Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 4, No.

1, Februari2018
Penelitian
PENGARUH PEMBERIAN KONSELING DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PADA PASIEN YANG MENJALANI
HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT KOTA MEDAN

Harsudianto Silaen
Dosen Prodi S1 Keperawatan, STIKes Murni Teguh, Jalan Jawa No 2 Gang Buntu Medan

E-mail: silaenanto@gmail.com

ABSTRAK

Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang dilakukan 2-3 kali seminggu dengan lama
waktu 4-5 jam, yang bertujuan untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme protein dan mengoreksi
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Konseling salah satu cara yang efektif dilakukan dalam
pendidikan kesehatan untuk pengajaran kepada pasien untuk pembatasan asupan cairannya. Melalui
konseling hubungan antara perawat dan pasien dapat lebih terbuka, dimana pasien dapat
mengungkapkan seluruh keluhan dan keterbatasannya dan atau kemampuan serta kelemahannya,
perawat juga dapat mengeksplorasi perasaan pasien serta memahami keberagaman dari masing-masing
pasien yang berbeda, sehingga komunikasi antar perawat dan pasien dapat disesuaikan dengan
keragaman kepripadian yang dimiliki oleh pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
lamanya hemodialisis dengan tingkat kecemasan pasien hemodialisis di Rumah Sakit Murni Teguh. Jenis
penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain quasi eksperimen. Sampel yang dipakai dalam penelitian
ini berjumlah 45 orang dan teknik pengambilan sampel dengan purposivesampling yaitu pengambilan
sampel secara kebutulan peneliti datang melakukan penelitian dan sebahagian sampel itu diambil dari
jumlah populasi. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan analisa data menggunakan uji T-Test.
Dari hasil penelitian didapatkan pengaruh pemberian konseling pada pasien hemodialisis dengan
tingkat kecemasan, diperoleh bahwa nilai p value 0.00. Diharapkan kepada perawat untuk memberikan
edukasi dan konseling kepada pasien hemodialisis yang sedang menjalani hemodialisis agar pasien
merasa nyaman dan tidak cemas

Kata kunci: Konseling, Tingkat Kecemasan

ABSTRACT

Hemodialysis is a renal replacement therapy performed 2-3 times a week with a duration of 4-5 hours,
which aims to remove the remnants of protein metabolism and correct fluid and electrolyte disturbances.
Counseling is one of the most effective ways of doing health education for teaching patients to limit their
fluid intake. Through counseling the relationship between nurses and patients can be more open, where
patients can reveal all the complaints and limitations and / or capabilities and weaknesses, nurses can
also explore the patient's feelings and understand the diversity of each of the different patients, so that the
communication between nurses and patients can be adjusted with the diversity of patient-owned
kepripadian. This study aims to determine the relationship duration of hemodialysis with anxiety level of
hemodialysis patients in Teguh Hospital Murni. This type of research is quantitative with quasi
experimental design. The samples used in this study amounted to 45 people and the sampling technique
with purposive sampling is sampling by kebutulan researchers come to research and sebahagian sample
was taken from the population. Data collection using questionnaire and data analysis using T-Test. From
result of research got influence of giving counseling on patient of hemodialysis with level of anxiety,
obtained that value p value 0.00. It is desirable for nurses to provide education and counseling to
hemodialysis patients undergoing hemodialysis in order for patients to feel comfortable and not anxious

Keywords: Counseling, Level of Anxiety

421
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 4, No. 1, Februari2018

PENDAHULUAN Konseling merupakan proses yang


memban tuklien melalui pihak ketiga atau
Penyakit ginjal kronis atau penyakit membantu system memperbaiki layanan
renal tahap akhir (ESRD) merupakan terhadap klien (Gibson, 2011). Hubungan ini
gangguan fungsi renal yang progresif dan mengacu kepada tindakan sukarela antara
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal seorang penolong yang professional dengan
untuk mempertahankan metabolism dan individu, dimana konselor menyediakan
keseimbangan cairan dan elektrolit, bantuan bagi klien untuk mendefenisikan
menyebabkan uremia (retensi urea dan dan menjawab masalah-masalah terkait
sampah nitrogen lain dalam darah) sehingga pekerjaan maupun kesehatan.
perlunya dilakukan hemodialisis. Hemodiali Perawat memiliki keahlian dalam hal
sis merupakan suatu proses yang digunakan teori, ilmiah dan keterampilan klinis yang
pada pasien dalam keadaan sakit akut dan dapat mempengaruhi dan memfasilitasi
memerlukan terapi dialysis jangka pendek kesehatan masyarakat melalui pendidikan
(beberapa hari hingga beberapa minggu) pada pasien untuk merubah perilaku
atau pasien dengan penyakit ginjal stadium (Carison, 2010). Perawat memiliki andil
terminal (ESRD; end-stage renal disease) yang cukup besar dalam hal merubah
yang membutuhkan terapi jangka panjang perilaku kesehatan pada pasien, misalnya
atau terapi permanen (Oktyantari., dkk, kegemukan, pemakaian alkohol, program
2014). diet. Pada pasien dengan gagal ginjal kronis
Hemodialisis merupakan terapi perlupengaturan diet yang seksama guna
pengganti ginjal yang dilakukan 2-3 kali mencegah berbagai komplikasi untuk
seminggu dengan lama waktu 4-5 jam, yang meningkatkan kualitas hidup pasien gagal
bertujuan untuk mengeluarkan sisa-sisa ginjal kronis yang menjalani hemodialisa.
metabolisme protein dan mengoreksi Kualitas hidup pasien hemodialisa
gangguan keseimbangan cairan dan berfluktuasi, karena dipengaruhi oleh
elektrolit. Proses terapi hemodialisis yang kesehatan fisik, psikologis, tingkat
membutuhkan waktu selama 5 jam, kemandirian, hubungan sosial, kepercayaan
umumnya akan menimbulkan stres fisik pribadi dan hubungan mereka dengan
pada pasien setelah hemodialisis. Pasien lingkungan. Pasien gagal ginjal yang
akan merasakan kelelahan, sakit kepala dan menjalani hemodialisa seumur hidup
keluar keringat dingin akibat tekanan darah membutuhkan dukungan perawat dan
yang menurun, sehubungan dengan efek keluarga untuk meningkatkan kualitas
hemodialisis. Ketergantungan pasien hidupnya sehingga pasien yang menjalani
terhadap mesin hemodialisis seumur hidup, HD akan dapat mempertahankan dan
perubahan peran, kehilangan pekerjaan dan menstabilkan kemampuan fungsional,
pendapatan merupakan stressor yang dapat memenuhi kebutuhannya, menghilangkan
menimbulkan depresi pada pasien gejala dan mengembalikan rasa nyaman
hemodialisis dengan prevalensi 15%-69% dalam menjalani sisa hidupnya (Isroin,
(Septiwi, 2013). 2014)
Hemodialisis sebagai terapi utama Kecemasan pada sakit fisik lainnya,
dalam penanganan gangguan ginjal kronik, seperti halnya kecemasan pada pasien
namun memiliki dampak bervariasi, penyakit ginjal kronik stadium terminal
diantaranya komplikasi intradialisis, efek sering dianggap sebagai kondisi yang wajar
hemodialisis kronik berupa kelelahan. terjadi. Penyakit ginjal kronik (PGK)
Kelelahan memiliki prevalensi yang tinggi stadium terminal menyebabkan pasien harus
pada populasi pasien dialisis. Pada pasien menjalani hemodialisis, oleh karena
yang menjalani hemodialisis dalam waktu penyakit ginjal kronik (PGK) itu sendiri
lama, simptom kelelahan dialami 82% dapat mengakibatkan kecemasan maupun
sampai 90% pasien (Sulistini., dkk, 2012). depresi pada pasien bertambah, sehingga
422
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 4, No. 1, Februari2018

sangat dibutuhkan dukungan sosial terhadap mereka memerlukan konseling atau sharing
para penderita. Adanya kompleksitas terhadap tenaga kesehatan dan motivasi,
masalah yang timbul selama hemodialisis bagaimana caranya agar tidak terlalu cemas
akan berdampak terjadinya kecemasan pada ketika menjalani hemodialisa.
pasien. Gangguan psikiatrik yang sering
ditemukan pada pasien dengan terapi METODE
hemodialisis adalah depresi, kecemasan,
hubungan dalam perkawinan, serta Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
ketidakkepatuhan dalam diet dan dengan designquasi eksperiment. Teknik
obatobatan. Keterbatasan pola atau pengambilan sampel menggunakan purposiv
kebiasaan hidup dan ancaman kematian. esampling. Penelitian ini telah dilakukan di
Oleh karena itu banyak pasien dan Murni Teguh Memorial Hospital pada bulan
keluarganya memerlukan dukungan secara Januari-Maret 2018. Sampel yang dipakai
emosional untuk mengahadapi kecemasan dalam penelitian ini berjumlah 46orang (dua
tentang penyakitnya (Agustin., dkk, 2013). kelompok) sebelum menjalani hemodialisa
Angka kejadian Chronic Kidney tanpa konseling sebanyak 23 orang dan
Disease (CKD) meningkat dari tahun ke setelah menjalani hemodialisa setelah
tahun. Jumlah CKD di dunia tahun 2009 di konseling sebanyak 23 orang. Kriteria
Amerika Serikat rata-rata prevalensinya 10- inklusi dikatakan sampel adalah yang
13% atau sekitar 25 juta orang yang terkena PHQMDODQL KHPRGLDOLVD ” WDKXQ, belum
Penyakit Ginjal Kronik. Sedangkan di pernah dikonseling oleh tenaga kesehatan
Indonesia tahun 2009 prevalensinya 12,5% dan mengalami kecemasan.
atau 18 juta orang dewasa yang terkena Teknik pengambilan sampel dengan
penyakit ginjal kronik (Hidayati., dkk, purposivesampling yaitu pengambilan
2014). sampel secara kebutulan peneliti datang
Kejadian penyakit gagal ginjal di melakukan penelitian dan sebahagian
Indonesia semakin meningkat. Penyakit ini sampel itu diambil dari jumlah populasi.
digambarkan seperti fenomena gunung es, Sampel ditentukan berdasarkan kriteria
dimana hanya sekitar 0,1% kasus yang LQNOXVL DGDODK \DQJ PHQMDODQL KHPRGLDOLVD ”
terdeteksi, dan 11-16% yang tidak 1 tahun dan kooperatif terhadap pemberian
terdeteksi. Menurut data statistik yang data tentang kecemasan sebanyak 45 orang
dihimpun oleh Perhimpunan Nefrologi dan analisa data menggunakan uji T Test
Indonesia (PERNEFRI), jumlah pasien gagal dengan melihat nilai p value< 0,05.
ginjal di Indonesia mencapai 70.000 orang Terdapat 3 tahapan dalam proses
dan hanya sekitar 13.000 pasien yang pelaksanaan, yaitu 1) Tahap pertama :
melakukan cuci darah atau hemodialisis penelititerlebihdahulumemberikan format
(Septiwi, 2013). data demografiuntuk dapat diisi oleh
Berdasarkan hasil survei pendahuluan responden, 2) Tahap kedua : peneliti
yang dilakukan oleh peneliti menemukan mengajukan kuisioner dan mengukur tingkat
jumlah pasien hemodialisa sebanyak 62 kecemasan sebelum hemodialisa, 3) Tahap
orang dan peneliti melakukan wawancara ketiga: peneliti mengukur kecemasan setelah
singkat menemukan bahwa pasien yang konseling dan membandingkan hasil antara
sedang menjalani hemodialisa yang pertama sebelum dan sesudah dilakukan konseling
kali sampai dengan hemodialisa kelima dengan menganalisis data univariat dan
bahwa pasien mengatakan kebanyakan bivariat dengan menghubungkan antara
merasakan cemas dan sangat takut terhadap variabel independent dan variabel dependent
proses cuci darah. Pasien yang menjalani dengan memakai distribusi frekuensi pada
hemodialisis akan membutuhkan waktu sistem komputerisasi.
yang lama ketika pasien tersebut memiliki
berat badan yang abnornal dari biasanya
sehingga perlu dilakukan cuci darah yang
membutuhkan waktu yang lama. Dan
423
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 4, No. 1, Februari2018

HASIL dilakukan konseling di Rumah Sakit


Murni Teguh (n=45).
Analisa Univariat Tingkat
Jumlah Persentas
No Kecemasa
(n) e (%)
Karakteristik Responden (N=45) n
Berdasarkan hasil penelitian yang Tidak
1
cemas
30 66,7
diperoleh, umur pasien hemodialisis, 35-45
tahun yaitu sebanyak 12 orang (26,7%), Cemas
2
ringan
7 15,6
umur 46-55 tahun yaitu sebanyak 22 orang
Cemas
(48,9%) dan umur>55 tahun yaitu sebanyak 3
sedang
5 11,1
11 orang (24,4%). Pekerjaan pasien Cemas
hemodialisis, PNS yaitu sebanyak 13 orang 4
berat
2 4,4
(28,9%), pekerjaan wirausaha yaitu Cemas
sebanyak 19 orang (42,2%) dan pekerjaan 5
berat sekali
1 2,2
IRT yaitu sebanyak 6 orang (13,3%) dan Total 45 100
pekerjaan lain-lainnya sebanyak 7 orang Berdasarkan tabeldi atas dapat dilihat
(15,6%). Pendidikan pasien hemodialisis, bahwa, tingkat kecemasan pasien
SD yaitu sebanyak 1 orang (2,2%), hemodialysis setelah dilakukan konseling,
pendidikan SMP yaitu sebanyak 13 orang tidak cemas yaitu sebanyak 30 orang
(28,9%) dan pendidikan SMA yaitu (66,7%), cemas ringan yaitu sebanyak 7
sebanyak 25 orang (57,8%) dan pendidikan orang (15,6%) dan cemas sedang yaitu
Perguruan Tinggi sebanyak 5 orang (11,1%). sebanyak 5 orang (11,1%), cemas berat yaitu
sebanyak 2 orang (4,4%) dan cemas berat
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingka sekali yaitu sebanyak 1 orang (2,2%).
t Kecemasan pada Pasien Hemodialisis
sebelum konseling di Rumah Sakit Murni Analisa Bivariat
Teguh (n=45). Pengaruh pemberian konselingdengan
Lamany Jumla Persentas Tingkat Kecemasan pada Pasienyang
No
a HD h (n) e (%) Sedang Menjalani Hemodialisis di Rumah
Tidak Sakit Murni Teguh(N=45)
1 0 0
cemas
Pengaruh pemberian p value
Cemas
2
ringan
15 33,3 konseling pada pasien
Cemas hemodialisa
3 22 48,9 Setelah dilakukan 0,00
sedang
Cemas konseling
4 5 11,1 Berdasarkan tabel diatas diperoleh
berat
Cemas bahwa nilai p value 1LODL .
5 berat 3 6,7 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
sekali pengaruh yang signifikan antara pemberian
Total 45 100 konseling pada pasien hemodialisis dengan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat tingkat kecemasan pasien hemodialisis.
bahwa sebelum dilakukan konseling, tingkat
kecemasan ringan sebanyak 15 orang PEMBAHASAN
(33,3%), tingkat kecemasan sedang sebanya
k 22 orang (48,9%), tingkat kecemasan berat Dari hasil penelitian yang dilakukan
sebanyak 5 orang (11,1%) dan tingkat peneliti dinyatakan bahwa didapatkan
kecemasan berat sekali sebanyak 3 orang pengaruh yang signifikan antara pemberian
(6,7%). konseling dengan tingkat kecemasan pada
pasien hemodialisis. Pasien gagal ginjal
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingka yang menjalani hemodialisa seumur hidup
t Kecemasan Pasien Hemodialisis setelah membutuhkan dukungan perawat dan
keluarga untuk meningkatkan kualitas
424
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 4, No. 1, Februari2018

hidupnya sehingga pasien yang menjalani kecemasan tentang penyakitnya (Agustin.,dk


HD akan dapat mempertahankan dan k, 2013).
menstabilkan kemampuan fungsional, Hasil penelitian Septiwi dapat
memenuhi kebutuhannya, menghilangkan mendukung penelitian ini, bahwa proses
gejala dan mengembalikan rasa nyaman terapi hemodialisis yang membutuhkan
dalam menjalani sisa hidupnya (Isroin, waktu selama 5 jam, umumnya akan
2014). menimbulkan stress fisik pada pasien setelah
Proses konseling diharapkan dapat hemodialisis. Pasien akan merasakan
memberikan manfaat bagi pasien antara lain kelelahan, sakit kepala dan keluar keringat
membantu pasien untuk mengenali dingin akibat tekanan darah yang menurun,
permasalahan kesehatan yang dihadapi dan sehubungan dengan efek hemodialisis.
membantu mengatasi masalah kesehatan Ketergantungan pasien terhadap mesin
pasien serta mendorong pasien untuk hemodialisis seumur hidup, perubahan
mencari dan memilih cara pemecahan peran,
masalah yang paling sesuai (Cornelia, et al., kehilanganpekerjaandanpendapatanmerupak
2013). an stressor yang dapat menimbulkan depresi
Hasil penelitian Thomas., Joseph & pada pasien hemodialisis dengan prevalensi
Mohanta, 2009 yang dilakukan di India, 15%-69% (Septiwi, 2013).
perlu dilakukannya konseling pada pasien Hemodialisis sebagai terapi utama
hemodialisa untuk meningkatkan kualitas dalam penanganan gangguan ginjal kronik,
hidup pasien diantaranya fokus dalam namun memiliki dampak bervariasi,
konseling adalah manajemen terapi obat, diantaranya komplikasi intradialisis, efek
mengkonsumsi makanan dan minuman yang hemodialisis kronik berupa kelelahan.
dianjurkan. Layanan konseling pada pasien Kelelahan memiliki prevalensi yang tinggi
hemodialiasis adalah hal yang wajib pada populasi pasien dialisis. Padapasien
dilakukan untuk meningkatkan kualitas yang menjalani hemodialisis dalam waktu
hidup pasien hemodialisis termasuk dengan lama, symptom kelelahan dialami 82%
mengatasi kecemasan pasien hemodialisa. sampai 90% pasien (Sulistini., dkk, 2012).
Kecemasan pada sakit fisik lainnya,
seperti halnya kecemasan pada pasien KESIMPULAN
penyakit ginjal kronik stadium terminal
sering dianggap sebagai kondisi yang wajar Kesimpulan hasil penelitian ini adalah
terjadi. Penyakit ginjal kronik (PGK) a. Mayoritas umur pasien hemodialisis,
stadium terminal menyebabkan pasien harus umur 46-55 tahunya itu sebanyak 22
menjalani hemodialisis, oleh karena orang (48,9%), mayoritas pekerjaan
penyakit ginjal kronik (PGK) itu sendiri pasien hemodialisis pekerjaan wirausaha
dapat mengakibatkan kecemasan maupun yaitu sebanyak 19 orang (42,2%),
depresi pada pasien bertambah, sehingga mayoritas pendidikan pasien hemodialisis
sangat dibutuhkan dukungan social terhadap pendidikan SMA yaitu sebanyak 25
para penderita. Adanya kompleksitas orang (57,8%).
masalah yang timbul selama hemodialisis b. Terdapat pengaruh pemberian konseling
akan berdampak terjadinya kecemasan pada dengan tingkat kecemasan pasien
pasien. Gangguan psikiatrik yang sering hemodialisa.
ditemukan pada pasien dengan terapi
hemodialisis adalah depresi, kecemasan, SARAN
hubungan dalam perkawinan, serta ketidak
kepatuhan dalam diet dan obat-obatan. a. RumahSakit
Keterbatasan pola atau kebiasaan hidup dan Diharapkan kepada perawat untuk
ancaman kematian. Oleh karena itu banyak memberikan edukasi dan konseling
pasien dan keluarganya memerlukan dukung kepada pasien hemodialisis yang sedang
an secara emosional untuk mengahadapi menjalani hemodialisis kurang dari 5 kali

425
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 4, No. 1, Februari2018

agar pasien merasa nyaman dan tidak c Weight Gain (IDWG) Pasien Gagal
cemas. Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodia
b. Bagi Pendidikan keperawatan lisa Di Rumah Sakit Umum Daerah
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat Kardinah. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 3.
menjadi informasi tambahan dan masuka No 2.
n dalam pengembangan pendidikan Isroin, L. dkk. (2014). Manajemen Cairan
keperawatan terhadap mengatasi kecemas pada Pasien Hemodialisis untuk
an dengan intervensi keperawatan. Meningkatkan Kualitas Hidup di RSUD
c. BagiPeneliti Selanjutnya Dr. Harjono Ponorogo. Jurnal Keperaw
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya atan Vol 2 No 1.
untuk menambah variabel lain untuk Oktyantari, P, dkk, (2014). EfektivitasTerapi
melihat faktor yang terkait terhadap Slow Stroke Back Massage terhadap
timbulnya kecemasan dan solusi untuk Penurunan Tingkat Fatigue pada Pasien
menangani kecemasan. yang menjalani Hemodialisa di RSUD
dr. Moewardi Surakarta. s.l: s.n
Septiwi, C, (2013). Pengaruh Breathing
DAFTAR PUSTAKA Exercise terhadap Level Fatique Pasien
Hemodialisis di RSPAD Gatot Subroto
Agustin, W, dkk, (2013). Tingkat Kecemasa Jakarta. Jurnal Keperawatan (The
n yang Dilakukan Tindakan Hemodialis Soedirman Journal of Nursing, Volume
a di Ruang Hemodialisa RSUD DR 8, No. 1.
Seohadi Prijonegoro Sregan. Jurnal Sulistini, R., Yetti, K. & Hariyati, T S,
Ilmu Kesehatan Vol 3. No 2. (2012). Faktor ± factor yang
Carison, E, 2010. Impacting Health Through memperngaruhi Fatique pada Pasien ya
on the Joba Counseling : Role for ng Menjalani Hemodialisa. Jurnal
Profesional Nurses. MEDSURG Nursin Keperawatan Indonesia, Volume 15 No
g. 2, Hal 75-82.
Cornelia, dkk. (2013). Konseling Gizi. Thomas Dixon, dkk, (2009). Effect of
Jakarta: Penebar Patient Counseling on Quality of Life
Hidayati, S, dkk, (2012). Efektifitas Konseli of Hemodialysis Patients in India.
ng Analisis Transaksional Tentang Diet Pharm Pract (Granada). 7(3): 181±
Cairan Terhadap Penurunan Interdialyti 184.

426

Anda mungkin juga menyukai