Tugas 2 Sebelum Uas Hukum Agraria r03 - Kelompok 2 - Pendaftaran Tanah
Tugas 2 Sebelum Uas Hukum Agraria r03 - Kelompok 2 - Pendaftaran Tanah
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas 2 sebelum UAS Mata Kuliah Hukum
Agraria Fakultas Hukum Universitas Nasional T.A. 2023
Disusun oleh :
Dosen Pengampu :
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat karunia dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Yuridis
Pendaftaran Tanah Terkait Hak atas Tanag dalam Sengketa Kepemilikan
Sertifikat Ganda (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Gianyar Nomor:
130/Pdt.G/2017/PN Gin)”.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................... i
BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN..........................................................................7
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Mandar Maju,
2008, hal. 198
2
Hasan Kusumah, Hukum Agraria I, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,1995, hlm. 77.
1
bersifat recht cadastre3 diseluruh wilayah Republik Indonesia.Perbuatan
hukum pendaftaran tanah menyangkut dengan hak keperdataan seseorang.
Hak keperdataan merupakan hak asasi seorang manusia yang harus kita
junjung tinggi dan hormati oleh sesama manusia lainnya yang bertujuan
untuk adanya kedamaian dalam kehidupan masyarakat.
Akan tetapi seiring dengan tingginya nilai dan manfaat tanah, banyak
orang yang berupaya memperoleh bukti kepemilikan tanah dengan memiliki
sertifikat palsu, asli tapi palsu maupun sertifikat ganda dimana data yang
ada pada sertifikat tidak sesuai dengan yang ada pada buku tanah. Jumlah
sertifikat-sertifikat semacam itu cukup banyak, sehingga menimbulkan
kerawanan. Pemalsuan sertifikat terjadi karna tidak didasarkan pada alas
hak yang benar, Seperti penerbitan sertifikat yang didasarkan pada surat
keterangan pemilikan yang dipalsukan, bentuk lainnya berupa stempel BPN
dan pemalsuan data pertanahan. Dalam praktik pemegang sertifikat tanpa
jangka waktu tertentu dapat kehilangan haknya disebabkan gugatan pihak
lain yang berakibat pembatalan sertifikat disebabkan cacat hukum
administrasi.
Dengan adanya cacat hukum administrasi menimbulkan sertifikat
ganda karena sertifikat tidak dipetakan dalam peta pendaftaran tanah atau
peta situasi daerah tersebut. Tanah-tanah yang sedang dalam sengketa tidak
dapat dikelola oleh pihak baik oleh pemegang sertifikat maupun pihak-
pihak lainnya. Secara ekonomis tentu sangat merugikan, sebab tanah yang
memiliki sertifikat ganda tersebut tidak produktif. Tanah tersebut tidak
dapat dimanfaatkan untuk menanam hasil perkebunan ataupun tanaman
lainnya serta dijadikan jaminan di bank. Apabila kasus-kasus sertifikat
ganda tidak ditangani secara serius maka akan mengganggu stabilitas
perekonomian.
3
Recht Cadaster adalah pendaftaran tanah yang bertujuan memberikan jaminan
kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah, sedangkan bagi tanah-tanah yang tunduk
pada hukum adat didaftarkan dengan tujuan menetapkan siapa yang berkewajiban
membayar pajak atas tanah
2
Sengketa sertifikat ganda timbul karena adanya keberatan dari pihak
yang dirugikan berupa tuntutan atas keputusan Pengadilan Negari yang di
tetapkan oleh Pengadilan Negeri dilingkungan Badan Pertanahan Nasional,
pengajuan keberatan bertujuan pemilik sertifikat dapat menyelesaikan
secara administrasi untuk mendapat koreksi dari Pengadilan Negeri. Akibat
sengketa sertifikat ganda kekuatan hukum sertifikat akan hilang. Untuk
menyelesaikan sengketa sertifikat ganda ditempuh jalan musyawarah bila
tidak ada kesepakatan dapat diselesaikan sepihak oleh Kepala Kantor Badan
Pertanahan Nasional, jika para pihak masih tidak dapat menerima keputusan
tersebut dapat mengajukan gugatan pada putusan Peradilan Negeri.
Sertipikat ganda adalah suatu bukti kepemilikan tanah yang
mempunyai lebih dari satu sertipikat. Dalam suatu bidang tanah tidak boleh
ada dua sertipikat. Jika terjadi hal tersebut terjadi sudah pasti salah satu
sertipikat tersebut salah, namun bisa juga dua-duanya salah karena ada juga
pemilik lain yang menguasai tanah tersebut dan setelah pembuktian orang
tersebutlah pemilik sebenarnya. Tidak mungkin ada dua sertipikat yang
benar dalam satu bidang tanah. Sertipikat ganda mengakibatkan sengketa
antara pemegang sertipikat dan saling mengakui bahwa apa yang mereka
miliki itu memang benar adanya walaupun kemudian satu diantaranya,
sertipikat itu ada yang palsu dimana objek yang tertera pada sertipikat
tersebut bukan yang sebenarnya. Sertipikat Hak Milik bisa dibatalkan
apabila data fisik dan Yuridis inkonsistensi.4
Dalam pengertian pendaftaran hak atas tanah melalui konversi adalah
merupakan penyesuaian hak lama yang tunduk pada hukum adat atau
hukum lainnya kepada hak baru menurut UUPA. Pendaftaran hak atas tanah
biasanya dilakukan secara sistematis atau sporadik melalui penegasan hak
dan pengesahan data fisik dan data Yuridis sebagai bukti kepemilikan yang
diperoleh berupa sertipikat yang kuat. Sehingga mengacu pada UUPA,
4
Tika Nurjanah, "PENYELESAIAN SENGKETA SERTIFIKAT GANDA HAK ATAS TANAH (STUDI
KASUS PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA MAKASSAR)", hlm. 134, Jurnal Hukum
Universitas Negeri Makassar, link :
https://ojs.unm.ac.id/tomalebbi/article/viewFile/2057/1021
3
dapat dijamin kepastian hukum bagi subjek yang beritikat sesuai dengan
justice as fairness. Seperti yang diungkapkan oleh Jhon Rawls: Hasil yang
baik dan benar harus melalui proses dan prosedur yang baik dan benar pula.
Meskipun sudah secara tegas diatur dalam UUPA dan PP No. 24 tahun 1997
bahwasannya untuk menjamin kepastian hukum pemilikan tanah, tanah
harus didaftarkan, namun masih banyak orang khususnya di daerah desa
yang mempunyai tanah namun belum mempunyai sertipikat sebagai alat
bukti kepemilikan tersebut, karena tanah bersangkutan belum didaftarakan.
Di daerah pedesaan masih banyak warga yang memiliki tanah dengan alat
bukti berupa petuk Pajak atau Girik.
Sebelum diberlakukannya UUPAsurat pembayaran terdahulu
menggunakan surat pajak hasil bumi yang disebut girik. Tetapi setelah
berlakunya UUPA, girik juga disebut surat keterangan bukti pembayaran
pajak bukan sebagai tanda kepemilikan hak atas tanah. Sebelum
diberlakukan UUPA secara formal girik bahwa benargirik adalah bukti hak
atas tanah, setelah lahirnya UUPA girik tidak berlaku. Berdasarkan
persitiwa yang ada di masyarakat, jaminan kepastian hukum tidak
sepenuhnya milik pemegang sertipikat.
Dalam penerbitan sertifikat diperlukan suatu proses yang melibatkan
pihak pemohon, para pemilik tanah yang bersebelahan, Pamong Desa
maupun pihak instansi yang terkait untuk memperoleh penjelasan dan surat-
surat sebagai alas hak yang berhubungan dengan permohonan sertifikat
tersebut. ”Penjelasan baik lisan maupun tertulis dari pihak terkait memiliki
peluang untuk terjadinya pemalsuan, daluwarsa bahkan adakalanya tidak
benar atau fiktif sehingga timbul sertifikat cacat hukum.”5
Sekarang dalam praktek tidak jarang terjadi beredarnya sertifikat
palsu, sertifikat asli tetapi palsu atau sertifikat ganda di masyarakat sehingga
pemegang hak atas tanah perlu mencari informasi tentang kebenaran data
5
Ali Achmad Chomzah, 2003, Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan III-Penyelesaian
Sengketa Hak Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV-Pengadaan Tanah Instansi
Pemerintah, Jakarta, hal. 25.
4
fisik dan data yuridis yang tertera dalam sertifikat tersebut di Kantor
Pertanahan setempat. Pada umumnya masalah baru muncul dan diketahui
terjadi penerbitan sertifikat ganda, yaitu untuk sebidang tanah diterbitkan
lebih dari satu sertifikat bahkan sampai tiga yang letak tanahnya saling
tumpang tindih, ketika pemegang sertifikat yang bersangkutan akan
melakukan suatu perbuatan hukum atas bidang tanah yang dimaksud.
Tujuan dari penulisan ini, disamping untuk mengetahui faktor-faktor yang
mengakibatkan terbitnya sertifikat ganda/overlapping, juga mengkaji dasar
pertimbangan hukum Hakim Pengadilan Negari dalam putusan perkara
Nomor : Nomor 130/Pdt.G/2017/PN Gin tentang penyelesaian sengketa
sertifikat ganda/overlapping.
B. Rumusan Masalah
5
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
Bab I : Dalam bab ini diuraikan mengenai permasalahan atau latar belakang.
Perumusan masalah sebagai dasar dalam bab ini juga memberikan tujuan
penelitian, manfaat penelitian. Terdapat pula tinjauan pustaka, dan
metodologi penilitian yang digunakan sehingga lebih memberikan
gambaran fokus penelitian penulis terhadap penulisan ini.
Bab II : Dalam bab ini akan menjelaskan hasil dari penelitian yang akan
dibahas secara rinci dan mendalam sesuai dengan penelitian kualitatif dan
pengkajian pustaka yang dilakukan. Pada bab ini, akan dikupas secara
menyeluruh apa yang menjadi dasar permasalahan dalam penulisan
makalah ini.
Bab III : Dalam bab ini berisi Penutup, yaitu berisi tentang kesimpulan dan
saran dari penulis. Adapun isi dari kesimpulan adalah tentang jawaban dari
rumusan masalah. Saran merupakan rekomendasi penulis kepada dunia
ilmu pengetahuan di bidang hukum khususnya hukum tata negara. Penutup
ini ditempatkan pada bagian akhir penulisan makalah ini.
6
BAB II
PEMBAHASAN
6
Ramadhani, R. (2021). Pendaftaran tanah sebagai langkah untuk mendapatkan kepastian
hukum terhadap hak atas tanah. SOSEK: Jurnal Sosial dan Ekonomi, 2(1), 31-40.
7
c. Kegiatan penerbitan surat tanda bukti haknya.bentuk kegiatan
pendaftaran dan hasilnya, termasuk apa yang merupakan surat tanda
bukti hak, tergantung pada sistem pendaftaran yang digunakan dalam
penyelenggaraan pendaftaran tanah oleh negara yang bersangkutan.
7
Sudiro, A. A., & Putra, A. P. (2021). Kepastian Hukum Terhadap Hak Atas Pendaftaran
Tanah Dan Hak Kepemilikan Atas Tanah Yang Telah Didaftarkan. Jurnal Magister Ilmu
Hukum, 5(1), 22-28.
8
permintaan pihak yang berkepentingan yaitu pihak yang berhak atas
obyek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau
kuasanya.pendaftaran itu sangat penting dan tersebut didaftarkan
untuk kepentingan ekonomi atau pendaftaran dilakukan untuk
kepentinga dari penggunaan terhadap tanah, sehingga akan terlihat
pemanfaatan dari tanah tersebut,artinya pendaftaran tanah adalah
untuk memberikan kejelasan atau keterangan supaya tidak
menimbulkan pemasalahan dan di bidang pertanahan terutama
terhadap status tanah tersebut. Sesuai ketentuan Pasal 20 ayat (1) dan
(2) UUPA yang berbunyi sebagai berikut : Hak milik adalah hak turun
temurun, terikat dan terpenuhi yang dapat dipunyai orang atas tanah
dengan mengingat kebutuhan dalam pasal 6. Hak memiliki dapat
beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
9
a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan
memerlukan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan;
b. bahwa pendaftaran tanah yang penyelenggaraannya oleh UUPA
ditugaskan kepada pemerintah merupakan sarana dalam memberikan
jaminan kepastian hokum yang dimaksudkan;
c. bahwa PP No 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah dipandang
tidak dapat lagi sepenuhnya mendukung tercapainya hasil yang lebih
nyata pada pembangunan nasional, sehingga perlu dilakukan
penyempurnaan.
10
jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan disebut dalam Penjelasan
Umum PP No. 24 Tahun 1997, yaitu: “dalam menghadapi kasus-kasus
konkret diperlukan juga terselenggaranya pendaftaran tanah yang
memungkinkan bagi para pemegang hak atas tanah untuk dengan mudah
membuktikan haknya atas tanah yang dikuasainya, dan bagi para pihak
berkepentingan, seperti calon pembeli dan calon kreditur, untuk
memperoleh keterangan yang diperlukan mengenai tanah yang menjadi
objek perbuatan hukum yang akan dilakukan, serta bagi pemerintah untuk
melaksanakan kebijakan pertanahan.
11
a. Secara Sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama
kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek
pendaftaran tanah yang belum terdaftar dalam wilayah atau bagian
wilayah suat desa/kelurahan. hal ini diselenggarakan atas prakarsa
pemerintah berdasarkan suatu rencana kerja panjang dan tahunan
serta dilaksanakan di wilayahwilayah yang ditetapkan peraturan
Menteri Negara/Kepala Pendafataran tanah merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang dilakukan pemerintah secara terus menerus
dan teratur berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu
mengenai tanahtanah tertentu yang ada di wilayah tertentu,
pengelolaan, penyimpanan dan penyajiannya bagi kepentingan
rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang
pertanahan termasuk penerbitan tanda bukti dan pemeliharaannya.
Dalam suatu desa/kelurahan belum ditetapkan sebagai wilayah
pendaftaran tanah secara sistematis pendaftaran tanah secara
dilaksanakan secara seporadik.
b. Secara Sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali
mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah
atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau
massal. pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas
permintaan pihak yang berkepentingan yaitu pihak yang berhak atas
obyek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau
kuasanya.pendaftaran itu sangat penting dan tersebut didaftarkan
untuk kepentingan ekonomi atau pendaftaran dilakukan untuk
kepentinga dari penggunaan terhadap tanah, sehingga akan terlihat
pemanfaatan dari tanah tersebut,artinya pendaftaran tanah adalah
untuk memberikan kejelasan atau keterangan supaya tidak
menimbulkan pemasalahan dan di bidang pertanahan terutama
terhadap status tanah tersebut. Sesuai ketentuan Pasal 20 ayat (1) dan
(2) UUPA yang berbunyi sebagai berikut : Hak milik adalah hak turun
temurun, terikat dan terpenuhi yang dapat dipunyai orang atas tanah
12
dengan mengingat kebutuhan dalam pasal 6. Hak memiliki dapat
beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
8
A.P Perlindungan, Komentar Atas Undang – undang Hukum Agraria, Mandar Maju,
Bandung, hal. 124.
13
Mengenai kepastian hukum terhadap pendafataran tanah, dalam pasal
19 Undang-undang Pokok Agraria menjelaskan bahwa untuk menjamin
kepastian hukum, oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh
wilayah Indonesia dengan suatu peraturan pemerintah. Adapun peraturan
pemerintah tersebut, diatur pendaftaran tanah dengan dituangkan didalam
peraturan pemerintah nomor 10 tahun 1961, tertanggal 23 Maret 1961
Tentang.9
9
H. Ali Achmad Chomzah,SH, “Hukum Agraria (pertanahan indonesia)” jilid
2,pustakaraya,jakarta 2004,hlm. 4
14
B. Sebab Timbulnya Sertifikat Tanah Ganda
10
Herry Jaya Hartana, I Made Suwitra dan Ida Ayu Putu Widiat. "Penyelesaian Sengketa
Sertipikat Ganda di Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar". Jurnal Analogi Hukum. 1
(3) (2019), 294–299. Universitas Warmadewa, Denpasar-Bali. Link :
https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/analogihukum/article/view/1774
15
sertipikat sebagai alat bukti kepemilikan tersebut, karena tanah bersangkutan
belum didaftarakan.
16
Dalam Sertifikat Ganda yang perlu di perhatikan adalah kasusnya,
karena bisa disebabkan berbagai hal, jadi dapat disimpulkan bahwa
kebanyakan yang menyebabkan munculnya Sertifikat Ganda adalah :11
1. Kesalahan dari pemilik tanah itu sendiri yang tidak memperhatikan tanah
miliknya dan tidak memanfaatkanya dengan baik sehingga di ambil alih
oleh orang lain dan kemudian di manfaatkan karna merasa bahwa tanah
tersebut tidak bertuan atau tidak ada pemiliknya. Karna merasa sudah
lama menguasai tanah itu, orang tersebut kemudian mengklaim bahwa
tanah tersebut adalah miliknya dan menerbitkan sertifikat di atas tanah
tersebut tanpa mengetahui bahwa diatas tanah itu sudah ada sertifikatnya,
atau Sewaktu dilakukan pengukuran atau penelitian dilapangan, pemohon
dengan sengaja atau tidak sengaja menunjukkan letak tanah dan batas
tanah yang salah, serta
Adanya kesengajaan dari pemilik tanah untuk mendaftarkan kembali
sertifikat yang sebenarnya sudah ada dengan memanfaatkan kelemahan
lembaga Badan Pertanahan Nasional karena merasa pembuatan sertifikat
baru lebih mudah dan lebih murah daripada melakukan peralihan hak atas
tanah.
2. Selanjutnya dari Badan pertanahan Nasional karena tidak adanya basis
data mengenai bidang-bidang tanah baik yang sudah terdaftar maupun
yang belum terdaftar. Seharusnya tanah-tanah yang didaftarkan pada
Kantor Pertanahan dilakukan pencatatan dan pencoretan pada peta-peta
pendaftaran, sehingga apabila tanah tersebut didaftarkan lagi maka dapat
diketahui tanah tersebut sudah bersertifikat atau belum. Jadi, data yang
ada belum sistematis meskipun sekarang sudah ada perbaikan tapi masih
banyak sertifikat-sertifikat lama tidak terimpentarisir sehingga
memungkinkan munculnya sertifikat ganda karna disini badan
11
Tika Nurjanah, "PENYELESAIAN SENGKETA SERTIFIKAT GANDA HAK ATAS TANAH (STUDI
KASUS PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA MAKASSAR)", hlm. 134, Jurnal Hukum
Universitas Negeri Makassar, link :
https://ojs.unm.ac.id/tomalebbi/article/viewFile/2057/1021
17
pertanahankan tinggal terima permohonan. Atau karena ketidak telitian
Pejabat Kantor Pertanahan dalam menerbitkan sertifikat tanah, disamping
masih adanya orang yang berbuat untuk memperoleh keuntungan pribadi
sehingga bertindak menyeleweng dalam artian tidak melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya.
3. Kemudian faktor pemerintah setempat, kelurahan atau desa yang tidak
mempunyai data mengenai tanah tanah yang sudah disertifikatkan dan
sudah ada penguasaannya atau data yang tidak valid. Jika ada orang yang
bermohon untuk membuat surat penguasaan tanah yang kemudian
diterbitkan, terus tiba-tiba karena ada orang yang niatnya tidak bagus
yang datang mengaku memiliki tanah tersebut dan ingin membuat surat
penguasaan tanah.
Oleh pemerintah setempat dibuatkan dan terkadang mereka tidak
melakukan pengukuran, tidak melakukan pengecekan lokasi apakah tanah
tersebut benar tanahnya atau tanah tersebut belum terdaftar atas nama
orang lain. Atau Untuk wilayah bersangkutan belum tersedia peta
pendaftaran tanahnya sehingga lebih memudahkan bagi seseorang yang
memiliki niat tidak baik untuk menggandakan sertifikatnya . Selanjutnya
adanya surat bukti atau pengaduan hak yang ternyata terbukti
mengandung ketidakbenaran, kepalsuan, atau tidak berlaku lagi.
12
Hadi Irawan,dkk. "STUDI KASUS TENTANG SERTIFIKAT GANDA DI DESA YEH SUMBUL,
KECAMATAN MENDOYO, KABUPATEN JEMBRANA". Jurnal Hukum Universitas Udayana.
Link: https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/4650
18
b) Kurang berfungsinya aparat pengawas sehingga memberikan peluang
kepada aparat bawahannya untuk bertindak menyeleweng dalam arti tidak
melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai sumpah jabatannya.
c) Ketidak telitian pejabat Kantor Pertanahan dalam menerbitkan sertifikat
tanah yaitu dokumen-dokumen yang menjadi dasar bagi penerbitan
sertifikat tidak diteliti dengan seksama yang mungkin saja dokumen-
dokumen tersebut belum memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan
oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
19
mendaftarkan kembali sertifikat yang sebenarnya sudah ada dengan
memanfaatkan kelemahan lembaga Badan Pertanahan Nasional. Bentuk
penyelesaian terhadap Sertifikat Ganda Hak Atas Tanah dapat dilakukan
secara langsung oleh pihak dengan musyawarah atau mediasi yang dilakukan
diluar pengadilan dengan atau tanpa mediator.
Dalam putusan pada kasus jual beli tanah yang memiliki sertifikat
ganda di Gianyar dengan penggugat yang bernama I Nyoman Jaya dengan 6
tergugat lainnya dan 1 pihak intervensi, yakni Kantor Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Gianyar. Kasus tersebut bermula saat penggugat dan
terguggat melakukan perjanjian jual-beli tanah seluas 18,03 are/1830 m2
dengan harga Rp 1.198.995.000 (satu miliyard seratus sembilan puluh
delapan juta sembilan ratus sembilan puluh lima ribu rupiah).
20
telah bersertifikat sesuai SHM. 2870, luas 450 M2, surat ukur No. 296/2003
tgl.30-06-2003, yang terletak di Br. Payogan, Desa Kedewatan, Kecamatan
Ubud Kabupaten Gianyar atas nama leluhur para tergugat alm. I NYOMAN
JAGREM juga adalah atas nama orang lain / doble sertifikat, terdapat
Sertifikat ganda atas kepemilikan tanah tersebut ;
21
lainnya yang tidak ada masalah dengan pihak ketiga yaitu tanah Halaman 5
dari 28 Putusan Nomor 130/Pdt.G/2017/PN Gin.
22
Berdasarkan amar putusan tersebut, dapat disimak bersama bahwa tanah
yang memiliki sertifikat ganda tidak dapat dilakukan jual-beli diatasnya. Jika
ingin melakukan jual-beli, maka harus dijadikan satu terlebih dahulu sertifikat
tanah tersebut sehingga tidak terjadi sertifikat ganda pada sebidang tanah yang
ingin diperjual-belikan.
Selain itu, tanah yang memiliki sertifikat ganda diatasnya akan diakui
kepunyaannya oleh BPN yakni sertifikat yang terbit terlebih dahulu, sehingga
sertifikat yang terbit atau disahkan setelah adanya pengesahan maupun
penerbitan sertifikat sebelumnya dianggap tidak sah dan tidak memiliki
kekuatan hukum.
Dalam kasus putusan ini, sertifikat yang sah adalah sertifikat SHM. 2870,
luas 450 M2, surat ukur No. 296/2003 tgl.30-06-2003 dan bukan sertifikat milik
tergugat. Sehingga tergugat tidak dapat menjual tanahnya kepada siapapun,
termasuk penggugat. Double certificate dapat terjadi jika sertifikat yang
pertama tidak secara rinci atau hilang catatan pada BPN, namun jika digugat,
pihak yang akan memenangkan sertifikat dan memiliki SHM atas tanah tersebut
adalah pemegang sertifikat pertama yang terbit lebih dahulu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan penulisan diatas, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
a.) Berdasarkan Pasal 19 UUPA diperintahkan kepada pemerintah untuk
mengadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Yang dimaksud dengan kewajiban mendaftarkan menurut Undang-
undang Pokok Agraria (UUPA) adalah pertama, Penguluran, perpetaan
dan pembukuan tanah; Kedua, Pendaftaran hak-hak atas tanah dan
peralihan hak-hak tersebut dan Pemberian surat-surat tanah bukti hak
23
yang berlaku sebagai alasan pembuktian yang kuat. Peraturan
pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan berdasar PP No. 10
Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, dan sejak 8 Oktober 1977
disempurnakan dengan PP No. 24 Tahun 1997. Pendaftaran tanah
diberlakukan mulai tanggal 24 September 1961 berdasarkan Pasal 19
UUPA. Alasan diubahnya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961
didasarkan kepada beberapa hal, seperti yang tersebut dalam
konsiderans menimbang bahwa peningkatan Pembangunan Nasional
yang berkelanjutan memerlukan jaminan kepastian hukum di bidang
pertanahan; bahwa pendaftaran tanah yang penyelenggaraannya oleh
UUPA ditugaskan kepada pemerintah merupakan sarana dalam
memberikan jaminan kepastian hokum yang dimaksudkan; bahwa PP
No 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah dipandang tidak dapat
lagi sepenuhnya mendukung tercapainya hasil yang lebih nyata pada
pembangunan nasional, sehingga perlu dilakukan penyempurnaan.
Prosedur pendaftaran hak milik atas tanah pertama kali adalah kegiatan
pendaftaran terhadap sebidang tanaah yang semula belum di daftarkan
meurut ketentuan peraturan pendaftaran tanah yang bersangkutan.
Pendaftaran menggunakan sebagai dasar objek satuan-satuan bidang
tanah yang disebut persil (parsel), yang merupakan bagianbagian
permukaan bumi yang terbatas dan berdimensi dua dengan ukuruan luas
yang umumnya dinyatakan dalam meter persegi. Berikut data yang
dihimpun pada dasarnya meliputi 3 (tiga) bidang kegiatan. Ketentuan
Pasal 32 tersebut adalah dalam rangka memberikan jaminan kepastian
hukum dibidang pertanahan. Dalam melakukan pendaftaran pemerintah
harus menggunakan sistem yaitu sistem publikasi negatif Khususnya
pada ayat (2) pasal 32 tersebut bahwa orang tidak dapat menuntut tanah
yang sudah bersertifikat atas nama seseorang atau badan hukum lain,
jika selama 5 (lima) tahun sejak dikeluarkannya sertifikat itu dia tidak
menuntut/mengajukan gugatan pada pengadilan mengenai penguasaan
hak atas atau penerbitan sertifikat tersebut.
24
b.) Ada banyak faktor-faktor yang dapat menyebabkan tejadinya sertifikat
ganda tapi kebanyakan yang sering menyebabkan terjadinya sertifikat
ganda adalah : Kesalahan dari pemilik tanah itu sendiri yang tidak
memperhatikan tanah miliknya dan tidak memanfaatkanya dengan baik
sehingga di ambil alih oleh orang lain, sewaktu dilakukan pengukuran
atau penelitian dilapangan, pemohon dengan sengaja atau tidak sengaja
menunjukkan letak tanah dan batas tanah yang salah, serta Adanya
kesengajaan dari pemilik tanah untuk mendaftarkan kembali sertifikat
yang sebenarnya sudah ada dengan memanfaatkan kelemahan lembaga
Badan Pertanahan Nasional. Bentuk penyelesaian terhadap Sertifikat
Ganda Hak Atas Tanah dapat dilakukan secara langsung oleh pihak
dengan musyawarah atau mediasi yang dilakukan diluar pengadilan
dengan atau tanpa mediator. Apabila penyelesaian juga tidak tercapai
maka dipersilahkan mengajukan gugatan melalui Pengadilan Tata
Usaha Negara atau Pengadilan Negeri.
c.) Tanah yang memiliki sertifikat ganda diatasnya akan diakui
kepunyaannya oleh BPN yakni sertifikat yang terbit terlebih dahulu,
sehingga sertifikat yang terbit atau disahkan setelah adanya pengesahan
maupun penerbitan sertifikat sebelumnya dianggap tidak sah dan tidak
memiliki kekuatan hukum. Dalam kasus putusan ini, sertifikat yang sah
adalah sertifikat SHM. 2870, luas 450 M2, surat ukur No. 296/2003
tgl.30-06-2003 dan bukan sertifikat milik tergugat. Sehingga tergugat
tidak dapat menjual tanahnya kepada siapapun, termasuk penggugat.
Double certificate dapat terjadi jika sertifikat yang pertama tidak secara
rinci atau hilang catatan pada BPN, namun jika digugat, pihak yang akan
memenangkan sertifikat dan memiliki SHM atas tanah tersebut adalah
pemegang sertifikat pertama yang terbit lebih dahulu.
25
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Chomzah ,Ali Achmad (2003). “Hukum Pertanahan Seri Hukum
Pertanahan III-Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah dan Seri
Hukum Pertanahan IV-Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah”.
Jakarta.
H. Ali Achmad Chomzah,SH, “Hukum Agraria (Pertanahan Indonesia)”
jilid 2,pustakaraya,jakarta 2004.
Kusumah Hasan. (1995). "Hukum Agraria I". Jakarta Pusat: Gramedia
Pustaka Utama.
Lubis Mhd, dkk. (2008). "Hukum Pendaftaran Tanah". Mandar Maju.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang pokok agraria H.Ali Achmad Chomzah,SH,Hukum
Agraria(pertanahan indonesia) jilid 2,pustakaraya,jakarta 2004
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
Jurnal elektronik
Ginting, Yesicha Cristianita. "ANALISIS KASUS SENGKETA
KEPERDATAAN KEPEMILIKAN TANAH YANG BERSERTIFIKA
GANDA (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kabanjahe Nomor
30/Pdt.G/2009/PN.Kbj)". Jurnal Hukum Elektronik. Link:
https://media.neliti.com/media/publications/164893-ID-analisis-kasus-
sengketa-keperdataan-kepe.pdf diakses pada 09 Juni 2023 pukul 09.00
WIB
Herry Jaya Hartana, I Made Suwitra dan Ida Ayu Putu Widiat. "Penyelesaian
26
kepastian hukum terhadap hak atas tanah”. SOSEK: Jurnal Sosial dan
Ekonomi, 2(1). Kumpulan Jurnal Sosial dan Ekonomi Volume 2 Issue 1
Years 2021. Jurnal Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Link:
https://jurnal.bundamediagrup.co.id/index.php/sosek/article/view/119
diakses pada 09 Juni 2023 Pukul 12.00 WIB.
Sudiro, A. A., & Putra, A. P. (2021). “Kepastian Hukum Terhadap Hak Atas
27