Anda di halaman 1dari 14
BAB II HUKUM PERORANGAN A, PENDAHULUAN 1, Istllah Hukum Pororangan Oleh para pakar sarjana hukum, Hukum Perorangan (personen recht) diartikan dalam berbagal Istilah, antara tatn: a. Prof, Dr LJ. van Apeldoorn, memakal istilah “Hukum Purosa” un tuk Istilah personenrecht2? b. Prof, Soediman Kartohadiprodjo, $1, memakal istilah “hukum pribadi" untuk istilah personenrecht." c. Prof Subektl, memakal ts! “hukum tentang dirl seseorang” un. tuk istilah personenrecht* 2. Definisi Hukum Perorangan menurut para pakar b TLD. van Apeldoorn, Op. elt, him, Adapun definist mengenal Hukum Perorangan (personenrecht) jana hukum, antara tain: Menurut Prof, Subekti, $.H., hukum tent peraturan-p tentang manusla sebagai subjek dalam hu kum, peraturansperaturan perihal kecakapan untuk memilikd hak: hak dan kecakapan untuk bertindak sendiri melaksanakan hak- haknya itu serta hal-hal yang memengaruhi kecakapan-keeakapan itu2 Menurut Prof. Mr, Dr. LJ. van Apeldoorn, Hukum Purusa adalah jalah 3. ® Soediman Kartohadiprodja, Op. eit lm, 74, Subekti, Op. cit, him, 16. © id. Dipindai dengan CamScanner HUNLIN PURDATA INDONEMA velurub poraturan tentang puruisa atau subjek subjek hukany ty: Aun Purvisa aremuat peratinan Kewenangan hukunr (recttrtey deydhord) dan kowenangan bortindak (handelinushevoegdherd) © Menurut Prof, Soedinan Rartohadiprodjo, SH, Hukum Pribads jalah semua Kaidah hukuin yang mengatur siaparsiapa yang dapat Amembawa hak, yang menjadi pembawa hak (rechtvubjecten) day Kedudukannya dalam hukun!? B, PERIHAL ORANG DALAM HUKUM Manusia Sebagai Subjek Hukuny Dalam dunia hukum, perkataan orang (persvon) beracti pembawa hak, yaitu segala sesuaty yang mempunyal hak dan kewajit atau disebut juga dengan subjek hukum, Sebagai pembawa hak, padanya dapat diberikan hak (hak menerima warisan, hak menerima hibah dan sebagainya) dan dapat dilimpahkan kewajiban, Pada ng ini boleh dikatakan, bahwa setiap manusia itv adalah pembawa hak (sub: jek hukum), Berlakunya seseorang sebagai pembawa hak (subjek hukum), di- ‘mulai pada saat ia dilahirkan dan borakhir pada saat ia meningyal du- nia. Terhadap hal ini terdapat suatu pengecualian, di mana a Ng, ada dalam kandungan scorang perempuan dianggap sebagai telah di- Jahirkan, apabila kepentingan si anak menghendakinya (Pasal 2 ayat 1 KUH Per), Ketentuan Pasal 2 ayat (1) KUH Per ini mempunyai arti pen- ting apabila dalam hal: a, Perwalian oleh bapak atau ibu (Pasal 348 KUH Per). b, Mewarisi harta peninggalan (Pasal 836 KUH Per). ¢ Menerima wasiat dari pewaris (Pasal 899 KUH Per). d. Menerima hibah (Pasal 1679 KUH Per), Selanjutnya menurut Pasal 2 ayat (2) KUH Per, apabila ia mati sewaktu dilahirkan, ia dianggap tak pernah ada, Hal ini berarti, balwa si anak sewaktu dilahirkan harus hidup walaupun hanya sebentar, Hal ini perlu karena untuk menentukan peranannya sebagai pendukung, hak dan kewajiban (subjek hukum), Mengenai hal ini, Prof, Soediman Kartohadiprodjo® mengatakan, bahwa manusia itu merupakan orang * L}.van Apeldoorn, Op ct, hm. 233, ® Soediman Kartohadiprodjo, Op cit, lm. 74 * Ibid, hhm.79 Dipindsi dengan CamScanner BAB 2 + HUKUM PERORANGAN kalau ia hidup, tidak pandang berapa lama hidupnya, meskipun ba- rangkali hanya untuk satu detik saja. Kemudian menurut Pasal 3 KUH Per disebutkan, bahwa tiada suatu hukum pun yang mengakibatkan ke- matian perdata atau kehilangan segala hak kewargaan, 2. Kecakapan Bertindak dalam Hukum a, Orang yang Tidak Cakap Bertindak dalam Hukum Meskipun menurut hukum sekarang ini, setiap orang tanpa kecuali dapat memiliki hak-haknya, akan tetapi di dalam hukum, tidak semua orang dapat diperbolehkan bertindak sendiri di dalam melaksanakan hak-haknya itu. Ada beberapa golongan orang yang oleh hukum telah dinyatakan tidak cakap atau kurang cakap untuk bertindak sendiri dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum, sehingga mereka itu harus diwakili atau dibantu oleh orang lain. Menurut Pasal 1330 KUH Per, mereka yang oleh hukum telah dinyatakan tidak cakap untuk melakukan sendiri perbuatan hukum ialah: 1) Orang yang belum dewasa. 2) Orang yang ditaruh di bawah pengampuan (curatele). 3) Orang perempuan dalam pernikahan (wanita kawin). b. Orang-orang yang Belum Dewasa Orang-orang yang belum dewasa hanya dapat menjalankan hak dan kewajibannya dengan perantaraan orang lain, atau sama sekali di- larang. Kecakapan untuk bertindak di dalam hukum bagi orang-orang. yang belum dewasa ini diatur dalam ketentuan sebagai berikut. 1) Menurut Pasal 330 KUH Per, orang yang dikatakan belum dewasa apabila ia belum mencapai usia 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin. Apabila ia telah menikah, maka ia dianggap telah de- wasa dan ia tidak akan menjadi orang yang di bawah umur lagi, meskipun perkawinannya diputuskan sebelum ia mencapai usia 21 tahun. Untuk melangsungkan perkawinan: (a) Menurut Pasal 29 KUH Per, bagi seorang laki-laki harus ber- umur 18 tahun dan bagi seorang wanita harus berumur 15 ta- hun. (b) Menurut Pasal 7 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang Per- kawinan, bagi seorang laki-laki harus berumur 19 tahun dan bagi seorang wanita harus berumur 16 tahun. 2 21 Dipindai dengan CamScanner HURUIN PERDIATA IMDOMEMA 4) Dalam ftukum Warts, eeseorang yang belum mencapal umner 4 + hun tidak dapat membuat wastat (Pasal 197 KUN Per) 4) Monurut Pasal 19 U0 No. th fahun 2012 tentang Peritha, wets dapat memilih di dalam pemilihan unum harus oudal berurnae 7 tahun, Orang yong Ditaruh di Bawah Pengampuan Monurut Pasal 490 KUN Per, orang yang ditaru di basal pee omptian adalah orang yang dungu, sakit ingatan atau mata orang boros, Mengenal hal int, dlatur dalam ketentuan-ketentuan ber, Aut Ini 1) Sesoorang yang Karena ketaksempurnaan akalnya ditarub di havea Pengampuan, telah mengikatkan dirinya dalam suatu perkavinws, dapat dimota pembatalan perkawinan (Pasal 86 ayat 1 KUM Per) 2) Untuk dapat membuat atau mencabut suatu surat waslat, seorang, harus mempunyal akal budinya (Pasal 895 KUH Per). 4) Mereka yang ditarub di bawah pengampuan dianggap tak cakag untuk mombuat suatu perjanjian (Pasal 1330 KUH Per). d, Kedudukan Wanita dalam Hukum Khusus untuk orang perempuan yang dinyatakan tidak cakap da- Jam perbuatan hukum dalam hal: 1) Membuat perjanjlan, memerlukan bantuan atau izin dari suares (Pasal 108 KUH Per), 2) Menghadap di muka hakim harus dengan bantuan suami (Pasal 110 KU Per). Untuk mi ekarang ini, ketentuan Pasal 108 KUH Per inj telah di- cabut dengan Surat Edaran Mahkamah Agung No.3 Tahun 1963 tanggal 4 Agustus 1963, Hal Int ditegaskan lagi dalam Pasal 31 Undang-Undang: No, 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, di mana hak dan kedudukan is- trl adalah setmbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidup- an rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat; dar asing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum. Se Janjutnya menurut Pasal 36 ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 19749) mengenal harta bawaan masing-masing, suami dan istri mempunyae hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya, Namun dalam hal tertentu, meskipun seorang istri yang dianggap esellicee " Dipindsi dengan CamScanner DAB 2 + HUKUM PERORANGAN cakap melakukan perbuatan hukum oleh Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, dalam melakukan perbuatan terhadap harta bersama perkawin- an, harus dengan persetujuan suami (karena suami adalah kepala rumah tangga dan iste’ adalah (bu rumah tangga), 3. Pendewasaan a. Pengertian Pendewasaan Pendewasaan atau perlunakan (handlichting) adalah suatu daya upaya hukum untuk menempatkan seorang yang belum dewasa men- jadi sama dengan orang yang telah dewasa, baik untuk tindakan ter- tentu maupun untuk semua tindakan, Dengan demikian, menurut Pa- sal 424 KUH Per, anak yang dinyatakan dewasa, dalam segala-galanya mempunyai kedudukan yang sama dengan orang dewasa, b, Macam-macam Bentuk Pendewasaan Pada dasarnya, ada dua macam bentuk pendewasaan, yaitu: 1) Pendewasaan terbatas Dengan pendewasaan terbatas, maka anak di bawah umur (yang belum dewasa) dinyatakan dewasa untuk melakukan tindakan. hukum tertentu, Syarat untuk mengajukan pendewasaan terbatas adalah harus sudah berusia 18 tahun dan permohonan ini diajukan ke Pengadilan Negeri (Pasal 426 KUH Per). Pendewasaan penuh Dengan pendewasaan penuh, maka anak di bawah umur (yang be- lum dewasa), dinyatakan dewasa untuk melakukan segala tindak- an, Syarat untuk mengajukan pendewasaan penuh yaitu harus su- dah berusia 20 tahun dan permohonan ini diajukan ke presiden (dalam hal ini, Menteri Kehakiman - lihat Pasal 420-421 KUH Per). 2 ¢. Pencabutan Hak Pendewasaan Pendewasaan ini dapat dicabut atau ditarik kembali oleh Pengadil- an Negeri apabila anak yang belum dewasa ini menyalahgunakan ke- wenangan yang diberikan kepadanya atau suatu alasan tertentu (Pasal 431 KUH Per), Menurut ketentuan Pasal 432 KUH Per, segala bentuk pendewasaan dan pencabutan atas pendewasaan ini, harus diumum- kan dalam berita negara agar berlaku bagi umum. Untuk masa sekarang ini, lembaga pendewasaan ini sudah tidak mempunyai arti lagi, karena batas usia dewasa menurut Undang-Un- ba 23 Dipindai dengan CamScanner HUKUM PERDATA INDONESIA | dang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah 18 tahun. 4, Pengampuan a, Pengertian Pengampuan Pengampuan (curatele) adalah suatu daya upaya hukum untuk menempatkan seorang yang telah dewasa menjadi sama seperti orang yang belum dewasa, Orang yang ditaruh di bawah pengampuan disebut curandus, pengampunya disebut curator dan pengampuannya disebut curatele, Menurut Pasal 433 KUH Per, setiap orang dewasa yang mende- rita sakit ingatan, boros, dungu dan mata gelap harus ditaruh di bawah pengampuan, Setiap anak yang belum dewasa yang berada dalam ke- adaan dungu, sakit ingatan atau mata gelap, tak boleh ditaruh di bawah pengampuan, melainkan tetaplah ia di bawah pengawasan bapak dan ibunya atau walinya (Pasal 462 KUH Per). b, Pengajuan Permohonan Pengampuan Pengampuan ini terjadi karena adanya keputusan hakim yang di- dasarkan dengan adanya permohonan pengampuan. Yang dapat meng- ajukan permohonan pengampuan ialah: 1) Keluarga sedarah terhadap keluarga sedarahnya, dalam hal ke- adaannya dungu, sakit ingatan atau mata gelap (Pasal 434 ayat 1 KUH Per). Keluarga sedarah dalam garis lurus dan olch keluarga semenda dalam garis menyimpang sampai dengan derajat keempat, dalam hal karena keborosannya (Pasal 434 ayat 2 KUH Per). Suami atau istri boleh meminta pengampuan akan istri atau sua- minya (Pasal 434 ayat 3 KUH Per). Diri sendiri, dalam hal ia tidak cakap mengurus kepentingannya sendiri (Pasal 434 ayat 4 KUH Per). Kejaksaan, dalam hal mata gelap, keadaan dungu atau sakit ingatan. (Pasal 435 KUH Per). 2 3 4 5) Setiap permintaan akan pengampuan, harus diajukan ke Pengadil- an Negeri di mana orang yang dimintakan pengampuannya itu berdiam (Pasal 436 KUH Per). Pengampuan mulai berlaku sejak putusan atau penetapan diucapkan (Pasal 446 ayat 1 KUH Per). By Dipindai dengan CamScanner BAB 2 + HUKUM PERORANGAN c. Akibat Hukum Pengampuan Akibat hukum dari orang yang ditaruh di bawah pengampuan: Ja sama dengan orang yang belum dewasa (Pasal 452 ayat 1 KUH Per). Segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh orang yang ditaruh di bawah pengampuan, batal demi hukum (Pasal 446 ayat 2 KUH Per) 2 Di samping kedua hal di atas, terdapat pengecualiannya, yaitu: Orang yang ditaruh di bawah pengampuan karena boros, masih bo- leh membuat surat wasiat (Pasal 446 ayat 3 KUH Per). Orang yang ditaruh di bawah pengampuan karena boros, masih bisa melangsungkan perkawinan dan membuat perjanjian kawin yang dibantu oleh pengampunya (Pasal 452 ayat 2 KUH Per). 2 d. Berakhirnya Pengampuan Pengampuan ini berakhir apabila sebab-sebab yang mengakibat- kannya telah hilang (Pasal 460 KUH Per). Pengampuan juga berakhir apabila si curandus meninggal dunia. C. PERIHAL BADAN HUKUM |. Pengertian Badan Hukum Di samping manusia sebagai pembawa hak (subjek hukum), di dalam hukum terdapat pula badan-badan atau perkumpulan-perkum- pulan yang dapat juga memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan- perbuatan hukum seperti layaknya seorang, manusia, Badan-badan dan perkumpulan-perkumpulan itu mempunyai kekayaan sendir, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan perantaraan pengurusnya, dapat digugat dan dapat juga menggugat di muka hakim, Badan atau perkum- pulan yang demikian itu dinamakan badan hukum atau rechtspersoon, yang berarti orang yang diciptakan oleh hukum. Menurut Prof, Wirjono Prodjodikoro,”® badan hukum adalah suatu badan yang di samping manusia perorangan juga dianggap dapat ber- tindak dalam hukum dan yang mempunyai hak-hak, kewajiban-ke- wajiban dan perhubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain. ® Subekti, Op cit, him. 21. » R.Wirjono Prodjodikoro, Op. cit, him, 23. Dipindai dengan CamScanner UKUR FERDATA INDONESIA Adapun menurut Prof, Set Soedew! Masjehoen Sofwan, badan hukury adalah Kumpulan dart oranporang yang bersamasama mendirikan svatu badan (perhimpunan) dan kumpulan harta kekayaan, yang dy tersendirikan untuk tujuan tertentu (yayasan), Balke perhimpunan maupun yayasan kedua-duanya berstatus sebagai badan hukum, jad) merupakan person, pendakung hak dan kewafiban. 2, Syaratesyarat Berdirinya Suatu Badan Hukum Pada dasarnya, suaty badan atau perkumpulan dapat disebut se. ‘bagal suaty badan hukum jika telah memenubl syarat-syarat bertkut a. Adanya harta kekayaan yang terpisah dari kekayaan orang per- ‘seorangan yang bertindak, b, Adanya suatu tujuan tertentu, ¢. Adanya suatu kepentingan sendirt dari sekelompok orang, dd. Adanya suatu organisasi yang teratur, Badan hukum ini mulai berlaku sebagai subjek hukum sejak badan kan bubar (dinyatakan pailit) oleh Pengadilan, Dengan demikian, suatu perkumputan dapat dimintakan pengesahan sebagai badan hukum me- Aalul cara: a. Didirikan dengan akta notaris, b, Didaftarkan di kantor Panitera Pengadilan Negeri setempat. c.Dimintakan pengesahan anggaran dasarnya kepada Menteri Keha- kiman, d, Diumumkan dalam berita negara, Mengenal syarat berdirinya suatu badan hukum ini, diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan, antara lain: a, Berdirinya suatu badan hukum berbentuk Perseroan ‘Terbatas, di- atur dalam Undang-Undang No, 40 Tahun 2007. b, Berdirinya suatu badan hukum berbentuk Koperasi, diatur dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2012, i c.Berdirinya suatu badan hukum berbentuk Bank, diatur dalam Un= dang-Undang No, 10 Tahun 1998, 4 d. Berdirinya suatu badan hukum berbentuk Yayasan, diatur dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2001. 4 "St Soedewi Mayjchoen Sofwan, Mukum Badan Pribadi, (Yogyakarta: PB Gadjah Mada, 1964), him, 29, é Dipindsi dengan CamScanner BAB 2 + HUKUM PERORANGAN, 3. Beberapa Teori Mengenai Badan Hukum Ada beberapa pandangan pendapat dan teori mengenal badan hu- kum ini, yaitu: a. Teori fiksi (fictie theoric) Teori ini dipelopori oleh Freidrich Carl Von Savigny. Menurut teori ini, hanya manusialah yang menjadi subjek hukum, sedang- kan badan hukum dikatakan sebagai subjek hukum itu hanyalah fiksi, yakni sesuatu yang sebenarnya tidak ada tetapi orang meng- hidupkannya dalam bayangannya untuk menerangkan sesuatu hal. Badan hukum itu semata-mata buatan negara saja.” Jadi, ada sub- jek lain tetapi wujudnya tidak nyata/riil, namun dapat melakukan perbuatan-perbuatan (dalam hal ini melalui wakilnya). Dengan demikian, syarat-syarat dalam peraturan-peraturan hukum yang melekat pada badan seorang manusia, terang benderang tidak ada pada badan-badan hukum, akan tetapi badan hukum boleh diang- gap seolah-olah seorang manusia.? b, Teori organ (orgaan theorie) Teori ini diajarkan oleh Otto von Gierke. Menurut teori ini, badan hukum adalah organ seperti halnya manusia, yang menjelma dalam pergaulan hukum, yang dapat menyatakan kehendak melalui alat- alat perlengkapan yang ada padanya (seperti pengurus dan ang- gota-anggota) seperti halnya manusia biasa yang berpancaindera. Oleh karena alat-alat (organen) itu berupa orang-orang manusia juga, maka sudah selayaknya syarat-syarat dalam peraturan-per- aturan hukum yang melekat pada badan seorang manusia itu, dapat dipenuhi juga oleh badan hukum.* ¢. Teori harta kekayaan bertujuan (zweckvermogens theorie) Teori ini diajarkan oleh A. Brinz dan E,jJ. van der Heyden. Menu- rut teori ini, hanya manusia yang menjadi subjek hukum dan badan hukum yaitu untuk melayani kepentingan tertentu.’*> d, Teoriharta karena jabatan (theori van het ambtelijk vermogen) Teori ini diajarkan oleh Holder dan Binden. Menurut teori ini, ba- dan hukum ialah suatu badan yang mempunyai harta yang berdiri sendiri, yang dimiliki oleh badan hukum itu, tetapi oleh pengurus- Riduan Syahrant, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung: Alumni, 1992), him, 56, ™R.Wirjono Prodjodikoro, Op. cit, him. 24. % Ibid, him. 25. -§.T. Kansil, Modul Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1991), him, 89:90, 27 Dipindai dengan CamScanner HUKUM PERDATA INDONESIA nya dan Karena jabatannya, 1a diserubkan tugas untuk mengurus harta tersebut.!” ¢. Teort kekayaan bersama (propriete collective thearte) ‘Toor int diajarkan oleh molengraaff dan marcel planiol, Menurut Aeori ini, apa yang merupakan hak dan kewajiban badan bukurn pada hakikatnya juga merupakan hak dan kewajiban para anggota Dersamassama. Maka dari itu, kekayaan badan bukum pun juga merupakan kekayaan bersama (inilik bersama seluruh anggota) Dengan demikian, badan hukum ialah harta yang tidak dapat diba gi-bagi dari anggota-anggotanya secara bersama-sama,"" {. Teori kenyataan yuridis (juridische realiteltsleer) Teori ini dikemukakan oleh meijers, Menurut teori ini, bahwa badan hukum adalah merupakan kenyataan/realita yuridis yang dibentuk dan diakui sama seperti manusia pribadi, Hendaknya dalam mempersamakan badan hukum dengan manusia terbatas sampai pada bidang hukum saja.” = Pembagian Badan Hukum Pada dasarnya, badan hukum ini terbagi atas dua bagian, yaitu: a, Badan hukum publik (publiek rechtspersoon) Badan hukum publik adalah badan hukum yang didirikan oleh ne- gara untuk kepentingan publik atau negara. Badan-badan hukum ini merupakan badan-badan negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan, Contoh badan hukum publik antara lain: 1) Negara Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang-Un- dang Dasar 1945, 2) Pemerintah Daerah Tingkat 1 dan Il, yang diatur dalam Un- dang-Undang No, 22 Tahun 1999 dan undang-undang, lainnya. 3). Bank Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1999 dan bank-bank milik negara lainnya yang diatur menurut undang-undangnya tersenditi. 4) Perusahaan milik negara, yang diatur dalam undang-undang- nya masing-masing. b. Badan hukum privat (privaat rechtspersoon) Badan hukum privat/badan hukum keperdataan adalah badan hu- Ibid, bm. 89. Riduan Syahrani, Op. cit, hlm, 56:87. ™ CST. Kansil, Op cit, hlm. 90. Riduan Syahrani, Op. cit, him. 57 dca Dipindai dengan CamScanner BARD + HURUM PERORANGAN kum yang didirikan untuk kepentingan individu. Badan hukum ink merupakan badan hukum milik swasta yang didirikan oleh indivi- du-individu untuk tujuan tertentu dan sesual menurut hukum yang, berlaku secara sah, Contoh badan hukum privat ini antara lain 1) Perseroan Terbatas, yang diatur dalam KUHD dan Undang-Un- dang No. 40 Tahun 2007. 2) Firma, yang diatur dalam KUHD. 3) Persekutuan Komanditer (CY), yang diatur dalam KUHD. 4) Perbankan, yang diatur dalam Undang-Undang No. 10/1998. 5) Koperasi, yang diatur dalam Undang-Undang No. 17/2012. 6) Partai Politik, yang diatur dalam Undang-Undang No. 2/2011 7) Organisasi Kemasyarakatan, yang diatur dalam Undang-Un- dang No. 17/2013. 8) Yayasan, yang diatur dalam Undang-Undang No. 16/2001 D, PERIHAL DOMISILI 1, Pengertian Domisili Pada dasarnya, setiap orang harus mempunyai tempat tinggal yang dapat dicari (Pasal 17 ayat 1 KUH Per). Tempat tinggal itu disebut domisili (tempat tinggal/tempat kediaman). Domisili adalah tempat di mana seseorang dianggap selalu hadir mengenai hal melakukan hak- haknya dan memenuhi kewajibannya, meskipun sesungguhnya ia ber- tempat tinggal di tempat lain. Bahkan, sebuah badan hukum pun dapat memiliki tempat kedudukan tertentu. Dengan demikian, domisili ini dapat berarti tempat tinggal seseorang atau tempat kedudukan badan hukum. Tetapi dalam hal tidak adanya tempat tinggal tertentu, maka tempat kediaman yang sewajarnya dianggap sebagai tempat tinggal/ domisili (Pasal 17 ayat 2 KUH Per). 2. Pentingnya Domisili Pada dasarnya, domisili ini penting untuk diketahui karena: a. Untuk mengetaiui di mana seseorang harus menikah. 1) Menurut Pasal 3 PP No. 9/1975, setiap orang yang akan me- langsungkan perkawinan memberitahukan kehendaknya itu kepada pegawai pencatat di tempat perkawinan akan dilang- sungkan. 2) Menurut Pasal 76 KUH Per, perkawinan harus dilangsungkan di Kantor Pegawai Catatan Sipil tempat tinggal salah satu dari g 29 Mienisaictioittseii Dipindsi dengan CamScanner MUKUM PERDATA INDONESIA edu bolah pihak, 8) Menurut Pasal 77 ayat (1) KUM Per, apabila ta berhalangan ke Kantor Catatan Sipil tersebut, maka perkawinan boleh di- Jangsungkan dalam sebuah rumah yang terletak dalam daerah Pegawal Catatan Sipil yang bersangkutan, b. Untuk mengetahul di mana ia harus mengajukan gugatan pere ralan, 1) Menurut Pasal 20 PP 9/1975, gugatan perceraian diajukan oleh suami atau istri atau kuasanya kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat, Dalam, hal tempat kediaman tergugat tidak jelas atau tidak diketahuj atau tidak mempunyai tempat kediaman yang tetap, gugatan perceraian diajukan ke pengadilan di tempat kediaman peng. gugat, Dalam hal tergugat bertempat kediaman di luar negeri, ‘gugatan perceraian diajukan kepada pengadilan di tempat ke- diaman penggugat. Menurut Pasal 207 KUH Per, tuntutan perceraian diajukan ke Pengadilan Negeri di mana si suami mempunyai tempat ting- gal atau tempat kediaman sebenarnya. Jika si suami pada saat tersebut tidak mempunyai tempat tinggal atau tempat kediam- ansebenarnya, maka tuntutan harus diajukan pada Pengadilan Negeri tempat kediaman si istri sebenarnya. Untuk mengetahui pengadilan mana yang berwenang untuk meng- adili suatu perkara perdata seseorang, Menurut Pasal 118 HIR, gu- gatan perdata diajukan ke pengadilan negeri di mana tergugat ber- tempat tinggal atau tempat tinggal sebetulnya, Jika tergugat lebih dari seorang, sedang mereka tidak tinggal serumah, maka gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri di tempat tinggal salah seorang dari tergugat yang dipilih oleh penggugat. Bilamana tempat tinggal ter- gugat tidak diketahui, maka gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri di tempat tinggal penggugat berada, dd. Untuk mengetahui di mana ia harus mengikuti pemilihan umum, (Pemilu), apakah ia bertempat tinggal di Indonesia atau bertempat tinggal di luar negeri. e, Untuk mengetahui tempat pembayaran s 2 atu barang, Menurut Pasal 1393 ayat (2) KUH Per, pembayaran harus dilakukan di tem- pat tinggal si berpiutang dan di dalam hal lainnya di tempat tinggal si berutang, Dipindsi dengan CamScanner BAB 2 + HUKUM PLKOKANGAN Dengan domtkian, dontalll atau tempat tinyggal seneorang itu mem: Punyal arti yang sangat penting, Karena untuk menentukan atau mes nunjukkan satu tempat di mana berbagal perbuatan hukum haras atau dapat dilakukan, 3, Macam-macam Domisill Mengenal domisili atau tempat tinggal atau tempat kediaman se- seorang, Int dapat dibedakan dalam dua macam, yaltu: a. Tompat tnggal yang sesunggubnya ‘Tompat Unggal yang sesunggubnya adalah tempat Unggal di mana seseorang [tu sesungguhnya berada, Tempat tinggal atau tempat kediaman yang sesungguhnya int dapat dibedakan lagi atas dua macam, yaltuy 1) ‘Tempat tinggal bebas; ‘Tempat tinggal atau tempat kediaman yang be Jalah tempat tinggal yang tidak tau tidak tergantung pada orang lain, la bebas untuk menentukan tem- pat tnggalnya sendiri, ‘Tempat tinggal yang tidak beba npat tinggal atau tempat kedlaman yang dak bebas adalah tempat tinggal yang ter- dkat atau tergantung atau mengikutl tempat tinggal orang lain, Menurut Pasal 21-22 KUI Per, ada orang-orang yang mem- punyat domisili mengikutt domisill orang lain, yaitu : (a) Seorang istri mengikuti domisili suaminya. (b) An k yang belum dewasa mengikuti domisili orang- tua/wall mereka, (c) Orang dewasa yang ditaruh di bawah pengampuan meng: ikuti domisili pengampunya, (d) Para pekerja/buruh mengikuti domisili majikannya jika mereka tkut Unggal dalam rumah majikannya b, Tempat tinggal pilihan Dj samping tempat tinggal sesungguhnya, terdapat pula tempat tinggal/domisili yang dipilih, Hal int berhubungan dengan hal-hal dalam melakukan perbuatan hukum tertentu saja, dan dipilihlah tempat tinggal tertentu, Dalam suatu sengketa perdata di muka ha- Kim, kedua belah pthak yang berperkara atau salah satu dari me- reka, berhak bebas dengan suatu akta memilih tempat tinggal lain dari tempat tinggal mereka sebenarnya (Pasal 24 ayat 1 KUH Per), 2 Di samping itu menurut Pasal 23 KUH Per, rumah kematian se- oO 3 Dipindai dengan CamScanner MURUM PERDATA INDONESIA seorang yang telah meninggal dunia, dianggap terletak di mana si me. ninggal mempunyal tempat tinggalnya terakhir, Menurut Prof, Subekti, Pengertian “rumah kematian” yang sering dipakai dalam undang-un- dang tidak lain seperti “domisili penghabisan’ dari seseorang yang me- tinggal, Pengertian ini penting untuk menentukan hukum mana yang berlaku dalam soal warisan, dan hakim mana yang berkuasa mengadili perkara warisan itu.” © Subelti, Op. cit, him, 22, EL Dipindai dengan CamScanner

Anda mungkin juga menyukai