tambah total Wilayah Perencanaan dengan peranan relatif sektor yang sama pada wilayah
referensi yang lebih luas atau wilayah di atasnya. Analisis LQ dapat dilakukan dengan pendekatan
pendapatan, tenaga kerja, maupun produksi. Rumus LQ adalah:
Rik / R tk
LQ=
N ip / N tp
Keterangan:
Rik = Pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada WP / produksi komoditas i pada WP
Rtk = Total pendapatan (tenaga kerja) pada WP / total produksi seluruh sektor pada WP
Nip = Pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada wilayah referensi / produksi komoditas i pada wilayah
referensi
Ntp = Total pendapatan (tenaga kerja) pada wilayah referensi / total produksi seluruh sektor pada
wilayah referensi
LQ−1
SyLQ=
LQ+ 1
Keterangan:
LQ = nilai LQ
Apabila nilai SyLQ > 0, atau indeks SyLQ bernilai positif, maka sektor/komoditas i pada
Wilayah Perencanaan merupakan sektor/komoditas basis yang memiliki potensi ekspor ke wilayah
lain. apabila SyLQ < 0, atau indeks SyLQ bernilai negatif, maka sektor/komoditas i pada Wilayah
Perencanaan merupakan sektor/komoditas non-basis dan cenderung untuk mengimpor dari wilayah
lain. Hasil penghitungan dengan penggunaan metode SyLQ konsisten dengan model LQ, dan
pengelompokkan komoditas basis dan sektor non-basis menjadi lebih mudah dilakukan dengan
melihat indeks SyLQ.
Tabel 2 menunjukkan hasil analisis SyLQ terhadap sektor perekonomian di Kabupaten Kulon
Progo. Hasil analisis SyLQ terhadap PDRB Kabupaten Kulon Progo menunjukkan bahwa terdapat 8
sektor basis yang memiliki potensi ekspor ke wilayah lain. Sektor-sektor basis tersebut diantaranya
adalah 1) sektor Pertanian; 2) sektor Pertambangan dan Penggalian; 3) sektor Pengadaan Air,
Penegloaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; 4) sektor Konstruksi; 5) sektor Perdagangan; 6) sektor
Transportasi dan Pergudangan; 7) sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan
Sosial Wajib; dan 8) sektor Jasa Lainnya. Tiga dari delapan sektor basis di Kabupaten Kulon Progo,
yaitu sektor Pertanian, sektor Konstruksi, dan sektor Perdagangan merupakan kontributor terbesar
PDRB kabupaten.
Tabel 2. Analisis SyLQ Sektor Ekonomi Kabupaten Kulon Progo tahun 2017-2021
Rata-Rata
Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020 2021 Keterangan
SyLQ
Pertanian, Kehutanan, dan Sektor
0,31 0,29 0,26 0,25 0,26 0,27
Perikanan Basis
Sektor
Pertambangan dan Penggalian 0,48 0,51 0,49 0,49 0,50 0,49
Basis
- -
Industri Pengolahan -0,03 -0,08 -0,07 -0,05
0,04 0,05
- -
Pengadaan Listrik dan Gas -0,23 -0,26 -0,26 -0,25
0,24 0,26
Pengadaan Air, Pengelolaan Sektor
0,13 0,11 0,08 0,09 0,08 0,10
Sampah, Limbah dan Daur Ulang Basis
Sektor
Konstruksi -0,02 0,13 0,28 0,27 0,24 0,18
Basis
Perdagangan Besar dan Eceran,
Sektor
Reparasi Mobil dan Sepeda 0,24 0,22 0,19 0,20 0,21 0,21
Basis
Motor
Sektor
Transportasi dan Pergudangan 0,16 0,13 0,15 0,26 0,28 0,20
Basis
Penyediaan Akomodasi dan - -
-0,46 -0,50 -0,45 -0,46
Makan Minum 0,47 0,43
- -
Informasi dan Komunikasi -0,25 -0,30 -0,31 -0,28
0,26 0,28
- -
Jasa Keuangan dan Asuransi -0,10 -0,16 -0,18 -0,15
0,12 0,17
- -
Real Estat -0,35 -0,40 -0,38 -0,37
0,37 0,37
- -
Jasa Perusahaan -0,57 -0,60 -0,54 -0,57
0,58 0,53
Administrasi Pemerintahan,
- Sektor
Pertahanan, dan Jaminan Sosial 0,04 0,02 -0,01 -0,02 0,00
0,02 Basis
Wajib
- -
Jasa Pendidikan -0,16 -0,23 -0,24 -0,21
0,19 0,24
Jasa Kesehatan dan Kegiatan - -
-0,26 -0,32 -0,32 -0,30
Sosial 0,29 0,32
Sektor
Jasa Lainnya 0,17 0,15 0,12 0,11 0,10 0,13
Basis
Sumber: Hasil olah data Tim Penyusun RDTR Perkotaan Kokap
Metode analisis Shift Share memiliki anggapan dasar bahwa pertumbuhan ekonomi atau
nilai tambah suatu wiayah dipengaruhi oleh tiga komponen utama yang saling berhbungan satu
sama lainnya, yaitu komponen pertumbuhan wilayah di atasnya (Nij), pertumbuahan proporsional
(Mij), dan pertumbuhan daya saing wilayah (Cij). Nij merupakan komponen pertumbuhan ekonomi
daerah yang diukur dengan cara menganalisis perubahan output agregat secara sektoral
dibandingkan dengan perubahan output dari sektor yang sama di wilayah di atasnya. Mij merupakan
komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh pergeseran proporsional yang
mengukur perubahan relatif pertumbuhan atau penurunan sektor ekonomi pada suatu daerah
dibandingkan dengan wilayah di atasnya. Cij merupakan komponen pertumbuhan ekonomi yang
menentukan seberapa jauh daya saing suatu sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan sektor
yang sama di wilayah di atasnya. Melalui ketiga komponen tersebut, dapat diketahui komponen atau
unsur pertumbuhan yang mana yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi wilayah. Rumus Shift
Share adalah:
D ij =N ij + M ij +C ij
Keterangan:
Dij = Perubahan pertumbuhan ekonomi (shift share)
Nij = Komponen pertumbuhan wilayah di atasnya (wilayah referensi)
Mij = Komponen pertumbuhan proporsional
Cij = Komponen pertumbuhan daya saing wilayah
Keunggulan dari analisis ini adalah dalam hal kemampuannya untuk mengetahui atau
melihat perkembangan pendapatan, kesempatan kerja, ataupun produksi pada dua titik waktu di
suatu wilayah. Rumus perubahan pertumbuhan ekonomi di atas dapat dijabarkan lebih lanjut
menjadi:
D ij =N ij + M ij +C ij
D ij =Y ij (r p )+ Y ij ( r ip−r p )+ Y ij (r ij −r ip )
Dimana:
Keterangan:
rij = rasio pendapatan/produksi/tenaga kerja sektor/komoditas i WP
rip = rasio pendapatan/produksi/tenaga kerja sektor/komoditas i wilayah referensi
rp = rasio pendapatan/produksi/tenaga kerja wilayah referensi
Yij = pendapatan/tenaga kerja/produksi dari sektor/komoditas i pada WP pada tahun dasar analisis
Y’ij = pendapatan/tenaga kerja/produksi dari sektor/komoditas i pada WP pada tahun akhir analisis
Yip = pendapatan/tenaga kerja/produksi dari sektor/komoditas i pada wilayah referensi pada tahun
dasar analisis
Y’ip = pendapatan/tenaga kerja/produksi dari sektor/komoditas i pada wilayah referensi pada tahun
akhir analisis
Yp = total pendapatan/tenaga kerja/produksi pada wilayah referensi pada tahun dasar analisis
Y’p = total pendapatan/tenaga kerja/produksi pada wilayah referensi pada tahun akhir analisis
Pada analisis komponen pertumbuhan proporsional (Mij), apabila nilai Mij > 0, artinya
sektor/komoditas i pada Wilayah Perencanaan pertumbuhannya cepat; dan apabila Mij < 0, artinya
sektor/komoditas i pada Wilayah Perencanaan pertumbuhannya lambat. Sedangkan, pada analisis
komponen daya saing wilayah (Cij), apabila nilai Cij > 0, artinya sektor/komoditas i pada W ilayah
Perencanaan memiliki daya saing yang baik dibandingkan dengan sektor/komoditas yang sama di
wilayah di atasnya; dan apabila Cij < 0, artinya artinya sektor/komoditas i pada Wilayah Perencanaan
tidak memiliki daya saing dibandingkan dengan sektor/komoditas yang sama di wilayah di atasnya.
Jika komponen pertumbuhan proporsional dan komponen daya saing wilayah dijumlahkan, maka
akan diperoleh pergeseran bersih (PB) yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan
suatu sektor perekonomian. Rumus pergeseran bersih adalah:
PB ij =M ij +C ij
Keterangan:
PBik = pergeseran bersih sektor/komoditas i pada WP
Mij = Komponen pertumbuhan proporsional sektor/komoditas i pada WP
Cij = Komponen pertumbuhan daya saing wilayah sektor/komoditas i pada WP
Apabila nilai PBij > 0, artinya pertumbuhan sektor/komoditas i pada Wilayah Perencanaan
termasuk ke dalam kelompok progresif; dan apabila PBij < 0, artinya pertumbuhan sektor/komoditas
i pada Wilayah Perencanaan termasuk lamban. Tabel 3 menunjukkan hasil analisis Shift Share
terhadap sektor perekonomian di Kabupaten Kulon Progo. Hasil analisis Shift Share terhadap PDRB
Kabupaten Kulon Progo menunjukkan bahwa terdapat 10 sektor di Kabupaten ini yang mengalami
pertumbuhan progresif. Sektor-sektor tersebut diantaranya adalah 1) sektor Pertambangan dan
Penggalian; 2) sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; 3) sektor
Konstruksi; 4) sektor Transportasi dan Pergudangan; 5) sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum; 6) sektor Informasi dan Komunikasi; 7) sektor Real Estat; 8) sektor Jasa Perusahaan; 9)
sektor Jasa Pendidikan; dan 10) sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Terlihat bahwa sektor-
sektor basis Kabupaten Kulon Progo, yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Pengadaan
Air dan Pengelolaan Sampah, sektor Konstruksi, dan sektor Transportasi dan Pergudangan
mengalami pertumbuhan yang progresif dalam kurun waktu lima tahun. Selain itu, terdapat dua
sektor ekonomi yang dapat digolongkan menjadi sektor unggulan di Kabupaten Kulon Progo (sektor
memiliki pertumbuhan yang cepat dan daya saing yang baik), yaitu sektor Konstruksi dan sektor
Informasi dan Komunikasi.
Tabel 3. Analisis Shift Share Sektor Ekonomi Kabupaten Kulon Progo tahun 2017 dan 2021
Keterangan
Pertumbuhan Pertumbuhan Daya Pergeseran
Lapangan Usaha Mij Cij PBij
Proporsional Saing Bersih
(Mij) (Cij) (Pbij)
-
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -94,41 -30,82 Pertumbuhan Lambat Tidak Berdaya Saing Lamban
125,24
Pertambangan dan Penggalian -16,57 17,19 0,61 Pertumbuhan Lambat Daya Saing Baik Progresif
Industri Pengolahan -85,71 42,51 -43,20 Pertumbuhan Lambat Daya Saing Baik Lamban
Pengadaan Listrik dan Gas -0,46 0,21 -0,25 Pertumbuhan Lambat Daya Saing Baik Lamban
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
0,61 -0,11 0,50 Pertumbuhan Cepat Tidak Berdaya Saing Progresif
Daur Ulang
Konstruksi 29,75 667,87 697,62 Pertumbuhan Cepat Daya Saing Baik Progresif
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil
-84,70 47,02 -37,68 Pertumbuhan Lambat Daya Saing Baik Lamban
dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan -149,50 186,80 37,30 Pertumbuhan Lambat Daya Saing Baik Progresif
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum -31,75 44,44 12,69 Pertumbuhan Lambat Daya Saing Baik Progresif
Informasi dan Komunikasi 198,33 7,21 205,54 Pertumbuhan Cepat Daya Saing Baik Progresif
Jasa Keuangan dan Asuransi -1,36 -9,46 -10,82 Pertumbuhan Lambat Tidak Berdaya Saing Lamban
Real Estat -6,11 11,18 5,07 Pertumbuhan Lambat Daya Saing Baik Progresif
Jasa Perusahaan -2,87 5,14 2,27 Pertumbuhan Lambat Daya Saing Baik Progresif
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan
-66,14 -13,31 -79,45 Pertumbuhan Lambat Tidak Berdaya Saing Lamban
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 34,41 -33,17 1,24 Pertumbuhan Cepat Tidak Berdaya Saing Progresif
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 26,87 -3,42 23,45 Pertumbuhan Cepat Tidak Berdaya Saing Progresif
Jasa Lainnya -2,06 -16,08 -18,13 Pertumbuhan Lambat Tidak Berdaya Saing Lamban
Sumber: Hasil olah data Tim Penyusun RDTR Perkotaan Kokap
Analisis Struktur dan Pola Pertumbuhan Ekonomi
Metode yang umum digunakan dalam mengidentifikasi struktur dan pola pertumbuhan
ekonomi wilayah adalah Tipologi Klassen. Tipologi Klassen juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditas unggulan suatu daerah. Analisis ini dapat
digunakan melalui dua pendekatan, yaitu daerah maupun sektoral. Analisis struktur dan pola
pertumbuhan ekonomi Kulon Progo dilaksanakan melalui pendeketan sektoral dengan
membandingkan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditas suatu wilayah dengan nilai rata-
ratanya di wilayah referensi. Hasil dari analisis Tipologi Klassen merupakan gambaran persebaran
wilayah atau persebaran sektor ekonomi berdasarkan tingkat pertumbuhannya. Pengelompokkan
wilayah ataupun sektor ekonomi berdasarkan Tipologi Klassen digambarkan pada Tabel 4.
y i ≥ yp y i < yp
Daerah (sektor) maju
Daerah (sektor)
r i ≥ rp dan tumbuh cepat
berkembang
(Unggulan)
Daerah (sektor) maju Daerah (sektor)
r i <rp
tapi tertekan (Potensial) relatif tertinggal
Keterangan:
yi = rata-rata pendapatan per kapita wilayah i / kontribusi sektoral di wilayah i
yp = rata-rata pendapatan per kapita wilayah referensi / kontribusi sektoral di
wilayah referensi
ri = laju pertumbuhan ekonomi wilayah i / pertumbuhan sektoral di wilayah i
rp = laju pertumbuhan ekonomi wilayah referensi / pertumbuhan sektoral di
wilayah referensi
Tabel 5 dan Tabel 6 menunjukkan hasil analisis Tipologi Klassen terhadap sektor
perekonomian di Kabupaten Kulon Progo. Hasil analisis Tipologi Klassen terhadap PDRB Kabupaten
Kulon Progo menunjukkan bahwa terdapat 5 sektor di Kabupaten ini yang tergolong sektor maju dan
tumbuh cepat, atau sektor unggulan. Sektor-sektor tersebut diantaranya adalah 1) sektor
Pertambangan dan Penggalian; 2) sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang; 3) sektor Konstruksi; 4) Sektor Perdagangan; dan 5) sektor Transportasi dan Pergudangan.
Kelima sektor ini adalah sektor-sektor basis di Kabupaten Kulon Progo. Tiga sektor basis lain di
Kabupaten Kulon Progo, yaitu sektor Pertanian; sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib; dan sektor Jasa Lainnya tergolong ke dalam kelompok sektor maju tapi
tertekan, atau sektor potensial.
Tabel 5. Pengelompokkan Sektor Ekonomi Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Tipologi Klassen
y i ≥ yp y i < yp
Sektor Maju dan Tumbuh Cepat (Unggulan) Sektor Berkembang
1. Pertambangan dan Penggalian 1. Industri Pengolahan
2. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 2. Pengadaan Listrik dan Gas
Limbah dan Daur Ulang 3. Penyediaan Akomodasi Makan
r i ≥ rp
3. Konstruksi Minum
4. Perdagangan Besar dan Eceran, 4. Informasi dan Komunikasi
Reparasi Mobil dan Sepeda 5. Real Estat
5. Transportasi dan Pergudangan 6. Jasa Perusahaan
Sektor Maju tapi Tertekan (Potensial) Sektor Relatif Tertinggal
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1. Jasa Keuangan dan Asuransi
r i <rp 2. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 2. Jasa Pendidikan
dan Jaminan Sosial Wajib 3. Jasa Kesehatan dan Kegiatan
3. Jasa Lainnya Sosal
Sumber: Hasil olah data Tim Penyusun RDTR Perkotaan Kokap
yi yp ri rp
Rata-rata Rata-rata Rata-rata
Rata-rata
Kontribusi Kontribusi Pertumbuhan
Lapangan Usaha Pertumbuhan Analisis
2017-2021 2017-2021 2017-2021
2017-2021 KP
KP DIY DIY
(%)
(%) (%) (%)
Pertanian,
Sektor
Kehutanan, dan 15,00 8,22 1,49 1,99
Potensial
Perikanan
Pertambangan dan Sektor
1,55 0,51 6,58 1,01
Penggalian Unggulan
Sektor
Industri Pengolahan 11,96 12,49 3,80 2,52
Berkembang
Pengadaan Listrik Sektor
0,10 0,16 3,25 2,74
dan Gas Berkembang
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sektor
0,13 0,10 4,97 4,96
Sampah, Limbah Unggulan
dan Daur Ulang
Sektor
Konstruksi 14,89 10,02 25,06 5,94
Unggulan
Perdagangan Besar
dan Eceran; Sektor
13,09 8,20 4,03 2,68
Reparasi Mobil dan Unggulan
Sepeda Motor
Hasil analisis TGL dengan membandingkan tutupan lahan di kawasan Perkotaan Kokap dapat
dilihat pada Tabel 8. Rasio dari peruntukkan lahan bangunan dibandingkan dengan lahan pertanian
dan peternakan di empat padukuhan wilayah Perkotaan Kokap menunjukkan angka yang sangat
kecil, yaitu 0,04; yang menandakan bahwa Wilayah Perencanaan Perkotaan Kokap masih memiliki
karakteristik perdesaan. Pada wilayah dengan karakteristik perdesaan, strategi pengembangan
wilayah yang dapat direncanakan adalah pengembangan potensi sektor primer. Untuk Wilayah
Perencanaan Perkotaan Kokap, maka sektor ekonomi yang perlu didukung pengembangannya
adalah sektor pertanian dan industri olahan hasil pertanian.
Analisis Ketenagakerjaan
Persebaran tenaga kerja di Kapanewon Kokap dapat dilihat pada Gambar 6, sementara
persebaran tenaga kerja di Kalurahan Hargorejo dapat dilihat pada Gambar 7. Di Kapanewon Kokap,
hampir setengah dari angkatan kerja yang ada bekerja di Sektor Pertanian. Sebagian besar angkatan
kerja lainnya bekerja sebagai wiraswasta dan karyawan swasta. Begitu pula di Kalurahan Hargorejo
yang menaungi Wilayah Perencanaan Perkotaan Kokap, sebagian besar angkatan kerjanya bekerja di
sektor pertanian, diikuti dengan wiraswasta dan karyawan swasta. Jika dilihat dari struktur tenaga
kerjanya, Kalurahan Hargorejo dan Kapanwon Kokap memiliki struktur tenaga kerja yang mirip,
dengan tiga jenis usaha mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani, wiraswasta, dan karyawan
swasta.
Gambar 6. Persebaran Tenaga Kerja di Gambar 7. Persebaran Tenaga Kerja di
Kapanewon Kokap Tahun 2021 Kalurahan Hargorejo Tahun 2021
Sumber: DKB Ditjen Dukcapil Kemendagri, diolah Biro Tata Pemerintahan Setda DIY, 2022
Jika dibandingkan dengan data kependudukan tahun 2017, nampak bahwa terjadi
penurunan jumlah tenaga kerja di Sektor Pertanian dalam lima tahun terakhir (lihat Tabel 9). Hal ini
terjadi pada semua Kalurahan di Kapanewon Kokap, tak terkecuali Hargorejo. Hargorejo merupakan
salah satu kalurahan dengan penurunan tenaga kerja di Sektor Pertanian terbesar kedua, dengan
penurunan tenaga kerja Sektor Pertanian sebesar 12%. Rata-rata penurunan tenaga kerja di sektor
pertanian di Kapanewon Kokap adalah 11% dalam lima tahun terakhir. Di sisi lain, peningkatan
jumlah tenaga kerja yang signifikan terjadi pada jenis pekerjaan karyawan swasta dan buruh/tukang
berkeahlian khusus, baik di Kapanewon Kokap maupun di Kalurahan Hargorejo (lihat Tabel 10).
2017 2021
Nama Kalurahan Pertumbuhan
L P L+P L P L+P
Hargomulyo 1.354 1.401 2.755 1.178 1.214 2.392 -13,18%
Hargorejo 1.129 1.398 2.527 980 1.235 2.215 -12,35%
Hargowilis 1.068 1.357 2.425 941 1.219 2.160 -10,93%
Kalirejo 1.012 1.041 2.053 902 928 1.830 -10,86%
Hargotirto 1.533 1.511 3.044 1.357 1.394 2.751 -9,63%
Jumlah Kapanewon Kokap 6.09 6.708 12.804 5.358 5.99 11.348 -11,37%
6 0
Sumber: DKB Ditjen Dukcapil Kemendagri, diolah Biro Tata Pemerintahan Setda DIY, 2022
Tabel 10. Perubahan Struktur Angkatan Kerja di Kapanewon Kokap dan Kalurahan Hargorejo
Kapanewon Kalurahan
Pertumbuh Pertumbuh
Jenis Pekerjaan Kokap Hargorejo
an an
2017 2021 2017 2021
Belum Bekerja 1762 1588 -9,88% 368 349 -5,16%
ASN 451 403 -10,64% 137 120 -12,41%
TNI 29 21 -27,59% 10 8 -20,00%
POLRI 28 24 -14,29% 9 7 -22,22%
Pejabat Negara 4 2 -50,00% 0 1 -
Buruh/Tukang Berkeahlian
1051 1218 15,89% 400 447 11,75%
Khusus
Sektor Pertanian 12804 11348 -11,37% 2527 2215 -12,35%
Karyawan BUMN/BUMD 40 38 -5,00% 12 11 -8,33%
Karyawan Swasta 2831 3507 23,88% 859 1124 30,85%
Wiraswasta 4682 4629 -1,13% 1680 1648 -1,90%
Tenaga Medis 51 49 -3,92% 15 11 -26,67%
Pekerjaan Lainnya 132 124 -6,06% 34 30 -11,76%
Sumber: DKB Ditjen Dukcapil Kemendagri, diolah Biro Tata Pemerintahan Setda DIY, 2022
Piramida Penduduk di wilayah Perkotaan Kokap dapat dilihat pada Gambar 8. Sebanyak
1.627 orang, atau 69% dari jumlah penduduk di wilayah Perkotaan Kokap merupakan penduduk usia
produkitif, yaitu penduduk berusia antara 15 hingga 64 tahun. Berdasarkan hasil dari wawancara
mendalam pada survei lapangan, sebagian besar masyarakat di empat Padukuhan Wilayah
Perencanaan Perkotaan Kokap memiliki mata pencaharian sebagai petani penderes. Namun,
sebagaimana yang terjadi di Kapanewon Kokap dan Kelurahan Hargorejo, wilayah Perkotaan Kokap
turut mengalami penurunan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian khususnya pada jumlah petani
penderes. Berdasarkan hasil wawancara mendalam serta Focus Group Discussion (FGD) dengan
pemangku kepentingan di Wilayah Perencanaan, saat ini masyarakat muda di empat Padukuhan
lebih memilih untuk bekerja sebagai buruh bangunan atau buruh pabrik dibandingkan dengan
bekerja sebagai petani penderes. Fenomena ini sejalan dengan data jumlah tenaga kerja baik dalam
lingkup Kapanewon Kokap maupun Kalurahan Hargorejo yang menunjukkan peningkatan jumlah
tenaga kerja buruh/tukang berkeahlian khusus dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Piramida Penduduk di Wilayah Perkotaan
Kokap, 2021
75+
60-64
45-49
Usia
30-34
15-19
0-4
150 100 50 0 50 100 150
Jumlah Penduduk
Laki-laki Perempuan
Gambar 8. Piramida Penduduk Wilayah Perkotaan Kokap tahun 2021
Sumber: Data Kependudukan Kalurahan Hargorejo, 2022
Tabel 11. Analisis SyLQ Komoditas Pertanian Kapanewon Kokap tahun 2017-2021
Tabel 12. Analisis SyLQ Komoditas Peternakan Kapanewon Kokap tahun 2017-2021
Tabel 13. Analisis SyLQ Komoditas Perikanan Kapanewon Kokap tahun 2017-2021
N
Kategori UMKM Jumlah
o
1 Industri Makanan 117
2 Industri Genteng dan Bata 67
3 Industri Olahan Gula Jawa/Kristal/Semut 45
4 Toko/Warung 35
5 Usaha Peternakan 31
6 Tukang Kayu/Mebel 24
7 Penjahit/Tas Rajut/Panahan/Pengrajin 23
8 Industri Jasa 16
9 Usaha Bengkel 10
10 Usaha Ayam Potong 10
11 Pengrajin Batako 7
12 Toko Bangunan/Gypsum 4
13 Arang 3
14 Usaha Air Isi Ulang 3
15 Usaha Pertalite/Pom Mini 2
16 Usaha Pertanian 1
17 Loundry 1
18 Usaha CV 1
19 Pandai Besi 1
Jumlah UMKM di Hargorejo 401
Sumber: Profil Kalurahan Hargorejo tahun 2022
Untuk potensi UMKM di Di wilayah Perkotaan Kokap sendiri, terdapat 96 UMKM yang
bergerak di berbagai jenis usaha, seperti Perdagangan Umum, Olahan Pangan, Kerajinan, Jasa, serta
Pertanian Ternak. Mayoritas UMKM di Perkotaan Kokap bergerak di bidang Industri Olahan Pangan ,
dengan jumlah UMKM mencapai 52 unit usaha (lihat Gambar 9). Padukuhan Ngaseman menaungi
paling banyak UMKM di wilayah Perkotaan Kokap dengan jumlah UMKM mencapai 33 unit usaha,
disusul oleh padukuhan Sangkrek yang menaungi sebanyak 26 UMKM. Di wilayah Perkotaan Kokap,
terdapat lima Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bentukan Dinas Sosial Kabupaten Kulon Progo.
KUBE-KUBE ini bergerak di bidang usaha Peternakan, meliputi ternak ayam kampung, ternak
kambing, dan ternak lele.
Jumlah UMKM Berdasarkan Jenis Usaha di Perkotaan
Kokap, 2022
Sangkrek
Tejogan
Sambeng
Ngaseman
0 5 10 15 20 25 30 35
Gambar 9. Jumlah UMKM berdasarkan Jenis Usaha di Wilayah Perkotaan Kokap tahun 2022
Di wilayah Perkotaan Kokap, pertanian kelapa serta komoditas gula kelapa memiliki potensi
yang besar untuk terus dikembangkan bahkan hingga 20 tahun ke depan. Pertanian kelapa serta
produksi gula kelapa, selain berkaitan dengan aspek ekonomi, juga erat keterkaitannya dengan
aspek sosial dan budaya masyarakat di wilayah Kokap. Mayoritas masyarakat di wilayah Perkotaan
Kokap memiliki pencaharian sebagai petani penderes nira kelapa serta petani tegalan. Kegiatan
menderes kelapa merupakan kegiatan yang telah dijalankan secara turun-temurun oleh masyarakat
Kokap, begitupun dengan produksi gula kelapa. Kesejahteraan sebagian besar masyarakat Perkotaan
Kokap bergantung pada sektor pertanian dan industri olahan kelapa. Secara umum, pengembangan
ekonomi wilayah Perkotaan Kokap belum maksimal, dengan kesejahteraan masyarakatnya yang
masih tergolong dalam taraf rendah-menengah. Permasalahan dan kebutuhan pembangunan
ekonomi wilayah Perkotaan Kokap dapat dilihat pada Tabel 16.
Permasalahan Kebutuhan
- Kemiskinan yang tinggi: petani belum
- Lokasi perkebunan khusus untuk pohon
bisa menikmati lebih, turunnya harga
kelapa.
komoditas pertanian (kelapa),
- Penanaman bibit kelapa genjah entok.
penghasilan masyarakat yang rendah
- Fasilitas (sentra) pemasaran UMKM.
sedangkan harga bahan-bahan pokok
- Sentra idustri gula kelapa dan gula
yang tinggi.
semut yang dapat mengakomodasi
- Kondisi fisik wilayah yang
penderes kelapa, produksi, pengepul,
menghambat proses pembangunan,
hingga pemasaran gula kelapa
akses jalan yang kurang memadai.
termasuk ke luar negeri (ekspor).
- Rendahnya kesejahteraan penderes,
- Tempat khusus untuk kaki lima.
- Pekerjaan penderes yang mulai
- Tempat khusus untuk penjualan hasil
ditinggalkan oleh masyarakat muda
kerajinan/kuliner.
sehingga regenerasi penderes yang
- Tempat khusus untuk pertunjukan
mengalami kesulitan.
budaya.
- Potensi wisata yang banyak namun
- Perbaikan dan peningkatan akses jalan.
belum berkembang.
- Pasar semi modern.
- Terkendalanya pelaku usaha dan
- Lapangan luas untuk tempat
industri atas permodalan dan
berkumpul warga dan kegiatan lokal.
pemasaran.
- Pengembangan daerah wisata
- Penjualan (ekspor) melalui pihak
(infrastruktur dan tata kelola).
ketiga sehingga petani tidak
- Lokasi wisata yang mengkolaborasikan
mendapat keuntungan.
aspek ekonomi dan pertanian
- Sektor seni budaya terkendala
(agrowisata dan agrobisnis).
permodalan dan sarana prasarana.
- Sumber daya manusia yang masih
rendah kualitasnya.
- Belum maksimalnya kerjasama yang
dilakukan oleh kelompok usaha,
budaya, dan wisata.