Buku KLA Kelompok 7
Buku KLA Kelompok 7
3
Sunan Gunung Dajti Bandung tahun perkuliahan 2021-
2022. Semuanya secara bersama-sama mengkaji keilmuan
dakwah terkhusus pada berbagai kajian yang berkaitan
dengan Komunikasi Lintas Agama. Kajian tersebut dicoba
dikaitkan dengan kajian tentang Moderasi Beragama.
Buku ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang
dilaksanakan oleh tim peneliti yang juga tim penulis buku
ini. Penulisan buku ini berkaitan dengan perkuliahan mata
kuliah Komunikasi Lintas Agama. Mata kuliah tersebut
tercantum dalam rangkaian perkuliahan pada program
Strata 2 (S2) Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam
(KPI) pada Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri
(UIN) Sunan Gunung Djati Bandung.
Penulisan buku ini merupakan salah satu bentuk
dalam proses pelaksanaan perkuliahan berbasis riset.
Penyusunan buku ini adalah sebuah usaha dalam rangka
menghubungkan antara kajian berbagai teori dalam
perkuliahan di kelas dengan berbagai kenyataan di
lapangan atau dalam kehidupan masyarakat. Komunikasi
Lintas Agama memang pasti sulit dicerna secara utuh oleh
mahasiswa jika tidak dipadukan dengan riset atau studi
lapangan. Sejatinya perkuliahan Komunikasi Lintas Agama
bukan perkuliahan yang penuh sesak oleh berbagai teori
saja. Studi lapangan menjadi keniscayaan agar semua teori
bisa dipahami secara utuh oleh mahasiswa. Studi lapngan
dan penyusunan buku ini sangat bernilai bagi mahasiswa
4
dalam menambah wawasan dan keimuan dakwah dan
sangat bermanfaat bagi dosen dalam rangka memperoleh
umpan balik dari penyampaian materi kuliah yang
disampaikan kepada para mahasiswa. Perkuliahan berbasis
riset mengalir secara terprogram juga alami karena seluruh
proses perkuliahannya betul – betul menuntut keterlibatan
aktif dosen dengan semua mahasiswanya.
Mata kuliah Komunikasi Lintas Agama sangat berciri
khas luwes dan dinamis. Artinya, kurikulum dan silabus
jelas tersedia, tetapi dua hal tersebut akan sangat
berkembang dinamis jika dosen dan mahasiswa secara
bersama melakukan riset. Sifat luwes dan dinamis ini
sangat sulit muncul jika perkuliahan hanya mengandalkan
kajian teori semata. Keluwesan dan dinamika kurikulum
dan silabus muncul dan berkembang pada setiap angkatan
perkuliahan. Setiap angkatan memiliki dinamika tersendiri
tergantung dengan situasi dan kondisi masyarakat serta
tema atau topik yang diangkat oleh tim peneliti pada saat
studi lapangan. Oleh karena itu teori yang muncul dalam
perkuliahan dengan sendirinya juga bersifat dinamis.
Namun demikian perkuliahan Komunikasi Lintas Agama
biasanya berbasis teori tentang, sosiologi, sosiologi
dakwah, komunikasi, komunikasi dakwah dan sedikit
bersinggungan juga dengan manajemen komunikasi.
Secara kontekstual perkuliahan dan kajian Komunikasi
Lintas Agama dengan mudah terhubung dengan kajian
tentang Moderasi Beragama. Dalam konteks
5
ke-Indonesiaan saat sekarang, dua kajian besar tersebut
sangat besar manpaatnya bagi kemajuan dan keutuhan
bangsa.
Perkuliahan dan penulisan buku Kominikasi Lintas
Agama ini juga merupakan salah satu usaha dari dosen dan
mahasiswa untuk mewujudkan visi besar UIN Sunan
Gunung Djati Bandung yaitu Wahyu Memandu Ilmu.
Perkuliahan selalu mendasarkan kajian dan pemikiran pada
berbagai teks tentang dakwah baik dalam Al-Quran
maupun As-Sunnah. Berbagai teori yang dirujuk bersifat
penguatan dalam kemunculan dan dinamika pemikiran
pada saat diskusi antara sesama mahasiswa dan antar
dosen dengan mahasiswa. Penulisan dan perkuliahaan
Komunikasi Lintas Agama yang berbasis riset ini juga
merupakan salah satu bentuk dari konsep Merdeka Belajar
Kampus Merdeka (MBKM). Dosen dan mahasiswa
merasakan betul atmosfir dan nuansa kemerdekaan berfikir
dan berekspresi dalam proses perkuliahan. Kemerdekaan
dalam belajar lebih terasa lagi pada saat mahasiswa terjun
langsung dalam studi lapangan. Pada saat di lapangan
itulah mahasiswa bertemu dengan berbagai tokoh
masyarakat dan para pelaku dakwah, yang dengan
sendirinya mereka menjadi “dosen” bagi para mahasiswa
dalam perkuliahan Komunikasi Lintas Agama.
Buku ini disusun dengan harapan bisa menjadi
pemicu dan pemacu kualitas dalam proses perkuliahan
6
Komunikasi Lintas Agama yang diselenggarakan oleh
Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN
Sunan Gunung Djati Bandung dan seluruh program studi
serupa di berbagai UIN, IAIN, STAIN atau Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAI) se-Indonesia yang menyelengarakan
perkuliahan Komunikasi Lintas Agama. Dengan demikian
penulisan buku ini diharapkan menjadi sumbangan
pemikiran dalam pengembangan keilmuan Komunikasi
Penyiaran Islam (KPI) pada khususnya dan pengembangan
ilmu sosial pada umumnya. Penulisan buku ini juga
diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dan semakin
memperkuat perwujudan Moderasi beragama di Indonesia.
Secara praktis penyusunan dan penerbitan buku ini juga
merupakan sumbangan bahan dalam akreditasi Pergram
Studi Komunikasi Penyiaran Islam S2 Pasca Sarjana UIN
Sunan Gunung Djati Bandung.
Buku ini akan sangat bermanfaat bagi para
mahasiswa di berbagai perguruan tinggi keagamaan Islam
(PTKI) bahkan semua Perguruan Tinggi Keagamaan di
Indonesia. Hal ini mengingat bahwa buku tentang
Komunikasi Lintas Agama masih sangat jarang ditemukan
di berbagai perpustakaan dan toko buku. Diharapkan juga
di masa depan semakin banyak peminat dan pengkaji
Komunikasi Lintas Agama, yang didukung oleh para
penerbit untuk menerbitkan buku serupa.
7
Penyusunan buku ini diawali dengan kajian teoritis
tentang Komunikasi Lintas Agama dan berbagai teori yang
berkaitan dengan topik atau tema yang diangkat pada saat
studi lapangan terutama yang berkaitan dengan moderasi
beragama. Bagian berikut dari buku ini adalah model
Komunikasi Lintas Agama dan Moderasi Beragama. Di
dalamnya bisa disimak dan dicermati berbagai data yang
berkaitan dengan bentuk nyata dari Komunikasi Lintas
Agama dalam memperkuat Moderasi Beragama yang ada
dalam kehidupan masyarakat. Data yang terungkap untuk
sementara masih berupa data dasar dan data awal.
Diharapkan dalam studi dan penyusunan buku berikutnya
data–data yang diangkat bisa lebih berkembang lagi, dalam
arti semakin menggambarkan proses dan dinamika
Komunikasi Lintas Agama dan Moderasi Beragama yang
berkaitan dengan pemikiran, ide, gagasan bahkan sikap
yang diungkapkan oleh para tokoh masyarakat lintas
agama atau lintas keyakinan beserta situasi dan kondisi
nyata sekitar kehidupan mereka. Namun demikian data-
data yang diperoleh dan disajikan dalam buku ini mulai
menggambarkan sebuah pemetaan kehidupan sosial
keagamaan yang bisa menjadi dasar dalam penyusunan
program dakwah program pembangunan bagi semua umat
beragama.
Secara sadar dan sengaja, kajian teoritis dan studi
lapangan yang menjadi materi utama buku ini, mencoba
8
menghubungkan antara Komunikasi Lintas Agama dengan
Moderasi Beragama. Dua hal besar tersebut saat ini
menjadi perhatian utama dari berbagai pihak. Terutama
dari para pemangku kebijakan pembangunan. Dapat
dikatakan bahwa, Komunikasi Lintas Agama akan
memperkuat Moderasi Beragama. Sebaliknya Moderasi
Beragama menggambarkan bahwa Komunukasi Lintas
Agama berlangsung di tengah kehidupan masyarakat.
Berbagai persoalan kebangsaan saat sekarang
mencuat di berbagai belahan dunia dan di berbagai negara
termasuk di Indonesia. Contoh persoalan tersebut adalah
konflik sosial, radikalisme dan terorisme. Dua hal tersebut
disebabkan oleh antara lain Komunikasi Lintas Agama dan
Moderasi Beragama yang tersumbat dan terhambat.
Keterhambatan tersebut akan semakin menguat jika diiringi
oleh sikap hidup beragama yang ekslusif. Kehadiran buku
ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi semua
komponen bangsa bahwa keutuhan dan kemajuan bangsa
dan negara Indonesia akan semakin kokoh jika semua
pihak memahami dan mengedepankan Moderasi Beragama
yang ditopang oleh Komunikasi Lintas Agama.
Indonesia, sebagai negara besar yang dihuni oleh
bangsa yang majemuk atau heterogen. Majemuk atau
beragam pada sisi Bahasa, budaya, suku bangsa dan
agama. Sifat kemajemukan tersebut pada satu sisi bisa
menjadi sumber konflik jika tidak dibarengi oleh filosofi
kehidupan
9
yang mampu menjiwai rasa persatuan. Pada sisi lain sifat
kemajemukan tersebut merupakan potensi yang luar biasa
besar dan berharga jika semua komponen bangsa
menyadari potensi tersebut untuk mencapai kemajuan.
Kemajuan dalam keutuhan bangsa yang majemuk seperti
Indonesia, bisa sangat mudah terwujud jika semua
komponen bangsa terutama umat dan tokoh agama bisa
mewujudkan persatuan dan kerukunan melalui dialog yang
teratur dan terukur. Dialog seperti itu akan berlangsung
dengan berbagai model Komunikasi Lintas Agama yang
beriringan dengan sikap moderat dalam beragama.
Indonesia terkenal sebagai negara yang
masyarakatnya sangat religius. Religiusitas atau tingkat
keberagamaan bangsa Indonesia mewarnai sifat
kemajemukan bangsa Indonesia. Semua sendi kehidupan
bangsa Indonesia dijiwai dan diwarnai oleh keberagamaan
masyarakat. Secara konstitusional kemerdekaan beragama
dilindungi oleh undang-undang. Semua tokoh agama
dituntut untuk mampu mewujudkan kehidupan yang
seimbang antara kebebasan beragama dengan komitmen
kebangsaan dalam rangka mewujudkan keutuhan bangsa
dan kemajuan yang beradab.
Keberadaban bangsa Indonesia bisa tegak dengan
melalui kemampuan memadukan antara nilai kemuliaan
agama dengan nilai kemaslahatan dan ketenteraman
masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa cara
10
terbaik yang bisa ditampilkan oleh bangsa Indonesia dalam
menjaga keluhuran nilai agama dan memelihara
kehormatan bangsa adalah dengan Moderasi Beragama.
Sikap moderat dalam beragama termaksud akan semakin
tumbuh dengan melakukan Komunikasi Lintas Agama.
Kesadaran akan betapa kepentingan dan semangat
Moderasi Beragama yang dikemas dengan Komunikasi
Lintas Agama seperti dipaparkan diatas memerlukan
sumbangan para pemikir keagamaan dan para peneliti
masalah sosial dalam mengkaji, dan menelitinya. Dapat
dikatakan bahwa kehadiran buku ini merupakan
sumbangan pemikiran seperti yang dimaksudkan. Tentu
saja masih sederhana dan sangat memerlukan dukungan
dari berbagai pihak yang mendukung Moderasi Beragama
melalui Komuniukasi Lintas Agama.
Kesederhanaan kemampuan untuk mengkaji
berbagai peristiwa yang berkaitan dengan Komunikasi
Lintas Agama dan Moderasi Beragama dengan jujur diakui
oleh semua anggota tim penulis buku ini. Pada sisi lain
keinginan yang sangat besar untuk berkiprah dalam
pengembangan keilmuan dan berpartisipasi dalam
pembanunan bangsa juga dimiliki oleh tim tersebut. Oleh
karena itu peluang dan kesediaan para pembaca dan
para pelaku kebijakan untuk mengkritisi buku ini munjadi
sangat terbuka. Harapan besarnya tentu saja adalah kajian
tentang Komunikasi Lintas Agama dan Moderasi Beragama
akan semakin berkembang
11
seiring dengan keberagamaan masyarakat yang semakin
inklusif dan moderat.
Diharapkan perkuliahan, pelaksanaan studi lapangan dan
penyusunan buku Komunikasi Lintas Agama ini dicatat
sebagai amal ibadah oleh Alloh subhanahu wataala dan
bermanfaat bagi seluruh lapisan umat beragama dan
seluruh masyarakat Indonesia.
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum
14
Pada masa Pemerintahan Anggadiredja III (1763-1794)
Kabupaten Bandung disatukan dengan Timbanganten, bahkan
pada tahun 1786 dia memasukkan Batulayang ke dalam
pemerintahannya. Juga pada masa Pemerintahan Adipati
Wiranatakusumah II (1794-1829) inilah ibu kota Kabupaten
Bandung dipindahkan dari Karapyak (Dayeuhkolot) ke tepi
sungai Cikapundung atau alun-alun Kota Bandung sekarang.
Pemindahan ibu kota itu atas dasar perintah dari Gubernur
Jenderal Hindia Belanda Daendels tanggal 25 Mei 1810, dengan
alasan daerah baru tersebut dinilai akan memberikan prospek
yang lebih baik terhadap perkembangan wilayah tersebut.
Setelah kepala pemerintahan dipegang oleh Bupati
Wiranatakusumah IV (1846-1874), ibu kota Kabupaten
Bandung berkembang pesat dan beliau dikenal sebagai bupati
yang progresif. Dialah peletak dasar master plan Kabupaten
Bandung, yang disebut Negorij Bandoeng. Tahun 1850 dia
mendirikan pendopo Kabupaten Bandung dan Mesjid Agung.
Kemudian dia memprakarsai pembangunan Sekolah Raja
(Pendidikan Guru) dan mendirikan sekolah untuk para menak
(Opleiding School Voor Indische Ambtenaaren). Atas jasa-
jasanya dalam membangun Kabupaten Bandung di segala
bidang beliau mendapatkan penghargaan dari Pemerintah
Hindia Belanda berupa Bintang Jasa, sehingga masyarakat
menjulukinya dengan sebutan Dalem Bintang. Di masa
pemerintahan R. Adipati Kusumahdilaga, rel kereta api mulai
dibangun, tepatnya tanggal 17 Mei 1884. Dengan masuknya rel
kereta api ini ibu kota Bandung kian ramai. Penghuninya bukan
hanya pribumi, bangsa Eropa, dan Cina pun mulai menetap di
15
ibu kota, dampaknya perekonomian Kota Bandung semakin
maju. Setelah wafat penggantinya diangkat R.A.A.
Martanegara, bupati inipun terkenal sebagai perencana kota
yang jempolan. Martanegara juga dianggap mampu
menggerakkan rakyatnya untuk berpartisipasi aktif dalam
menata wilayah kumuh menjadi permukiman yang nyaman.
Pada masa pemerintahan R.A.A. Martanegara (1893-1918) ini
atau tepatnya pada tanggal 21 Februari 1906, Kota Bandung
sebagai ibu kota Kabupaten Bandung berubah statusnya
menjadi Gementee (Kotamadya). Periode selanjutnya Bupati
Bandung dijabat oleh Aria Wiranatakusumah V (Dalem Haji)
yang menjabat selama 2 periode, pertama tahun 1912-1931
sebagai bupati yang ke-12 dan berikutnya tahun 1935-1945
sebagai bupati yang ke-14. Pada periode tahun 1931-1935 R.T.
Sumadipradja menjabat sebagai Bupati ke-13. Selanjutnya
bupati ke-15 adalah R.T.E. Suriaputra (1945-1947) dan
penggantinya adalah R.T.M. Wiranatakusumah VI alias Aom
Male (1948-1956), kemudian diganti oleh R. Apandi Wiriadipura
sebagai bupati ke-17 yang dijabatnya hanya 1 tahun (1956-
1957). Bupati berikutnya adalah Letkol. R. Memet Ardiwilaga
(1960-1967). Kemudian pada masa transisi (Orde Lama ke
Orde Baru) dilanjutkan oleh Kolonel Masturi. Pada masa
Pimpinan Kolonel R.H. Lily Sumantri tercatat peristiwa penting
yaitu rencana pemindahan ibu kota Kabupaten Bandung yang
semula berada di Kotamadya Bandung ke Wilayah Hukum
Kabupaten Bandung, yaitu daerah Baleendah. Peletakan batu
pertamanya pada tanggal 20 April 1974, yaitu pada saat Hari
Jadi Kabupaten Bandung yang ke-333. Rencana pemindahan
16
ibu kota tersebut berlanjut hingga jabatan bupati dipegang
oleh Kolonel R. Sani Lupias Abdurachman (1980-1985). Atas
pertimbangan secara fisik geografis, daerah Baleendah tidak
memungkinkan untuk dijadikan sebagai ibu kota kabupaten,
maka ketika jabatan bupati dipegang oleh Kolonel H.D.
Cherman Affendi (1985-1990), ibu kota Kabupaten Bandung
pindah ke lokasi baru yaitu Kecamatan Soreang. Di tepi Jalan
Raya Soreang, tepatnya di Desa Pamekaran inilah dibangun
Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung seluas 24 hektare,
dengan menampilkan arsitektur khas gaya Priangan.
Pembangunan perkantoran yang belum rampung seluruhnya
dilanjutkan oleh bupati berikutnya yaitu Kolonel H.U.
Djatipermana, sehingga pembangunan tersebut memerlukan
waktu sejak tahun 1990 hingga 1992. Tanggal 5 Desember
2000, Kolonel H. Obar Sobarna, S.I.P. terpilih oleh DPRD
Kabupaten Bandung menjadi Bupati Bandung dengan
didampingi oleh Drs. H. Eliyadi Agraraharja sebagai Wakil
Bupati. Sejak itu, Soreang betul-betul difungsikan menjadi
pusat pemerintahan. Pada tahun 2003 semua aparat daerah,
kecuali Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, Dinas
Kebersihan, Kantor BLKD, dan Kantor Diklat, sudah resmi
berkantor di kompleks perkantoran Kabupaten Bandung. Pada
periode pemerintahan H. Obar Sobarna, S.I.P. yang pertama
telah dibangun Stadion Olahraga Si Jalak Harupat, yaitu stadion
bertaraf internasional yang menjadi kebanggaan masyarakat
Kabupaten Bandung. Selain itu, berdasarkan aspirasi
masyarakat yang diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 22
tahun 1999, Kota Administratif Cimahi berubah status menjadi
17
kota otonom.
18
3. Situasi Alam Lembang
Lembang merupakan daerah dataran yang banyak
terdapat destinasi wisata. Dibawah ini adalah beberapa
destinasi wisata yang bisa kita kunjungi yang berlokasi di
daerah Lembang
• Situ Sa'i, mata air alam yang sudah tua dan terkenal karena
kejernihannya, sekarang dijadikan sebagai salah-satu
sumber air yang disalurkan ke kota Bandung oleh PDAM
setempat. Disediakan fasilitas pemandian umum agar
pengunjung tidak mandi disana.
20
Gunung Tangkuban Perahu juga tembus ke Ciburial dan
Cikole. Bisa dijadikan tujuan untuk olahraga pagi, berjalan
dari kaki bukit sampai ke puncaknya memakan waktu
hanya satu jam.
21
Pada tahun 2021 jumlah penduduk Kecamatan
Lembang berjumlah 189.789 jiwa dengan jumlah
penduduk laki-laki sebesar 96.481 jiwa sedangkan jumlah
penduduk perempuan
22
sebesar 93.308 jiwa.
23
Persentase Penduduk menurut Jenis Kelamin dan
Kelompok Umur (Persen), 2020-2021
Persetase Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jenis dan Kelompok Umur
Kelamin 0 - 14 15 – 64 65+
2019 2020 2019 2020 2019 2020
Laki-Laki 24,46 24,21 71,25 71,28 4,30 4,51
Perempuan 23,79 23,49 71,24 71,33 4,97 5,18
Total 24,12 23,82 71,25 71,31 4,63 4,85
Tabel 1.3.
Sumber: Badan Pusat Statisik Kecamatan Lembang
24
25
26
Tentang Penulis
27
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PW NU) Jawa Barat.
Sejak tahun 1987 sampai sekarang, penulis menjadi dosen
tetap di lingkungan UIN Sunan Gnung Djati Bandung. Saat
ini penulis menjadi dosen pada Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. Sejak tahun 2015 aktif menjjadi dosen pada
Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam pada Program
Pasca Sarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pada
Prodi inilah penulis menampu mata kuliah Komunikasi
Lintas Agama.
Beberapa karya ilmiah yang berupa buku pernah
ditulisnya, antara lain adalah: Metode Penelitian
Komunikasi (Pustaka Setia), Komunikasi Pemerintahan
(Pustaka Setia), Manajemen Komunikasi (Pustaka Setia,
Pengantar Retorika (Pustaka Setia), Sistem Sosial Budaya
di Indonesia (Pustaka Setia), Filsafat Posmodern (Pustaka
Setia) dan Tionghoa, Dakwah dan Keindonesiaan (Mimbar
Pustaka).
28
Supari lahir di Palembang 11 Juni 1986. Terlahir dari
seorang ibu bernama Kadmi’ah dan ayah yang bernama
Karsidi.
Setelah menamatkan pendidikan SDN 37 OKU Baturaja
Sumatera Selatan tahun pada tahun 1999, penulis
meneruskan pendidikan ke jenjang Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama di SLTP N 14 OKU Baturaja Sumatera
Selatan dan tamat tahun 2002. Pada tahun 2002
meneruskan Pendidikan ke Jenjang Sekolah Menengah
Umum di SMU N 2 OKU Baturaja Sumatera Selatan dan
tamat pada tahun 2005. Pada tahun 2007 meneruskan
pendidikan ke jenjang perguruan tinggi dengan masuk ke
Politeknik YPPB Belitang OKU Timur Sumatera Selatan
sampai tamat tahun 2010. Pada tahun 2010 melanjutkan
kuliah S1 di STT Mandala Bandung dan lulus pada tahun
2012. Tepat di pertengahan tahun 2021 penulis
melanjutkan program S2 dengan mengambil Program
Komunikasi dan Penyiaran Islam di Pasca Sarjana UIN
Sunan Gunung Djati Bandung.
Kegiatan organisasinya diikuti di internal dan eksternal
perguruan tinggi. Seperti Lembaga Dakwah Kampus di
STT Mandala Bandung dan sekarang masih aktif seni bela
diri Tarung Derajat di Nurul Fikri Boarding School
Lembang tempat penulis mengabdikan diri.
29
30