Makalah Tentang Abortus-1
Makalah Tentang Abortus-1
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan.
Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan
dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada
umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan
antepartum.
Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan
pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan pada
kehamilan kita harus selalu berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan
kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa batasan tentang peristiwa
yang ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda, salah satunya adalah abortus.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang
tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Sementara itu, dari kejadian yang
diketahui 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari
pasangan yang mencoba hamil akan mengalami keguguran 2 kali yang berurutan, dan sekitar
1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran berurutan. Rata-rata terjadi 114 kasus
abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20%
dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati
50%.
Abortus disebabkan oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari janin, oleh sebab
itu kita sebagai tenaga kesehatan harus memberikan wawasan dan HE pada ibu hamil
untuk selalu memeriksakan kehamilannya dan waspada terhadap komplikasi yang terjadi.
Pada remaja, remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak
penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan pematangan
organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka hadapi. Perasaan
seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja meskipun kadarnya berbeda
satu dengan yang lain. Begitu juga kemampuan untuk mengendalikannya. Ketika mereka
harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang mengalami perubahan fisik-psikis-sosial akibat
pubertas, masyarakat justru berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang seks,
meninggalkan remaja dengan berjuta tanda tanya yang lalu lalang di kepala mereka.
Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat remaja
enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih
memprihatinkan, mereka justru merasa paling tak nyaman bila harus membahas seksualitas
dengan anggota keluarganya sendiri.
1
Tak tersedianya informasi yang akurat dan “benar” tentang kesehatan reproduksi
memaksa remaja bergerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri.Arus komunikasi
dan informasi mengalir deras menawarkan petualangan yang menantang.Majalah, buku, dan
film pornografi yang memaparkan kenikmatan hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung
jawab yang harus disandang dan risiko yang harus dihadapi, menjadi acuan utama mereka.
Mereka juga melalap “pelajaran” seks dari internet, meski saat ini aktivitas situs pornografi
baru sekitar 2-3%, dan sudah muncul situs-situs pelindung dari pornografi .
Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air.
C. Tujuan
A. Tujuan umum
agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang abortus dan penatalaksanaan
dari abortus.
B. Tujuan khusus
1. Menjelaskan pengertian abortus
2. Menjelaskan penyebab abortus
3. Menjelaskan patofisiologi abortus
4. Menyebutkan macam-macam abortus
5. Menjelaskan diagnosa banding perdarahan kehamilan muda
6. Menjelaskan komplikasi akibat abortus
D. Manfaat
a. Bagi masyarakat
Agar masyarakat mengetahui tentang penyebab dan dampak dari abortus.
b. Bagi peneliti
Mengetahui dan menambah wawasan serta pengetahuan agar dapat melakukan
penatalaksanaan abortus.
c. Bagi institusi
Memberikan penambahan informasi tentang abortus khususnya bagi institusi kesehatan agar
dapat mengetahui tentang abortus dan penatalaksanaannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini
biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi.
Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus. Hipertensi
menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan keguguran.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan terhadap
pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau
retroversio uteri.
Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akibat
tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal
dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten,
bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.
5. Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual khususnya
kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran
yang berkali-kali.
4
6. Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya
abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih
funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.
5
C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara
dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau
benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup,
mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
6
2. Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran Berlangsung)
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi
serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan darah sedang hingga berat, kontraksi
uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan dilatasi serviks.
Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan intrauteri berlangsung dan
hasil konsepsi masih berada di dalam cavum uteri. Abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi,
OUE terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam saja.
7
a. Diagnosa abortus inkomplit adalah:
(1) Umur kehamilan biasanya diatas 12 minggu, atau bisa kurang.š
(2) Perdarahan sedikit kemudian banyak, disertai keluarnya hasil konsepsi, tidak jarang
pasiendatang dalam keadaan syok.š
(3) Serviks terbuka (1-2 jari, sering teraba sisa jaringan).
(4) PP test positif atau negatif, anemia.
b. Penanganan abortus inkomplit :
(1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2
mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
(2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia.
b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler
(diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat
diulang setelah 4 jam bila perlu).
(3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
(4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
8
(3) Uterus telah mengecil
B. Penanganan abortus komplit :
(1) Tidak perlu evaluasi lagi.
(2) Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
(3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
(4) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
(5) Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
5. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab abortus spontan. Selain itu
telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte
trophoblast cross reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah atau tidak ada akan mengalami
abortus.
a. Diagnosa abortus habitualis adalah :
(1) Kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mulas.
(2) Ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah.
(3) Timbul mulas yang selanjutnya diikuti dengan melakukan pemeriksaan vaginal tiap
minggu.
(4) Penderita sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan banyak lender dari vagina
(5)Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan
histerosalfingografi yaitu ostium internum uteri melebar lebih dari 8 mm.
b. Penanganannya terdiri atas :
(1) Memperbaiki keadaan umum.
(2) Pemberian makanan yang sempurna.
(3) Anjuran istirahat cukup banyak.
(4) Larangan koitus dan olah raga.
(5)Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan lainnyamungkin
hanya mempunyai pengaruh psikologis.
6. Missed abortion
Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih,
maka keadaan itu disebut missed abortion. Sekitar kematian janin kadang-kadang ada
perdarahan per vaginam sedikit hingga menimbulkan gambaran abortus imminens.
Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus ini,sekurang kurangnya terjadi
pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi dapat juga dihasilkan dengan pemasangan
laminaria stift.
9
A. Gejala-gejala selanjutnya ialah :
(1) Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan macerasi
janin.
(3) Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya ammenorhoe berlangsung terus.
10
Penyulit serius pada abortus umumnya terjadi akibat abortus kriminalis. Perdarahan
hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal akut pernah terjadi pada abortus legal tetapi
dengan frekuensi yang jauh lebih kecil.
Hasil biasanya adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi parametritis, peritonitis,
endokarditis, dan septikemia. Dari 300 abortus septik di Parkland Hospital, bahkan darah
posotif pada seperempatnya. Hampir dua pertiga adalah bakteria anaerob sedangkan koliform
juga sering dijumpai. Organisme lain yang dilaporkan menjadi penyebab abortus septik antara
lain adalah haemophilus influenzae, campylobacter jejuni, dan streptokokus grup A. Terapi
infeksi antara lain adalah evakuasi segera produk konsepsi disertai anti mikroba spektrum
luas secara intravena. Apabila timbul sepsis dan syok, perlu diberikan terapi suportif. Abortus
septik juga pernah dilaporkan menyebabkan koagulopati intravaskular diseminata.
A. Diagnosa abortus infeksiosa adalah :
(1) Abortus yang disertai dengan gejala dan tanda infeksi alat genitalia, seperti panas,
takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek serta
nyeri tekan, dan adanya leukositosis.
(2) Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil.
(3) Demam tinggi, dan tekanan darah menurun.
(4) Untuk mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan darah dan getah pada
serviks uteri.
11
vaskuler hipertensi tahap lanjut. Yang lain adalah karsinoma serviks invasif.
American College Obstetricians and Gynecologists (1987) menetapkan petunjuk
untuk abortus terapeutik :
a) Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau mengganggu
kesehatan secara serius. Dalam menentukan apakah memang terdapat resiko
kesehatan perlu dipertimbangkan faktor lingkungan pasien.
b) Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini pada
evaluasi wanita yang bersangkutan perluditerapkan kriteria medis yang sama.
c) Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar menyebabkan lahirnya bayi
dengan retardasi mental atau deformitas fisik yang berat.
2) Abortus provocatus criminalis.
Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis
yang syah dan dilarang oleh hukum.
Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelum janin mampu
hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan karena alasan
penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu. Sebagian besar abortus yang dilakukan
saat ini termasuk dalam katagori ini.
E. Tabel diagnosa banding perdarahan kehamilan muda
Perdaraha Serviks Uterus Gejala/ tanda Diagnosis Tindakan
n
Bercak Tertutup Sesuai Kram perut Abortus Obserasi
hingga dengan bawah imminens perdarahan
sedang usia Uterus lunak Istirahat
gestasi Hindarkan
koitus
Sedikit Limbung Kehamila Laparotomi
membesa atau pingsan n ektopik dan parsial
r dari Neri perut yang Salpingektom
normal bawah terganggu i
Nyeri Salpingostom
goyang i
porsio
Masa
adneksa
Cairan bebas
intraabdome
n
Tertutup/ Lebih Sedikit/tanpa Abortus Tidak perlu
terbuka kecil dari nyeri perut komplit terapi spesifik
usia bawah kecuali
gestasi Riwayat perdarahan
12
ekspulsi berlanjut atau
hasil terjadi infeksi
konsepsi
Sedang Terbuka Sesuai Kram atau Abortus Evakuasi
hingga usia nyeriperut insipiens
masif/ kehamila bawah
banyak n Belum
terjadi
ekspulsi
hasil
konsepsi
13
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada
tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
3. Infeksi
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella
abortus dan Campylobacter fetusmerupakan kausa abortus pada sapi yang telah lama
dikenal,tetapi keduanya bukan kausa signifikan pada manusia. Bukti bahwa toxoplasma
gondii menyebabkan abortus pada manusia kurang meyakinkan.tidak terdapat bukti
bahwa Listeria monocytogenes atau Chlamydia trachomatis menyebabkan abortus pada
manusia. Herpes simpleks dilaporkan berkaitan dengan peningkatan insidensi abortus
setelah terjadi infeksi genital pada awal kehamilan. Abortus spontan secara independen
berkaitan dengan antibodi virus imunodefisiensi manusia (HIV-1) dalam darah ibu,
seroreaktivitas sifilis pada ibu, dan kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.
4. Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank karena
infeksi berat (syok endoseptik).
14
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan
atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena
membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan
bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas
nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana,
dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut
serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
I. PENGKAJIAN DATA,
A. Identitas / Biodata
Nama : Ny ’U’ Nama : Tn. ’H’
Umur : 18 Tahun Umur : 23 Tahun
Suku bangsa : Sasak Suku Bangsa : Sasak
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Samarinda Alamat : Samarinda
15
B. Anamnese
1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan
2. Riwayat Menstruasi
Manarche : 14 tahun
Siklus Haid : 28 hari
Lama Haid : 7 hari
Flour Albus : ada tetapi tidak berbau dan tidak berwarna
Disminore : ada
3. Riwayat Kehamilan sekarang
HPHT : 26-03-2009
HTP : 2-01-2010
UK : 3 Bulan
a. Pergerakan janin : belum dirasakan
b. Keluhan umum : ibu mengatakan keluar darah segar dari kemaluan hingga membasahi
1 – 2 pembalut mulai tanggal 19 Juni 2009, dan tidak ada pengeluaran berbentuk
gumpalan Pukul 20.00 Wita dan hari ini keluar darah banyak .
c. Tanda-tanda bahaya : tidak ada
d. ANC : 2 kali di Puskesmas Mataram
e. Obat-obat yang dikonsumsi (termasuk jamu) : tidak ada dan ibu sudah diberikan tablet
tambah darah pada kunjungan sebelumnya.
f. Imunisasi TT: 1 x, pada tanggal 6 Mei 2009
g. Kekhawatiran Khusus : ibu khawatir dengan keadaan kehamilannya saat ini
5. Riwayat kesehatan/ penyakit yang pernah diderita atau yang sedang diderita
• Penyakit kardiovaskuler : tidak ada
• Penyakit Hipertensi : Tidak ada
• Penyakit Diabetes : Tidak ada
• Penyakit Malaria : Tidak Ada
• Penyakit kelamin/HIV AIDS : Tidak pernah dilakukan pemeriksaan lab
• Penyakit Hepatitis : Tidak pernah dilakukan pemeriksaan lab
• Penyakit Campak : Tidak ada
16
• Penyakit Tuberculosis : Tidak Ada
• Penyakit Anemia Berat : Tidak ada
• Penyakit Ginjal : Belum dilakukan pemeriksaan laboratorium.
• Gangguan Mental : Tidak ada
• Penyakit Asma : Tidak ada
• Riwayat Kembar : Tidak ada
Eliminasi
Yang Dibandingkan Sebelum Hamil Selama Hamil
BAB BAK BAB BAK
17
Frekuensi 1 x sehari 4-5 x sehari 2 x sehari 4-5 x
Konsistensi Padat Lunak - Padat lunak -
Kesulitan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Pekerjaan Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti menyapu, mengepel, mencuci
dan memasak dengan bantuan anggota keluarga lainnya Sama seperti sebelum hamil
Tempat dan petugas yang diinginkan untuk membantu persalinan : Rumah Sakit dan di
tolong tenaga kesehatan.
Data Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmetis
Emosi : stabil
BB sebelum hamil : 51 kg
BB saat ini : 52 kg
TB : 157 cm
LILA : 25 cm
2. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70mmHg
N : 80x/menit
S : 36,7 oC
R : 24x/menit
18
3. Pemerikasaan khusus
a. Muka:
b. Mata
• Konjungtiva : tidak anemis
• Sklera : tidak ikterus
c. Payudara :
• Bentuk : simetris
• Pembesaran payudara : ada
• Areola : hiperpigmentasi
• Puting susu : menonjol
• Retraksi : tidak ada
• Dimpling : tidak ada
d. Abdomen :
Inspeksi
• Luka bekas operasi : tidak ada
• Linea : nigra
• Striae : tidak ada
• Konstraksi : tidak ada
Palpasi:
• Leopold I : TFU : 3 jari diatas simpisis, ballotement (+)
• Leopold II : -
• Leopold III : -
• Leopold IV : -
19
• Pada tangan: tidak ada edema, kuku tidak pucat.
• Pada tungkai: tidak ada edema, kuku tidak pucat, bentuk simetris, tidak ada varises,
refleks patella +/+
f. Pemerikasan penunjang :
HB : -
Gol. Darah : -
Data dasar
- Ibu mengatakan hamil pertama, tidak pernah keguguran sebelumnya
- Ibu mengatakan umur kehamilannya 3 bulan
- Ibu mangatakan HPHT 26 Maret 2009
- Ibu mengatakan belum merasakan gerakan janin
- Ibu mengatakan keluar darah segar dari kemaluannya
- Tanda-Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,7 oC
R : 24x/menit
B. Masalah : Kekhawatiran
Dasar : Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan kehamilan saat ini
C. Kebutuhan
- Penjelasan tentang keadaan kehamilan ibu.
- Dukungan motivasi dan dampingan bagi ibu
20
III. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
- Abortus incomplite
- Abortus complite
VI. PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Kamis, 8 Maret 2018
Jam : 10.00 Wita
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu K/U ibu baik dengan TD : 110/70 mmHg, N :
80x/menit, S : 36,7 oC, R : 24x/menit. Menjelaskan pada ibu bahwa pendarahan yang
dialami mengarah pada keguguran. Dan dalam hal ini kehamilan ibu tidak dapat
dipertahankan. Menjelaskan pada ibu bahwa keguguran yang dialami ibu disebabkan oleh
banyak faktor antara lain faktor umur dimana berkaitan dengan kesiapan rahim ibu untuk
hamil, yaitu rahim dibawah usia 20 tahun memang sudah dapat difungsikan untuk hamil
tetapi lebih berisiko terutama perdarahan. Faktor lainnya yaitu hubungan seksual dimana
usia kehamilan 1 – 3 bulan perlu diperhatikan dari segi frekuensi, intensitas, serta
penggunaan pengaman.
2. Mengobservasi jumlah perdarahan, kemajuan HIS dan pembukaan serviks. Ibu masih
mengalami perdarahan ± 5 – 10 cc warna merah segar, belum ada his dan pembukaan
serviks.
21
3. Memberikan konseling tentang KB dengan tujuan menunda kehamilan setidaknya
sampai usia ibu 20 tahun dan untuk mengistirahatkan rahim ibu setelah keguguran.
4. Memenuhi nutrisi ibu dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi
VII. EVALUASI
22
Hari tanggal : Jumat, 9 Maret 2018
23
A : - G1P0A0H0 UK 12 – 13 minggu ballotement (+) K/U ibu baik dengan Ab
komplite
P : - Memberitahu ibu bahwa keadaannya baik dengan TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit,
S : 36,6 oC, R: 20 x/menit
- Memberikan obat oral yaitu parasetamol (3 x 1), diazepam (3 x 1), SF (1 x 1)
- Meminta ibu untuk datang kontrol 6 hari lagi
PENYELESAIAN
Setelah memabandingkan antara teori dengan kasus yang dikaji didapatkan beberapa
kesenjangan antara lain :
1. Dilihat dari definisinya Abortus insipiens (sedang berlangsung) adalah perdarahan pada
kehamilan < 28 minggu dengan dilatasi servik meningkat, dan hasil konsepsi masih dalam
uterus. Gejala dan tanda: Amenore, Perdarahan pervaginam, Mules-mules, Tanda-tanda
kehamilan (+), Inspekulo: Ostum terbuka, Ketuban (+). Namun pada kenyataannya pasien
datang dengan keluhan perdarahan pervaginam, dan terasa mules pada perut yang ringan
tetapi setelah dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil : VT Æ tertutup, CU/AF, AP/CD
normal diagnosa yang ditegakkan yaitu abortus insipiens.
2. Dilihat dari usia gestasi yaitu 12-13 minggu seharusnya evakuasi dilakukan dengan
peralatan Aspirasi Vakum Manual (AVM) setelah bagian-bagian janin dikeluarkan namun
pada prakteknya evakuasi dilakukan dengan prosedur dilatasi dan kuretase.
3. Pada teori dijelaskan bahwa jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang
16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri
ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mg per oral. Namun pada
kenyataannya terapi tersebut tidak dilakukan.
4. Sebelum dilakukan kuretase pasien tidak dianjurkan untuk berpuasa ± 6 jam. Berbeda
dengan teori yang ada.
5. Paska kuretase seharusnya diberikan terapi Metil ergometrin 3×1 tab dan antibiotika.
Namun pada kenyataannya tidak diberikan.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Adapun berbagai macam penenyebab abortus yaitu, kelainan hasil
konsepsi, kelainan plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia, trauma,
faktor-faktor hormonal, sebab-sebab psikosomatik, sebab dari janin, dan lain-lain
Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan & aborsi provokatus
(buatan). Aborsi provokatus (buatan) secara aspek hukum dapat golongkan
menjadi dua, yaitu aborsi provokatus terapetikus (buatan legal) & aborsi
provokatus kriminalis (buatan ilegal). Dalam perundang-undangan Indonesia,
pengaturan tentang aborsi terdapat dalam dua undang-undang yaitu KUHP & UU
Kesehatan. Dalam KUHP & UU Kesehatan diatur ancaman hukuman melakukan
aborsi (pengguguran kandungan, tidak disebutkan soal jenis aborsinya), sedangkan
aborsi buatan legal (terapetikus atau medisinalis), diatur dalam UU Kesehatan.
Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami kesulitan saat
melahirkan, ketika janinnya telah berusia enam bulan lebih, lalu wanita tersebut
melakukan operasi sesar. Penghentian kehamilan seperti ini hukumnya boleh,
karena operasi tersebut merupakan proses kelahiran secara tidak alami. Tujuannya
untuk menyelamatkan nyawa ibu dan janinnya sekaligus. Hanya saja, minimal
usia kandungannya enam bulan. Aktivitas medis seperti ini tidak masuk dalam
kategori aborsi; lebih tepat disebut proses pengeluaran janin (melahirkan) yang
tidak alami.
B. Saran
Berhati-hatilah dalam menjaga kandungan dan harus waspada terhadap
setiap komplikasi yang terjadi.
25
àMudah-mudahan dengan makalah ini kita dapat lebih memahami dan
mengetahui tentang aborsi. Sehingga kita tidak sampai melakukan tindakan aborsi
karena tindakan tersebut selain malanggar hukum, baik hukum agama maupun
hukum perdata, juga mempunyai banyak resiko atau akibat dari perbuatan aborsi.
Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, FKUI. Jakarta:
Media Aesculapius.
Morgan, geri & Carole hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Prawirohardjo, sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC.
Fauzi, Ahmad. Lucianawaty, Mercy. Hanifah, Laily. Bernadette, Nur. 2002. Aborsi di
Indonesia.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan#Pengaturan_oleh_pemerintah_Indonesia)
26