Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PROSES SENSASI PERSEKSI

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan

Dosen pengampu : Faizun M.Pd.I

Disusunoleh:

1. Muhammad Ilzam Riza Zuam (12140012)


2. Qorik Zainur Abiduin (12110154)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALISEMBILAN SEMARANG

(SETIA-WS)

Tahun Akademik 2022/2023


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….

a. Latar Belakang………………………………………………...
b. Rumusan Masalah……………………………………………..
c. Tujuan………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………...

a. Arti manusia……………………………………………...
b. Pamdangan filosofis tentang manusia……………………

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan……………………………………………………..
b. Daftar pustaka………………………………………………….
BAB I

PENDAULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena dibekali
dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat
hidup sendiri dan membutuhkan keberadaan orang lain dalam pemenuhan kebutuhannya.
Keterbatasan manusia inilah yang menyebabkan manusia satu membutuhkan manusia
lainnya untuk saling bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Manusia atau
seseorang melakukan serba hubungan dengan manusia-manusia lainnya yang disebut
“kelompok” masyarakat dalam memenuhi kebutuhan yang esensi ( Widjaja, 1986: 8).
Menurut Simmel dunia nyata tersusun dari peristiwa, tindakan, interaksi, dan lain
sebagainya yang tidak terhingga (Ritzer, 2011: 179). Suatu himpunan manusia dapat
membentuk jaringan kelompok sosial jika terdapat faktor-faktor tertentu yang melatar
belakangi terbentuknya kelompok sosial tersebut, diantaranya adalah adanya persamaan
perasaan atau latar belakang tertentu. Guna memecahkan teka-teki realitas ini orang
menatanya dengan menerapkan sejumlah pola atau bentuk padanya. Seseorang
berinteraksi dengan manusia lainnya dan membentuk adanya sebuah pola sosial dalam
menjalankan kehidupannya.
Kelompok sosial yang ada di masyarakat menjadi bentuk platform bagi para anggotanya
dalam pola-pola asosiasi. Kelompok primer terdapat 2 interaksi sosial yang intensif dan
erat antara anggotanya. Kelompok primer adalah kelompok yang disifati dengan adanya
keakraban, kerja sama dan hubungan tatap muka (Thoha, 1988: 84). Hal ini pula yang
terjadi di Panti asuhan Santa Maria Ganjuran. Panti asuhan Santa Maria Ganjuran
merupakan sebuah lembaga yang bergerak di bidang sosial dan mengusahakan
kesejahteraan sosial bagi anggotanya. Seperti layaknya Panti asuhan lainnya, Panti
asuhan Santa Maria, Ganjuran, Bantul mempunyai tanggung jawab untuk memberikan
pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan
dan pengentasan. Keadaan di Panti asuhan ini sangat heterogen, terdiri dari sejumlah
anak asuh dari berbagai macam latar belakang. Berbagai macam alasan telah
mengakibatkan mereka tinggal di Panti asuhan Santa Maria Ganjuran ini. Adanya
perbedaan suku, ras dan karakteristik diantara anak asuh bukan menjadi halangan untuk
mereka dapat membaur tinggal dalam satu atap membentuk keluarga besar dalam
naungan yayasan. Hal ini mengakibatkan timbulnya satu perasaan yang berlandaskan
kebersamaan. Kehidupan kelompok yang kokoh terhadap kegiatan anggotanya akan
menimbulkan suatu sense of belongingness. Perasaan ini memiliki arti yang mendalam
pada kehidupan individu dan merupakan sikap peranan bahwa ia termasuk dalam suatu
kelompok sosial.
Sebagaimana diungkapkan oleh Jan Hendrik Rapar yang diambil dari definisi Plato
dalam Pengantar Filsafat bahwa filsafat ialah ilmu yang berupaya untuk memahami
hakikat realitas ada dengan mengandalkan akal budi.1 Karena filsafat mencoba memahi
segala realitas yang ada, sehingga objeknya melingkupi segala yang ada termasuk juga
manusia. Ketika filsafat berobjekkan manusia, filsafat menjadi ilmu yang mengaji tentang
seluk-beluk manusia. Dalam artian, filsafat akan membahas mengenai manusia secara
mendalam, baik dari unsur dan fungsi hidupnya. Jika dikaitkan dengan suatu tokoh, itu
berarti mengacu pada pemikiran tokoh tersebut mengenai manusia itu sendiri secara
mendalam. Maka dari itu, kajian menganai filsafat manusia mengarah pada hakikat
manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manusia disebutkan sebagai alam kecil
yang merupakan bagian dari alam besar yang ada di atas alam. Ia adalah makhluk yang
bernyawa, makhluk antromorphen dan merupakan binatang yang menyusui, akan tetapi
juga merupakan makhluk yang dapat mengetahui dan menguasai kekuatan-kekuatan alam
di luar dan di dalam dirinya, baik lahir maupun batin.
Al-Qur‟an menyebutkan manusia dengan beberapa istilah, yaitu basyar, insân dan nâs.
Istilah basyar mempunyai arti bahwa manusia merupakan makhluk yang terdiri dari
karakteristik fisiologis, biologis dan psikologis.3 Istilah insân digunakan dalam al-Qur‟an
untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, yaitu jiwa dan raga.
Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lain akibat perbedaan fisik, mental
dan kecerdasan.4 Maka aspek jiwa dan raga inilah yang menjadikan manusia sebagai
makhluk yang memang benar-benar berbeda dengan makhluk lain. Sedangkan istilah nâs
digunakan untuk menunjukkan sifat universal manusia atau untuk menunjukkan spesies
manusia. Artinya ketika menyebut nâs berarti adanya pengakuan terhadap spisies di dunia
ini yaitu manusia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Arti manusia
2. Pamdangan filosofis tentang manusia

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui arti manusia
2. Untuk mengetahui pandanggan filosofis tentang manusia
BAB II
PEMBAHASAN

1. Arti Manusia

Manusia (Homo sapiens) adalah spesies primata yang jumlahnya paling banyak dan


tersebar luas. Mereka adalah jenis kera besar yang dicirikan oleh gaya berjalan dua kaki
dan kemampuan kognitif yang mumpuni berkat otak mereka yang besar dan kompleks.
Manusia adalah makhluk yang sangat sosial dan cenderung hidup dalam struktur
sosial yang kompleks yang terdiri dari banyak kelompok yang saling bekerja sama dan
bersaing, mulai dari keluarga dan jaringan kekerabatan hingga negara politik. Oleh
karenanya, interaksi sosial antara manusia telah membentuk berbagai macam nilai, norma
sosial, bahasa, dan ritual, yang masing-masing menopang komunitas manusia. Keinginan
untuk memahami dan mempengaruhi fenomena telah memotivasi manusia untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, mitologi, agama, dan bidang studi
lainnya.
Meskipun beberapa ilmuwan memperlakukan istilah manusia sama dengan semua
anggota genus Homo, dalam penggunaan umum, istilah ini biasanya merujuk pada Homo
sapiens, satu-satunya anggota Homo yang masih ada. Manusia modern secara
anatomis muncul sekitar 300.000 tahun yang lalu di Afrika, berevolusi dari Homo
heidelbergensis atau spesies yang serupa dan bermigrasi keluar dari Afrika, secara
bertahap menggantikan atau melakukan kawin silang dengan populasi lokal manusia
purba. Manusia merupakan pemburu-pengumpul yang hidup berpindah-pindah selama
sebagian besar rentang sejarahnya. Manusia mulai menunjukkan perilaku modern sekitar
160.000-60.000 tahun yang lalu. Revolusi Neolitikum, yang dimulai di Asia Barat Daya
sekitar 13.000 tahun yang lalu (dan secara terpisah di beberapa tempat lain),
melahirkan pertanian dan pemukiman manusia yang permanen. Ketika populasi manusia
menjadi lebih besar dan lebih padat, bentuk-bentuk pemerintahan berkembang di dalam
dan di antara mereka, dan sejumlah peradaban telah bangkit dan runtuh. Manusia terus
berkembang, dengan populasi global mencapai lebih dari 8 miliar hingga tahun 2022.
Faktor gen dan lingkungan memengaruhi variasi biologis manusia dalam karakteristik
tampilan, fisiologi, kerentanan terhadap penyakit, kemampuan mental, ukuran tubuh, dan
rentang hidup. Meskipun manusia bervariasi dalam banyak sifat (seperti pembawaan
genetik dan ciri-ciri fisik), setiap dua orang manusia setidaknya 99% mirip secara
genetik. Manusia secara seksual bersifat dimorfik: secara umum, laki-laki memiliki tubuh
yang lebih kuat dan perempuan memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi. Pada
masa pubertas, manusia mengembangkan karakteristik seks sekunder. Wanita
dapat hamil, biasanya antara masa pubertas, sekitar 12 tahun, hingga masa menopause,
sekitar usia 50 tahun.
Manusia tergolong omnivora, mereka mampu mengonsumsi berbagai macam jenis
tumbuhan dan binatang, dan telah menggunakan api dan bentuk panas lainnya untuk
menyiapkan dan memasak makanan sejak zaman H. erectus. Manusia dapat bertahan
hidup hingga delapan minggu tanpa makanan dan tiga atau empat hari tanpa air. Manusia
pada umumnya aktif di siang hari, tidur rata-rata tujuh hingga sembilan jam per hari.
Melahirkan bagi mereka adalah proses yang membahayakan, dengan risiko komplikasi
dan kematian yang tinggi. Seringkali, baik ibu maupun ayah merawat anak-anak mereka,
yang tidak berdaya saat dilahirkan, karena manusia adalah spesies altricial.
Manusia memiliki korteks prefrontal yang berukuran besar dan berkembang, bagian
otak ini merupakan yang bertanggung jawab atas kemampuan kognisi yang lebih tinggi.
Manusia memiliki kecerdasan yang tinggi, mempunyai ingatan episodik, memiliki
ekspresi wajah yang fleksibel, kesadaran diri, dan teori pikiran. Pikiran manusia mampu
melakukan introspeksi, pemikiran pribadi, imajinasi, tekad, dan membentuk pandangan
tentang eksistensi. Hal ini memungkinkan kemajuan teknologi yang luar biasa dan
pengembangan alat yang rumit melalui penalaran yang kompleks dan penerusan
pengetahuan kepada generasi berikutnya. Bahasa, seni, dan perdagangan adalah
karakteristik mendasar manusia. Rute perdagangan jarak jauh mungkin telah
menyebabkan ledakan budaya dan distribusi sumber daya yang memberi manusia
keunggulan dibandingkan spesies lain yang serupa.

2. Pandangan filosofis tentang manusia


Manusia adalah makhluk mukallaf, yang dibebani kewajiban dan tanggung jawab.
Dengan akal pikirannya ia mampu menciptakan kreasi spektakuler berupa sains dan
teknologi. Manusia juga bagian dari realitas kosmos yang menurut para ahli pikir disebut
sebagai  al-kain an-natiq,  “makhluk yang berbicara” dan “makhluk yang memiliki nilai
luhur”. Menurut Al-‘Aqqad (1973:21), manusia lebih tepat dijuluki “makhluk yang
berbicara” dari pada sebagai “malaikat yang turun ke bumi” atau “binatang yang
berevolusi”, sebab manusia lebih mulia ketimbang semua itu. Alasan ‘Aqqad ini tidaklah
berlebihan, sebab menurutnya, “malaikat yang turun ke bumi“ tidak mempunyai
kedudukan sebagai pembimbing ke jalan yang baik maupun yang buruk, demikian pula
“binatang yang berevolusi”. Hanya manusialah yang mampu memikul beban dan
tanggung jawab yang diamanatkan oleh Allah kepadanya. Oleh sebab itu, tidak heran
pula jika ada yang mengatakan, bahwa manusia adalah “pencipta kedua” setelah Tuhan.
Hal ini dapat kita pahami, betapa manusia yang dianugerahi rasio oleh Tuhan itu mampu
menciptakan kreasi canggih berupa sains dan teknologi, sementara malaikat diperintah
sujud kepadanya karena tak mampu bersaing secara intelektual. Kelebihan intelektual
inilah yang menjadikan manusia lebih unggul dari pada makhluk lainya, tetapi ia pun
akan menjadi dekaden, bahkan lebih rendah nilainya dari binatang jika melakukan
tindakan yang destruktif, melepaskan imannya (Lihat Q.S At-Tin 5-6 dan Al-A’raf: 179).
Dalam al-Qur’an istilah manusia disebut dengan kata-kata: al-Insan, al-Basyar dan Banu
Adam.

1. Sebagian ulama berpendapat, al-Insan diambil dari kata nasiya-yansa nasyan yang


berarti lupa, maksudnya manusia sering melupakan janjinya kepada Tuhan.
2. Al-Insan diambil dari kata nasa-yanusu yang berarti bergoncang.
3. Al-Insan diambil dari kata ins yang berarti jinak.

    Al-Basayar berarti tampak baik dan indah, gembira, menguliti. Sebanyak 123 x kata al-
Basyar disebut dalam al-Al-Qur’an pada umumnya bermakna gembira, 37 x bermakna
manusia dan 2 x berkaitan dengan hubungan seks. Kata al-Insan mengandung pengertian
manusia sebagai makhluk sosial dan kultural/keilmuan. Al-Basyar mengandung
pengertian realitas manusia sebagai pribadi yang kongkret, manusia dewasa yang sedang
memasuki kehidupan bertanggung jawab sebagai khalifah di bumi (A. Mu’in, 1994:81).
Manusia terdiri dari jiwa dan raga. Dia adalah unik. Tidak ada makhluk seunik dan
seajaib seperti manusia. Manusialah yang mampu menguasai alam semesta ini. Binatang
sebuas apapun dengan kreativitas akalnya bisa ditaklukkan. Dialah manusia ajaib.  

Tentang Jiwa
Sebagaimana umumnya para filosuf beranggapan-termasuk Ibn Sina, al-Farabi dan juga
al-Ghazali- bahwa jiwa itu tersusun   dari tiga jenis: jiwa nabatiyah,
jiwa hayawaniyah dan jiwa insaniyah. Jiwa nabatiyah adalah jiwa yang berfungsi untuk
makan, tumbuh dan melahirkan, jiwa hayawaniyah adalah jiwa yang berfungsi
mengetahui hal-hal kecil dan bergerak sesuai iradah dan jiwa insaniyah adalah jiwa yang
melakukan perbuatan dan mengatahui hal-hal yang bersifat umum.
 
Menurut Muhammad Iqbal
Menurut Iqbal, puncak dari perkembangan ego manusia, yang memiliki kekuatan
berhadapan dengan Tuhan. Dari kekuatan ego tersebut juga menyebabkan manusia
terangkat menjadi khalifah Tuhan. Menurut Iqbal, insan kamil adalah manusia yang
mampu menyerap kebaikan-kebaikan Tuhan dalam dirinya. Tuhan dan manusia menurut
Iqbal adalah dua entitas yang berbeda. Relasi Tuhan dengan manusia menurut Iqbal
bersifat bottom up, artinya bergerak dari manusia menuju Tuhan (At-Tafkir fi Khalqil-
Llahi Ilat-Tafkir fi-llah) . Ini diambil dari hadis: Tafakkaru fi Khalqi-llahi wa La
Tafakkaru fi Zatihi dan Man ‘Arafa Nafsahu Faqad ‘Arafa Nafsahu.
BAB III
PENUTUP

1. Kesumpulan
Manusia (Homo sapiens) adalah spesies primata yang jumlahnya paling banyak dan
tersebar luas. Mereka adalah jenis kera besar yang dicirikan oleh gaya berjalan dua kaki
dan kemampuan kognitif yang mumpuni berkat otak mereka yang besar dan kompleks.
Manusia modern secara anatomis muncul sekitar 300.000 tahun yang lalu di Afrika,
berevolusi dari Homo heidelbergensis atau spesies yang serupa dan bermigrasi keluar
dari Afrika, secara bertahap menggantikan atau melakukan kawin silang dengan populasi
lokal manusia purba
Sedangkan nemurut Pandangan filosofis tentang manusia
Manusia adalah makhluk mukallaf, yang dibebani kewajiban dan tanggung jawab.
Dengan akal pikirannya ia mampu menciptakan kreasi spektakuler berupa sains dan
teknologi. Manusia juga bagian dari realitas kosmos yang menurut para ahli pikir disebut
sebagai  al-kain an-natiq,  “makhluk yang berbicara” dan “makhluk yang memiliki nilai
luhur”.
Dalam al-Qur’an istilah manusia disebut dengan kata-kata: al-Insan, al-
Basyar dan Banu Adam.

a) Sebagian ulama berpendapat, al-Insan diambil dari kata nasiya-yansa nasyan yang


berarti lupa, maksudnya manusia sering melupakan janjinya kepada Tuhan.
b) Al-Insan diambil dari kata nasa-yanusu yang berarti bergoncang.
c) Al-Insan diambil dari kata ins yang berarti jinak

2. Daftar pustaka
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24756/1/HAIRUS
%20SALEH-FUF.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
file:///C:/Users/USER/Downloads/2.%2520Bab%25201.pdf
file:///C:/Users/USER/Downloads/HAIRUS%20SALEH-FUF.pdf
https://uin-malang.ac.id/r/131101/manusia-dalam-perspektif-
filsafat.html#:~:text=Manusia%20adalah%20makhluk%20mukallaf%2C
%20yang,spektakuler%20berupa%20sains%20dan%20teknologi.

Anda mungkin juga menyukai