Anda di halaman 1dari 20

Tax Planning atas

Penyusutan
&
Revaluasi Aset Tetap

TM 2:
Irsan Lubis
MANAJEMEN PERPAJAKAN

1.

Tax Planning atas


Penyusutan
TM 2:
Irsan Lubis
MANAJEMEN PERPAJAKAN

1
Pengertian Penyusutan

Penyusutan adalah alokasi biaya perolehan suatu aktiva tetap (kecuali tanah)
selama masa manfaat tertentu sesuai dengan kelompok harta.
Pasal 6 ayat 1 huruf b UU PPh:
Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi
atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yg mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan
Pasal 11A.
Pasal 11  harta berwujud ; Pasal 11A  harta tak berwujud

Periode Penyusutan

Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta


yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan
selesainya pengerjaan harta tersebut.
Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, diperkenankan melakukan
penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang
bersangkutan mulai menghasilkan.
Pada akhir masa manfaat tidak diperkenankan ada nilai residu.

2
Metode Penyusutan Fiskal

Menurut Pasal 11 UU PPh, ada 2 metode penyusutan yaitu


1) Metode Garis Lurus
2) Metode Saldo Menurun
Khusus untuk Aset Bangunan, diizinkan hanya metode Garis Lurus saja.
Pajak membagi kelompok aset bukan bangunan menjadi 4 kelompok.
Adapun klasifikasi dari masing-masing kelompok aset diatur dalam PMK
96/PMK.03/2009

Tabel Penyusutan Harta Berwujud


Untuk harta berwujud, kelompok harta, masa manfaat dan tarif penyusutan ditetapkan
sebagai berikut:
Kelompok Harta Masa Tarif Penyusutan Tarif Penyusutan
Berwujud Manfaat Berdasarkan Metode Berdasarkan Metode
Garis Lurus Saldo Menurun
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,50% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5% -
Tidak permanen 10 tahun 10% -

3
HARTA BERWUJUD KELOMPOK 1
(PMK No. 96/PMK.03/2009)

Semua jenis a. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku,
usaha kursi, lemari dan sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan.
b. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator, mesin foto kopi, mesin
akunting/ pembukuan, komputer, printer, scanner dan sejenisnya.
c. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/cassette, video recorder, televisi
dan sejenisnya.
d. Sepeda motor, sepeda dan becak.
e. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi industri/jasa yang bersangkutan.
f. Dies, jigs, dan mould.
g. Alat-alat komunikasi seperti pesawat telepon, faksimile, telepon seluler dan
sejenisnya.

HARTA BERWUJUD KELOMPOK 1 – lanjutan


(PMK No. 96/PMK.03/2009)

Pertanian, perkebunan, Alat yang digerakkan bukan dengan mesin seperti cangkul,
kehutanan, peternakan, perikanan, garu dan lain-lain.
Industri makanan dan Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti, huller,
minuman pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet, dan sejenisnya.
Transportasi dan Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai angkutan umum.
Pergudangan
Industri semi konduktor Falsh memory tester, writer machine, biporar test system, elimination
(PE8-1), pose checker.
Jasa Persewaan Peralatan Anchor, Anchor Chains, Polyester Rope, Steel Buoys, Steel Wire Ropes,
Tambat Air Dalam Mooring Accessoris.
Jasa telekomunikasi selular Base Station Controller

4
HARTA BERWUJUD KELOMPOK 2
(PMK No. 96/PMK.03/2009)

Semua jenis usaha a. Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku, kursi, lemari dan
sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Alat pengatur
udara seperti AC, kipas angin dan sejenisnya.
b. Mobil, bus, truk, speed boat dan sejenisnya.
c. Container dan sejenisnya.
Pertanian, a. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor dan mesin bajak, penggaruk,
perkebunan, penanaman, penebar benih dan sejenisnya.
kehutanan,
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan atau
perikanan
barang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.

HARTA BERWUJUD KELOMPOK 2 – lanjutan


(PMK No. 96/PMK.03/2009)

Industri makanan a. Mesin yang mengolah produk asal binatang, unggas dan perikanan, misalnya pabrik susu,
dan minuman pengalengan ikan .
b. Mesin yang mengolah produk nabati, misalnya mesin minyak kelapa, margarin, penggilingan
kopi, kembang gula, mesin pengolah biji-bijian seperti penggilingan beras, gandum,
tapioka.
c. Mesin yang menghasilkan/memproduksi minuman dan bahan-bahan minuman segala jenis.
d. Mesin yang menghasilkan/memproduksi bahan-bahan makanan dan makanan segala jenis.
Industri mesin Mesin menghasilkan/memproduksi mesin ringan (misalnya mesin jahit, pompa air).
Perkayuan, a. Mesin dan peralatan penebangan kayu.
kehutanan
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan atau barang kehutanan.

Konstruksi Peralatan dipergunakan seperti truk berat, dump truck, crane buldozer dan sejenisnya.

5
HARTA BERWUJUD KELOMPOK 2 – lanjutan
HARTA BERWUJUD KELOMPOK 3
HARTA BERWUJUD KELOMPOK 4
 Daftarnya dapat dilihat pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
96/PMK.03/2009.

Penyusutan Aset Tetap Pembiayaan (Leasing)

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 mengatur ketentuan


penyusutan aset tetap yang diperoleh melalui transaksi sewa guna usaha
dengan hak opsi sebagai berikut:
• Lessee (penyewa) tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal
selama masa pembiayaan sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk
membeli,
• Lessee melakukan penyusutan setelah menggunakan hak opsi dan dasar
penyusutannya adalah nilai sisa (residual value) barang modal yang
bersangkutan.
Perolehan asset tetap melalui leasing merupakan salah satu instrumen tax
planning yg dapat digunakan.

6
Penyusutan dan Amortisasi dalam Bidang Usaha Tertentu
(PMK No. 248/PMK.03/2008, PMK No. 249/PMK.03/2008 dan PMK No.126/PMK.011/2012)

Penyusutan dan amortisasi untuk bidang usaha tertentu dimulai pada bulan
dilakukannya pengeluaran atau pada bulan produksi komersial. Yang dimaksud
dengan bulan produksi komersial yaitu bulan di mana penjualan mulai dilakukan.
Bidang usaha tertentu tersebut, yaitu:
• bidang usaha kehutanan, yaitu bidang usaha hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan
yang tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah
ditanam lebih dari 1 tahun.
• bidang usaha perkebunan tanaman keras, yaitu bidang usaha perkebunan yang
tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah ditanam
lebih dari 1 tahun.
• bidang usaha peternakan, yaitu bidang usaha peternakan dimana ternak dapat
berproduksi berkali-kali dan baru dapat dijual setelah dipelihara sekurang-kurangnya 1
tahun.

Penyusutan Perangkat Lunak (Software) Komputer


(Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-316/PJ./2002)

Pembebanan perangkat lunak terbagi 2 (dua), yaitu dibiayakan langsung 100%


pada bulan pembelian atau diamortisasi sepanjang masa manfaat.
Pembelian program aplikasi umum dapat dibiayakan langsung pada bulan
pembelian (biaya operasional) dan tidak disusutkan.
Tetapi jika program aplikasi umum tersebut dibeli bersamaan dengan
pembelian perangkat keras, maka pembelian tersebut termasuk harga
perangkat keras dan disusutkan sebagai kelompok I bersama perangkat keras.
Sedangkan program aplikasi khusus diamortisasi sepanjang masa manfaat,
termasuk pengeluaran untuk upgrade aplikasi khusus.

7
Penyusutan Kendaraan Milik Perusahaan & Telepon Seluler
(Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-220/PJ/2002)

Pengeluaran terkait sedan hanya boleh dibiayakan sebesar 50%. Pengeluaran


tersebut termasuk biaya penyusutan, pemeliharaan, dan pengeluaran rutin
untuk bahan bakar.
Pengeluaran terkait telepon seluler hanya boleh dibiayakan sebesar 50%.
Pengeluaran tersebut termasuk biaya penyusutan (jika perolehannya dicatat
sebagai aset tetap), pemeliharaan, dan pulsa.

Contoh 1: Metode garis lurus

PT Maju memiliki aset tetap berwujud yang diperolehnya awal tahun 2022 sebagai
berikut (metode garis lurus):
No Jenis Harta Bulan/Tahun Masa Manfaat Harga Perolehan Kelompok
Perolehan
1 Mesin I Januari 2022 8 Tahun 200.000.000 II
2 Mesin II Januari 2022 8 Tahun 150.000.000 II
3 Truk Januari 2022 8 Tahun 70.000.000 II

1. Mesin I = 12,5% x 200.000.000 = 25.000.000


2. Mesin II = 12,5% x 150.000.000 = 18.750.000
3. Truk = 12,5% x 70.000.000 = 8.750.000
jumlah penyusutan selama tahun 2022 = 52.500.000
Jurnal: Beban penyusutan 52.500.000
Ak. Penyusutan – Mesin 43.750.000
Ak. Penyusutan – Truk 8.750.000

8
Contoh 2: Metode saldo menurun

Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Januari 2021 dengan harga
perolehan sebesar Rp 150.000.000. Masa manfaat 4 tahun. Tarif penyusutan 50%.
Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku
Januari 2021 Tgl perolehan 150.000.000
31 Des 2021 50% 75.000.000 75.000.000
31 Des 2022 50% 37.500.000 37.500.000
31 Des 2023 50% 18.750.000 18.750.000
31 Des 2024 Sekaligus thn ke 4 18.750.000 0

Jurnal Penyusutan 31 Des 2022


Beban penyusutan 37.500.000
Ak. Penyusutan – Mesin 37.500.000

Contoh 3: Perbandingan Biaya Penyusutan Fiskal


Metode Garis Lurus dan Saldo Menurun

Data Aset Perusahaan ABC


Jenis Harta : Mesin
Tanggal Pembelian : 1 Januari 2016
Harga Perolehan : Rp.250.000.000
Masa Manfaat Fiskal : 8 tahun (Kelompok 2)

9
Contoh 3: Perbandingan Biaya Penyusutan Fiskal
Metode Garis Lurus dan Saldo Menurun - lanjutan

Untuk 3 tahun pertama, Metode Saldo Menurun menyebabkan beban penyusutan lebih besar
dibandingkan dengan Metode Garis Lurus, berdampak pada kecilnya laba bersih dan kecilnya
beban pajak yang ditanggung dibandingkan dengan metode garis lurus. Penggunaan metode
saldo menurun dapat membantu Wajib Pajak dalam menghemat pajak di tahun-tahun awal.

2.

Tax Planning atas


Revaluasi Aset Tetap
TM 2:
Irsan Lubis
MANAJEMEN PERPAJAKAN

10
Pengantar

Aset (Aktiva) Tetap mempunyai peran penting dalam menunjang operasional


perusahaan. Aktiva tetap umumnya memiliki nilai yang cukup besar dan dapat
meningkat seiring dengan kondisi perekonomian, misalnya akibat fluktuasi harga
atau sebab lain.
Meningkatnya harga atau nilai aktiva tetap di pasaran menyebabkan nilai
aktiva tetap yang tercatat dalam laporan keuangan suatu perusahaan menjadi
tidak wajar, karena nilai suatu aktiva tetap yang diperoleh beberapa tahun lalu
tidak lagi sama dengan nilai saat ini.

Pengertian Revaluasi Aset Tetap

Akuntansi  Revaluasi aset adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan,


yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau
karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan yang disebabkan
oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan
keuangan menjadi tidak wajar.
Pajak  Revaluasi aset tetap atau Penilaian Kembali Aktiva Tetap untuk
tujuan perpajakan adalah penyesuaian nilai aktiva tetap yang dimiliki oleh
perusahaan yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang nilainya sudah tidak mencerminkan lagi nilai pasar atau nilai
wajar.

11
Pengakuan Revaluasi Aset Tetap

Setelah direvaluasi, aset tetap dicatat sebesar jumlah revaluasian, yaitu nilai
wajar pada tanggal revaluasi, dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi
rugi penurunan nilai aset yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
• Nilai wajar adalah nilai di mana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu kewajiban
diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi
wajar (arm’s length transaction).
• Akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan dengan metode
Proporsional atau metode Eliminasi.
Revaluasi tidak diakui dalam laporan laba rugi tahun berjalan tetapi merupakan
komponen dalam laba rugi komprehensif yang merupakan bagian dari ekuitas.

Tujuan Revaluasi Aset Tetap

1. Meningkatkan struktur modal sendiri sehingga meningkatnya kepercayaan


kreditur dan investor. Sebagai dampak membaiknya rasio keuangan, debt to
assets ratio (DTA) dan debt to equity ratio (DTE) turun.
2. Aset mencerminkan nilai yang sesungguhnya (nilai wajarnya).
3. Untuk perusahaan yang ingin melakukan merger, maka akan dapat
diketahui nilai aktiva sesungguhnya (nilai wajarnya) untuk perusahaan
bentukan baru (setelah merger).
4. Meringankan Kewajiban Perpajakan. Nilai aset bertambah, biaya
penyusutan juga ikut bertambah.

12
Wajib Pajak yang Diizinkan Melakukan Revaluasi &
Jangka Waktu Revaluasi

Wajib Pajak yang dapat melakukan revaluasi (PMK 79/PMK.03/2008):


• Wajib Pajak Badan Dalam Negeri
• Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Tidak termasuk perusahaan yang memperoleh izin menyelenggarakan
pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang dolar Amerika Serikat (AS).
Revaluasi aset tetap diizinkan dapat dilakukan untuk jangka waktu setiap 5
(lima) tahun sekali.

PMK 79/PMK.03/2008 ; PMK 191/PMK.010/2015 jo PMK 233/PMK.03/2015 jo


PMK 29/PMK.03/2016

Objek Revaluasi

Revaluasi asset tetap dapat dilakukan terhadap:


a. seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau
hak guna bangunan; atau
b. seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau
berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak.

13
Syarat Revaluasi Aset Tetap

Penilaian kembali aset tetap (revaluasi ) diperkenankan dengan syarat:


- Telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak
terakhir sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali (PMK No.
79/PMK.03/2008), dan
- Telah mendapatkan persetujuan Direktur Jenderal Pajak (PER 12/PJ/2009).
Penilaian kembali aset tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar
aset tetap yang berlaku pada saat penilaian kembali, yang ditetapkan oleh
perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari
Pemerintah.
Revaluasi aktiva tetap dilakukan paling lama 1 tahun sejak tanggal laporan
perusahaan jasa penilai atau ahli penilai.

Pajak dan Pencatatan Surplus Revaluasi

Atas selisih lebih (surplus) penilaian kembali aset tetap perusahaan di atas nilai
sisa buku fiskal semula, dikenakan PPh Final Pasal 4 ayat 2 sebesar 10%.
Jika likuiditas tidak baik, dapat diangsur paling lama 12 bulan.

Selisih lebih penilaian kembali aset tetap di atas nilai sisa buku komersial semula
setelah dikurangi dengan PPh Final dibukukan dalam Neraca komersial pada
akun Ekuitas dengan nama "Selisih Lebih Penilaian Kembali Aset Tetap
Perusahaan Tanggal ........................".

14
Penyusutan Aset Tetap Revaluasi

Ketentuan penyusutan untuk aset tetap hasil revaluasi adalah sebagai berikut:
(PMK No. 79/PMK.03/2008)
a. Dasar penyusutan fiskal aset tetap yang telah memperoleh persetujuan
penilaian kembali adalah nilai pada saat penilaian kembali. (Pasal 11 ayat
5 UU PPh)
b. Masa manfaat fiskal aset tetap yang telah dilakukan penilaian kembali
disesuaikan kembali menjadi masa manfaat penuh untuk kelompok aset
tetap tersebut.
c. Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya penilaian
kembali aset tetap.

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Revaluasi

 Revaluasi parsial atau menyeluruh


 Pembayaran PPh sebesar 10% yang bersifat final
 Pembayaran pajak selama 5 tahun

15
Contoh 1: Revaluasi - Metode Proporsional

Peralatan senilai Rp.2.000.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2020 dengan masa manfaat
ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. Tanggal 31 Desember 2020 nilai wajar aset adalah
Rp.2.400.000.
Jurnal Metode Proporsional:
1/1/2020 Aset tetap 2.000.000
Kas 2.000.000
31/12/2020 Beban Penyusutan 400.000
Akumulasi Penyusutan 400.000
Perhitungan penyusutan = 2.000.000 / 5 th = 400.000

31/12/2020 Aset Tetap 1.000,000


Jurnal Revaluasi Surplus Revaluasi 800.000 *
Akumulasi Penyusutan 200.000 **
Nilai wajar peralatan = 2.400.000
Nilai buku peralatan = 1.600.000
Surplus revaluasi 800.000 *
Karena terjadi surplus atau kenaikan nilai aset setelah revaluasi, maka ada penambahan akumulasi
penyusutan secara proporsional sebagai berikut: (800.000 / 1.600.000) x 400.000 = 200.000 **
31/12/2020 Beban Pajak (final) 80.000 *
Utang pajak (final) 80.000
* Selisih lebih revaluasi merupakan objek PPh Final Pasal 4 ayat 2 dengan tarif 10%.
Aset tercatat sebelum revaluasi: Aset tercatat setelah revaluasi:
Harga perolehan 2.000.000 Harga perolehan 3.000.000
Akum penyusutan (400.000) Akum penyusutan (600.000)
Nilai buku 1.600.000 Nilai buku 2.400.000

16
Contoh 2: Revaluasi - Metode Eliminasi

Peralatan senilai Rp.2.000.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2020 dengan masa manfaat
ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. Tanggal 31 Desember 2020 nilai wajar aset adalah
Rp.2.400.000.
Jurnal Metode Eliminasi:
1/1/2020 Aset tetap 2.000.000
Kas 2.000.000
31/12/2020 Beban Penyusutan 400.000
Akumulasi Penyusutan 400.000
Perhitungan penyusutan = 2.000.000 / 5 th = 400.000

31/12/2020 Aset Tetap 800.000


Jurnal Revaluasi Surplus Revaluasi 800.000 *
Akumulasi Penyusutan 400.000 **
Aset Tetap 400.000
Nilai wajar peralatan = 2.400.000
Nilai buku peralatan = 1.600.000
Surplus revaluasi 800.000 *
Saldo akumulasi penyusutan dihapus (eliminasi) sebesar 400.000 **
31/12/2020 Beban pajak (final) 80.000 *
Utang pajak (final) 80.000
* Selisih lebih revaluasi merupakan objek PPh Final Pasal 4 ayat 2 dengan tarif 10%.
Aset tercatat sebelum revaluasi: Aset tercatat setelah revaluasi:
Harga perolehan 2.000.000 Harga perolehan 2.400.000
Akum penyusutan (400.000) Akum penyusutan (0)
Nilai buku 1.600.000 Nilai buku 2.400.000

17
Contoh 3: Keputusan Revaluasi

PT. Melati pada tahun 2019 membeli asset tetap berupa mesin dengan harga
perolehan Rp. 400.000.000,- Mesin tersebut termasuk dalam asset kelompok 2
dan selama ini perusahaan menggunakan metode penyusutan garis lurus.
Pada awal tahun 2022 berdasarkan penilaian dari perusahaan jasa penilai yang
diakui oleh pemerintah, nilai wajar dari mesin sebesar Rp. 600.000.000,-
Apakah perusahaan sebaiknya melakukan revaluasi ?
Jika kondisi perusahaan diasumsikan sebagai berikut :
Asumsi 1. Perusahaan tidak memiliki rugi fiskal.
Asumsi 2. Tahun 2017 perusahaan mengalami rugi fiskal sebesar Rp.
1.000.000.000,- dan sampai tahun 2021 baru sebesar Rp. 500.000.000,- yang
telah dikompensasikan. Laba tahun berjalan 2022 diprediksi Rp.200.000.000,-

Jika dilakukan revaluasi :


Harga perolehan mesin Rp. 400.000.000
Akumulasi penyusutan 3 tahun (Rp. 150.000.000)
Nilai buku mesin Rp. 250.000.000
Nilai revaluasi Rp. 600.000.000
Selisih lebih revaluasi * Rp. 350.000.000
* Selisih lebih merupakan objek PPh Final tarif 10% = Rp. 35.000.000

18
Asumsi 1. Jika Perusahaan Tidak Memiliki Rugi Fiskal

Jika perusahaan tidak memiliki rugi fiskal maka yang harus dipertimbangkan
adalah besarnya laba yang diperoleh tahun berjalan.
Bandingkan nilai pajak atas laba setelah biaya penyusutan asset revaluasi
dengan nilai PPh final yang harus dibayar.
Jika nilai pajak sama dengan nilai PPh final yang harus dibayar, berarti
revaluasi kurang menguntungkan, karena pembebanan selisih lebih harus
melalui penyusutan sesuai dengan umur asset yang bersangkutan.
Jika nilai pajak lebih tinggi dari nilai PPh final, maka perlu dihitung nilai
tunai (present value) dari jumlah penyusutan asset yang berasal dari selisih
lebih revaluasi, baru kemudian dibandingkan dengan PPh final yang harus
dibayar.

Asumsi 2. Jika Perusahaan Memiliki Rugi Fiskal

Jika perusahaan memiliki rugi fiskal, misalnya Rp. 500.000.000,- dan laba
tahun berjalan diprediksi hanya Rp. 200.000.000,- maka akan ada kompensasi
kerugian yang hangus sebesar Rp. 300.000.000,- (karena sudah 5 tahun).
Daripada kompensasi tersebut hangus, sebaiknya perusahaan melakukan
revaluasi pada tahun 2022. Hal ini karena selisih lebih revaluasi sebesar Rp.
350.000.000,- dikompensasikan terlebih dahulu dengan sisa rugi fiskal,
sehingga tidak dikenakan PPh final. Dengan demikian, rugi fiskal pada tahun
2022 tinggal Rp. 150.000.000,- dan apabila laba tahun berjalan 2022 Rp.
200.000.000,- maka perusahaan tinggal membayar pajak untuk laba setelah
dikompensasikan sebesar Rp. 50.000.000,- Disamping itu, perusahaan juga akan
mendapat tambahan beban penyusutan dari revaluasi, yang juga akan
mengurangi laba fiskal tahun berikutnya.

19
end

20

Anda mungkin juga menyukai