Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ANALISIS YURIDIS PENDAFTARAN TANAH TERKAIT HAK


ATAS TANAH DALAM SENGKETA KEPEMILIKAN
SERTIFIKAT GANDA

(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Gianyar Nomor:


130/Pdt.G/2017/PN Gin)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas 2 sebelum UAS Mata Kuliah Hukum
Agraria Fakultas Hukum Universitas Nasional T.A. 2023

Disusun oleh :

Rayferrel Prawiratama 213300516051

Dwi Oktriana Rewu 213300516052

Sfri Dian Saputra 213300516057

M. Rakha Shafwandinata 213300516058

Hanifa Putri Manoppo 213300516064

Dosen Pengampu :

Niniek Rustinawati, S.H., M.Kn.


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat karunia dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Yuridis
Pendaftaran Tanah Terkait Hak atas Tanag dalam Sengketa Kepemilikan
Sertifikat Ganda (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Gianyar Nomor:
130/Pdt.G/2017/PN Gin)”.

Makalah ini ditujukan untuk pemenuhan tugas 2 sebelum UAS yang


ditugaskan oleh Ibu Niniek Rustinawati, S.H., M.Kn. selaku Dosen
Pengampu pada mata kuliah Hukum Agraria Fakultas Hukum Universitas
Nasional.

Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Dosen Pengampu mata


kuliah Hukum Agraria yang telah membimbing selama pembelajaran.
Ucapan terimakasih kepada pihak terkait pembuatan makalah ini yang telah
menunjang selama penyelesaian penulisan ini.

Masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karenanya,


kritik dan saran terbuka untuk memperkaya isi makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan sebagai
amal jariyah untuk penulis maupun pembaca.

Akhirul Qalam, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 09 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................1

A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ...............................................................4

D. Metode Penulisan ...................................................................................6

E. Sistematika Penulisan .............................................................................6

BAB II : PEMBAHASAN..........................................................................7

A. Manfaat dan Tujuan Hukum Pendaftaran Tanah ........................................7


B. Sebab Timbulnya Sertifikat Ganda ...........................................................15
C. Permasalahan Hukum yang terjadi dalam Putusan Pengadilan Negeri
Gianyar Nomor: 130/Pdt.G/2017/PN Gin .................................................19

BAB III : PENUTUP ...............................................................................24

Kesimpulan dan Saran ...............................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................26

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Secara etimologisertifikat berasal dari bahasa Belanda "Certificate"
yang artinya surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan tentang
sesuatu. Jadi kalau dikatakan sertipikat tanah adalah surat keterangan yang
membuktikan hak seseorang atas sebidang tanah, atau dengan kata lain
kenyataan tersebut menyatakan bahwa ada seseorang yang memiliki
bidang-bidang tanah tertentu dan pemilikan itu mempunyai bukti yang kuat
berupa surat yang dibuat oleh instansi yang berwenang inilah yang disebut
sertipikat tanah tadi.1
UUPA menganut sistem negatif, sehingga keterangan yang tercantum
didalam surat bukti hak mempunyai kekuatan hukum dan harus diterima
oleh hakim sebagai keterangan yang benar selama dan sepanjang tidak ada
alat pembuktian lain yang dapat membuktikan sebaliknya. Jika terjadi hal
demikian maka pengadilan akan memutuskan alat pembuktian mana yang
benar. Pendaftaran tanah tidak menyebabkan mereka yang tidak berhak
menjadi berhak atas suatu bidang tanah hanya karena namanya keliru dicatat
sebagai yang berhak. Mereka yang berhak dapat menuntut diadakannya
pembetulan dan jika tanah yang bersangkutan sudah berada didalam
penguasaan pihak ketiga, ia berhak menuntut penyerahan kembali
kepadanya.2
Pendaftaran tanah memiliki arti penting dalam memberikan jaminan
kepastian hukum bagi masyarakat Indonesia seperti yang ditegaskan dalam
Pasal 19 UUPA bahwa pemerintah mengadakan pendaftaran tanah yang

1
Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Mandar Maju,
2008, hal. 198
2
Hasan Kusumah, Hukum Agraria I, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,1995, hlm. 77.

1
bersifat recht cadastre3 diseluruh wilayah Republik Indonesia.Perbuatan
hukum pendaftaran tanah menyangkut dengan hak keperdataan seseorang.
Hak keperdataan merupakan hak asasi seorang manusia yang harus kita
junjung tinggi dan hormati oleh sesama manusia lainnya yang bertujuan
untuk adanya kedamaian dalam kehidupan masyarakat.
Akan tetapi seiring dengan tingginya nilai dan manfaat tanah, banyak
orang yang berupaya memperoleh bukti kepemilikan tanah dengan memiliki
sertifikat palsu, asli tapi palsu maupun sertifikat ganda dimana data yang
ada pada sertifikat tidak sesuai dengan yang ada pada buku tanah. Jumlah
sertifikat-sertifikat semacam itu cukup banyak, sehingga menimbulkan
kerawanan. Pemalsuan sertifikat terjadi karna tidak didasarkan pada alas
hak yang benar, Seperti penerbitan sertifikat yang didasarkan pada surat
keterangan pemilikan yang dipalsukan, bentuk lainnya berupa stempel BPN
dan pemalsuan data pertanahan. Dalam praktik pemegang sertifikat tanpa
jangka waktu tertentu dapat kehilangan haknya disebabkan gugatan pihak
lain yang berakibat pembatalan sertifikat disebabkan cacat hukum
administrasi.
Dengan adanya cacat hukum administrasi menimbulkan sertifikat
ganda karena sertifikat tidak dipetakan dalam peta pendaftaran tanah atau
peta situasi daerah tersebut. Tanah-tanah yang sedang dalam sengketa tidak
dapat dikelola oleh pihak baik oleh pemegang sertifikat maupun pihak-
pihak lainnya. Secara ekonomis tentu sangat merugikan, sebab tanah yang
memiliki sertifikat ganda tersebut tidak produktif. Tanah tersebut tidak
dapat dimanfaatkan untuk menanam hasil perkebunan ataupun tanaman
lainnya serta dijadikan jaminan di bank. Apabila kasus-kasus sertifikat
ganda tidak ditangani secara serius maka akan mengganggu stabilitas
perekonomian.

3
Recht Cadaster adalah pendaftaran tanah yang bertujuan memberikan jaminan
kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah, sedangkan bagi tanah-tanah yang tunduk
pada hukum adat didaftarkan dengan tujuan menetapkan siapa yang berkewajiban
membayar pajak atas tanah

2
Sengketa sertifikat ganda timbul karena adanya keberatan dari pihak
yang dirugikan berupa tuntutan atas keputusan Pengadilan Negari yang di
tetapkan oleh Pengadilan Negeri dilingkungan Badan Pertanahan Nasional,
pengajuan keberatan bertujuan pemilik sertifikat dapat menyelesaikan
secara administrasi untuk mendapat koreksi dari Pengadilan Negeri. Akibat
sengketa sertifikat ganda kekuatan hukum sertifikat akan hilang. Untuk
menyelesaikan sengketa sertifikat ganda ditempuh jalan musyawarah bila
tidak ada kesepakatan dapat diselesaikan sepihak oleh Kepala Kantor Badan
Pertanahan Nasional, jika para pihak masih tidak dapat menerima keputusan
tersebut dapat mengajukan gugatan pada putusan Peradilan Negeri.
Sertipikat ganda adalah suatu bukti kepemilikan tanah yang
mempunyai lebih dari satu sertipikat. Dalam suatu bidang tanah tidak boleh
ada dua sertipikat. Jika terjadi hal tersebut terjadi sudah pasti salah satu
sertipikat tersebut salah, namun bisa juga dua-duanya salah karena ada juga
pemilik lain yang menguasai tanah tersebut dan setelah pembuktian orang
tersebutlah pemilik sebenarnya. Tidak mungkin ada dua sertipikat yang
benar dalam satu bidang tanah. Sertipikat ganda mengakibatkan sengketa
antara pemegang sertipikat dan saling mengakui bahwa apa yang mereka
miliki itu memang benar adanya walaupun kemudian satu diantaranya,
sertipikat itu ada yang palsu dimana objek yang tertera pada sertipikat
tersebut bukan yang sebenarnya. Sertipikat Hak Milik bisa dibatalkan
apabila data fisik dan Yuridis inkonsistensi.4
Dalam pengertian pendaftaran hak atas tanah melalui konversi adalah
merupakan penyesuaian hak lama yang tunduk pada hukum adat atau
hukum lainnya kepada hak baru menurut UUPA. Pendaftaran hak atas tanah
biasanya dilakukan secara sistematis atau sporadik melalui penegasan hak
dan pengesahan data fisik dan data Yuridis sebagai bukti kepemilikan yang
diperoleh berupa sertipikat yang kuat. Sehingga mengacu pada UUPA,

4
Tika Nurjanah, "PENYELESAIAN SENGKETA SERTIFIKAT GANDA HAK ATAS TANAH (STUDI
KASUS PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA MAKASSAR)", hlm. 134, Jurnal Hukum
Universitas Negeri Makassar, link :
https://ojs.unm.ac.id/tomalebbi/article/viewFile/2057/1021

3
dapat dijamin kepastian hukum bagi subjek yang beritikat sesuai dengan
justice as fairness. Seperti yang diungkapkan oleh Jhon Rawls: Hasil yang
baik dan benar harus melalui proses dan prosedur yang baik dan benar pula.
Meskipun sudah secara tegas diatur dalam UUPA dan PP No. 24 tahun 1997
bahwasannya untuk menjamin kepastian hukum pemilikan tanah, tanah
harus didaftarkan, namun masih banyak orang khususnya di daerah desa
yang mempunyai tanah namun belum mempunyai sertipikat sebagai alat
bukti kepemilikan tersebut, karena tanah bersangkutan belum didaftarakan.
Di daerah pedesaan masih banyak warga yang memiliki tanah dengan alat
bukti berupa petuk Pajak atau Girik.
Sebelum diberlakukannya UUPAsurat pembayaran terdahulu
menggunakan surat pajak hasil bumi yang disebut girik. Tetapi setelah
berlakunya UUPA, girik juga disebut surat keterangan bukti pembayaran
pajak bukan sebagai tanda kepemilikan hak atas tanah. Sebelum
diberlakukan UUPA secara formal girik bahwa benargirik adalah bukti hak
atas tanah, setelah lahirnya UUPA girik tidak berlaku. Berdasarkan
persitiwa yang ada di masyarakat, jaminan kepastian hukum tidak
sepenuhnya milik pemegang sertipikat.
Dalam penerbitan sertifikat diperlukan suatu proses yang melibatkan
pihak pemohon, para pemilik tanah yang bersebelahan, Pamong Desa
maupun pihak instansi yang terkait untuk memperoleh penjelasan dan surat-
surat sebagai alas hak yang berhubungan dengan permohonan sertifikat
tersebut. ”Penjelasan baik lisan maupun tertulis dari pihak terkait memiliki
peluang untuk terjadinya pemalsuan, daluwarsa bahkan adakalanya tidak
benar atau fiktif sehingga timbul sertifikat cacat hukum.”5
Sekarang dalam praktek tidak jarang terjadi beredarnya sertifikat
palsu, sertifikat asli tetapi palsu atau sertifikat ganda di masyarakat sehingga
pemegang hak atas tanah perlu mencari informasi tentang kebenaran data

5
Ali Achmad Chomzah, 2003, Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan III-Penyelesaian
Sengketa Hak Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV-Pengadaan Tanah Instansi
Pemerintah, Jakarta, hal. 25.

4
fisik dan data yuridis yang tertera dalam sertifikat tersebut di Kantor
Pertanahan setempat. Pada umumnya masalah baru muncul dan diketahui
terjadi penerbitan sertifikat ganda, yaitu untuk sebidang tanah diterbitkan
lebih dari satu sertifikat bahkan sampai tiga yang letak tanahnya saling
tumpang tindih, ketika pemegang sertifikat yang bersangkutan akan
melakukan suatu perbuatan hukum atas bidang tanah yang dimaksud.
Tujuan dari penulisan ini, disamping untuk mengetahui faktor-faktor yang
mengakibatkan terbitnya sertifikat ganda/overlapping, juga mengkaji dasar
pertimbangan hukum Hakim Pengadilan Negari dalam putusan perkara
Nomor : Nomor 130/Pdt.G/2017/PN Gin tentang penyelesaian sengketa
sertifikat ganda/overlapping.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penelitian pustaka yang dilakukan oleh penulis, dapat diambil


beberapa rumusan masalah. Diantaranya :

1. Apa itu Pendaftaran Tanah dan bagaimana manfaat Pendaftaran Tanah


terkait Hak Atas Tanah ?
2. Apa yang dimaksud dengan sertifikat Ganda ?
3. Apa korelasi perundang-undangan tentang Pendaftaran Tanah dengan
Putusan Pengadilan Negeri Gianyar Nomor: 130/Pdt.G/2017/PN Gin
tentang sertifikat tanah ganda dalam proses jual-beli ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Makalah ini dibuat dengan tujuan dan manfaat sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian, manfaat, serta tujuan dari pendaftaran tanah di


Indonesia bagi seluruh masyarakat Indonesia.
2. Memahami secara mendalam terkait dengan deskripsi sertifikat ganda.
3. Mengetahui Permasalahan hukum dalam kasus sengketa jual beli tanah yang
bersertifikat ganda

5
D. Metode Penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan metode penulisan secara kualitatif dan


sistematis berdasarkan pengakajian pustaka.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan makalah ini, maka disusun


dengan sistematika penulisan yang terdiri dari empat bab, yaitu :

Bab I : Dalam bab ini diuraikan mengenai permasalahan atau latar belakang.
Perumusan masalah sebagai dasar dalam bab ini juga memberikan tujuan
penelitian, manfaat penelitian. Terdapat pula tinjauan pustaka, dan
metodologi penilitian yang digunakan sehingga lebih memberikan
gambaran fokus penelitian penulis terhadap penulisan ini.

Bab II : Dalam bab ini akan menjelaskan hasil dari penelitian yang akan
dibahas secara rinci dan mendalam sesuai dengan penelitian kualitatif dan
pengkajian pustaka yang dilakukan. Pada bab ini, akan dikupas secara
menyeluruh apa yang menjadi dasar permasalahan dalam penulisan
makalah ini.

Bab III : Dalam bab ini berisi Penutup, yaitu berisi tentang kesimpulan dan
saran dari penulis. Adapun isi dari kesimpulan adalah tentang jawaban dari
rumusan masalah. Saran merupakan rekomendasi penulis kepada dunia
ilmu pengetahuan di bidang hukum khususnya hukum tata negara. Penutup
ini ditempatkan pada bagian akhir penulisan makalah ini.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tujuan dan Manfaat Hukum Pendaftaran Tanah

Pendaftaran tanah merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan


pemerintah secara terus menerus dan teratur berupa pengumpulan keterangan
atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada di wilayah tertentu,
pengelolaan, penyimpanan dan pennyajiannya bagi kepentingan rakyat,
dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan
termasuk penerbitan tanda bukti kepemilikan. Prosedur pendaftaran hak milik
atas tanah pertama kali adalah kegiatan pendaftaran terhadap sebidang tanaah
yang semula belum di daftarkan meurut ketentuan peraturan pendaftaran
tanah yang bersangkutan.6 Pendaftaran menggunakan sebagai dasar objek
satuan-satuan bidang tanah yang disebut persil (parsel), yang merupakan
bagian-bagian permukaan bumi yang terbatas dan berdimensi dua dengan
ukuruan luas yang umumnya dinyatakan dalam meter persegi. Berikut data
yang dihimpun pada dasarnya meliputi 3 (tiga) bidang kegiatan, antara lain;
(Amoury Adi Sudiro dan Ananda Prawira Putra, 2020) :

a. Kegiatan di bidang fisik mengenai tanahnya. Yaitu sebagaimana telah


dikemukakan bahwa untuk memperoleh data mengenai letaknya,
batas-batas luasnnya, bangunan-bangunan dan atau tanaman-tanaman
penting yang ada diatasnya. Setelah dipastikan letak tanah, kegiatan
dimulai dengan penetapan batas-batas serta pemberian tanda-tanda
batas disetiap sudutnya.
b. Kegiatan bidang yuridis yaitu bertujuan untuk memperoleh data
mengenai haknya, siapa pemegang haknya dan ada atau tidak adanya
hak pihak lain yang membebaninya.

6
Ramadhani, R. (2021). Pendaftaran tanah sebagai langkah untuk mendapatkan kepastian
hukum terhadap hak atas tanah. SOSEK: Jurnal Sosial dan Ekonomi, 2(1), 31-40.

7
c. Kegiatan penerbitan surat tanda bukti haknya.bentuk kegiatan
pendaftaran dan hasilnya, termasuk apa yang merupakan surat tanda
bukti hak, tergantung pada sistem pendaftaran yang digunakan dalam
penyelenggaraan pendaftaran tanah oleh negara yang bersangkutan.

Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dapat dilakukan


melalui 2 (dua) cara,yaitu: (Amoury Adi Sudiro dan Ananda Prawira Putra,
2020)7 :

a. Secara Sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama


kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek
pendaftaran tanah yang belum terdaftar dalam wilayah atau bagian
wilayah suatu desa/kelurahan. hal ini diselenggarakan atas prakarsa
pemerintah berdasarkan suatu rencana kerja panjang dan tahunan
serta dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan peraturan
Menteri Negara/Kepala Pendafataran tanah merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang dilakukan pemerintah secara terus menerus
dan teratur berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu
mengenai tanahtanah tertentu yang ada di wilayah tertentu,
pengelolaan, penyimpanan dan penyajiannya bagi kepentingan
rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang
pertanahan termasuk penerbitan tanda bukti dan pemeliharaannya.
Dalam suatu desa/kelurahan belum ditetapkan sebagai wilayah
pendaftaran tanah secara sistematis pendaftaran tanah secara
dilaksanakan secara seporadik.
b. Secara Sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali
mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah
atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau
massal. pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas

7
Sudiro, A. A., & Putra, A. P. (2021). Kepastian Hukum Terhadap Hak Atas Pendaftaran
Tanah Dan Hak Kepemilikan Atas Tanah Yang Telah Didaftarkan. Jurnal Magister Ilmu
Hukum, 5(1), 22-28.

8
permintaan pihak yang berkepentingan yaitu pihak yang berhak atas
obyek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau
kuasanya.pendaftaran itu sangat penting dan tersebut didaftarkan
untuk kepentingan ekonomi atau pendaftaran dilakukan untuk
kepentinga dari penggunaan terhadap tanah, sehingga akan terlihat
pemanfaatan dari tanah tersebut,artinya pendaftaran tanah adalah
untuk memberikan kejelasan atau keterangan supaya tidak
menimbulkan pemasalahan dan di bidang pertanahan terutama
terhadap status tanah tersebut. Sesuai ketentuan Pasal 20 ayat (1) dan
(2) UUPA yang berbunyi sebagai berikut : Hak milik adalah hak turun
temurun, terikat dan terpenuhi yang dapat dipunyai orang atas tanah
dengan mengingat kebutuhan dalam pasal 6. Hak memiliki dapat
beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

Pendaftaran tanah bertujuan untuk menjamin kepastian hukum hak


atas tanah. Penegasan akan hal tersebut dapat dilihat pada Pasal 19 ayat (1)
UUPA jo. Pasal 3 huruf (a) PP No. 24 Tahun 1997 yang pada intinya tujuan
dari pendaftaran tanah adalah untuk memberikan kepastian hukum dan
perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah. Dalam
rangka mencapai tujuan pedaftaran tanah tersebut di atas, maka akhir dari
proses pendaftaran tanah menghasilkan sertipikat hak atas tanah sebagai
produk pendaftaran tanah sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 19 ayat (2)
huruf c UUPA jo. Pasal 4 ayat (1) PP No. 24 Tahun 1997. Peraturan
pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan berdasar PP No. 10
Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, dan sejak 8 Oktober 1977
disempurnakan dengan PP No. 24 Tahun 1997. Pendaftaran tanah
diberlakukan mulai tanggal 24 September 1961 berdasarkan Pasal 19
UUPA. Alasan diubahnya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961
didasarkan kepada beberapa hal, seperti yang tersebut dalam konsiderans
menimbang:

9
a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan
memerlukan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan;
b. bahwa pendaftaran tanah yang penyelenggaraannya oleh UUPA
ditugaskan kepada pemerintah merupakan sarana dalam memberikan
jaminan kepastian hokum yang dimaksudkan;
c. bahwa PP No 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah dipandang
tidak dapat lagi sepenuhnya mendukung tercapainya hasil yang lebih
nyata pada pembangunan nasional, sehingga perlu dilakukan
penyempurnaan.

Sehubungan dengan itu maka dalam UUPA dalam Pasal 19 dengan


jelas memerintahkan diselenggarakannya pendaftaran tanah dalam rangka
menjamin kepastian hukum dalam hak atas tanah. Jadi pendaftaran tanah
dibuat untuk menghimpun dan menyediakan informasi yang
selengkaplengkapnya mengenai bidang tanah yang data fisik dan data
yuridisnya belum lengkap dan terbuka untuk menjadi sengketa.Dengan
model ini diharapkan kepastian hukum dalam bidang pertanahan terwujud.

Kepemilikan hak atas tanah merupakan mutlak diperlukan sehingga


patut didukung sepenuhnya atas program pemerintah tersebut agar hak-hak
sebagai warga negara Indonesia mampu diraihkan dengan mengedepankan
rasa keadilan yang berkesinambungan bagi Warga Negara Indonesia
seutuhnya bisa terwujud.

Penyelenggaraan dan pelaksanaan pendaftaran tanah saat ini memulai


era baru dengan diberlakukannya PP No. 24 Tahun 1997 sebagai pengganti
pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang
Pendaftaran Tanah yang dinyatakan sudah tidak berlaku lagi. Meskipun
demikian, peraturan-peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, yang telah ada masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan atau diubah atau diganti
berdasarkan PP No. 24 Tahun 1997 (Adrian, 136). Perlindungan hukum dan

10
jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan disebut dalam Penjelasan
Umum PP No. 24 Tahun 1997, yaitu: “dalam menghadapi kasus-kasus
konkret diperlukan juga terselenggaranya pendaftaran tanah yang
memungkinkan bagi para pemegang hak atas tanah untuk dengan mudah
membuktikan haknya atas tanah yang dikuasainya, dan bagi para pihak
berkepentingan, seperti calon pembeli dan calon kreditur, untuk
memperoleh keterangan yang diperlukan mengenai tanah yang menjadi
objek perbuatan hukum yang akan dilakukan, serta bagi pemerintah untuk
melaksanakan kebijakan pertanahan.

Pendaftaran tanah merupakan suatu rangkaian kegiatan yang


dilakukan pemerintah secara terus menerus dan teratur berupa pengumpulan
keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada di
wilayah tertentu, pengelolaan, penyimpanan dan penyajiannya bagi
kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum
dibidang pertanhanan termasuk penerbitan tanda bukti kepemilikannya.
Tujuan pendaftaran diatur dalam pasal 3 PP nomor 24 tahun 1997 yang
menyatakan pendaftaran bertujuan:

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada


pemegang hak dalam suatu bidang tanah.sistem rumah susun dari hak-
hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dan dapat membuktikan
dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.
b. Untuk menyesuaikan informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan termasuk pmerintah agar dengan mudah dapat
memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan
hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun
yang sudah di daftar.
c. Untuk terselengaranya tertib administrasi pendaftaran.

Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dapat dilakukan


melalui 2 (dua) cara, yaitu :

11
a. Secara Sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama
kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek
pendaftaran tanah yang belum terdaftar dalam wilayah atau bagian
wilayah suat desa/kelurahan. hal ini diselenggarakan atas prakarsa
pemerintah berdasarkan suatu rencana kerja panjang dan tahunan
serta dilaksanakan di wilayahwilayah yang ditetapkan peraturan
Menteri Negara/Kepala Pendafataran tanah merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang dilakukan pemerintah secara terus menerus
dan teratur berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu
mengenai tanahtanah tertentu yang ada di wilayah tertentu,
pengelolaan, penyimpanan dan penyajiannya bagi kepentingan
rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang
pertanahan termasuk penerbitan tanda bukti dan pemeliharaannya.
Dalam suatu desa/kelurahan belum ditetapkan sebagai wilayah
pendaftaran tanah secara sistematis pendaftaran tanah secara
dilaksanakan secara seporadik.
b. Secara Sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali
mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah
atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau
massal. pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas
permintaan pihak yang berkepentingan yaitu pihak yang berhak atas
obyek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau
kuasanya.pendaftaran itu sangat penting dan tersebut didaftarkan
untuk kepentingan ekonomi atau pendaftaran dilakukan untuk
kepentinga dari penggunaan terhadap tanah, sehingga akan terlihat
pemanfaatan dari tanah tersebut,artinya pendaftaran tanah adalah
untuk memberikan kejelasan atau keterangan supaya tidak
menimbulkan pemasalahan dan di bidang pertanahan terutama
terhadap status tanah tersebut. Sesuai ketentuan Pasal 20 ayat (1) dan
(2) UUPA yang berbunyi sebagai berikut : Hak milik adalah hak turun
temurun, terikat dan terpenuhi yang dapat dipunyai orang atas tanah

12
dengan mengingat kebutuhan dalam pasal 6. Hak memiliki dapat
beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

Menurut A.P. Parlindungan, kata-kata terkuat dan terpenuh itu bermaksud


untuk membedakannya dengan Hak Guna Usaha, Hak Guna Usaha Bangunan, Hak
Pakai dan Hak-hak lainnya, yaitu untuk menunjukan bahwa diantara hakhak atas
tanah yang dapat dipunyai orang, hak miliklah yang “ ter “ (paling kuat dan penuh).8

Begitu pentingnya hak milik, pemerintah memberikan perhatian yang sangat


serius terhadap persoalan hak milik atas tanah tersebut. Dalam peraturan menteri
Negara Agraria / Kepala badan Pertahanan Nasional No. 9 Tahun 1999 tentang Tata
cara pemberian dan pembatalan hak atas tanah Negara dan hak pengelolaan yang
meliputi tentang syarat-syarat permohonan hak milik, tata cara pemberian hak milik
dan prosedur pendaftaran hak milik. Pendaftaran hak milik dilakukan atau
didaftarkan dikantor Pertahanan Kabupaten / Kota setempat, yang dimana
pendafataran ini merupakan alat pembuktian yang kuat sesuai penjelasan Undang-
undang pokok Agraria Pasal 23, yang berbunyi “ Hak milik, demikian pula setiap
peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak- hak lain harus didaftarkan
menurut ketentuan Peraturan Perundang- undangan.

Dalam penjelasan pasal 18 UUPA ayat 1 menjelaskan, Hak Milik


dapat diberikan kepada :

1. Warga Negara Indonesia


2. Badan-badan Hukum yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundangundangan yang berlaku, yaitu :
a. Badan Pemerintah
b. Badan Keagamaan dan Badan Sosial yang ditunjuk oleh
pemerintah.

8
A.P Perlindungan, Komentar Atas Undang – undang Hukum Agraria, Mandar Maju,
Bandung, hal. 124.

13
Mengenai kepastian hukum terhadap pendafataran tanah, dalam pasal
19 Undang-undang Pokok Agraria menjelaskan bahwa untuk menjamin
kepastian hukum, oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh
wilayah Indonesia dengan suatu peraturan pemerintah. Adapun peraturan
pemerintah tersebut, diatur pendaftaran tanah dengan dituangkan didalam
peraturan pemerintah nomor 10 tahun 1961, tertanggal 23 Maret 1961
Tentang.9

Pendaftaran Tanah, mengenai kepastian hukum, maka yang


menyangkut pertanahan khususnya mengenai kepemilikan dan penguasaan
tanah yang meliputi ;

a. Kepastian mengenai subyek hak, yaitu orang atau Badan Hukum


yang menjadi pemegang hak.
b. Kepastian mengenai obyek hak, yang mengenai;
1. Letak tanah
2. Batas-batas tanah
3. Luas bidang-bidang Mengenai pendaftaran tanah
diselenggarakan dengan cara yang sederhana, murah dan
mudah dimengerti oleh rakyat, karena pendaftaran akan
diselenggarakan dengan mengingat kepada kepentingan
serta keadaan negara dan masyarakat keperluan lalu lintas,
sosial ekonomi dan kemungkinankemungkiannya dalam
bidang personil dan peralatannya, maka lambat laun akan
mengingat melliputi seluruh wilayah negara ini.

9
H. Ali Achmad Chomzah,SH, “Hukum Agraria (pertanahan indonesia)” jilid
2,pustakaraya,jakarta 2004,hlm. 4

14
B. Sebab Timbulnya Sertifikat Tanah Ganda

Sertifikat ganda adalah suatu bukti kepemilikan tanah yang mempunyai


lebih dari satu sertifikat. Dalam suatu bidang tanah tidak boleh ada dua
sertifikat. Jika terjadi hal tersebut terjadi sudah pasti salah satu sertifikat
tersebut salah, namun bisa juga dua-duanya salah karena ada juga pemilik lain
yang menguasai tanah tersebut dan setelah pembuktian orang tersebutlah
pemilik sebenarnya. Tidak mungkin ada dua sertipikat yang benar dalam satu
bidang tanah. Sertipikat ganda mengakibatkan sengketa antara pemegang
sertipikat dan saling mengakui bahwa apa yang mereka miliki itu memang
benar adanya walaupun kemudian satu diantaranya, sertipikat itu ada yang
palsu dimana objek yang tertera pada sertipikat tersebut bukan yang
sebenarnya. Sertipikat Hak Milik bisa dibatalkan apabila data fisik dan
Yuridis inkonsistensi. Dalam pengertian pendaftaran hak atas tanah melalui
konversi adalah merupakan penyesuaian hak lama yang tunduk pada hukum
adat atau hukum lainnya kepada hak baru menurut UUPA.10

Pendaftaran hak atas tanah biasanya dilakukan secara sistematis atau


sporadik melalui penegasan hak dan pengesahan data fisik dan data Yuridis
sebagai bukti kepemilikan yang diperoleh berupa sertipikat yang kuat.
Sehingga mengacu pada UUPA, dapat dijamin kepastian hukum bagi subjek
yang beritikat sesuai dengan justice as fairness. Seperti yang diungkapkan
oleh Jhon Rawls: Hasil yang baik dan benar harus melalui proses dan
prosedur yang baik dan benar pula. Meskipun sudah secara tegas diatur dalam
UUPA dan PP No. 24 tahun 1997 bahwasannya untuk menjamin kepastian
hukum pemilikan tanah, tanah harus didaftarkan, namun masih banyak orang
khususnya di daerah desa yang mempunyai tanah namun belum mempunyai

10
Herry Jaya Hartana, I Made Suwitra dan Ida Ayu Putu Widiat. "Penyelesaian Sengketa
Sertipikat Ganda di Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar". Jurnal Analogi Hukum. 1
(3) (2019), 294–299. Universitas Warmadewa, Denpasar-Bali. Link :
https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/analogihukum/article/view/1774

15
sertipikat sebagai alat bukti kepemilikan tersebut, karena tanah bersangkutan
belum didaftarakan.

Di daerah pedesaan masih banyak warga yang memiliki tanah dengan


alat bukti berupa petuk Pajak atau Girik. Sebelum diberlakukannya UUPA
surat pembayaran terdahulu menggunakan surat pajak hasil bumi yang
disebut girik. Tetapi setelah berlakunya UUPA, girik juga disebut surat
keterangan bukti pembayaran pajak bukan sebagai tanda kepemilikan hak
atas tanah. Sebelum diberlakukan UUPA secara formal girik bahwa
benargirik adalah bukti hak atas tanah, setelah lahirnya UUPA girik tidak
berlaku. Berdasarkan persitiwa yang ada di masyarakat, jaminan kepastian
hukum tidak sepenuhnya milik pemegang sertifikat.

Pendaftaran tanah perlu dilakukan untuk memberikan kepastian hukum


terhadap orang yang menguasai dan memiliki tanah agar nantinya
mempunyai kekuatan hak didepan hukum dan Negara. Jadi misalnya
seseorang memiliki tanah tapi belum ada sertifikatnya otomatis belum bisa
diakui dan hanya bisa mengatakan bahwa tanah tersebut adalah tanahnya dan
mungkin saja orang lain ikut mengakuinya juga, karna itulah pentingnya
pendaftaran tanah dan penerbitan sertifikat di atas tanah yang dimiliki agar
seseorang mempunyai dasar kepemilikan hak atas tanah. Sertifikat sebagai
surat tanda bukti hak atas tanah seseorang yang didalamnya memuat data fisik
dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah, merupakan pegangan
kepada pemiliknya akan bukti-bukti haknya yang tertulis. Oleh karenanya
dalam penerbitan sertifikat hak atas tanah, setiap satu sertifikat hak atas tanah
diterbitkan untuk satu bidang tanah. Namun nyatanya sampai saat ini masih
sering terjadi kasus tentang sertifikat ganda dimana satu bidang tanah
mempunyai lebih dari satu sertifikat.

16
Dalam Sertifikat Ganda yang perlu di perhatikan adalah kasusnya,
karena bisa disebabkan berbagai hal, jadi dapat disimpulkan bahwa
kebanyakan yang menyebabkan munculnya Sertifikat Ganda adalah :11

1. Kesalahan dari pemilik tanah itu sendiri yang tidak memperhatikan tanah
miliknya dan tidak memanfaatkanya dengan baik sehingga di ambil alih
oleh orang lain dan kemudian di manfaatkan karna merasa bahwa tanah
tersebut tidak bertuan atau tidak ada pemiliknya. Karna merasa sudah
lama menguasai tanah itu, orang tersebut kemudian mengklaim bahwa
tanah tersebut adalah miliknya dan menerbitkan sertifikat di atas tanah
tersebut tanpa mengetahui bahwa diatas tanah itu sudah ada sertifikatnya,
atau Sewaktu dilakukan pengukuran atau penelitian dilapangan, pemohon
dengan sengaja atau tidak sengaja menunjukkan letak tanah dan batas
tanah yang salah, serta
Adanya kesengajaan dari pemilik tanah untuk mendaftarkan kembali
sertifikat yang sebenarnya sudah ada dengan memanfaatkan kelemahan
lembaga Badan Pertanahan Nasional karena merasa pembuatan sertifikat
baru lebih mudah dan lebih murah daripada melakukan peralihan hak atas
tanah.
2. Selanjutnya dari Badan pertanahan Nasional karena tidak adanya basis
data mengenai bidang-bidang tanah baik yang sudah terdaftar maupun
yang belum terdaftar. Seharusnya tanah-tanah yang didaftarkan pada
Kantor Pertanahan dilakukan pencatatan dan pencoretan pada peta-peta
pendaftaran, sehingga apabila tanah tersebut didaftarkan lagi maka dapat
diketahui tanah tersebut sudah bersertifikat atau belum. Jadi, data yang
ada belum sistematis meskipun sekarang sudah ada perbaikan tapi masih
banyak sertifikat-sertifikat lama tidak terimpentarisir sehingga
memungkinkan munculnya sertifikat ganda karna disini badan

11
Tika Nurjanah, "PENYELESAIAN SENGKETA SERTIFIKAT GANDA HAK ATAS TANAH (STUDI
KASUS PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA MAKASSAR)", hlm. 134, Jurnal Hukum
Universitas Negeri Makassar, link :
https://ojs.unm.ac.id/tomalebbi/article/viewFile/2057/1021

17
pertanahankan tinggal terima permohonan. Atau karena ketidak telitian
Pejabat Kantor Pertanahan dalam menerbitkan sertifikat tanah, disamping
masih adanya orang yang berbuat untuk memperoleh keuntungan pribadi
sehingga bertindak menyeleweng dalam artian tidak melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya.
3. Kemudian faktor pemerintah setempat, kelurahan atau desa yang tidak
mempunyai data mengenai tanah tanah yang sudah disertifikatkan dan
sudah ada penguasaannya atau data yang tidak valid. Jika ada orang yang
bermohon untuk membuat surat penguasaan tanah yang kemudian
diterbitkan, terus tiba-tiba karena ada orang yang niatnya tidak bagus
yang datang mengaku memiliki tanah tersebut dan ingin membuat surat
penguasaan tanah.
Oleh pemerintah setempat dibuatkan dan terkadang mereka tidak
melakukan pengukuran, tidak melakukan pengecekan lokasi apakah tanah
tersebut benar tanahnya atau tanah tersebut belum terdaftar atas nama
orang lain. Atau Untuk wilayah bersangkutan belum tersedia peta
pendaftaran tanahnya sehingga lebih memudahkan bagi seseorang yang
memiliki niat tidak baik untuk menggandakan sertifikatnya . Selanjutnya
adanya surat bukti atau pengaduan hak yang ternyata terbukti
mengandung ketidakbenaran, kepalsuan, atau tidak berlaku lagi.

Selain itu, Terjadinya sertifikat-sertifikat ganda mengakibatkan cacat


hukum seperti sertifikat palsu dan sertifikat ganda dipengaruhi oleh faktor-
faktor intern dan ekstern.12

Faktor intern antara lain:

a) Tidak dilaksanakannya Undang-Undang Pokok Agraria dan peraturan


pelaksanaannya secara konsekuen dan bertanggungjawab disamping
masih adanya orang yang berbuat untuk memperoleh keuntungan pribadi.

12
Hadi Irawan,dkk. "STUDI KASUS TENTANG SERTIFIKAT GANDA DI DESA YEH SUMBUL,
KECAMATAN MENDOYO, KABUPATEN JEMBRANA". Jurnal Hukum Universitas Udayana.
Link: https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/4650

18
b) Kurang berfungsinya aparat pengawas sehingga memberikan peluang
kepada aparat bawahannya untuk bertindak menyeleweng dalam arti tidak
melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai sumpah jabatannya.
c) Ketidak telitian pejabat Kantor Pertanahan dalam menerbitkan sertifikat
tanah yaitu dokumen-dokumen yang menjadi dasar bagi penerbitan
sertifikat tidak diteliti dengan seksama yang mungkin saja dokumen-
dokumen tersebut belum memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan
oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Faktor ekstern antara lain:

a) Masyarakat masih kurang mengetahui undang-undang dan peraturan


tentang pertanahan khususnya tentang prosedur pembuatan sertifikat
tanah.
b) Persediaan tanah tidak seimbang dengan jumlah peminat yang
memerlukan tanah.
c) Pembangunan mengakibatkan kebutuhan akan tanah semakin meningkat
sedangkan persediaan tanah sangat terbatas sehingga mendorong
peralihan fungsi tanah dari tanah pertanian ke non pertanian,
mengakibatkan harga tanah melonjak

C. Penyelesaian Sengketa Jual-Beli Tanah Bersertifikat


Ganda berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Nomor:
130/Pdt.G/2017/PN Gin

Ada banyak faktor-faktor yang dapat menyebabkan tejadinya sertifikat


ganda tapi kebanyakan yang sering menyebabkan terjadinya sertifikat ganda
adalah : Kesalahan dari pemilik tanah itu sendiri yang tidak memperhatikan
tanah miliknya dan tidak memanfaatkanya dengan baik sehingga di ambil alih
oleh orang lain, sewaktu dilakukan pengukuran atau penelitian dilapangan,
pemohon dengan sengaja atau tidak sengaja menunjukkan letak tanah dan
batas tanah yang salah, serta Adanya kesengajaan dari pemilik tanah untuk

19
mendaftarkan kembali sertifikat yang sebenarnya sudah ada dengan
memanfaatkan kelemahan lembaga Badan Pertanahan Nasional. Bentuk
penyelesaian terhadap Sertifikat Ganda Hak Atas Tanah dapat dilakukan
secara langsung oleh pihak dengan musyawarah atau mediasi yang dilakukan
diluar pengadilan dengan atau tanpa mediator.

Apabila penyelesaian juga tidak tercapai maka dipersilahkan


mengajukan gugatan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara atau Pengadilan
Negeri. diperjual belikan. Apabila sertipat tanah yang membuktikan bahwa
tanah tersebut benar dimiliki oleh pemilik lebih dari satu, Akta Jual Beli yang
telah dibuat dengan mengikuti aturan , maka Akta Jual Beli tersebut dapat
dikatakan tidak sah karena masih diragukan keaslian dari salah satu sertifikat
tersebut. Seperti kasus yang terjadi di Desa Kadewatan, Kecamatan Ubud,
Kabupaten Gianyar, akta jual beli tersebut dapat dinyatakan tidak sah karena
masih dalam tahap mencari keabsahan sertipikat yang dimiliki antara
Penggugat dan Tergugat II Intervensi.

Dalam putusan pada kasus jual beli tanah yang memiliki sertifikat
ganda di Gianyar dengan penggugat yang bernama I Nyoman Jaya dengan 6
tergugat lainnya dan 1 pihak intervensi, yakni Kantor Badan Pertanahan
Nasional Kabupaten Gianyar. Kasus tersebut bermula saat penggugat dan
terguggat melakukan perjanjian jual-beli tanah seluas 18,03 are/1830 m2
dengan harga Rp 1.198.995.000 (satu miliyard seratus sembilan puluh
delapan juta sembilan ratus sembilan puluh lima ribu rupiah).

Namun setelah penggugat membayar ½ dari total keseluruhan dan telah


membayar uang muka untuk biaya renovasi tanah tersebut, ternyata hanya
ada 1 sertifikat tanah, sedangkan sisa tanah yang lainnya belum disahkan
karena belum ada sertifikat tanah. Namun, pada saat penggugat ingin
mengurus pengalihan nama sertifikat ke Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Kabupaten Gianyar, penggugat dikejutkan sebab ternyata tanah tersebut
memiliki sertifikat lain selain yang dipegang oleh penggugat. Tanah yang

20
telah bersertifikat sesuai SHM. 2870, luas 450 M2, surat ukur No. 296/2003
tgl.30-06-2003, yang terletak di Br. Payogan, Desa Kedewatan, Kecamatan
Ubud Kabupaten Gianyar atas nama leluhur para tergugat alm. I NYOMAN
JAGREM juga adalah atas nama orang lain / doble sertifikat, terdapat
Sertifikat ganda atas kepemilikan tanah tersebut ;

Bahwa karena penggugat mengetahui tanah yang akan dibeli tersebut


ternyata adalah milik orang lain sehingga mengakibatkan tidak bisa diproses
peralihan haknya, selanjutnya penggugat melakukan pendekatan dengan para
tergugat untuk meminta pertanggung jawaban atas uang-uang milik
penggugat yang telah diterima oleh para tergugat sebagai pembayaran atas
kesepakatan jual-beli tanah tersebut, oleh para tergugat menyatakan sanggup
akan mengembalikan uang yang telah dibayarkan oleh penggugat, namun
hingga saat ini janji tersebut tidak juga dilaksankan;

Bahwa setelah menunggu sekitar 4 tahun lamanya dari tahun 2013


sejak terjadinya kesepakatan jual-beli atas tanah tersebut, para tergugat tidak
juga mengembalikan uang milik penggugat yang telah diterimanya untuk
pembayaran jual beli atas tanah sebagaimana kesepakatan tertanggal 29
Agustus 2013 tersebut, dengan alasan para tergugat tetap bersikukuh
menyatakan melakukan jual-beli walaupun diketahui tanah yang
diperjualbelikan dengan penggugat tersebut adalah milik orang lain, demikian
juga halnya dengan tanah seluas 450 m2/4,05 are, sesuai Sertifikat Hak Milik
No.2870, surat ukur No.296/2003 tgl.30-06-2003, yang terletak di Br.
Payogan, Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar atas nama
alm. I NYOMAN JAGREM, yang sertifikatnya diberikan kepada penggugat
ternyata sertifikatnya ganda ;

Bahwa karena para tergugat tidak dapat mengembalikan uang milik


penggugat sebagai pembayaran atas kesepakatan jual-beli tanah tersebut,
penggugat juga tidak keberatan jika di berikan tanah milik para tergugat yang

21
lainnya yang tidak ada masalah dengan pihak ketiga yaitu tanah Halaman 5
dari 28 Putusan Nomor 130/Pdt.G/2017/PN Gin.

Berdasarkan duduk perkara tersebut, Pengadilan Negeri Gianyar


memutus dengan amar putusan :

1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk sebagian ;


2. Menyatakan Para Tergugat telah ingkar janji (wanprestasi) kepada
Penggugat ;
3. Menyatakan sah pembayaran yang dilakukan Penggugat kepada Para
Tergugat sebesar Rp. 735.181.000,- (tujuh ratus tiga puluh lima juta seratus
delapan puluh satu ribu rupiah) ;
4. Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng untuk membayar
kerugian materiil kepada Penggugat sebesar Rp. 735.181.000,- (tujuh ratus
tiga puluh lima juta seratus delapan puluh satu ribu rupiah) ;
5. Menyatakan Sita Jaminan (Conservatoir Beslag) terhadap : tanah milik Para
Tergugat tersebut, tercatat atas nama : Alm. I MADE KIOT, I WAYAN
BADRA, I MADE BADRI, I WAYAN SUAMBA, seluas 1123m2 tercatat
dalam Sertipikat Hak Milik Nomor : 03394, yang terletak di Banjar
Payogan, Desa Kadewatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar,
berdasarkan Penetapan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gianyar Nomor
130/Pdt.G/2017/PN Gin tertanggal 28 Februari 2018 dan terhadap Sita
Jaminan tersebut telah dilaksanakan oleh Panitera Pengadilan Negeri
Gianyar berdasarkan Berita Acara Sita Jaminan Nomor :
130/Pdt.G/2017/PN Gin tanggal 15 Maret 2018 yang pelaksanaan Sita
Jaminan tersebut telah pula didaftarkan di Kantor Pertanahan Kabupaten
Gianyar dengan Nomor : 8318/2018 tanggal 15 Maret 2018, dinyatakan sah
dan berharga dan patut untuk dipertahankan ;
6. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya ;
7. Menghukum Para Tergugat untuk membayar ongkos perkara yang timbul
dalam perkara ini sebesar Rp. 9.091.000,- (sembilan juta sembilan puluh
satu ribu rupiah)

22
Berdasarkan amar putusan tersebut, dapat disimak bersama bahwa tanah
yang memiliki sertifikat ganda tidak dapat dilakukan jual-beli diatasnya. Jika
ingin melakukan jual-beli, maka harus dijadikan satu terlebih dahulu sertifikat
tanah tersebut sehingga tidak terjadi sertifikat ganda pada sebidang tanah yang
ingin diperjual-belikan.

Selain itu, tanah yang memiliki sertifikat ganda diatasnya akan diakui
kepunyaannya oleh BPN yakni sertifikat yang terbit terlebih dahulu, sehingga
sertifikat yang terbit atau disahkan setelah adanya pengesahan maupun
penerbitan sertifikat sebelumnya dianggap tidak sah dan tidak memiliki
kekuatan hukum.

Dalam kasus putusan ini, sertifikat yang sah adalah sertifikat SHM. 2870,
luas 450 M2, surat ukur No. 296/2003 tgl.30-06-2003 dan bukan sertifikat milik
tergugat. Sehingga tergugat tidak dapat menjual tanahnya kepada siapapun,
termasuk penggugat. Double certificate dapat terjadi jika sertifikat yang
pertama tidak secara rinci atau hilang catatan pada BPN, namun jika digugat,
pihak yang akan memenangkan sertifikat dan memiliki SHM atas tanah tersebut
adalah pemegang sertifikat pertama yang terbit lebih dahulu.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan penulisan diatas, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
a.) Berdasarkan Pasal 19 UUPA diperintahkan kepada pemerintah untuk
mengadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Yang dimaksud dengan kewajiban mendaftarkan menurut Undang-
undang Pokok Agraria (UUPA) adalah pertama, Penguluran, perpetaan
dan pembukuan tanah; Kedua, Pendaftaran hak-hak atas tanah dan
peralihan hak-hak tersebut dan Pemberian surat-surat tanah bukti hak

23
yang berlaku sebagai alasan pembuktian yang kuat. Peraturan
pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan berdasar PP No. 10
Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, dan sejak 8 Oktober 1977
disempurnakan dengan PP No. 24 Tahun 1997. Pendaftaran tanah
diberlakukan mulai tanggal 24 September 1961 berdasarkan Pasal 19
UUPA. Alasan diubahnya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961
didasarkan kepada beberapa hal, seperti yang tersebut dalam
konsiderans menimbang bahwa peningkatan Pembangunan Nasional
yang berkelanjutan memerlukan jaminan kepastian hukum di bidang
pertanahan; bahwa pendaftaran tanah yang penyelenggaraannya oleh
UUPA ditugaskan kepada pemerintah merupakan sarana dalam
memberikan jaminan kepastian hokum yang dimaksudkan; bahwa PP
No 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah dipandang tidak dapat
lagi sepenuhnya mendukung tercapainya hasil yang lebih nyata pada
pembangunan nasional, sehingga perlu dilakukan penyempurnaan.
Prosedur pendaftaran hak milik atas tanah pertama kali adalah kegiatan
pendaftaran terhadap sebidang tanaah yang semula belum di daftarkan
meurut ketentuan peraturan pendaftaran tanah yang bersangkutan.
Pendaftaran menggunakan sebagai dasar objek satuan-satuan bidang
tanah yang disebut persil (parsel), yang merupakan bagianbagian
permukaan bumi yang terbatas dan berdimensi dua dengan ukuruan luas
yang umumnya dinyatakan dalam meter persegi. Berikut data yang
dihimpun pada dasarnya meliputi 3 (tiga) bidang kegiatan. Ketentuan
Pasal 32 tersebut adalah dalam rangka memberikan jaminan kepastian
hukum dibidang pertanahan. Dalam melakukan pendaftaran pemerintah
harus menggunakan sistem yaitu sistem publikasi negatif Khususnya
pada ayat (2) pasal 32 tersebut bahwa orang tidak dapat menuntut tanah
yang sudah bersertifikat atas nama seseorang atau badan hukum lain,
jika selama 5 (lima) tahun sejak dikeluarkannya sertifikat itu dia tidak
menuntut/mengajukan gugatan pada pengadilan mengenai penguasaan
hak atas atau penerbitan sertifikat tersebut.

24
b.) Ada banyak faktor-faktor yang dapat menyebabkan tejadinya sertifikat
ganda tapi kebanyakan yang sering menyebabkan terjadinya sertifikat
ganda adalah : Kesalahan dari pemilik tanah itu sendiri yang tidak
memperhatikan tanah miliknya dan tidak memanfaatkanya dengan baik
sehingga di ambil alih oleh orang lain, sewaktu dilakukan pengukuran
atau penelitian dilapangan, pemohon dengan sengaja atau tidak sengaja
menunjukkan letak tanah dan batas tanah yang salah, serta Adanya
kesengajaan dari pemilik tanah untuk mendaftarkan kembali sertifikat
yang sebenarnya sudah ada dengan memanfaatkan kelemahan lembaga
Badan Pertanahan Nasional. Bentuk penyelesaian terhadap Sertifikat
Ganda Hak Atas Tanah dapat dilakukan secara langsung oleh pihak
dengan musyawarah atau mediasi yang dilakukan diluar pengadilan
dengan atau tanpa mediator. Apabila penyelesaian juga tidak tercapai
maka dipersilahkan mengajukan gugatan melalui Pengadilan Tata
Usaha Negara atau Pengadilan Negeri.
c.) Tanah yang memiliki sertifikat ganda diatasnya akan diakui
kepunyaannya oleh BPN yakni sertifikat yang terbit terlebih dahulu,
sehingga sertifikat yang terbit atau disahkan setelah adanya pengesahan
maupun penerbitan sertifikat sebelumnya dianggap tidak sah dan tidak
memiliki kekuatan hukum. Dalam kasus putusan ini, sertifikat yang sah
adalah sertifikat SHM. 2870, luas 450 M2, surat ukur No. 296/2003
tgl.30-06-2003 dan bukan sertifikat milik tergugat. Sehingga tergugat
tidak dapat menjual tanahnya kepada siapapun, termasuk penggugat.
Double certificate dapat terjadi jika sertifikat yang pertama tidak secara
rinci atau hilang catatan pada BPN, namun jika digugat, pihak yang akan
memenangkan sertifikat dan memiliki SHM atas tanah tersebut adalah
pemegang sertifikat pertama yang terbit lebih dahulu.

25
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Chomzah ,Ali Achmad (2003). “Hukum Pertanahan Seri Hukum
Pertanahan III-Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah dan Seri
Hukum Pertanahan IV-Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah”.
Jakarta.
H. Ali Achmad Chomzah,SH, “Hukum Agraria (Pertanahan Indonesia)”
jilid 2,pustakaraya,jakarta 2004.
Kusumah Hasan. (1995). "Hukum Agraria I". Jakarta Pusat: Gramedia
Pustaka Utama.
Lubis Mhd, dkk. (2008). "Hukum Pendaftaran Tanah". Mandar Maju.

Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang pokok agraria H.Ali Achmad Chomzah,SH,Hukum
Agraria(pertanahan indonesia) jilid 2,pustakaraya,jakarta 2004
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

Jurnal elektronik
Ginting, Yesicha Cristianita. "ANALISIS KASUS SENGKETA
KEPERDATAAN KEPEMILIKAN TANAH YANG BERSERTIFIKA
GANDA (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kabanjahe Nomor
30/Pdt.G/2009/PN.Kbj)". Jurnal Hukum Elektronik. Link:
https://media.neliti.com/media/publications/164893-ID-analisis-kasus-
sengketa-keperdataan-kepe.pdf diakses pada 09 Juni 2023 pukul 09.00
WIB

Hadi Irawan,dkk. "STUDI KASUS TENTANG SERTIFIKAT GANDA DI DESA


YEH SUMBUL, KECAMATAN MENDOYO, KABUPATEN JEMBRANA".
Jurnal Hukum Universitas Udayana. Link:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/4650 diakses
pada 09 Juni 2023 pukul 10.00 WIB.

Herry Jaya Hartana, I Made Suwitra dan Ida Ayu Putu Widiat. "Penyelesaian

Sengketa Sertipikat Ganda di Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar".


Jurnal Analogi Hukum. 1 (3) (2019), 294–299. Universitas Warmadewa,
Denpasar-Bali. Link :
https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/analogihukum/article/v
iew/1774 diakses pada 09 Juni 2023 pukul 10.10 WIB.

Ramadhani, R. (2021). “Pendaftaran tanah sebagai langkah untuk mendapatkan

26
kepastian hukum terhadap hak atas tanah”. SOSEK: Jurnal Sosial dan
Ekonomi, 2(1). Kumpulan Jurnal Sosial dan Ekonomi Volume 2 Issue 1
Years 2021. Jurnal Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Link:
https://jurnal.bundamediagrup.co.id/index.php/sosek/article/view/119
diakses pada 09 Juni 2023 Pukul 12.00 WIB.

Sudiro, A. A., & Putra, A. P. (2021). “Kepastian Hukum Terhadap Hak Atas

Pendaftaran Tanah Dan Hak Kepemilikan Atas Tanah Yang Telah


Didaftarkan”. Jurnal Magister Ilmu Hukum, 5(1). Jurnal Hukum
Universitas Al-Azhar Indonesia. Link:
https://jurnal.uai.ac.id/index.php/JMIH/article/view/768 diakses pada 09
Juni 2023 Pukul 12.38 WIB.

Tika Nurjanah, "PENYELESAIAN SENGKETA SERTIFIKAT GANDA HAK

ATAS TANAH (STUD KASUS PADA PENGADILAN TATA USAHA


NEGARA MAKASSAR)", hlm. 134, Jurnal Hukum Universitas Negeri
Makassar, link :
https://ojs.unm.ac.id/tomalebbi/article/viewFile/2057/1021 diakses pada
09 Juni 2023 pukul 14.05 WIB

27

Anda mungkin juga menyukai