Ilmu Tentang Pengankutan Dalam Konteks Hukum Perdata
Ilmu Tentang Pengankutan Dalam Konteks Hukum Perdata
Hukum Pengangkutan
Dituntaskan oleh :
NPM : 213300516064
Ruang : R02
PENYELESAIAN
4. Subjek hukum adalah pendukung kewajiban dan hak. Subjek hukum pengangkutan
adalah pendukung kewajiban dan hak dalam hubungan hukum pengangkutan, yaitu
pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak
dalam perjanjian pengangkutan. Mereka itu terdiri atas :
a. Pihak pengangkut;
b. Pihak penumpang;
c. Pihak pengirim; dan
d. Pihak penerima kiriman.
Selain itu, ada pula pihak-pihak yang berkepentingan dengan pengangkutan
sebagai perusahaan penunjang pengangkutan. Mereka itu adalah :
a. Perusahaan ekspedisi muatan;
b. Perusahaan agen perjalanan;
c. Pengusaha agen pelayanan; dan
d. Perusahaan muat bongkar.
Subjek hukum pengangkutan dapat berstatus badan hukum, persekutuan
bukan badan hukum, atau perseoranagn. Pihak penumpang selalu berstatus
perseorangan, sedangkan pihak penerima kiriman dapat berstatus perseorangan atau
perusahaan. Pihak-pihak lainnya yang berkepentingan dengan pengangkutan selalu
berstatus perusahaan badan hukum atau persekutuan bukan badan hokum.
Pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan adalah mereka yang secara
langsung terikat memenuhi kewajiban dan memperoleh hak dalam perjanjian
pengangkutan. Mereka adalah pihak :
a. Pengangkut
Berkewajiban utama menyelenggarakan pengangkutan dan berhak atas
biaya pengangkutan.
b. Pengirim
Berkewajiban utama membayar biaya pengangkutan dan berhak aas
pelayanan pengangkutan barangnya.
c. Penumpang
Berkewajiban utama membayar biaya pengangkutan dan berhak atas
pelayanan pengangkutan.
Ada juga mereka yang secara tidak langsung terikat pada perjanjian pengangkutan,
tetapi bukan pihak, melainkan bertindak atas nama atau untuk kepentingan pihak lain,
seperti:
a. perusahaan ekspedisi muatan;
b. perusahaan agen perjalanan;
c. perusahaan muat bongkar;
d. perusahaan pergudangan atau karena dia memperoleh hak dalam
perjanjian pengangkutan; dan
e. penerima kiriman.
C. Agen Pelayaran;
Untuk menunjang usaha atau kegiatan pengangkutan di perairan dapat
diselenggarakan perusahaan penunjang pengangkutan di perairan. Antara
lain, yang dikenal dalam praktik pengangkutan di perairan adalah agen
pelayaran. Peraturan pemerintah Nomor 82 tahun 1999 menyebutkan
perusahaan jasa pengurusan transportasi, agen pelayaran (shipping agency)
dikenal dalam perjanjian pengangkutan barang di perairan. Agen pelayaran
digolongkan sebagai subjek hukum pengangkutan karena mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan pengangkut sebagai perusahaan
pelayaran, yaitu perusahaan pengangkutan barang melalui perairan.
Agen pelayaran bertindak sebagai wakil dalam perjanjian keagenan (agency
agreement) yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan pelayaran
sebagai pemilik kapal. Agen pelayaran tidak diatur, baik dalam KUHDagang
Indonesia maupun dalam undang-undang pengangkutan Indonesia. Walaupun
undang-undang tidak mengaturnya secara tegas, kenyataan dalam kegiatan
pelayaran dimana-mana ada agen pelayaran yang dibutuhkan dan dibentuk
berdasarkan perjanjian-perjanjian keagenan (agency agreement) mengenai
pelayaran.
Perjanjian keagenan mengenai pelayaran adalah persetujuan dimana agen
pelayaran (agen) mengikat diri untuk mewakili perusahaan pelayaran
(principal) dalam mengurus segala kepentingan principal yang berkaitan
dengan pelayanan berbagai keperluan kapal milik principal selama berlayar
dan singgah di pelabuhan di tempat kedudukan agen dengan syarat bahwa
principal sebagai pemilik kapal tetap berhak mengawasi agennya mengena
kewenangan yang dipercayakan kepadanya dan agen memperoleh uang
imbalan (agency free).
D. Perusahaan Muat Bongkar.
Perusahaan muat bongkar merupakan perusahaan yang berdiri sendiri atau
dapat juga nerupakan bagian dari perusahaan pelayaran (pengangkutann).
Perusahaan ini sering juga bergabung dengan perusahaan pengangkutan di
pelabuhan yang menyelenggarakan pengangkutan dengan tongkang dan
kapal tunda. Muatan kapal yang dimuat kedaan dibongkar dari kapal yang
terlambat atau berlabuh diluar dermaga. Berlabuhnya kapal di luar dermaga
tidak selalu karena menunggu giliran bertambat, tetapi karena biaya yang
sangat mahal jika bertambah di dermaga dan melakukan kegiatan maut
bongkar disitu.
Apabila perusahaan bongkar muat merupakan bagian dari perusahaan
pelayaran(pengangkut), dari segi huum pengangkutan, perbuatan muat
bongkar adalah perbuatan pengangkut dalam menyelenggarakan
pengangkutan. Menurut ketentuan KUHD Indonesia, segala perbuatan
melawan hukum yang dilakukan oleh penguasa muat bongkar dan pekerjaan
nya menjadi tanggung jawab pengangkut (Pasal 321 ayat (2) KUHDagang),
akan tetapi apabila dia merupakan perusahaan yang berdiri sendiri, perbuatan
itu dapat sebagai pelaksanaan pemberian kuasa dari pengirim dalam hal
permuatan atau pelaksanaan pemberian kuasa dari penerima dalam hal
pembongkaran. Namun, serta perbuatan yang dilakukan di atas kapal oleh
perusahaan muat bongkar tunduk pada peraturan yang berlaku di attas kapal
yang bersangkutan.
6. Dalam kamus hukum, tanggung jawab merupakan suatu keseharusan bagi seseorang
untuk melaksanakan apa yang telah diwajibkan kepadanya.Sedangkan menurut
hukum tanggung jawab merupakan suatu akibat atas konsekuensi kebebasan seorang
tentang perbuatannya yang berkaitan dengan etika atau moral dalam melakukan suatu
perbuatan.6Menurut hukum perdata dasar seseorang dalam melakukan pertanggung
jawaban dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu kesalahan dan resiko. Dengan
demikian dikenal dengan pertanggung jawaban atas dasar kesalahan (lilability without
based on fault) dan pertanggung jawaban tanpa kesalahan (lilability without fault) yang
dikenal dengan tanggung jawab resiko atau tanggung jawab mutlak (strick liability).
Prinsip dasar pertanggung jawaban atas dasar kesalahan mengandung arti bahwa
seseorang harus bertanggung jawab karena ia melakukan kesalahan karena
merugikan orang lain. Sebaliknya prinsip tanggung jawab risiko adalah bahwa
konsumen penggugat tidak diwajibkan lagi melainkan produsen tergugat langsung
bertanggung jawab sebagai risiko usahanya. Adapun tanggung jawab tersebut, yaitu
:
1) Bertanggung jawab atas barang yang hilang/dicuri dan harus memberikan ganti
kerugian yang diderita oleh si pemilik barang.
Dalam hal ini jika barang yang diangkut oleh pelaku usaha angkutan barang
tesebut hilang/dicuri atau mengalami kerusakan, dimana hal tersebut disebabkan
akibat keteledoran ataupun akibat kesalahan dari perusahaan pengirim, maka
harus bertanggung jawab atas kerugian dari hal tersebut.
Dimana posisi pengangkut disini terjadinya kehilangan barang akibat kelalaian
atau kurang hati-hatinya pihak pengangkut menyerahkan barang titipan
sipengirim, sehingga barang tersebut tidak sampai ketempat tujuan dengan
selamat karena kesalahan sang sopir dengan menjual barang tersebut ke sebuah
toko yang tidak seharusnya menerima barang tersebut. Sehingga hal tersebut
mengakibatkan kerugian kepada si pemilik barang dan dalam hal ini pengangkut
wajib bertanggung jawab atas kesalahannya tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yaitu yang tercantum dalam Pasal 1366 KUH
Pedata yang menyebutkan :”setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk
perbuatan yang disebabkan oleh perbuatannya, tetapi juga atas kerugian yang
disebabkan oleh kelalaian maupun oleh kekurang hati-hatiannya.”
2) Bertanggung jawab atas perbuatan melawan yang disebabkan oleh sopir atau
pekerjanya. Dalam hal ini pengangkut juga memiliki kewajiban untuk bertanggung
jawab atas perbuatan sopir yang dipekerjakannya, yang mana Pasal 1367 KUH
Perdata merupakan landasan utama untuk pertanggung jawaban tersebut.
Dimana dalam hal ini seorang majikan (employer) memiliki tanggung jawab
secara tidak langsung atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
pekerjanya sejauh hal tersebut terjadi dalam konteks pekerjaan. Adapun pasal ini
menyebutkan bahwa :”Seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian
yang disebabkan oleh perbuatannya sendiri, tetapi juga perbuatan atas orang-
orang yang menjadi tanggungannya ataupun atas barang-barang yang berada
dalam pengawasannya.”
8. Konosemen adalah daftar muatan kapal, atau sebuah dokumen yang menentukan
syarat-syarat kontrak antara pengirim dan maskapai pelayaran. Konosemen berupa
formulir yang dikeluarkan oleh maskapai dan dilengkapi oleh pengirim. Konosemen
berfungsi sebagai dokumen kepemilikan, kontrak pengangkutan, dan tanda terima
barang.
Konosemen ini merupakan dokumen yang terpenting dalam pengapalan barang. Hal
ini dikarenakan konosemen mencakup dua kepentingan, yaitu kepentingan
perniagaan dan kepentingan pengangkutan barang yang disebut dalam konosemen
yang bersangkutan. Konosemen tidak hanya berfungsi sebagai tanda bukti
penerimaan barang saja, tetapi konosemen juga merupakan surat berharga yang
mudah diperjualbelikan. Konosemen juga memiliki sifat kebendaan (droit de suite,
zaaksvolg) di mana setiap pemegang konosemen berhak menuntut penyerahan
barang yang disebut dalam konosemen yang bersangkutan di manapun barang itu
berada. Berdasar ketentuan Pasal 504 KUHD, konosemen diterbitkan oleh
pengangkut, namun berdasar ketentuan Pasal 505 KUHD, nakhoda juga berhak untuk
menerbitkan konosemen. Ketentuan Pasal 505 KUHD itu dulu penting artinya karena
tidak di setiap pelabuhan muat dan Pelabuhan tujuan pengangkut memiliki perwakilan,
tetapi sekarang umumnya pengangkut telah memiliki perwakilan di setiap pelabuhan.
Sekarang kantor perwakilan pengangkut juga dapat menerbitkan konosemen.
Konosemen memiliki tiga fungsi sebagai berikut :
a. Tanda terima barang atau muatan (document of receipt) Konosemen berfungsi
sebagai tanda terima barang yang menyatakan bahwa barang telah dimuat di
atas kapal.
b. Dokumen pemilikan (document of title) Konosemen memiliki fungsi sebagai
dokumen pemilikan barang. Pemegang konosemen merupakan pihak yang atas
penyerahan barang yang disebut dalam konosemen di pelabuhan tujuan.
c. Kontrak pengangkutan (contract of carriage) Konosemen berfungsi sebagai
kontrak antara pengangkut dan pengirim barang. Isi konosemen selain memuat
nama pengirim barang,