Anda di halaman 1dari 213

NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN PROFETIK PESERTA DIDIK

PADA PEMBELAJARAN JARAK JAUH MASA PANDEMI


COVID-19 (STUDI KASUS PADA PESERTA DIDIK KELAS
SEBELAS (XI) MADRASAH ALIYAH AL’IMAROH DALAM
MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Sebagai Salah Satu
Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh:
Halimaturrahmi
(11160110000050)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FALKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M/1442 H
ABSTRACT
Halimaturrahmi (NIM: 11160110000050). The Values of Students' Prophetic
Leadership in Distance Learning During the Covid-19 Pandemic (Case Study
of Eleventh Grade Students (XI) Madrasah Aliyah Al'Imaroh in Akidah
Akhlak Subjects).

In the view of Islam, leadership is not merely a form of legitimacy for the
position given by others to trusted people. But more than that, Islam views that
leadership is a form of nature that Allah SWT has given to humans as His servants
to be able to lead themselves, others, even the universe. This study aims to
determine how the implementation of the values of prophetic leadership in
students during the Covid-19 distance learning period which is analyzed through
the prophetic leadership typology of the Prophet Muhammad SAW which
includes aspects of shiddiq, amanah, tabligh, and fathanah.
The research method used in the study is a qualitative research method that
is instrumental case study type which is approached using interview and
observation techniques. Based on the results of the observations that have been
made, the implementation of prophetic leadership values in MA Al'Imaroh class
XI students as a whole has led to the prophetic leadership typology of the Prophet
Muhammad SAW. The value of prophetic leadership that appears in students
during the distance learning period can be seen through honest values, responsible
values, and integrity values which are the key aspects of shiddiq. The value of
responsibility, discipline value, and visionary value, for the aspect of mandate.
The value of relationship, the value of courage, and the value of being open (open
minded) are the key aspects of tabligh. As for the value of emotional intelligence,
the value of intellectual intelligence, and the value of spiritual intelligence are the
key aspects of fathanah that are in students while carrying out learning akidah
morals remotely during the Covid-19 pandemic.

Keywords: Prophetic Leadership, Shiddiq, Amanah, Tabligh, and Fathanah.

i
ABSTRA

Halimaturrahmi (NIM: 11160110000050). Nilai-Nilai Kepemimpinan


Profetik Peserta Didik Pada Pembelajaran Jarak Jauh Masa Pandemi
Covid-19 (Studi Kasus Pada Peserta Didik Kelas Sebelas (XI) Madrasah
Aliyah Al’Imaroh Dalam Mata Pelajaran Akidah akhlak).

Dalam pandangan agama Islam, kepemimpinan bukan merupakan suatu


bentuk legitimasi jabatan semata yang diberikan oleh orang lain kepada orang
yang dipercaya. Namun lebih dari itu, agama Islam memandang bahwa
kepemimpinan merupakan salah satu bentuk fitrah yang Allah SWT berikan
kepada manusia selaku hamba-Nya untuk mampu memimpin diri sendiri, orang
lain, bahkan alam semesta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan nilai-nilai kepemimpinan profetik pada diri peserta didik di masa
pembelajaran jarak jauh covid-19 yang dianalisis melalui tipologi kepemimpinan
profetik Nabi Muhammad SAW yang meliputi aspek shiddiq, amanah, tabligh,
dan fathanah.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode
penelitian kualitatif yang berjenis instrumental case study yang didekati dengan
menggunakan teknik wawancara serta observasi. Berdasarkan hasil pengamatan
yang telah dilakukan, pelaksanaan nilai-nilai kepemimpinan profetik pada peserta
didik MA Al‟Imaroh kelas XI secara keseluruhan sudah mengarah kepada
tipologi kepemimpinan profetik Nabi Muhammad SAW. Nilai kepemimpinan
profetik yang tampak pada diri peserta didik selama masa pembelajaran jarak jauh
dapat dilihat melalui nilai jujur, nilai responsible, dan nilai integritas menjadi
kunci aspek shiddiq. Nilai tanggung jawab, nilai disiplin, serta nilai visioner,
untuk aspek amanah. Nilai relationship, nilai keberanian, serta nilai terbuka (open
minded) menjadi kunci aspek tabligh. Adapun nilai kecerdasan emosi, nilai
kecerdasan intelektual, serta nilai kecerdasan spiritual menjadi kunci aspek
fathanah yang ada pada diri peserta didik selama melaksanakan pembelajaran
akidah akhlak secara jarak jauh di masa pandemi covid-19.

Kata Kunci : Kepemimpinan Profetik, Shiddiq, Amanah, Tabligh, dan


Fathanah.

ii
KATA
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi rabbil „alamin segala puji bagi
Allah subhanallahu wa ta‟ala yang telah memberikan nikmat serta karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi dalam rangka memenuhi
syarat untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan judul Nilai-Nilai Kepemimpinan Profetik Peserta
Didik Pada Pembelajaran Jarak Jauh Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus
Pada Peserta Didik Kelas Sebelas (XI) Madrasah Aliyah Al’Imaroh Dalam
Mata Pelajaran Akidah Akhlak).
Penulis sangat menyadari bahwa dalam melakukan dan menyelesaikan
skripsi ini tentu tidak akan pernah terlepas dari banyaknya bantuan, dukungan
serta doa yang tulus dan ikhlas dari banyak pihak. Oleh karena itu sebagai rasa
hormat serta bentuk terimakasih penulis, penulis ingin mengucapakan rasa
terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang selama ini telah
berperan membantu penulis untuk menyelesai tugas skripsi ini, anatara lain:
1. Dr. Sururin, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) yang telah mendedikasikan diri untuk mengatur segala kebutuhan
mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta.
2. Drs. Abdul Haris, M. Ag, selaku ketua program studi Pendidikan Agama
Islam (PAI) dan juga selaku dosen yang selama perkuliahan telah
memberikan ilmu yang banyak dan bermanfaat kepada penulis.
3. Drs. Rusdi Jamil, M. Ag, selaku sekretasis jurusan pendidikan agama
islam dan juga selaku dosen yang selama perkuliahan telah memberikan
ilmu yang banyak dan bermanfaat kepada penulis.
4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada para dosen jurusan pendidikan
agama islam yang telah memberikan ilmu serta pengalaman yang berharga
kepada penulis.

iii
i

5. Para staf jurusan pendidikan agama islam yang telah membantu penulis
dalam hal administrasi.
6. Yudhi Munadi, M. Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah tulus
dan ikhlas dalam mencurahkan waktu, tenaga, serta pikirannya untuk
memberikan bimbingan kepada penulis hingga akhir proses
terselesaikannya tugas skripsi.
7. Teruntuk orangtua, bapak Yelmi Suhendra dan ibu Armaini serta adik-adik
tercinta yang selama ini telah menjadi motivator untuk penulis serta
menjadi salah satu alasan terbesar bagi penulis untuk tetap semangat
dalam menyelsaikan skripsi.
8. Keluarga besar Madrasah Aliyah Al‟Imaroh, khususnya kepada bapak
Drs. Slamet Pribadi selaku kepala Madrasah Aliyah Al‟Imaroh yang telah
bersedia menerima dan mengizinkan penulis untuk melaksanakan proses
penelitian di MA Al‟Imaroh.
9. Ustadz Muhamad Sibghotulloh, M.Pd.I, selaku wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan yang telah banyak membantu penulis dalam
melaksanakan proses penelitian.
10. Ibu Hoiriyah, S.Pd, selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang
selama proses penelitian telah banyak mambantu penulis dalam
memberikan arahan serta informasi data penelitian.
11. Bapak Endang Sumantri, S. Pd. I selaku guru bidang studi akidah akhlak
kelas sebelas (XI) yang telah membantu penlis dalam mmeberikan data
penelitian.
12. Siswa-siswi Madrasah Aliyah Al‟Imaroh, khususnya kelas XI (sebelas)
yang telah tulus ikhlas memberikan bantuan serta kontribusi waktu dan
kesediaannya kepada penulis, sehingga penulis bisa melaksanakan
penelitian dan menyelesaikan skripsi ini di tengah banyaknya keterbatasan
akibat kondisi pandemi covid-19.
13. Teman-teman seperjuangan jurusan pendidikan agama islam tahun 2016
khususnya PAI B, terimakasih telah menjadi teman, sahabat, sekaligus
keluarga yang baik untuk penulis, khususnya Sofiah, Ridha Rofidhah,
v

Nayla Elfasya, Fiki Umaidah, serta teman-teman lainnya yang tidak bisa
penulis sebutkan satu per satu namun tidak sedikitpun mengurangi rasa
sayang penulis terhadap kalian.
14. Teman-teman seperjuangan yang berada di Himpunan Qari dan Qari‟ah
Mahasiswa (HIQMA) UIN Srarif Hidayatullah Jakarta khususnya tahun
2016.
15. Teruntuk Lutfiyah Wardaningrum, Meliana, dan kak Ayuni Revita, S.S,
terimakasih selama perjuangan ini kalian telah banyak membantu penulis
dalam memberikan bantuan, support serta doa yang tulus sehingga penulis
bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
16. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
secara langsung atau tidak langsung telah turut membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi. Jazakumullah Khair.

Dengan segala keterbatasan serta kesadaran penulis sebagai manusia biasa,


penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini mungkin penulis
masih memiliki banyak kekurangan dan mungkin penulis juga pernah melakukan
kesalahan yang tidak penulis sadari. Semoga dengan segala kerendahan hati serta
rasa maklum dari para pembaca, hasil penelitian ini bisa diterima dan
dipergunakan dengan baik dan semestinya serta dapat bermanfaat untuk kita
semua. Aamiin ya Rabbal „alamin.

Jakarta, 29 Desember 2020


Penyusun,
Halimaturrahmi
DAFTAR ISI

ABSTRACK..................................................................................................................i
ABSTRAK.....................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Identifikasi masalah.............................................................................................10
C. Pembatasan masalah.............................................................................................10
D. Rumusan masalah.................................................................................................11
E. Tujuan Penelitian.................................................................................................11
F. Manfaat Penelitian...............................................................................................12
BAB II KAJIAN TEORI...............................................................................................13
A. Kajian Teori.......................................................................................................13
1. Pembelajaran Jarak Jauh................................................................................13
a. Pengertian Pembelajaran Jarak Jauh........................................................13
b. Tujuan Pembelajaran Jarak Jauh..............................................................16
c. Prinsip Pembelajaran Jarak Jauh..............................................................17
d. Karakteristik Pembelajaran Jarak Jauh....................................................20
2. Kepemimpinan Profetik.................................................................................25
a. Pengertian Kepemimpinan.......................................................................25
b. Kepemimpinan Dalam Islam....................................................................29
c. Pengertian Kepemimpinan Profetik.........................................................35
3. Tipologi Kepemimpinan Profetik..................................................................37
a. Shiddiq......................................................................................................38
b. Amanah.....................................................................................................40
c. Tabligh.....................................................................................................42

vi
vii

d. Fathanah..................................................................................................43
B. Hasil Penelitian Yang Relevan............................................................................46
C. Kerangka Berpikir................................................................................................47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................49
A. Waktu dan Tempat Penelitian..............................................................................49
B. Metode Penelitian................................................................................................49
C. Sumber Data Penelitian.......................................................................................50
D. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................53
E. Teknik Pengecekan Keabsahan Data...................................................................55
F. Teknik Analisis Data...........................................................................................57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................60
A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Al’Imaroh............................................60
1. Profil Madrasah Aliyah Al‟Imaroh..............................................................60
2. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Madrasah Aliyah Al‟Imaroh................60
3. Data Guru dan Data Siswa Madrasah Aliyah Al‟Imaroh.............................61
4. Kegiatan Pembiasaan Siswa Madrasah Aliyah Al‟Imaroh
Selama Masa Pembelajaran Jarak Jauh........................................................64
B. Deskripsi dan Pembahasan Data Penelitian....................................................65
1. Pelaksanaan Nilai-Nilai Shiddiq Pada Diri Peserta Didik
Selama Pembelajaran Jarak Jauh..................................................................65
2. Pelaksanaan Nilai-Nilai Amanah Pada Diri Peserta Didik
Selama Pembelajaran Jarak Jauh..................................................................75
3. Pelaksanaan Nilai-Nilai Tabligh Pada Diri Peserta Didik
Selama Pembelajaran Jarak Jauh..................................................................90
4. Pelaksanaan Nilai-Nilai Fathanah Pada Diri Peserta Didik
Selama Pembelajaran Jarak Jauh................................................................103
BAB V PENUTUP.......................................................................................................125
A. Kesimpulan........................................................................................................125
B. Saran..................................................................................................................126
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................129
LAMPIRAN.................................................................................................................135
DAFTAR

Gambar 5.1 Observasi Saat Melakukan Pembelajaran Online dari Rumah..................189

Gambar 5.2 Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Akidah akhlak Secara Online........190

Gambar 5.3 Observasi Kerja Kelompok Siswa.............................................................190

Gambar 5.4 Wawancara dengan Kepala Sekolah..........................................................191

Gambar 5.5 Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan................191

Gambar 5.6 Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum................191

Gambar 5.7 Wawancara dengan Guru Bidang Study Akidah Akhlak..........................192

Gambar 5.8 Wawancara dengan Para Responden (Siswa/I Kelas XI)..........................193

Gambar 5.9 Dokumentasi Laporan Kegiatan Ibadah Harian Siswa Kelas XI...............195

Gambar 5.10 Dokumentasi Absensi Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak........197

viii
DAFTAR

Lampiran 1 Pedoman Observasi..........................................................................135

Lampiran 2 Pedoman Wawancara.......................................................................140

Lampiran 3 Transkip Wawancara........................................................................143

Lampiran 4 Bukti Observasi................................................................................189

Lampiran 5 Bukti Wawancara.............................................................................191

Lampiran 6 Bukti Dokumentasi...........................................................................193

Lampiran 7 Lembar Surat Keterangan Penelitian................................................198

ix
BAB
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara substansi manusia dan pendidikan merupakan dua hal yang
saling berhubungan dan tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan
manusia.1 Permulaan dari adanya hubungan antara pendidikan dan
manusia dapat terjadi karena adanya kebutuhan manusia untuk
mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya sampai kepada
titik optimal perkembangannya2. Macam-macam potensi yang akan
dikembangkan dalam proses pendidikan diantaranya adalah potensi sosial-
emosi, potensi intelektual, potensi moral, kreatifitas dan spirualitas.3
Dengan adanya perkembangan segala potensi manusia tersebut pada
akhirnya semua ini akan berujung pada tujuan akhir penciptaan manusia
sebagai hamba Allah SWT yakni untuk mampu menjalankan tugasnya
sebagai khalifatullah di muka bumi.4 Maka dari itu, sebagai makhluk
yang telah diberi kelebihan akal oleh Allah swt, maka sudah menjadi suatu
keharusan bagi setiap manusia untuk mampu mengeloa, mengatur,
menjaga, serta merawat bumi guna kedamaian hidup bersama. Dengan
demikian, berdasarkan adanya keterkaitan antara manusia, pendidikan dan
kepemimpinan dalam konsep Islam, maka penulis ingin menyimpulkan
bahwa sejatinya setiap manusia yang diciptakan oleh Allah di muka bumi
ini telah memiliki fitrah untuk menjadi seorang pemimpin dan perihal
kepemimpinan ini akan dimulai dari diri pribadi menuju kepada hal
memimpin orang lain.

1
Amos Neolaka Dan Grace Amialia. A, Landasan Pendidikan: Dasar Pengenalan Diri
Menuju Perubahan Hidup, (Depok: Kencana, 2017), h. 257.
2
Ibid., h. 7.
3
Nur Kholik, Terobosan Baru Membentuk Manusia Berkarakter Di Abad 21,
(Tasikmalaya: Edu Publisher, 2020), h. 121.
4
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Dan Terjemahnya, (Bandung:
Syamil Qur‟an), h. 6.

1
2

Kepemimpinan sejatinya telah ada dalam diri setiap manusia dan telah
menyentuh berbagai aspek kehidupan sosial manusia, mulai dari keluarga,
organisasi, institusi, sekolah, sampai kepada lembaga pemerintahan.
Dalam konteks manajemen, kepemimpinan merupakan suatu hal yang
penting dalam suatu organisasi. Dengan adanya kepemimpinan, segala
macam aktivitas yang dilakukan oleh para anggota organisasi dapat
dipantau dengan baik oleh pemimpin agar sejalan dengan visi yang telah
ditentukan. Selain itu, seorang pemimpin juga harus harus mampu
memiliki kemampuan untuk mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan
dan mengimplementasikan pemikirikan-pemikiran yang ideal dalam suatu
organisasi agar mampu mengarahkan para anggotanya pada suatu tujuan.
Sehingga dalam konsep kepemimpinan ada suatu bentuk tanggung jawab
yang harus dipertanggung jawabkan oleh seorang pemimpin atas apa yang
menjadi tanggungannya dan hal ini telah disebutkan dalam sabda Nabi
SAW,

... ‫و عن رع ه‬Sُ‫أَ ََل ك ْ راعٍ وك ْ هسئ‬


‫َّي ِت‬ ‫ل‬ ‫ لُ ن‬, ‫ل ن‬
ّ
‫ك‬ ‫ك‬
Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan
dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin, .....
(HR. Bukhari no. 7138)5

Berdasarkan kutipan hadis di atas dapat menjadi suatu pernyataan


yang jelas bahwa konsep kepemimpinan dalam agama Islam bukan hanya
disebabkan karena adanya legalitas amanat dari seseorang atau kelompok
tertentu, kepemimpinan dalam agama Islam sudah menjadi fitrah dan
tanggung jawab individu bagi diri seorang mulim untuk mampu
memimpin segala sesuatu yang diamanhkan kepadanya termasuk dirinya
sendiri. Maka dari itu, berdasarkan dari konsep tersebut penulis ingin
mengatakan bahwa seharusnya setiap siswa yang berperan sebagai pelajar
di suatu lembaga pendidikan juga harus mampu bertanggung jawab atas

5
Hadis Riwayat Bukhari No. 7138.
3

dirinya sendiri untuk selalu menjaga dan menjalankan amanahnya sebegai


seorang siswa dimana saja dirinya berada.
Dalam hal pendidikan dan pembelajaran, jiwa kepemimpinan diri
seorang siswa selain dipengaruhi oleh faktor internal juga dapat
dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti guru, lingkungan, dan situasi.
Maka dari itu seorang guru seharusnya mampu menjadi pemimpin yang
profesional bagi para peserta didiknya di sekolah. Profesionalitas seorang
guru secara operasional akan berkaitan dengan empat kompetensi seperti,
kompetensi sosial, kompetensi professional, kompetensi kepribadian serta
kompetensi pedagogik. Sehingga dengan adanya empat kompetensi
tersebut di dalam dirinya seorang guru, maka guru mampu menjadi
pemimpin yang baik bagi siswanya baik ketika di dalam kelas ataupun
berada di luar kelas.
Namun pada kenyataannya masalah kepemimpinan masih menjadi
suatu masalah besar. Orang Indonesia pada umumnya sangat senang
menerima kepatuhan, rasa hormat, kerendahan diri, serta perlakukan
menyenangkan lainnya yang diberikan orang lain terhadap dirinya.
Sehingga dengan adanya benih-benih feodal dalam diri masyarakat
Indonesia, hal ini pada akhirnya mampu melahirkan manusia yang
bermental atasan serta manusia yang bermental bawahan. Kita dapat
melihat permasalahan ini dalam lingkungan sekitar kita seperti, masih
adanya sistem oligarki kekuasaan dalam manajemen sekolah swasta yang
mana pihak-pihak yang berkuasa hanya memberikan kesempatan atau
posisi kepada orang-orang terdekatnya6, masih banyak karyawan yang
mengurungkan niatnya untuk memperjuangkan hak karena khawatir
dilabel “tidak patuh” oleh atasan, masih banyak siswa yang memilih
jurusan di perguruan tinggi bukan karena kehendak atau atas pilihan
dirinya tapi berdasarkan ajakan teman, saran orangtua, atau mungkin

6
Mursia Ekawati dan Yulia Esti Kartini, “Merefleksi Sifat Manusia Indonesia Menurut
Mochtar Lubis Pada Era Revolusi Industry 4.0”, Makalah Disampaikan Pada Pertemuan Ilmiah
Bahasa Dan Sastra Indonesia, Magelang, 2018, h. 731.
4

hanya sekadar ikut-ikutan.7 Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan


bahwa pendirian atau karakter warga Indoniesia memang masih berada
dalam suatu masalah. Hal tersebut disebabkan karena adanya budaya
otoriter dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sehingga apabila penulis
hubungkan antara konsep kepemimpinan dalam agama Islam dengan
kondisi pendidikan di masa covid-19, hal ini tentu memerlukan adanya
suatu bentuk kepemimpinan diri yang baik pada setiap siswa agar
pembelajaran jarak jauh dapat berjalan secara efektif sesuai dengan tujuan
yang telah ditentukan.
Ironisnya terhitung sejak bulan November tahun 2019 seluruh
masyarakat yang ada di dunia telah diresahkan dengan adanya wabah
Corona Virus Disease (COVID-19).8 Novel Corona Virus 2019 (N-Cov-
19) atau yang biasa disebut dengan virus corona merupakan suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh SARS-COV-2. Penyakit ini termasuk
penyakit yang menular dan menyebar dengan cepat melalui percikan
droplet dari satu orang ke orang yang lain yang biasanya terjadi ketika
seseorang mengalami batuk atau sedang bersin.9 dengan demikian, banyak
sekali keragaman kebijakan pemerintah untuk mampu memutuskan mata
rantai penyebaran virus covid-19 di seluruh dunia.10 Namun tetap saja
tidak sedikit literatur yang menyebutkan bahwa terdapat banyak dampak
yang terjadi dalam berbagai sektor bidang kehidupan manusia khususnya
di negara Indonesia, seperti; menurunnya pemasukan para pedagang dan
pembisnis karena rendahnya konsumen, adanya kebijakan untuk work for
home bagi para karyawan, termasuk pendidikan juga terkena dampak
dengan adanya pandemic covid-19 tersebut, yaitu adanya perubahan

7
Ibid.
8
Nurkholis, “Dampak Pandemic Novel-Corona Virus Disease (Covid-19) Terhadap
Psikologi Dan Pendidikan Serta Kebijakan Pemerintah, Jurnal PGSD, Vol. 6, 2020, h.40.
9
Ibid., h. 41.
10
Menurut data non-farmasi, terdapat perbedaan kebijakan dari masing-masing negara
yang ada di dunia. tetapi dari perbedaan kebijakan tersebut pada intinya semua negara yang ada di
dunia berpegang pada aturan seperti sosial distancing, lockdown, penutupan sekolah, serta adanya
isolasi mandiri bagi yang terpapar virus. Fernando., et. all, A Framework To Guide On Education
Response To The COVID-19 Pandemic Of 2020, (OECD Education And Skills, 2020), h. 3.
5

sistem pembelajaran dari yang mulanya tatap muka kini menjadi tatap
maya.11
Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 menjadi salah satu bukti dari
adanya kebijakan pemerintah Indonesia yang ditujukan kepada seluruh
instansi pendidikan yang ada Indonesia agar melakukan proses kegiatan
belajar-mengajar di rumah guna meminimalisir penyebaran virus Covid-19
pada warga negara Indonesia.12 Dengan adanya kebijakan seperti seperti
ini, para siswa dan guru diharapkan harus tetap mampu melaksanakan
proses pembelajaran walaupun tidak adanya kontak fisik antara guru dan
murid dalam suatu tempat tertentu.
Namun pada kenyataannya, pembelajaran jarak jauh belum dapat
berjalan secara efektif bagi pendidikan Indonesia selama masa pandemi
covid-19. Pembelajaran jarak jauh memberikan tantangan kepada semua
komponen pendidikan. Para guru, peserta didik sampai kepada orang tua
ikut merasakan adanya hambatan dan masalah dari adanya penerapan
pembelajaran jarak jauh.13 Sebagaimana yang dijelaskan dalam hasil
reportase media massa disebutkan bahwa sumber dari adanya berbagai
masalah yang dirasakan oleh para pendidik dalan melaksanakan
pembelajaran jarak jauh di masa pandemi covid-19 ini bermula dari
adanya ketidaksiapan pendidikan negara Indonesia untuk menerapkan
model pembelajaran online. Ketidaksiapan ini secara garis besar berasal
dari adanya hambatan akses teknologi digital serta belum adanya
kurikulum pendidikan yang tepat untuk dapat dijadikan acuan
dilaksanakannya pembelajaran online. Selain itu Fieka Nurul Arifa juga

11
Redaksi Pemimpin, https://pemimpin.id/kepemimpinan-dalam-manajemen-krisis/
diakses pada tanggal 01 November 2020, pukul 11.52 WIB.
12
Keputusan ini pada dasarnya bersumber pada pedoman WHO untuk mencegah
penyebaran virus covid-19. Menurut data dari UNESCO, lebih dari 100 negara menerapkan
penutupan sekolah. Banyak negara di dunia yang mendukung strategi penutupan sekolah untuk
mencegah penyebaran virus covid-19 diantaranya; Amerika Serikat, Australia, India, Perancis,
Jerman, Nigeria, Cina, Jepang, Iran, Thailand, Korea Selatan, dan lain-lain. Edeh Michael
Onyema, “Impact Of Coronavirus Pandemic On Education”, Journal Of Education And Practice,
Vol. 11, 2020, h. 111.
13
Luh Devi Herliandry, dkk., “Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19”, Jurnal
Teknologi Pendidikan, Vol. 22, 2020, h. 66.
6

menjeaskan dalam jurnalnya bahwa hambatan negara Indonesia dalam


melaksanakan pembelajaran online selama masa pandemi ini juga
disebabkan karena adanya ketidaksiapan sumber daya manusia dalam
melaksanakan pembelajaran online atau jarak jauh, serta masih terbatasnya
sarana dan prasarana guru dan siswa di rumah.14
Selain itu, permasalahan yang terjadi tidak hanya terputus para
aspek stakeholder pendidikan, permasalahan yang terjadi juga ditemukan
pada diri siswa itu sendiri selama mereka melaksanakan kegiatan belajar
dari rumah. Permasalahan yang terjadi bermula dari asumsi para siswa
yang berpikir bahwa kegiatan belajar di rumah bukanlah suatu kegiatan
yang perlu dilaksanakan secara mandiri, melainkan suatu kegiatan yang
baru dilaksanakan jika ada tuntutan akademik, jika ada perintah guru, dan
jika ada ujian.15 Sehingga yang terlihat dalam diri siswa ketika mereka
tidak mendapatkan pengawasan secara langsung mereka menjadi memiliki
sikap atau rasa kurang tanggung jawab, kurangnya yakin terhadap
kemampuan dirinya, tidak mampu belajar mandiri, harus melaksanakan
kegiatan atas perintah orang lain, sering menyontek, tidak memiliki
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas, serta siswa selalu ingin cepat-
cepat mengakhiri kegiatan belajarnya.16
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa permasalahan mengenai kepemimpinan masih menjadi masalah
utama, terutama di era pembelajaran jarak jauh masa covid-19 dampak
dari permasalahan kepemimpinan ini semakin dapat kita rasakan dalam
dunia pendidikan. Dalam proses pembelajaran, kebanyakan siswa masih
menggantungkan dirinya kepada bantuan, arahan serta perintah orang lain.
Hal ini jelas akan jauh dari harapan jika penulis mengkaitkan

14
Fieka Nurul Arifa, “Tantangan Pelaksanaan Kebijakan Belajar Dari Rumah Dalam
Masa Darurat Covid-19”, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Bidang Kesejahteraan Sosial,
Vol. XII, 2020, h. 15.
15
Azhar Aziz, “Hubungan Antara Kompetensi Guru Dan Kepercayaan Diri Dengan
Kemandirian Siswa SMP N 2 Pangkalan Susu”, Jurnal Psychomutiara, Vol. 1, 2017, h. 16.
16
Suid, dkk., “Analisis Kemandirian Siswa Dalam Proses Pembelajaran Di Kelas III SD
Negeri Banda Aceh”, Jurnal Pesona Dasar, Vol. 1, 2017, h. 71.
7

permasalahan ini dengan pandangan teori belajar humanistik yang


memandang pembelajar sebagai pribadi yang unggul. Siswa menjadi
pusat utama dalam pembelajaran. Menurut teori belajar humanistik, siswa
dalam proses belajarnya harus berusaha semaksimal mungkin agar ia
mampu mengaktualisasikan dirinya dengan optimal. Dan belajar akan
dianggap berhasil apabila siswa mampu memahami lingkungan serta
dirinya sendiri.17
Apabila kita tinjau kembali perbandingan antara prosedur
pembelajaran jarak jauh dengan pembelajaran tatap muka (konvensional),
tentu belajar dengan cara mandiri menjadi salah satu faktor kunci
keberhasilan pembelajaran jarak jauh. Sehingga proses belajar terjadi
karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Adapun peran
guru serta orangtua hanya merupakan bagian faktor eksternal siswa yang
akan memberikan bimbingan serta berperan sebagai fasilitator siswa saat
belajar.18 Sebagaimana firman Allah swt dalam Surah A-Ra‟d ayat 11
bahwa Allah swt. Tidak akan pernah mengubah nasib atau keadaan
seseorang sebelum mereka sendiri yang memulai untuk melakukan
perubahan.19
Dengan demikian sudah seharusnya seorang siswa dalam proses
pembelajaran jarak jauh memiliki konsep kepemimpinan diri yang baik
agar siswa dapat mengatur dan mengelola dirinya selama pembelajaran di
rumah. Karena dengan adanya kepemimpinan diri, seorang siswa menjadi
mampu memotivasi dirinya dan mengarahkan dirinya untuk berperilaku
dengan cara yang sesuai dengan yang diharapkan orang lain kepadanya.20
Selain itu ketika melaksanakan pembelajaran jarak jauh siswa juga bisa

17
Feida Noorlaila Isti‟adah, Teori-Teori Belajar Dalam Pendidikan, (Tasikmalaya: Edu
Publisher, 2020), h. 242.
18
Dina Sri Nindiati, “Pengelolaan Pembelajaran Jarak Jauh Yang Memandirikan Siswa
Dan Implikasinya Pada Pelayanan Pendidikan”, Journal Of Education And Instruction (JOEAI),
Vol. 3, 2020, h. 15.
19
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung:
Syamil Qur‟an), h. 250.
20
Fransisca Mulyono, “Self Leadership : Sebuah Pendekatan”, Majalah Ilmiah Fakultas
Ekonomi Unpar, Januari, 2012, h. 38.
8

mendapatkan dampak positif seperti; mampu beradaptasi dengan


perubahan, mampu mengekplorasi diri terhadap teknologi, serta mampu
memilih dengan bebas metode belajar yang sesuai dengan dirinya. Dalam
mengimplementasikan suatu konsep kepemimpinan yang baik, bagi
seorang muslin tentu ada figure atau model yang dapat dijadikan contoh
untuk mampu menerapkan konsep kepemimpinan diri yang baik.
Dalam agama Islam, konsep dan figure kepemimpinan yang paling
agung dan terbaik untuk dijadikan teladan bagi seluruh umat itu terdapat
pada diri Rasullah SAW. Rasullah merupakan nabi terakhir yang utus oleh
Allah dan bisa di katakan menjadi nabi penyempurna atau rule of model
dari nabi-nabi sebelumnya21. Keagungan nabi Muhammad dapat kita lihat
dari sempurnanya karakter diri nabi22 serta kesesuksesannya di berbagai
bidang aspek kehidupan seperti dalam hal self-development, business, and
entrepeneurship, keluarga, dakwah, sosial-politik, bidang pemerintahan,
sampai kepada bidang militer. oleh karena itu, mengingat bahwa Nabi
Muhammad merupakan satu-satunya manusia yang kesuksesannya
mampu mencakup berbagai aspek kehidupan maka disini penulis akan
menjadikan tipologi kepemimpinan profetik Nabi Muhammad SAW.
sebagai suatu alat analisis atau suatu standar penelitian dalam melihat dan
menganalisis situasi sosial yang ada di Madrasah Aliyah Al‟Imaroh

21
Menurut Michael Hart, orang Amerika keturunan Yahudi mengakatan bahwa, Nabi
Muhammad merupakan sosok utama yang terpenting dalam sejarah. Nabi Muhammad merupakan
satu-satunya tokoh yang kesesuksesannya berada pada titik tertinggi, karena meliputi
kepemimpinan pada tingkat agama dan dunia. dan Nabi Muhammad juga merupakan satu-satunya
Nabi yang dapat menyelesaikan misi agamanya semasa hidup diantara para nabi dan para rasul
sebelumnya. Muhammad Syafii Antonio, Muhammad SAW The Greadest Motivator & Inspirator,
(Jakarta: Tazkia Publishing, 2014), h. vii.
22
Nabi Muhammad dikenal sebagai seseorang yang mulia akhlaknya, cemerlang
pemikirannya, sikapnya yang bikak serta perilakunya yang konstruktif sehingga dapat memberikan
dampak kepada semua orang. Semua orang yang mengkaji nabi muhammad secara objektif baik
dari pengamat muslim ataupun non-muslim mengakui akan keagungan sikap dan karakter rasullah.
Pakar pengembangan diri dan kepemimpinan, James M. Kouzes dan Barry Z. Posner
mengemukakan bahwa Nabi Muhammad merupakan sosok pemimpin yang tidak hanya sekadar
pandai dalam hal berkata-kata. Beliau merupakan sosok pemimpin yang konsisten antara ucapan
dan perbuatan. Nabi Muhammad selalu berjalan di depan untuk memberikan contoh terlebih
dahulu kepada ummatnya. Dan menurut teori, keteladanan seperti inilah yang lebih penting untuk
dilakukan bagi seorang pemimpin. Muhammad Syafii Antonio, Muhammad SAW The Greadest
Motivator & Inspirator, (Jakarta: Tazkia Publishing, 2014), h. vii.
9

selama melakukan pembelajaran jarak jauh di masa covid-19, khususnya


dalam hal kepemimpinan diri siswa kelas XI (sebelas).
Berdasarkan uraian di atas, kepemimpinan dalam konteks Islam
menjadi salah satu alasan penulis untuk melakukan penelitian secara
intensif mengenai kepemimpinan diri peserta didik MA Al‟Imaroh selama
pembelajaran jarak jauh di masa covid-19, karena sudah seharusnya para
siswa mampu mengkondisikan dan memimpin dirinya dengan baik dimana
saja dirinya berada. Namun kenyataannya menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mastura Dan Rustan Santaria pembelajaran jarak jauh
dapat memberikan dampak negatif pada diri siswa, diantaranya; para siswa
menjadi kurang mempersiapkan diri, motivasi belajar menurun, sampai
kepada timbulnya rasa jenuh dan bosan akibat lamanya waktu belajar di
rumah.23 Selanjutnya penelitian yang sama juga dilakukan oleh Redjeki
Agoestyowati yang difokuskan kepada mahasiswa yang melaksanakan
sistem pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi dan hasilnya justru
berbanding terbaik, hasil penelitian menunjukkan pembelajaran online
dapat memberikan dampak positif pada diri mahasiswa diantaranya; para
mahasiswa merasa lebih santai, lebih fokus, lebih mandiri, lebih aktif,
serta merasa lebih nyaman dengan adanya proses pembelajaran dari
rumah.24 Dengan adanya dua hasil penelitian yang berbeda mengenai
pengaruh kasus pandemi covid-19 terhadap kepemimpinan diri siswa,
penulis menjadi tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
kasus kepemimpinan diri siswa di sekolah MA Al‟Imaroh dan
membahasnya menjadi sebuah skripsi yang berjudul Nilai-Nilai
Kepemimpinan Profetik Peserta Didik Pada Pembelajaran Jarak
Jauh Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Pada Peserta Didik Kelas

23
Mastura Dan Rustan Santaria, “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Proses
Pengajaran Bagi Guru Dan Siswa”, Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, Vol. 3, No. 2, 2020, h.
292.
24
Redjeki Agoestyowati, “Dampak Positif Dan Negatif Tentang Pembelajaran Online
Saat Pandemic Covid-19 Melanda (April, Mei, Juni 2020) Di Institut STIAMI Jakarta”, Jurnal
Aksara Public, Vol. 4, No. 3, 2020. h. 117.
1

Sebelas (XI) Madrasah Aliyah Al’Imaroh Dalam Mata Pelajaran


Akidah Akhlak).

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka terdapat beberapa masalah yang teridentifikasi sebagai berikut:
1. Covid-19 memberikan dampak kepada seluruh bidang
kehidupan, termasuk pendidikan.
2. Adanya ketidaksiapan ketika menerapkan pembelajaran jarak
jauh di masa pandemi covid-19.
3. Pembelajaran jarak jauh memberikan tantangan kepada semua
komponen pendidikan (guru, orangtua, dan peserta didik).
4. Banyaknya siswa yang tidak mampu memimpin dirinya sendiri
selama pembelajaran di rumah.
5. Nabi Muhammad SAW merupakan role model terbaik dalam
kehidupan, khususnya dalam hal kepemimpinan diri siswa.25

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah teridentifikasi, maka disini
peneliti perlu membatasi masalah yang akan diteliti agar hasil penelitian
yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian penulis, adapun
batasannya adalah sebagai berikut:
1. Objek penelitian pada penelitian ini adalah peserta didik
Madrasah Aliyah (MA) Al‟Imaroh kelas XI (sebelas).
2. Tipologi kepemimpinan profetik Nabi Muhammad SAW yang
digunakan oleh penulis dalam penelitian ini akan menjadi
landasan teori islamic leadership serta menjadi alat standar
analisis dalam melihat fenomena yang penulis temukan pada
objek penelitian.

25
Muhammad Syafii Antonio, Muhammad SAW: The Super Leader Super Manager,
(Jakarta: Prolm Centre Dan Tazkia Publishing, 2015), h.9.
1

3. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kepemimpinan diri


siswa kelas XI MA Al‟Imaroh selama melakukan pembelajaran
akidah akhlak secara jarak jauh dalam kerangka tipologi
kepemimpinan profetik Nabi Muhammad SAW.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas, maka rumusan major research
question yang diajukan penulis adalah “Bagaimana kepemimpinan profetik
pada diri peserta didik kelas XI MA Al-Imaroh selama masa pembelajaran
jarak jauh?” dan untuk memudahkan dalam menjawab rumusan major
research question, maka penulis juga membuat minor research question
sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan nilai-nilai shiddiq pada diri peserta
didik kelas XI selama masa pembelajaran jarak jauh ?
2. Bagaimana pelaksanaan nilai-nilai amanah pada diri peserta
didik kelas XI selama masa pembelajaran jarak jauh ?
3. Bagaimana pelaksanaan nilai-nilai tabligh pada diri peserta
didik kelas XI selama masa pembelajaran jarak jauh ?
4. Bagaimana pelaksanaan nilai-nilai fathanah pada diri peserta
didik kelas XI selama masa pembelajaran jarak jauh ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka
tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan nilai-nilai shiddiq pada diri
peserta didik kelas XI selama pembelajaran jarak jauh.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan nilai-nilai amanah pada diri
peserta didik kelas XI selama pembelajaran jarak jauh.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan nilai-nilai tabligh pada diri
peserta didik kelas XI selama pembelajaran jarak jauh.
1

4. Untuk mengetahui pelaksanaan nilai-nilai fathanah pada diri


peserta didik kelas XI selama pembelajaran jarak jauh.

F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari penelitian
ini diantaranya adalah:
a. Secara Teoritis
Berharap dapat memberikan sumbangan pengetahuan baru
bagi para peneliti pendidikan dalam mengembangkan serta
menginovasi sistem pembelajaran jarak jauh.
b. Secara Praktis
Berharap dapat memberikan manfaat kepada para pembaca
untuk dapat dijadikan sumber pengetahuan, bahan rujukan serta
bahan evaluasi dalam menginovasi sistem pembelajaran, terutama
pembelajaran jarak jauh guna membentuk kepemimpinan profetik
pada diri siswa
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Jarak Jauh
a. Pengertian Pembelajaran Jarak Jauh
Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003,
disebutkan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”.26 Pembelajaran merupakan suatu upaya guru untuk
membuat siswa belajar.27 Dalam mengajar sudah seharusnya guru
berpedoman pada tujuan serta kompetensi yang tertera dalam
kurikulum. Proses belajar yang dilakukan oleh guru dan siswa akan
mengikuti rambu-rambu pembahasan materi yang ada pada buku
paket sekolah. Dalam hal ini berarti, bahwa pembelajaran dapat
disebut juga sebagai proses yang bertujuan. Adapun menurut
Faturrahman, pembelajaran merupakan suatu proses perkembangan
kompleks yang terjadi pada siswa dengan adanya bantuan pendidik
dengan tujuan mengembangkan aspek intelektual, karakter,
spiritual, serta keterampilan diri siswa.28 Sehingga pada akhirnya
kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru bertujuan untuk
memberikan pengalaman belajar siswa yang melibatkan aspek
kognitif, afektif serta psikomotorik siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Berdasarkan pernyataan di atas, dengan kata lain
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya
guru untuk membantu membelajarkan siswa dalam suatu

26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 3003 tentang sistem pendidikan
Nasional BAB I ketentuan umum, pasal 1, h. 2.
27
Bambang Warsita, “Pola Kegiatan Pembelajaran Dalam Pendidikan Jarak Jauh”, Jurnal
Teknodik, Vol. 18, 2014, h. 74.
28
Muhammad Fathurrohman, Belajar Dan Pembelajaran Modern, (Yogyakarta:
Garudhawaca, 2017), h. 36.

13
1

lingkungan belajar tertentu melalui proses interaksi secara


langsung. Sehingga terjadi adanya suatu proses interaksi
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan terdapat suatu bentuk proses
pembelajaran yang dilakukan secara tidak langsung atau tidak
dilakukan secara tatap muka antara pendidik dan peserta didik.
Model pembelajaran yang seperti ini biasa disebut sebagai
pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh merupakan suatu
model pembelajaran yang memiliki ciri khusus, yakni adanya
keterpisahan jasmani antara pendidik dengan peserta didik dalam
proses pembelajaran29 Menurut Dogmen, pembelajaran jarak jauh
merupakan suatu bentuk proses pembelajaran yang sudah
dirancang dengan baik oleh lembaga tertentu dengan tujuan siswa
dapat belajar secara mandiri dengan baik. Adapun menurut
Mackenzie, Christensen, dan Rigby “pembelajaran jarak jauh
merupakan suatu metode pembelajaran yang menggunakan
korespondensi sebagai alat untuk berkomunikasi antara pembelajar
dengan pengajar.”30 Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di
atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran jarak
jauh merupakan suatu bentuk model pembelajaran yang dilakukan
secara jauh karena tidak adanya kontak fisik antara guru dan siswa.
Guru dan siswa berada dalam suatu ruang dan waktu yang berbeda
sehingga membutuhkan suatu alat untuk proses komunikasi yang
interaktif.
Pembelajaran jarak jauh pada dasarnya bukan merupakan
hal yang baru bagi dunia pendidikan Indonesia. Pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh secara implisit tercantum dalam undang-
undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 15
yang menyatakan bahwa “Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan

29
Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 19.
30
Ibid., h. 21.
1

yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya


menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi
komunikasi, informasi, dan media lain”.31 Pendidikan jarak jauh
merupakan suatu proses pembelajaran yang tersistem untuk
menjembatani keterpisahan antara siswa dengan guru yang dibantu
dengan pemanfaatan teknologi.32 Sehingga dapat disebutkan bahwa
istilah pembelajaran jarak jauh merupakan suatu bentuk
implementasi pendidikan jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh
merupakan suatu bentuk inovasi pendidikan yang disebabkan
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di tengah-
tengah kehidupan manusia. Pembelajaran jarak jauh sebagaimana
yang telah dijelaskan sebelunya oleh Dogmen serta para ahli
lainnya, ini merupakan suatu bentuk metode untuk memudahkan
guru dan siswa dalam mengembangkan proses pembelajaran serta
memberikan pengalaman belajar mandiri, kreatif dan inovatif.
Sehingga proses pembelajaran tidak lagi dibatasi oleh ruang dan
waktu. Guru dan siswa dapat melakukan proses pembelajaran
kapan dan dimana saja tanpa dibatasi oleh waktu. Implementasi
bentuk pembelajaran jarak jauh memiliki banyak model dan istilah
dalam dunia pendidikan diantaranya adalah blended learning33, e-
laerning34 dan pembelajaran daring35. Semua istilah tersebut

31
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 3003 tentang sistem pendidikan
Nasional BAB I ketentuan umum, pasal 1, h. 2.
32
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 119 Tahun
2014 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah,
BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1, h. 3.
33
Blended learning merupakan suatu bentuk proses pembelajaran yang mengintegrasikan
antara pembelajaran tatap muka (offline) dengan pembelajaran online. Deklara Nanindya
Wardani, dkk., “Daya Tarik Pembelajaran Di Era 21 Dengan Blended Learning”, Jurnal JKTP,
Vol. 1, 2018, h. 14.
34
E-learning yang merupakan kata singkatan dari kalimat electronic learning adalah
suatu bentuk model atau media pembelajaran pembelajaran yang menggunakan alat elektronik
(berbasis jaringan atau tidak) dalam melaksanakan proses pembelajaran. Lidia Simanihuruk, dkk.,
E-Learning: Implementasi, Strategi, Dan Inovasinya, (Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2019), h. 4.
35
Pembelajaran daring adalah suatu sistem pembelajaran yang dilakukan dengan secara
tidak langsung (tidak bertatap muka) antara guru dan siswa. Pembelajaran ini dilakukan melalui
pemanfaatan teknologi berbasis internet yang dapat membantu efektifitas proses pembelajaran.
1

merupakan suatu bentuk transformasi pendidikan tatap muka


menjadi suatu pendidikan yang berbasis pada keterpisahan jarak
serta adanya pemanfaatan teknologi.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 119 Tahun 2014, untuk
menyelenggaraan suatu proses pembelajaran jarak jauh yang perlu
dilakukan suatu rencana yang mampu mempersiapkan dan
memperhatikan segala komponen pembelajaran guna tercapainya
suatu tujuan pembelajaran. hal-hal yang harus dipersiapkan
merupakan komponen-komponen pembelajaran yang sama seperti
pembelajaran konvensional pada umumnya seperti; tujuan, materi,
metode, media, evaluasi, lingkungan serta sarana dan prasarana.
Hal ini perlu dipersiapkan dengan baik agar ketika pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh diselenggarakan, dapat meminimalisir
masalah yang timbul dalam proses pembelajaran karena sudah
adanya kesiapan.
b. Tujuan Pembelajaran Jarak Jauh
Menurut sistem pendidikan nasional, tujuan dari adanya
pembelajaran jarak jauh adalah untuk meningkatkan perluasan
akses pendidikan, meningkatkan mutu serta relevensi pendidikan di
semua satuan pendidikan yang disebabkan adanya hambatan
seperti jarak, tempat dan waktu. Pembelajaran jarak jauh
memberikan peluang kepada semua pembelajar untuk memperoleh
pendidikan pada semua jenis satuan pendidikan melalui program
belajar mandiri yang disesuaikan dengan karakteristik, kebutuhan
serta kondisi pembelajar. Dengan demikian, tujuan pembelajaran
jarak jauh adalah untuk mmeberikan kesempatan pendidikan
kepada pembelajar yang tidak dapat mengikuti pembelajaran

Oktavia Ika Handarini, “Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study From Home (SFH)”, Jurnal
Pendidikan Administrasi Perkantoran, Vol. 4, 2020, h. 498.
1

konvensional secara tatap muka.36 Adapun secara mikrokopis,


tujuan dari adanya pembelajaran jarak jauh adalah untuk
memberikan suatu bentuk pengalaman belajar yang berbeda kepada
peserta didik, melatih sikap fleksibelitas peserta didik dalam
belajar, serta menjadi bentuk latihan praktis bagi guru dan peserta
didik untuk melakukan pembelajaran mandiri, berkreasi, dan
berinovasi.37
Namun dikarenakan kondisi dunia yang mengharuskan
pendidikan mengambil kebijakan untuk melakukan pembelajaran
jarak jauh selama masa covid-19, maka tujuan pembelajaran jarak
jauh yang dicapai menjadi berbeda dengan tujuan pembelajaran
jarak jauh pada kondisi normal. Menurut Surat Edaran Nomor 15
tahun 2020, adanya pelaksanaan belajar dari rumah selama masa
darurat covid-19 bertujuan untuk adanya pemenuhan hak bagi
peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama masa
darurat covid-19, melindungi seluruh warga satuan pendidikan dari
bahayanya dampak covid-19, mencegah terjadinya penularan sera
penyebaran covid-19 di satuan pendidikan, serta memastikan
adanya pemenuhan dukungan psikologi bagi pendidik, peserta
didik serta orangtua.38
c. Prinsip Pembelajaran Jarak Jauh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prinsip
merupakan suatu dasar yang menjadi pedoman untuk berpikir dan
bertindak.39 Sehingga dalam penyelenggaraan pembelajaran jarak

36
Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 25.
37
Usman, “Komunikasi Pendidikan Berbasis Blended Learning Dalam Membentuk
Kemandirian Belajar”, Jurnal Jurnalisa, Vol. 4, 2018, h. 139-140.
38
Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari
Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19), Bab I Tujuan,
Prinsip, Metode Dan Media Pelaksanaan Belajar Dari Rumah, H. 1
39
Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring,
2016.
1

jauh diperlukan adanya prinsip yang menjadi dasar sekaligus


pedoman dalam mengambil keputusan dan bertindak.
Prinsip pembelajaran jarak jauh yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 119 Tahun 2014 diantaranya adalah; prinsip
terbuka, prinsip belajar mandiri, prinsip belajar tuntas serta prinsip
pemanfaatan teknologi.40 Adapun menurut Munir, beberapa prinsip
yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran jarak
jauh, diantaranya; prinsip kebebasan, kemandirian, keluwesan,
kesesuaian, mobilitas dan efisiensi.41 Berdasarkan prinsip-prinsip
yang tersebut penulis ingin mengatakan bahwa prinsip di atas
merupakan suatu prinsip pembelajaran jarak jauh yang konteksnya
sebelum adanya covid-19. Adapun dalam penelitian ini penulis
akan fokus pada konteks pembelajaran jarak jauh di masa covid-
19.
Prinsip pembelajaran jarak jauh di masa covid-19
sebagaimana yang tertulis di dalam Surat Edaran Nomor 15 tahun
2020, mengalami adanya perubahan karena harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang ada. Kondisi dunia yang sedang
panik dengan adanya virus corona membuat dampak kepada aspek
pendidikan dengan adanya keputusan untuk melakukan proses
pembelajaran dari rumah. Pinsip-prinsip tersebut dirumuskan
berdasarkan pada tujuan yang akan dituju. Sehingga prinsip-
prinsip pembelajaran jarak jauh selama masa darurat covid-19 yang
tersirat dalam Surat Edaran Nomor 15 tahun 2020 adalah sebagai
berikut:

40
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 119 Tahun
2014 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah,
BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1, h. 4.
41
Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 25.
1

a) Prinsip Keselamatan
Prinsip ini menekankan kepada upaya menjaga
kesehatan lahir dan batin peserta didik, pendidik, kepala
sekolah serta seluruh warga sekolah.
b) Prinsip Pengalaman Belajar
Dalam masa darurat covid-19 kegiatan belajar yang
dilakukan oleh peserta didik tidak dituntut untuk
menuntaskan seluruh capaian kurikulum. Akan tetapi
kegiatan belajar yang dilakukan harus memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik
sehingga proses pembelajaran dapat dikontekstualkan untuk
kecakapan hidup peserta didik di masa darurat covid-19.
c) Prinsip Kesesuaian
Maksudnya adalah bahwa penyajian materi
pembelajaran harus bersifat inklusif sesuai dengan usia dan
jenjang pendidikan, konteks budaya, karakter dan jenis
kekhususan peserta didik.
d) Prinsip Fleksibilitas
Dalam menjalankan pembelajaran jarak jauh pada
masa darurat covid-19 fleksibilitas sangat diperlukan dalam
mendesain pembelajaran jarak jauh dengan tujuan
terciptanya proses pembelajaran yang efektif antara peserta
didik dan pendidik. Segala aktivitas serta materi
pembelajaran akan memiliki keragaman dalam
penerapannya dikarenakan kondisi dan kesiapan antar
lembaga pendidikan memiliki perbedaan di setiap daerah.42

Berdasarkan pemaparan di atas mengenai perbandingan antara


prinsip pembelajaran jarak jauh dari sebelum dan sesudah adanya

42
Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari
Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19), Bab I Tujuan,
Prinsip, Metode Dan Media Pelaksanaan Belajar Dari Rumah, h. 1
2

covid-19, penulis ingin berpendapat bahwa alangkah baiknya


apabila prinsip pembelajaran jarak jauh di masa covid-19 sekarang
ini tidak hanya sekadar prinsip keselamatan, prinsip pengalaman
belajar, prinsip kesesuaian, serta prinsip fleksibilitas. Alangkah
baiknya apabila ditambahkan juga dengan prinsip belajar tuntas
serta prinsip efisiensi. Karena disaat kita berbicara tentang prinsip
belajar tuntas berarti kita berbicara tentang adanya suatu kurikulum
yang berfokus pada tujuan pembelajaran. Melalui kurikulum yang
jelas tentu suatu rencana pembelajaran menjadi terarah, efektif dan
efesien karena adanya suatu tolak ukur dan pedoman dalam
berpikir dan bertindak. Namun apabila kesesuaian kurilukum
tersebut hanya diselaraskan berdasarkan keputusan kepala sekolah,
kemungkinan besar akan terjadinya tumpang tindih serta
ketidaksesuaian hasil pembelajaran di antar sekolah. Selanjutnya
mengenai prinsip efesiensi berarti membahas tentang sumber daya
serta sumber alat yang dijadikan alat bantu dalam proses
pembelajaran. Prinsip inilah yang akan menjadi pedoman guru
dalam mengembangkan proses pembelajaran jarak jauh, hal ini
akan berhubungan dengan desain pembelajaran. dalam menyiapkan
desain pembelajaran yang berbeda dari pembelajaran konvensional
membuat para guru harus memiliki kesiapan untuk menjadi guru
yang kreatif dan dan fleksibel dengan berpegang teguh pada prinsip
yang ada.
d. Karakteristik Pembelajaran Jarak Jauh
Karakteristik merupakan suatu sifat, ciri, atau kualitas yang
khas dari suatu hal. Dengan demikian, karakteristik pembelajaran
jarak jauh merupakan suatu deskripsi yang menjelaskan tentang
ciri atau detail pembelajaran jarak jauh, baik dari segi tujuan,
proses, atau bahkan evaluasi. Karakteristik pembelajaran jarak jauh
dengan pembelajaran konvensional memang tidak sepenuhnya
memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Namun, tentu diantara
2

keduanya tetap memiliki perbedaan baik dari segi program, tujuan,


dan proses pembelajaran. Ciri utama dari pembelajaran jarak jauh
adalah proses pembelajaran dilakukan pendidik dan peserta didik
secara terpisah. Dalam pembelajaran jarak jauh, proses
pembelajaran tidak lagi dilakukan dengan sistem tatap muka
semata. Proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan
kapan saja sesuai dengan kenyamanan siswa.
Karakteristik selanjutnya sebagaimana yang diungkapkan
oleh Munir, bahwa karakteristik pembelajaran jarak jauh bila
dilihat dari segi program, pembelajaran jarak jauh dirancang sesuai
dengan tingkat, jenis, serta sifat satuan pendidikan. Adanya
lembaga pendidikan berfungsi sebagai perancang serta pengelola
sistem pembelajaran jarak jauh. Selain itu paradigma pembelajaran
jarak jauh ini bersifat kepada student center. Para peserta didik
dituntut untuk bersifat aktif dan parsipatif dalam proses
pembelajaran adapun guru lebih bersifat fasilitator dalam proses
pembelajaran yang artinya guru akan memberikan arahan kepada
siswa agar siswa belajar dengan baik serta memberikan bantuan
apabila siswa memiliki kesulitan dalam belajar.43
Selain itu, karakteristik pembelajaran jarak jauh bila dilihat
dari segi proses pembelajaran menurut Munir hal ini akan berkaitan
dengan pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, interaksi
pembelajaran serta materi dan sumber pembelajaran. Dalam
pembelajaran jarak jauh kemandirian belajar seorang siswa
merupakan salah satu kunci terciptanya keberhasilan dalam proses
belajar. Seorang siswa bukan merupakan suatu objek belajar yang
harus mendengarkan dan menerima secara pasif penjelasan dari
guru, tapi mereka merupakan suatu subjek belajar yang memiliki
kebebasan untuk membentuk pengetahuannya sendiri melalui

43
Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 30.
2

keterampilannya dalam membaca dan berpikir kritis. Dengan


demikian, dalam hal ini seorang guru memiliki peran sebagai
fasilitator untuk memberikan suatu bimbingan serta arahan kepada
peserta didik agar mereka mampu menjadi pribadi yang aktif serta
bertanggung jawab dalam mencari informasi, memahami, serta
membentuk suatu pengetahuan dalam diri siswa.44 Selain itu, guru
juga berperan untuk dapat memberikan stimulus kepada peseta
didik agar mereka memiliki rasa antusias dan semangat yang tinggi
ketika belajar secara mandiri di rumah.
Dengan adanya paradigma pembelajaran yang bersifat
student center, secara tidak langsung hal ini juga akan berpegnaruh
pada segi materi pembelajaran. Pemaparan materi yang
disampaikan oleh guru dalam pembelajaran jarak jauh tentu bukan
merupakan suatu pengetahuan mutlak yang harus diyakini
sepenuhnya oleh para siswa di rumah. Senada dengan prinsip
pembelajaran yang tertera dalam Peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan nomor 22 tahun 2016 yang menyebutkan bahwa
dalam proses pembelajaran, seorang siswa saat ini tidak lagi
ditekankan kepada jawaban tunggal, seorang siswa dapat mencari
berbagai sumber informasi lainnya tentang materi terkait untuk
mendapatkan jawaban yang multi dimensi45 serta mampu
melakukan analisis untuk menguji kebenaran terhadap materi yang
disampaikan oleh guru. Dengan demikian, siswa dapat
mengembangkan pengetahuannya secara sengaja dengan mencari
penjelasan dari berbagai sumber lainnya.
Adanya keterpisahan jarak antara guru dan siswa dalam
proses pembelajaran jarak jauh, menyebabkan guru harus memiliki
keterampilan untuk menyampaikan materi pembelajaran melalui

44
Wina Sanjaya Dan Andi Budimanjaya, Paradigma Baru Mengajar (Jakarta: Kencana,
2017), h. 16.
45
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah, h. 2.
2

media elektornik ataupun media pembelajaran berbasis internet.


Tujuan dari adanya penmanfaatan teknologi serta keanekaragaman
media pembelajaran jarak jauh tersebut adalah agar para siswa
tetap mampu mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai
tujuan, serta siswa mampu berinteraksi dan bersosialisasi antar
sesama. Secara singkat hal tersebut akan membantu efektifitas
pembelajaran guru dan siswa ketika melaksanakan proses
pembelajaran jarak jauh karena melalui cara tersebut dapat
membantu komunikasi dua arah yang interaktif antara guru dan
siswa, siswa dengan siswa, atau siswa dengan lembaga
penyelenggara pembelajaran jarak jauh.46 Sehingga akan terlihat
karakteristik siswa dalam aktivitas belajar jarak jauh seperti:
a. Bersemangat dalam belajar.
b. Keingintahuan yang tinggi terhadap teknologi.
c. Memiliki kemampuan berkomunikasi interpersonal.
d. Mampu berinteraksi dan berkolabosi.
e. Memiliki tererampilan belajar secara mandiri47

Menurut Warsita, dalam melakukan pembelajaran jarak jauh


perlu diperhatikan batasan-batasan pembelajaran agar perencanaan
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Batasan-batasan yang
menjadi acuan dalam melakukan pembelajaran jarak jauh tersebut
diantaranya; materi pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik dan tersaji ke dalam beraneka macam model dan
strategi, waktu belajar yang fleksibel, adanya pantauan hasil belajar
dari berbagai pihak yang dapat dilakukan kapan saja, evaluasi
pembelajaran dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk sesuai
dengan kondisi peserta didik, serta adanya keanekaragaman

46
Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 31-32.
47
Oktafia Ika Handarini, “Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study From Home (SFH)
Selama Pandemic Covid-19”, Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP), Vol. 8, 2020,
h. 498-499.
2

kegiatan belajar dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik dan


kondisi peserta didik.48
Karakter pembelajaran yang telah dipaparkan di atas
merupakan karakteristik pembelajaran jarak jauh yang biasa
dilakukan sebelum adanya wabah virus covid-19. Adapun
karakteristik pembelajaran jarak jauh yang dimaksudkan dalam
penelitian ini fokusnya adalah mengenai permasalahan
pembelajaran jarak jauh yang terjadi setelah adanya wabah virus
covid-19. Sehingga apabila penulis merujuk pada isi dari Surat
Edaran Nomor 15 Tahun 2020, karakteristik pembelajaran jarak
jauh yang terjadi di masa covid-19 ini menjadi; belajar mandiri,
tidak memaksakan ketuntasan kurikulum, pembelajaran dilakukan
melalui metode online (dalam jaringan) atau offline (luar jaringan),
belajar diarahkan kepada pengalaman belajar, menuntut kreatifitas
guru untuk selalu siap membantu siswa dalam menghadapi
ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi.
Apabila penulis bandingkan karakteristik pembelajaran
jarak jauh sebelum pandemi dengan karakteristik pembelajaran
jarak jauh selama pandemi, terlihat terdapat perbedaan yang
membuat timbulnya suatu masalah besar dalam dunia pendidikan
di masa covid-19. Dari banyaknya permasalahan yang ada di dunia
pendidikan selama masa pandemi yang bermula karena adanya
faktor ketidaksiapan. Ketidaksiapan para pendidik serta
ketidaksiapan para siswa membuat proses pembelajaran menjadi
tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Tidak sedikit para guru
yang masih memiliki kendala untuk mendesain pembelajaran yang
efektif bagi siswa di masa pandemi saat ini diantaranya guru belum
sepenuhnya mampu mendesain pembelajaran menggunakan

48
Dina Sri Nindiati, “Pengelolaan Pembelajaran Jarak Jauh Yang Memandirikan Siswa
Dan Implikasinya Pada Pelayanan Pendidikan”, Journal Of Education And Instruction (JOEAI),
Vol. 3, 2020, h. 18
2

teknologi internet sebagai sarana pembelajaran49, proses


pembelajaran masih bersifat teacher center sehingga materi
pembelajaran diuraikan secara lengkap kepada siswa dan siswa
menjadi tidak ada usaha untuk belajar mandiri, dan yang terakhir
permasalahan yang sering terjadi adalah adanya kesalahpahaman
guru dalam memahami tugas belajar siswa selama masa pandemi50.
Dampak dari ketidaksiapan guru dalam menghadapi
kebijakan pembelajaran jarak jauh yang secara tiba-tiba, hal ini
juga membuat adanya dampak kepada siswa selama belajar di
rumah. Dampak yang terjadi pada siswa pada saat pembelajaran
jarak jauh masa pandemi diantaranya adalah siswa menjadi tidak
mandiri dalam belajar serta timbulnya perasaan jenuh yang
disebabkan karena kurangnya fasilitas belajar di rumah yang
memadai, banyaknya tugas yang diberikan guru kepada siswa serta
kurangnya interaksi sosial dengan teman sebaya atau dengan para
guru di sekolah. Hal-hal seperti ini apabila sudah mencapai tekanan
yang sangat dalam maka akan meninbulkan suatu bentuk
kejenuhan yang akan menyebabkan timbulnya rasa malas dan rasa
tidak bersemangat siswa dalam belajar.51

2. Kepemimpinan Profetik
a. Pengertian Kepemimpinan
Dalam pengertian tata bahasa Indonesia, kata
kepemimpinan diambil dari kata dasar “pemimpin” yang berarti
“orang yang memimpin” kemudian diimbuhi dengan awalan “pe‟

49
Agus Purwanto, dkk., “Studi Eksploratif Dampak Pandemic COVID-19 Terhadap
Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar”, Journal Of Education, Psychology And
Counseling, Vol. 2, No. 1, 2020, h. 7.
50
Dina Sri Nindiati, “Pengelolaan Pembelajaran Jarak Jauh Yang Memandirikan Siswa
Dan Implikasinya Pada Pelayanan Pendidikan”, Journal Of Education And Instruction (JOEAI),
Vol. 3, 2020, h. 17.
51
Nurkholis, “Dampak Pandemic Novel-Corona Virus Disiease (Covid-19) Terhadap
Psikologi Dan Pendidikan Serta Kebijakan Pemerintah”, Jurnal PGSD, Vol. 6, No. 1, 2020, h. 46.
2

dan akhiran “an” berarti perilaku memimpin atau cara memimpin. 52


Menurut McCleskey, menguti Bass dan penulis lain berpendapat
bahwa pendefinisian mengenai kepemimpinan tidak ada yang
memiliki arti yang tunggal dan mutlak karena definisi mengenai
kepemimpinan ini bergantung pada sudut pandang, jenis masalah
atau situasi yang dipelajari. Kepemimpinan merupakan proses atau
cara seorang pemimpin dalam mempengaruhi seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama.53
Menurut Stoner kepemimpinan merupakan suatu proses
membimbing serta mengakomodir kegiatan seseorang atau
kelompok tertentu. Definisi yang sama juga diutarakan oleh
Hemhiel dan Coons, Ralph M. Stogdil, dan Rauch dan Behling
bahwa kepemimpinan merupakan suatu usaha mempengaruhi
segala aktivitas anggota kelompok kepada tujuan bersama.54
Menurut Wills, kepemimpinan merupakan bentuk interaksi
anatar-individu yang dilatih dalam kondisi tertentu dan diarahkan
melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan.55
Kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dan
kesiapan seseorang karena dalam hal mengatur dan mengarahkan
orang lain agar mereka mau bertindak sesuai dengan kehendak
pemimpin atau sejalan dengan visi bersama, ini tentu
membutuhkan suatu skill untuk melakukannya Sehingga pengertian

52
Ayu Wilatikta dkk., “Kepemimpinan Pendidikan Islam Berbasis Profetik”, Jurnal Al-
Yasini: Hasil Kajian Dan Penelitian Dalam Bidang Keislaman Dan Pendidikan, Vo. 5, 2020, h.
377.
53
Aspizain Chaniago, Pemimpin Dan Kepemimpinan: Pendekatan Teori Dan Studi
Kasus, (Jakarta, Lentera Ilmu Cendikia, 2017), h. 37.
54
Reni Rosari, “Leadership Definitions Application For Lecturers‟ Leadership
Development”, Journal Of Leadership In Organizations, Vol. 1, 2019, h. 19. Definisi yang sama
juga dikemukakan oleh Kotter bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses memobilisasi orang
lain untuk bergerak ke arah yang dituju.
55
Andriansyah, Kepemimpinan Visioner Kepala Daerah, (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial
Dan Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama, 2015), h. 1. Lihat juga Reni Rosari,
“Leadership Definitions Application For Lecturers‟ Leadership Development”, Journal Of
Leadership In Organizations, Vol. 1, 2019, h. 19. Rost juga memberikan definisi yang senada
mengenai kepemimpinan, yakni kepemimpinan merupakan suatu bentuk hubungan timbal-balik
anatara pemimpin dan pengikut untuk menghasilkan perubahan nyata dari adanya tujuan bersama.
2

kepemimpinan pada akhirnya dapat dikatakan bahwa dia


merupakan sebuah seni daripada ilmu. Kepemimpinan merupakan
sebuah gaya daripada sebuah paradigma, karena kepemimpinan
adalah sesuatu yang bermakna apabila dipraktikkan daripada
sekadar wacana menggerakkan orang atau sekelompok orang yang
terorganiasasi demi tercapainya suatu tujuan.56
Menurut Sutantra kepemimpinan merupakan suatu
kebersamaan atau kerja sama dalam suatu tim kerja.
Kepemimpinan merupakan suatu perubahan ke arah pencapaian
tujuan bersama. Kepemimpinan merupakan suatu pelayanan
pemimpin kepada rakyat atau bawahannya. Serta kepemimpinan
merupakan tanggung jawab seseorang terhadap amanatnya.57
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa definisi mengenai kepemimpinan memiliki pengertian yang
beraneka ragam, tidak ada pendefinisian yang mutlak mengenai
kepemimpinan. Hal ini sesuai dengan sudut pandang serta situasi
yang sedang dipelajari. Definisi kepemimpinan menurut penulis
tidak hanya mencakup tentang cara memimpin, tetapi mencakup
perkara hubungan, interaksi, pengaruh, serta otoritas seorang
pemimpin.
Dalam konteks pendidikan khususnya dalam suatu lembaga
pendidikan, kepemimpinan seorang pemimpin memiliki peranan
yang sangat penting untuk menghadapi adanya kemajuan serta
kompetisi global.58 Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan
dalam menghadapi perubahan ditandai dengan adanya kemampuan
dalam menetapkan visi yang jelas dan berorientasi ke depan.
Dengan adanya pandangan yang berorientasi ke depan dari seorang

56
Djokosantoso Moeljono, More About Beyond Leadership 12 Konsep Kepemimpinan,
(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008), H. 32.
57
Agus wijaya, Kepemimpinan Berkarakter, (Sidoarjo: Brilian Internasional, 2015), h. 3.
58
Baharuddin Dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam: Antara Teori Dan
Praktik, (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2014), H. 44.
2

pemimpin maka akan membuat suatu pola kepemimpinan yang


baik karena pemimpin menjadi mampu mengamati suau kejadian
pada masa depan, dia mampu membangkitkan semangat para
anggotanya untuk membuat suatu organisasi lebih hidup, dan dia
mampu mengubah segala tantangan yang ada menjadi sebuah
peluang untuk organisasinya. Apabila dikaitkan dengan masa
pandemi, maka sudah seharusnya para pemimpin yang ada di
setiap jajaran struktur sekolah dapat menjalankan tugasnya sebagai
pemimpin untuk memberikan inovasi serta optimis dalam
menghadapi segala tantangan yang ada di dunia pendidikan.
Keterampilan seperti ini biasa disebut sebagai kepemimpinan
visioner. Kepemimpinan visioner merupakan pola kepemimpinan
yang berdasarkan pada visi yang jelas yang dilakukan secara
bersama-sama oeh para anggota organisasi dengan mengupayakan
berbagai cara untuk tercapainya suatu tujuan.59
Kepemimpinan merupakan suatu proses motivasi yang
dilakukan oleh seorang pemimpin terhadap anggotanya agar
mereka mampu bertindak sesuai dengan visi yang telah disepakati,
maka ketika kita berbicara tentang Kepemimpinan sejatinya kita
membicarakan tentang seseorang yang berada dalam suatu
komunitas tertentu yang memiliki hak untuk melakukan hal
tersebut. Sehingga kepemimpinan dalam konteks pendidikan dapat
diartikan sebagai usaha para pemimpin seperti kepala sekolah dan
para guru dalam memimpin, mempengaruhi dan memberikan
bimbingan kepada para anggotanya agar tujuan pendidikan dapat
tercapai melalui berbagai kegiatan yang telah direncanakan.
Sehingga usaha yang dilakukan oleh seorang pemimpin dapat
tercapai secara efektif dan efisien.60

59
Andriansyah, Kepemimpinan Visioner Kepala Daerah, (Jakarta: Fakultas ilmu sosial
dan politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama, 2015), h. 30.
60
Prayitno Nur, Kepemimpinan, (Yogyakarta: Relasi Inti Media, 2017), h. 68.
2

Guru adalah pemimpin bagi para siswanya. Dalam pendidikan,


guru menempati posisi yang sangat penting. Guru merupakan
fasilitator, evaluator, motivator, demonstrator, mediator, serta
pengelola kelas yang baik untuk peserta didiknya.61 Secara
spesifik, di dalam Undang-Undang Nomor 14 dijelaskan bahwa
tugas utama seorang guru meliputi adalah mendidik serta
memberikan ilmu pengetahuan dan kemudian lakukan suatu
evaluasi untuk mengetahui perkembangan siswa. Dalam peraturan
pemerintah (PP) Nomor 18 tahun 2007 tentang guru dinyatakan
bahwa untuk menjalankan tugasnya, seorang guru harus memiliki
empat kompetensi di dalam dirinya diantaranya; kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi professional. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
guru merupakan salah satu profesi yang menuntut adanya
pengaplikasian konsep kepemimpinan yang unik. Keunikan
tersebut dibentuk karena bawahan yang menjadi tanggungjawab
seorang guru adalah para siswa yang memiliki karakteristik
kepribadian yang beragam.62
b. Kepemimpinan Dalam Islam
Dalam pandangan agama Islam, istilah kepemimpinan
bukan merupakan suatu bentuk legitimasi wewenang yang
diberikan oleh orang lain. Islam telah memandang manusia selaku
hamba Allah swt. sebagai pemimpin, ia telah membawa peran
sebagai pemimpin (khalifah) sejak kelahirannya di muka bumi.
Kepemimpinan dalam Islam disebut sebagai suatu fitrah atau
potensi yang dimiliki setiap individu supaya mampu
memanfaatkan dan memberdayakan segala sesuatu yang terdapat di
alam semesta, baik yang berupa sumber daya manusia atau sumber
daya alamnya. Sebagai seorang khalifah sekaligus hamba Allah,

61
Izzan, Ahmad., dkk, Membangun Guru Berkarakter, (Bandung: Humaniora, 2012), h.
39.
62
Prayitno Nur, Kepemimpinan, (Yogyakarta: Relasi Inti Media, 2017), h. 71.
3

tentunya segala pemberdayaan serta pemanfaatan tersebut akan


berorientasi pada bentuk pengabdian kepada Allah semata.63
Sehingga kepemimpinan dalam Islam merupakan suatu bentuk
amanah yang harus dijaga dan dipertanggungjawabkan secara
horizontal ataupun vertikal.64
Dalam Islam, konsep kepemimpinan disebutkan dengan
berbagai macam istilah seperti; khalifah, imam, ulil amri, auliya‟,
wali, ra‟in, malik, amir, dan berikut di bawah ini penulis akan
memberikan penjelasan singkat mengenai setiap istilah tersebut.
Dilihat dari segi Al-Qur‟an, istilah khalifah memiliki suatu
makna dasar yang artinya menggantikan atau meninggalkan.65
istilah khalifah dalam konsep kepemimpinan biasa disebut sebagai
pengganti pemimpin syari‟at Nabi Muhammad dalam memelihara
agama dan dunia.66 Namun bila kita merujuk pada firman Allah
swt dalam QS. Al-Baqarah ayat 30, Istilah khalifah bukan
merupakan sebuah gelar yang hanya ditujukan kepada para
khalifah sesudah nabi, berdasarkan ayat tersebut konsep khalifah
merupakan suatu fitrah untuk setiap diri manusia yang telah di
amanahkan oleh Allah swt. dalam memimpin dirinya untuk selalu
berbuat baik.67 Bila kita bandingkan istilah khalifah pada ayat yang
lain, seperti yang terdapat di dalam QS. Shad ayat 26, dalam ini
menunjukkan bahwa konsep khalifah juga berlaku dalam hal
memimpin umat. Sehingga konsep khalifah disini mengarahkan
kepada hal memimpin diri dan juga memimpin ummat.

63
Pandangan ini berdasarkan pada perbandingan firman Allah dalam QS.Al-Baqarah ayat
30 dan QS. Adz-Dzariyat ayat 56. Dalam Jurnal Soleh Subagja, “Paradigma Nilai-Nilai
Kepemimpinan Profetik (Spirit Implementasi Model Kepemimpinan Di Lembaga Pendidikan
Islam”, Jurnal Progresiva, Vol. 3, 2010, H. 23.
64
Noor Hamid, “Prophetic Leadership In Pesantren Education: Study At Pondok
Pesantren Universitas Islam Indonesia”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6, 2017, h. 350.
65
Muzammil, “Konseptualisasi Kepemimpinan Islami Dalam Pengembangan Pendidikan
Islam”, Jurnal At-Turas, Vol. 4, 2017, h. 261.
66
Maimunah, “Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam Dan Dasar Konseptualnya”,
Jurnal Al-Afkar, Vol. 5, 2017, h. 69.
67
Maimunah, “Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam Dan Dasar Konseptualnya”,
Jurnal Al-Afkar, Vol. 5, 2017, h. 69.
3

Sehingga apabila penulis simpulkan istilah khalifah ini


merupakan konsep kepemimpinan yang memang bersifat umum.
Kepemimpinan dalam istilah khalifah disini bukan merupakan
suatu gelar semata, tetapi merupakan amanah yang sudah diberikan
Allah kepada setiap hambanya agar ia mampu menjadi pemimpin
yang bertanggung jawab kepada ummat ataupun untuk dirinya
sendiri. Sehingga istilah khalifah tersebut menjadi suatu paradigma
awal pemikiran penulis dalam menghubungkan konsep
kepemimpinan peserta didik untuk memimpin diri selama
pembelajaran jarak jauh.
Selain istilah khalifah, konsep kepemimpinan dalam Al-Qur‟an
juga dapat kita temukan dalam kata imam. Imam merupakan
deviasi dari kata amna-ya „umnu yang berarti menuju, menumpu
atau meneladani.68 Menurut Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, kata
imam, memiliki arti “pemimpin, ikutan, atau panutan, sedangkan
imamah berarti keimanan atau kepemimpinan”.69 Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kata imam dalam kepemimpinan islam
memiliki makna yang lebih spesifik yaitu merupakan seorang
individu yang bisa menjadi figure yang baik untuk orang-orang
yang dipimpinnya, dia mampu menjadi panutan serta menjadi
teladan yang baik.
Istilah kepemimpinan dalam islam juga terdapat dalam kata
ra‟i. kata ra‟i berasal dari bahasa Arab bersuku kata ro‟a-yar‟a-
ro‟yun-ri‟yatan. Kepemimpinan dalam terminologi ra‟i
menyiratkan pentingnya makna ri‟yah yang artinya menggembala,
memelihara, mengarahkan, dan memberdayakan orang-orang yang
ada dipimpinnya (ra‟iyah)70 karena kata ra‟a sendiri secara bahasa

68
Maimunah, “Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam Dan Dasar Konseptualnya”,
Jurnal Al-Afkar, Vol. 5, 2017, h. 70.
69
Hafniati, “Aspek-Aspek Filosofi Kepemimpinan Dalam Al-Qur‟an Dan As-Sunnah”,
Jurnal Al-Adyan, Vol, 13, 2018, h. 115.
70
Hafniati, “Aspek-Aspek Filosofi Kepemimpinan Dalam Al-Qur‟an Dan As-Sunnah”,
Jurnal Al-Adyan, Vol, 13, 2018, h. 117.
3

memiliki arti gembala dan kata ra‟in memiliki arti penggembala.


Jika pemimpin dianalogikan dengan penggembala, maka pemimpin
harus merawat, memberi makan dan mencarikan tempat berteduh
binatang gembalanya. (berdasarkan analogi tersebut maka
seharusnya seorang pemimpin harus merawat serta memelihara
binatang gembalanya dengan baik). Secara sederhana, seorang
penggembala mempunyai bertanggung jawab untuk
mensejahterakan binatang gembalanya.71 istilah ra‟i dapat kita
temukan dalam Hadis Rasulullah SAW. sebagai berikut:
‫ول عن رع َّي ب ْ ِْل َهبم الَ علَى‬Sُ‫هسئ‬ ‫وكلُّك‬‫ْن‬ ‫أَ ََل كل‬
‫ِذي‬ , ‫ِته‬ ‫ْن‬ , ‫راع‬
ٍ
‫ك‬
........ ‫و عن رع َّي ِته‬Sُ‫النَّبس وه َو هسئ‬
‫ل‬ ‫راع‬
ٍ
Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian
akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin,
penguasa yang memimpin manusia dia akan dimintai
pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya .......
(HR. Bukhari no. 7138)

Berdasarkan hadis di atas istilah ra‟i menjelaskan tentang


adanya kepemimpinan di setiap level kehidupan sosial masyarakat.
Kepemimpinan pada hakikatnya telah ada dalam setiap diri
manusia. Tidak ada satupun manusia yang lepas dari tanggung
jawab dari apa yang di amanahkan kepada dirinya, mulai dari
kepemimpinan diri, keluarga, masyarakat, bahkan sampai kepada
level yang tertinggi yaitu kepemimpinan negara. Sehingga
kepemimpinan dalam konteks kata ra‟i memiliki makna tanggung
jawab seorang pemimpin untuk selalu membimbing serta
mengarahkan orang dipimpinnya kepada jalan yang benar serta
mensejahterakannya dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Jika
kita hubungkan istilah ra‟i dalam dunia pendidikan, maka para
guru, orangtua, serta tokoh masyarakat yang ada di lingkungan

71
Umar Sidiq, “Kepemimpinan Dalam Islam: Kajian Tematik Dalam Al-Quran Dan
Hadits”, Jurnal Dialogia, Vol. 12, 2014, h. 134.
3

sekitar akan berperan sebagai pemimpin yang berikan teladan yang


baik kepada anak.
Selain itu konsep kepemimpinan juga ditemukan dalam
kata ulil amri. Istilah ulil amri ini terdiri dari dua kata yaitu; ulu
yang berarti pemilik dan al-amr yang memiliki arti perintah atau
urusan. Sehingga istilah Ulil amri, umara atau penguasa
merupakan orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan
rakyat.72 Ulil amri juga disebut sebagai pemimpin tertinggi dalam
masyarakat islam.73 Adapun menurut Muzamil dalam jurnalnya
mendefinisikan istilah ulil amri dengan artian seorang pemimpin
yang mengurus segala urusan secara umum sehingga harus
dipatuhi petintahnya selama tidak bertentangan dengan syari‟at
Islam.74
Al-malik, merupakan istilah lain yang digunakan oleh Allah
swt. dalam Al-Qur‟an untuk memberikan penjelasan tentang
kepemimpinan. Dari kata Al-malik dapat terbentuk suatu kata kerja
malaka-yamliku yang berarti kewenangan untuk memiliki sesuatu.
sehingga istilah al-malik dalam konsep kepemimpinan islam
memiliki arti seseorang yang mempunyai kewenangan untuk
memerintah atau melarang sesuatu dalam hal pemerintahan.
Dengan sederhana, penggunaan istilah al-malik ini merupakan
suatu gelar untuk seorang pemimpin yang memiliki wewenang
serta kemampuan di bidang politik atau pemerintahan. 75 Sehingga
apabila dihubungkan dengan konteks kepemimpinan pendidikan,
al-malik disini merupakan seorang pemimpin yang harus memiliki
pengakuan atau legalitas dari para anggotanya sehingga ia menjadi

72
Nidawati, “Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam”, Jurnal Pendidikan, Vol. 7, 2018,
h. 8.
73
Maimunah, “Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam Dan Dasar Konseptualnya”,
Jurnal Al-Afkar, Vol. 5, 2017, h. 71.
74
Muzammil, “Konseptualisasi Kepemimpinan Islami Dalam Pengembangan Pendidikan
Islam”, Jurnal At-Turas, Vol. 4, 2017, h. 264.
75
Syamsu Syauqani, “Internalisasi Nilai-Nilai Al-Qur‟an Untuk Membentuk Pemimpin
Yang Qur‟ani”, Jurnal El-Tsaqafah, Vol. 16, 2012, h. 37.
3

berhak untuk memimpin para anggotanya selama ia berada


memegang prinsip yang tidak bertentangan dengan syari‟at Islam.
Istilah selanjutnya yang sering digunakan oleh para muslim
untuk menyebutkan seorang pemimpin atau deviasi kata dalam Al-
Qur‟an yang memiliki makna serupa dengan kepemimpinan, yakni
terdapat di dalam kata wali dan auliya. Secara bahasa menurut
Ismatilah, dkk di dalam jurnalnya menyebutkan bahwa makna
dasar dati kata wali dan auliya itu adalah dekat. Makna dekat ini
dapat memiliki arti yang beragam sesuai dengan konteks masalah
atau suatu hal yang sedang dibahas. Beberapa makna yang dapat
dihasilkan dari kata wali dan auliya ini diantaranya adalah
penolong, pelindung, teman setia, anak, pemimpin, penguasa,
kekasih, saudara seagama, ahli waris, orang yang bertakwa, yang
mana semua maknanya tidak jauh dari arti dasarnya yaitu dekat.76
Berdasarkan pemaparan di atas mengenai konep dari setiap
term kepemimpinan dalam Islam, penulis dapat menyimpulkan
bahwa konsep kepemimpinan dalam Islam hubungannya dapat
dikatakan cukup luas karena jika kita berbicara tentang
kepemimpinan dalam agama Islam, maka pengertian disini tidak
hanya berhubungan antara hubungan manusia dengan sesama
manusia namun juga terdapat hubungan antara manusia dengan
Allah sebagai pertanggung jawaban seorang pemimpin kepada
Sang Khaliq, Allah swt. Berpegang teguh pada nilai-nilai syari‟at
merupakan salah satu prinsip utama yang harus diterapkan dalam
proses kepemimpinan dalam Islam. Sehingga kewajiban untuk
mengikuti arahan dan bimbingan seorang pemimpin hanya berlaku
jika arahannya tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai ajaran
Islam.

76
Ismatilah, Ahmad Faqih Hasyim, Dan M. Maimun, “Makna Wali Dan Auliy‟ Dalam
Al-Qur‟an (Suatu Kajian Dengan Pendekatan Semantic Toshihiko Izutsu)”, Jurnal Diya Al-Afkar,
Vol. 4, 2016, h. 60.
3

c. Pengertian Kepemimpinan Profetik


Istilah profetik merupakan suatu bentuk kata simpangan dari
kata prophet. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata profetik
memiliki arti kenabian. Berdasarkan makna dari kata dasar profetik
dapat dikatakan bahwa kepemimpinan profetik merupakan seni
seorang pemimpin dalam memimpin orang lain dengan meneledani
pola yang dilakukan oleh nabi.77
Kepemimpinan profetik merupakan kepemimpinan yang
berdasar dan mengacu kepada perilaku Nabi dalam mencontohkan
sikap, perkataan, dan perbuataan beliau dalam menghadapi dan
mengatasi permasalahan kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai propetik
dalam Islam disandarkan pada teladan Nabi Muhammad saw.
dimana diyakini bahwa perilaku dan akhlak Nabi bersumber dari
nilai-nilai Al-Qur‟an.
Dalam Islam, model kepemimpinan Nabi Muhammad saw.
adalah model dan teladan yang dianggap paling lengkap dan
sempurna, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surah Al-
Ahzab ayat 21 bahwa sesungguhnya suri taulan yang baik itu telah
ada pada diri Nabi Muhammad SAW.78
Kesempurnaan model kepemimpinan yang berada pada diri
Rasulullah ini meliputi eksistensi dirinya di hadapan Allah serta
perannya di tengah-tengah umat manusia. Beliau merupakan satu-
satunya model manusia paling sempurna baik dengan interaksinya
pada Tuhan maupun dengan umat manusia serta makhluk
lainnya.79 Selain itu Nabi Muhammad merupakan pemimpin yang
holistic, accepted, dan proven. Istilah holistic secara bahasa
memiliki makna yang artinya menyeluruh maka dari itu Dalam hal

77
Bachtiar Firdaus, Seni Kepemimpinan Para Nabi, (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2016), h. 112.
78
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Dan Terjemahnya, (Bandung:
Syamil Qur‟an), h. 420.
79
Siti Marwiyah, Kepemimpinan Spiritual Profetik Dalam Pencegahan Korupsi,
(Surabaya: Jakad Publishing, 2018), h. 139.
3

kepemimpinan, Nabi Muhammad disebut sebagai orang yang


memiliki kepemimpinan holistic karena memang dalam sejarah
kehidupan Nabi SAW mampu mengelola dan mengatasi berbagai
bidang sector kehidupan mulai dari kepemimpinan dalam keluarga
sampai kepada sektor pemerintahan. Kepemimpianannya disebut
accepted (diterima), karena kepemimpinannya telah diakui lebih
dari 1,3 milyar manusia. Kepemimpinannya disebut proven
(terbukti) karena pada kenyataannya konsep kepemimpinan yang
beliau terapkan sejak lebih dari 15 abad yang lalu hingga hari ini
masih relevan untuk diterapkan.80
Walaupun umat Islam meyakini bahwa jumlah Nabi dan Rasul
sangat banyak, namun Nabi Muhammad saw. merupakan qutbb
atau pusat dari para Nabi dan Rasul sebelumnya. Nabi Muhammad
merupakan model manusia yang paling sempurna sebagai hamba,
pemimpin umat, maupun sebagai khalifah. Keunggulan Nabi
Muhammad terletak dalam hubungannya yang baik kepada seluruh
makhluk yang ada di bumi dan terutama kepada Allah swt. sebagai
sang pencipta alam semesta. Keunggulan dan popularitas
kepribadian Nabi Muhammad tidak hanya diakui oleh umat serta
para cendiawan muslim, tetapi juga diakui oleh para ilmuan di
kalangan non-muslim.
Nabi Muhammad adalah tipologi pemimpin sejati yang ideal.
Tidak ada pemimpin di dunia ini yang memiliki karakter
sesempurna Nabi Muhammad.81 Nabi Muhammad merupakan
manusia yang memiliki akhlak serta kepribadian yang sempurna,
bahkan dalam suatu riwayat ketika Sayyidatina Aisyah r.a ditanya
tentang kepribadian suaminya, beliau hanya menjawab “kaana
khuluquhu al-Qur‟an” (sesungguhnya budi pekertinya
(Rasulullah)

80
Muhammad Syafii Antonio, Muhammad SAW: The Super Leader Super Manager,
(Jakarta: Prolm Centre Dan Tazkia Publishing, 2015), h.9.
81
Nurul H. Maarif, Samudra Keteladanan Muhammad, (Ciputat: Pustaka Alvabet, 2017),
h.147.
3

adalah Al-Qur‟an).82 Sungguh jawaban yang sangat singkat namun


memiliki makna yang mendalam. Pernyataan yang menjadi bukti
bahwa Nabi Muhammad memang manusia yang sempurna baik di
sisi Allah ataupun di sisi manusia serta makhluk Allah lainnya di
bumi. Dan salah satu keagungan yang dimiliki oleh Nabi
Muhammad adalah perihal sikap kepemimpinan yang baik yang
telah diakui oleh seluruh umat muslim dan ilmuan barat lainnya.

3. Tipologi Kepemimpinan Profetik


Gambaran tipe dan gaya kepemimpinan yang baik sejatinya telah
dicontohkan secara nyata terlebih dahulu oleh Nabi Muhammad SAW
semasa hidupnya jauh sebelum teori-teori mengenai kepemimpinan di
bahas oleh para ilmuan muslim dan barat. Dalam menjalankan
kepemimpinannya, Nabi Muhammad sangat mengedepankan sisi
keteladanan serta akhlak yang terpuji. Sehingga keberhasilan Nabi
Muhammad dalam hal memimpin tidak hanya meliputi negara,
melainkan sampai kepada perihal agama dan kesuksesan Nabi ini telah
mendapatkan pengakuan dari seluruh tokoh yang ada di dunia sebagai
pemimpin yang paling berpengaruh sepanjang sejarah.83 Maka dari itu,
pola kepemimpinan yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad
dahulu, sampai detik ini masih menjadi model kepemimpinan terbaik
yang dicontoh oleh kebanyakan orang.
Menurut Bachtiar Firdaus, ada beberapa unsur kepemimpinan
profetik yang dapat kita jadikan teladan serta untuk kita pelajari agar
kita mampu memahami lebih lanjut mengenai bagaimana
kepemimpinan profetik versi Nabi Muhammad SAW. Unsur-unsur
tersebut antara lain; kepemimpinan yang berilmu, kepemimpinan yang
kuat, kepemimpinan yang amanah, kepemimpinan yang regeneratif,
82
Djokosantoso Moeljono, More About Beyond Leadership: 12 Konsep Kepemimpinan,
(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008), h. 54
83
Luluk Maktumah, “Prophetic Leadership Dan Implementasinya Dalam Lembaga
Pendidikan Islam”, Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, Vol. 4, 2020, h. 135.
3

dan kepemimpinan yang bertakwa.84 Senada dengan ungkapan tersebut


Adi Sujatno juga mengemukakan bahwa ciri kepemimpinan Nabi
Muhammad merupakan cerminan dari kepribadian beliau yang mulia.
Kepribadian Rasulullah ini terangkum ke dalam empat sifat yaitu;
shiddiq, fathonah, amanah, dan tabligh.85 Di bawah ini penulis akan
menjelaskan lebih detail mengenai keempat sifat tersebut yang
kemudian akan penulis ursikan kembali dengan ilmu-ilmu modern
terkait dari setiap aspek sifat yang ada pada diri Nabi Muhammad.
a) Shiddiq
Menurut pandangan Quraish shihab, kata shiddiq
merupakan suatu bentuk hiperbola dari kata shidq yang
bermakna benar, baik benar dalam ucapan, sikap, dan
perbuatan. Selain itu kata ash-shidiq juga dimaknai sebagai
suatu bentuk kejujuran seseorang dalam menyampaikan
informasi, yang ditandai dengan adanya kesesuaian antara apa
yang diketahui dengan apa yang diucapkan, serta apa yang
diyakini dengan apa yang diperbuat oleh seseorang. Kejujuran
merupakan suatu bentuk kualitas komunikasi dan tindakan
seseorang yang didasarkan pada kebenaran nilai atau norma
yang berlaku dalam lingkungannya.86 Sehingga dapat dikatakan
bahwa gelar shiddiq dapat diberikan kepada seseorang apabila
ia mampu jujur terhadap dirinya sendiri serta dapat berlaku
jujur terhadap orang lain. Menurut beberapa pendapat, ada
beberapa istilah yang dapat membedakan antara orang yang
shadiq dengan orang-orang yang shiddiq. Orang yang shadiq
merupakan orang yang memiliki sikap jujur dalam salah satu

84
Bachtiar Firdaus, Seni Kepemimpinan Para Nabi, (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2016), h.130.
85
Djokosantoso Moeljono, More About Beyond Leadership: 12 Konsep Kepemimpinan,
(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008), h. 52.
86
Badruzzaman, “Integritas Siswa Sekolah Menengah Atas Di Kawasan Timur Indonesia
(Pengaruh Tingkat Kondusifitas Lingkungan Terhadap Integritas Siswa)”, Jurnal Al-Qalam, Vol.
25, 2019, h. 82.
3

aspek kejujuran dan sifat kejujuran ini bersifat temporal, yakni


dapat berubah sewaktu-waktu. Sedangkan shiddiq merupakan
suatu istilah yang dapat menggambarkan kualitas karakter
seseorang secara utuh, ditandai dengan sikap berlaku jujur
secara niat, lisan, dan perbuatan.87
Hal ini bila penulis kaitkan dengan istilah ilmu modern,
maka ini akan memiliki makna yang sama dengan istilah
integritas.88 Integritas dapat dikatakan sebagai suatu bentuk
karakter utuh yang dimiliki oleh seseorang karena adanya
kesinambungan antara pikiran, ucapan, dan perbuatan.
Integritas merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya
konsistensi antara perbuatan seseorang dengan nilai-nilai atau
prinsip yang ia yakini. Oleh karena itu dengan adanya integritas
dalam diri seseorang segala pikiran, ucapan dan perbuatannya
akan selalu berjalan secara konsisten. Orang yang memiliki
integritas biasanya akan dikenal sebagai orang yang jujur dan
suka berlaku adil.89 Sehingga seorang siswa yang berintegritas
tinggi akan selalu memegang teguh prinsip dan nilai-nilai yang
ia yakini kebenarannya, walaupun keadaan atau lingkungannya
akan melakukan sebaliknya.
Maka dari itu, dalam konteks penelitian yang penulis
lakukan, penulis mengamati bagaimana penerapan nilai shiddiq

87
Almunadi, “Shiddiq Dalam Pandangan Quraish Shihab”, Jurnal Ilmu agama UIN
raden fatah, Vol. 17, No. 1, 2016, h. 131.
88
Integritas adalah “sebuah konstruk psikologis yang dinamis berdasarkan fungsinya
kepribadian dengan baik yang dikelola oleh fungsi kognitif dan afektif, dan didukung oleh
kemampuan tertentu untuk mewujudkannya ke dalam perilaku integritas”. Selain itu Juliefi juga
memberikan suatu define mengenai integritas yaitu sebagai konsistensi seseorang dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Sehingga ciri-ciri orang yang berintegritas pada
umumnya ditandai dengan ucapannya yang dapat dipercaya, serta berperilaku yang sesuai dengan
apa yang diucapkan. Dwi Prawani Sri Redjeki Dan Jefri Heridiansyah, Memahami Sebuah Konsep
Integritas, Jurnal STIE Semarang, Vol. 5, 2013, h. 3-4.
89
Badruzzaman, “Integritas Siswa Sekolah Menengah Atas Di Kawasan Timur Indonesia
(Pengaruh Tingkat Kondusifitas Lingkungan Terhadap Integritas Siswa)”, Jurnal Al-Qalam, Vol.
25, 2019, h. 79.
4

siswa yang meliputi nilai kejujuran serta nilai kebenaran dalam


menjalankan segala kewajibannya sebagai seorang siswa.
b) Amanah
Jauh sebelum nabi Muhammad saw diangkat menjadi rasul,
Nabi Muhammad sudah mendapatkan gelar Al-Amin (dapat
dipercaya) dari orang-orang di sekitarnya. Gelar ini merupakan
suatu bentuk implikasi dari jujurnya segala perbuatan dan
perkataan yang Nabi Muhammad lakukan semasa hidupnya.
Secara bahasa kata amanah berasal dari “isim mashdar
yang diambil dari kata amina-ya‟manu-amnan-wa amanatan,
yang memiliki arti kesetiaan, ketulusan hati, dan
kepercayaan”.90 Sedangkan makna amanah dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti sebagai sesuatu
yang dititipkan kepada orang lain, keamanan, dan dapat
dipercaya.91
Penjelasan yang senada juga dikemukakan oleh Quraish
Shihab yang memberikan definisi beragam mengenai amanah
berdasarkan turunan kata yang ada terdapat dalam Al-Qur‟an
seperti amana, amin, amina, iman, dan u‟tumina. Istilah kata
amana dikaji oleh Quraisy Shihab di dasarkan pada QS. Al-
Baqarah ayat 13 yang dimana kata tersebut memiliki makna
iman. Yang kemudian apabila dikaitkan dengan konsep
amanah, maka menjadi bermakna “segala sesuatu yang
dipercayakan kepada orang lain dengan rasa aman”. Begitu
pula halnya dengan iman, memiliki hubungan makna yang

90
Irfan, “Interpretation Of Amanah Verses In The Qur‟an”, Jurnal Ilmu Al-Qur‟an Dan
Tafsir, Vol. 4, 2019, h. 115.
91
Badan Pengembangan Bahasa Dan Perbukuan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Kelima, (Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republic Indonesia), 2016, h. 205.
4

sama dengan amana karena untuk menjalankan amanah,


seseorang pasti memiliki iman yang kuat di dalam hatinya.92
Turunan kata amanah selanjutnya yang dikaji oleh Quraisy
Shihab yaitu amin, yang memiliki arti terpercaya. Menurutnya
istilah amin bila kaitkan dengan amanah, ini akan
menunjukkan bahwa orang yang amanah merupakan orang
yang terpercaya. Adapun istilah amina yang asalnya memiliki
arti „merasa aman‟ dan „terpercaya‟, dalam surah Al-Baqarah
ayat 283 kata ini memiliki arti mempercayai. Yang kemudian
apabila dikaitkan dengan konsep amanah ini berarti bahwa
adanya rasa nyaman dan percaya seseorang yang memberikan
amanah terhadap apa yang dititipkannya kepada orang lain.
Dalam ayat yang sama terdapat kata u‟tumina yang berkaitan
dengan konsep amanah. U‟tumina menurut surah Al-Baqarah
ayat 283 memiliki arti dipercaya dan ini menjelaskan bahwa
barang siapa yang mendapatkan amanah dari orang lain
hendaknya dia bersikap amanah kepada yang mempercayai.93
Dengan demikian berdasarkan penjelasan di atas mengenai
makna sifat amanah, maka dapat disimpulkan istilah amanah
ini erat hubungannya dengan sebuah kepercayaan, kejujuran,
serta tanggung jawab seseorang terhadap suatu hal. Sehingga
apabila penulis kontekskan antara konsep amanah tersebut
dengan konsep amanah pada pembelajaran jarak jauh, maka
dalam penelitian ini penulis ingin memfokuskan konsep
amanah tersebut pada beberapa indikator seperti tanggung
jawab, disiplin, dan visioner yang mana hal tersebut dapat

92
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur‟an Vol. 4,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), H. 508 Dalam Skripsi Manarul Hidayat, Konsep Amanah Perspektif
Al-Qur‟an (Studi Analisis Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab), h. 46.
93
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur‟an Vol. 4,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), H. 508 Dalam Skripsi Manarul Hidayat, Konsep Amanah Perspektif
Al-Qur‟an (Studi Analisis Tafsir Al-Misbah M. Quraish Shihab), h. 47.
4

menjadi tanda bahwa siswa mampu menjadi pemimpin yang


amanah untuk dirinya selama pembelajaran jarak jauh.
c) Tabligh
Secara bahasa kata tabligh memiliki arti menyampaikan.
Dalam konteks keagamaan kata tabligh diartikan sebagai tugas
menyampaikan segala risalah Allah SWT kepada seluruh
manusia. Dengan adanya tugas tersebut, Nabi menjadi
mempunyai tanggungjawab untuk mampu menguasai
informasi, menyampaikan berita dengan baik, serta terbuka
dalam menyampaikan berita atau wahyu kepada manusia.
Keberhasilan Nabi dalam hal berkomunikasi dapat kita lihat
bukti kebenarannya dari banyaknya cerita sejarah yang
menyatakan kecerdasan beliau dalam mengatur strategi untuk
menyampaikan dakwah kepada umat. Selain itu Nabi juga
sosok yang terbuka, beliau tidak pernah menyembunyikan
informasi yang benar kepada umatnya dan Nabi juga tidak
pernah takut untuk mengungkapkan kebenaran walaupun ia
harus menerima konsekuensi yang berat.94
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa sifat tabligh merupakan suatu istilah
yang menunjukkan bagimana kualitas seseorang dalam hal
berkomunikasi, baik dari segi kejujurannya dalam
berkomunikasi, atau keterampilannya dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Sehingga apabila penulis kontekskan aspek
tagligh tersebut dengan siswa maka dalam hal ini penulis ingin
melihat bagaimana keterampilan siswa dalam hal
berkomunikasi kepada orang lain serta sikap keterbukaannya
terhadap orang lain (tranferbility) ketika menyampaikan suatu

94
Sakdiah, “Karakteristik Kepemimpinan Dalam Islam (Kajian Historis Filosofis) Sifat-
Sifat Rasulullah”, Jurnal Al-Bayan, Vol. 22, 2016, h. 44.
4

informasi atau dalam hal menyampaikan keluh-kesahnya


selama pembelajaran jarak jauh.
d) Fathanah
Fathanah secara bahasa memiliki makna yang artinya
cerdas. Kata cerdas disini memiliki makna yang mendalam
karena cerdas tidak hanya diukur dari segi intelektual
seseorang, namun cerdas dalam konsep fathanah juga termasuk
bagaimana kemampuan seseorang dalam melihat, memaknai,
dan memahami hakikat segala sesuatu hal yang sedang dia
hadapi, serta bagaimana selanjutnya dia bertindak dan
berperilaku dalam keadaan tersebut. Menurut Siti Marwiyah,
kecerdasan dalam konsep fathanah ini merupakan perpaduan
dari kemampuan manusia yang cerdas dalam bidang
emosionalitas, rasionalitas, dan spiritualitas.95 Nabi
Muhammad merupakan satu-satunya manusia yang
mendapatkan karunia kecerdasan yang sempurna dari Allah
swt. Apapun teori kecerdasan yang dikemukakan oleh para ahli
kecerdasan modern, akan ditemukan pada diri Rasulullah baik
itu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosi (EQ),
ataupun kecerdasan spiritual (SQ).96
Kecerdasan Nabi Muhammad dari segi intelektual dapat
dibuktikan dengan jejak sejarah Nabi dengan kesuksesannya
dalam hal menyelesaikan misi dakwahnya. Beliau juga mampu
menghadapi segala rintangan yang ada dengan tangkas dan
bijaksana. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Howard
Gardner, beliau menyatakan bahwa kecerdasan intelektual
merupakan suatu kemampuan seseorang yang mampu

95
Siti Marwiyah, Kepemimpinan Spiritual Profetik Dalam Pencegahan Korupsi,
(Surabaya: Jakad Publishing, 2018), h. 130.
96
Muhammad Syafii Antonio, Muhammad SAW: The Super Leader Super Manager,
(Jakarta: Prolm Centre Dan Tazkia Publishing, 2015), h. 45
4

menggunakan logikanya untuk berpikir dan memecahkan


masalah sesuai dengan kelebihan yang ada pada dirinya.97
Kecerdasan Nabi bila ditinjau dari segi kecerdasan
emosional hal ini dapat dibuktikan dengan kepribadiannya
yang sabar, mampu menyelesaikan segala permasalahan
dengan damai, dan mampu memahami perasaan orang lain.
Walaupun Nabi pernah melakukan kesalahan dalam bertindak
sebagaimana manusia biasa, namun Nabi langsung menyadari
akan kesalahannya dan segera memperbaiki kesalahannya.98
Tindakan Nabi seperti ini nyatanya memang sesuai dengan
adanya hasil penelitian ilmuan barat yang menyatakan bahwa
emosi merupakan suatu aspek yang tidak kalah pentingnya
dengan logika yang berguna sebagai alat berpikir dalam
memecahkan suatu masalah. Seseorang yang memiliki
kecerdasan emosi yang baik dia akan mampu menanggapi
suatu permasalahan dengan suasana hati yang tepat dan
mampu memahami emosi orang lain.99
Sedangkan kecerdasan spiritual Nabi dapat kita lihat dari
sisi optimisme Nabi dalam melakukan dakwah kepada seluruh
umatnya. Nabi Muhammad memiliki sumber kekuatan dan
kepercayaan yang tinggi terhadap adanya kekuasaan serta
bantuan Allah swt. sehingga apapun masalah yang Nabi hadapi
beliau tetap selalu bersemangat dan yakin bahwa kelak
kemenangan akan akan tiba pada agama Islam. Hal ini

97
Howard Gardner pada tahun 1983 mengusulkan ada delapan macam kecerdasan yang
manusia miliki di dalam diri mereka masing-masing, hanya saja dari delapan kecerdasan tersebut
hanya terdapat antara satu atau dua kecerdasan yang menonjol pada diri masing-masing individu.
Adapun kecerdasan tersebut meliputi; kecerdasan linguistic, kecerdasan logis-matematis,
kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musical, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapernsonal, dan kecerdasan naturalis. P. Ratu Ile Tokan, Sumber Kecerdasan Manusia (Human
Quentient Resource), (Jakarta: Grasindo, 2016), h. 18-20.
98
Sakdiah, Karakteristik Kepemimpinan Dalam Islam (Kajian Historis Filosofis) Sifat-
Sifat Rasulullah, Jurnal Al-Bayan, Vol. 22, 2016, h. 45.
99
P. Ratu Ile Tokan, Sumber Kecerdasan Manusia (Human Quentient Resource),
(Jakarta: Grasindo, 2016), h. 21.
4

nyatanya dapat dibuktikan dengan adanya hasil penelitian yang


dilakukan oleh ilmuan bernama Danah Zohar dan Ian Mashall
yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan suatu
kemampuan seseorang untuk mampu menghadapi dan
memecahkan masalah makna dan nilai, sehingga dirinya
mampu menempatkan perilaku dan sikapnya ke dalam konteks
makna yang lebih luas.100 Sehingga spiritual ini pada dasarnya
lebih bersifat umum dibandingkan dengan agama, karena
spiritual berhubungan dengan nilai-nilai transendental
seseorang dan ini bisa mencakup segala sesuatu yang sekiranya
dapat menjadi pusat kekuatan jiwa seseorang seperti nilai,
keyakinan dan kepercayaan seseorang.101 Adapun ibadah
merupakan suatu bentuk perwujudan dari adanya spiritualitas
seseorang terhadap Tuhan atau keyakinanya tersebut.102
Adapun sebagai seorang Muslim yang menjadi sumber
kecerdasan spiritual umat Islam adalahh jika mereka mampu
kembali kepada Allah, Al-Qur‟an beserta hati nuraninya
sebagai titik balik segala permasalahannya.103
Berdasarkan penjelasan di atas, apabila penulis kontekskan
pada kepemimpinan diri siswa selama pembelajaran jarak jauh.
Maka seharusnya para siswa juga mampu memiliki kecerdasan
yang mencakup kepada aspek rasional, emosional, serta
spiritual untuk tercapainya tujuan belajar serta mampu
memahami makna menjadi siswa yang berkualitas dihadapan
Allah SWT. Dalam penelitian ini penulis akan berfokus
mengamati dan mempelajari lebih lanjut mengenai segala

100
Ngainun Naim, “Kecerdasan Spiritual: Signifikansi Dan Strategi Pengembangan”,
Jurnal Ta‟allum, Vol. 2, No. 1, 2014, h.44.
101
Darmadi, Kecerdasan Spiritual, (Jakarta: Guepedia, 2018), h. 15.
102
Darmadi, Kecerdasan Spiritual, (Jakarta: Guepedia, 2018), h. 17.
103
Pandangan ini dapat dilihat pada firman Allah dalam QS. Al-A‟raf ayat 172 dan QS.
Al-Hajj ayat 46. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Dan Terjemahnya, Bandung:
Syamil Qur‟an.
4

macam kecerdasan siswa yang nampak secara visual selama


melaksankan pembelajaran jarak jauh di masa pandemic covid-
19. Kemampuan siswa ini menyangkut dalam hal melihat,
berpikir rasional, memaknai, dan memahami hakikat segala
sesuatu permasalahan yang ada, serta bagaimana dirinya
bersikap dan bertindak selama melakukan pembelajaran jarak
jauh.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan


1. Berdasarkan tesis yang disusun oleh Inten Mustika Kusumaningtias,
mahasiswa Institut agama islam negeri purwokerto, program studi
manajemen pendidikan islam pascasarjana pada tahun 2017, dengan
judul Implementasi Kepemimpinan Profetik Di Pesantren Mahasiswa
An Najah Dan Pondok Pesantren Ath Thohiriyyah menunjukkan
bahwa walaupun adanya perbedaan pandangan konseptual antara para
kiai antara Pesantren Mahasiswa An Najah dan Pondok Pesantren Ath
Thohiriyyah, yang mana abuya thoha selaku pemimpin Pondok
Pesantren Ath Thohiriyyah memandang bahwa kepemimpinan profetik
merupakan suatu bentuk kepemimpinan berbasis akhlak sehingga
pemimpin harus memiliki karakter shiddiq, tabligh, amanah dan
fathanah, dan abah Raqib memandang bahwa kepemimpinan profetik
merupakan bentu kkepemimpinan yang memiliki visi penyempurnaan
akhlak melalui sifat shiddiq, amanah, tabligh, serta fathanah, namun
secara substansinya kedua pemimpin pesantren tersebut memiliki
pandangan yang senada terkait kepemimpinan profetik. Adapun
implikasi dari penerapan kepemimpinan profetik yang terimplemntasi
dari kedua pondok pesantren tersebut antara lain; shiddiq, memiliki
keyakinan yang mendalam serta sikap tawakal kepada Allah swt.
amanah, terimplementasi dalam fulfilling comminent (menepati janji),
dan realibility (dapat diandalkan). Fathanah terimplementasi dalam
strategic and tactfull, knowable and learning oriented, itqon dan
4

quality foqus, musyawarah, time consiusness, dan tabligh


terimplementasi dalam clear vision, leading by example, dan
motivating and inspiring.104
2. Berdasarkan disertasi yang disusun oleh Indah Kusuma Dewi,
mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, program
studi Manajemen Pendidikan Islam pada tahun 2019, dengan judul
disertasi Implementasi Nilai-Nilai Profetik Dalam Kepemimpinan
Modern Pada Manajemen Kinerja Di Perguruan Tinggi Islam Swasta
Kota Metro menunjukkan bahwa adanya bentuk rekomendasi model
yang terintegrasi antara kepemimpinan Islam yang tercermin dalam
karakteristik Rasulullah; shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah
dengan kepemimpinan modern yang terdapat dalam fungsi
pathfinding, aligning, empowering, serta modeling dapat membarikan
implikasi pada manajemen kerja. Bentuk-bentuk mplikasi dari nilai-
nilai profetik tersebut diantaranya adalah terpenuhinya kebutuhan
jasmani serta rohani para stakeholder, tercapainya suatu tujuan yang
hakiki, penyusunan tata nilai dan aturan sesuai dengan syariat islam,
berorientasi pada hasil dan proses, terjalinnya ukhuwah dalam bekerja,
self leadership, transparan dan akuntable, pencapaian prestasi dengan
cara yang sehat dan benar, pemenuhan SDM berkualitas dan
berakhlakul karimah.105

C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran jarak jauh di masa covid-19 merupakan suatu hasil
keputusan pemerintah yang diberlakukan secara menyeluruh kepada
seluruh jenjang lembaga pendidikan guna menekan penyebaran serta
memutuskan mata rantai penularan virus covid-19. Dengan adanya kondisi

104
Inten Mustika Kusumaningtias, “Implementasi Kepemimpinan Profetik Di Pesantren
Mahasiswa An Najah Dan Pondok Pesantren Ath Thohiriyyah”, Disertasi Pada Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana, Purwokerto, 2017.
105
Indah Kusuma Dewi, “Implementasi Nilai-Nilai Profetik Dalam Kepemimpinan
Modern Pada Manajemen Kinerja Di Perguruan Tinggi Islam Swasta Kota Metro”, Disertasi Pada
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana, Lampung, 2019.
4

darurat serta keputusan yang bisa dikatakan diberlakukan secara tiba-tiba,


tidak sedikit membuat lembaga serta tenaga kependidikan yang merasa
belum siap dengan adanya keputusan belajar jarak jauh. Selain itu, dampak
dari ketidaksiapan adanya pembelajaran jarak jauh juga dirasakan oleh
para siswa. Siswa yang biasanya mendapatkan pelayanan pembelajaran
secara langsung, sekarang mereka harus menjalani proses pembelajaran
yang dilakukan secara jarak jauh. Akibatnya, tidak sedikit siswa yang
kurang mampu memimpin dirinya dengan baik selama belajar di rumah.
Menurut Warsita, kunci dari keberhasilan atau keefektifan dari
sebuah proses pembelajaran jarak jauh diantaranya terletak pada
kemampuan siswa dalam hal memimpin dirinya. 106 Dalam agama Islam,
hal ini akan berkaitan dengan fitrah manusia sebagai seorang pemimpin.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa
“setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai
pertanggungjawaban atas yang dipimpin..”. Berdasarkan hadis tersebut
apabila penulis kontekskan dengan permasalahan pembelajaran jarak jauh,
maka seharusnya seorang siswa mampu untuk bertanggung jawab atas
dirinya terutama dalam hal memimpin dirinya selama belajar di rumah dan
dalam agama Islam, satu-satunya figure model kepemimpinan yang terbaik
dari seluruh umat serta tokoh yang berpengaruh di dunia sampai detik ini
tetap terdapat pada diri Rasulullah SAW. Maka dari itu dalam penelitian
ini penulis memilih Nabi Muhammad SAW sebagai rule model
kepemimpinan diri seorang siswa. Penulis mengacu pada kepemimpinan
Nabi yang berhubungan dengan empat kepribadian Rasulullah yang agung
yakni, shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah yang kemudian penulis
kembangkan nilai-nilai tersebut dengan ilmu modern yang relevan
dengannya.

106
Dina Sri Nindiati, “Pengelolaan Pembelaajran Jarak Jauh Yang Memandirikan Siswa
Dan Implikasinya Pada Pelayanan Pendidikan”, Journal Of Education And Instruction (JOEAI),
Vol. 3, 2020, h. 15.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Dalam penelitian ini penulis menjadikan Madrasah Aliyah (MA)
Al„Imaroh yang terletak di Kampung Bojong Koneng, Desa Telagamurni,
Kecamatan Cikarang Barat, Kab. Bekasi sebagai tempat atau subjek
penelitian dengan alasan; pertama, MA Al‟Imaroh merupakan salah satu
lembaga pendidikan yang ikut terdampak menerapkan sistem
pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi covid-19. Kedua, MA
Al‟Imaroh merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang
memiliki ciri khas keislaman dalam segi kurikulum. Sehingga dengan
adanya landasan filosofis madrasah yang islami, maka sudah seharusnya
kepribadian para siswa dapat mencerminkan kepribadian yang islami
dalam kehidupan sehari-harinya. Maka dari itu, dengan adanya pola
pemikiran tersebut penulis menjadi tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
apakah dengan adanya kurikulum yang islami mampu menghantarkan
siswa menjadi pemimpin yang baik bagi masing-masing individu. Dalam
hal ini penulis dapat melihat hasilnya setelah meneliti lebih lanjut tentang
kepemimpinan diri siswa selama melaksanakan pembelajaran akidah
akhlak secara jarak jauh.
Adapun lama waktu yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan
penelitian ini adalah selama enam bulan yang terhitung dari tanggal 01 Juli
sampai tanggal 01 Januari 2021.

B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode
penelitian jenis kualitatif karena melalui metode kualitatif penulis mampu
memahami suatu fenomena yang penulis teliti secara alami, dapat
mengidentifikasi lebih lanjut fenomena yang terjadi, serta mampu melihat
aspek-aspek yang berhubungan dengan fenomena yang terjadi. Sehingga

49
5

hasil dari penelitian yang telah dilakukan berarah kepada hasil penelitian
yang bersifat induktif.107
Dengan adanya pokok masalah yang bersifat unik, spesifik, serta
fokus pada suatu fenomena tertentu yakni tentang kepimpinan diri siswa
selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi covid-19
maka strategi penelitian yang penulis gunakan dalam metode kualitatif ini
merupakan suatu bentuk strategi penelitian berjenis studi kasus dengan
tipe instrumental case study. Dalam penelitian instrumental case study ini
penulis mampu memberikan penjelasan yang deskriptif mengenai
fenomena khusus yang tampak pada masa pandemi covid-19, yakni dalam
hal kepemimpinan diri siswa selama melaksanakan pembelajaran jarak
jauh yang dinalisis dengan menggunakan standarisasi tipologi
kepemimpinan profetik Nabi Muhammad SAW.108

C. Sumber Data Penelitian


1. Situasi Sosial
Situasi sosial merupakan suatu istilah yang menjelaskan tentang
suatu bentuk sistemik sumber data dalam penelitian kualitatif. Dengan
adanya sifat penelitian kualitatif yang berarah pada konsep
transferability daripada konsep generalisasi, maka dalam penelitian
kualitatif tidak dikenal adanya istilah populasi, melainkan disebut
dengan istilah situasi sosial.
Bagi seorang peneliti kualitatif, ketika dirinya sedang melakukan
suatu proses penelitian pada situasi sosial tertentu maka segala hal
yang berhubungan dengan variabel yang diteliti harus benar-benar
diperhatikan dan dianalisis dengan baik seperti tempat, pelaku, dan
segala kegiatan yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang
lain. bahkan tidak hanya mencakup tempat aspek tempat, pelaku serta

107
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2017), Cet-26, h. 8-9.
108
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Kencana, 2017), h. 340.
5

kegiatan yang yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang
lain namun juga termasuk mengamati segala hal-hal terkecil yang
berkaitan dengan objek peneliti seperti suasana lingkungan serta sarana
belajar yang mendukung juga ikut menjadi bagian yang harus diamati
dan diteliti keterpengauhannya terhadap objek penelitian. 109 Maka dari
itu, dalam penelitian ini yang menjadi situasi sosial dalam penelitian
ini tidak hanya berfokus pada para siswa Madrasah Aliyah Al‟Imaroh
kelas XI namun juga meliputi segala hal yang mampu mempengaruhi
kepemimpinan diri siswa selama melaksanakan pembelajaran akidah
akhlak secara jarak jauh, seperti bagaimana proses kegiatan
pembelajaran, kondisi rumah, sarana belajar siswa di rumah, serta hal-
hal lain yang dapat mempengaruhi kepemimpinan diri siswa selama
melaksanakan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi covid-19.
2. Sumber Data Penelitian
Dalam penelitian kualitatif sumber data yang mampu memberikan
informasi yang akurat dari fenomena yang ada biasa disebut dengan
istilah sampel. Sampel yang dimaksud dalam penelitian kualitatif
bukan merupakan suatu bentuk sampel yang bersifat statistik
sebagaimana yang dimaksudkan dalam penelitian kuantitatif yang akan
menjadi perwakilan dari suatu populasi, sampel dalam penelitian
kualitatif merupakan suatu sampel yang bersifat teoritis.110 Sehingga
diperlukan adanya teknik serta alasan yang mendukung dalam
menetapkan sampel penelitian kualitatif.
Dalam menentukan responden serta informan dalam
penelitian ini penulis menggunakan teknik sampel purposive
sampling untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan
penelitian dan hal ini didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu yang
bersifat teoritis dan teknis yang berhubungan dengan aspek
kepemimpinan diri seperti; adanya merepresentasikan perbedaan

109
Made Laut Mertha Jaya, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif, (Yogyakarta:
Anak Hebat Indonesia, 2020), h. 142.
110
Ibid., h. 143.
5

gender, kesenjangan ekonomi, kesenjangan prestasi akademik,


serta keaktifan kegiataan siswa di sekolah (jabatan). Maka dari itu,
dengan adanya kriteria tersebut penulis ingin mengetahui
bagaimana pelaksanaan nilai-nilai kepemimpinan profetik siswa
MA Al‟Imaroh kelas XI dalam melaksanakan pembelajaran jarak
jauh pada mata pelajaran akidah akhlak dengan menggunakan
responden sebanyak 8 orang peserta didik kelas XI, serta informan
sebanyak 6 orang yang terdiri dari 4 orang pihak sekolah MA
Al‟Imaroh serta 2 orang perwakilan dari wali murid peserta didik.
Pelaksanaan wawancara yang peneliti lakukan dalam
mendapatkan data penelitian diantaranya peneliti lakukan kepada
dua macam jenis sumber data. Sumber data yang pertama adalah
sumber primer, yakni para siswa MA Al‟Imaroh kelas XI yang
berjumlah 8 orang. Dalam hal ini peneliti melakukan suatu proses
mencari data untuk mengetahui bagaimana pengalaman serta
pengaruh kondisi adanya pembelajaran jarak jauh terhadap
kepemimpinan diri mereka masing-masing. Kedua, yaitu sumber
sekunder yakni orang-orang tertentu yang penulis anggap paling
tahu mengenai kondisi siswa selama melakukan pembelajaran jarak
jauh serta orang yang terlibat langsung dengan murid selama
melaksanakan pembelajaran, sehingga dengan cara ini penulis
mampu mendapatkan informasi yang valid serta mampu menjadi
penunjang data primer yang penulis dapatkan tentang bagaimana
kepemimpinan diri siswa selama pembelajaran jarak jauh. Adapun
orang-orang yang penulis tetapkan sebagai narasumber sekunder
diantaranya adalah dua orang wali murid, serta 1 orang guru bidang
study mata pelajaran akidah akhlak kelas XI (sebelas). Selain itu
penulis juga mewawancarai pihak sekolah MA Al‟Imaroh seperti;
kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, dan wakil
kepala sekolah bidang kesiswaan untuk mendapatkan informasi
mengenai gambaran kegiatan sekolah siswa MA Al‟Imaroh selama
5

adanya pembelajaran jarak jauh di masa covid-19 sehingga hasil


wawancara tersebut peneliti dapat jadikan sebagai bahan
wawancara kepada sumber primer atau sebagai alat dalam
menganalisis pernyataan wawancara yang diberikan sumber primer
kepada peneliti.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang paling
penting dalam penelitian, karena melalui beberapa yang teknik yang telah
ditentukan, hal ini dapat memberikan keterangan-keterangan informasi
atau data yang sesuai dengan tujuan penelitian.111 Adapun dalam
penelitian ini peneliti telah menetapkan beberapa teknik pengumpulan data
yang akan digunakan sebagai alat dalam mendapatkan data serta informasi
yang akurat sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam rumusan
penelitian, diantaranya adalah:
1. Teknik Observasi
Observasi merupakan suatu bentuk kegiatan pengamatan
langsung yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek penelitian
Melalui teknik observasi peneliti dapat mengamati, mencatat
fenomena-fenomena yang muncul, serta mempertimbangkan
hubungan antar aspek yang terjadi pada objek penelitian. 112 Maka
dari itu, penulis menggunakan teknik observasi partisipasi pasif
untuk dapat mengetahui secara langsung bagaimana kepemimpinan
diri siswa yang tercermin melalui sikap dan perilaku siswa selama
melaksanakan proses pembelajaran akidah akhlak secara online
melalui via zoom. Selain mengobservasi sikap dan perilaku siswa
selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti juga
mengobservasi beberapa aspek yang menurut peneliti memiliki
pengaruh terhadap kepemimpinan diri siswa selama melakukan

111
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2017), Cet-26, h. 224.
112
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 143.
5

pembelajaran dari rumah seperti bagaimana upaya guru dalam


mengefektifkan proses pembelajaran akidah akhlak selama
melaksanakan pembelajaran jarak jauh serta bagaimana suasana
dan kondisi rumah siswa selama melaksanakan pembelajaran jarak
juh. Maka dari itu, dengan adanya standar analisis kepemimpinan
diri yang bersumber pada tipologi kepemimpinan Nabi Muhammad
SAW peneliti akan memperhatikan fenomena yang muncul,
mencatat, sekaligus mempertimbangkan hubungan antar aspek
terhadap objek penelitian.113
2. Teknik Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses komunikasi tanya-
jawab yang dilakukan antara peneliti dengan narasumber dengan
bertujuan untuk memberikan informasi atau untuk membicarakan
suatu masalah tertentu terkait dengan topik yang ingin dibahas.114
Alasan penulis menggunakan teknik wawancara sebagai salah satu
proses pengumpulan data adalah agar peneliti mampu mendapatkan
informasi yang jelas dan valid mengenai segala hal yang ingin
peneliti ketahui lebih lanjut dari para responden atau informan
penelitian. Sehingga untuk mendapatkan hasil wawancara yang
sesuai dengan tujuan penelitian, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan wawancara terstruktur agar topik atau pertanyaan
yang diajukan kepada para responden dan para informan dapat
terarah sesuai dengan pedoman wawancara yang telah
ditetapkan.115 Dengan adanya keterbatasan jarak serta
terkendalanya waktu yang dimiliki oleh peneliti serta para
responden, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua
macam bentuk strategi wawancara penelitian, yakni secara

113
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2017), Cet-26, h. 227.
114
Ibid., h. 160.
115
Ibid., h. 233-234.
5

langsung (face two face) serta wawancara secara online yang


dilakukan melalui aplikasi zoom.
3. Studi Dokumentasi
Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti,
dokumen yang peneliti butuhkan dalam menunjang penelitian
mengenai kepemimpinan diri siswa selama melaksanakan
pembelajaran akidah akhlak secara jarak jauh diantaranya adalah
foto kegiatan pembelajaran, absensi siswa, data laporan ibadah
harian siswa selama di rumah, serta dokumen lainnya yang dapat
mendukung proses pengumpulan data seperti Rencana Peleksanaan
Pembelajaran (RPP) guru akidah akhlak dalam melaksanakan
proses pembelajaran secara online di masa pandemi covid-19.

E. Teknik Pengecekan Keabsahan Data


Dalam penelitian agar data yang diperoleh dapat dikatakan valid,
maka perlu dilakukan suatu proses uji keabsahan data. Adapun uji
keabsahan data yang digunakan oleh peneliti adalah melalui:
1. Ketekunan dalam pengamatan
Ketekunan dalam suatu proses penelitian yang penting
untuk dilaksanakan. Dalam penelitian ini peneliti mencoba
tekun dengan cara mengadakan pengamatan dengan teliti dan
rinci secara berkesinambungan terhadap fokus dan tujuan
penelitian yang telah ditetapkan. Walaupun situasi sosial di
lapangan mengalami perubahan, maka peneliti harus bisa tetap
fokus dalam melihat objek penelitian yang sesuai dengan
tujuan penelitian..116
2. Memperpanjang Waktu Penelitian
Dalam penelitian kualitatif seorang peneliti merupakan
instrument penelitian. Sehingga seorang peneliti harus turun ke

116
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2016), Cet-5, h. 324.
5

lapangan, melakukan pengamatan, serta menggali data secara


langsung kepada para informan penelitian. Perpanjangan
pengamatan ini dapat digunakan peneliti apabila peneliti
merasa terdapat jawaban-jawaban para responden yang
memang perlu untuk didalami lebih lanjut agar dapat
memperoleh hasil yang benar dan tidak berubah.
3. Triangulasi Data
Triangulasi merupakan salah satu cara yang paling penting
dan mudah dalam uji keabsahan hasil penelitian yang telah
dilakukan, baik dengan cara triangulasi sumber, waktu dan
teknik.117 Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa
macam triangulasi seperti triangulasi sumber, teknik, serta
waktu.
Triangulasi sumber menjadi suatu bentuk salah satu
triangulasi yang peneliti lakukan untuk memastikan kebenaran
data yang dikemukakan oleh sumber primer. Sehingga dalam
hal ini peneliti melakukan suatu perbandingan dari hasil data
yang bersumber pada peserta didik, guru, serta orangtu
sehingga peneliti dapat memberikan kesimpulan penelitian
yang kredibel. Kemudian, peneliti juga menggunakan bentuk
triangulasi teknik agar peneliti mampu menguji kredibilitas
data yang disampaikan oleh responden serta narasumber
penelitian lainnya dan dalam hal ini peneliti lakukan pada saat
waktu yang berbeda atau dengan kata lain bukan pada saat hari
yang bersamaan. Sehingga peneliti bisa melakukan dua macam
teknik kepada sumber data primer, yakni teknik wawancara
serta teknik observasi. Kemudian peneliti juga melakukan
triangulasi waktu sebagai langkah untuk menguji kredibitas
hasil penelitian mengenai kepemimpinan diri siswa selama

117
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet-3, h. 256.
5

masa pembelajaran jarak jauh yakni dalam konteks melihat


kepemimpinan diri siswa selama melaksanakan proses
pembelajaran akidah akhlak secara jarak jauh.

F. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan salah satu proses menyusun data,
mengkategorisasikan, menganalisa, mencari pola, serta menyusun hasil
penelitian dalam bentuk laporan penelitian sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri ataupun orang lain.118. Maka dari itu, setelah peneliti
melakukan proses pengumpulan data yang dianggap kredibel, peneliti
melakukan proses analisis data melalui beberapa langkah seperti
pengorganisasian data, pengodean data, dan penarikan kesimpulan yang
secara implisit senada dengan proses analisis data menurut Miles dan
Huberman119:
1. Pengorganisasian Data (Data Organization)
Proses pengorganisasian data merupakan suatu tahap
peneliti melakukan proses pengelompokan data terhadap hasil-
hasil penelitian yang peneliti dapatkan dari berbagai sumber
data penelitian, seperti wawancara dan observasi. Peneliti
mengelompokkan hasil-hasil penelitian yang ada ke dalam
bagian-bagian yang sudah peneliti tetapkan sesuai dengan
tujuan penelitian. Pengorganisasian ini dilakukan agar peneliti
mudah dalam melakukan proses analisis data serta menemukan
pola dari hasil penelitian yang ada di pada objek penelitian.

2. Reduksi data
Proses mereduksi data merupakan suatu proses yang harus
diperhatikan oleh peneliti ketika berada di lapangan bahkan
sampai kepada laporan penelitian tersusun secara rapi. Melalui

118
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2017), Cet-26, h. 244.
119
Ibid., 246
5

proses reduksi data peneliti mampu memilih dan memfokuskan


antara data penelitian yang sesuai dengan tema penelitian
dngan data penelitian yang sesuai dengan tema penelitian.
Selain itu, peneliti juga dapat melakukan penelitian lebih lanjut
apabila ada data penelitian yang dirasa perlu untuk diketahui
secara mendalam.
3. Pengodean Data (Data Coding)
Proses selanjutnya yang peneliti lakukan dalam hal
menganalisis data yakni melalaui proses coding atau
menyajikan data ke dalam bentuk yang sederhana dan mudah
dipahami untuk dibaca. Bentuk coding yang peneliti gunakan
dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk teks yang bersifat
naratif sehingga peneliti mampu memaknai lebih lanjut tentang
nilai-nilai yang tampak pada kepemimpinan diri siswa kelas XI
selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh, khusunya pada
mata pelajaran akidah akhlak. Dan dalam proses pengcodingan
data ini peneliti juga tetap melakukan proses memilah dan
memilih mengenai data-data apa saja yang tetap sesuai dengan
tujuan penelitian yakni membahas tentang kepemimpinan diri
siswa yang dianalisis melalui tipologi kepemimpinan Nabi
Muhammad yang terdiri dari aspek amanah, tabligh, shiddiq,
dan fathanah. Sehingga proses reduksi data juga dapat terjadi
dalam proses pengcodingan data ini karena setelah data
4. Conclusion Drawing (Menarik Kesimpulan)
Langkah selanjutnya yang sekaligus menjadi langkah
terkahir peneliti dalam melakukan proses analisis data yaitu
tentang menarik kesimpulan atau memberikan pola tertentu
terhadap fenomena yang terjadi pada objek penelitian. Dengan
adanya proses penarikan kesimpulan ini penulis mencoba
menemukan pola yang terbentuk dari setiap aspek penelitian
yang peneliti lakukan terhadap objek penelitian. Adapun sifat
5

dari kesimpulan penelitian kualitatif tidak harus sesuai dengan


hipotesis awal yang peneliti tetapkan sebelum turun ke
lapangan, karena sifat dari kesimpulan penelitian kualitatif
adalah tidak bersifat mutlak pada hipotesis awal.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Al’Imaroh


1. Profil Madrasah Aliyah Al’Imaroh
Madrasah Aliyah Al‟Imaroh merupakan salah satu lembaga
pendidikan jenjang menengah atas yang berada di bawah naungan
Yayasan bersamaan dengan instansi pendidikan lainnya seperti
Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Dasar
Islam Terpadu (SDIT), Sekolah Menegah Pertama Islam Terpadu
(SMPIT), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan pondok pesantren.
Lokasi MA Al‟Imaroh Cikarang Barat terletak di wilayah
Kampung Bojong Koneng Desa Telagamurni Kecamatan Cikarang
Barat Kabupaten Bekasi. Madrasah Al-Imaroh berdiri ditengah-tengah
padatnya lingkungan pemukiman penduduk yang cukup strategis untuk
dijangkau dengan kendaraan.
Latar belakang didirikannya Madrasah Aliyah Alimaroh ini
berangkat dari adanya rasa tanggungjawab dan keinginan yang kuat
dari para tokoh islam di daerah bojong koneng telagamurni dan juga
tokoh masyarakat warung bambu seperti KH. M. Dahlan, H. M.
Zakaria, H. Shodikin, serta H. Abdur Rahim. untuk membuat suatu
pendidian formal guna menginternalisasikan nilai-nilai Islam kepada
generasi muda. Maka pada tahun 1987 mereka mendirikan serta
membuka lembaga pendidikan jenjang menengah atas (MA).

2. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Madrasah Aliyah Al’Imaroh


a) Visi Madrasah Aliyah Al‟Imaroh
“Membentuk generasi cerdas, terampil dan bertaqwa.
b) Misi Madrasah Aliyah Al‟Imaroh
1) Turut mencerdaskan bangsa guna meningkatkan kualitas umat

60
61

2) Beraqidah yang benar sesuai Al-Qur‟an dan As-Sunnah.


3) Berakhlakul karimah
4) Memiliki keterampilan praktek yang siap pakai sesuai dengan
tuntutan zaman.
5) Menjadikan peserta didik baru yang mandiri dan bertanggung
jawab terhadap dirinya, umat, agama, dan negara.
6) Sehat jasmani dan rohani.120
c) Tujuan Pendidikan Madrasah Aliyah Al‟Imaroh
Tujuan dari pendidikan Madrasah Aliyah Al‟Imaroh adalah
mempersiapkan generasi yang memiliki:
1) Pandangan hidup sesuai dengan tuntunan agama.
2) Ketaatan dalam beribadah kepada Allah sesuai Al-Qur‟an
dan As-Sunnah.
3) Kepatuhan yang tinggi terhadap kedua orangtua, guru dan
peraturan sekolah.
4) Akhlak yang mulia.
5) Kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, kecerdasan moral, dan kecerdasan beragama.
6) Kedisiplinan yang tinggi.
7) Ilmu pengetahuan dan teknologi.
8) Keterampilan.
9) Etos kerja yang tinggi.
10) Jiwa tasamuh, inovatif, kreatif, dan kompetitif.

3. Data Dewan Guru dan Data Siswa Madrasah Aliyah Al’Imaroh


1) Data Dewan Guru Madrasah Aliyah Al‟Imaroh
No. Nama Jabatan Wali kelas
1. Drs. Slamet Pribadi Kepala Sekolah
2. H. M Sibghotulloh, M.Pd Wakabid kesiswaan XII IPA 2

120
Hasil Studi Dokumentasi,Ssenin, 26 Oktober 2020, di Madrasah Aliyah Al‟Imaroh.
62

3. Hoiriyah, S.Pd Wakabid kurlum XII IPS 2


4. Yana Suharna, S.Pd.I Operator/TU
5. Rojak, S.Pd.I Guru piket
6. Ahmad Husein Nasution, SS Wali kelas XII IPA 1
7. H. Achmad fadli Wali kelas XII IPS 1
8. Mulyadi, S.Pd Wali kelas XI IPA 1
9. Zakiyatun Nufus, SE Wali kelas XI IPA 2
10. Andri Setianto, S.Pd Wali kelas XI IPS 1
11. Yati Sri Maryati, S.Pd Wali kelas XI IPS 2
12. Nur Azizah, S.Pd Wali kelas X IPA 1
13. Nur Atiqoh, SS Wali kelas X IPA 2
14. Hj. Uswatun Hasanah, S.Ag Wali kelas X IPA 3
15. Candra Devi Ramadhan, S.Pd Wali kelas X IPS 1
16. Fahmi Amirul Ramadhani, S.Pd Wali kelas X IPS 2
17. KH. Diding Saefuddin, AR Guru bid. study
18. Drs. H. Solehun Kurniawan, Guru bid. study
M.Pd.I
19. Deden Junaedi, M.Ed Guru bid. study
20. H. Domo Burhanuddin, MA Guru bid. study
21. Suhendi Zakaria, B. HSc. MPS Guru bid. study
22. M. Esty Mei Indrayani, S.Pd Guru bid. study
23. Ending Sumantri, S.Pd.I Guru bid. study
24. Ayun Ratnasari, S.Si Guru bid. study
25. Asep Alpi Syahri, S.Pd Guru bid. study
26. Jamilah Syafira, S.Pd Guru bid. study
27. Muhammad Kahfi, SE Guru bid. study
28. Risa Nurhijatulail Saepullah, Guru BK
S.Sos
29. Nur Aeni Aditya Guru bid. study
30. Kholilah Chairum Miftah Guru bid. study
63

31. Elsha Dhea Ulma Guru bid. study


32. Harjono Pegawai/OB
Tabel 4.1
Sumber: Data Guru MA Al‟Imaroh tahun 2020-2021

2) Data Siswa Madrasah Aliyah Al‟Imaroh


Jumlah
No Kelas WALI KELAS
LK PR TOTAL
1. X IPA 1 0 34 34 Nur Azizah, S.Pd
2. X IPA 2 17 18 35 Nur Atiqoh, S.S
3. X IPA 3 10 23 33 Hj. Uswatun Hasanah, S.Ag
Candra Devi Ramadhan,
4. X IPS 1 0 36 36
S.Pd
Fahmi Amirul Ramadhani,
5. X IPS 2 24 13 37
S.Pd
JUMLAH 51 124 175
1. XI IPA 1 0 37 37 Mulyadi, S.Pd
2. XI IPA 2 23 16 39 Zakiyatun Nufus, SE
3. XI IPS 1 0 37 37 Andri Setianto, S.Pd
4. XI IPS 2 29 11 40 Yati Sri Maryati, S.Pd
JUMLAH 52 101 153
1. XII IPA 1 0 36 36 Ahmad Husein Nasution, SS
2. XII IPA 2 20 16 36 H.M. Sibghotulloh, M.Pd
3. XII IPS 1 0 40 40 H. Achmad fadli
4. XII IPS 2 36 9 45 Hoiriyah, S.Pd
JUMLAH 56 101 157
JUMLAH TOTAL 159 326 485

Tabel 4.2
Sumber: Data siswa MA Al‟Imaroh tahun 2020-2021
64

4. Kegiatan Pembiasaan Siswa Madrasah Aliyah Al’Imaroh Selama


Masa Pembelajaran Jarak Jauh
Madrasah Aliyah Al‟Imaroh merupakan salah satu sekolah yang
menerapkan sistem full day school diantara banyaknya sekolah yang
berada di wilayah Kampung Bojong Koneng, Desa Telagamurni,
Cikarang Barat. Para siswa tidak hanya mendapatkan pelayanan
pendidikan dari segi akademik, namun di sekolah siswa juga
mendapatkan pelayanan pendidikan karakter yang bertujuan untuk
mengarahkan dan mengembangkan kecerdasan intelektual namun juga
mengembangkan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual siswa.
Sehingga siswa mampu menjadi pemimpin yang bertanggung jawab
untuk dirinya sendiri dan juga untuk segala hal yang diamanahkan
kepadanya.121 Kepala sekolah MA A‟Imaroh dalam wawancaranya
menjelaskan bahwa:
Kalau pembiasaan selama online ini pada dasarnya tidak ada
yang berbeda ya dari yang offline. Hanya saja penerapannya
yang berbeda. Kalau sekarang kan anak-anak melakukannya di
rumah masing-masing. jadi disini itu anak2 dibiasakan untuk shalat
dhuha, tadarus qur‟an, walaupun KBM online, itu tetap berjalan
dari rumah masing-masing, tetapi dipantau oleh bidang
kesiswaan dan di data. Kemudian ada infaq. Tapi semnjak
online ini program infaq menjadi tidak berjalan, krna online kan
ya. Jadi yang masih berjalan di masa pandemi ini yaa tadi,
seperti tilawah qur‟an, shalat dhuha itu berjalan, terus juga ada
puasa sunah senin-kamis. Untuk puasa sunah hari senin, itu
anak2 puasa di pekan pertama. Dan untuk hari kamis, di pekan
ketiga.122
Senada dengan ungkapan bapak Slamet, Ustadz Sibghoh selaku
wakil kepala sekolah bidang kesiswaan juga mengungkapkan bahwa :
Anak-anak itu walaupun belajar online di rumah tapi setiap hari
itu mereka tetap melakukan kegiatan-kegiatan sebagaimana
yang mereka lakukan di sekolah, seperti shalat dhuha, kemudian
shalat berjamaah, itu nanti dilaporkan melalui seksi ibadah di

Hasil Studi Dokumentasi, Senin, 26 Oktober 2020, di Madrasah Aliyah Al‟Imaroh.


121

Hasil Wawancara dengan Bapak Drs. Slamet Pribadi, Selaku Kepala Sekolah
122

Madrasah Aliyah Al‟Imaroh, Selasa, 06 Oktober 2020.


65

masing-masing kelas. Selanjutnya juga ada muhadharah, ini


dilakukan setiap hari senin setelah pembelajaran online selesai,
maka mereka mulai melakukan muhadharah via zoom di
masing-masing kelas dengan di koordinatori oleh anggota OSIS.
Sementara untuk ekstrakulikuler, untuk saat ini memang kami
liburkan.123

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat memberikan


informasi kepada penulis mengenai kegiatan pembiasan yang siswa
lakukan selama masa pembelajaran jarak jauh. Penulis dapat
menyimpulkan bahwa selama pembelajaran jarak jauh semua kegiatan
yang biasanya siswa lakukan di sekolah, nyatanya pada masa pandemi
para siswa juga tetap melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut dari
rumah. Kegiatan yang dilakukan mulai dari kegiatan yang bersifat
ibadah harian seperti shalat dhuha, shalat sunnah rawatib, tilawah Al-
Qur‟an, serta puasa sunah senin dan kamis. Selain kegiatan ibadah
para siswa juga tetap melakukan kegiatan pengembangan diri seperti
muhadharah di setiap hari senin melalui via online.

B. Deskripsi dan Pembahasan Data Penelitian


1. Pelaksanaan Nilai-Nilai Shiddiq Pada Diri Peserta Didik Selama
Pembelajaran Jarak Jauh
Shiddiq merupakan salah satu karakter Nabi yang menjadi ciri-ciri
kepemimpinan profetik Nabi Muhammad. Shiddiq yang berasal dari
kata shadiq yang memiliki makna jujur, dalam penelitian ini penulis
akan mengembangkannya kembali menjadi suatu nilai-nilai yang lebih
rinci dan kemudian tampak dalam diri peserta didik kelas XI MA
Al‟Imaroh selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh di masa
pandemic covid-19.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, penulis
menemukan terdapat beberapa nilai-nilai shiddiq yang tampak pada

123
Hasil Wawancara dengan H. Muhamad Sibghotulloh, S.Pd,I, M,Pd,I, Selaku Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan MA Al‟Imaroh, Selasa, 13 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
66

diri siswa MA Al-Imaroh kelas XI selama melakukan pembelajaran


jarak jauh di masa pandemi covid-19 yang meliputi:
a) Nilai Jujur (Honest)
Secara istilah kejujuran merupakan suatu bentuk
kesesuaian antara apa yang yang diyakini dengan apa yang
diucapkan, adanya kesesuaian antara yang diyakini dengan apa
yang dilakukan serta adanya kesesuaian diantara keyakinan,
ucapan dan perbuatan seseorang dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap
para siswa MA Al‟Imaroh kelas XI, selama mereka melakukan
pembelajaran jarak jauh mereka tetap berusaha untuk selalu
mengagungkan nilai-nilai kejujuran serta berusaha menerapkan
nilai-nilai kejujuran dalam kesehariannya, terutama pada masa
pembelajaran online dari rumah.
Hal ini dapat terjadi tentu karena adanya keimanan
siswa terhadap Allah swt. serta pengetahuan mereka terhadap
adanya pengawasan Allah swt. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Zahra bahwa: “iya ka selama belajar di rumah ini saya
ngerasa keimanan saya tu serasa di uji, karna kan kalau di
rumah ga ada guru yang ngawasin.”124 Sehingga walaupun
selama melaksanakan pembelajaran dari rumah dan para siswa
tidak mendapatkan pengawasan secara langsung oleh guru,
mereka selalu tetap berusaha untuk selalu berlaku jujur dalam
hal bertindak dan berucap. Dalam hal ini akan penulis berikan
beberapa bentuk penjelasan lebih lengkap mengenai bentuk
kejujuran yang tampak pada diri siswa kelas XI selama
melakukan pembelajaran jarak jauh diantaranya adalah:
1) Jujur Dalam Bertindak

124
Hasil Wawancara Dengan Zahra Nurul Syifa, Selaku Siswa MA Al‟Imaroh kelas XI
IPA 1, Selasa, 27 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
67

Dalam konteks ini perilaku jujur yang nampak


pada diri siswa MA Al‟Imaroh kelas XI merupakan
suatu bentuk sikap jujur yang teralisasi karena adanya
suatu kesesuaian yang dilakukan siswa dalam
melakukan suatu perbuatan yang benar, terutama benar
dari sisi pandangan nilai-nilai agama Islam, contohnya
seperti; pemberian laporan. Selama adanya
pembelajaran jarak jauh para siswa telah diamanahkan
oleh pihak sekolah serta guru-guru untuk selalu tetap
melaksanakan segala kegiatan pembiasaan ibadah
harian sebagaimana yang mereka lakukan di sekolah.
Sehingga dalam hal ini siswa harus mengisi dan
memberikan laporan tersebut kepada seksi ibadah kelas
mereka masing-masing.125 Berdasarkan pernyataan para
siswa serta wawancara guru yang penulis mendapatkan
fakta bahwa nampaknya para siswa memang benar telah
melakukan amanahnya tersebut dengan jujur.
Pernyataan ini juga diperkuat oleh pernyataan wakil
kepala sekolah bidang kesiswaan bahwa:
semenjak adanya pembelajaran online ini kita
memang tetap menyuruh anak untuk tetap
melakukan segala kegiatan pembiasaan seperti yang
mereka lakukan di sekolah, seperti solat dhuha,
tadarus Al-Qur‟an, kemudian shalat sunah qabliyah
ba‟diyah dan lain sebagainya. Dan ini nanti para
siswa akan melakukan pelaporan kegiatan
ibadahnya kepada sie. Ibadah masing-masing di
tiap-tiap kelas, untuk melaporkan bahwa mereka
sudah melakukan hal tersebut. Kalaupun seandainya
mereka tidak sholat sunah misalnya, yasudah
mereka mengisi data tersebut apa adanya. Dan kita
juga sudah mengingatkan anak sebelumnya bahwa
dalam keadaan seperti ini, kami para guru memang
hanya bisa mempercayai dan memberikan

125
Hasil Wawancara dengan Ibu Hoiriyah, S.Pd, Selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum MA Al‟Imaroh, Selasa, 06 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
68

kepercayaan yang penuh kepada mereka selama


belajar di rumah. Biarkan Allah dan para malaikat
yang akan menjadi sanksi atas segala perbuatan
mereka.126

Selain itu, pernyataan yang senada juga


diungkapkan oleh ibu Hoiriyah selaku wakil kepala
sekolah bidang kurikulum yang mengatakan bahwa:
Untuk masalah ini sebenernya agak susah juga si
ya ka, karna kan kita memang tidak bisa
mengawasi anak secara langsung. Kita juga butuh
pengawasan orangtua di rumah sebenarnya. Tapi
terkadang tidak menutup kemungkinan juga ada
saja orangtua yang sudah sibuk dengan pekerjaan
rumah, atau anaknya yang lain, sehingga ada saja
anak yang terabaikan. Tapi kalau selama ini sih
kalau saya lihat anak-anak selalu juhur kalau untuk
mengisi laporan shalat. Kalau mereka memang
tidak shalat, mereka pasti beri tanda strip. Karna
kita semenjak online ini memang tidak menerapkan
adanya sanksi. Mungkin ini juga yang faktor yang
membuat siswa bisa jujur.127
Selain itu, implementasi sikap jujur siswa selama
adanya pembelajaran jarak jauh nyatanya juga penulis
temukan dalam perilaku siswa ketika mereka
mengerjakan suatu tugas atau ujian harian yang guru
berikan selama masa pembelajaran jarak jauh pandemi
covid-19. Menurut hasil penelitian yang penulis
dapatkan, selama siswa MA Al‟Imaroh kelas XI
melakukan pembelajaran jarak jauh siswa memang
terlihat melakukan suatu upaya agar mampu
mengendalikan dirinya untuk berlaku jujur dalam
mengerjakan suatu tugas atau ujian yang menjadi

126
Hasil Wawancara dengan H. Muhamad Sibghotulloh, S.Pd,I, M,Pd,I, Selaku Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan MA Al‟Imaroh, Selasa, 13 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
127
Hasil Wawancara dengan Ibu Hoiriyah, S.Pd, Selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum MA Al‟Imaroh, Selasa, 06 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
69

amanah dari guru ketika melakukan pembelajaran jarak


jauh di masa pandemi covid-19.
Namun karena adanya keterbatasan pengawasan
guru selama melaksanakan pembelajaran online,
kesempatan tersebut akhirnya dapat menjadi suatu
alasan bagi para siswa untuk sesekali melakukan
tindakan kecurangan selama melakukan pembelajaran
dari rumah, contohnya seperti tidak jujur dalam
melakukan pelaporan pelaksanaan tugas dan tidak jujur
ketika mengerjakan soal-soal langan harian yang
diberikan oleh guru. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Robie bahwa ketika dirinya berada dalam kondisi
sibuk dan tidak sempat mengerjakan tugas yang terlalu
banyak, dia terkadang melakukan suatu kebohongan
untuk memberikan suatu laporan perihal penyelesaian
tugas.128 Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Zahra
ketika dirinya mendapatkan tugas yang sama banyaknya
sebagaimana yang Robie alami di atas, dirinya juga
terkadang melakukan suatu kebohongan dalam
mebmberikan suatu pernyataan kepada guru. Hanya saja
dalam masalah ini bukan disebabkan karena adanya
suatu kesibukan tertentu, tapi karena adanya rasa malas
untuk melaksankan tugas tersebut.129
Kemudian, setelah penulis identifikasi berdasarkan
hasil penelitian yang penulis lakukan kepada para
responden, nyatanya kasus-kasus kecurangan atau
kebohongan seperti ini sebagian besar memang
disebabkan oleh adanya perasaan santai siswa terhadap

128
Hasil Wawancara Dengan Robie, Selaku Siswa MA Al‟Imaroh kelas XI IPA 2, Selasa,
27 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
129
Hasil Wawancara Dengan Zahra Nurul Syifa, Selaku Siswa MA Al‟Imaroh kelas XI
IPA 1, Selasa, 27 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
70

adanya kelonggaran pengawasan yang siswa dapatkan


selama masa pembelajaran jarak jauh dilaksanakan serta
adanya rasa malas yang sering menghampiri diri siswa
selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Maka
dari itu, para siswa seringkali bertindak tidak jujur
selama melaksanakan tugas atau ujian selama
melaksanakan pembelajaran jarak jauh sebagai suatu
upaya untuk menutupi kelalaian atau kesalahan yang
mereka lakukan.
Hal ini nyatanya dibenarkan oleh bapak Endang
selaku guru bidang studi akidah akhlak bahwa dengan
adanya pembelajaran online atau pembelajaran jarak
jauh, upaya untuk mengantipisasi siswa berbuat curang
itu bukan merupakan hal yang mudah. Maka dari itu,
perihal kejujuran ini guru hanya bisa mengembalikan
tanggung jawabnya kepada diri siswa masing-masing.
Namun tetap disamping itu, guru sellau mengingatkan
siswa bahwa kejujuran merupakan hal yang lebih mulia
dibandingkan dengan nilai yang bagus tetapi dari hasil
berbuat curang, seperti mencontek.130
2) Jujur Dalam Berucap
Setelah adanya kategori bentuk perilaku jujur dari
segi perbuatan, perilaku kejujuran yang ada pada diri
siswa MA A‟Imaroh juga terdapat dalam kategori jujur
dari segi ucapan. Berdasarkan hasil penelitian yang
penulis lakukan penulis dapat menyimpulkan bahwa
bentuk jujur yang terdapat dalam kategori ini lebih
bersifat kepada adanya suatu bentuk pembelaan serta
perlindungan yang siswa gunakan selama melaksanakan

Hasil Wawancara dengan Endang Sumantri, S.Pd,I, Selaku Guru Bidang Studi Akidah
130

Akhlak Kelas Sebelas (XI), Jum‟at, 22 Januari 2021, di MA Al‟Imaroh.


71

pembelajaran jarak jauh dari rumah. Sehingga, ketika


para siswa merasakan dirinya butuh adanya suatu
perlindungan untuk menghindarkan suatu konsekuensi
yang buruk terhadap dirinya, maka terkadang siswa
melakukan suatu kebohongan tersebut untuk
mengamankan dirinya dari suatu konsekuensi buruk.
Namun sebaliknya, jika dalam suatu peristiwa tertentu
kejujuran siswa ini dapat berdampak pada adanya sikap
pengertian, pemahaman, dan suatu pemakluman, maka
anak-anak akan menjadi lebih terbuka untuk
mengungkapkan kesalahan yang telah mereka lakukan.
Begitu juga halnya dengan kasus para siswa MA
Al‟Imaroh kelas XI yang mana kadang-kadang mereka
bisa saja melakukan kesalahan ketika mengikuti
pembelajaran akidah akhlak secara online, namun
mereka akan tetap berlaku jujur dengan mengucapkan
fakta atau sebab yang sebenernya terjadi pada dirinya.
Hal ini dapat terjadi karena memang adanya rasa
kenyamanan siswa terhadap suatu sikap pengertian serta
pemakluman guru bidang studi akidah akhlak terhdap
kondisi anak-anak selama mereka melakukan
pembelajaran di rumah.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas penulis
daapt menyimpulkan bahwa nilai kejujuran yang
tampak pada diri siswa MA Al‟Imaroh kelas XI selama
adanya pembelajaran jarak jauh secara keseluruhan
mengarah pada bentuk perilaku transparan (terbuka),
berlaku benar, tidak berbohong, serta bertanggung
jawab terhadap segala yang diberikan dan perilaku-
perilaku tersebut masih berpola pada pola pembiasaan
yang mengarah pada sistem reward dan punishment.
72

Sehingga para siswa hanya akan berlaku jujur jika


memang hal tersebut tidak mengakibatkan adanya
hukuman atau konsekuensi buruk terhadap dirinya.
b) Responsible (Tanggung Jawab)
Responsible merupakan suatu nilai tanggung jawab
seseorang terhadap segala sesuatu yang memang menjadi
tanggungan serta kewajibannya. Dalam sikap responsible
secara tidak langsung ini akan berkaitan dengan bagaimana
proses, upaya, atau usaha yang dilakukan oleh seorang
pemegang amanat dalam melaksanakan kewajiban. Apabila
dihubungkan dengan konteks shiddiq, maka ini akan
menunjukkan bagaimana kualitas seseorang dalam
melaksanakan suatu amanah yang diberikan kepada dirinya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Quraish Shihab bahwa
kata shiddiq merupakan suatu bentuk kata hiperbola dari kata
shidq (benar), sehingga dalam pengertian ini kata shiddiq tidak
hanya diartikan dengan arti kejujuran semata tetapi juga
meliputi nilai-nilai kebenaran yang mencakup segala aspek
sikap perbuatan, dan perkataan seseorang.131
Maka dari itu, berdasarkan penelitian yang penulis
lakukan terhadap siswa MA Al‟Imaroh kelas XI selama
melaksanakan proses pembelajaran akidah akhlak secara jarak
jauh penulis menilai bahwa para siswa sudah cukup mampu
melaksanakan nilai-nilai shiddiq yang terealiasasikan melalui
sikap tanggung jawabnya sebagai seorang siswa. Hal ini dapat
nampak pada perilaku tanggung jawab siswa selama
melaksanakan pembelajaran akidah akhlak secara online, para
siswa mampu bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya di sekolah seperti menyelesaikan tugas individu serta

131
A Almunadi, “Shiddiq Dalam Pandangan Quraish Shihab”, Jurnal Ilmu agama UIN
raden fatah, Vol. 17, No. 1, 2016, h. 120.
73

tugas kelompok yang telah diberikan oleh guru akidah akhlak.


Sehingga selama adanya proses pembelajaran jarak jauh para
siswa mampu untuk dipercaya dalam menyelesaikan tugas-
tugasnya dengan baik terkecuali untuk kasus siswa yang kurang
mendapatkan perhatian kedua orangtua. Teruntuk siswa yang
memiliki kasus demikian sebagaimana yang dinyatakan oleh
Ustadz Sibghoh bahwa para siswa yang selama ini mendapat
masalah dengan pembelajaran ini disebabkan karena adanya
kurang perhatian orangtua, sehingga hal ini berdampak pada
buruknya proses dan hasil belajar siswa.132 Maka secara
otomatis upaya mereka untuk berlaku jujur dan benar dalam
melaksanakan tugas juga masih menjadi suatu hal yang
meragukan kebenarannya.
Nilai-nilai shiddiq lainnya yang dapat penulis temukan
pada diri siswa MA Al‟Imaroh kelas XI selama
dilaksanakannya pembelajaran jarak jauh adalah para siswa
mampu menjadi pribadi yang tunduk dan patuh dalam
menjalankan segala amanah yang diberikan oleh guru dan
sekolah, seperti mengikuti kegiatan pembelajaran, menjalankan
kegiatan pembiasaan ibadah harian di rumah. Dengan adanya
sikap tunduk dan patuh pada diri siswa, hal ini secara tidak
langsung membuat siswa mampu menjadi pribadi yang
responsible ketika siswa mengalami suatu masalah dalam
menjalankan proses pembelajaran online.
c) Integrity (Integritas)
Integritas merupakan salah satu bentuk manifestasi konsep
shiddiq yang menjelaskan tentang utuhnya konsistensi
keyakinan, ucapan dan perbuatan seseorang dalam perilaku
sehari-hari. Integritas merupakan suatu sikap konsisten yang

132
Hasil Wawancara dengan H. Muhamad Sibghotulloh, S.Pd,I, M,Pd,I, Selaku Wakil
kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Selasa, 13 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
74

bersangkutan dengan keteguhan diri seseorang dalam


mempertahankan nilai, keyakinan, serta prinsip yang dirinya
yakini kemudian ditunjukkan secara berkesinambungan dalam
suatu perilaku. Maka dari itu dalam konsep integritas, segala
macam aspek kemanusiaan yang ada pada diri manusia seperti
aspek kognitif, moral, spiritual, sosial, emosi, fisik dapat
tampak secara utuh dan saling berhubungan pada diri seseorang
dan orang-orang berintegritas merupakan orang-orang yang
memiliki karakter kuat serta menjadi mampu menjadi pribadi
yang jujur.133
Selama pembelajaran jarak jauh diberlakukan para siswa
MA Al‟Imaroh kelas XI merasakan bahwa dirinya harus bisa
menjadi pemimpin yang bijak untuk dirinya. Dengan adanya
keterbatasan pengawasan serta bimbingan dari para guru
membuat para siswa harus mampu memiliki kesadaran untuk
melakukan kewajiban dengan jujur dan benar. Sehingga setelah
penulis melakukan penelitian terhadap siswa MA Al‟Imaroh
kelas XI, sikap integritas siswa mampu terlihat dengan nyata
dari adanya perilaku komitmen siswa terhadap visi misi
sekolah seperti; disiplin terhadap waktu, disiplin dalam
berpakaian, selalu mengikuti kegiatan pembelajaran akidah
akhlak secara online dari rumah, serta selalu bertanggung
jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Adapun
untuk bentuk integritas yang timbul tanpa adanya bantuan atau
pengawasan yang ketat dari luar diri siswa nampaknya hal ini
belum menjadi suatu karakter yang kuat dalam diri siswa MA
Al‟Imaroh kelas XI selama melaksanakan pembelajaran jarak
jauh di masa pandemi covid-19. Adanya perilaku tidak jujur,
mencontek, serta kurangnya kesadaran untuk melakukan proses

133
https://www.studilmu.com/blogs/details/integritas-pengertian-contoh-kebiasaan-dan-
cara-membentuknya pada tanggal 30 November 2020, pukul 20.16 WIB.
75

belajar secara mandiri nyatanya dapat menjadi contoh bahwa


nilai integritas yang ada pada diri siswa belum tampak menjadi
suatu sikap konsisten dalam diri siswa. Bentuk perilaku
integritas yang siswa lakukan selama masa pembelajaran jarak
jauh masih membentuk pada pola pembiasaan yang masih
dipengaruhi oleh sumber eksternal.

2. Pelaksanaan Nilai-Nilai Amanah Pada Diri Peserta Didik Selama


Pembelajaran Jarak Jauh
Amanah atau yang biasa disebut dengan istilah tanggung jawab
merupakan suatu hal yang harus dilaksanakan atau dijaga oleh
seseorang sesuai dengan perintah yang diberikan orang lain kepada
dirinya. Begitu juga dengan status seorang siswa, dengan adanya
kebijakan untuk melaksanakan pembelajaran dengan sistem jarak jauh
pada masa pandemi covid-19 pada akhirnya hal ini membuat para
peserta didik harus mentaati dan menjalankan segala tugas dan
perannya sebagai siswa dari rumah. Berdasarkan hasil penelitian yang
penulis dapatkan di lapangan, penulis menyimpulkan bahwa terdapat
beberapa nilai-nilai amanah yang tampak dari peserta didik kelas XI
MA Al‟Imaroh selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh,
diantaranya adalah:
1. Tanggung Jawab
Sejatinya setiap manusia telah memiliki tanggung jawab
tertentu di dalam hidupnya masing-masing tanpa adanya perbedaan
status, peran, serta jabatan dalam hidupnya. Demikian juga dengan
status anak yang berperan sebagai seorang siswa, mereka telah
diberikan atau mendapatkan suatu bentuk tanggung jawab dari
orangtua serta pihak sekolah agar mampu menjalankan visi misi
sekolah sebagai bentuk rasa tanggung jawabnya sebagai seorang
siswa, termasuk para siswa MA Al‟Imaroh kelas XI. Walaupun di
masa pandemi covid-19 mereka banyak sekali menerima hambatan
76

dalam belajar, namun mereka tetap berusaha untuk mampu


menjalankan amanahnya dengan baik sebagai seorang siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dengan
memfokuskan aspek tanggung jawab siswa dalam mata pelajaran
akidah akhlak, penulis akhirnya dapat menemukan adanya nilai-
nilai amanah yang tampak pada diri siswa selama melaksanakan
pembelajaran jarak jauh, diantaranya:
1) Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
Sebagaimana kita tahu bahwa sebagai seorang
hamba segala sesuatu yang telah diberikan oleh Allah swt.
di dunia merupakan suatu bentuk titipan yang harus dijaga
dan dipertanggung jawabkan kemanfaatannya. Salah satu
bentuk tanggung jawab yang dilakukan seseorang adalah
tanggung jawab terhadap dirinya. Dengan adanya rasa
tanggung jawab terhadap diri, maka secara tidak langsung
setiap manusia akan memiliki rasa peduli serta rasa ingin
menjaga diri dengan baik. Demikian juga dengan para
siswa MA Al‟Imaroh kelas XI, walaupun selama
melaksanakan pembelajaran jarak jauh dirinya tidak harus
melakukan kegiatan pembelajaran secara langsung, tetapi
untuk sebagian siswa masih memiliki kesadaran dan rasa
tanggung jawab untuk tetap mengkondisikan dan
mempersiapkan dirinya dengan baik sebelum pembelajaran
online dimulai contohnya seperti mandi pagi, mencari
suasana yang nyaman untuk belajar di rumah, serta tetap
berdoa secara mandiri sebelum pembelajaran dimulai.134
Namun bentuk-bentuk tanggung jawab di atas belum
sepenuhnya dilaksanakan secara rutin oleh para siswa
selama berada di rumah karena selama adanya

134
Hasil Wawancara dengan Para Responden Kelas XI MA Al‟Imaroh Cikarang Barat
Pada Tanggal 16 Oktober 2020.
77

pembelajaran jarak jauh para siswa menjadi merasa lebih


santai sehingga teruntuk hal-hal yang sifatnya sederhana
tersebut menjadi jarang dilakukan oleh siswa selama
melakukan pembelajaran dari rumah.
2) Tanggung Jawab Terhadap Sekolah
Dengan adanya pelaksanaan pembelajaran jarak
jauh di masa pandemi covid-19, para siswa merasakan
dampak yang signifikan dari adanya sistem pembelajaran
jarak jauh, salah satunya adalah para siswa dituntut untuk
mampu melaksanakan tugasnya dengan baik selama
menjalankan pembelajaran dari rumah.
Dalam sistem pembelajaran jarak jauh segala proses
pembelajaran serta segala kegiatan pembiasaan yang biasa
lakukan oleh siswa di Madrasah Aliyah Al‟Imaroh menjadi
dialihkan oleh pihak sekolah menjadi suatu sistem yang
berjalan secara online. Segala bentuk kegiatan sekolah yang
meliputi proses pembelajaran seampai kepada kegiatan
pembiasaan harian siswa seperti shalat dhuha, shalat
berjamaah, tadarus, serta muhadharah semenjak adanya
sistem pembelajaran jarak jauh menjadi suatu bentuk
tanggung jawab individu yang harus kerjakan siswa secara
sadar di rumah masing-masing.135 Oleh karena itu, setelah
penulis melakukan penelitian terhadap siswa Al‟Imaroh
kelas XI nyatanya bentuk tanggung jawab siswa terhadap
sekolah ini dapat penulis kategorikan menjadi dua bagian,
yaitu:
a) Tanggung Jawab Terhadap Peraturan Sekolah
Dalam hal peraturan, sebagaimana yang
diungkapkan oleh ibu Hoiriyah bahwa dalam masa

135
Hasil Wawancara dengan Ibu Hoiriyah, S.Pd, Selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum MA Al‟Imaroh, Selasa, 06 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
78

pembelajaran jarak jauh segala peraturan yang biasanya


dilaksanakan oleh siswa di sekolah pada dasarnya akan
tetap berlaku pada seluruh siswa walaupun mereka
melakukan pembelajaran dari rumah. Peraturan seperti
memakai seragam, disiplin waktu, serta menjaga diri
dari perilaku yang tidak baik tetap menjadi aturan yang
harus dijalankan oleh siswa selama mereka melakukan
pembelajaran dari rumah.136
Pada kenyataannya setelah penulis melakukan
penelitian kepada siswa kelas XI MA Al‟Imaroh para
siswa memang terlihat telah mematuhi dan mentaati
segala aturan serta ketetapan yang diberlakukan oleh
pihak sekolah selama melaksanakan pembelajaran jarak
jauh, dalam hal ini contohnya adalah para siswa tetap
memakai seragam ketika melakukan pembelajaran
secara online di rumah, berusaha disiplin waktu137,
serta selalu menjaga nama baik sekolah. Walaupun
untuk beberapa kali pertemuan pembelajaran online
terlihat ada beberapa siswa yang salah mengenakan
seragam seperti yang telah ditentukan, namun setelah
mendapat peringatan dari guru siswa tersebut tidak lagi
melakukan kesalahan yang sama untuk keesokan
harinya.138 Selain itu, bentuk bertanggung jawab yang
penulis temukan pada diri siswa selama melaksanakan
pembelajaran jarak jauh nyatanya juga penulis temukan
ketika para siswa berantusias untuk mentaati segala
perintah atau tugas yang diberlakukan oleh guru bidang

136
Hasil Wawancara dengan Ibu Hoiriyah, S.Pd, Selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum MA Al‟Imaroh, Selasa, 06 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
137
Hasil Observasi Pembelajaran Online Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Pada
Tanggal 9 Oktober 2020, di Kelas XI IPA 1.
138
Hasil Wawancara dengan Sahlabiyah Ulfan Nursya‟adah, Selaku Siswa Kelas XI IPA
2, Jum‟at, 9 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
79

study akidah akhlak selama melaksanakan proses


pembelajaran secara online.
b) Tanggung Jawab Terhadap Tugas
Semenjak adanya kebijakan untuk melaksanakan
pembelajaran jarak jauh, tidak sedikit para siswa yang
mengeluh dengan banyaknya tugas yang diberikan oleh
para guru selama melakukan proses pembelajaran dari
rumah secara online. Namun pada kenyataannya hal ini
tidak mengurangi rasa tanggung jawab siswa untuk
menyelesaikan segala tugas yang diberikan oleh para
guru, termasuk mata pelajaran akidah akhlak. Dengan
adanya dua bentuk tugas yang diberikan oleh guru
akidah akhlak selama melaksanakan pembelajaran jarak
jauh, seperti tugas mandiri serta tugas kelompok, pada
kenyataannya para siswa selalu mengerjakan dan
menyelesaikan tugasnya dengan baik. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh bapak Endang bahwa:
Ya jadi kalau untuk pembelajaran online ini ya,
para siswa tentunya masih bertanggung jawab ya
sebagai siswa, contohnya siswa biarpun belajar
online, namun mereka tetap mentaati peraturan,
kewajiban memakai seragam, gitu ya. Kemudian
juga siswa tetap menyelesaikan tugasnya. Dan
tugas ini nanti dikumpulkan melalui google
classroom tersebut atau melalui google form kalau
memang saya memberinya melalui google form.
Karna kalau melalui classroom ini aktivitas siswa
akan terekam, kita akan mengetahui siapa saja
siswa yang mengumpulkan tugas dan tidak.139

Pernyataan di atas telah memberikan penjelasan


yang kuat bahwa selama adanya pembelajaran jarak
jauh, para siswa MA Al‟Imaroh kelas XI tetap mampu

Hasil Wawancara dengan Endang Sumantri, S.Pd,I, Selaku Guru Bidang Studi Akidah
139

Akhlak Kelas Sebelas (XI), Jum‟at, 22 Januari 2021.


80

bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan guru


kepadanya baik itu tugas mandiri atau tugas kelompok.
Dengan demikian berdasarkan penjelasan di atas,
penulis dapat menyimpulkan bahwa sikap tanggung
jawab siswa selama melaksanakan pembelajaran jarak
jauh pada masa pandemi covid-19 masih mengarah
kepada suatu bentuk tanggung jawab yang bersifat
instruktif. Belum sampai kepada suatu bentuk
kesadaran yang tumbuh di dalam diri siswa secara utuh.
2. Disiplin

Disiplin merupakan suatu keadaan yang menyatakan


adanya sikap taat serta patuh diri seseorang terhadap suatu aturan
atau ketentuan yang berlaku.140 Maka dari itu, ketika kita berbicara
disiplin berarti sejatinya hal ini sangat erat hubungannya dengan
sikap taat, patuh, serta adanya rasa tanggung jawab seseorang
terhadap sesuatu. Sehingga untuk menilai adanya karakter disiplin
pada diri seseorang, hal ini akan tercermin dari sikap taat seseorang
dengan peraturan, pandai menghargai waktu, mengelola waktu,
sera memanfaatkan waktu dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap
siswa MA Al‟Imaroh kelas XI, penulis menemukan hasil yang
menunjukkan bahwa para siswa selama melaksanakan
pembelajaran jarak jauh telah menerapkan beberapa macam bentuk
kedisiplinan yang tampak dalam kesehariannya, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Disiplin Terhadap Peraturan
Istilah disiplin apabila disandingkan dengan konteks
peraturan maka hal ini akan memiliki makna yang
mengarah pada bentuk ketaatan seseorang terhadap

Arsyi Miranda, Motivasi Berprestasi Dan Disiplin Peserta Didik Serta Hubungannya
140

Dengan Hasil Belajar, (Pontianak: Yudha English Gallery, 2018), h. 22.


81

suatu aturan dan ketentuan yang berlaku di suatu


tempat, termasuk sekolah. Begitu juga halnya dengan
Madrasah Aliyah Al‟Imaroh yang selama masa
pandemi covid-19 mereka memberikan suatu kebijakan
kepada para siswanya untuk melaksanakan proses
pembelajaran dari rumah. Dan demi menjaga
keefektifan proses pembelajaran serta sebagai suatu
proses penanaman karakter siswa, pihak sekolah juga
tetap memberlakukan suatu aturan kepada para
siswanya selama melaksanakan pembelajaran dari
rumah. sebagaimana yang diungkapkan oleh kepala
sekolah Madrasah Aliyah Al‟Imaroh dalam wawancara:
Ya, jadi, kalau untuk peraturan sekolah sebenarnya
masih sama ya seperti aturan pada pembelajaran
offline, hanya saja bentuknya yang berbeda, seperti
kegiatan pembiasaan misalnya, siswa itu kan
termasuk aturan ya, karna itu sudah menjadi
kewajiban siswa menjadi pelajar di Al‟Imaroh.
Kemudian juga aturan mengenai waktu
pembelajaran, itu juga masih sama antara offline
dengan online, hanya saja kalau sekarang waktu
belajarnya lebih sedikit. Terus juga peraturan
tentang seragam, ini juga masih wajib. Siswa
walaupun mereka belajar secara online di rumah,
tapi mereka harus tetap mengenakan seragam
sekolah sesuai harinya.141
Selanjutnya, Ustadz Sibghoh juga memberikan
penjelasan bahwa selama pembelajaran jarak jauh
sanksi juga akan tetap berlaku kepada siswa yang
melanggar peraturan:
Perihal sanksi, sanksi yang kami berikan saat ini
tidak seperti KBM offline. Jadi kalau ada anak
yang melanggar aturan atau bolos pembelajaran

141
Hasil Wawancara dengan Bapak Drs. Slamet Pribadi, Selaku Kepala Madrasah MA
Al‟Imaroh, Selasa, 06 Oktober 2020.
82

online misalnya, itu nanti tetap kami proses.


Namun prosesnya itu tidak seperti ketika offline.142

Dengan adanya penjelasan di atas, maka penulis


dapat menjadikan pernyataan tersebut menjadi suatu
bahan untuk mengamati aspek kedisiplinan siswa
selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh mata
pelajaran akidah akhlak. Setelah penulis melakukan
suatu penelitian, penulis mendapatkan hasil yang
menunjukkan bahwa kedisiplinan siswa MA Al‟Imaroh
kelas XI sudah dapat dilihat dari adanya sikap taat serta
kepatuhan mereka terhadap segala peraturan yang
berlaku pada masa pembelajaran online, seperti
memakai seragam saat proses pembelajaran, mengikuti
jadwal pembelajaran sesuai waktunya,143 serta mampu
mengikuti segala macam kegiatan yang dilakukan
selama masa pembelajaran jarak jauh.
Selain adanya perilaku disiplin terhadap peraturan
yang berlaku di sekolah, sikap kedisiplinan siswa kelas
XI ini nyatanya juga dapat penulis lihat pada adanya
perilaku patuh serta ketaatannya terhadap segala
peraturan khusus yang dibuat oleh guru akidah akhlak,
seperti wajib menyerahkan tugas tepat waktu melalui
media google form atau google classroom. Peraturan
seperti ini telah menjadi salah satu strategi guru akidah
untuk membantu siswa dalam hal mendisiplinkan diri
selama mereka belajar dari rumah secara online.
Melalui kedua media tersebut para siswa menjadi

142
Hasil Wawancara dengan H. Muhamad Sibghotulloh, S.Pd,I, M,Pd,I, Selaku Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan MA Al‟Imaroh, Selasa, 13 Oktober 2020.
143
Hasil Observasi Pada Pembelajaran Online Pada Tanggal 09 Oktober 2020, di Kelas
XI IPA 1.
83

mampu mengontrol diri untuk mampu menyerahkan


tugas tepat pada waktu yang telah ditentukan.144
para siswa kelas XI ketika melaksanakan proses
pembelajaran akidah akhlak secara jarak jauh, mereka
dituntut untuk mengaktifkan camera zoom selama
pembelajaran online.145 Peraturan seperti ini memang
sengaja diberlakukan oleh guru yang bersangkutan
dengan tujuan agar para siswa mampu memiliki rasa
kesadaran yang penuh selama proses pembelajaran
dilakukan, dan hal ini juga dapat menjadi strategi guru
agar siswa tidak bisa untuk tidak memperhatikan guru
yang sedang menjelaskan materi secara online.146
Maka dari itu, berdasarkan beberapa hasil penelitian
di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perilaku
kedisiplinan siswa terhadap peraturan yang berlaku di
sekolah ini pada dasarnya memiliki dua sifat yang
berbeda. Ada kedisiplinan yang bersifat instruktif
seperti perilaku disiplin terhadap aturan guru akidah
akhlak selama pembelajaran online, serta ada juga yang
memang sudah menjadi suatu kesadaran tersendiri bagi
masing-masing individu, seperti memakai seragam
serta taat terhadap jadwal pembelajaran online yang
berlaku.
2) Disiplin Terhadap Waktu
Setelah adanya perilaku disiplin siswa terhadap
suatu peraturan di sekolah. Dalam hal ini penulis juga
meneliti tentang perilaku disiplin siswa terhadap waktu

144
Hasil Wawancara dengan Endang Sumantri, S.Pd,I, Selaku Guru Bidang Studi Akidah
Akhlak Kelas Sebelas (XI), Jum‟at, 22 Januari 2021.
145
Hasil Wawancara dengan Fadhilah Ahmad Hafid, Selaku Siswa MA Al‟Imaroh Kelas
XI IPA 2, Jum‟at, 9 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
146
Hasil Wawancara dengan H. Muhamad Sibghotulloh, S.Pd,I, M,Pd,I, Selaku Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan MA Al‟Imaroh, Selasa, 13 Oktober 2020.
84

yang ditandai dengan adanya kepandaian siswa MA


Al‟Imaroh kelas XI dalam hal mengatur serta
memanfaatkan waktu selama adanya pembelajaran jarak
jauh. Pada kenyataannya perilaku disiplin siswa MA
Al‟Imaroh selama melaksanakan pembelajaran jarak
jauh sangat bergantung pada kebiasaan serta kesibukan
diri masing-masing siswa selama mereka berada di
rumah.
Apabila penulis klasifikasikan perilaku disiplin
tersebut berdasarkan kriteria responden yang aktif
organisasi dengan responden yang tidak aktif organisasi
di sekolah maka hasil dari aspek kedisiplinan tersebut
dapat penulis katakan hampir tidak ada perbedaan di
antara keduanya. Teruntuk kasus siswa yang aktif
organisasi, mereka mengungkapkan alasan bahwa
selama adanya pembelajaran jarak jauh, mereka
menjadi suka lupa dengan adanya tugas yang diberikan
oleh guru karena banyaknya tugas serta banyaknya
kegiatan di luar pembelajaran sekolah. Selain itu alasan
yang senada juga diungkapkan oleh para siswa yang
tidak aktif berorganisasi di sekolah, mereka sering
mengerjakan tugas dengan sistem deadline dengan
alasan lupa serta adanya rasa nyaman yang tersendiri
ketika mengerjakan tugas secara deadline. Akibatnya
baik teruntuk kasus siswa yang dipandang aktif atau
tidak aktif di sekolah penulis memandang bahwa
mereka sama-sama terlihat belum memiliki manajemen
waktu yang baik, kecuali jika tugas yang harus mereka
kerjakan banyak dan mereka juga paham dengan tugas
tersebut maka mereka berusaha untuk mengatur serta
memanfaatkan waktu mereka dengan baik.
85

Namun ketika penulis bandingkan dengan perilaku


disiplin siswa dalam aspek ketepatan waktu untuk
mengikuti pembelajaran online mata pelajaran akidah
akhlak, serta ketepatan waktu dalam hal mengumpulkan
tugas, nyatanya hampir seluruh responden yang penulis
teliti menunjukkan perilaku kedisiplinan yang baik
karena adanya faktor ketentuan dari guru akidah kepada
siswa untuk menyerahkan tugas melalui google
classroom sehingga para siswa menjadi memiliki
motivasi yang kuat untuk menyerahkan tugas tepat
waktu.
Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan di atas
penulis dapat menyimpulkan bahwa perilaku disiplin
siswa terhadap waktu selama adanya pembelajaran
jarak jauh ini dapat hadir bukan karena adanya rasa
sadar dalam diri siswa terhadap pentingnya waktu,
namun lebih condong ke arah adanya suatu tuntutan
tertentu dari luar dirinya sehingga dirinya mampu untuk
berlaku disiplin secara tidak langsung. Sehingga siswa
masih memiliki perilaku disiplin yang masih bersifat
instruktif dan kondisional.
3) Disiplin Terhadap Diri Sendiri
Selama adanya pelaksanaan pembelajaran jarak jauh
di masa pandemi covid-19 banyak para siswa yang
merasakan adanya keluwesan selama melaksanakan
proses pembelajaran dari rumah. Dengan adanya
keluwesan tersebut pada akhirnya mampu menimbulkan
perasaan serta sikap santai pada diri siswa ketika
hendak melaksanakan proses pembelajaran secara
86

online di rumah,147 karena para siswa selama


melakukan proses pembelajaran di rumah mereka
memiliki anggapan bahwa selama pembelajaran online
diberlakukan tidak ada hal-hal yang perlu dipersiapkan
secara matang seperti ketika mereka belajar di
sekolah.148
Macam-macam kebiasaan yang siswa lakukan
sebelum pembelajaran dimulai seperti mandi, sarapan,
sampai kepada hal-hal religius seperti melakukan
kegiatan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan
proses pembelajaran nyatanya hal ini menjadi bukan
suatu hal yang terus dilakukan secara konsisten oleh
siswa selama mereka melaksanakan proses
pembelajaran dari rumah. Sebagaimana ungkapan Ibu
Lutfiyah dan Ibu Ayuni selaku wali murid, mereka
menyatakan bahwa selama adanya pembelajaran online
anak-anak memang menjadi terlihat lebih santai dan
tidak terlalu sigap sebagaimana pembelajaran offline di
sekolah. Dan setelah penulis lakukan konfirmasi lebih
lanjut kepada seluruh responden, hampir sebagian besar
dari jumlah responden yang ada membenarkan
pernyataan tersebut. Jika pada saat pembelajaran offline
biasanya mereka harus sibuk mempersiapkan diri
dengan baik untuk berangkat sekolah. Namun
sebaliknya semenjak adanya pembelajaran online para
siswa menjadi merasa lebih santai dan jarang diantara
mereka ada yang mempersiapkan dirinya dengan baik
sebelum melakukan pembelajaran online di rumah,

147
Hasil Wawancara Dengan Ibu Lutfiyah, Selaku Wali Murid, Minggu, 8 November
2020, Di Perumahan Telaga Harapan, Cikarang Barat.
148
Hasil Wawancara Dengan Zahra Nurul Syifa, Selaku Siswa MA Al‟Imaroh kelas XI
IPA 1, Jum‟at, 9 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
87

seperti mandi, sarapan, bahkan sampai kepada kegiatan


berdoa sebelum melakukan pembelajaran.
3. Visioner

Orang visioner merupakan orang-orang yang memiliki tujuan


serta target yang jelas dalam hidupnya. Orang yang visioner
merupakan orang-orang yang memiliki cara pandang dan sudut
pandang yang optimis terhadap segala mimpinya di masa yang
akan datang sehingga dengan adanya niat serta tekad yang kuat
orang visioner akan selalu berusaha mengatur strategi sebaik
mungkin untuk mampu mewujudkan mimpi dan tujuan
hidupnya.149
Dalam aspek amanah ini penulis ingin menjelaskan terlebih
dahulu bahwa yang dimaksud orang-orang visioner dalam
penelitian yang penulis lakukan merupakan para siswa yang
mampu menunjukkan kesungguhan dirinya dalam menjalankan
segala kewajibannya sebagai seorang siswa. Sehingga siswa yang
visioner merupakan para siswa yang mampu fokus, teguh dan
optimis sebagai pelajar walaupun kondisi mereka selama
melaksanakan pembelajaran jarak jauh sangat banyak mengalami
rintangan dan hambatan.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di lapangan,
penulis menemukan hasil yang menunjukkan bahwa para siswa
Madrasah Aliyah Al‟Imaroh kelas XI selama melaksanakan
pembelajaran akidah akhlak secara online mereka terlihat kurang
berantusias selama mengikuti pembelajaran akidah akhlak karena
sedikitnya siswa yang mengaktifkan kamera zoom.150 Sehingga
aktivitas siswa di rumah menjadi tidak dapat teridentifikasi dengan
jelas oleh guru. Namun menurut pernyataan para siswa, hal ini

149
Hidayat, Kepemimpinan Dan Supervise Pendidikan, (Banten: Yayasan Pendidian Dan
Sosial Indonesia Maju, 2020), h. 81.
150
Hasil Observasi Pada Pembelajaran Online Mata Pelajaran Akidah Akhlak Pada
Tanggal 21 Januari 2021, di Kelas XI IPA 1.
88

dapat terjadi karena memang guru yang bersangkutan juga tidak


mempermaslahkan hal tersebut terjadi. Guru tidak
mempermasalahkan para siswa meng-offkan kameranya selama
pembelajaran. Sehingga akhirnya para siswa yang pada awalnya
mengaktifkan kamera menjadi ikut terpengaruh untuk tidak
mengaktifkan kamera selama pembelajaran.151
Setelah penulis tanyakan lebih lanjut mengenai tindakan
mereka selama melaksanakan pembelajaran akidah secara online,
nyatanya tidak semua siswa mampu mengkondisikan dengan baik
untuk memperhatikan penjelasan guru akidah selama pembelajaran
dengan alasan mengantuk, jaringan yang buruk dan penjelasan
guru yang membosankan. Sehingga para siswa tidak mampu secara
utuh mengontrol diri mereka dari segala macam gangguan yang
ada di rumah seperti mendapatkan gangguan belajar dari pesan
whatsapp, seruan orangtua, atau suara bising dari anggota keluarga
lain yang berada di rumah. Terkecuali teruntuk siswa yang
memiliki rasa kesadaran yang tinggi terhadap belajar serta rasa
hormat terhadap guru, gangguan buruk seperti itu tidak menjadi
suatu alasan untuk dirinya untuk tetap memperhatikan dan
mendengarkan dan menyimak penjelasan yang diberikan oleh guru.
Sebagaimana pernyataan Barkah dalam wawancara:
Tergantung ka, kalau misalnya pesan WA itu penting, baru
saya balas, paling saya balas sesingkat-singkatnya. Terus
kalau untuk masalah dipanggil orangtua, ini jarang si ka,
karna orangtua saya juga tau kalau saya lagi belajar, jadi
jarang minta tolong kecualiuntuk sesuatu yang berat, dan
ini sudah pasti saya tolong. Dan kalau untuk masalah di
ganggu orang lain yang ada di rumah, biasanya sih saya
agak tegas ka, kalau berisiknya itu udah mengganggu saya
belajar, saya kasih tau ke mereka untuk jangan berisik.152

151
Hasil Wawancara dengan Para Responden, Sabtu, 23 Januari 2021.
152
Hasil Wawancara Dengan Subarkah Siwitomo, Selaku Siswa MA Al‟Imaroh kelas XI
IPA 1, Jum‟at, 9 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
89

Dengan demikian hal ini dapat menunjukkan pernyataan


bahwa selama para siswa melaksanakan pembelajaran jarak jauh,
sikap dan perilaku visioner siswa dalam proses belajar nyatanya
belum sepenuhnya terlihat dengan baik karena masih terpengaruh
oleh faktor keterampilan guru dalam mengajar, belum sampai
kepada kesadaran siswa dalam hal pentingnya mencari ilmu serta
pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai adab terhadap guru.
Sikap visioner siswa diantaranya juga dapat penulis lihat dari
adanya upaya siswa untuk menyamankan diri selama belajar.
Selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh para siswa sering
kali merasa tidak nyaman dengan keadaan yang mereka hadapi
selama masa pandemi, namun mereka tetap berusaha kuat dan
optimis untuk mampu mengendalikan diri dan mengikuti
pembelajaran dengan baik. Terkendalanya proses pembelajaran
yang biasa disebabkan karena adanya gangguan koneksi jaringan
internet, seringkali menjadi suatu hambatan yang dapat
mengganggu proses pembelajaran siswa selama masa pandemi
covid-19. Sehingga para siswa yang seharusnya mampu
mendapatkan penjelasan materi yang jelas dan utuh dari guru yang
bersangkutan, akibatnya hal ini menjadi tidak terealisasikan dengan
baik karena adanya hambatan tersebut akhirnya para siswa menjadi
terpaksa untuk mampu melakukan pencarian pemahaman lebih
lanjut melalui upaya mereka masing-masing seperti bertanya ke
guru, teman bahkan dengan penelusuran melalui google.
Maka dari itu berdasarkan hasil penelitian yang penulis
lakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa sikap dan perilaku
visioner siswa selama melaksanakan pembelajaran akidah akhlak
secara jarak jauh secara keseluruhan masih bersifat pembiasaan
karena masih besarnya pengaruh faktor guru dalam proses
pembelajaran serta belum tertanamnya kesadaran yang kuat tentang
pentingnya belajar secara mandiri dalam diri siswa.
90

3. Pelaksanaan Nilai-Nilai Tabligh Pada Diri Peserta Didik Selama


Pembelajaran Jarak Jauh
Ditinjau dari segi bahasa kata tabligh memiliki arti
menyampaikan.153 Dari makna dasar yang ada pada kata
menyampaikan tersebut pada akhirnya mampu memiliki makna yang
banyak dan berhubungan dengannya, salah satu diantaranya yaitu
perihal „komunikasi‟. Komunikasi merupakan salah satu hal yang
sangat penting dalam proses interaksi manusia. Dalam kehidupan
sehari-hari setiap manusia pasti tidak akan pernah lepas dari adanya
bentuk interaksi serta komunikasi.154 Dengan adanya proses
komunikasi setiap manusia mampu menyampaikan pesan, ide serta
mampu memberikan gagasan tertentu kepada orang lain dalam bentuk
komunikasi verbal atau dalam bentuk komunikasi non verbal.
Begitu juga dengan para siswa kelas XI MA Al‟Imaroh yang
berperan sebagai makhluk sosial, dalam kehidupan sehari-hari mereka
selalu melakukan proses komunikasi kepada orang lain atau kepada
diri sendiri. Sementara dalam konteks pembelajaran, komunikasi
menjadi salah satu bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam proses
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran
terjadi suatu proses transfer informasi yang berupa ilmu pengetahuan
serta pengalaman seorang guru kepada para siswa.155 Adapun bentuk
proses komunikasi yang dilakukan antara guru dan siswa selama
melaksanakan sistem pembelajaran jarak jauh di masa pandemi covid-
19 menjadi mengalami suatu perubahan yakni menjadi bentuk
komunikasi tidak langsung yang tersambungkan melalui perantara
media elektronik seperti handphone.156 Sebagaimana yang

153
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V, Aplikasi Luring Resmi Badan
Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa.
154
Ety Nur Inah, “Peranan Komunikasi Dalam Pendidikan”, Jurnal Al-Ta‟dib, Vol. 6, No.
1, 2013, H. 177.
155
Ali Rahman, “Bentuk-Bentuk Komunikasi Dalam Pembelajaran”, Jurnal Pendidikan,
Vol. 5, No. 2, 2016, h. 204.
156
Ibid.
91

diungkapkan oleh bapak Endang bahwa selama melaksanakan kegiatan


pembelajaran jarak jauh, media komunikasi pembelajaran menjadi
teralihkan kepada sistem online, proses komunikasi yang terjadi
selama proses pembelajaran berlangsung juga mengalami suatu
perubahan menjadi bentuk komunikasi tidak langsung yang
tersambungkan melalui media elektronik seperti handphone. Melalui
media inilah guru dan siswa dapat saling berinteraksi serta saling
berkomunikasi yang tersampaikan secara lisan atau juga dalam bentuk
tulisan (chatting).157
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap
siswa MA Al‟Imaroh kelas XI selama melaksanakan pembelajaran
jarak jauh, penulis menyimpulkan bahwa para siswa mampu
menunjukkan beberapa bentuk pelaksanakan nilai-nilai tabligh pada
dirinya yang mengarah kepada bentuk nilai-nilai communication skill
yang terealisasikan ke dalam beberapa nilai di bawah ini:
1) Nilai Relationship
Dalam proses komunikasi agar suatu pesan dapat
disampaikan dan diterima dengan baik oleh seorang
komunikan. Maka sebaiknya seorang komunikator mampu
menciptakan suatu bentuk suasana harmonis dalam proses
komunikasi, diantaranya adalah dengan menerapkan nilai-
nilai relationship. Selain bertujuan untuk memudahkan
tersampaikannya pesan yang kita tuju kepada orang lain,
adanya bentuk penerapan nilai relationship dalam suatu
proses komunikasi juga akan memungkinkan membuat
seorang respect terhadap pesan yang kita sampaikan
sehingga memunculkan perilaku-perilaku positif yang dapat
mendukung harapan seorang komunikator melalui isi pesan
yang tersampaikan. Begitu juga dengan para siswa MA

Hasil Wawancara dengan Endang Sumantri, S.Pd,I, Selaku Guru Bidang Studi Akidah
157

Akhlak Kelas Sebelas (XI), Jum‟at, 22 Januari 2021.


92

Al‟Imaroh kelas XI, ketika para siswa melakukan proses


komunikasi nampak beberapa bentuk nilai relationship yang
para siswa tampakkan dalam proses tersebut, diantaranya
adalah:
a) Nilai Kebersamaan
Dalam hal ini nilai communication skill yang
tampak pada diri siswa MA Al‟Imaroh kelas XI selama
melaksanakan pembelajaran jarak jauh dapat penulis
lihat ketika para siswa melakukan atau mengerjakan
tugas kelompok yang mereka dapatkan dari guru bidang
study akidah akhlak. Selama diberlakukannya
pembelajaran jarak jauh, selain guru bertugas
memberikan arahan, bimbingan, serta penyampaian
materi kepada siswa, guru juga melakukan suatu bentuk
inovasi kegiatan belajar yang dapat mendukung
kegiatan belajar siswa selama berada di rumah.
Sebagaimana yang di jelaskan oleh bapak Endang
bahwa materi-materi yang ada pada mata pelajaran
akidah di kelas sebelas tidak hanya mengajarkan
tentang ilmu-ilmu akhlak, membahas ilmu-ilmu tauhid
seperti ilmu kalam serta ilmu tasawuf yang
mengajarkan manusia sebagai makhluk yang suci lahir
dan batin. Maka dari itu dengan kompleksnya
pembahasan tersebut metode diskusi atau kerja
kelompok menjadi salah satu alternative yang guru
jadikan untuk meningkatkan minat baca serta
menambah pengetahuan siswa.158
Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis dapat
menyimpulkan bahwa dibalik terjadinya proses

158
Hasil Wawancara dengan Endang Sumantri, S.Pd,I, Selaku Guru Bidang Studi Akidah
Akhlak Kelas Sebelas (XI), Jum‟at, 22 Januari 2021.
93

kegiatan kelompok yang sudah dirancang oleh guru,


nyatanya hal tersebut juga dapat memiliki dampak
postif lain seperti menumbuhkan nilai-nilai
kebersamaan pada siswa. Melalui proses komunikasi
serta adanya interaksi antar siswa dalam proses
pelaksanaan tugas kelompok, hal ini diharapkan dapat
menimbulkan perilaku-perilaku positif sebagaimana
yang diharapkan oleh guru demi tercapainya tujuan
pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan
terhadap siswa MA Al‟Imaroh kelas XI, penulis
menemukan hasil bahwa dampak dari adanya kegiatan
tersebut secara keseluruhan memang belum
membuahkan hasil yang maksimal, terutama untuk
menunjang keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam hal
kerja kelompok ini penulis temukan lebih mendominasi
kepada kasus siswa yang memang sebelumnya telah
aktif dalam berorganisasi atau karena siswa tersebut
termasuk ke dalam tipe anak yang ekstovert159,
sehingga dalam hal ini mereka akan cenderung aktif
berbicara serta berinteraksi dalam kelompok. Adapun
teruntuk kasus siswa yang notabennya tidak aktif dalam
berorganisasi serta termasuk tipe siswa yang
introvert160, para siswa ini cenderung lebih terlihat

159
Orang yang memiliki tipe keprbadian ekstrovert akan cenderung memiliki sikap yang
mengarah kepada dunia luar yang objektif. Sehingga orang ekstrovert akan cenderung memiliki
tinggkat interaksi sosial yang tinggi hal ini karena dirinya memiliki karakteristik kepribadan yang
mudah bergaul serta terbuka sehingga dia akan lebih memahami pesan yang disampaikan dalam
komunikasi. Ika Puspitasari Putri Dan Sapto Irawan, “Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan
Interaksi Sosial Karang Taruna Dukuh Klarisan Kelurahan Tanduk Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali”, Jurnal Mimbar Ilmu, Vol. 24, No. 1, 2019, h. 92.
160
Tipe kepribadian introvert merupakan tipe kepribadian yang dapat mengarahkan sikap
seseorang pada dunia yang subjektif. Sehingga orang introvert cenderung mengalami gangguan
dalam berkomunikasi atau melakukan kontak sosial karena karakteristik yang ada pada diri mereka
94

pasif karena dirinya selalu menunjukkan sikap taat dan


patuh kepada segala intruksi atau segala keputusan
yang telah disepakati oleh anggota kelompok. Sehingga
walaupun secara tidak langsung sikap para siswa
tersebut dipengaruhi oleh rasa percaya dirinya masing-
masing, lain halnya dengan sikap siswa yang berada di
luar pembahasan materi pembelajaran, penulis
mengamati bahwa para siswa mampu berinteraksi
dengan baik terhadap sesama temannya.161
Namun sisi positif yang penulis temukan dari adanya
kegiatan kerja kelompok ini diantaranya para siswa
menjadi mampu menunjukkan penerapan nilai
kebersamaan melalui sikap serta perilakunya yang
saling berinteraksi, berbagi dan saling bersinergi
seperti; mengemukakan pendapat atau ide kepada
anggota kelompok, menghormati pendapat teman,
menerima hasil keputusan yang berbeda dengan
kehendak diri sendiri, serta saling membantu dalam
proses pembuatan tugas.
b) Nilai Menghormati (Respect)
Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal
kita seringkali merasakan timbul rasa empati atau
simpati dalam mendengarkan pesan atau cerita yang
disampaikan orang lain terhadap diri kita, contohnya
ketika dengan orangtua serta kerabat dekat. Nilai
respect dapat menjadi salah satu bentuk nilai yang dapat
timbul saat terjadinya proses komunikasi yang intens
antara seseorang dengan orang lain, terutama teruntuk

akan mengarahkan mereka kepada sikap tertutup serta suka menyendiri. Maka dari itu, orang
introvert cenderung sulit untuk mengemukakan pendapat kepada orang lain.
161
Hasi Observasi Pada Kegiatan Kerja Kelompok Siswa Kelas XI IPS 1, Selasa, 13
Oktober 2020.
95

orang-orang tertentu yang memang memiliki hubungan


dekat dengannya dan ini akan tampak dari adanya
ketertarikan yang tinggi terhadap pesan yang
disampaikan.162 Begitu juga dengan para siswa MA
Al‟Imaroh kelas XI, semenjak adanya pembelajaran
jarak jauh para siswa merasakan bahwa dirinya mampu
memiliki waktu yang cukup banyak untuk berinteraksi
dan berkomunikasi dengan langsung terhadap anggota
keluarga di rumah. selain berkomunikasi, para siswa
juga menjadi mampu untuk ikut merasakan dan
memahami bagaimana kondisi keluarga selama masa
pandemi berlangsung. Sehingga tidak sedikit hal
tersebut mampu menimbulkan perasaan empati dan
simpati siswa terhadap orangtua di rumah. Maka dari
itu, nilai relationship yang nampak menjadi lebih nyata
pada diri siswa karena selama mereka melaksanakan
pembelajaran dari rumah, para siswa menjadi memiliki
waktu yang cukup banyak untuk berinteraksi dengan
anggota keluarga di rumah.
Selain dengan keluarga, bentuk komunikasi yang
hangat juga sering dilakukan oleh siswa kepada para
kerabat terdekatnya. Sebagaimana ungkapan Sonia
dalam wawancara bahwa semenjak sekolah diliburkan
akibat pandemi dirinya sering kali berkomunikasi
dengan teman melalui handpone untuk sekadar
membicarakan hal-hal sederhana yang sekiranya dapat
menenangkan hati untuk dirinya sendiri, diantaranya
seperti bercerita tentang suka duka menjalani proses
pembelajaran online dari rumah. Sesekali dirinya juga
sering bercerita dengan teman secara langsung karena

162
Ali Nurdin, Teori Komunikasi Interpersonal, (Jakarta: Kencana, 2020), h. 21.
96

mengingat dirinya sebagai anggota OSIS, sehingga


dirinya juga sering datang ke sekolah untuk melakukan
tugas-tugas tertentu. Maka, melalui proses inilah para
siswa menjadi bisa menghormati atau respect kepada
perasaan orang lain yang sedang mengalami
ketidaknyamanan serta kesusahan.163 Dan nilai respect
yang nampak pada diri siswa selama adanya masa
pembelajaran jarak jauh ini dapat menjadi salah satu
indikator bahwa keterampilan siswa dalam
berkomunikasi terealisasikan dalam bentuk komunikasi
kekerabatan, seperti orangtua dan teman dekat.
2) Nilai Keberanian
Keberanian merupakan suatu bentuk kekuatan mental
seseorang yang datang dari dalam hati yang mampu
memotivasi seseorang untuk bertindak berani, meski sedang
berada dalam kondisi takut.164 Adapun hubungan
komunikasi dengan keberanian nyatanya dapat penulis
temukan pada diri siswa ketika mereka sedang mengalami
perasaan takut ketika ingin melakukan proses komunikasi
secara massal, dan beberapa bentuk nilai keberanian itu
tercermin ke dalam bentuk aktivitas belajar seperti di bawah
ini;
a) Berdiskusi
Dengan adanya pembelajaran jarak jauh tidak
sedikit para siswa yang menyatakan bahwa dirinya
sering mengalami kesulitan untuk memahami materi
yang disampaikan oleh guru selama pembelajaran

163
Hasil Wawancara dengan Sonia Rahmawati, Selaku Siswa MA Al‟Imaroh kelas XI
IPS 1, Sabtu, 17 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
164
John Garmo, Pengembangan Karakter Untuk Anak: Panduan Pendidik, Terj. Dari
Developing Character: Teacher‟s Guide Oleh Character Solutions International, (Jakarta: Kesaint
Blanc, 2011), h. 112.
97

online berlangsung. Sehingga secara tidak langsung


para siswa seringkali melakukan suatu proses interaksi
antar teman yang mengarah pada suatu proses diskusi,
baik yang mereka lakukan secara tatap muka atau
secara tidak langsung melalui online sebagai suatu cara
untuk .
Akidah akhlak adalah salah satu mata pelajaran
agama yang sebagian besar pembahasannya
membicarakan tentang ilmu akhlak serta beberapa
penjelasan mengenai ilmu kalam dan ilmu tauhid.
Sehingga tidak sedikit para siswa merasa tidak paham
dengan kompleksnya bahasa yang terdapat dalam buku
atau dengan bahasa penyampaian yang guru gunakan
saat menjelaskan materi165. Sehingga untuk
menghilangkan rasa keingintahuan mereka terhadap
suatu materi yang belum mampu mereka pahami, para
siswa seringkali melakukan suatu kegiatan belajar
bersama untuk dapat melakukan suatu proses diskusi
bersama teman sebayanya selama masa pembelajaran
online. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Lala: “iya
ka, saya lebih suka berdiskusi sama temen-temen, karna
kalau saya kurang ngerti dengan materi yang diberikan
guru, saya bisa tanya langsung sama temen yang lebih
paham”.166 Kegiatan tersebut nyatanya tidak hanya
mereka lakukan ketika mereka tidak paham dengan
suatu materi, tetapi ada sebagian siswa yang memang
suka melakukan diskusi karena dilatarbelakangi rasa
sukanya terhadap mata pelajaran tersebut, seperti yang

165
Hasil Wawancara Dengan Subarkah Siwitomo, Selaku Siswa MA Al‟Imaroh kelas XI
IPA 2, Jum‟at, 22 Januari 2021, di MA Al‟Imaroh.
166
Hasil Wawancara Dengan Sahlabiyah Ulfan Nursya‟adah, Selaku Siswa MA
Al‟Imaroh kelas XI IPA 1, Jum‟at, 17 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
98

diungkapkan oleh Barkah: “iya ka, saya suka berdiskusi


apalagi diskusi tentang agama, ada rasa keingingtahuan
yang lebih gitu ka rasanya, kaya penasaran pengen
tau”.167 Sehingga dengan adanya berbagai macam
penyebab tersebut, para siswa akhirnya menjadi aktif
melaksanakan kegiatan diskusi atau kerja kelompok
tersebut baik dilakukan secara langsung ataupun via
handphone.
Berdasarkan pemaparan di atas, communication skill
siswa yang ditunjukkan melalui indikator diskusi
memang nampak terlihat bersifat netral. Kasus tersebut
dapat ditemukan pada siswa yang aktif berorganisasi
sampai kepada siswa yang tidak aktif organisasi. Hanya
saja cara komunikasi siswa yang nampak melalui
proses diskusi yang dilakukan siswa selama masa
pembelajaran jarak jauh cenderung bersifat komunikasi
horizontal, yakni sering terjadi dengan teman sebaya.
b) Aktif Bertanya (Kritis)
Dengan adanya keterbatasan siswa untuk
melakukan suatu interaksi secara langsung selama
pembelajaran jarak jauh maka dampak yang terdapat
pada diri para siswa mereka menjadi memiliki rasa
ketidakpahaman terhadap suatu meteri yang
disampaikan oleh guru akidah akhlak selama
pembelajaran online dan jarang sekali ada siswa yang
berani menanyakan ke tidakpahamannya tersebut
kepada guru yang bersangkutan. Beragam alasan yang
penulis dapatkan dari para siswa MA Al‟Imaroh yang
pada umumnya dapat penulis simpulkan bahwa hal ini

167
Hasil Wawancara Dengan Subarkah Siwitomo, Selaku Siswa MA Al‟Imaroh kelas XI
IPA 2, Jum‟at, 17 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
99

awalnya disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri


siswa, sebagaimana yang dijelaskan Lala bahwa:
Engga ka, selama pembelaajran online ini saya
ngga merasa jadi lebih berani untuk bertanya ke
guru, karna saya kurang percaya diri gitu ka kalau
mau tanya ke guru, saya biasanya kalau gak
ngerti tanya ke orangtua dulu, tapi kalau mereka
juga gak paham, saya searching di google.168

Selain itu Iyan juga menyatakan bahwa dirinya


seringkali merasa bingung untuk menyusun kalimat
pertanyaan yang baik dan benar ketika ingin mengajukan
pertanyaan kepada guru. Akhirnya untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut dia sering mencari informasi atau
penjelasan melalui google.169 Dari beberapa pernyataan
siswa di atas terlihat bahwa rasa kurang percaya diri yang
ada dalam diri siswa tetap melekat walaupun telah terjadi
adanya peralihan sistem pembelajaran menjadi online.
Namun tidak sedikit juga diantara para siswa MA
Al‟Imaroh kelas XI yang memiliki keberanian untuk
mengajukan pertanyaan kepada guru selama pembelajaran
karena selama pembelajaran online. Sehingga hal ini
membuat beberapa siswa tetap berani dan percaya diri
untuk mengajukan pertanyaan kepada guru selama
pembelajaran akidah akhlak dilaksanakan. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Robie dan Lala bahwa selama
pembelajaran akidah akhlak berlangsung mereka tetap
memberanikan diri untuk mengajukan pertanyaan kepada
guru bila memang ada materi yang belum mereka paham
selama pembelajaran baik secara langsung atau melalui

168
Hasil Wawancara Dengan Sahlabiyah Ulfan Nursya‟adah, Selaku Siswa MA
Al‟Imaroh kelas XI IPA 1, Jum‟at, 17 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
169
Hasil Wawancara Dengan Iyan Cahyana, Selaku Siswa MA Al‟Imaroh kelas XI IPA
2, Jum‟at, 17 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
10

media chatt yang ada pada zoom.170 Sehingga keberanian


siswa untuk berkomunikasi kepada guru selama masa
pembelajaran jarak jauh dapat tersampaikan melalui dua
cara, yakni komunikasi langsung atau melalui opsi chatt.
Walaupun secara kuantitas persentasi siswa yang bertanya
memang tidak sebanyak pada saat pembelajaran online171,
namun hal ini dapat terjadi karena banyaknya faktor
penghambat yang dapat mengganggu proses belajar siswa,
diantaranya seperti jaringan yang tidak stabil sehingga
siswa menjadi tidak tahu hal apa yang ingin dipertanyakan
karena tidak jelasnya materi yang disampaikan oleh guru
selama pembelajaran.172 Oleh karena itu, berdasarkan
penjelasan di atas bentuk-bentuk perilaku yang tampak
pada nilai keberanian pada diri siswa selama melakukan
proses komunikasi penulis menyimpulkan bahwa hal ini
mengarah kepada bentuk penerapan nilai keberanian
mental, yakni dimana siswa berusaha untuk memotivasi dan
memberanikan diri untuk mampu mengungkapkan
pendapat, ide, serta gagasan yang dirinya pikirkan kepada
orang lain walaupun di dalam dirinya seringkali mengalami
keraguan untuk berbicara.
Selain keberanian mental, penulis juga menemukan
nilai keberanian siswa dalam hal menyampaikan kebenaran,
atau dalam kata lain memiliki sikap transparan. Contohnya
ketika para siswa mengalami suatu permasalahan mereka
nampak memberikan diri untuk menceritakan keadaan
mereka terhadap orang-orang terdekat atau terhadap orang-

170
Hasil Wawancara Dengan Robie dan Sahlabiyah Ulfan Nursya‟adah, Selaku Siswa
MA Al‟Imaroh kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2, Jum‟at, 17 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
171
Hasil Wawancara dengan Endang Sumantri, S.Pd,I, Selaku Guru Bidang Studi Akidah
Akhlak Kelas Sebelas (XI), Jum‟at, 22 Januari 2021.
172
Hasil Wawancara Dengan Sahlabiyah Ulfan Nursya‟adah, Selaku Siswa MA
Al‟Imaroh kelas XI IPA 2, Sabtu, 23 Januari 2021, di MA Al‟Imaroh.
10

orang dirinya percaya seperti orangtua, teman, bahkan


kepada guru. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Robie,
bahwa smeenjak dirinya melaksanakan pembelajaran dari
rumah dia merasa bahwa dirinya menjadi sering melakukan
proses komunikasi kepada orangtua, terutama
membicarakan tentang problem belajar seperti kendala
jaringan serta borosnya pemakaian kuota.173 Belum lagi
dengan dampak fisik yang dirasakan akibat lamanya durasi
proses pembelajaran online, siswa seringkali merasakan
lelah, pusing, dan jenuh.174 Ustadz Sibghoh, selaku wakil
kepala sekolah bidang kesiswaan nyatanya juga
membenarkan bahwa semenjak adanya pembelajaran online
para siswa menjadi terlihat semakin terbuka dan berani
mengungkapkan pengalaman dirinya selama melakukan
pembelajaran dari rumah, terutama untuk anak OSIS yang
memang semenjak pandemi mereka juga sering datang ke
sekolah untuk melakukan kewajiban mereka sebagai
anggota OSIS.175
3) Nilai Terbuka (Open Minded)
Dalam proses komunikasi adanya sikap terbuka yang
dimiliki oleh setiap individu dapat menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi keefektifan komunikasi, baik
komunikasi interpersonal176 atau komunikasi

173
Hasil Wawancara dengan Robie, Selaku Siswa kelas XI IPA 2, Sabtu, 17 Oktober
2020, di MA Al‟Imaroh.
174
Hasil Wawancara dengan Syifa Asla Khairunisa, Selaku Siswa Kelas XI IPA 1, Sabtu,
17 Oktober 2020, di MA Al‟Imaroh.
175
Hasil Wawancara dengan H. Muhamad Sibghotulloh, S.Pd,I, M,Pd,I, Selaku Wakil
Kepala Sekolah idang Kesiswaan MA Al‟Imaroh, Selasa, 13 Oktober 2020.
176
Komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang terjadi antara satu
individu dengan individu lain. Komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang
terjadi karena adanya proses interaksi yang bertujuan terjadinya proses penyampaian pesan,
gagasan, ata ide antara satu individu dengan individu lainnya. Sehingga dalam komunikasi
interpersonal diperlukan adanya strategi agar pesan yang yang ingin disampaikan dapat dipahami
oleh orang yang dituju. Ali Rahman, “Bentuk-Bentuk Komunikasi Dalam Pembelajaran”, Jurnal
Pendidikan, Vol. 5, No. 2, 2016, h. 205.
10

intrapersonal177. Dengan adanya sikap open-minded dalam


proses komunikasi hal ini mampu membuat seseorang
memberikan respon yang positif terhadap situasi atau
kejadian yang sedang atau telah terjadi terhadap dirinya.178
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan
terhadap siswa MA Al‟Imaroh kelas XI, nilai open-minded
yang tampak pada diri siswa selama melakukan
pembelajaran jarak jauh nyatanya dapat terlihat pada bentuk
komunikasi intrapersonal serta interpersonal siswa. Sikap
open-minded siswa dari segi komunikasi interpersonal
diantaranya dapat penulis lihat dari adanya sikap menghargai
serta sikap toleransi siswa terhadap temannya selama proses
kerja kelompok akidah berlangsung.179 Siswa menjadi lebih
bisa mengontrol dirinya untuk bisa menghargai dan
memahami temannya yang kurang bisa terlibat aktif dalam
kerja kelompok. Adapun sikap open-minded siswa dari segi
komunikasi intrapersonal diantaranya dapat penulis
identifikasi melalui sikap siswa ketika mengikuti proses
pembelajaran, para siswa mampu menerima penjelasan guru,
mengikuti pembelajaran sampai waktu berakhir walaupun
dalam pelaksanaannya para siswa sering mendapatkan
hambatan dalam melakukan proses belajar dari rumah,
seperti keterhambatan memahami materi yang disebabkan
oleh jaringan internet yang buruk, berpikir terhadap materi
177
Komunikasi intrapersonal atau yang biasa disebut sebagai komunikasi intrapribadi
merupakan salah satu bentuk komunikasi yang terjadi pada pada diri individu yang baik dilakukan
secara sadar atau tidak. Komunikasi intrapersonal ini dapat terjadi ketika seseorang sedang
mengalami proses berpikir ketika menerima stimulus yang dterima oleh panca inderanya. sehingga
melalui proses komunikasi intrapersonal inilah individu melakukan penalaran, analisis dan
merenung. Ali Rahman, “Bentuk-Bentuk Komunikasi Dalam Pembelajaran”, Jurnal Pendidikan,
Vol. 5, No. 2, 2016, h. 205.
178
Gunawan Saleh, “Pengaruh Komunikasi Interpersonal Guru Dalam Meningkatkan
Rasa Percaya Diri Anak Usia Dini”, Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Riau, Vol. 6, No. 2, 2018, h. 54.
179
Hasil Observasi Kegiatan Kerja Kelompok Siswa kelas XI IPS 1 Mata Pelajaran
Akidah Akhlak Pada Tanggal 24 Januari 2021, di Perumahan Telaga Murni, Cikarang Barat.
10

yang disampaikan, serta menindak lanjuti lebih lanjut


apabila dirinya belum mampu memahami materi yang telah
dijelaskan baik bertanya kepada oangtua, kakak, guru
mengaji, atau bertanya melalui google yang memang sudah
menjadi alternatif termudah bagi para siswa selama mereka
belajar di rumah. Tindakan seperti ini sebagian besar penulis
dapatkan pada kasus siswa yang memiliki pengalaman
mengemban amanah dan juga pada kasus siswa yang
dipandang tinggi prestasi akademiknya di sekolah.

4. Pelaksanaan Nilai-Nilai Fathanah Pada Diri Peserta Didik Selama


Pembelajaran Jarak Jauh
Fathanah merupakan salah satu sifat Nabi Muhammad SAW
yang pada hakikatnya adalah untuk menunjukkan adanya
kesempurnaan kecerdasan yang dimiliki Nabi Muhammad dalam
dirinya. Bentuk-bentuk kecerdasan yang Nabi Muhammad saw. miliki
nyatanya mencakup semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia,
baik dari hati, jiwa dan pikiran.180
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan terhadap siswa MA
Al‟Imaroh kelas XI, penulis mendapatkan hasil yang menunjukkan
bahwa selama adanya pembelajaran jarak jauh di masa pandemi covid-
19, tidak sedikit para siswa yang merasa tidak nyaman dengan adanya
perubahan sistem pembelajaran kepada sistem pembelajaran online.
Akar dari permasalahan rasa ketidaknyamanan tersebut antara lain
karena adanya ketidaksiapan siswa dari sisi mental serta banyaknya
gangguan dan hambatan yang para siswa rasakan selama
melaksanakan pembelajaran dari rumah.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Robie bahwa semenjak
dirinya menjalani pembelajaran secara online dirinya seringkali merasa

180
Muhammad Syafii Antonio, Muhammad SAW: The Super Leader Super Manager,
(Jakarta: Prolm Centre Dan Tazkia Publishing, 2015), h. 45
10

tidak nyaman dengan perubahan tersebut. Dirinya sering merasa


kesulitan untuk fokus memperhatikan penjelasan dari guru karena ada
saja gangguan yang datang selama proses pembelajaran berlangsung
seperti jaringan internet yang jelek, seruan orangtua, sampai kepada
gangguan-gangguan kecil seperti notifikasi handphone nyatanya juga
mampu mengganggu konsentrasi belajar siswa selama belajar di
rumah.181 Selain itu, Robie, Iyan dan Barkah juga menyatakan bahwa
selama diberlakukannya pembelajaran online, mereka menjadi kurang
memiliki waktu untuk bersosialisasi dan berinteraksi secara langsung
dengan teman dan guru. Mereka menjadi kehilangan orang-orang
terdekat yang biasanya mampu menghibur, memberi pengarahan, serta
membimbing diri mereka secara langsung disaat mereka lalai dalam
belajar. Akibatnya dengan terjadinya perubahan kondisi yang
mengharuskan siswa untuk melakukan pembelajaran secara mandiri
dari rumah, mereka menjadi sering mencari kesibukan positif untuk
menghilangkan kejenuhan mereka masing-masing serta mereka
menjadi sering berupaya untuk mampu mengendalikan emosi serta
perilaku.182
Maka dari itu, dengan terjadinya perubahan sistem pembelajaran
pada masa pandemi covid-19 nyatanya memang telah memberikan
dampak psikis dan sosiologis kepada siswa. Siswa tidak hanya harus
mampu beradaptasi dengan suasana yang baru namun siswa juga harus
mampu mengkondisikan dirinya agar selalu siap untuk belajar di
rumah, dan tentu hal ini dapat terjadi karena adanya dukungan dari
berbagai kecerdasan yang dimiliki siswa. Kecerdasan ini meliputi
kecerdasan hati, jiwa serta pikiran yang biasa dikenal dengan istilah
kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual serta kecerdasan
spiritual. Adapun bentuk-bentuk nilai fathanah yang tampak pada diri

181
Hasil Wawancara dengan Robie, Selaku Siswa MA Al‟Imaroh kelas XI IPA 2,
Jum‟at, 6 November 2020, di MA Al‟Imaroh.
182
Hasil Wawancara Dengan Iyan Cahyana dan Subarkah Siwitomo, Selaku Siswa MA
Al‟Imaroh kelas XI IPA 2, Jum‟at, 6 November 2020, di MA Al‟Imaroh.
10

siswa selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh yang didasarkan


pada kecerdasan emosi, intelektual, serta spiritual akan penulis uraikan
di bawah ini:
1) Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional sebagaimana yang disebutkan oleh
Daniel Goleman merupakan suatu bentuk kemampuan
seseorang untuk mampu mengendalikan emosi serta
kemampuan seseorang dalam merespon stimulus dengan tepat.
Kecerdasan emosi merupakan suatu kecerdasan yang dimiliki
oleh seseorang dalam mengelola emosi diri dan juga
kemampuan untuk memahami emosi orang lain.183 Dan
berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, penulis
menemukan hasil analisis yang menunjukkan bahwa selama
melaksanakan pembelajaran jarak jauh para siswa MA
Al‟Imaroh kelas XI terlihat melaksanakan beberapa bentuk
nilai-nilai fathanah yang tampak pada diri siswa MA
Al‟Imaroh kelas XI yang berkaitan dengan kecerdasan emosi
siswa selama pembelajaran jarak jauh, meliputi:
a) Self-Control
Self-control merupakan salah satu kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk mampu mengatur diri
dari pengaruh emosi serta dorongan-dorongan negatif
yang muncul dari dalam diri serta pengaruh negatif
yang berasal dari luar diri seseorang, seperti
lingkungan. Self-control merupakan suatu bentuk
triggers diri seseorang dalam hal pengendalian emosi
serta pengaruh-pengaruh lingkungan yang selalu
berubah secara dinamis.184 Menurut Zakiyah Drajat,

183
Ely Manizar, “Mengelola Kecerdasan Emosi”, Jurnal Tadrib, Vol. 2, No. 2, 2016, h.
11.
184
Ferawati dan Herni Widiyah Nasrul, “Pengaruh Control Diri Terhadap Hasil Belaajr
Siswa Kelas XI SMK Negeri 4 Batam, Jurnal Dimensi, Vol. 7, No. 2, 2018, h. 230.
10

apabila seseorang memiliki kondisi pengendalian diri


yang baik, secara otomatis dirinya akan mampu
mengendalikan dan menahan dari segala hal yang tidak
bermanfaat serta dari segala keinginan yang dapat
merugikan drinya dan orang lain.185
Dalam konteks pembelajaran jarak jauh, bentuk
self-control yang terdapat pada diri siswa MA
Al‟Imaroh kelas XI diantaranya dapat penulis lihat dari
adanya kemampuan siswa dalam hal mengontrol
perilaku serta kemampuan mengontrol stimulus.
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa
semenjak diberlakukannya sistem pembelajaran jarak
jauh, para siswa banyak yang merasakan tidak nyaman,
tidak bersemangat, serta menurunnya rasa tanggung
jawab untuk melaksanakan kewajibannya sebagai
seorang pelajar di rumah. Kasus seperti ini tidak hanya
penulis dapatkan dari pernyataan para siswa yang tidak
aktif berorganisasi, teruntuk kasus siswa yang dianggap
pintar secara akademis dan juga dipandang bagus
kepemimpinan organisasinya juga mengatakan hal yang
demikian.
Setelah penulis melakukan penelitian lebih lanjut,
nyatanya sebagian besar siswa terlihat memiliki
kemampuan self-control yang kurang baik pada saat
melaksanakan pembelajaran akidah akhlak secara
online. Hal ini dapat penulis lihat dari kemampuan
siswa dalam hal mengontrol stimulus negatif seperti
rasa kantuk, kurangnya antusias siswa dalam
memperhatikan penjelasan guru, serta siswa kurang

185
http://www.jejakpendidikan.com/2017/01/pengertian-self-control-control-diri.html
pada tanggal 18 Desember 2020, pukul 10.10 WIB.
10

mampu memfokuskan dirinya walaupun selama proses


pembelajaran berlangsung ada gangguan yang
menghampiri siswa seperti handphone, seruan orangtua,
bahkan suara bising yang ada di sekitar rumah. Siswa
menjadi lebih bersikap santai dengan pembelajaran
tersebut karena guru yang bersangkutan juga tidak tegas
dalam mengefektifkan pembelajaran online.186 namun
hal ini tidak sepenuhnya dilakukan oleh para siswa,
bagi para siswa yang memang memiliki rasa tanggung
jawab, kesadaran belajar yang cukup, serta rasa hormat
terhadap guru, para siswa tetap saja memperhatikan
serta menyimak penjelasan guru dengan baik.
Sebagaimana ungkapan Barkah yang mana dirinya juga
merupakan sie. Pendidikan di kelasnya dirinya
menyatakan bahwa selama proses pembelajaran online
berlangsung dirinya pasti akan memprioritaskan apa
yang seharusnya dia kerjakan. Maka jika dirinya
mengetahui ada pesan whatsapp yang masuk, maka
dirinya akan selektif dalam membalas pesan. Teruntuk
seruan orangtua, dirinya pasti akan segera membantu
kalau memang berada dalam kondisi yang mendesak.
Dan teruntuk kondisi sekitar yang kurang kondusif
biasanya dirinya akan memberikan teguran atau
berpindah tempat untuk mencari lingkungan yang lebih
kondusif untuk belajar.187
Demikian juga dengan kondisi para siswa disaat
mereka sedang tidak melakukan proses pembelajaran,
para siswa nyatanya belum mampu menkontrol dirinya

186
Hasi Observasi Pada Pembelajaran Online Mata Pelajaran Akidah Akhlak Pada
Tanggal 01 Februari 2021, di Kelas XI IPS 1.
187
Hasil Wawancara dengan ibu Ayyuni Revita, Selaku Wali Murid Zahra Nurul Syifa,
Kamis, 29 Oktober 2020, di Vila Mutiara.
10

untuk belajar secara mandiri seperti tugas, masih


banyak penulis dapatkan pernyataan siswa yang
mengungkapkan bahwa dirinya masih sering melakukan
suatu bentuk tindakan prokrastinasi akademik saat
mendapatkan tugas dari guru. Maka dari itu,
berdasarkan penjelasan yang telah disebutkan di atas
bentuk-bentuk kecerdasan emosi siswa yang ditinjau
dari segi proses pembelajaran belum dapat dikatakan
membentuk pola yang positif karena belum adanya
kesadaran siswa untuk bertanggung jawab terhadap
dirinya untuk belajar dengan sungguh.
b) Self-Regulation (Regulasi Diri)
Menurut Zimmerman self-regulation merupakan
suatu bentuk kemampuan emosi yang dimiliki oleh
seorang siswa dalam hal mengatur serta mengendalikan
emosi negatif yang ada pada dirinya agar tidak
berdampak buruk terhadap upaya siswa dalam
mencapai suatu tujuan akademik.188 Self-regulation
merupakan suatu proses proaktif yang dilakukan oleh
seseorang secara konsisten dalam hal mengontrol
emosi, pikiran, perilaku, serta lingkungan dengan tujuan
mencapai visi tertentu dalam proses pembelajaran.189
Sehingga self-regulation merupakan suatu bentuk
motivasi intrinsik serta strategi siswa untuk melakukan
sesuatu, terutama dalam menghadapi suatu perubahan
lingkungan atau kondisi yang dinamis190 seperti pada
masa pandemi covid-19 para siswa harus mampu

188
Diah Prawitha Sari, “Mengembangkan Kemampuan Self Regulation: Ranah Kognitif,
Motivasi Dan Metakognisi”, Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, Vol. 3, No. 2, h. 30.
189
Ibid., h. 30.
190
Muhammad Yasdar dan Mulyadi, “Penerapan Teknik Regulasi Diri (Self-Regulation)
Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling
STKIP Muhammadiyah Enrekang”, Jurnal Edumaspul, Vol. 2, No. 2, 2018, h. 55.
10

mengontrol, memotivasi, serta mengevaluasi diri dalam


setiap kegiatan yang dirinya lakukan, terutama dalam
hal belajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan
terhadap siswa MA Al-Imaroh kelas XI penulis
menyimpulkan bahwa selama melaksanakan proses
pembelajaran jarak jauh para siswa sudah mampu
mengembangkan kemampuan emosinya melalui proses
self-regulation melalui upaya-upaya siswa dalam hal
mengatur diri, mengelola emosi, memotivasi diri, serta
mampu merefleksikan diri dalam belajar.
Kemampuan siswa dalam hal mengontrol emosi
dapat terlihat dari adanya upaya siswa dalam
mengontrol diri agar selalu tetap bersemangat dalam
belajar. Walaupun selama proses pembelajaran para
siswa sering merasakan jenuh serta mengekspresikan
emosi melaui ungkapan keluh kesah dan perbuatan
spontanitas, tapi sebagian besar siswa menyatakan
bahwa mereka mampu untuk mengendalikan emosi
negatifnya tersebut dengan baik, mereka tetap
mengikuti pembelajaran akidah akhlak dengan baik
sampai waktu pembelajaran berakhir191. Selama proses
pembelajaran para siswa memang terlihat sangat kurang
berantusias dalam mengikuti pembelajaran online mata
pelajaran akidah akhlak karena para siswa merasa guru
yang bersangkutan kurang mampu untuk melakukan
inovasi penyampaian materi. Materi hanya disampaikan
dengan ceramah yang monoton192 sehingga tidak sedikit

191
Hasil Observasi Pada Pembelajaran Online Mata Pelajaran Akidah Akhlak Pada
Tanggal 01 Februari 2021, di Kelas XI IPA 2.
192
Ibid.
11

dari pernyataan siswa mereka sering merasakan kantuk


selama pembelajaran akidah berlangsung.
Dalam konteks pembelajaran, kecerdasan emosi
nyatanya dapat berpengaruh besar terhadap motivasi
siswa dalam belajar karena melalui kecerdasan emosi
yang baik seorang siswa menjadi mampu untuk tetap
bersikap tenang, mampu berpikir jernih, serta mampu
mengontrol dirinya untuk tetap berlaku positif dikala
keadaan atau harapan tidak sesuai dengan apa yang dia
inginkan.193 Dengan hal ini akibatnya berpengaruh
terhadap upaya siswa untuk mampu tetap belajar di
tengah-tengah keterbatasan proses pembelajaran di
masa pandemi covid-19, karena tanpa kecerdasan emosi
seseorang tidak akan mampu berpikir jernih dan tidak
akan mampu mengarahkan perilaku untuk selalu berada
pada perilaku yang positif.194
Maka dari itu, bentuk upaya lain yang dilakukan
siswa untuk mampu mengelola emosi selama di rumah
diantranya adalah melalui proses memotivasi diri. Para
siswa MA Al‟Imaroh kelas XI dalam hal ini nyatanya
mereka memiliki cara-cara tersendiri untuk mampu
mengendalikan dan memperbaiki moodnya selama
melakukan proses pembelajaran dari rumah diantaranya
seperti; menghibur diri dengan main handphone,
membaca novel, bermain game, jajan-jalan bersama
teman untuk mencari objek foto yang menarik,
mengasah keterampilan editing, dan bahkan ada yang

193
Muhammad Farhan Faizi, “Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Motivasi
Belajar Matematika Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Islam Babussalam Kecamatan Durenan
Kabupaten Trenggalek Tahun Ajaran 2017/2018”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, Vol. 3, No. 2,
2018, h. 225.
194
Ibid., h. 227.
11

menonton nct daily yang memang menjadi salah satu


andalan hiburan bagi siswa-siswa yang suka dengan
artis korea, atau biasa kita kenal dengan k-popers.
Selanjutnya, kecerdasan emosi siswa selama masa
pembelajaran jarak jauh juga dapat penulis temukan
dari adanya kecerdasan siswa dalam mengarahkan diri
serta merefleksikan diri disaat belajar, karena
mengingat terjadinya suatu perubahan yang signifikan
semenjak munculnya pandemi covid-19 akhirnya dapat
berdampak pada mental siswa dalam menghadapi
proses pembelajaran jarak jauh. Adapun bentuk-bentuk
perilaku siswa dalam hal mengelola emosi yang
terealisasikan melalaui kemampuannya dalam
mengarahkan diri serta merefleksikan diri selama
belajar online di rumah diantaranya meliputi;
1) Siswa mampu memotivasi dirinya untuk selalu
semangat dalam belajar.
2) Siswa mampu mencari bahkan menciptakan
suasana yang kondusif untuk dirinya.
3) Siswa mampu bersikap tenang serta berusaha
memecahkan masalah yang dihadapi secara
mandiri seperti masalah keterbatasan materi dan
masalah kesulitan belajar.
4) Siswa mampu untuk selalu merefleksikan
dirinya dalam belajar melalui pertanyaan-
pertanyaan monolog yang ada di dalam
pikirannya. Dengan adanya bentuk komunikasi
interpersonal tersebut, akhirnya para siswa
menjadi paham tindakan apa yang selanjutnya
dia lakukan agar dirinya mampu mendapatkan
hasil yang sesuai dengan apa yang dia tuju.
11

Inilah initi dari bentuk regulasi diri yang


seharusnya para siswa lakukan selama
melakukan proses pembelajaran dari rumah.
c) Empaty dan Simpati
Dengan adanya kebijakan untuk melaksanakan
pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi covid-19
tidak sedikit para siswa yang merasakan banyaknya
kendala serta kesulitan dalam menjalankannya. Banyak
ragam permasalahan yang dihadapi oleh para siswa
selama menjalankan kebijakan untuk melaksanakan
pembelajaran jarak jauh, mulai dari ketidaksiapan
mental, suasana rumah yang kurang kondusif, fasilitas
belajar yang kurang memadai, sampai kepada
munculnya perasaan lelah dan jenuh akibat lamanya
durasi para siswa untuk belajar secara online di rumah.
Sehingga dengan adanya permasalahan dari masing-
masing siswa selama belajar online di rumah, tidak
sedikit para siswa yang menjadi memiliki rasa simpati
terhadap orang lain, terutama kepada teman dan kerabat
terdekat. Walaupun secara materi mereka tidak mampu
membantu keadaan temannya yang kesulitan, namun
dengan adanya kemudahan dalam berkomunikasi, para
siswa menjadi mampu menunjukkan rasa simpatinya
melalui proses bercerita antar sesama teman, selama
siswa melakukan proses pembelajaran jarak jauh.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Syifa bahwa
semenjak masa pandemi dirinya terkadang merasa iba
disaat melihat atau mengetahui kondisi teman yang
kesusahan dalam menjalani proses pembelajaran online,
11

sehingga dirinya menunjukkan rasa simpatinya melalui


proses komunikasi via handphone.195
Adapun mengenai perilaku empati yang ada pada
diri siswa kelas XI MA Al‟Imaroh, hal ini dapat penulis
simpulkan berdasarkan pernyataan orangtua yang
merasakan adanya suatu sikap empati anaknya terhadap
keadaan atau kondisi ekonomi keluarga. Sesuai dengan
ungkapkan ibu Lutfiyah dalam wawancara:
iya ka semenjak di rumah ini kan anak-anak pastinya
jadi lebih banyak waktu di rumah ya, mungkin karna
dia bosen juga mau ngapain lagi, atau mungkin
karna dia sebenernya tau kondisi ekonomi keluarga
lagi sulit, jadi dia suka jualan gitu, jualan onlen lah
ya istilah anak sekarang mah. Iya itu. Itu juga
sebenernya dis ga pernah cerita langsung ka, Cuma
ibu kadang suka ngeliat aja ko setiap hari suka ada
aja paket yang dateng ke rumah. Kalau dia mah
alesannya itu barang punya temennya. Tapi setelah
ibu perhatiin dari waktu ke waktu dia agak jarang
minta uang jajan, ibuk jadi paham.196
Berdasarkan pernyataan salah satu wali murid di
atas penulis juga mendapatkan konfirmasi yang sama dari
pernyataan para siswa MA Al‟Imaroh kelas XI. Sebagian
besar siswa selama masa pandemi ini mereka memang
menjadi ikut berpikir aktif untuk mampu membantu
meringankan beban orangtua dari segi materi dan non-
materi, walaupun hasilnya tidak sebanyak pengorbanan
orangtua mereka tetapi hasil tersebut mampu untuk
membantu uang jajan mereka sehari-hari. Adapun beberapa
bentuk rasa empati yang mereka tunjukkan adalah;
berjualan online, membuka jasa desain grafis, membuka

195
Hasil Wawancara denganSyifa Asla Khoirunisa, Selaku Siswa MA Al‟Imaroh kelas
XI IPA 1, Jum‟at, 6 November 2020, di MA Al‟Imaroh.
196
Hasil Wawancara Dengan Ibu Lutfiyah, Selaku Wali Murid, Minggu, 8 November
2020, di Perumahan Telaga Murni, Cikarang Barat.
11

jasa edit foto dan video, mengikuti perlombaan tertentu


demi hadiah yang di impikan, bahkan bagi siswa yang tidak
mampu membantu orangtua secara materi secara langsung,
mereka juga menjadi ikut empati untuk membantu orangtua
mereka melalui tenaga agar mampu meringankan beban
orangtua yang lelah saat berjualan.
Maka dari itu, berdasarkan penjelasan-penjelasan di
atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk
kecerdasan emosi yang telah ditampakkan oleh siswa
tersebut meliputi bentuk-bentuk kecerdasan emosi
intrapersonal serta kecerdasan emosi interpersonal yang
dapat teraktifasi karena adanya kemampuan siswa dalam
mengontrol pikiran serta emosi secara berkesinambungan.
2) Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual sebagaimana yang dijelaskan oleh
Lester D. Crow dan Alice Crow, merupakan suatu kecerdasan
logika seseorang yang mampu mengarahkan pikiran serta
tindakannya sebagai upaya menyesuaikan diri pada lingkungan
atau situasi yang baru dalam kehidupan.197 Sebagaimana dalam
konteks penelitian ini, masalah yang dihadapi oleh para siswa
MA Al‟Imaroh selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh
merupakan suatu permasalahan yang pada asalnya bersumber
dari adanya pandemi virus covid-19. Sehingga para siswa
mampu memanfaatkan akal serta logikanya untuk menghadapi
serta menyelesaikan masalah.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap
siswa MA Al‟Imaroh kelas XI penulis menyimpulkan bahwa
selama pembelajaran jarak jauh, siswa terlihat memiliki
beberapa kemampuan yang mengarah pada adanya kecerdasan

197
Nurhayati AR dan Syahrizal, “Hubungan Kecerdasan Intelektual Dengan Prestasi
Belajar Santri Dayah Terpadu Almadinatuddinyah Syamsuddhuha Cot Murong Aceh Utara”,
Jurnal Edukasi: Penelitian Pendidikan Agama Dan Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016, h. 210.
11

intelektual dan menunjukkan adanya nilai-nilai fathanah pada


diri siswa, diantaranya adalah;
a) Memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah
(problem solver)
Kemampuan siswa dalam hal memecahkan masalah
dapat penulis lihat berdasarkan hasil penelitian yang
penulis lakukan terhadap sikap siswa selama
melaksanakan pembelajaran akidah akhlak secara
online di masa pandemi. Dengan adanya berbagai
macam hambatan yang dialami oleh siswa selama masa
pembelajaran online, tidak sedikit permasalahan
tersebut mampu membuat siswa menjadi mampu
berpikir kritis, inovatif dan kreatif agar mereka mampu
untuk tetap mengikuti pembelajaran dengan baik dan
mendapatkan ilmu sebagaimana mestinya.
Demi tercapainya suatu hasil belajar yang baik, para
siswa selama belajar di rumah selalu berusaha
semaksimal mungkin untuk selalu mengkondisikan
dirinya agar selalu nyaman dalam belajar. Walaupun
banyak sekali permasalahan yang mereka hadapi selama
melaksanakan pembelajaran online di masa pandemi
covid-19 tetapi para siswa selalu berusaha untuk
mampu menyelesaikan permasalahannya secara
mandiri, mulai dari adanya gangguan jaringan internet,
fasilitas belajar yang kurang memadai, sampai kepada
ekonomi orangtua yang sedang tidak stabil, seringkali
menjadi gangguan pikiran siswa selama mereka
melaksanakan pembelajaran dari rumah. Namun
mayoritas siswa selama menghadapi permasalahan yang
ada mereka mampu untuk selalu bersikap tenang
11

kemudian mencari jalan keluar dari setiap permasalahan


yang ada.
Teruntuk kasus siswa yang tidak mampu memahami
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru selama
pembelajaran online karena adanya gangguan jaringan,
para siswa seringkali berupaya untuk mempelajarinya
lebih lanjut dengan cara mencari penjelasan kepada
orang lain, guru atau teman yang mereka percaya
mampu untuk mengajarkan dirinya. Kemampuan
problem solving siswa juga dapat penulis lihat pada
kasus siswa yang memiliki keterbatasan dalam segi
fasilitas belajar. Dalam hal ini para siswa tidak
langsung memiliki rasa patah semangat dalam
menghadapi kesulitan, justru mereka berupaya untuk
mencari jalan keluar agar mampu mengikuti
pembelajaran dengan nyaman sebagaimana temannya
yang lain seperti Sonia karena dia memiliki
keterbatasan dalam fasilitas belajar seperti laptop,
seringkali dirinya meminta bantuan kepada teman atau
tetangganya yang memiliki laptop untuk sesekali dia
pinjam di kala dirinya butuh. Selain itu dengan adanya
rasa simpati terhadap kondisi ekonomi orangtua yang
sedang tidak stabil di masa pandemi, banyak para siswa
yang memiliki ide untuk mencari uang tambahan
sebagai penambah uang kebutuhannya. Sebagaimana
ungkapan Sonia bahwa dirinya pernah rela
mengorbankan uang saku yang diberikan oleh
orangtuanya agar mampu membeli kitab yang memang
diwajibkan oleh gurunya di sekolah. dan teruntuk siswa
yang memiliki skill tertentu seperti editor, desain,
bahkan sampai kepada membuka usaha melalui online,
11

nyatanya kesempatan ini dapat dimanfaatkan oleh para


siswa dalam mencukupi segala kebutuhan serta
mengurangi beban orangtua dari segi materi selama
masa pandemi.
Maka dari itu selama melaksanakan pembelajaran
jarak jauh para siswa selalu berusaha untuk selalu
memprioritaskan apa yang seharusnya dirinya kerjakan
terlebih dahulu didukung dengan adanya pikiran-pikiran
positif yang selalu mereka tanamkan pada diri mereka
dalam menghadapi situasi kritis yang terjadi pada masa
pandemi covid-19.
b) Aktif dan Kreatif
Bagi seorang muslim, adanya suatu musibah di
dalam kehidupan manusia merupakan suatu peristiwa
yang bermakna teologis yang memiliki tujuan untuk
menguji, menambah keimanan seseorang atau bahkan
menjadi sarana untuk meningkatkan derajat manusia di
hadapan Allah swt.198 Demikian juga dengan adanya
musibah pandemi virus corona, para siswa MA
Al‟Imaroh berpandangan bahwa dengan adanya
musibah virus korona hal ini mampu menjadi salah satu
moment dimana dirinya mampu memanfaatkan
waktunya dengan melakukan kegiatan positif
semaksimal mungkin, diantaranya para siswa menjadi
terbiasa untuk mengeksplore kemampuan yang ada di
dalam dirinya, para siswa menjadi bisa lebih aktif untuk
menjalankan keseharian mereka di rumah seperti giat
mmepelajari sesuatu hal yang baru, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan keluarga, bahkan menjadi memiliki

198
Iu Rusliana, “Virus Korona: Peneguh Nilai-Nilai Dalam Ajaran Islam”, Jurnal Maarif,
Vol. 15, No. 1, 2020, h. 373-374.
11

rasa kepekaan yang lebih terhadap tetangga sekitar


rumah selama masa pandemi.
Adapun beberapa bentuk kreativitas yang tampak
pada diri siswa selama pembelajaran jarak jauh
diantaranya para siswa menjadi terbiasa untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk
dirinya seperti mengasah keterampilan editing, belajar
desain, jualan online, bahkan sampai kepada belajar
keterampilan-keterampilan yang baru saja dia ketahui
selama pandemi melalui youtobe atau sosial media
lainnya. Segala kegiatan positif tersebut selain
dilakukan siswa karena alasan untuk mengisi waktu
luang, nyatanya kegiatan positif ini juga dapat
dimanfaatkan oleh siswa untuk dapat menghasilkan
uang tambahan selama berada di masa pandemi covid-
19. Sebagaimana pernyataan Iyan, bahwa selama masa
pandemi berlangsung dirinya menjadi terpacu untuk
mampu memanfaatkan skillnya dalam hal mengedit
sebagai bahan untuk mencari uang jajan tambahan.199
Sedangkan dalam hal pembelajaran, sikap
kreativitas siswa dapat terlihat dari adanya
perencanaan-perencanaan siswa dalam menyelesaikan
masalah belajar, seperti kesulitan memahami pelajaran
dan kesulitan finansial. Dengan adanya keterbatasan
kontak fisik selama masa pembelajaran jarak jauh, para
siswa menjadi mampu berpikir secara mandiri
bagaimana caranya agar dirinya mampu memahami
materi dengan baik, diantaranya adalah melalui
bertanya langsung kepada guru, melalui diskusi

199
Hasil Wawancara dengan Iyan Cahyana, Selaku Siswa MA Al‟Imaroh kelas XI IPA 2,
Jum‟at, 6 November 2020, di MA Al‟Imaroh.
11

kelompok, atau dengan cara bertanya face two face


dengan teman dekat. Sedangkan teruntuk hal yang
disebabkan oleh kesulitan finansial, para siswa mampu
berpikir secara kreatif yakni dengan memanfaatkan skill
yang ada dalam dirinya untuk dijadikan alat pencari
uang tambahan.
3) Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual merupakan suatu kecerdasan yang
melibatkan jiwa seseorang untuk mampu melakukan segala
sesuatu dengan sisi positif serta mampu memberikan makna
yang mendalam terhadap segala sesuatu yang dirinya hadapi,
sehingga orang-orang yang memiliki kecerdasan spiritual
mereka memiliki kemampuan untuk bertindak secara bijaksana
dan dan mampu memaknai kehidupan dengan positif.200
a) Bersikap Fleksibel
Dengan adanya sikap fleksibel dalam diri seseorang,
seseorang menjadi mudah untuk beradaptasi dengan
lingkungan, situasi, keadaan atau peraturan yang baru.
Demikian juga yang terjadi pada diri siswa MA
Al‟Imaroh kelas XI selama mereka melaksanakan
pembelajaran jarak jauh di masa covid-19 para siswa
menjadi harus mampu menjadi pribadi yang fleksibel
sehingga mampu menghadapi segala macam perubahan
yang terjadi dalam hidupnya, termasuk dalam hal
sekolah.
Sikap fleksibel yang penulis maksud berdasarkan
hasil penelitian yang penulis dapatkan ini merujuk pada
adanya sikap siswa yang mampu menerima,
menghargai serta menikmati segala macam kesulitan
dan keadaan yang mereka rasakan pada masa pandemi

200
Darmadi, Kecerdasan Spiritual, (Jakarta: Guepedia, 2018), h. 19.
12

covid-19. Sehingga walaupun dalam masa pandemi


covid-19 para siswa merasakan adanya
ketidaknyamanan dalam menjalankan pembelajaran dari
rumah, namun para siswa mampu untuk menikmati
keadaan dan memanfaatkan keadaan dengan sebaik
mungkin diantranya seperti mengasah keterampilan diri,
memanfaatkan waktu bersama keluarga, sampai kepada
memanfaatkan waktu untuk berinteraksi dan membantu
segala kegiatan sosial yang ada di sekitar rumah. Semua
ini dapat terjadi karena di dalam diri siswa terdapat
nilai-nilai luwes yang didukung dengan adanya pikiran
positif, serta hati yang optimis terhadap Allah SWT.
sebagaimana ungkapan Robie bahwa dalam
menghadapi keadaan seperti ini, kita tidak boleh
menyalahkan keadaan, namun kita harus tetap bisa
memotivasi diri untuk selalu mau untuk belajar.201
b) Sabar
Secara istilah sabar memiliki arti mencegah,
menahan atau mengekang sesuatu dari yang tidak
seharusnya. Dalam konteks penelitian yang penulis
lakukan terhadap siswa MA Al‟Imaroh kelas XI selama
melaksanakan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi
covid-19, para siswa terlihat sudah mampu untuk
bersikap sabar dalam menghadapi keadaan yang
terbatas selama mereka melaksanakan pembelajaran
jarak jauh dari rumah. Sebagaimana ungkapan para
responden bahwa selama melaksanakan pembelajaran
online dirinya mau tidak mau harus bisa untuk mencoba
menerima dan menyamankan diri dengan keadaan yang

201
Hasil Wawancara dengan Robie, Selaku Siswa MA Al‟Imaroh kelas XI IPA 2,
Jum‟at, 6 November 2020, di MA Al‟Imaroh.
12

mengharuskan untuk belajar online walaupun pada


kenyataannya banyak sekali hambatan yang
menghampiri dirinya selama melaksanakan
pembelajaran online, seperi jaringan internet yang tidak
stabil, kondisi rumah yang tidak kondusif202, bahkan
sampai kepada adanya perasaan tidak nyaman karena
tidak ada teman untuk berinteraksi.
Hal-hal di atas memang terlihat biasa saja, tetapi
bagi para siswa hal-hal seperti ini merupakan salah satu
sumber atau faktor bagi dirinya agar mereka mampu
bersemangat dan fokus dalam melakukan pembelajaran
dimana saja mereka berada. Sehingga tidak menjadi
suatu fenomena yang asing apabila selama adanya
pembelajaran jarak jauh para siswa menjadi banyak
yang menurun semangat belajarnya kecuali teruntuk
siswa yang mampu mengendalikan diri dan emosinya
dengan baik.
c) Teguh Dalam Menghadapi Kesulitan
Secara bahasa kata teguh memiliki arti kukuh, tidak
berubah, serta kuat berpegang kepada segala hal yang
dirinya yakini secara sungguh-sungguh.203 Istilah ini
dalam pandangan agama Islam sama maknanya dengan
istiqamah yang bermakna suatu pendirian yang kuat
yang dimiliki oleh seseorang dalam mempertahankan
nilai-nilai Islam. Dalam konteks penelitian ini, bentuk
sikap serta perilaku teguh yang penulis lihat pada diri
siswa MA Al‟Imaroh selama mereka melaksanakan

202
Hasil Wawancara Dengan Syifa Asla Khairunisa, Selaku Siswa MA Al‟Imaroh kelas
XI IPA 2, Jum‟at, 6 November 2020, di MA Al‟Imaroh.
203
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V, Aplikasi Luring Resmi Badan
Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa.
12

pembelajaran jarak jauh di masa pandemi covid-19


terlihat pada aspek keyakinan serta perbuatan.
Dalam aspek keyakinan, keteguhan yang tampak
dari diri siswa ini dimulai dari adanya pola pikir yang
baik terhadap segala ketetapan Allah swt, terutama
dalam menghadapi segala masalah yang ada di masa
pandemi covid-19. Para siswa memandang bahwa
segala permasalahan yang mereka hadapi selama masa
pandemi pasti akan segera berakhir dan memberikan
hikmah untuk dirinya, diantara beberapa hikmah yang
bisa siswa rasakan diantaranya adalah timbulnya
kesadaran tentang wajibnya belajar secara mandiri,
siswa bisa menjadi lebih dekat dengan Allah swt,
melatih kejujuran, bersyukur atas segala nikmat, serta
siswa juga mampu menghabiskan waktu lebih banyak
dengan keluarga.204
Selain itu, keteguhan ini nyatanya juga dapat
penulis lihat berdasarkan sikap serta perilaku siswa MA
Al‟Imaroh kelas XI selama melaksanakan pembelajaran
jarak jauh. para siswa terlihat sangat berupaya untuk
mampu beradaptasi, menyamankan diri, mengelola
emosi, sampai kepada mampu berusaha untuk mengatur
dirinya sendiri dengan baik selama berada di rumah.
Walaupun upaya-upaya siswa belum sepenuhnya dapat
dikategorikan menjadi pribadi pembelajar yang mandiri
dan bertanggung jawab, namun melalui adanya segala
upaya yang telah para siswa lakukan selama masa
pembelajaran jauh sebagaimana yang telah dijelaskan
dalam pembahasan sebelumnya mengenai aspek
amanah, hal ini telah mampu menjadi alasan bahwa

204
Hasil Wawancara Dengan Para Responden, Jum‟at, 6 November, di MA Al‟Imaroh
12

siswa mampu bersikap teguh selama melaksanakan


proses pembelajaran jarak jauh di masa pandemi covid-
19.
d) Optimis Dalam Meraih Tujuan
Sikap optimis siswa yang penulis lihat pada diri
siswa MA Al‟Imaroh kelas XI selama melaksanakan
pembelajaran jarak jauh ini didasarkan dari pada sikap
gigih dan aktif untuk maju dalam menghadapi segala
masalah yang mereka dapatkan selama melakukan
pembelajaran online di masa pandemi covid-19.
Sikap gigih dan aktif yang menjadi ciri dari
adanya sifat optimis tersebut nyatanya dapat penulis
lihat dari ragamnya perjuangan masing-masing siswa
demi mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari para guru
mereka selama belajar di rumah, termasuk mata
pelajaran akidah akhlak. Contohnya seperti kasus siswa
yang tidak memiliki handphone atau laptop, dalam hal
ini siswa tetap mencari cara untuk mendapatkan
bantuan kepada orang lain seperti meminjam kepada
teman205 dan bahkan para siswa rela berkorban untuk
datang ke sekolah agar dapat mengikuti pembelajaran
secara offline bersama para siswa lainnya yang memang
memiliki kasus yang sama dengan dirinya.206
Memang tidak dapat dipungkiri dengan
banyaknya permasalahan yang para siswa hadapi
selama melaksanakan pembelajaran online terkadang
sering membuat mereka jenuh dan bosan. Namun

205
Hasil Wawancara dengan Sonia Rahmawati, Selaku Siswa MA Al‟Imaroh kelas XI
IPS 1, Jum‟at, 6 November 2020, di MA Al‟Imaroh.
206
Hasil Wawancara dengan H. Muhamad Sibghotulloh, S.Pd,I, M,Pd,I, Selaku Guru
Bidang Studi Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas XI, Selasa, 13 Oktober 2020, di MA
Al‟Imaroh.
12

karena adanya keyakinan terhadap Allah SWT, hal ini


juga mampu membuat para siswa tetap optimis dalam
menghadapi segala permasalahan yang ada.
Sebagaimana ungkapan Iyan dalam wawancara,
walaupun masa pandemi ini menjadi suatu ujian untuk
dirinya dan juga untuk semua orang yang ada di dunia,
namun dirinya yakin bahwa dalam keadaan sesulit
apapun dirinya pasti mampu melewati masalah tersebut,
termasuk duka dalam menjalankan pembelajaran online.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah penulis lakukan terhadap para
peserta didik Madrasah Aliyah Al‟Imaroh kelas XI mengenai pelaksanaan
nilai-nilai kepemimpinan profetik pada diri peserta didik selama
melaksanakan masa pembelajaran jarak jauh di masa pandemi covid-19,
secara keseluruhan penulis dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan diri
peserta didik sudah mengarah kepada bentuk nilai meneladani tipologi
kepemimpinan profetik Nabi Muhammad SAW, yang ditandai dengan
adanya sifat dan perilaku shiddiq, amanah, tabligh dan fathanah pada diri
peserta didik. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai pelaksanaan nilai-
nilai kepemimpinan profetik pada diri peserta didik diantaranya penulis
uraikan sebagai berikut;
1. Pelaksanaan nilai-nilai shiddiq pada diri peserta didik kelas XI
selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh terealisasikan
dengan adanya sikap serta perilaku siswa untuk menerapkan nilai
nilai jujur (honest), nilai responsible (tanggung jawab), serta nilai
integritas (integrity) pada diri mereka masing-masing. Namun
secara keseluruhan nilai-nilai tersebut masih membentuk kepada
pola kondisional sehingga sifat pelaksanaan nilai masih bersifat
tentatif karena sikap dan perilaku shiddiq yang ada pada diri
peserta didik belum menjadi suatu karakter yang utuh dan
2. Pelaksanaan nilai-nilai amanah pada diri peserta didik kelas XI
selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh terealisasikan dalam
berbagai macam bentuk sikap serta perilaku peserta didik dalam
menerapkan nilai-nilai tangung jawab, nilai disiplin, serta nilai
visioner dalam kehidupan mereka selama melakukan pembelajaran
jarak jauh. Penerapan dari masing-masing nilai tersebut secara
keseluruhan masih membentuk kepada pola pembiasaan yakni

125
12

suatu pola yang masih didasari adanya pengaruh serta motivasi dari
luar diri peserta didik.
3. Pelaksanaan nilai-nilai tabligh pada diri peserta didik kelas XI
selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh dapat terealisasikan
dengan adanya kemampuan peserta didik dalam melatih
kemampuan skill communication secara intrapersonal atau
komunikasi secara interpersonal yang dilakukan secara langsung
dan tidak langsung dalam kesehidupan sehari-harinya. Adapun
nilai-nilai yang nampak sebagai pelaksanaan nilai-nilai tabligh
pada diri peserta didik diantaranya meliputi; nilai relationship,
nilai keberanian serta nilai terbuka (open-minded) yang
teridentifikasi dalam proses pembelajaran serta komunikasi peserta
didik terhadap orang lain yang berada di rumah dan juga dalam
komunikasi terhadap teman terdekat.
4. Pelaksanaan nilai-nilai fathanah pada diri peserta didik kelas XI
selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh terealisasikan dalam
kemampuan mengontrol emosi, logika (intelektual), serta spiritual.
Nilai-nilai yang terealisasikan dari masing-masing aspek
kecerdasan tersebut secara keseluruhan dapat membentuk pola
penerapan, sehingga pada masa pembelajaran jarak jauh para
peserta didik menjadi cenderung pandai untuk berusaha
mengontrol dan mengatur diri, berusaha aktif dan kreatif, berusaha
beradaptasi dengan keadaan, mampu memaknai kehidupan ke arah
yang positif sehingga peserta didik bisa lebih bersikap teguh, sabar,
dan optimis dalam menghadapi perubahan pembelajaran yang
terdampak akibat pandemi covid-19.
B. Saran
Saran yang dapat penulis sumbangkan dalam rangka menumbuhkan,
meningkatkan, serta mempersiapkan generasi muda yang
berkepemimpinan profetik Nabi Muhammad diantaranya adalah sebagai
berikut:
12

1. Bagi para lembaga pendidikan yang menjadi salah satu wadah


transformasi kebudayaan masyarakat dalam membentuk dan
menciptakan peserta didik yang berakhlak dan berintelektual,
tentu memiliki peran yang sangat besar dalam membantu
menciptakan pribadi-pribadi yang berbudi luhur sebagaimana
baginda Nabi Muhammad SAW. Sehingga diharapkan untuk
setiap sekolah mampu untuk terus melakukan suatu kebijakan,
peraturan serta pembiasaan yang bisa mendukung terbentuknya
kepemimpinan diri siswa yang agung sebagaimana baginda
Nabi Muhammad SAW miliki dalam dirinya seperti aspek
shiddiq, amanah, tabligh dan fathanah.
2. Bagi guru-guru yang merupakan mediator serta fasilitator
sesungguhnya dalam suatu pendidikan, diharapkan mampu
untuk selalu memberikan, menerapkan, dan membiasakan
peserta didik untuk mengagungkan nilai-nilai islami
sebagaimana yang telah tersiratkan dalam segala perilaku,
perkataan serta perbuatan Nabi Muhammad SAW.
3. Bagi orangtua harus benar-benar menyadari bahwa proses
pembentukan kepribadian setiap anak itu berawal dari
lingkungan keluarga. Sehingga apabila orangtua ingin memiliki
anak yang baik akhlaknya maka para orangtua juga harus
mampu mendidik, mengawasi, dan mengarahkan segala
perkembangan anak baik secara emosi, intelektual, sosial, serta
spiritual.
4. Bagi para peserta didik yang merupakan generasi penerus serta
agen perubahan bangsa tentu harus sangat memiliki suatu
kesadaran yang besar dengan adanya fenomena degradasi
moral serta degradasi akhlak yang terjadi pada kaum muda saat
ini. dengan adanya kesadaran kita sebagai seorang muslim serta
manusia yang berpendidikan, maka sudah seharusnya kita
mampu untuk belajar menahan diri, mengontrol diri, serta
12

mengarahkan diri agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang


bertentangan dengan nilai-nilai islam. Kalian sebagai generasi
muda harus mampu memiliki kepribadian yang shiddiq,
amanah, tabligh, dan fathanah sebagaimana yang telah baginda
Nabi Muhammad lakukan secara sadar dalam kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA

Agoestyowati, Redjeki. “Dampak Positif Dan Negatif Tentang Pembelajaran


Online Saat Pandemic Covid-19 Melanda (April, Mei, Juni 2020) Di Institut
STIAMI Jakarta”, Jurnal Aksara Public, Vol. 4, No. 3, 2020.
Almunadi, “Shiddiq Dalam Pandangan Quraish Shihab”, Jurnal Ilmu agama UIN
raden fatah, Vol. 17, No. 1, 2016.
Andriansyah, Kepemimpinan Visioner Kepala Daerah, Jakarta: Fakultas ilmu
sosial dan politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama, 2015.
Antonio, Muhammad Syafii. Muhammad SAW The Greadest Motivator &
Inspirator, (Jakarta: Tazkia Publishing, 2014.
Arifa, Fieka Nurul. “Tantangan Pelaksanaan Kebijakan Belajar Dari Rumah
Dalam Masa Darurat Covid-19”, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
Bidang Kesejahteraan Sosial, Vol. XII, 2020.
AR, Nurhayati., dan Syahrizal. “Hubungan Kecerdasan Intelektual Dengan
Prestasi Belajar Santri Dayah Terpadu Almadinatuddinyah Syamsuddhuha Cot
Murong Aceh Utara”, Jurnal Edukasi: Penelitian Pendidikan Agama Dan
Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016, h. 210.
Aziz, Azhar. “Hubungan Antara Kompetensi Guru Dan Kepercayaan Diri Dengan
Kemandirian Siswa SMP N 2 Pangkalan Susu”, Jurnal Psychomutiara, Vol. 1,
2017.
Badan Pengembangan Bahasa Dan Perbukuan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Kelima, Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia, 2016.
Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Daring, 2016.
Badruzzaman, “Integritas Siswa Sekolah Menengah Atas Di Kawasan Timur
Indonesia (Pengaruh Tingkat Kondusifitas Lingkungan Terhadap Integritas
Siswa)”, Jurnal Al-Qalam, Vol. 25, 2019.
Baharuddin Dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam: Antara Teori Dan
Praktik, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2014.
Bambang Warsita, Bambang. “Pola Kegiatan Pembelajaran Dalam Pendidikan
Jarak Jauh”, Jurnal Teknodik, Vol. 18, 2014.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet-3,
h. 256.
Chaniago, Aspizain. Pemimpin Dan Kepemimpinan: Pendekatan Teori Dan Studi
Kasus, Jakarta, Lentera Ilmu Cendikia, 2017.
Darmadi, Kecerdasan Spiritual, Jakarta: Guepedia, 2018.

129
13

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Dan Terjemahnya,


Bandung: Syamil Qur‟an.
Dewi, Indah Kusuma. “Implementasi Nilai-Nilai Profetik Dalam Kepemimpinan
Modern Pada Manajemen Kinerja Di Perguruan Tinggi Islam Swasta Kota
Metro”, Disertasi Pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
Pascasarjana, Lampung, 2019.
Ekawati, Mursia., dan Kartini, Yulia Esti. “Merefleksi Sifat Manusia Indonesia
Menurut Mochtar Lubis Pada Era Revolusi Industry 4.0”, Makalah Disampaikan
Pada Pertemuan Ilmiah Bahasa Dan Sastra Indonesia, Magelang, 2018.
Faizi, Muhammad Farhan. “Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Motivasi
Belajar Matematika Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Islam Babussalam Kecamatan
Durenan Kabupaten Trenggalek Tahun Ajaran 2017/2018”, Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar, Vol. 3, No. 2, 2018.
Fathurrohman, Muhammad. Belajar Dan Pembelajaran Modern, (Yogyakarta:
Garudhawaca, 2017.
Ferawati., dan Nasrul, Herni Widiyah. “Pengaruh Control Diri Terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas XI SMK Negeri 4 Batam, Jurnal Dimensi, Vol. 7, No. 2,
2018.
Fernando., et. all, A Framework To Guide On Education Response To The
COVID-19 Pandemic Of 2020, (OECD Education And Skills, 2020.
Firdaus, Bachtiar. Seni Kepemimpinan Para Nabi, Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2016.
Garmo, John. Pengembangan Karakter Untuk Anak: Panduan Pendidik, Terj. Dari
Developing Character: Teacher‟s Guide Oleh Character Solutions International,
Jakarta: Kesaint Blanc, 2011.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Hadis Riwayat Bukhari No. 7138.
Hafniati, “Aspek-Aspek Filosofi Kepemimpinan Dalam Al-Qur‟an Dan As-
Sunnah”, Jurnal Al-Adyan, Vol, 13, 2018.
Hamid, Noor. “Prophetic Leadership In Pesantren Education: Study At Pondok
Pesantren Universitas Islam Indonesia”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6,
2017.
Handarini, Oktavia Ika. “Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study From Home
(SFH)”, Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran, Vol. 4, 2020.
Herliandry, Luh Devi, dkk. “Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19”, Jurnal
Teknologi Pendidikan, Vol. 22, 2020.
Hidayat, Kepemimpinan Dan Supervise Pendidikan, Banten: Yayasan Pendidian
dan Sosial Indonesia Maju, 2020.
13

http://www.jejakpendidikan.com/2017/01/pengertian-self-control-control-
diri.html pada tanggal 18 Desember 2020, pukul 10.10 WIB.

https://www.studilmu.com/blogs/details/integritas-pengertian-contoh-
kebiasaan-dan-cara-membentuknya pada tanggal 30 November 2020,
pukul 20.16 WIB.

Inah, Ety Nur. “Peranan Komunikasi Dalam Pendidikan”, Jurnal Al-Ta‟dib, Vol.
6, No. 1, 2013.
Irfan, “Interpretation Of Amanah Verses In The Qur‟an”, Jurnal Ilmu Al-
Qur‟an Dan Tafsir, Vol. 4, 2019.
Ismatilah., dkk., “Makna Wali Dan Auliy‟ Dalam Al-Qur‟an (Suatu Kajian
Dengan Pendekatan Semantic Toshihiko Izutsu)”, Jurnal Diya Al-Afkar, Vol. 4,
2016.
Isti‟adah, Feida Noorlaila. Teori-Teori Belajar Dalam Pendidikan,
(Tasikmalaya: Edu Publisher, 2020.
Izzan, Ahmad., dkk, Membangun Guru Berkarakter, Bandung: Humaniora, 2012.

Jaya, Made Laut Mertha Jaya. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif,
Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia, 2020.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V, Aplikasi Luring Resmi Badan
Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa.
Kholik, Nur. Terobosan Baru Membentuk Manusia Berkarakter Di Abad 21,
Tasikmalaya: Edu Publisher, 2020.
Kusumaningtias, Inten Mustika. “Implementasi Kepemimpinan Profetik Di
Pesantren Mahasiswa An Najah Dan Pondok Pesantren Ath Thohiriyyah”,
Disertasi Pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana,
Purwokerto, 2017.
Maarif, Nurul H. Samudra Keteladanan Muhammad, (Ciputat: Pustaka Alvabet,
2017.
Maimunah, “Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam Dan Dasar Konseptualnya”,
Jurnal Al-Afkar, Vol. 5, 2017.
Maktumah, Luluk. “Prophetic Leadership Dan Implementasinya Dalam Lembaga
Pendidikan Islam”, Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, Vol. 4, 2020.
Manizar, Ely. “Mengelola Kecerdasan Emosi”, Jurnal Tadrib, Vol. 2, No. 2,
2016.
Marwiyah, Siti. Kepemimpinan Spiritual Profetik Dalam Pencegahan Korupsi,
Surabaya: Jakad Publishing, 2018.
13

Mastura., dan Santaria, Rustan. “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Proses


Pengajaran Bagi Guru Dan Siswa”, Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, Vol. 3,
No. 2, 2020.
Miranda, Arsyi. Motivasi Berprestasi Dan Disiplin Peserta Didik Serta
Hubungannya Dengan Hasil Belajar, Pontianak: Yudha English Gallery,
2018.
Moeljono, Djokosantoso. More About Beyond Leadership 12 Konsep
Kepemimpinan, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2016, Cet-5, h. 324.
Muhammad Yasdar dan Mulyadi, “Penerapan Teknik Regulasi Diri (Self-
Regulation) Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiswa
Program Studi Bimbingan Konseling STKIP Muhammadiyah Enrekang”,
Jurnal Edumaspul, Vol. 2, No. 2, 2018.
Mulyono, Fransisca. “Self Leadership : Sebuah Pendekatan”, Majalah Ilmiah
Fakultas Ekonomi Unpar, Januari, 2012.
Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,
Bandung: Alfabeta, 2009.
Muzammil, “Konseptualisasi Kepemimpinan Islami Dalam Pengembangan
Pendidikan Islam”, Jurnal At-Turas, Vol. 4, 2017.
Naim, Ngainun. “Kecerdasan Spiritual: Signifikansi Dan Strategi
Pengembangan”, Jurnal Ta‟allum, Vol. 2, No. 1, 2014.
Neolaka, Amos Dan Grace Amialia. A. Landasan Pendidikan: Dasar Pengenalan
Diri Menuju Perubahan Hidup, Depok: Kencana, 2017.
Nidawati, “Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam”, Jurnal Pendidikan, Vol. 7,
2018.
Nindiati, Dina Sri. “Pengelolaan Pembelaajran Jarak Jauh Yang Memandirikan
Siswa Dan Implikasinya Pada Pelayanan Pendidikan”, Journal Of
Education And Instruction (JOEAI), Vol. 3, 2020.
Nur, Prayitno. Kepemimpinan, Yogyakarta: Relasi Inti Media, 2017.
Nurdin, Ali. Teori Komunikasi Interpersonal, Jakarta: Kencana, 2020.
Nurkholis, “Dampak Pandemic Novel-Corona Virus Disease (Covid-19)
Terhadap Psikologi Dan Pendidikan Serta Kebijakan Pemerintah, Jurnal
PGSD, Vol. 6, 2020.
Onyema, Edeh Michael. “Impact Of Coronavirus Pandemic On Education”,
Journal Of Education And Practice, Vol. 11, 2020.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah.
13

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 119


Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh Jenjang
Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Purwanto, Agus. dkk., “Studi Eksploratif Dampak Pandemic COVID-19 Terhadap
Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar”, Journal Of Education,
Psychology And Counseling, Vol. 2, No. 1, 2020.
Putri, Ika Puspitasari., dan Irawan, Sapto. “Hubungan Antara Tipe Kepribadian
Dengan Interaksi Sosial Karang Taruna Dukuh Klarisan Kelurahan
Tanduk Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali”, Jurnal Mimbar Ilmu,
Vol. 24, No. 1, 2019.
Rahman, Ali. “Bentuk-Bentuk Komunikasi Dalam Pembelajaran”, Jurnal
Pendidikan, Vol. 5, No. 2, 2016.
Redaksi Pemimpin, https://pemimpin.id/kepemimpinan-dalam-
manajemen-krisis/ diakses pada tanggal 01 November 2020, pukul 11.52
WIB.
Redjeki, Dwi Prawani., dan Heridiansyah, Jefri. Memahami Sebuah Konsep
Integritas, Jurnal STIE Semarang, Vol. 5, 2013.
Rosari, Reni. “Leadership Definitions Application For Lecturers‟ Leadership
Development”, Journal Of Leadership In Organizations, Vol. 1, 2019.
Rusliana, Iu. “Virus Korona: Peneguh Nilai-Nilai Dalam Ajaran Islam”, Jurnal
Maarif, Vol. 15, No. 1, 2020.
Sakdiah, “Karakteristik Kepemimpinan Dalam Islam (Kajian Historis Filosofis)
Sifat-Sifat Rasulullah”, Jurnal Al-Bayan, Vol. 22, 2016.
Saleh, Gunawan. “Pengaruh Komunikasi Interpersonal Guru Dalam
Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Usia Dini”, Jurnal Ilmiah Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau, Vol. 6, No. 2, 2018.
Sanjaya, Wina., dan Budimanjaya, Andi. Paradigma Baru Mengajar (Jakarta:
Kencana, 2017.
Sari, Diah Prawitha. “Mengembangkan Kemampuan Self Regulation: Ranah
Kognitif, Motivasi Dan Metakognisi”, Jurnal Matematika Dan Pendidikan
Matematika, Vol. 3, No. 2, 2016.
Satori, Djam‟an., dan Komariah, Aan. Metodologi penelitian Kualitatif, Bandung:
Alfabeta, 2013.
Sidiq, Umar. “Kepemimpinan Dalam Islam: Kajian Tematik Dalam Al-Quran Dan
Hadits”, Jurnal Dialogia, Vol. 12, 2014.
Simanihuruk, Lidia. dkk., E-Learning: Implementasi, Strategi, Dan Inovasinya,
Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2019.
13

Subagja, Soleh. “Paradigma Nilai-Nilai Kepemimpinan Profetik (Spirit


Implementasi Model Kepemimpinan Di Lembaga Pendidikan Islam”,
Jurnal Progresiva, Vol. 3, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2017.
Suid, dkk., “Analisis Kemandirian Siswa Dalam Proses Pembelajaran Di Kelas III
SD Negeri Banda Aceh”, Jurnal Pesona Dasar, Vol. 1, 2017.
Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar
Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease
(Covid-19).
Syauqani, Syamsu. “Internalisasi Nilai-Nilai Al-Qur‟an Untuk Membentuk
Pemimpin Yang Qur‟ani”, Jurnal El-Tsaqafah, Vol. 16, 2012.
Tokan, P. Ratu Ile. Sumber Kecerdasan Manusia (Human Quentient Resource),
Jakarta: Grasindo, 2016.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 3003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Usman, “Komunikasi Pendidikan Berbasis Blended Learning Dalam Membentuk
Kemandirian Belajar”, Jurnal Jurnalisa, Vol. 4, 2018.
Wardani, Deklara Nanindya. dkk., “Daya Tarik Pembelajaran Di Era 21 Dengan
Blended Learning”, Jurnal JKTP, Vol. 1, 2018.
Wijaya, Agus. Kepemimpinan Berkarakter, Sidoarjo: Brilian Internasional, 2015.
Wilatikta, Ayu, dkk. “Kepemimpinan Pendidikan Islam Berbasis Profetik”, Jurnal
Al-Yasini: Hasil Kajian Dan Penelitian Dalam Bidang Keislaman Dan
Pendidikan, Vo. 5, 2020.
Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian
Gabungan, Jakarta: Kencana, 2017.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi


Dimensi Aspek Indikator Keterangan
Pembelajaran Lingkungan Lingkungan atau suasana rumah saat
(akidah atau suasana pembelajaran (akidah akhlak) jarak
akhlak) jarak belajar yang jauh.
jauh diperlukan
agar
pembelajaran
efektif
Pengaruh lingkungan atau
suasana rumah terhadap
efektivitas proses pembelajaran

Sarana Sarana belajar yang tersedia dan


belajar yang dibutuhkan dalam pembelajaran jarak
diperlukan jauh
agar
pembelajaran
efektif
Pengaruh sarana belajar
terhadap efektivitas proses
pembelajaran
Kepemimpinan Penerapan a. Integritas
profetik nilai-nilai  Melakukan suatu
shiddiq pada tindakan atau berucap
peserta didik sesuai dengan apa yang
selama diketahui (jujur)
pembelajaran  Melakukan suatu

135
13

jarak jauh tindakan atau berucap


sesuai dengan
aturan/parameter
kebenaran yang berlaku
(benar)

Penerapan a. Tanggung jawab


nilai-nilai  Melaksanakan
amanah pada kewajiban sebagai
peserta didik pelajar, sebagai
selama anak, dan sebagai
pembelajaran hamba Allah.
jarak jauh  Menyadari dan
menerima konsekuensi
atas segala perbuatan
yang dilakukan.
b. Visioner
 Memiliki tujuan dan
perencaan yang
jelas dalam hidup.
 Mengupayakan diri
untuk meraih tujuan
yang direncanakan.
(misal; cita-cita)
 Melatih diri untuk
melakukan hal-hal
yang baru.
c. Disiplin
 Mematuhi peraturan
dan tata tertib yang
13

berlaku.
 Melatih diri agar tetap
berperilaku disiplin.
(jika terdapat
perbedaan antara
peraturan
pembelajaran sebelum
covid dengan masa
covid)

Penerapan a. Komunikasi
nilai-nilai  Melakukan diskusi
tabligh pada dengan teman.
peserta didik (bertukar pikiran)
selama  Mengungkapkan
pembelajaran gagasan pemikirannya
jarak jauh kepada guru saat
proses pembelajaran.
(pembicaraan/bertukar
pikiran)
 Menerapkan etika
berkomunikasi yang
baik dan benar.
(komunikatif dari sisi
komunikasi
online/offline)
 Menginformasikan
berita sesuai dengan
apa adanya.
(pemberitahuan)
13

Penerapan a. Kecerdasan intelektual


nilai-nilai Peserta didik mampu
fathanah bertindak secara terarah,
pada peserta berpikir secara bermakna,
didik selama serta dapat berinteraksi
pembelajaran secara efisien dengan
jarak jauh lingkungannya, seperti:
 Mampu
menyelesaikan
masalah yang ada
pada dirinya dengan
menghubungkan
apa yang diketahui
atau dimengerti.
 Mampu merencanakan
suatu hal guna
tercapainya suatu
tujuan.

b. Kecerdasan emosional
Peserta didik mampu
mengelola emosi serta
mengenali emosi
sendiri, seperti:
 Mampu memotivasi
diri selama
pembelajaran jarak
jauh.
 Mampu mengenali
emosi dirinya.
13

 Mampu mengelola
emosi diri sendiri.

c. Kecerdasan spiritual
Peserta didik mampu
memberikan makna spiritual
atas kehidupannya serta
mampu menghadapi berbagai
persoalan dengan makna
spiritual, seperti:
 Mampu
bersikap
fleksibel.
 Mampu
menghadapi
berbagai persoalan
yang dialami.
 Mengabaikan
segala hal yang
tidak bermanfaat
untuk dirinya.
 Mampu berpikir
secara holistik dan
dikaitkan dengan
nilai-nilai agama.
 Kemampuan untuk
menghadapi dan
memanfaatkan
penderitaan.
14

Lampiran 2 Pedoman Wawancara


Dimensi Aspek Indikator Sumber
Pembelajaran Peran serta Peneliti berusaha untuk mendapatkan Guru (akidah
Jarak Jauh upaya guru informasi mengenai: akhlak)
(akidah a. Upaya guru (akidah akhlak)
akhlak) dalam mempersiapkan
untuk perangkat pembelajaran
mengefektifk jarak jauh.
an b. Peran guru (akidah akhlak)
pembelajaran dalam mengefektifkan proses
jarak jauh pembelajaran jarak jauh.
Lingkungan Peneliti berusaha untuk mendapatkan Siswa dan
atau suasana informasi mengenai; Pengaruh orang tua
belajar yang lingkungan atau suasana rumah siswa
diperlukan terhadap efektivitas proses
agar pembelajaran
pembelajaran
efektif
Sarana Peneliti berusaha untuk Siswa dan
belajar yang mendapatkan informasi mengenai; orang tua
diperlukan Pengaruh sarana belajar terhadap siswa
agar efektivitas proses pembelajaran
pembelajaran
efektif
Kepemimpinan Penerapan a. Peneliti berusaha Siswa dan
profetik nilai-nilai mendapatkan informasi orang tua
shiddiq pada mengenai pemahaman siswa
peserta didik peserta didik dalam hal
selama mengetahui dan memahami
pembelajaran arti shiddiq.
14

jarak jauh
b. Peneliti berusaha
mendapatkan informasi
mengenai pengalaman
peserta didik selama
pembelajaran jarak jauh
yang berkaitan dengan
nilai-nilai shiddiq seperti:
1) Integritas

Penerapan a. Peneliti berusaha Siswa dan


nilai-nilai mendapatkan informasi orang tua
amanah pada mengenai pemahaman siswa
peserta didik peserta didik dalam hal
selama mengetahui dan memahami
pembelajaran arti amanah.
jarak jauh
b. Peneliti berusaha
mendapatkan informasi
mengenai pengalaman
peserta didik selama
pembelajaran jarak jauh
yang berkaitan dengan nilai-
nilai shiddiq seperti:
1) Tanggung jawab
2) Visioner
3) Disiplin

Penerapan a. Peneliti berusaha Siswa dan


nilai-nilai mendapatkan informasi orang tua
14

tabligh pada mengenai pemahaman siswa


peserta didik peserta didik dalam hal
selama mengetahui dan memahami
pembelajaran arti tabligh.
jarak jauh
b. Peneliti berusaha
mendapatkan informasi
mengenai pengalaman
peserta didik selama
pembelajaran jarak jauh
yang berkaitan dengan nilai-
nilai shiddiq seperti:
1) Komunikasi

Penerapan a. Peneliti berusaha Siswa dan


nilai-nilai mendapatkan informasi orang tua
fathanah mengenai pemahaman siswa
pada peserta peserta didik dalam hal
didik selama mengetahui dan memahami
pembelajaran arti fathanah.
jarak jauh
b. Peneliti berusaha
mendapatkan informasi
mengenai pengalaman
peserta didik selama
pembelajaran jarak jauh
yang berkaitan dengan nilai-
nilai fathanah seperti:
1) Kecerdasan
intelektual
2) Kecerdasan emosional
14

3) Kecerdasan spiritual

Lampiran 3 Transkip Wawancara


A. Identitas Informan
Nama Informan : Drs. Slamet Pribadi
Jabatan/Status : Kepala Sekolah MA
Al‟Imaroh Hari/Tanggal : 06 Oktober 2020
Waktu : Pukul 13.00 WIB - selesai.
Tempat : Ruang Kepala Sekolah

B. Pertanyaan Penelitian
1. Selama pembelajaran jarak jauh diberlakukan, bagaimana dengan
penerapan kegiatan yang biasa di lakukan siswa di sekolah pak, apakah
di masa pandemi ini mereka tetap melakukan kegiatan tersebut dari
rumah?
Jawaban: iya masih, selama pembelajaran online anak-anak masih
tetap kami wajibkan untuk menjalankan segala kegiatan yang biasa
mereka lakukan secara bersama-sama di sekolah, seperti tadarus
qur‟an, shalat sunnah dhuha, walaupun KBM online, itu tetap berjalan
dari rumah masing-masing, tetapi dipantau oleh bidang kesiswaan.
Jadii, kalau untuk metodenya saya memang tidak tau persis, namun
data anak-anak itu ada di kesiswaan. Jadi misalnyaa, siapa tidak
melakukan apa, itu ada catatannya. Jadi untuk setiap hari itu dipantau
itu untuk KBM online ya. kemudian ada infaq. Tapi semnjak online ini
program infaq menjadi tidak berjalan, karna inline kan ya. Jadi yang
masih berjalan di masa pandemi ini yaa seperti tilawah qur‟an, shalat
duhuha itu berjalan, terus juga ada puasa sunah senin-kamis. Untuk
puasa sunah hari senin, itu anak2 puasa di pekan pertama. Dan untuk
hari kamis, di pekan ketiga.
14

2. Upaya apa saja yang pihak sekolah lakukan untuk mengatasi segala
permasalahan siswa selama melakukan pembelajaran online pak?
Jawaban: ya, untuk pembelajaran online ini memang tidak dapat kita
pungkiri ya, bahwa untuk kebijakan yang sangat mendadak seperti ini
tentu memberikan dampak yang hebat terhadap seluruh lembaga
pendidikan, termasuk kami. Contohnya ketika KBM online, itu masih
ada kendala di kita, kenapa, ada yang karna persoalan ekonomi,
orangtua tidak bisa membelikan hpnya anak satu persatu. Misalnya
anaknya ada 4, kan secara kebutuhan itu kan butuh. Tapi dalam
kenyataannya ada yang hpnya Cuma 2. Jadi kita mmeberikan solusi,
kita suruh anaknya untuk offline di sekolah. Kebijakan sekolah itu ya.
Kita kompromikan dengan orangtua. Jadi kita itu kadang ada anak
yang mempunyai keterbatasan tersebut, kita juga menyadari, karna
kondisi semacam ini banyak sector ekonomi yang lumpuh. Jadi akibat
lumpuhnya itu, yang seharusnya bisa terbeli, menjadi tidak. Pulsa yang
seharusnya terbeli, menjadi tidak. Maka solusinya, ya itu. cari jalan
tengahnya, offline disini. Bersama anak santri. Apalgi anak santri ya
karna memang ga boleh bawa hp, jadi smua santri itu setiap hari
offline, gitu.

LEMBAR TRANSKIP WAWANCARA

C. Identitas Informan
Nama Informan : Hoiriyah, S.Pd
Jabatan/Status : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Hari/Tanggal : 06 Oktober 2020
Waktu : Pukul 09.30 WIB - selesai.
Tempat : Ruang guru

D. Pertanyaan Penelitian
14

1. Selama masa pembelajaran jarak jauh, apakah pihak sekolah memiliki


peraturan-peraturan tertentu yang mampu mendukung kepemimpinan diri
siswa selama di rumah ?
Jawaban :
Tidak ada si ka, semuanya peraturan masih seperti biasanya, paling Cuma
sistemnya aja sekarang yang berbeda, seperti jam KBM, itu ada
perubahan. kemudian kalau untuk peraturan-peraturan, semuanya masih
tetap sama seperti biasanya, seperti seragam, ya anak-anak masih tetap
wajib memakai seragam ketika mereka sedang zoom. Dan kalau untuk
kegiatan pembiasaan seperti solat dhuha dan jamaah, itu kita ada datanya
jadi setiap hari mereka melaporkan, dan paling telat itu malem
dilaporkannya kepada sie. Ibadah kelas mereka masing-masing.

2. Kemudian apakah ada sanksi yang diberlakukan kepada siswa yang


melanggar ketentuan-ketentuan tersebut bu?
Jawaban:
(berdehem) Kalau untuk sanksi mengenai kegiatan pembiasaan siswa
seperti solat sunah serta kegiatan tadarus Al-Qur‟an di rumah secara
individu, itu kita hanya sampai sistem laporan aja si ka, karna memang
tujuan kita anak-anak itu walaupun mereka melakukan pembelajaran dari
rumah, mereka tetap bisa melaksanakan kegiatan-keagiatan ibadah
sebagaimana mereka kerjakan di sekolah. Seperti shalat dhuha, shalat
zuhur dan ashar berjamaah, kemudian ada tadarus al-qur‟an. Tapi kadang
yaa, memang susah juga ka penerapannya. Karna dengan sistem online
gini kan kita ga tau anak-anak itu di rumah seperti apa, apakah dapat
pengawasan dan perhatian orangtua atau tidak. Jadi kita ya Cuma bisa
berusaha semaksimal mungkin supaya anak tetap bisa berperan dan
bertanggung jawab terhadap tugasnya. Kemudian dia bisa jujur
mengatakan apa saja hal-hal yang terkendala selama mengikuti
pembelajaran online. Tapi selama ini saya lihat anak-anak si sudah cukup
jujr, mereka kadang itu jujur, kalau mereka ga dhuha misalnya, mereka isi
14

datanya di tandai strip. Dan kalau untuk sanksi ini, kita ga ada sanksi sih.
Karna kembali lagi ke tujuan bahwa ini hanya untuk mendukung rasa
tanggung jawab siswa serta untuk pembiasaannya selama di rumah.

LEMBAR TRANSKIP WAWANCARA

A. Identitas Informan
Nama Informan : Muhamad Sibghotulloh, S.Pd.I, M.Pd.I
Jabatan/Status : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Hari/Tanggal : 13 Oktober 2020
Waktu : Pukul 10.10 WIB - selesai.
Tempat : Ruang guru

B. Pertanyaan Penelitian
1. Selama melaksanakan pembelajaran online, apakah ada siswa-siswi
yang terkendala dengan alat belajar selama belajar di rumah
ustadz?
Jawaban: ya ada ka, terutama di awal pembelajaran KBM online
ini memang kita mendapatkan kesulitan dalam memberi fasilitas
dalam belajar, dan kami dari pihak sekolah sudah memberikan
sebuah solusi agar mereka datang ke sekolah dengan menggunakan
atau menerapkan protokol kesehatan. Baik memang untuk kendala
baik itu paketnya, handphonenya atau mungkin laptopnya maka
mereka kita perkenankan untuk datang ke sekolah. Di sekolah nanti
kita fasilitasi, seandainya ada tugas yang terkait tentang classroom,
ada quiziz dan sebagainya maka kita fasilitasi dengan wi-fi,
kemudian dengan komputer yang ada, bahkan guru-guru juga tidak
segan untuk meminjamkan handphonenya untuk anak-anak.
14

2. Dengan melihat pelayanan sekolah yang bagus seperti ini, apakah


ustadz masih menemukan adanya masalah pada anak seperti
kegiatan belajar yang terbengkalai selama di rumah?
Jawaban: Alhamdulillah sih ga ada ya, yg terbengkalai itu justru
yang dirumah kedua orangtuanya kerja, sehingga anaknya tidak
terkontrol. Kita kan ga tau kadang anak di rumah ya mungkin
setelah subuh dia tidur lagi, sehingga kami dapatkan seperti di
lapangan jadi ada yang setelah subuh mereka tidur lagi, dan
orangtua tidak membangunkan sebelum mereka berangkat kerja.
Sehingga kesianganlah sang anak tsb. Tapi kalau untuk masalah
kendala tadi itu, Alhamdulillah tidak ada, karna kita terus
berkoordinasi dengan orangtua, dan wali kelas wali kelas yang ada
disini.
3. Bagaimana dengan penerapan kegiatan yang biasa di lakukan siswa
di sekolah pak, apakah di masa pandemi ini mereka tetap
melakukan kegiatan tersebut dari rumah?
Jawaban: Untuk kegiatan ibadah mereka tetap berjalan, dari
mereka nanti setiap hari itu seperti apa yang mereka lakukan di
sekolah, seperti solat duha, kemudian shalat berjamaah, itu nanti
dilaporkan melalui seksi ibadah di masing-masing kelas. Jadi setiap
hari mereka laporan, melalui grup kelas mereka masing-masing,
melaporkan bahwa mereka sudah melakukan hal tersebut.
Seandainya mereka gak solat jamaah misalnya, yaudah mereka
mengisi data tersebut apa adanya, jadi disini kita memakai prinsip
kejujuran. Artinya kita juga mengajarkan mereka bagaimana bisa
jujur. Ya memang Wallahu a‟alam, mungkin memang ada saja
anak yang melakukan manipulasi data, namun kita tetap selalu
mencoba memberikan pengarahan dan nasehat kepada mereka
bahwa mereka ya harus berani jujur, karna kitapun tidak ada sanksi
dan sebagainya. Adapun untuk kegiatan yang lain seperti
muhdharah, nah ini muhadharah Alhamdulillah tetep berjalan
14

dengan cara ada koordinasi, di koordinatori oleh OSIS, jadi


masing-masing kelas di koordinatori oleh OSIS. Dan ini dilakukan
di setiap hari senin setelah pembelajaran online selesai jam
setengah 2, maka mereka mulai melakukan muhadharah via zoom
masing-masing kelas. Dan untuk ekskul, saat ini memang kita
liburkan total.
4. Bagaimana dengan peraturan sekolah di masa pandemi saat ini pak,
apakah ada perbedaan dari yang biasanya?
Jawaban: Ya jadi kalau untuk seragam itu tetep kita berikan
aturan, bahwa anak-anak wajib ketika melakukan KBM online
tetap mereka harus memakai seragam sesuai harinya. Adapun
untuk yang melakukan pelanggaran, sanksi yang kami berikan saat
ini tidak seperti ketika KBM offline, mereka pasti ketika mereka
berkenan hadir, atau misalkan di daerahnya kita anggap amanlah,
daripada virus covid ini, mereka kita panggil ke sekolah dan
orangtuanya. Jadi ada yang melanggar misalnya merokoklah, atau
pelanggaran-pelanggaran yang lain gitu, tetep kita proses, namun
prosesnya itu tidak seperti ketika offline. Kita panggil mereka dan
orangtuanya jika itu pun berkenan, dan itu pun di daerah mereka
tinggal aman dari virus covid. Tapi bila kondisi di daerah mereka
tidak aman, anak tersebut akan kami berikan surat peringatan.
5. Bagaimana untuk kasus anak yang sering bolos pembelajaran
online pak?
Jawaban: Solusinya ketika anak itu sering bolos daripada kegiatan
belajar online ini, maka anak tsb akan kita panggil dan kita akan
sanksi untuk mengikuti pembelajaran KBM offline selama 1 bulan,
jadi ini tujuannya untuk pembiasaan diri pada anak. Nanti setelah
satu bulan, baru kita silahkan untuk belajar di rumah lagi. Ada
beberapa yang kita dapatkan anak2 seperti itu, krna ya mungkin
seperti yang sudah saya sebutkan di awal, mungkin karna
kurangnya perhatian orangtua, sehingga dia tidak dibangunkan
14

pagi2 dan jadi dia sering bolos KBM online itu. Maka dari itu kita
meminta anak tsb untuk datang sekolah, belajar offline di sekolah
selama sebulan agar mereka terbiasa bangun pagi terlebih dahulu.
Namun itupun tetap atas restu dan izin orangtua. Kita komunikasi
dulu dengan orangtua, setelah diizinkan maka baru anak tsb kita
berikan kesempatan untuk mengikuti KBM secara offline

TRANSKIP WAWANCARA

A. Identitas Informan
Nama : Endang Sumantri, S. Pd. I
Jabatan : Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Kelas XI
Hari/Tanggal : Jum‟at/22 Januari 2021
Tempat : Kantor Guru Ikhwan MA
Al‟Imaroh Waktu : 09.13 WIB - selesai

B. Pertanyaan Penelitian
1. Menurut bapak pribadi selaku guru yang mengajar anak kelas XI
dalam bidang akidah, apakah semenjak adanya sistem pembelajaran
jarak jauh para siswa tetap mampu bertanggung jawab terhadap
statusnya sebagai seorang siswa?
Jawaban: Ya jadi kalau untuk pembelajaran online ini ya, para siswa
tentunya masih bertanggung jawab ya sebagai siswa, contohnya siswa
biarpun belajar online, namun mereka tetap mentaati peraturan,
kewajiban memakai seragam, gitu ya.
2. Apakah para siswa MA A-Imaroh khususnya kelas XI tetap mampu
berperilaku disiplin selama adanya pembelajaran jarak jauh?
Kemudian apakah ada sanksi yang berlaku bagi siswa yang tidak
disiplin dalam pembelajaran akidah ?
15

Jawaban: Selama ini sih ya Alhamdulillah anak-anak selalu tepat


waktu ya, walaupun tetap saja ada beberapa anak yang terlambat
gabung.
3. Semenjak adanya pembelajaran online di masa pandemi covid-19,
apakah para siswa sering melakukan suatu bentuk komunikasi santai
terhadap ustadz di luar jam pembelajaran akidah?
Jawaban: Iya pernah, semacam curhat gitu ya, ini sih biasanya bentuk
komunikasi dengan anak-anak yang memang memiliki permasalahan
pribadi, sehingga terkadang saya membuka pembicaraan kepada anak
tersebut untuk menanyakan hal-hal pribadi tersebut secara japri WA.
4. Perihal ulangan, bagaimana cara ustadz mengawasi siswa selama
melaksanakan ulangan akidah di masa pembelajaran jarak jauh?
Jawaban: Kalau untuk ulangan, saya biasanya memakai media google
form. Jadi kalau untuk pengawasan tidak ada yang bersifat khusus si
ya. Karna kan susah juga ya mengawasi anak yang jauh dari
penglihatan kita. Jadi ya, hanya mengandalkan kejujuran masing-
masing anak aja si ka.
5. Menurut bapak/ibu semenjak ada covid-19, hal-hal apa saja yang
berdampak terjadinya perubahan pada pembelajaran ?
Jawaban: Ya dampaknya tu kita gak bisa mengontrol secara
maksimal. Kita sulit mengontrol anak-anak dengan adanya
pembelajaran online ini ya. Karna kalau online kan pasti ada aja satu
atau dua anak, atau beberapa anak yang gak ikut ke pembelajaran, nh
itu kan jadi permasalahan juga ya. Ya itu paling nanti kita beri arahan,
beri teguran, supaya anak tidak mengulangi. Kemudian ya emang
cukup banyak juga ya dampak negatifnya, anak-anak kadang juga ada
aja yang tidak menampilkan videonya ketika zoom.
6. Media apa yang biasa bapak/ibu pakai selama pembelajaran dari
rumah?
Jawaban: Kalau saya biasanya itu pakai zoom, classroom sama
googleform. Jadi melalui media ini saya menggunakannya untuk
15

berbagai kebutuhan ya. Kalau zoom, tentu untuk belajar online, untuk
melakukan pembelajaran. classroom digunakan untuk pemberian
tugas-tugas, seperti anak-anak dapat tugas meringkas kemudian nanti
diserahkan di classroom. Nah kalau googleform itu untuk ngerjain
soal. Iya soal-soal ini soal ulangan.
7. Metode apa saja yang bapak gunakan ?
Jawaban: Ceramah, kemudian diskusi, kemudian ada juga tugas
kelompok, jadi anak-anak diberikan tugas untuk berdiskusi dengan
cara membuat tulisan dalam bentuk makalah kemudian mereka
kumpulkan secara kelompok.
8. Apakah anak terlihat lebih aktif dengan cara belajar daring seperti saat
ini pak/bu? Apa penyebabnya ?
Jawaban: Ya jadi memang ada siswa, yang memang pada dasarnya
aktif gitu ya, di videonya ada, dan memang ada juga siswa yang tidak
menampilkan videonya. Ya kalau untuk siswa yang tidak
menampilkan videonya ini kan kita jadi ga bisa memantau anak, kita
ga tau anak memperhatikan guru menjelaskan atau tidak.
Kalau dari segi keaktifan siswa dalam hal diskusi, selama
pembelajaran online ini anak-anak memang cenderung terlihat pasif si
ya. Paling hanya beberapa anak saja ada yang bertanya melalui chating
yang ada di zoom.
9. Bagaimana cara bapak/ibu memonitoring/melakukan pengawasan jarak
jauh kepada peserta didik untuk memastikan siswa belajar dan
melaksanakan tugas dengan baik di rumah ?
Jawaban: Ya jadi memang ketika kita kasih tugas, kita pasti koreksi
pekerjaan siswa tersebut melalui classroom. Karna ketika saya
memberikan tugas kepada siswa, saya pasti menyuruh siswa untuk
mengumpulkan tugasnya melalui google classroom tersebut atau
melalui google form kalau memang saya memberinya melalui google
form. Karna kalau melalui classroom ini aktivitas siswa akan terekam,
kita akan mengetahui siapa saja siswa yang mengumpulkan tugas dan
15

tidak, siapa saja yang tepat waktu mengumpulkan tugas, dan siapa saja
yang terlambat mengumpulkan tugasnya. Untuk anak yang tidak
mengumpulkan tugas, ya paling saya hanya memberikan sanksi
pengurangan nilai ya ka. Karna kan kalau online gini kita ga mungkin
bisa menghukum anak ya. Makanya paling sanksinya ya anak tersebut
mendapat pengurangan nilai.
10. Apakah pernah bapak/ibu mengalami suatu kendala atau kesulitan
ketika mengajar jarak jauh yang berasal dari faktor diri sendiri ? lalu
apa yang bapak/ibu lakukan ?
Jika dari faktor luar apakah bapak/ibu pernah mengalami kendala dan
kesulitan ? (seperti; siswa, lingkungan, sarana, dll)
Jawaban: Mungkin dari sisi layanan internet ya, karna kalau
pembelajaran melalui online ini kan kadang ada aja kendala dari segi
jaringan yang ga stabil, biarpun pihak sekolah sudah memfasilitasi
para guru dengan wi-fi, tapi kan tetap saja ya yang namanya jaringan
kadang suka loading juga. Makanya kadang suka dialihkan menjadi
jaringan internet pribadi kaya HP gitu ya, jadi ya gitu ya, berbagai
cara, agar pembelajaran bisa tetap berjalan dengan baik untuk siswa.
Ya ini faktor luarnya ya ka. Kalau untuk faktor dari siswa, kita paling
suka mendapat kendala atau kesulitannya itu ketika kita menghadapi
anak yang memang sulit untuk dinasehati. Seperti sering tidak ikut
pembelajaran dan lain sebagainya.
11. Disaat siswa mengalami kesulitan dalam belajar (seperti sulit
memahami pelajaran atau keterbatasan sarana) apa yang bapak/ibu
lakukan untuk mengatasinya ?
Jawaban: Ya jadi kalau untuk masalah siswa yang mengalami
kesulitan atau keterbatasan dalam hal alat belajar ya, seperti
handphone gitu, jadi mereka kalau mengumpulkan tugas jadi
mengumpulkan secara fisik secara langsung gitu ya. Ya kemudian
untuk hal belajar, para siswa juga bisa dan dipersilahkan oleh pihak
sekolah untuk datang ke sekolah, kemudian belajar di sekolah secara
15

langsung. Ikut memperhatikan guru yang menjelaskan siswa lainnya


yang secara online. jadi itu ya kebijakan sekolah juga.

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN SISWA

Tentang Penerapan Nilai-Nilai Tabligh Peserta Didik Madrasah Aliyah


Al’Imaroh Selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

1. Selama belajar dari rumah, apakah guru akidah mu pernah


memberikan tugas kelompok? Jika pernah, seperti apa saja
bentuk tugas kelompok yang pernah diberikan?
NO NAMA JAWABAN
1. Sonia Tidak pernah
2. Lala Presentasi perkelompok terkait materi yang ada
dalam daftar isi buku paket. Iya ka jadi tugasnya
itu waktu itu kita disuruh buat bikin makalah,
tapi ga di presentasiin. Gatau pa endangnya lupa
atau gimana, jadi kita cuma ngumpulin doang.
3. Iyan Tidak
4. Barkah Tidak pernah
5. Syifa Lupa
6. Robie Tidak pernah
7. Fadil Tidak pernah kalo ga salah ka.
8. Zahra Tidak ada tugas kelompok

2. Kemudian, apakah kamu suka berdiskusi dengan teman mu baik


secara tatap muka atau via handphone untuk membahas pelajaran
akidah akhlak di luar konteks ada atau tidaknya tugas kelompok ?
No. Nama Jawaban
1. Lala Iya pernah ka. Saya lebih suka berdiskusi bersama
15

teman-teman karna bila saya kurang mengerti


materi yang diberikan guru, saya bisa
mendiskusikan bersama teman teman yang lebih
paham.
2. Robi Pernah, iya ikut berdiskusi via handphone dan
terkadang secara langsung
3. Barkah Ya, Pernah. Saya suka berdiskusi apalagi berdiskusi
tentang agama. Saya juga suka belajar bersama
dengan teman kelompok.
4. Zahra Iya pernah. Iya saya ikut berdiskusi
5. Syifa Iya sering. Dan saya suka berdiskusi dengan teman
6. Sonia Pernah. Saya lebih suka berdiskusi dengan
kelompok secara tatap muka dari pada via
handphone.
7. Iyan pernah, selama belajar pelajaran akidah akhlak saya
dan kelompok blum berdiskusi tentang tugas
kelompok yg di berikan karena jadwal kelompok
saya untuk maju masih lama, jadi kita belum ada
diskusi kelompok.
8. Fadil Pernah, kadang saya suka diskusi dan belajar
kelompok sama teman secara online ataupun
offline.

3. Kemdian seandainya tidak ada tugas kelompok dari guru,


apakah kamu masih suka belajar dengan teman? mengapa
demikian?

Nama Jawaban
Iyan suka ka, biasanya kalo yg susah" baru ngerjain bareng temen,
kalo udah selesai tugas nya sekalian mabar game selagi masih
kumpul
Lala Tidak, karena orang tua saya tidak membolehkan untuk keluar
15

rumah kecuali dengan alasan tertentu seperti rapat OSIS atau


mengumpulkan tugas ke sekolah.
Robi iya, karena kita bisa sharing2, kumpul2, dan saling bantu
Sonia Tidak karena teman2 saya rumah nya jauh, paling belajar lewat
online.
Zahra tidak. Karena ya ngapain dan gak bakalan belajar jadinya pasti
main, orang belajar kelompok beneran aja kadang banyakan main
nya.
Syifa iya, kalau tidak mengerti bisa langsung bertanya, biasanya
ngumpul di rumah teman.
Barkah Tidak, alhamdulillah tercukupi.
Fadil Tidak

4. Selama melakukan pembelajaran online dari rumah, khususnya


mata pelajaran akidah, apakah kamu merasa menjadi lebih berani
untuk pertanyaan kepada guru akidah mu disaat kamu tidak paham
dengan materi yang disampaikan?
NO NAMA JAWABAN
1. Sonia Tidak
2. Lala Ya. Biasanya kalo ga paham saya suka nanya
lewat chat yang ada di zoom ka. Karna kadang
kalo saya langsung via suara gitu, itu suka ga
kedengeran, karna emang hp saya juga lagi rusak.
3. Iyan Tidak, saya lebih sering mencari di gugel
4. Barkah Tidak, sama saja seperti belajar tatap muka pada
biasanya. Kadang kalo lagi mau nanya, saya
nanya. Kalo engga, engga ka.
5. Syifa Tidak
6. Robie Iya ka saya tanya langsung ke gurunya.
7. Fadil Tidak, kalo saya ga paham, saya biasanya tanya
15

ke temen.
8. Zahra Kalau mapel akidah biasanya tidak ada yang
nanya, mau anak yang aktif bertanya juga ga ada
yang nnya, kalau offline pun jarang ada yang
nanya

5. Apakah kamu suka mengajukan pertanyaan kepada guru akidah


akhlak mu disaat kamu tidak paham dengan penjelasan/materi yang
disampaikannya?
No. Nama Jawaban
1. Lala Saya jarang mengajukan pertanyaan kepada guru
saya, kecuali bila pertanyaan tersebut saya yakini
teman-teman saya juga belum memahami hal yang
akan saya tanyakan.
Saya biasa bertanya pada orang tua terlebih dahulu,
tapi bila mereka juga tidak memahaminya, saya
akan melakukan searching di google.
2. Sonia Iya dong kalau kurang paham saya Tanya. Tapi
kalau gak nanya ke guru, biasanya saya Tanya ke
guru ngaji ka.
3. Syifa Jarang. Saya bertanya ke google atau youtube
4. Zahra Iya suka
5. Barkah Ya, saya suka bertanya jika saya tidak paham.
6. Fadil Tidak, saya suka bertanya ke teman
7. Iyan Tidak. saya mencari nya di gugel supaya bisa lebih
paham lagi
8. Robi Iya

6. Menurut kamu, kamu itu tipe orang yang seperti apa? apakah …..
A. Mudah bergaul dengan orang yang baru saya kenal.
15

B. Sulit bergaul dengan orang yang baru saya kenal (apa alasannya)
No. Nama Jawaban
1. Lala B. alasannya karena Saya sulit menaruh rasa
percaya pada seseorang yang baru saya kenal.
2. Sonia B, karna Malu aja gitu ka, takut di bilang so kenal.
3. Syifa B, karna ga terlalu peduli dan harus disapa dulu
sama orang.
4. Zahra A
5. Barkah A
6. Fadil B, karna saya pemalu, saya biasanya
memperhatikan orang itu terlebih dahulu supaya
saya tau dia itu teman yang baik untuk saya atau
engga.
7. Iyan B, karna saya orangnya tidak terlalu percaya
dengan orang yang baru di kenal
8. Robi B

7. Kalau kk boleh tau, kamu itu tipe orang yang gimana si, apakah
kamu tipe orang yang;
A. Kesulitan ketika ingin berkomunikasi dengan guru melalui via
chat. Alasannya karena ……..
B. Tidak merasa kesulitan jika ingin berkomunikasi dengan guru.
(misal; karena saya tidak memperhatikan kata-kata yang sopan
ketika ingin mengirim pesan kepada guru, dsb)
No. Nama Jawaban
1. Lala Pilihan saya yang A, alasannya krna Saya takut bila
saya menghubungi guru via chat, akan menggangu
urusan atau aktivitas yang sedang dilakukan guru
saya
2. Sonia B, Karena saya selalu memperhatikan ucapan yg
15

ingin saya tanyakan ke guru.


3. Syifa A, karna suka bingung menentukan kata2nya
4. Zahra B
5. Barkah
B karena Alasannya karena menggunakan kata
yang sopan merupakan bagian dari adab terhadap
guru
6. Fadil A
7. Iyan A, karna bingung menentukan kata yang baik dan
benar untuk chat guru
8. Robi Pilihan saya b. Alasannya karena Saya sudah
lumayan akrab dengan beberapa guru, jadi ketika
saya berkomunikasi saya tidak merasa kesulitan.
Tapi saya tetap memperhatikan kata-kata yg sopan
untuk berkomunikasi

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN SISWA

Tentang Penerapan Nilai-Nilai Fathanah Peserta Didik Madrasah Aliyah


Al’Imaroh Selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

1. Semenjak diberlakukannya pembelajaran online dari rumah,


menurutmu apakah kamu tetap menjadi siswa yang bertanggung
jawab untuk melakukan segala kegiatan yang biasanya dilakukan di
sekolah (seperti kegiatan belajar atau kegiatan ibadah)? Atau justru
sebaliknya?
No. Nama Jawaban
1. Lala Tidak. Karna Saya merasa semangat belajar saya
menurun, contohnya terkadang saya lupa
mengerjakan tugas yang diberikan guru. Untuk
ibadah, biasanya jika di sekolah saya mengikuti
15

kegiatan rutin sekolah yaitu Sholat Dhuha, tapi


semenjak diberlakukannya pembelajaran online,
saya seringkali lupa melaksanakan Sholat Dhuha.
2. Sonia Iya. Karena itu tanggung jawab berarti amanah
yang harus di jalani.
3. Syifa Iya, karna itu sudah kewajiban bagi siswa siswi
4. Zahra tidak, kalo ibadah wajib dan tadarus tetap, tapi
sunnahnya tidak, karena malas kalau Cuma sendiri,
enaknya bareng bareng
5. Barkah Ya, selama pembelajaran online, saya masih
bertanggung jawab atas kegiatan yang biasa
dilakukan disekolah, contohnya saya dikelas
menjabat sebagai sie pendidikan yang biasanya
bertugas untuk memanggil guru ke kantor bila guru
itu belum datang ke kelas, dalam pembelajaran
online saya melakukan hal yang sama tetapi
berbeda, saya menghubungi guru yang
bersangkutan melalui WhatsApp untuk
memberitahu atau mengingatkan bahwa
pembelajaran online sudah masuk pelajaran guru
yang bersangkutan.
6. Fadil Tidak, karna terkadang saya telat bangun.
7. Iyan tidak, karena saya sering tidak mengerjakan tugas.
Karna saking banyaknya tugas saya jadi ga konsen
ka. Tapi ga terllau sering si ka, paling yang sering
ga di kerjain itu tugasnya yang kaya di suruh
ngerangkum gitu. Kalau tugasnya harus
dikumpulin, saya pasti ngerjain.
8. Robi Iya, saya tetap melakukan kegiatan seperti biasa di
sekolah, tapi saya menjadi agak sedikit malas
16

karena pembelajaran online seperti ini

2. Menurut pendapat dan pandangan mu sebagai seorang siswa,


hikmah apa yang dapat kamu dijadikan pelajaran dari adanya ujian
atau cobaan (pandemi covid-19) yang diberikan oleh Allah kepada
kita semua?
No. Nama Jawaban
1. Lala Menurut saya hikmah yang bisa saya ambil yaitu
saya menjadi sadar betapa pentingnya belajar
meskipun dalam kondisi yang terbatas seperti saat
ini. Saya juga berusaha meningkatkan rasa percaya
diri saya selama karantina agar saya bisa menjadi
lebih baik ketika keadaan sudah kembali normal.
2. Sonia Menurut saya ada banyak sekali hikmah yang bisa
saya ambil dari adanya wabah ini salah satu nya
kita bisa lebih fokus beribadah kepada Allah karena
dengan ada nya wabah muncul lah rasa takut dan
bisa lebih fokus dengan urusan akhirat.
3. Syifa Hikmah yang saya dapatkan yaitu saya menjadi
sadar bahwa belajar itu adalah suatu tanggung
jawab pribadi.
4. Zahra hikmahnya kita jadi melatih kejujuran misal kalo
ulangan dibilang gak boleh liat buku, belajarnya
bisa sambil ngaso
5. Barkah Menurut saya hikmah yang dapat saya ambil yaitu
untuk lebih bersyukur atas nikmat yang telah Allah
berikan kepada kita semua dan selalu bertaubat atas
kesalahan yang telah diperbuat.
6. Fadil Menurut saya hikmah yang dapat saya ambil adalah
saya lebih punya banyak waktu dengan keluarga
16

dan saya lebih punya banyak waktu untuk


melakukan kegiatan yang saya suka seperti
berolahraga.
7. Iyan berhasilnya new normal sangat ditentukan dengan
kedisiplinan kita dalam berperilaku. Islam agama
yang disiplin dan orang yang kuat adalah mereka
yang disiplin setiap saat
8. Robi Saya menjadi sadar bahwa sesulit apapun kita
diberi ujian/musibah, kita jangan pernah berhenti
untuk mencari ilmu dan terus berdoa agar diberi
kesehatan selalu

3. Kemudian, apakah kamu merasa kamu sudah mengaplikasikan


hikmah-hikmah tersebut dalam diri mu?
No. Nama Jawaban
1. Lala Untuk poin pertama yaitu tentang kesadaran saya
betapa pentingnya belajar, sedikut sedikit sudah
saya mulai mengaplikasikannya dengan lebih
memerhatikan guru ketika menjelaskan materi (via
zoom, classroom, ataupun WhatsApp group). Untuk
poin kedua juga mulai saya aplikasikan dengan
berusaha lebih sering menanyakan hal yang belum
saya pahami pada guru saya.
2. Sonia Iyaa. Nilai positif yang sudah saya terapkan saya
mulai istiqomah Tadarus Al- Qur‟an setiap bada
Subuh.
3. Syifa Belum. Tapi saya selalu bersyukur dan positif
thinking
4. Zahra Belum
5. Barkah Alhamdulillah, saya bisa mengaplikasikannya
16

dalam kehidupan saya.


6. Fadil Sudah
7. Iyan disiplin dalam memanfaatkan waktu
8. Robi Ya, terkadang walaupun pembelajaran dilakukan
via online saya tetap datang ke sekolah untuk
mengikuti pembelajaran secara tatap muka

4. Ketika kamu sedang melakukan pembelajaran online pada mata


pelajaran akidah akhlak kemudian kamu tidak memahami atau tidak
mengerti apa yang dimaksud oleh guru mu, apakah kamu akan
bertanya kepada guru mu? Atau bertanya kepada yang lain? Atau
mungkin tidak bertanya sama sekali?
No. Nama Jawaban
1. Lala Sebelum diberlakukannya lockdown ini, biasanya
saya hanya akan diam menunggu teman saya
menanyakan hal saya bingungkan atau saya akan
meminta tolong pada teman saya untuk bertanya.
Tapi, saat mulai diberlakukannya lockdown ini,
saya berusaha untuk lebih percaya diri untuk
bertanya atau saya melakukan searching di google.
2. Sonia Bertanya langsung kepada guru
3. Syifa Jarang bertanya kepada guru, tapi saya akan
berusaha untuk memahami tanpa bertanya kepada
guru
4. Zahra bertanya kapada guru
5. Barkah Ya, jika saya tidak memahami apa yang dimaksud
pasti saya bertanya kepada guru.
6. Fadil Terkadang saya mencari lewat gugel, tapi saya
lebih sering tanya ke temen.
7. Iyan Saya selalu mencari nya di lewat gugel
16

8. Robi Bertanya kepada guru akidah akhlak langsung

5. Dengan adanya pandemi covid-19, apakah kamu pernah melakukan


suatu kegiatan yang berbentuk kegiatan sosial ? jika ada sebutkan!
No. Nama Jawaban
1. Lala Karena saya termasuk anggota OSIS, terkadang
saya akan datang ke sekolah bila ada suatu
kepentingan seperti rapat OSIS, kegiatan yayasan,
dll.
2. Sonia Pernah, saya melakukan pembagian brosur ppdb
kepada orang-orang di setiap rumah.
3. Syifa Tidak pernah
4. Zahra Tidak ada
5. Barkah Ya, pernah. Saya melakukan kegiatan kerja bakti
untuk membangun masjid.
6. Fadil Tidak ada
7. Iyan Tidak
8. Robi Ya, saya ikut kegiatan karangtaruna

6. Dengan adanya pandemi seperti saat ini, kalian pasti bisa merasakan
dan melihat sendiri bagaimana dampak yang didapatkan oleh
banyak orang, terutama orangtua kalian pribadi. Menurut kalian,
apakah di masa pandemi saat ini, orangtua kalian mengalami
kesulitan materi untuk mencukupi kebutuhan keluarga?

Nama Jawaban
Iyan alhamdulillah sampai saat ini tidak ada kesulitan
Lala Ya, Ibu saya adalah pedagang, karena pandemi ini ibu
saya jadi terhambat dalam berdagang. Sedangkan Ayah
saya adalah karyawan swasta.
16

Robi Kesulitan karena biaya pangan menjadi lebih mahal. saya


jadi kepikiran
Sonia Iyaa karena ayah saya sudah habis kontrak masa kerjanya.
sekarang masih cari2 kerja, ibu saya kerja borongan di pt,
itu juga kadang dapet kerjaan kadang engga ka. jadi
kadang saya suka kepikiran ka liat kondisi keluarga kaya
gitu. terus waktu itu saya juga pernah ngumpulin uang
sendiri buat beli kitab karna mau minta uang ke orangtua
ga enak. dan alhamdulillah saya bisa beli kitab itu dari
nyisihin uang jajan.
Zahra iya, karena orang orang pada diberhentikan dari tempat
kerjanya.
Syifa iya kesulitan dan panik, iya berpengaruh karna saya takut
orang tua tidak bisa membayar sekolah atau kebutuhan
lain.
Barkah Kadang-kadang, karena rasa malas yang menyelimuti raga.
Fadil Alhamdulillah tidak

7. Kemudian, apakah kamu pernah melakukan suatu kegiatan yang


dapat menghasilkan uang demi meringankan beban orangtua dari
segi materi?
No. Nama Jawaban
1. Lala Saya belum pernah, karena saya memiliki rasa
kurang percaya diri dalam diri saya, kenalan saya
juga tidak banyak, hanya ada beberapa teman yang
benar-benar saya rasa dekat dengan saya
2. Sonia Belum
3. Syifa Pernah, jualan online
4. Zahra pernah, bantuin mama di warung
5. Barkah Ya, pernah. Kegiatannya yaitu membacakan Al-
16

Qur‟an orang yang telah meninggal dan desain


grafis.
6. Fadil Belum
7. Iyan saya sering membuka jasa edit video dan foto
alhamdulillah saya bisa menghasilkan duit sendiri
walaupun tidak seberapa, tapi cukup untuk diri
sendiri
8. Robi Pernah, editing video untuk diikuti lomba

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN SISWA

Tentang Penerapan Nilai-Nilai Amanah Peserta Didik Madrasah Aliyah


Al’Imaroh Selama Pembelajaran Jarak Jauh

1. Apa yang akan kamu lakukan setelah lulus dari MA?


No. Nama Jawaban
1. Fadil Kuliah
2. Lala Saya berencana melanjutkan ke perguruan tinggi
sambil diselingi kerja sambilan untuk mengurangi
beban orangtua saya.
3. Sonia InsyaAllah Kuliah kalau ada rezeki
4. Zahra Kuliah
5. Robi Kuliah
6. Iyan Pengennya si buka jasa fotografi dan videografi.
7. Barkah Kuliah
8. Syifa Kuliah

2. Apakah ada suatu persiapan atau perencanaan yang kamu lakukan


untuk meraih hal tersebut?
No. Nama Jawaban
16

1. Fadil Ada, saya sudah mempersiapkan dengan cara


belajar sungguh sungguh dan pelajaran yg sesuai
dengan jurusan yg saya inginkan
2. Lala Saya rasa tidak ada persiapan khusus, hanya saya
berusaha belajar untuk mengatur waktu agar saya
terbiasa nantinya.
3. Sonia Belajar sungguh-sungguh agar masuk fakultas
yang di inginkan
4. Zahra Belum ada
5. Robi Ada, saya sudah mempersiapkan dengan cara
belajar dengan sungguh2 dan pelajaran yg sesuai
dengan jurusan yg saya inginkan
6. Iyan Rencananya si pengen punya alat fotografi dan
videografi sama
komputer buat editing, persiapannya saya sudah
mulai nabung dari sekarang.
7. Barkah Ya, ada. Salah satunya pematangan dari hal yang
akan diraih itu.
8. Syifa hanya siapkan mental dan fokus belajar

3. Selama pembelajaran online di masa pandemi, kegiatan apa saja yang


kamu lakukan untuk mengisi waktu luang?

Nama Jawaban
No.
1. Fadil Saya mengikuti kegiatan mengaji ,dan seperti
biasa mengerjakan tugas2
2. Lala Tidak ada kehiatan khusus yang saya lakukan.
Kalau saya sedang ada waktu luang, biasanya saya
akan membaca novel online, mengerjakan tugas
tugas yang belum sempat saya kerjakan, menonton
16

film, dll.
3. Sonia Belajar membuat link meating zoom, belajar di
youtube
4. Zahra tidak ada kegiatan bermanfaat yang dikerjakan
saat waktu luang, paling bantuin beresin rumah
5. Robi Saya mengikuti kegiatan karangtaruna, mengasah
keterampilan editing, dan seperti biasa
mengerjakan tugas2
6. Iyan Kalo saya seringnya maen sama temen, entah itu
kumpul2 atau ga jalan2, sekalian cari spot foto
yang menarik.
7. Barkah Ada, yaitu belajar fotografi, belajar desain,
melakukan kegiatan bakti sosial, dan kegiatan
kerja bakti.
8. Syifa hanya mengulang pelajaran yang baru dipelajari
dan menghafal al Qur'an

4. Selama pembelajaran online di rumah, apakah kamu pernah


mengalami suatu masalah, kesulitan atau kendala dengan hal-hal
seperti :
a) pusing/jenuh dengan tugas yang banyak dari guru,
b) kuota internet
c) kurangnya fasilitas belajar (seperti tidak ada handphone atau
laptop)
No. Nama Jawaban
1. Fadil Point a) Saya merasa pusing dengan tugas yg
banyak dan jika saya tidak mengerti biasanya
saya melihat punya teman
Point b) Dirumah saya menggunakan wifi,
Point c) Tidak ada
16

2. Lala Point a) iya, karena terkadang guru memberikan


tugas dengan berturut turut sehingga tugas jadi
menumpuk
Point b) tidak
Point c) tidak
3. Sonia Point a). Kadang suka pusing kalau di kasih tugas
banyak apalagi kalau di deadline, tindakan yg saya
lakukan rehat sejenak lalu mengerjakan tugas
kembali dengan fokus dan berdiskusi sama teman
melalui wasap.
Point b) Tidak karena saya pake kuota unlimeted
Point c) Iya tidak ada laptop
4. Zahra Poin a) untuk mengatasinya, dikerjain aja pelan
pelan.
Poin b) saya menggunakan wifi
Poin c) tidak ada, saya memang tidak punya hp
pribadi. Tapi saya pakai hp mama atau kk kalau
emang perlu.
5. Barkah Point a) Untuk masalah tugas sudah pasti setiap
siswa itu pusing, apalagi tugas yang diberikan
tidak sedikit. Sebenarnya solusi dari masalah ini
adalah kembali kepada diri kita sendiri, kita tidak
boleh malas atau menunda tugas yang sudah
diberikan.
Point b) Untuk masalah kuota internet menjadi hal
yang lumrah dalam pembelajaran online karena
setiap harinya siswa menggunakan kuota intenet
untuk belajar dan menghabiskan kuota internet
yang cukup banyak. Hal ini yang selalu
dipermasalahkan oleh orang tua siswa. Solusi dari
16

masalah ini adalah pihak sekolah memberikan


bantuan kuota internet kepada para siswa dan para
siswa diperintahkan untuk menggunakannya
dengan sebaik-baiknya.
Point c) Untuk point ini, alhamdulillah semua
fasilitas belajar tercukupi.
6. Iyan Poin a) iya, karna semakin banyak tugas rasanya
bikin mager nulis.
Poin b) iya, kadang2 kuota abis pas lagi ngezoom.
Tapi saya langsung isi kuota ka, soalnya ibu saya
jualan pulsa.
Tapi kadang ada setelah saya isi kuota, kadang
pulsanya ga masuk2 gitu ka karna jaringan, terus
saya juga pernah salah masukin nomer.
Yaudah saya langsung hospotan dulu sama mama
buat lanjutin zoomnya.
7. Syifa Point a) pusing/jenuh dengan tugas yang banyak
dari guru, jika otak lelah jangan dipaksakan saya
selalu istirahat maksimal 30 menit
Point b) Tidak ada
Point c) tidak ada
8. Robi Point a) Saya merasa pusing dengan tugas yg
banyak ditambah lagi kegiatan osis, dan saya
biasanya kalua tidak sempat mengerjakan saya
meminta jawabannya ke teman
Point b) Dirumah saya menggunakan wifi, tapi
sering gangguan akhirnya saya beli kuota internet
lagi agar bisa ikut pelajaran lewat daring ini
Point c) Tidak ada
17

5. Apabila kamu dalam kondisi belajar dan guru mu sedang


menjelaskan materi pelajaran, apakah kamu tetap memperhatikan
guru mu atau melanjutkan tugas mu diasaat ada gangguan yang
mencoba mempengaruhimu? diantaranya seperti; a) ada pesan WA
masuk, b) dipanggil orangtua, atau c) diganggu adik/orang lain.
No. Nama Jawaban
1. Fadil point a) Saya membalasnya dengan sesingkat2nya
point b) orangtua saya sudah mengetahui jika
saya sedang daring oleh karena itu orangtua saya
tidak pernah memanggil saya ketika saya sedang
daring point c) tidak karena adik saya juga daring
ketika
saya daring
2. Lala point a: bila penting akan saya buka terlebih
dahulu
point b: bila dalam keadaan sedang belajar melalui
zoom, saya akan offcam sementara baru kemudian
saya oncam kembali setelah menemui orang tua
saya
point c : akan saya abaikan
3. Sonia point a. Ada telpon masuk dari WhatsApp dari
guru, tindakan yg saya lakukan angkat telpon
terlebih dahulu lalu kembali lagi ke zoom
point b. Iya kadang di panggil orang tua, yg saya
lakukan jawab dulu perintah dari ortu lalu kembali
lagi mengikuti kbm…………….
point c. Tidak, karena saya tidak punya adik
4. Zahra Semuanya tidak ada gangguan.
5. Barkah point a Untuk pesan WA masuk, saya selektif
dalam membalasnya, jika itu penting saya akan
segera membalasnya, jika tidak saya akan
17

hiraukan.
point b Untuk panggilan orang tua, orang tua saya
juga tahu kalau saya sedang belajar, jadi orang tua
saya takut mengganggu belajar saya, tetapi jika
orang tua saya meminta tolong hal yang berat
sudah pasti saya bantu.
point c Untuk point ini, jika memang mengganggu
saya dengan tegas memperingatinya agar tidak
mengganggu lagi.
6. Iyan Poin a) kalo misalnya penting banget saya buka
wa, tapi kalo misalnya ga penting yaudah di
bukanya nanti aja.
Poin b) kalo misalnya dipanggil orangtuanya
sebentar, paling saya matiin kamera pas lagi
zoom.
Poin c) tidak, karna belajar onlinenya di kamar
sendiri jadi ga ada gangguan.
7. Syifa point a) saya tidak terganggu kalau tidak ada
pesan penting
point b) mencoba berbicara kepada orang tua agar
orang tua tidak memanggil saat KBM
point c) saya diam kan
8. Robi point a Saya membalasnya dengan
sesingkat2nya point b Saya memanggil kakak
saya untuk menggantikannya dan saya tetap
memperhatikan guru
point c Saya tetap melanjuti mendengarkan guru

6. Selama belajar dari rumah, apakah kamu mengkondisikan diri mu


dengan baik sebelum kegiatan belajar dimulai? (seperti mandi,
17

memakai seragam sekolah, berdoa sebelum dan sesudah belajar


secara mandiri)

Nama Jawaban
No.
1. Fadil Mandi=iya, memakai seragam=hanya ketika
menggunakan zoom, berdoa=iya
2. Lala mandi : kadang-kadang, memakai seragam : iya,
berdoa : kadang-kadang
3. Sonia Kadang-kadang
4. Zahra mandi = tidak pernah, memakai seragam sekolah
= kadang-kadang, berdoa = selalu
5. Barkah mandi = selalu, memakai seragam sekolah =
kadang-kadang, berdoa sebelum belajar = selalu,
belajar secara mandiri = iya.
6. Robi Mandi=iya, memakai seragam=hanya ketika
menggunakan zoom, berdoa=iya
7. Syifa mandi (kadang kadang), memakai seragam
sekolah (selalu), berdoa(selalu)
8. Iyan Mandi; paling cuci muka aja, seragam; hanya
pakai baju sekolah aja, doa;kadang-kadang.

7. Ketika belajar mata pelajaran akidah akhlak secara online, apakah


kamu selalu absen tepat waktu untuk mengikuti pembelajaran online?
NO NAMA JAWABAN
1. Sonia Insyaallah selalu tepat waktu kalau tidak ada
kendala jaringan.
2. Lala Ya, saya tepat waktu
3. Iyan Iyaa, soalnya pak endang selalu ngirim link zoom
10 menit sebelum belajar.
4. Barkah Ya, selalu.
17

5. Syifa Tidak selalu tepat waktu karna jaringan yang


kurang bagus
6. Robie Iya, tepat waktu
7. Fadil Telat buka pemberitahuan kalo mapel akidah
zoom, soalnya gak setiap minggu zoomnya.
8. Zahra Iya tepat waktu

8. Kemudian selama pembelajaran tersebut berlangsung apakah kamu


menyimak dan memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh
guru mu (mata pelajaran akidah akhlak)?
NO NAMA JAWABAN
1. Sonia Iya selalu kalau ga ngantuk
2. Lala Iya ka
3. Iyan Kadang nyimak kadang engga
4. Barkah Ya, saya menyimak.
5. Syifa Iya
6. Robie Terkadang tidak, karena sinyal putus2
7. Fadil Iya
8. Zahra Ya

9. Mengenai pembelajaran akidah secara online, apakah kamu selalu


mengaktifkan kamera zoom selama pembelajaran online akidah
berlangsung?
NO NAMA JAWABAN
1. Sonia Tidak, karena mengantuk
2. Lala Tidak selalu, karena terkadang jaringan lambat
kalau mengaktifkan kamera zoom.
3. Iyan Tidak, karna banyak yg tidak mengaktifkan
kamera juga
4. Barkah Terkadang iya terkadang tidak
17

5. Syifa Tidak, karna tidak biasa mengaktifkan kamera


6. Robie Terkadang tidak, karena saat jam pelajaran
aqidah terkadang bentrok dengan kegiatan osis
7. Fadil Tidak, karena saya bisa lebih fokus
8. Zahra Tidak, karna pembelajaran ini sedikit bosen.
Gurunya juga ga minta aktifin kamera dan gak
ditegur juga kalau ada yang offcam, makanya aku
jadi ikut2an offcam.

10. Apakah dengan cara belajar online dari rumah, kamu selalu bisa
memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru akidah mu?
Mengapa demikian?
NO NAMA JAWABAN
1. Sonia Kadang-kadang engga
2. Lala Tidak selalu, karena kalau belajar online melalui
zoom, kurang jelas karena masalah jaringan
3. Iyan Iyaa, karna pelajaran akidah mudah untuk
dipelajari
4. Barkah Tidak bisa selalu memahami, karena gurunya
kurang cakap dalam menjelaskan.
5. Syifa Tidak, karna terkadang sinyal gurunya buruk
6. Robie Kurang dipahami karena gangguan sinyal
7. Fadil Tidak, karena kalau online susah buat fokus.
Banyak gangguan.
8. Zahra Bisa, krna pelajarannya bukan yang susah2
banget, kayak mtk yang tatap muka aja tetep ga
paham

11. Apakah kamu bisa fokus dan merasa bersemangat ketika mengikuti
pembelajaran akidah walaupun secara online? mengapa demikian,
berikan penjelasan mu!
17

NO NAMA JAWABAN
1. Sonia Tidak selalu
2. Lala Bisa, karena saya berusaha untuk fokus
3. Iyan Tidak, karna pak endang itu cuma menjelaskan
materi aja, walaupun banyak yg tidak
mengaktifkan kamera, itu cuma dibiarkan aja
4. Barkah Ya, bisa fokus dan semangat, karena apapun cara
belajarnya tergantung kitanya dalam memahami
pelajaran.
5. Syifa Tidak, karna suaranya terputus putus
6. Robie Ketika online semangat belajar menjadi
berkurang
7. Fadil Tidak karena susah untuk fokus, kalau di rumah
fokusnya jadi teralihkan sama kegiatan yang ada
di rumah, kaya hp, tv, dan lain-lain.
8. Zahra Bisa fokus, tapi biasa aja, ngga bersemangat juga.
Mau belajar online atau offline sama biasa aja, ga
yang bersemangat gitu

12. Kamu lebih suka atau terbiasa mengerjakan tugas dengan cara kebut
semalam (deadline) atau mengerjakan dari jauh-jauh hari ?

Nama Jawaban
No.
1. Fadil Tergantung kondisi, tapi saya lebih sering kebut
semalem, karena terkadang saya tidak ada waktu
bahkan lupa dengan tugasnya tapi ketika saya
mengerti tentang tugasnya saya akan langsung
mengerjakan tugas nya
2. Lala Saya lebih suka kebut semalam, karena rasanya
pekerjaan lebih mudah dikerjakan
17

3. Sonia Mengerjakan dari Jauh-jauh hari karena bisa


mengerjakan sedikit-sedikit tiap malem nya
4. Zahra nggak kebut semalam, nggak jauh hari juga,
tengah tengah aja
5. Barkah Dua-duanya. Untuk cara kebut semalam biasanya
hanya pelajaran yang belum dimengerti dan untuk
jauh-jauh hari biasanya hanya pelajaran yang
sudah dimengerti.
6. Robi Tergantung kondisi, tapi saya lebih sering kebut
semalem, karena terkadang saya tidak ada waktu
bahkan lupa dengan tugasnya
7. Syifa dari jauh jauh hari agar tidak panik
8. Iyan Kebut semalem, karna skill nulis saya jadi cepet.

13. Apakah kamu selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru akidah
mu selama pembelajaran online, walaupun tugas tersebut tidak
diperiksa/dinilai?
NO NAMA JAWABAN
1. Sonia Ya selalu mengerjakan
2. Lala Ya
3. Iyan Iya
4. Barkah Tidak selalu, terkadang saya lupa mengerjakan
tugas yang diberikan (saking banyaknya tugas
wkwkwk)
5. Syifa Jarang-jarang
6. Robie Iya
7. Fadil Iya, karena saya lupa soalnya banyak dikasih
tugas juga dari pelajaran lain.
8. Zahra Mengerjakan, tapi ada juga yang engga
17

14. Semenjak belajar online, apakah kamu pernah/sering terlambat


mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru akidah mu? Apa yang
menjadi penyebabnya?
NO NAMA JAWABAN
1. Sonia Tidak pernah
2. Lala Pernah, karena masalah jaringan lambat dan
handphone saya error jadi tidak muncul notifikasi
tugas dari classroom
3. Iyan Sering, karena selalu di tunda tunda
4. Barkah Tidak, saya selalu tepat waktu.
5. Syifa Ya karna terlalu banyak tugas jadi lupa
6. Robie Iya pernah, karena bentrok dengan tugas osis
7. Fadil Iya, karna saya lupa soalnya banyak dikasih tugas
juga dari pelajaran lain.
8. Zahra Pernah, karna diundur2 terus

15. Apakah kamu pernah melanggar aturan/kewajiban selama masa


pembelajaran online?

Nama Jawaban
No.
1. Fadil Alhamdulillah tidak
2. Lala saya pernah tidak mengenakan seragam, tetapi
saya hanya ditegur setelah itu saya tidak lagi
melanggar
3. Sonia Pernah, tidak melaksanakan sholat sunnah rawatib
4. Zahra saya tidak sholat sunnah dhuha, sanksinya gaada.
Saya juga pernah tidak mengikuti zoom, kemudian
saya mendapat teguran dari guru.
5. Barkah Tidak pernah
6. Robi Pengurangan nilai
17

7. Syifa tidak pernah


8. Iyan Belum

16. Dengan dialihkannya pembelajaran di sekolah menjadi pembelajaran


online, apakah kamu tetap suka mengulang-ulang pelajaran yang
sudah di pelajari? Apakah kamu suka membaca materi pelajaran
sebelum di bahas oleh guru? Mengapa demikian?

Nama Jawaban
Iyan Kadang-kadang suka ngebaca yang gapaham doang si ka
Lala Terkadang ketika ada waktu kosong atau sedang bosan saya akan
mengulang atau mencoba mempelajari sendiri materi yang belum
dipelajari. Karena berdasarkan pengalaman saya, kebanyakan
saya dapat memahami materi ketika membaca sendiri dengan
tenang
Robi Jarang, karena di rumah justru lebih dekat dengan hp
Sonia Jarang-jarang, paling kalau disuruh guru baru baca hehe
Zahra tidak juga alias jarang, paling kalau mau ulangan.
Syifa Tidak, males
Fadil Kadang-kadang
Barkah Kadang iya kadang engga ka.

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN SISWA

Tentang Penerapan Nilai-Nilai Fathanah Pada Peserta Didik Madrasah


Aliyah Al’Imaroh Selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Di Masa Covid-19

1. Dengan adanya kebijakan pemerintah yang mengharuskan kalian


melakukan sekolah dari rumah, apakah kamu merasa nyaman dengan
suasana rumah mu sendiri untuk melakukan pembelajaran online?
No. Nama Jawaban
17

1. Barkah Ya, saya merasa nyaman. Karena rumah sendiri itu


yang paling nyaman
2. Fadil iya karena bisa lebih santai
3. Lala iya, karena saat belajar saya lebih suka dalam
keadaan tenang. “Terus gimana kalau kamu
belajar di kelas?” Tergantung ka, kalo misalnya
gurunya yang santai kan biasanya murid2nya jadi
berisik tuh, jadinya saya kurang konsen ka. Tapi
kalo ujian gitu saya lebih enak belajar kebut
semalem, lebih nyangkut di otak gitu kalo kata
saya mah
4. Robi Tidak, karena belajar dirumah sering terganggu
seperti pesan WA masuk, dipanggil orang tua,
jaringan internet terkendala
5. Zahra Iya, alasannya ngerjain tugas lebih santai, bisa
rebahan, bisa nonton Youtube selagi menunggu
jam ganti pelajaran
6. Syifa Tidak, karna suasananya berbeda dan kurang
semangat karna berada di dalam kamar
7. Iyan Tidak, ga bisa bercanda bareng temen, ga bisa
kumpul bareng temen
8. Sonia Tidak, karna fasilitas di rumah tidak seperti di
sekolahan. Contohnya ga ada meja dan kebetulan
saya juga tidak ada laptop, jadi agak kesulitan
kalau ada tugas yang memang membutuhkan
laptop

2. Lalu apa yang kamu lakukan agar kamu bisa menyamankan diri kamu
dengan keterbatasan atau dengan keadaan tersebut?
No. Nama Jawaban
18

1. Barkah Dengan cara beradaptasi.


2. Fadil tetap fokus ke tugas nya
3. Lala saya merasa nyaman
4. Robi tetap fokus ke tugas nya
5. Zahra saya merasa nyaman
6. Syifa Tidak tau, dijalanin aja
7. Iyan Buka sosmed atau mabar game bareng temen
8. Sonia Bersyukur aja walaupun kurang nyaman

3. Semenjak kebijakan belajar dari rumah diberlakukan oleh pihak


sekolah, perasaan seperti apa yang kamu rasakan selama melakukan
belajar secara online?
No. Nama Jawaban
1. Barkah Jauh. Penyebabnya adalah dikarenakan tidak dapat
berinteraksi dengan guru maupun teman.
2. Fadil Nyaman
3. Lala saya bisa lebih fokus belajar karena suasana yang
tenang
4. Robi Tidak nyaman. Penyebabnya adalah gangguan dari
sekitar seperti gadget, dipanggil orangtua, kendala
internet
5. Zahra Merasa nyaman aja.
6. Syifa Ga enak, karna kalau online saya mnejadi malas
belajar, maunya istirahat terus.
7. Iyan Jenuh, bosan, capek karna banyak tugas.
8. Sonia Mencoba menerima dan menyamankan diri
dengan keadaan dan keharusan untuk belajar
online di rumah, walaupun tidak nyaman
18

4. Apa yang biasanya kamu lakukan untuk menghilangkan emosi negatif


yang kamu rasakan (missal seperti; jenuh/kesal/bosan, dsb) ketika
belajar di rumah ?
No. Nama Jawaban
1. Barkah Bermain bola/berolahraga.
2. Fadil Ngegame, jalan-jalan
3. Lala merilekskan diri dengan kegiatan santai seperti
menonton film atau membaca novel online
4. Robi Ngegame, jalan-jalan
5. Zahra nonton nct daily
6. Syifa Menghayal atau memikirkan masa depan
7. Iyan Main sosmed
8. Sonia Nonton youtube atau main

5. Apakah dengan segala emosi negatif yang kamu rasakan selama belajar
di rumah, (seperti; perasaan jenuh/kesal/bosan) kamu menjadi mudah
tersinggung dengan orang sekitar dan marah-marah dengan diri sendiri?
Atau kamu bisa mengendalikan emosi kamu sendiri (seperti mencoba
bersabar dan berpikir positif atas apa yang terjadi)
No. Nama Jawaban
1. Barkah Selama saya belajar dirumah, saya pasti pusing
dan bosan, tapi tidak pernah merasakan hal seperti
diatas.
2. Fadil saya bisa sabar karena tidak memusingkan tugas
dan tidak memikirkan yang tidak perlu difikirkan
3. Lala karena saya mengikuti ekstrakurikuler silat,
biasanya saya akan melampiaskan saat sedang
latihan silat
4. Robi saya sering kesal, marah2 sndiri karena terlalu
pusing dengan tugas yg diberikan sangat banyak
18

5. Zahra (bisa mengendalikan emosi sendiri) caranya


yaudah diem aja jangan marah2 karena orang gk
ngapa-ngapain sendirinya aja lagi gak bener
6. Syifa Saya sulit untuk mengendalikan emosi
7. Iyan Sabar, soalnya kalo emosi atau marah-marah
nambah capek
8. Sonia Saya mudah tersinggung dengan omongan orang
lain yang menurut saya ga sesuai dengan
kenyataan dan saya juga belum bisa
mengendalikan emosi sendiri. Saya kadang suka
marah-marah kalau udah kebangetan kesel, tapi
abis itu nyesel, dan kadang juga suka di pendem
sendiri emosinya.

6. Selama belajar dari rumah, disaat kamu merasakan jenuh, bosan atau
emosi negatif lainnya upaya apa yang kamu lakukan untuk
meningkatkan kembali rasa semangat di dalam diri mu? (contohnya
kamu bisa menjawab seperti mendengarkan lagu, bercerita dengan
teman, menyendiri, atau jawaban lainnya yang sesuai dengan apa yang
kamu lakukan)
No. Nama Jawaban
1. Barkah Bermain bola/berolahraga.
2. Fadil Main game dan nonton YouTube
3. Lala tidak ada kegiatan khusus, karena biassanya
setelah beberapa saat saya akan kembali biasa
4. Robi Ngegame, jalan-jalan
5. Zahra nyoret nyoret di kertas/buku, terus paling nonton
youtube, gk menyendiri si tapi ya diem aja gitu
nanti juga bener sendiri
6. Syifa Menyendiri dan mendengarkan music
18

7. Iyan Denger lagu sambil menyendiri


8. Sonia Nonton drakor atau bercerita kepada teman

7. Apa yang biasanya kamu lakukan ketika kamu mengalami kesulitan


dalam memahami materi pelajaran akidah akhlak saat belajar di rumah
selama masa pandemi covid-19? apakah kamu langsung bertanya
kepada gurumu?
No. Nama Jawaban
1. Barkah Saya akan menanyakan kepada ustadz saya. iya
guru ngaji say aka maksudnya.
2. Fadil saya akan bertanya kepada teman
3. Lala saya merasa ragu bertanya karena takut
menggangu waktu guru.
4. Robi Iya Langsung bertanya
5. Zahra kalau lagi nggak pelajaran, nanya ke kakak
6. Syifa Saya mencoba memahaminya jika belum paham
7. Iyan Tidak, saya sering Tanya ke teman atau
mencarinya di gugel
8. Sonia Tidak, saya Tanya ke teman yang sudah paham
terlebih dahulu

8. Lalu kepada siapa kamu menanyakan hal tersebut? Atau kamu tidak
menanyakannya sama sekali kepada siapapun?
No. Nama Jawaban
1. Barkah Saya akan menanyakan kepada ustadz saya.
2. Fadil terkadang saya menanyakan kepada teman
3. Lala saya akan searching di google
4. Robi terkadang saya menanyakan kepada ayah saya
ataupun guru lain
5. Zahra ke kakak kalau engga google
18

6. Syifa Google atau yutub


7. Iyan Paling sering ke gugel
8. Sonia Kepada teman

9. Apakah ada kalimat motivasi yang selalu kamu ucapkan kepada dirimu
sendiri, ketika kamu sedang merasakan jenuh atau bosan dari keadaan
pembelajaran online saat ini ?
No. Nama Jawaban
1. Barkah Pada satu waktu, impianmu akan dipukul mundur,
harapanmu terpatahkan, dan langkahmu terpaksa
dihentikan, maka dari itu tetap semangat!
2. Fadil Apabila musim panas itu menyengatmu dan
musim dingin pun menusukku dan musim semi
melalaikan mu maka kapan lagi kamu ingin
belajar
3. Lala semangat, sebentar lagi selesai kok, sabar oke. :D
4. Robi Jangan menyalahkan keadaan saat ini, yang
namanya belajar tidak ada kata bosan
5. Zahra katanya mau beli-beli mau jalan-jalan kayak orang
orang
6. Syifa Lakukan apa yang membuatmu bahagia. Dan
jangan pernah menyerah apapun yang terjadi
7. Iyan Saya percaya, ketika saya sampai di titik terparah
dari sebuah masalah, pada akhirnya saya akan
berhasil melalui semuanya. Jadi saya yakin aja
saya pasti bisa melewati semua cobaan belajar
online ini.
8. Sonia Ingat, disaat kita bermain ada orang lain yang lagi
sedang berlatih untuk jadi yang terbaik
18

10. Dengan adanya kebijakan WFH (Work From Home) dan SFH (School
From Home) membuat semua orang merasakan adanya
ketidaknyamanan bila dibandingkan dengan keadaan sebelum adanya
covid. Dan kamu, yang berperan sebagai seorang kakak, adik bahkan
teman, apakah kamu pernah melakukan suatu pembicaraan yang
mengarah kepada saling berbagi cerita dan saling menyemangati antar
sesama ?
No. Nama Jawaban
1. Barkah Iya pernah, saya suka cerita ke Ayah, ibu, kakak,
dan teman.
2. Fadil Pernah, cerita ke ayah, ibu, teman
3. Lala Iya, cerita ke teman saya
4. Robi Iya, cerita ke ayah, ibu, teman
5. Zahra Suka cerita Sama kakak
6. Syifa Iya pernah, biasnaya cerita ke teman.
7. Iyan Tidak, saya lebih sering memendam perasaan
saya. Tapi kalau untuk mendengarkan cerita dari
orang lain seperti temen atau mungkin dari
keluarga saya tetep dengerin.
8. Sonia Kepada teman kita sama-sama saling
mentemangati

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN SISWA

Tentang Penerapan Nilai-Nilai Shiddiq Peserta Didik Madrasah Aliyah


Al’Imaroh Selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

1. Ketika kamu mengisi data ibadah harian di rumah, apakah kamu mengisi
data tersebut dengan jujur?

Nama Jawaban
18

Iyan Iyaa
Lala Ya, saya mengisi dengan jujur
Robi Pernah engga, karena saya mengisi di akhir waktu
mengumpulkan, jadi ga inget data ibadah selama1 bulan
trsebut..jadinya ngasal
Sonia InsyaAllah selalu jujur.
Zahra jujur dong
Syifa Alhamdulillah jujur
Barkah Iya jujur
Fadil Iya jujur.

2. Pada saat kamu melakukan ulangan akidah akhlak secara online, apakah
kamu akan berusaha untuk jujur atau tidak? Berikan alasan terhadap
jawaban mu!
NO NAMA JAWABAN
1. Sonia Tidak selalu hehe
2. Lala Ya, karena nilai bukan pacuan belajar saya
3. Iyan Tidak, terkadang liat ke Internet terkadang isi
sendiri
4. Barkah Ya, saya berusaha jujur, karena apapun hasilnya
itu adalah hasil dari diri kita sendiri.
5. Syifa Berusaha untuk jujur
6. Robie Jujur karena mapel aqidah juga mengajarkan kita
untuk tidak berbohong
7. Fadil Iya saya berusaha untuk jujur, karena menurut
saya lebih baik nilai jelek daripada nilai bagus
tapi nyontek.
8. Zahra Jujur, tapi kalau materi belum dipelajari atau gak
ada di buku boleh liat2 dikit. Karna kalau akidah
itu ya gitu jawabannya, bisa dipikir2, dicocok2in
18

gitu ka, jadi ga susah banget.

3. Apakah kamu suka berkonsultasi kepada guru atau bercerita kepada


orangtua ketika mengalami suatu masalah di masa pembelajaran online
saat ini?

Nama Jawaban
Iyan sering kak, biasanya masalah kuota
Lala Ga terlalu sering ka. Kadang-kadang aja
Robi iya sering.biasanya cerita Kepada orang tua, tentang keluh kesah
selama pembelajaran daring
Sonia Kadang2 cerita ke guru.
Zahra cerita aja ke orang rumah.
Syifa tidak terlalu, paling sesekali bercerita aku sering ngeluh karna
matanya cape ngeliat hp terus dan sampai hp panas.
Barkah Ya
Fadil Tidak

4. Apakah kamu pernah terlambat dalam mengumpulkan tugas? Apa yang


menjadi penyebabnya? kemudian apakah kamu menjelaskan kepada guru
mengenai alasanmu tersebut?

Nama Jawaban
Iyan pernah, biasanya karna kelupaan karna banyaknya tugas.
Lala Pernah, karena sedang ada keperluan OSIS sehingga saya
mendapat izin langsung dari guru saya
Robi pernah, iya saya jelaskan.
Zahra pernah, penyebabnya diulur-ulur ngerjainnya, atau susah jadi
lama ngerjainnya. Saya jelaskan kalau dikumpul langsung ke
guru lewat chat.
Sonia Pernah, soalnya saya dispen pada hari itu, dan saya menjelaskan
18

ke guru untuk ada terlambat mengumpulkan tugas tersebut.


Syifa Pernah, kesibukan
Barkah Tidak pernah
Fadil pernah,karena tidak langsung mengerjakan lalu lupa,dan saya
tidak pernah menjelaskan alasannya ke pada guru

5. Semenjak belajar online, apakah kamu pernah membohongi orangtua dan


guru mu? Jika pernah seperti apa bentuknya, dan mengapa kamu
melakukannya?

Nama Jawaban
Iyan pernah ke guru, kan biasanya disuruh nulis materi dan dikasih
waktu kalo misalnya udah nulis disuruh ngelist digrup buat absen
nah saya ngelist padahal belum selesai nulisnya
Lala Kebohongan kecil seperti ketika saya akan hadir di rapat OSIS
ba'da zuhur, ibu saya pernah bertanya apakah saya sudah makan
dan membawa uang, dan saya jawab sudah makan dan membawa
uang padahal saya belum makan. Akhirnya, ketika pulang perut
saya sakit dan mual
Robi Pernah, seperti 'list yg sudah mencatat', saya belum mencatat tapi
sudah saya list karena saya sedang sibuk saat itu
Sonia Gatau lupa kak
Zahra pernah, contohnya kalau disuruh mencatat materi yang
diberikan tapi itu banyaak sekali tapi tidak diperiksa, itu tidak
langsung
dicatet maksudnya iya iya aja tapi nyatetnya nanti.
Syifa Tidak pernah
Barkah Tidak suka, paling hanya berdiskusi tentang materi yang dibahas.
Fadil Tidak pernah
18

Lampiran 4 Bukti Observasi

Gambar 5.1 Observasi Para Siswa Saat Melakukan


Pembelajaran Online dari Rumah
19

Gambar 5.2 Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Akidah akhlak Secara Online

Gambar 5.3 Observasi Kerja Kelompok Siswa


19

Lampiran 5 Bukti Wawancara

Gambar 5.4 Wawancara dengan Kepala Sekolah

Gambar 5.5 Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah


Bidang Kesiswaan

Gambar 5.6 Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum


19

Gambar 5.7 Wawancara dengan Guru Bidang Study Akidah Akhlak


19

Gambar 5.8 Wawancara dengan Para Responden


(Siswa/I Kelas XI)

Lampiran 6 Bukti Dokumentasi


19
19

Gambar 5.9 Dokumentasi Laporan Kegiatan Ibadah Harian Siswa Kelas XI


19
19

Gambar 5.10 Dokumentasi Absensi Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak
19

Lampiran 7 Lembar Surat Keterangan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai