Alquran Dan Al Hadist
Alquran Dan Al Hadist
Disusun oleh:
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas pada mata kuliah Pengembangan Studi
sejarah peradaban islam Maka besar harapan penulis untuk makalah ini dapat menjadi sumber
informasi dan tambahan pengetahuan bagi yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menantikan masukan berupa saran, usulan kritik dan
sebagainya.
Penulis.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
A. Latar Blakang........................................................................................................................5
B. Rumusan masalah.................................................................................................................6
C. Tujuan masalah.....................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
A. Pengertian al-Khulafa al-Rashidun,..................................................................................7
B. Sejarah...............................................................................................................................9
C. Expansi Militer................................................................................................................14
BAB III..........................................................................................................................................18
PENUTUP.....................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Blakang
Rasullulah SAW wafat pada 2 Rabiul Awal 11 H tanpa meninggalkan surat wasiat
kepada seseorang untuk eneruskan kepemimpinannya (keKhalifahan). Sekelompok orang
berpendapat bahwa Abu bakar lebih berhak atas kekhalifahan karena.
Rasulullah meridhainya dalam soal-soal agama, salah satunya dengan mengimami shalat
berjamaah selama beliau sakit. Oleh karena itu, mereka menghendaki agar Abu bakar
memimpin urusan keduaniaan, yakni kekhalifahan. Kelompok yang lain berpendapat
bahwa orang yang paling berhak atas kekhalifahan adalah Ahlul bait Rasulullah SAW ,
yaitu Abdullah bin Abbas atau Ali bin Abu Thalib. Selain itu, masih ada sekelompok lain
yang berpendapat bahwa yang paling berhak atas kekhalifahan adalah salah seorang kaum
Quraisy yang termasuk dalam kaum Muhajirin gelombang pertama. Kelompok lainnya
berpendapat, bahwa yang paling berhak atas kekhalifahan yaitu kaum Anshar. Ada tiga
golongan yang bersaing keras terhadap perebutan kepemimpinan ini, yaitu Anshar,
Muhajirin dan keluarga Hasyim.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian kholifah?
2. Apa system exsentensi kepemimpinan kholafaurrosyidin terhadap pemilihan
perwakilalan kelompok?
C. Tujuan masalah
1. Mengetahuai apa saja pengertian kholifah.
2. Memahami pengertian system exsentensi kepemimpinan kholafaurrosyidin terhadap
pemilihan perwakilalan kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian al-Khulafa al-Rashidun,
دونKKاء الراشKKالخلف, . al-Khulafa al-Rashidun, terjemah dari . ''Khalifah yang Dibimbing
dengan Benar''), sering disebut Khulafaur Rasyidin atau Rasyidin, adalah sebutan Muslim
Sunni untuk empat khalifah pertama yang memimpin negara Islam (khilafah) Kekhalifahan
Rasyidin setelah kematian nabi Islam Muhammad. Mereka adalah Abu Bakar, Umar bin
Khattab, Utsman bin 'Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Pemerintahan para khalifah ini, yang
disebut Kekhalifahan Rasyidin (632–661), dianggap dalam Islam Sunnitelah "dibimbing
dengan benar" (bahasa Arab: راشد, translit. rāsyd), artinya merupakan model (sunnah) yang
harus diikuti dan diteladani dari sudut pandang agama.1
Penerus Abu Bakar adalah Umar bin Khattab (m. 634–644), yang juga seorang sahabat
terkemuka Muhammad. Bersamaan dengan penaklukan Persia Sasaniyah dan dua pertiga
dari Bizantium Romawi, Umar membangun struktur politik dan administrasi negara. Ia
menciptakan diwan, sebuah badan ekonomi negara, ia juga menetapkan kebijakan yang
memperbolehkan pembangunan kembali pemukiman Yahudi di Yerusalem.
Kekhalifahannya berakhir ketika dia dibunuh oleh Abu Lu'lu'ah, seorang budak dari persia.
Sebelum kematiannya, Umar membentuk sebuah panitia yang beranggotakan enam orang
untuk memilih khalifah baru setelah kematiannya, dan Utsman bin Affan (m. 644–656)
adalah yang terpilih di antara mereka. Utsman mungkin adalah khalifah paling dikenang
karena berjasa dalam pengumpulan al-Qur'an dan membentuknya menjadi sebuah mushaf
seperti yang dibaca saat ini. Kebijakan Utsman untuk menetapkan anggota keluarganya
1
Melchert 2020, hlm. 63; cf. p. 72, note 1
2
(Madelung 1997, hlm. 253)
sebagai pejabat dan gubernur telah menimbulkan pemberontakan yang
mengakibatkan dirinya terbunuh pada 656 M.
Ali bin Abi Thalib (m. 656–661), mewarisi kekacauan yang terjadi pada akhir masa
kekhalifahan Utsman. Ia termasuk dari enam orang dari anggota panita yang ditunjuk
Umar dalam Pemilihan Utsman. Pada masa pemerintahannya, Ali menghadapi konflik
internal yang dikenal sebagai Fitnah Pertama. Pihak ketiga, Khawarij, memutuskan untuk
mengakhiri konflik dengan membunuh tiga orang yang dianggap penyebab peperangan,
yaitu Ali, Mu'awiyah, dan Amr bin Ash. Dari ketiga orang tersebut, hanya Ali yang
berhasil dibunuh. Putranya, Hasan, mengakhiri konflik dengan menyerahkan kekhalifahan
kepada Mu'awiyah.
B. Sejarah
3
Fayda, Mustafa (1998). HULEFÂ-yi RÂŞİDÎN - An article published in 18th volume of Turkish Encyclopedia of
Islam (PDF) (dalam bahasa Turki). 18. Istanbul: TDV İslâm Ansiklopedisi. hlm. 325. ISBN 978-97-53-89445-6.
4
(Melchert 2020, hlm. 63)
5
Hamilton Alexander Rosskeen Gibb; Johannes Hendrik Kramers; Bernard Lewis; Charles Pellat; Joseph Schacht (1970). "The
Encyclopaedia of Islam". The Encyclopaedia of Islam. Brill. 3 (Parts 57–58): 1164
6
Aqidah.Com (2009-12-01). "The Khilaafah Lasted for 30 Years Then There Was Kingship Which Allaah Gives To Whomever
He Pleases". Aqidah.Com. Aqidah.Com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-24. Diakses tanggal 16 August 2014.
7
Sowerwine, James E. (2010). Caliph and Caliphate: Oxford Bibliographies Online Research Guide (dalam bahasa Inggris).
Oxford University Press. hlm. 5. ISBN 9780199806003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-01. Diakses tanggal 2022-07-
04.
Suksesi Muhammad adalah isu sentral yang memecah komunitas Muslim.
[10]
Islam Sunni menerima status politik mereka sepenuhnya, sedangkan
Muslim Syiah sebagian besar menolak legitimasi tiga khalifah pertama, dan
mempertahankan bahwa Muhammad telah menunjuk Ali sebagai penggantinya.8
1. Abu Bakar
8
Ernst, Carl W. (2003). Following Muhammad: Rethinking Islam in the contemporary world. University of North Carolina Press.
hlm. 169. ISBN 9780807828373.
9
"Abu Bakr - Muslim caliph". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-29.
10
(Campo 2009, hlm. 9)
11
Nardo, Don (2011). The Islamic Empire . Lucent Books. hlm. 30, 32. ISBN 9781420506341.
12
(Madelung 1997, hlm. 39)
13
Bainbridge, Beryl (1985). Women and the Family in the Middle East. University of Texas Press.
hlm. 256. ISBN 9780292755291.
Sejak menjelang kematian Muhammad, beberapa kepala suku, seperti Aswad al-
Ansi, Musailamah al-Kazzab, dan Sajjah mengaku sebagai nabi baru yang diberi wahyu
oleh tuhan. Abu Bakar menentang pengakuan mereka dan memerintahkan untuk
memerangi mereka.14 Strategi Abu Bakar dengan mengirim pasukan secara berkala
tampaknya berhasil. Kampanye kemurtadan yang dimulai oleh kelompok pendukung
nabi palsu selama tahun ke-11 Hijriyah dapat diakhiri oleh pasukan yang dikirim oleh
Abu Bakar pada tahun yang sama.15
14
"Abu Bakr | Biography & Facts". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-06
15
Parolin, Gianluca Paolo (2009). Citizenship in the Arab World: Kin, Religion and Nation-state. Amsterdam
University Press. hlm. 52. ISBN 9789089640451.
16
ath-Thabari, hlm. 5, Vol. 2
17
A.I. Akram (1 January 2009). "Chapter 18". Sword of Allah: Khalid Bin Al-Waleed His Life & Campaigns. Adam Publishers &
Distributors. ISBN 978-81-7435-521-8.
18
Masudul, Hasan. Sidiq-i-Akbar Hazrat Abu Bakr. Lahore: Ferozsons, 1976. OCLC 3478821
Muhammad dan memerintah selama 10 tahun. Ia menggantikan Abu Bakar setelah
kematiannya 23 Agustus 634 sebagai khalifah kedua, dan memainkan peran penting
dalam Islam.
Ali bin Abi Thalib (bahasa Arab: البKKعلي ابن أبي ط, translit. ʿAlī ibn Abī Ṭālib)
adalah sepupu dan menantu Muhammad. Di Makkah, Ali muda adalah orang
pertama yang memeluk Islam dari anak-anak dan orang yang menawarkan
dukungannya ketika Muhammad pertama kali memperkenalkan Islam kepada
kerabatnya. Kemudian, dia memfasilitasi pelarian Muhammad yang aman ke
Madinah dengan mempertaruhkan nyawanya sebagai umpan. Saat tiba di Madinah,
Ali bersumpah persaudaraan dengan Muhammad dan kemudian melamar putri
Muhammad, Fatimah, dan menikahinya.
Dengan Arab yang telah bersatu di bawah satu negara terpusat dengan militer
yang tangguh, wilayah tersebut sekarang dapat dilihat sebagai ancaman potensial bagi
kekaisaran Bizantium dan Sasanian yang bertetangga . Mungkin Abu Bakar, dengan
alasan bahwa tidak dapat dihindari bahwa salah satu dari kekuatan ini akan melancarkan
serangan pendahuluan terhadap kekhalifahan muda, memutuskan bahwa lebih baik
melakukan serangan pertama sendiri. Terlepas dari motivasi khalifah, pada tahun 633
pasukan kecil dikirim ke Irak dan Palestina, merebut beberapa kota. Meskipun
Bizantium dan Sassania pasti akan membalas, Abu Bakar punya alasan untuk percaya
diri; kedua kekaisaran itu secara militer kelelahan setelah berabad-abad berperang satu
sama lain, sehingga kemungkinan setiap pasukan yang dikirim ke Arab akan berkurang
dan melemah.
Keuntungan yang lebih mendesak adalah keefektifan para pejuang Muslim serta
semangat mereka, yang terakhir sebagian didasarkan pada kepastian kebenaran tujuan
mereka. Selain itu, keyakinan umum di kalangan umat Islam adalah bahwa masyarakat
harus dipertahankan dengan segala cara. Sejarawan Theodor Nöldeke memberikan
pendapat yang agak kontroversial bahwa semangat keagamaan ini sengaja digunakan
untuk menjaga semangat dan momentum umat, Tentu saja, itu merupakan kebijakan
yang baik untuk mengubah suku-suku yang baru saja ditaklukkan di wilayah terpencil
menuju tujuan eksternal di mana mereka dapat segera memuaskan nafsu mereka akan
harta rampasan dalam skala besar, mempertahankan perasaan suka berperang mereka,
dan memperkuat diri mereka dalam keterikatan mereka pada keyakinan baru,
Muhammad sendiri telah mengirimkan ekspedisi melintasi perbatasan [Bizantium], dan
dengan demikian telah menunjukkan jalan kepada penerusnya. Mengikuti jejaknya
adalah sesuai dengan jiwa muda Islam yang terdalam, yang sudah tumbuh besar di
tengah hiruk pikuk senjata. Meskipun Abu Bakar telah memulai konflik-konflik awal ini
yang akhirnya menghasilkan penaklukan Persia dan Levant, dia tidak hidup untuk
melihat daerah-daerah itu ditaklukkan oleh Islam, dan malah menyerahkan tugas itu
kepada penerusnya, Umar.
2. Penaklukan pada masa Umar
Lihat pula: Penaklukan militer pada era Umar
Kekhalifahan Umar terkenal karena penaklukan yang luas. Dengan dibantu oleh
komandan lapangan yang brilian, Khalid bin Walid dan Abu Ubaidah bin Jarrah, ia
mampu menggabungkan Irak, Iran, Azerbaijan, Kaukasus, Suriah, Tepi Barat, Mesir,
dan sebagian Afghanistan, Turkmenistan, dan Pakistan barat ke dalam Khilafah. Selama
masa pemerintahannya, Romawi Bizantium kehilangan lebih dari tiga perempat wilayah
mereka dan di Persia, dan Umar adalah raja (penguasa) Kekaisaran Persia
Sassaniyah sebelum akhirnya dihapuskan. Sejarawan memperkirakan lebih dari 4.050
kota ditaklukkan pada masa pemerintahan Umar.
Kekhalifahan Rasyidin mencapai puncak kejayaannya pada masa Khalifah Utsman, 655–656
Muawiyah bin Abu Sufyan telah ditunjuk sebagai gubernur Suriah oleh Umar
pada tahun 639 untuk menghentikan gangguan Bizantium dari laut selama Peperangan
Arab-Bizantium. Dia menggantikan kakak laki-lakinya Yazid bin Abi Sufyan, yang
meninggal karena wabah, bersama dengan Abu Ubaidah bin Jarrah, gubernur
sebelumnya, dan 25.000 orang lainnya. Sekarang di bawah pemerintahan Utsman pada
tahun 649, Mu'awiyah diizinkan untuk membentuk angkatan laut yang diawaki oleh
Kristen pasukan Muslim dan akan mengalahkan angkatan laut Bizantium
pada Pertempuran Tiang Kapal pada tahun 655 dan menaklukan Laut Mediterania.
5. Selama pemerintahannya, gaya militer Utsman lebih bersifat otonom karena dia
mendelegasikan banyak otoritas militer kepada kerabatnya yang tepercaya,
seperti Abdullah bin Amir, Mu'awiyah bin Abu Sufyan dan Abdullah bin Sa'ad, tidak
seperti kebijakan Umar yang lebih terpusat
B. saran
Ada banyak kekurangan di dalam makalah ini tentu nya dengan adanya presentasi
membuat sempurna nya makalah ini dan semoga menjadi reverensi ilmu untuk para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Melchert 2020, hlm. 63; cf. p. 72, note 1
(Madelung 1997, hlm. 253)
Fayda, Mustafa (1998). HULEFÂ-yi RÂŞİDÎN - An article published in 18th volume of Turkish
Encyclopedia of Islam (PDF) (dalam bahasa Turki). 18. Istanbul: TDV İslâm Ansiklopedisi.
hlm. 325. ISBN 978-97-53-89445-6.
(Melchert 2020, hlm. 63)
Hamilton Alexander Rosskeen Gibb; Johannes Hendrik Kramers; Bernard Lewis; Charles Pellat;
Joseph Schacht (1970). "The Encyclopaedia of Islam". The Encyclopaedia of Islam. Brill. 3
(Parts 57–58): 1164
Aqidah.Com (2009-12-01). "The Khilaafah Lasted for 30 Years Then There Was Kingship
Which Allaah Gives To Whomever He Pleases". Aqidah.Com. Aqidah.Com. Diarsipkan dari
versi asli tanggal 2014-08-24. Diakses tanggal 16 August 2014.
Sowerwine, James E. (2010). Caliph and Caliphate: Oxford Bibliographies Online Research
Guide (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press.
hlm. 5. ISBN 9780199806003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-01. Diakses
tanggal 2022-07-04.
Ernst, Carl W. (2003). Following Muhammad: Rethinking Islam in the contemporary world.
University of North Carolina Press. hlm. 169. ISBN 9780807828373.
"Abu Bakr - Muslim caliph". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-29.
(Campo 2009, hlm. 9)
Nardo, Don (2011). The Islamic Empire . Lucent Books. hlm. 30, 32. ISBN 9781420506341.
(Madelung 1997, hlm. 39)
Bainbridge, Beryl (1985). Women and the Family in the Middle East. University of Texas Press.
hlm. 256. ISBN 9780292755291.
"Abu Bakr | Biography & Facts". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses
tanggal 2021-11-06
Parolin, Gianluca Paolo (2009). Citizenship in the Arab World: Kin, Religion and Nation-state.
Amsterdam University Press. hlm. 52. ISBN 9789089640451.
ath-Thabari, hlm. 5, Vol. 2
A.I. Akram (1 January 2009). "Chapter 18". Sword of Allah: Khalid Bin Al-Waleed His Life &
Campaigns. Adam Publishers & Distributors. ISBN 978-81-7435-521-8.
Masudul, Hasan. Sidiq-i-Akbar Hazrat Abu Bakr. Lahore: Ferozsons, 1976. OCLC 3478821