Anda di halaman 1dari 20

KHULAFAUR ROSYIDIN TERHADAP SYSTEM

SUKSESI PEMILIHAN PERWAKILAN KELOMPOK

Makalah Ini Di Susun Untuk Didiskusikan Pada


Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Dr. H. Marwazi, M. Ag.

Disusun oleh:

Trio Dika Kurniawan 801220052

PROGRAM STUDI MENEJEMEN PENDIDIKAN


ISLAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM
NEGRI SULTAN TAHA SAIFUDDIN JAMBI
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamin Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “khulafaur rosyidin terhadap
system suksesi pemilihan perwakilan kelompok” tak lupa penulis haturkan salam serta shalawat
atas junjungan nabi Muhammad SAW. Yang telah menuntun kita kejalan yang benar.

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas pada mata kuliah Pengembangan Studi
sejarah peradaban islam Maka besar harapan penulis untuk makalah ini dapat menjadi sumber
informasi dan tambahan pengetahuan bagi yang membacanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menantikan masukan berupa saran, usulan kritik dan
sebagainya.

Jambi 3 April 2023

Penulis.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
A. Latar Blakang........................................................................................................................5
B. Rumusan masalah.................................................................................................................6
C. Tujuan masalah.....................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
A. Pengertian al-Khulafa al-Rashidun,..................................................................................7
B. Sejarah...............................................................................................................................9
C. Expansi Militer................................................................................................................14
BAB III..........................................................................................................................................18
PENUTUP.....................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Blakang
Rasullulah SAW wafat pada 2 Rabiul Awal 11 H tanpa meninggalkan surat wasiat
kepada seseorang untuk eneruskan kepemimpinannya (keKhalifahan). Sekelompok orang
berpendapat bahwa Abu bakar lebih berhak atas kekhalifahan karena.
Rasulullah meridhainya dalam soal-soal agama, salah satunya dengan mengimami shalat
berjamaah selama beliau sakit. Oleh karena itu, mereka menghendaki agar Abu bakar
memimpin urusan keduaniaan, yakni kekhalifahan. Kelompok yang lain berpendapat
bahwa orang yang paling berhak atas kekhalifahan adalah Ahlul bait Rasulullah SAW ,
yaitu Abdullah bin Abbas atau Ali bin Abu Thalib. Selain itu, masih ada sekelompok lain
yang berpendapat bahwa yang paling berhak atas kekhalifahan adalah salah seorang kaum
Quraisy yang termasuk dalam kaum Muhajirin gelombang pertama. Kelompok lainnya
berpendapat, bahwa yang paling berhak atas kekhalifahan yaitu kaum Anshar. Ada tiga
golongan yang bersaing keras terhadap perebutan kepemimpinan ini, yaitu Anshar,
Muhajirin dan keluarga Hasyim.

Dalam pertemuan dibalai pertemuan Bani Saidah di Madinah, kaum Anshar


mencalonkan Saad bin Ubadah, pemuka Kazraj, sebagai pemimpin umat. Sedangkan,
Muhajirin mendesak Abu Bakar sebagai calon mereka karena dipandang paling layak
untuk menggantikan nabi. Di pihak lain, terdapat sekelompok orang yang menghendaki Ali
bin Abi Thalib, karena nabi telah merujuk secara terang-terangan sebagai penggantinya, di
samping Ali merupakan menantu dan kerabat nabi. Masing-masing golongan merasa
paling berhak menjadi penerus nabi. Namun, berkat tindakan tegas dari tiga orang, yaitu
Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah yang dengan melakukan
semacam kudeta (coup detat) terhadap kelompok, memaksa Abu Bakar sendiri sebagai
deputi nabi. Besar kemungkinan tanpa intervensi mereka persatuan umat yang menjadi
modal utama bagi hari depan komunitas muslim yang masih muda itu berada dalam tanda
tanya besar.Dengan semangat ukhuwah Islamiyah, terpilihlah Abu Bakar, Ia adalah orang
Quraisy yang merupakan pilihan ideal karena sejak pertama menjadi pendamping nabi, ia
sahabat yang paling memahami risalah Muhammad, bahkan ia merupakan kelompok as-
sabiqun al-awwalun yang memperoleh gelar Abu Bakar Ash-Shiddiq.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian kholifah?
2. Apa system exsentensi kepemimpinan kholafaurrosyidin terhadap pemilihan
perwakilalan kelompok?

C. Tujuan masalah
1. Mengetahuai apa saja pengertian kholifah.
2. Memahami pengertian system exsentensi kepemimpinan kholafaurrosyidin terhadap
pemilihan perwakilalan kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian al-Khulafa al-Rashidun, 
 ‫دون‬KK‫اء الراش‬KK‫الخلف‬, . al-Khulafa al-Rashidun, terjemah dari . ''Khalifah yang Dibimbing
dengan Benar''), sering disebut Khulafaur Rasyidin atau Rasyidin, adalah sebutan Muslim
Sunni untuk empat khalifah pertama yang memimpin negara Islam (khilafah) Kekhalifahan
Rasyidin setelah kematian nabi Islam Muhammad. Mereka adalah Abu Bakar, Umar bin
Khattab, Utsman bin 'Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Pemerintahan para khalifah ini, yang
disebut Kekhalifahan Rasyidin (632–661), dianggap dalam Islam Sunnitelah "dibimbing
dengan benar" (bahasa Arab: ‫راشد‬, translit. rāsyd), artinya merupakan model (sunnah) yang
harus diikuti dan diteladani dari sudut pandang agama.1

Abu Bakar (m. 632–634) terpilih sebagai Khalifah pertama dalam peristiwa Saqifah


Bani Sa'idah segera setelah kematian Muhammad. Aksesinya ditolak oleh beberapa
orang sahabat Muhammad, yang paling menonjol diantara mereka adalah Ali bin Abi
Thalib, yang kemudian menyerah dan menawarkan kesetiaannya.2 Abu Bakar memerangi
kelompok murtad, dan memperluas wilayah kekhalifahan. Pemerintahannya yang singkat
berakhir dengan kematiannya di tahun 634 M.

Penerus Abu Bakar adalah Umar bin Khattab (m. 634–644), yang juga seorang sahabat
terkemuka Muhammad. Bersamaan dengan penaklukan Persia Sasaniyah dan dua pertiga
dari Bizantium Romawi, Umar membangun struktur politik dan administrasi negara. Ia
menciptakan diwan, sebuah badan ekonomi negara, ia juga menetapkan kebijakan yang
memperbolehkan pembangunan kembali pemukiman Yahudi di Yerusalem.
Kekhalifahannya berakhir ketika dia dibunuh oleh Abu Lu'lu'ah, seorang budak dari persia.
Sebelum kematiannya, Umar membentuk sebuah panitia yang beranggotakan enam orang
untuk memilih khalifah baru setelah kematiannya, dan Utsman bin Affan (m. 644–656)
adalah yang terpilih di antara mereka. Utsman mungkin adalah khalifah paling dikenang
karena berjasa dalam pengumpulan al-Qur'an dan membentuknya menjadi sebuah mushaf
seperti yang dibaca saat ini. Kebijakan Utsman untuk menetapkan anggota keluarganya
1
Melchert 2020, hlm. 63; cf. p. 72, note 1
2
(Madelung 1997, hlm. 253)
sebagai pejabat dan gubernur telah menimbulkan pemberontakan yang
mengakibatkan dirinya terbunuh pada 656 M.

Ali bin Abi Thalib (m. 656–661), mewarisi kekacauan yang terjadi pada akhir masa
kekhalifahan Utsman. Ia termasuk dari enam orang dari anggota panita yang ditunjuk
Umar dalam Pemilihan Utsman. Pada masa pemerintahannya, Ali menghadapi konflik
internal yang dikenal sebagai Fitnah Pertama. Pihak ketiga, Khawarij, memutuskan untuk
mengakhiri konflik dengan membunuh tiga orang yang dianggap penyebab peperangan,
yaitu Ali, Mu'awiyah, dan Amr bin Ash. Dari ketiga orang tersebut, hanya Ali yang
berhasil dibunuh. Putranya, Hasan, mengakhiri konflik dengan menyerahkan kekhalifahan
kepada Mu'awiyah.

Secara etimologis, al-Khulafāʾ al-Rāshidūn terdiri dari dua kata, yaitu al-


Khulafāʾ yang memiliki arti "pengganti" atau "pemimpin" dan al-Rāshidūn yang memiliki
arti "dibimbing dengan benar" (atau menurut sebagian Muslim, "mendapatkan
petunjuk").3 Dengan demikian, al-Khulafāʾ al-Rāshidūn dapat diterjemahkan sebagai "para
pemimpin yang dibimbing dengan benar".4 Menurut Muslim Sunni, istilah Khulafaur
Rasyidin berasal dari sebuah Hadis yang meramalkan bahwa kekhalifahan
setelah kematian Muhammad akan berlangsung selama 30 tahun dan kemudian akan
diikuti oleh kerajaan (Kekhalifahan Umayyahadalah monarki turun-temurun).5 Menurut
hadis lain dalam Sunan Abu Dawud dan Musnad Ahmad bin Hambal, menjelang akhir
zaman, Khilafah Terpimpin akan dipulihkan sekali lagi oleh Tuhan. 6 Namun, istilah ini
tidak digunakan dalam Islam Syiah, karena sebagian besar Muslim Syiah tidak
menganggap aturan tiga khalifah pertama sah.7 Di sisi lain, Syiah Zaidiyah percaya tiga
khalifah pertama sebagai pemimpin yang sah.

B. Sejarah
3
 Fayda, Mustafa (1998). HULEFÂ-yi RÂŞİDÎN - An article published in 18th volume of Turkish Encyclopedia of
Islam (PDF) (dalam bahasa Turki). 18. Istanbul: TDV İslâm Ansiklopedisi. hlm. 325. ISBN 978-97-53-89445-6.
4
(Melchert 2020, hlm. 63)
5
Hamilton Alexander Rosskeen Gibb; Johannes Hendrik Kramers; Bernard Lewis; Charles Pellat; Joseph Schacht (1970). "The
Encyclopaedia of Islam". The Encyclopaedia of Islam. Brill. 3 (Parts 57–58): 1164
6
Aqidah.Com (2009-12-01). "The Khilaafah Lasted for 30 Years Then There Was Kingship Which Allaah Gives To Whomever
He Pleases". Aqidah.Com. Aqidah.Com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-24. Diakses tanggal 16 August 2014.
7
Sowerwine, James E. (2010). Caliph and Caliphate: Oxford Bibliographies Online Research Guide (dalam bahasa Inggris).
Oxford University Press. hlm. 5. ISBN 9780199806003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-01. Diakses tanggal 2022-07-
04.
Suksesi Muhammad adalah isu sentral yang memecah komunitas Muslim.
[10]
 Islam Sunni menerima status politik mereka sepenuhnya, sedangkan
Muslim Syiah sebagian besar menolak legitimasi tiga khalifah pertama, dan
mempertahankan bahwa Muhammad telah menunjuk Ali sebagai penggantinya.8
1. Abu Bakar

ٍ K‫و بَ ْك‬KKُ‫َأب‬, ca. 573–634 M/13 H) adalah sahabat senior


Abu Bakar, (bahasa Arab: ‫ر‬K
Muhammad dan ayah mertuanya. Dia memerintah Kekhalifahan Rasyidin dari 632
hingga 634 M ketika dia menjadi Khalifah Muslim pertama setelah kematian
Muhammad.9 Sebagai khalifah, Abu Bakar melanjutkan fungsi politik dan administrasi
yang sebelumnya dijalankan oleh Muhammad. Abu Bakar disebut As-Siddiq (
‫اَلـصِّ ـ ِّديْـق‬ terj. har. 'yang membenarkan'),10 dan dikenal dengan gelar itu di antara
generasi Muslim Sunni selanjutnya.11

Setelah kematian Muhammad, sejumlah sahabat dari golongan Anshar berniat


untuk mengangkat sendiri pemimpin diantara mereka dengan mengesampingkan para
imigran (Muhajirin). Abu Bakar dan Umar bin Khattab, bergegas pergi ke Saqifah dan
meyakinkan orang-orang disana bahwa pemimpin setelah Muhammad harus berasal dari
Muhajirin pula, sedangkan Anshar sebagai pembantu. Abu Bakar menawarkan Umar
dan Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai pilihan. Namun, Umar segera menjabat tangan
dan berjanji setia kepada Abu Bakar; sebuah contoh yang diikuti oleh orang-orang yang
hadir. Peristiwa ini dikenal sebagai Saqifah Bani Sa'idah.12 Pada awalnya, aksesi Abu
Bakar sempat ditolak oleh beberapa orang sahabat Muhammad, diantaranya adalah Ali
bin Abi Thalib. Ali mungkin diharapkan untuk menggantikan Muhammad setelah
kematiannya, karena kedekatan mereka dan pidato Muhammad di Ghadir Khum.13

8
Ernst, Carl W. (2003). Following Muhammad: Rethinking Islam in the contemporary world. University of North Carolina Press.
hlm. 169. ISBN 9780807828373.
9
"Abu Bakr - Muslim caliph". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-29.
10
(Campo 2009, hlm. 9)
11
Nardo, Don (2011). The Islamic Empire . Lucent Books. hlm. 30, 32. ISBN 9781420506341.
12
(Madelung 1997, hlm. 39)
13
Bainbridge, Beryl (1985). Women and the Family in the Middle East. University of Texas Press.
hlm. 256. ISBN 9780292755291.
Sejak menjelang kematian Muhammad, beberapa kepala suku, seperti Aswad al-
Ansi, Musailamah al-Kazzab, dan Sajjah mengaku sebagai nabi baru yang diberi wahyu
oleh tuhan. Abu Bakar menentang pengakuan mereka dan memerintahkan untuk
memerangi mereka.14 Strategi Abu Bakar dengan mengirim pasukan secara berkala
tampaknya berhasil. Kampanye kemurtadan yang dimulai oleh kelompok pendukung
nabi palsu selama tahun ke-11 Hijriyah dapat diakhiri oleh pasukan yang dikirim oleh
Abu Bakar pada tahun yang sama.15

Setelah kampanye kemurtadan selesai, Abu Bakar menguasai seluruh Jazirah


Arab dan mengendalikan suku-suku yang bertikai. Ia melarang suku-suku ini untuk
melakukan penjarahan dan peperangan. Dia memutuskan untuk memperluas
kekhalifahan. Tidak jelas apakah niatnya adalah untuk melakukan ekspansi skala penuh,
atau serangan pendahuluan untuk mengamankan zona penyangga antara negara Islam
dengan kekaisaran Sasaniyahdan Bizantium yang kuat. Kebijakan ini mengatur
panggung untuk penaklukan Islam atas Persia.16 Khalid dikirim ke Persia dengan
pasukan yang terdiri dari 18.000 sukarelawan, dan menaklukkan provinsi terkaya di
Persia, Irak. Setelah itu, Abu Bakar mengirim pasukannya untuk menginvasi Suriah
Romawi, provinsi penting Kekaisaran Bizantium.17 Pada Agustus 634, Abu Bakar jatuh
sakit dan tidak kunjung sembuh. Dia mengalami demam tinggi dan hanya bisa berbaring
di tempat tidur. Penyakitnya berkepanjangan, dan ketika kondisinya memburuk, dia
akhirnya meninggal dunia Pada 23 Agustus 634.18

2. Ummar bin khotob

Umar bin Khattab (bahasa Arab: ‫اب‬KKK‫ر ابن الخط‬KKK‫عم‬, translit. ʿUmar ibn al-


Khattāb, ca.586/590–644. adalah pendamping terkemuka dan penasihat Muhammad.
Putri Umar, Hafshah menikah dengan Muhammad; dengan demikian dia menjadi
ayah mertua Muhammad. Ia menjadi khalifah Muslim kedua setelah kematian

14
"Abu Bakr | Biography & Facts". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-06
15
Parolin, Gianluca Paolo (2009). Citizenship in the Arab World: Kin, Religion and Nation-state. Amsterdam
University Press. hlm. 52. ISBN 9789089640451.
16
ath-Thabari, hlm. 5, Vol. 2
17
A.I. Akram (1 January 2009). "Chapter 18". Sword of Allah: Khalid Bin Al-Waleed His Life & Campaigns. Adam Publishers &
Distributors. ISBN 978-81-7435-521-8.
18
Masudul, Hasan. Sidiq-i-Akbar Hazrat Abu Bakr. Lahore: Ferozsons, 1976. OCLC 3478821
Muhammad dan memerintah selama 10 tahun. Ia menggantikan Abu Bakar setelah
kematiannya 23 Agustus 634 sebagai khalifah kedua, dan memainkan peran penting
dalam Islam.

Di bawah pemerintahan Umar, kekhalifahan Islam berkembang dengan


kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, menguasai seluruh Kekaisaran
Persia Sassaniyah dan lebih dari dua pertiga Kekaisaran Romawi
Timur. Kemampuan legislatifnya, kontrol politik dan administrasi yang kuat atas
kekaisaran yang berkembang pesat, dan serangan multi-cabang yang terkoordinasi
dengan cemerlang terhadap Persia Sassaniyah menghasilkan penaklukan kekaisaran
Persia dalam waktu kurang dari dua tahun. Ini menandai reputasinya sebagai
pemimpin politik dan militer yang hebat. Di antara penaklukannya adalah
Yerusalem, Damaskus, dan Mesir. Umar memerintahkan pemindahan komunitas
Kristen dan Yahudi dari wilayah Najran dan Khaibarmenuju Suriah dan Irak. Dia
juga mengizinkan orang-orang Yahudi untuk bermukim kembali di Yerusalem, yang
sebelumnya dilarang dari semua orang Yahudi. Dia mengeluarkan perintah agar
orang Kristen dan Yahudi ini diperlakukan dengan baik dan memberi mereka tanah
yang setara di pemukiman baru mereka. Umar juga melarang non-Muslim berada
di Hijaz lebih dari tiga hari. Ia adalah orang pertama yang mendirikan angkatan darat
sebagai departemen negara.

Di bawah kepemimpinan Umar, kekhalifahan berkembang; karenanya, dia


mulai membangun struktur politik yang akan menyatukan wilayah yang luas. Dia
melakukan banyak reformasi administrasi dan mengawasi kebijakan publik dengan
cermat, mendirikan administrasi lanjutan untuk tanah yang baru ditaklukkan,
termasuk beberapa kementerian dan birokrasi baru, dan memerintahkan sensus
semua wilayah Muslim. Selama pemerintahannya, kota garnisun
(amsar) Basrah dan Kufah didirikan atau diperluas. Pada 638, ia memperluas dan
merenovasi Masjid al-Haram (Masjid Agung) di Mekkah dan Masjid
Nabawi (Masjid Nabi) di Madinah Umar adalah khalifah pertama yang mengadopsi
gelar Amirul Mukminin (terj. har. 'pemimpin orang-orang beriman').  Umar mungkin
juga dikenang karena membentuk sistem kalender Islam Hijriyah. Pada November
644, Umar diserang oleh seorang budak Persia bernama Abu Lu'lu'ah ketika ia
sedang memimpin salat subuh di Masjid Nabawi.[48]Sebelum kematiannya, ia
sempat menunjuk sebuah komite beranggotakan enam orang: Ali,Utsman, Thalhah
bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa'ad bin Abi
Waqqash untuk memilih salah seorang di antara mereka sebagai penggantinya.

3. Utsman bin Affan

Utsman bin Affan (bahasa Arab: ‫ان‬K‫ان ابن عف‬K‫ثم‬, translit. ʿUthmān ibn ʿAffān) (ca.


579–17 Juli 656) adalah salah satu sahabat awal dan menantu Muhammad. Dua putri
Muhammad dan Khadijah, Ruqayyah dan Ummu Kultsum menikah kepadanya satu
demi satu. Utsman lahir dari klan Bani Umayyah, keluarga kuat dari
suku Quraisy.Sebelum kematiannya, Umar membentuk sebuah panitia yang
beranggotakan enam orang: Ali, Utsman, Thalhah, Zubair, Sa'ad bin Abi Waqqash,
dan Abdurrahman bin Auf.

Abdurrahman bin Auf dipercaya sebagai ketua komite. Beberapa sumber


menambahkan Sa'id bin Zaid, seorang sahabat Muhammad, sementara laporan
oleh ath-Thabari mengatakan Sa'id dikeluarkan karena kekerabatannya dengan Umar,
yang konon tidak menginginkan suksesi turun-temurun. Di sisi lain, beberapa sumber
tidak memasukkan Sa'id dalam panitia. Sebagian besar sumber juga mengatakan
bahwa Thalhah tiba di Madinah setelah panitia mencapai keputusan akhir dan tidak
hadir dalam persidangan. Sa'id secara formal bertindak sebagai wakilnya oleh
beberapa catatan. Sejarawan Sunni Ibnu Sa'ad dan beberapa sumber Sunni lain juga
mencantumkan putra Umar, Abdullah dalam kapasitas sebagai penasehat komite.
Sa'ad cenderung mendukung sepupunya, Abdurrahman bin Auf, yang cenderung
mendukung saudara iparnya, Utsman. Blok suara yang terdiri dari tiga orang ini akan
menjadi mayoritas dalam komite jika Thalhah tidak hadir dan Sa'ad memberikan dua
suara. Menurut Ayoub, susunan panitia ini menghalangi peluang Ali, yang
menambahkan bahwa Umar mungkin melakukannya tanpa disadari. Meski
sependapat, namun Jafri tidak setuju, dia mengatakan bahwa Umar bermaksud
menghalangi Ali tetapi tidak bisa begitu saja mengecualikannya dari
persidangan. Jafri menyatakan bahwa Umar dengan sengaja menghalangi peluang
Ali dengan memberikan jabatan ketua komite kepada Abdurrahman, kemungkinan
karena takut akan perselisihan dan kerusuhan sipil. Dalam pandangan Jafri,
masuknya Ali ke dalam komite sekaligus mengakui klaimnya, menghalangi
peluangnya, dan menghilangkan kebebasannya untuk mencari cara menjadi khalifah
secara mandiri. Pada akhirnya, Utsman memenangkan pemilihan dan diangkat
menjadi khalifah pada usia tujuh puluh tahun.

4. Ali bin abi tholib

Ali bin Abi Thalib (bahasa Arab: ‫الب‬KK‫علي ابن أبي ط‬, translit. ʿAlī ibn Abī Ṭālib)
adalah sepupu dan menantu Muhammad. Di Makkah, Ali muda adalah orang
pertama yang memeluk Islam dari anak-anak dan orang yang menawarkan
dukungannya ketika Muhammad pertama kali memperkenalkan Islam kepada
kerabatnya. Kemudian, dia memfasilitasi pelarian Muhammad yang aman ke
Madinah dengan mempertaruhkan nyawanya sebagai umpan. Saat tiba di Madinah,
Ali bersumpah persaudaraan dengan Muhammad dan kemudian melamar putri
Muhammad, Fatimah, dan menikahinya.

Ali biasa bertindak sebagai sekretaris Muhammad di Madinah, dan menjabat


sebagai wakilnya selama ekspedisi Tabuk. Ali sering dianggap sebagai pejuang
paling cakap dalam pasukan Muhammad dan keduanya adalah satu-satunya pria
Muslim yang mewakili Islam melawan delegasi Kristen dari Najran. Peran Ali dalam
pengumpulan al-Qur'an, teks utama Islam, dianggap sebagai salah satu kontribusi
utamanya. Dalam Islam Syi'ah, Ali dianggap sebagai penerus sah Muhammad yang
pengangkatannya diumumkan pada acara Ghadir Khum dan sebelumnya dalam misi
kenabiannya. Tak lama setelah pembunuhan Utsman di Madinah, massa meminta
kepemimpinan Ali dan pada awalnya ditolak. Penjelasan Will Durant untuk
keengganan awal Ali adalah bahwa, "Genial dan dermawan, meditatif dan pendiam;
dia (Ali) berusaha menghindar dari drama yang mana agama telah digantikan oleh
politik, dan pengabdian oleh intrik". Dengan tidak adanya oposisi yang serius dan
didesak terutama oleh Ansar dan delegasi Irak, Ali akhirnya disumpah (bai'at) pada
tanggal 25 Dzulhijjah, 656 M, dan Muslim memenuhi Masjid Nabawi hingga ke
halamannya untuk berjanji setia kepadanya
C. Expansi Militer
1. Penaklukan pada masa Abu Bakar

Dengan Arab yang telah bersatu di bawah satu negara terpusat dengan militer
yang tangguh, wilayah tersebut sekarang dapat dilihat sebagai ancaman potensial bagi
kekaisaran Bizantium dan Sasanian yang bertetangga . Mungkin Abu Bakar, dengan
alasan bahwa tidak dapat dihindari bahwa salah satu dari kekuatan ini akan melancarkan
serangan pendahuluan terhadap kekhalifahan muda, memutuskan bahwa lebih baik
melakukan serangan pertama sendiri. Terlepas dari motivasi khalifah, pada tahun 633
pasukan kecil dikirim ke Irak dan Palestina, merebut beberapa kota. Meskipun
Bizantium dan Sassania pasti akan membalas, Abu Bakar punya alasan untuk percaya
diri; kedua kekaisaran itu secara militer kelelahan setelah berabad-abad berperang satu
sama lain, sehingga kemungkinan setiap pasukan yang dikirim ke Arab akan berkurang
dan melemah.

Keuntungan yang lebih mendesak adalah keefektifan para pejuang Muslim serta
semangat mereka, yang terakhir sebagian didasarkan pada kepastian kebenaran tujuan
mereka. Selain itu, keyakinan umum di kalangan umat Islam adalah bahwa masyarakat
harus dipertahankan dengan segala cara. Sejarawan Theodor Nöldeke memberikan
pendapat yang agak kontroversial bahwa semangat keagamaan ini sengaja digunakan
untuk menjaga semangat dan momentum umat, Tentu saja, itu merupakan kebijakan
yang baik untuk mengubah suku-suku yang baru saja ditaklukkan di wilayah terpencil
menuju tujuan eksternal di mana mereka dapat segera memuaskan nafsu mereka akan
harta rampasan dalam skala besar, mempertahankan perasaan suka berperang mereka,
dan memperkuat diri mereka dalam keterikatan mereka pada keyakinan baru,
Muhammad sendiri telah mengirimkan ekspedisi melintasi perbatasan [Bizantium], dan
dengan demikian telah menunjukkan jalan kepada penerusnya. Mengikuti jejaknya
adalah sesuai dengan jiwa muda Islam yang terdalam, yang sudah tumbuh besar di
tengah hiruk pikuk senjata. Meskipun Abu Bakar telah memulai konflik-konflik awal ini
yang akhirnya menghasilkan penaklukan Persia dan Levant, dia tidak hidup untuk
melihat daerah-daerah itu ditaklukkan oleh Islam, dan malah menyerahkan tugas itu
kepada penerusnya, Umar.
2. Penaklukan pada masa Umar
Lihat pula: Penaklukan militer pada era Umar

Wilayah kekuasaan Khalifah Umar pada puncak pemerintahannya di tahun 644.

Kekhalifahan Umar terkenal karena penaklukan yang luas. Dengan dibantu oleh
komandan lapangan yang brilian, Khalid bin Walid dan Abu Ubaidah bin Jarrah, ia
mampu menggabungkan Irak, Iran, Azerbaijan, Kaukasus, Suriah, Tepi Barat, Mesir,
dan sebagian Afghanistan, Turkmenistan, dan Pakistan barat ke dalam Khilafah. Selama
masa pemerintahannya, Romawi Bizantium kehilangan lebih dari tiga perempat wilayah
mereka dan di Persia, dan Umar adalah raja (penguasa) Kekaisaran Persia
Sassaniyah sebelum akhirnya dihapuskan. Sejarawan memperkirakan lebih dari 4.050
kota ditaklukkan pada masa pemerintahan Umar.

3. Penaklukan pada masa Utsman


Selama pemerintahannya, gaya militer Utsman lebih bersifat otonom karena dia
mendelegasikan banyak otoritas militer kepada kerabatnya yang tepercaya,
seperti Abdullah bin Amir, Mu'awiyah bin Abu Sufyan dan Abdullah bin Sa'ad, tidak
seperti kebijakan Umar yang lebih terpusat. Konsekuensinya, kebijakan yang lebih
mandiri ini memungkinkan lebih banyak ekspansi hingga Sindh (sekarang Pakistan)
yang belum tersentuh selama masa jabatan Umar. Muawiyah bin Abu Sufyan telah
ditunjuk sebagai gubernur Suriah oleh Umar pada tahun 639 untuk menghentikan
gangguan Bizantium dari laut selama Peperangan Arab-Bizantium. Dia menggantikan
kakak laki-lakinya Yazid bin Abi Sufyan, yang meninggal karena wabah, bersama
dengan Abu Ubaidah bin Jarrah, gubernur sebelumnya, dan 25.000 orang lainnya.
Sekarang di bawah pemerintahan Utsman pada tahun 649, Mu'awiyah diizinkan untuk
membentuk angkatan laut yang diawaki oleh Kristen pasukan Muslim dan akan
mengalahkan angkatan laut Bizantium pada Pertempuran Tiang Kapal pada tahun 655
dan menaklukan Laut Mediterania.

Kekhalifahan Rasyidin mencapai puncak kejayaannya pada masa Khalifah Utsman, 655–656

Muawiyah bin Abu Sufyan telah ditunjuk sebagai gubernur Suriah oleh Umar
pada tahun 639 untuk menghentikan gangguan Bizantium dari laut selama Peperangan
Arab-Bizantium. Dia menggantikan kakak laki-lakinya Yazid bin Abi Sufyan, yang
meninggal karena wabah, bersama dengan Abu Ubaidah bin Jarrah, gubernur
sebelumnya, dan 25.000 orang lainnya. Sekarang di bawah pemerintahan Utsman pada
tahun 649, Mu'awiyah diizinkan untuk membentuk angkatan laut yang diawaki oleh
Kristen pasukan Muslim dan akan mengalahkan angkatan laut Bizantium
pada Pertempuran Tiang Kapal pada tahun 655 dan menaklukan Laut Mediterania.

Di sebelah timur, Ahnaf bin Qais, kepala Bani Tamim dan seorang komandan


veteran, meluncurkan serangkaian ekspansi militer lebih lanjut dengan terus mendesak
pasukan Yazdegerd III di dekat Sungai Oxus di Turkmenistan. dan kemudian
menghancurkan koalisi militer loyalis Kekaisaran Sassaniyah dan Kekaisaran
Hephthalite di Pengepungan Herat. Belakangan, gubernur Basrah, Abdullah bin Aamir
juga memimpin sejumlah kampanye sukses, mulai dari menumpas pemberontakan di
Fars, Kerman, Sistan, dan Khorasan, hingga pembukaan front baru untuk penaklukan di
Transoxiana dan Afghanistan. Sejarawan Islam al-Baladzuri menulis dalam Fatuhul
Buldan bahwa pada 652, Balochistan ditaklukkan kembali selama kampanye melawan
pemberontakan di Kermān, di bawah komando Mujasyi' bin Mas'ud. Ini adalah pertama
kalinya Balochistan barat berada langsung di bawah hukum Kekhalifahan dan
membayar upeti pertanian.
4. Era Ali dan akhir penaklukan
Pada akhir masa kekhalifahan Utsman, muncul perselisihan mengenai
versi mushaf al-Qur'an mana yang benar. Pada tahun 644, berbagai jenis mushaf
diterima di Damaskus, Basra, Hims, dan Kufah. Untuk menyelesaikan perselisihan
tersebut, Khalifah 'Uthman memproklamirkan mushaf al-Qur'an yang dimiliki oleh
salah satu janda Muhammad, Hafshah binti Umar sebagai versi yang pasti dan benar.
Hal ini menyinggung beberapa Muslim yang berpegang pada versi saingannya.
Bersama dengan favoritisme yang ditunjukkan oleh 'Utsman kepada klannya
sendiri, Bani Umayyah, dalam penunjukan pejabat pemerintah, menyebabkan
pemberontakan di Madinah pada tahun 656 dan pembunuhan 'Utsman.

Penerus 'Utsman sebagai Khalifah, menantu Muhammad, Ali, menghadapi perang


saudara yang dikenal oleh umat Islam sebagai fitnah ketika gubernur Suriah, Mu'awiyah
bin Abi Sufyan dan janda Muhammad, Aisyah binti Abu Bakar memberontak
melawannya. Selama waktu ini, periode pertama penaklukan Muslim berhenti, karena
tentara Islam berbalik melawan satu sama lain. Sebuah kelompok fundamentalis yang
dikenal sebagai Khawarijmemutuskan untuk mengakhiri perang saudara dengan
membunuh para pemimpin kedua belah pihak. Namun, fitnah berakhir pada Januari 661
ketika Khalifah Ali dibunuh oleh seorang Khawarij, memungkinkan Mu'awiyah menjadi
Khalifah dan mendirikan dinasti Umayyah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1.  ‫دون‬KKK‫اء الراش‬KKK‫الخلف‬, . al-Khulafa al-Rashidun, terjemah dari . ''Khalifah yang Dibimbing


dengan Benar''), sering disebut Khulafaur Rasyidin atau Rasyidin, adalah sebutan Muslim
Sunni untuk empat khalifah pertama yang memimpin
negara Islam (khilafah) Kekhalifahan Rasyidin setelah kematian nabi Islam Muhammad.

2. Secara etimologis, al-Khulafāʾ al-Rāshidūn terdiri dari dua kata, yaitu al-Khulafāʾ yang


memiliki arti "pengganti" atau "pemimpin" dan al-Rāshidūn yang memiliki
arti "dibimbing dengan benar" (atau menurut sebagian Muslim, "mendapatkan petunjuk"

3. Setelah kampanye kemurtadan selesai, Abu Bakar menguasai seluruh Jazirah Arab dan


mengendalikan suku-suku yang bertikai. Ia melarang suku-suku ini untuk melakukan
penjarahan dan peperangan. Dia memutuskan untuk memperluas kekhalifahan.

4. Di bawah pemerintahan Umar, kekhalifahan Islam berkembang dengan kecepatan yang


belum pernah terjadi sebelumnya, menguasai seluruh Kekaisaran Persia Sassaniyah dan
lebih dari dua pertiga Kekaisaran Romawi Timur. Kemampuan legislatifnya, kontrol
politik dan administrasi yang kuat atas kekaisaran yang berkembang pesat, dan serangan
multi-cabang yang terkoordinasi dengan cemerlang terhadap Persia Sassaniyah
menghasilkan penaklukan kekaisaran Persia dalam waktu kurang dari dua tahun. Ini
menandai reputasinya sebagai pemimpin politik dan militer yang hebat.

5. Selama pemerintahannya, gaya militer Utsman lebih bersifat otonom karena dia
mendelegasikan banyak otoritas militer kepada kerabatnya yang tepercaya,
seperti Abdullah bin Amir, Mu'awiyah bin Abu Sufyan dan Abdullah bin Sa'ad, tidak
seperti kebijakan Umar yang lebih terpusat

6. Penerus 'Utsman sebagai Khalifah, menantu Muhammad, Ali, menghadapi perang


saudara yang dikenal oleh umat Islam sebagai fitnah ketika gubernur Suriah, Mu'awiyah
bin Abi Sufyan dan janda Muhammad, Aisyah binti Abu Bakar memberontak
melawannya. Selama waktu ini, periode pertama penaklukan Muslim berhenti, karena
tentara Islam berbalik melawan satu sama lain. Sebuah kelompok fundamentalis yang
dikenal sebagai Khawarijmemutuskan untuk mengakhiri perang saudara dengan
membunuh para pemimpin kedua belah pihak. Namun, fitnah berakhir pada Januari 661
ketika Khalifah Ali dibunuh oleh seorang Khawarij, memungkinkan Mu'awiyah menjadi
Khalifah dan mendirikan dinasti Umayyah

B. saran

Ada banyak kekurangan di dalam makalah ini tentu nya dengan adanya presentasi
membuat sempurna nya makalah ini dan semoga menjadi reverensi ilmu untuk para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Melchert 2020, hlm. 63; cf. p. 72, note 1
(Madelung 1997, hlm. 253)
Fayda, Mustafa (1998). HULEFÂ-yi RÂŞİDÎN - An article published in 18th volume of Turkish
Encyclopedia of Islam (PDF) (dalam bahasa Turki). 18. Istanbul: TDV İslâm Ansiklopedisi.
hlm. 325. ISBN 978-97-53-89445-6.
(Melchert 2020, hlm. 63)
Hamilton Alexander Rosskeen Gibb; Johannes Hendrik Kramers; Bernard Lewis; Charles Pellat;
Joseph Schacht (1970). "The Encyclopaedia of Islam". The Encyclopaedia of Islam. Brill. 3
(Parts 57–58): 1164
Aqidah.Com (2009-12-01). "The Khilaafah Lasted for 30 Years Then There Was Kingship
Which Allaah Gives To Whomever He Pleases". Aqidah.Com. Aqidah.Com. Diarsipkan dari
versi asli tanggal 2014-08-24. Diakses tanggal 16 August 2014.
Sowerwine, James E. (2010). Caliph and Caliphate: Oxford Bibliographies Online Research
Guide (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press.
hlm. 5. ISBN 9780199806003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-01. Diakses
tanggal 2022-07-04.
Ernst, Carl W. (2003). Following Muhammad: Rethinking Islam in the contemporary world.
University of North Carolina Press. hlm. 169. ISBN 9780807828373.
"Abu Bakr - Muslim caliph". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-29.
(Campo 2009, hlm. 9)
Nardo, Don (2011). The Islamic Empire . Lucent Books. hlm. 30, 32. ISBN 9781420506341.
(Madelung 1997, hlm. 39)
Bainbridge, Beryl (1985). Women and the Family in the Middle East. University of Texas Press.
hlm. 256. ISBN 9780292755291.
"Abu Bakr | Biography & Facts". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses
tanggal 2021-11-06
Parolin, Gianluca Paolo (2009). Citizenship in the Arab World: Kin, Religion and Nation-state.
Amsterdam University Press. hlm. 52. ISBN 9789089640451.
ath-Thabari, hlm. 5, Vol. 2
A.I. Akram (1 January 2009). "Chapter 18". Sword of Allah: Khalid Bin Al-Waleed His Life &
Campaigns. Adam Publishers & Distributors. ISBN 978-81-7435-521-8.
Masudul, Hasan. Sidiq-i-Akbar Hazrat Abu Bakr. Lahore: Ferozsons, 1976. OCLC 3478821

Anda mungkin juga menyukai