Materi #2
Materi #2
Penyusutan
&
Revaluasi Aset Tetap
TM 2:
Irsan Lubis
MANAJEMEN PERPAJAKAN
1.
1
Pengertian Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi biaya perolehan suatu aktiva tetap (kecuali tanah)
selama masa manfaat tertentu sesuai dengan kelompok harta.
Pasal 6 ayat 1 huruf b UU PPh:
Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi
atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yg mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan
Pasal 11A.
Pasal 11 harta berwujud ; Pasal 11A harta tak berwujud
Periode Penyusutan
2
Metode Penyusutan Fiskal
3
HARTA BERWUJUD KELOMPOK 1
(PMK No. 96/PMK.03/2009)
Semua jenis a. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku,
usaha kursi, lemari dan sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan.
b. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator, mesin foto kopi, mesin
akunting/ pembukuan, komputer, printer, scanner dan sejenisnya.
c. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/cassette, video recorder, televisi
dan sejenisnya.
d. Sepeda motor, sepeda dan becak.
e. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi industri/jasa yang bersangkutan.
f. Dies, jigs, dan mould.
g. Alat-alat komunikasi seperti pesawat telepon, faksimile, telepon seluler dan
sejenisnya.
Pertanian, perkebunan, Alat yang digerakkan bukan dengan mesin seperti cangkul,
kehutanan, peternakan, perikanan, garu dan lain-lain.
Industri makanan dan Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti, huller,
minuman pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet, dan sejenisnya.
Transportasi dan Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai angkutan umum.
Pergudangan
Industri semi konduktor Falsh memory tester, writer machine, biporar test system, elimination
(PE8-1), pose checker.
Jasa Persewaan Peralatan Anchor, Anchor Chains, Polyester Rope, Steel Buoys, Steel Wire Ropes,
Tambat Air Dalam Mooring Accessoris.
Jasa telekomunikasi selular Base Station Controller
4
HARTA BERWUJUD KELOMPOK 2
(PMK No. 96/PMK.03/2009)
Semua jenis usaha a. Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku, kursi, lemari dan
sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Alat pengatur
udara seperti AC, kipas angin dan sejenisnya.
b. Mobil, bus, truk, speed boat dan sejenisnya.
c. Container dan sejenisnya.
Pertanian, a. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor dan mesin bajak, penggaruk,
perkebunan, penanaman, penebar benih dan sejenisnya.
kehutanan,
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan atau
perikanan
barang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
Industri makanan a. Mesin yang mengolah produk asal binatang, unggas dan perikanan, misalnya pabrik susu,
dan minuman pengalengan ikan .
b. Mesin yang mengolah produk nabati, misalnya mesin minyak kelapa, margarin, penggilingan
kopi, kembang gula, mesin pengolah biji-bijian seperti penggilingan beras, gandum,
tapioka.
c. Mesin yang menghasilkan/memproduksi minuman dan bahan-bahan minuman segala jenis.
d. Mesin yang menghasilkan/memproduksi bahan-bahan makanan dan makanan segala jenis.
Industri mesin Mesin menghasilkan/memproduksi mesin ringan (misalnya mesin jahit, pompa air).
Perkayuan, a. Mesin dan peralatan penebangan kayu.
kehutanan
b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan atau barang kehutanan.
Konstruksi Peralatan dipergunakan seperti truk berat, dump truck, crane buldozer dan sejenisnya.
5
HARTA BERWUJUD KELOMPOK 2 – lanjutan
HARTA BERWUJUD KELOMPOK 3
HARTA BERWUJUD KELOMPOK 4
Daftarnya dapat dilihat pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
96/PMK.03/2009.
6
Penyusutan dan Amortisasi dalam Bidang Usaha Tertentu
(PMK No. 248/PMK.03/2008, PMK No. 249/PMK.03/2008 dan PMK No.126/PMK.011/2012)
Penyusutan dan amortisasi untuk bidang usaha tertentu dimulai pada bulan
dilakukannya pengeluaran atau pada bulan produksi komersial. Yang dimaksud
dengan bulan produksi komersial yaitu bulan di mana penjualan mulai dilakukan.
Bidang usaha tertentu tersebut, yaitu:
• bidang usaha kehutanan, yaitu bidang usaha hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan
yang tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah
ditanam lebih dari 1 tahun.
• bidang usaha perkebunan tanaman keras, yaitu bidang usaha perkebunan yang
tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah ditanam
lebih dari 1 tahun.
• bidang usaha peternakan, yaitu bidang usaha peternakan dimana ternak dapat
berproduksi berkali-kali dan baru dapat dijual setelah dipelihara sekurang-kurangnya 1
tahun.
7
Penyusutan Kendaraan Milik Perusahaan & Telepon Seluler
(Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-220/PJ/2002)
PT Maju memiliki aset tetap berwujud yang diperolehnya awal tahun 2022 sebagai
berikut (metode garis lurus):
No Jenis Harta Bulan/Tahun Masa Manfaat Harga Perolehan Kelompok
Perolehan
1 Mesin I Januari 2022 8 Tahun 200.000.000 II
2 Mesin II Januari 2022 8 Tahun 150.000.000 II
3 Truk Januari 2022 8 Tahun 70.000.000 II
8
Contoh 2: Metode saldo menurun
Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Januari 2021 dengan harga
perolehan sebesar Rp 150.000.000. Masa manfaat 4 tahun. Tarif penyusutan 50%.
Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku
Januari 2021 Tgl perolehan 150.000.000
31 Des 2021 50% 75.000.000 75.000.000
31 Des 2022 50% 37.500.000 37.500.000
31 Des 2023 50% 18.750.000 18.750.000
31 Des 2024 Sekaligus thn ke 4 18.750.000 0
9
Contoh 3: Perbandingan Biaya Penyusutan Fiskal
Metode Garis Lurus dan Saldo Menurun - lanjutan
Untuk 3 tahun pertama, Metode Saldo Menurun menyebabkan beban penyusutan lebih besar
dibandingkan dengan Metode Garis Lurus, berdampak pada kecilnya laba bersih dan kecilnya
beban pajak yang ditanggung dibandingkan dengan metode garis lurus. Penggunaan metode
saldo menurun dapat membantu Wajib Pajak dalam menghemat pajak di tahun-tahun awal.
2.
10
Pengantar
11
Pengakuan Revaluasi Aset Tetap
Setelah direvaluasi, aset tetap dicatat sebesar jumlah revaluasian, yaitu nilai
wajar pada tanggal revaluasi, dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi
rugi penurunan nilai aset yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
• Nilai wajar adalah nilai di mana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu kewajiban
diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi
wajar (arm’s length transaction).
• Akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan dengan metode
Proporsional atau metode Eliminasi.
Revaluasi tidak diakui dalam laporan laba rugi tahun berjalan tetapi merupakan
komponen dalam laba rugi komprehensif yang merupakan bagian dari ekuitas.
12
Wajib Pajak yang Diizinkan Melakukan Revaluasi &
Jangka Waktu Revaluasi
Objek Revaluasi
13
Syarat Revaluasi Aset Tetap
Atas selisih lebih (surplus) penilaian kembali aset tetap perusahaan di atas nilai
sisa buku fiskal semula, dikenakan PPh Final Pasal 4 ayat 2 sebesar 10%.
Jika likuiditas tidak baik, dapat diangsur paling lama 12 bulan.
Selisih lebih penilaian kembali aset tetap di atas nilai sisa buku komersial semula
setelah dikurangi dengan PPh Final dibukukan dalam Neraca komersial pada
akun Ekuitas dengan nama "Selisih Lebih Penilaian Kembali Aset Tetap
Perusahaan Tanggal ........................".
14
Penyusutan Aset Tetap Revaluasi
Ketentuan penyusutan untuk aset tetap hasil revaluasi adalah sebagai berikut:
(PMK No. 79/PMK.03/2008)
a. Dasar penyusutan fiskal aset tetap yang telah memperoleh persetujuan
penilaian kembali adalah nilai pada saat penilaian kembali. (Pasal 11 ayat
5 UU PPh)
b. Masa manfaat fiskal aset tetap yang telah dilakukan penilaian kembali
disesuaikan kembali menjadi masa manfaat penuh untuk kelompok aset
tetap tersebut.
c. Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya penilaian
kembali aset tetap.
15
Contoh 1: Revaluasi - Metode Proporsional
Peralatan senilai Rp.2.000.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2020 dengan masa manfaat
ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. Tanggal 31 Desember 2020 nilai wajar aset adalah
Rp.2.400.000.
Jurnal Metode Proporsional:
1/1/2020 Aset tetap 2.000.000
Kas 2.000.000
31/12/2020 Beban Penyusutan 400.000
Akumulasi Penyusutan 400.000
Perhitungan penyusutan = 2.000.000 / 5 th = 400.000
16
Contoh 2: Revaluasi - Metode Eliminasi
Peralatan senilai Rp.2.000.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2020 dengan masa manfaat
ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. Tanggal 31 Desember 2020 nilai wajar aset adalah
Rp.2.400.000.
Jurnal Metode Eliminasi:
1/1/2020 Aset tetap 2.000.000
Kas 2.000.000
31/12/2020 Beban Penyusutan 400.000
Akumulasi Penyusutan 400.000
Perhitungan penyusutan = 2.000.000 / 5 th = 400.000
17
Contoh 3: Keputusan Revaluasi
PT. Melati pada tahun 2019 membeli asset tetap berupa mesin dengan harga
perolehan Rp. 400.000.000,- Mesin tersebut termasuk dalam asset kelompok 2
dan selama ini perusahaan menggunakan metode penyusutan garis lurus.
Pada awal tahun 2022 berdasarkan penilaian dari perusahaan jasa penilai yang
diakui oleh pemerintah, nilai wajar dari mesin sebesar Rp. 600.000.000,-
Apakah perusahaan sebaiknya melakukan revaluasi ?
Jika kondisi perusahaan diasumsikan sebagai berikut :
Asumsi 1. Perusahaan tidak memiliki rugi fiskal.
Asumsi 2. Tahun 2017 perusahaan mengalami rugi fiskal sebesar Rp.
1.000.000.000,- dan sampai tahun 2021 baru sebesar Rp. 500.000.000,- yang
telah dikompensasikan. Laba tahun berjalan 2022 diprediksi Rp.200.000.000,-
18
Asumsi 1. Jika Perusahaan Tidak Memiliki Rugi Fiskal
Jika perusahaan tidak memiliki rugi fiskal maka yang harus dipertimbangkan
adalah besarnya laba yang diperoleh tahun berjalan.
Bandingkan nilai pajak atas laba setelah biaya penyusutan asset revaluasi
dengan nilai PPh final yang harus dibayar.
Jika nilai pajak sama dengan nilai PPh final yang harus dibayar, berarti
revaluasi kurang menguntungkan, karena pembebanan selisih lebih harus
melalui penyusutan sesuai dengan umur asset yang bersangkutan.
Jika nilai pajak lebih tinggi dari nilai PPh final, maka perlu dihitung nilai
tunai (present value) dari jumlah penyusutan asset yang berasal dari selisih
lebih revaluasi, baru kemudian dibandingkan dengan PPh final yang harus
dibayar.
Jika perusahaan memiliki rugi fiskal, misalnya Rp. 500.000.000,- dan laba
tahun berjalan diprediksi hanya Rp. 200.000.000,- maka akan ada kompensasi
kerugian yang hangus sebesar Rp. 300.000.000,- (karena sudah 5 tahun).
Daripada kompensasi tersebut hangus, sebaiknya perusahaan melakukan
revaluasi pada tahun 2022. Hal ini karena selisih lebih revaluasi sebesar Rp.
350.000.000,- dikompensasikan terlebih dahulu dengan sisa rugi fiskal,
sehingga tidak dikenakan PPh final. Dengan demikian, rugi fiskal pada tahun
2022 tinggal Rp. 150.000.000,- dan apabila laba tahun berjalan 2022 Rp.
200.000.000,- maka perusahaan tinggal membayar pajak untuk laba setelah
dikompensasikan sebesar Rp. 50.000.000,- Disamping itu, perusahaan juga akan
mendapat tambahan beban penyusutan dari revaluasi, yang juga akan
mengurangi laba fiskal tahun berikutnya.
19
end
20