Anda di halaman 1dari 65

SKRIPSI

PENILAIAN KELAYAKAN POTENSI OBJEK DAN DAYA


TARIK WISATA ALAM GEOPARK SILOKEK KABUPATEN
SIJUNJUNG SUMATERA BARAT

OLEH:
NOVINA SHALWAA AYUNDA
NIM. 1806112448

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022

i
SKRIPSI

PENILAIAN KELAYAKAN POTENSI OBJEK DAN DAYA TARIK


WISATA ALAM GEOPARK SILOKEK KABUPATEN SIJUNJUNG
SUMATERA BARAT

OLEH:
NOVINA SHALWAA AYUNDA
NIM. 1806112448

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022

ii
SKRIPSI

PENILAIAN KELAYAKAN POTENSI OBJEK DAN DAYA TARIK


WISATA ALAM GEOPARK SILOKEK KABUPATEN SIJUNJUNG
SUMATERA BARAT

Oleh:
NOVINA SHALWAA AYUNDA
NIM. 1806112448

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Defri Yoza, S.Hut., M.Si., IPU Dr. Nurul Qomar, S.Hut., M.P
NIP. 197605062005011003 NIP. 197402281999031004

Mengetahui
Ketua Jurusan

Dr. Nurul Qomar, S.Hut., M.P


NIP. 197402281999031004

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan

kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Penilaian Kelayakan Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Geopark

Silokek Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat”.

Ucapan terima kasih untuk orang tua penulis yang telah memberikan

dukungan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Defri Yoza, S.Hut.,

M.Si., IPU selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Nurul Qomar, S.Hut., M.P

selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan, bimbingan, petunjuk,

dan motivasi sampai selesainya skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan yang bersifat

membangun untuk penyempurnaan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Pekanbaru, September 2022

Novina Shalwaa Ayunda

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii
KATA PENGANTAR............................................................................. iv
DAFTAR ISI........................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... viii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Potensi Objek dan Daya Tarik..................................................... 4
2.2 Wisata Alam................................................................................. 7
2.3 Geopark Silokek........................................................................... 10

III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu....................................................................... 13
3.2 Bahan dan Alat............................................................................. 13
3.3 Metode Penelitian......................................................................... 13
3.4 Pelaksanaan Penelitian................................................................. 17
3.5 Analisis Data................................................................................ 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ............................................... 23
4.2 Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata......................................... 26
4.3 Penilaian Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata......................... 28
4.4 Analisis Kelayakan Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata........ 42

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan................................................................................... 45
5.2 Saran............................................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 47
LAMPIRAN............................................................................................ 51

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Bobot Penilaian pada Kriteria.......................................................... 18

2. Kriteria Penilaian Daya Tarik Objek berbentuk Darat..................... 19

3. Kriteria Penilaian Aksesibilitas........................................................ 20

4. Kriteria Penilaian Sarana dan Prasarana Penunjang (Radius


10 Km dari Objek Wisata)............................................................... 21

5. Kriteria Penilaian Pemasaran........................................................... 21

6. Batas Wilayah Nagari Silokek......................................................... 24

7. Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Geopark Silokek....... 26

8. Hasil Penilaian terhadap Kriteria Daya Tarik Wisata Alam


Geopark Silokek............................................................................... 28

9. Hasil Penilaian terhadap Kriteria Aksesibilitas Wisata Alam


Geopark Silokek............................................................................... 36

10. Hasil Penilaian terhadap Kriteria Sarana dan Prasarana Wisata


Alam Geopark Silokek..................................................................... 38

11. Hasil Penilaian terhadap Kriteria Pemasaran Wisata Alam


Geopark Silokek............................................................................... 41

12. Penilaian Kelayakan Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata


Alam Geopark Silokek Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat....... 43

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Kondisi Keindahan Wisata Alam Geopark Silokek ........................ 30

2. Kegiatan Wisata di Geopark Silokek............................................... 32

3. Keunikan Sumber Daya Alam di Geopark Silokek......................... 34

4. Kondisi Kebersihan Wisata Alam Geopark Silokek........................ 35

5. Kondisi Aksesibilitas Wisata Alam Geopark Silokek..................... 37

6. Kondisi Sarana dan Prasarana Penunjang Wisata Alam Geopark


Silokek.............................................................................................. 39

7. Pemasaran Wisata Alam Geopark Silokek...................................... 42

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Peta Kawasan Geopark Silokek....................................................... 51

2. Rekapitulasi Kuesioner.................................................................... 52

3. Dokumentasi Penelitian................................................................... 56

viii
I PENDAHULUAN

I.1Latar Belakang

Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang menjadi

daya tarik tersendiri bagi setiap wisatawan domestik maupun mancanegara.

Berbagai program dilakukan oleh pemerintah Indonesia maupun pihak swasta

untuk mengembangkan potensi wisata di Indonesia. Selain mendatangkan devisa,

pariwisata juga meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia. Perkembangan

pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Salah satu

provinsi yang memiliki wisata yang indah yaitu Sumatera Barat.

Sumatera Barat memiliki potensi wisata dengan ragam bentuk keindahan

alam, budaya, dan kulinernya. Salah satu wilayah di Sumatera Barat yang

memiliki potensi wisata tersebut terdapat di Kabupaten Sijunjung yaitu objek

wisata alam Geopark Silokek. Geopark Silokek berada di Kenagarian Muaro,

Silokek dan Durian Gadang. Silokek merupakan kawasan yang ditetapkan

sebagai Geopark Nasional pada tanggal 29 November 2018 oleh Menteri

Pariwisata, Arif Yahya. Setelah ditetapkan sebagai Geopark Nasional, maka

harapan selanjutnya adalah dapat mendaftar sebagai UNESCO Global Geopark

(UGG).

Geopark adalah suatu kawasan lindung berskala nasional yang memiliki

warisan geologi yang khas yang dapat dikembangkan melalui aspek konservasi,

pendidikan, dan pembangunan berkelanjutan. Tidak hanya unsur geologi,

geopark juga tidak terpisahkan dari unsur lanskap yang memiliki nilai estetika.

Situs ekologi, nilai arkeologi, sejarah dan budaya masyarakat saling berkaitan dan

demikian tidak dapat dipisahkan. (UNESCO, 2008)

1
Geopark Silokek memiliki banyak potensi sumber daya alam yang masih

alami dan masih terjaga kelestariannya untuk dijadikan tempat wisata. Faizal

(2021) menyatakan, pesona keindahan alam yang ditawarkan pada kawasan ini

diantaranya pasir putih di tepi sungai Batang Kuantan, tebing bebatuan, ngalau

(gua) dan air terjun. Selain itu, terdapat flora dan fauna langka yang berada di

kawasan tersebut. Pemanfaatan keindahan dan kekayaan alam yang ada di

Geopark Silokek bukan berarti mengubah secara total, tetapi mengelola dan

mengembangkan potensi yang ada secara lestari.

Adanya beberapa kendala dan permasalahan dalam pengembangan wisata

alam Geopark Silokek seperti kurangnya sumber daya manusia, belum

maksimalnya pengelolaan potensi objek, aksesibilitas, sarana dan prasarana

pendukung dan pemasaran sehingga perlu dilakukan penilaian kelayakan

berdasarkan Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata

Alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003. Penilaian kelayakan ini

bermanfaat untuk mengetahui kekurangan dari objek wisata serta

mengidentifikasi lebih banyak potensi objek wisata yang dapat dikembangkan di

Geopark Silokek. Selain itu, penilaian kelayakan juga dapat memberikan

informasi penting bagi stakeholders terkait dalam penyusunan rencana

pengembangan wisata sehingga dapat memperpanjang status Geopark Silokek

sebagai Geopark Nasional. Memperhatikan hal tersebut, maka perlu dilakukan

penelitian dengan judul “Penilaian Kelayakan Potensi Objek dan Daya Tarik

Wisata Alam Geopark Silokek Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat”

2
I.2 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menilai kelayakan potensi objek dan daya

tarik wisata alam Geopark Silokek Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat.

3
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata

Darmadjati (2001) menyatakan potensi wisata adalah segala sesuatu yang

terdapat di suatu daerah yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata atau

segala hal keadaan yang nyata atau dapat diraba, maupun yang tidak dapat diraba,

yang digarap dan diatur sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan dan

diwujudkan. Identifikasi adalah penentuan atau penetapan identitas seseorang atau

benda. Identifikasi merupakan proses penting sebagai upaya yang dilakukan

dalam pengembangan objek-objek wisata. Dalam kepariwisataan, potensi wisata

merupakan unsur pengadaan (supply) yang perlu ditawarkan kepada konsumen

(Arifiana, 2016).

Marpaung (2002) menyatakan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah

suatu bentukan atau aktivitas, fasilitas yang saling berkaitan dan menarik minat

wisatawan atau pengunjung untuk datang ke tempat tertentu. Daya tarik yang

belum dikembangkan disebut sebagai sumberdaya potensial dan belum dapat

disebut sebagai daya tarik wisata sampai adanya pengembangan tertentu. Jenis

objek dan daya tarik wisata dibagi ke dalam 2 kategori yaitu:

1. Objek dan daya tarik wisata alam.

2. Objek dan daya tarik wisata sosial budaya.

Suatu daerah akan memungkinkan memiliki “daya tarik” tertentu yang

menyebabkan orang akan tertarik mengunjungi daerah tersebut, misalnya untuk

sekedar jalan-jalan, berbelanja, berwisata, menonton pagelaran budaya, seminar

dan lain-lain. Daya tarik yang dimiliki oleh suatu daerah tujuan wisata adalah

sesuatu yang bisa dilihat dan mempunyai nilai natural dan budaya seperti

4
pemandangan alam, peninggalan purbakala, pertunjukan atau kegiatan yang

bernilai rekreasi, olahraga, penelitian atau wisata berbelanja dengan membeli

barang sebagai cinderamata (Yoeti, 2005).

Wiwoho (1990) dalam Romani (2006) menyatakan bahwa dalam dunia

kepariwisataan istilah objek wisata mempunyai pengertian sebagai sesuatu yang

dapat menjadi daya tarik bagi seseorang atau calon wisatawan untuk mau

berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Daya tarik tersebut antara lain dapat

berupa:

a. Sumber-sumber daya tarik yang bersifat alamiah seperti iklim, pemandangan

alam, lingkungan hidup, fauna, flora, kawah, danau, sungai, karang dan ikan di

bawah laut, gua-gua, tebing, lembah dan gunung.

b. Sumber-sumber buatan manusia berupa sisa-sisa peradaban masa lampau,

monumen bersejarah, rumah peribadatan, museum, peralatan musik, tempat

pemakaman dan lain-lain.

c. Sumber-sumber daya tarik yang bersifat manusiawi. Sumber manusiawi

melekat pada penduduk dalam bentuk warisan budaya misalnya tarian,

sandiwara, drama, upacara adat, upacara penguburan mayat, upacara

keagamaan, upacara perkawinan dan lain-lain.

Menurut Ridwan (2012) dalam Londong (2021), objek wisata merupakan

sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa

keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi

tujuan wisatawan. Keanekaragaman sumber daya alam seperti keindahan alam,

keunikan, keaslian, kesejukan, gejala alam, budaya dan sejarah merupakan potensi

luar biasa yang dapat dikembangkan menjadi salah satu tujuan wisata. Syam

5
(2018) menyatakan nilai potensi wisata didapatkan melalui penilaian kondisi

objek atau landskap yaitu terkait keaslian dan keunikan objek dalam suatu

kawasan.

Darsoprajitno (2002) menyatakan bahwa menampilkan daya tarik wisata

alam dapat berdampak positif apabila disertai oleh tata lingkungan yang memadai.

Menurut Sudarto (1999) dalam Romani (2006), unsur-unsur paling penting yang

menjadi daya tarik dari sebuah daerah tujuan ekowisata adalah kondisi alamnya,

kondisi flora dan fauna yang unik, langka dan endemik, kondisi fenomena

alamnya, kondisi adat dan budaya.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.9 Tahun 1990 tentang

kepariwisataan, definisi daya tarik dan objek wisata adalah segala sesuatu yang

menjadi sasaran wisata baik itu pembangunan objek dan daya tarik wisata

dilakukan dengan mengusahakan, mengelola, dan membuat objek-objek baru

yang menarik minat pengunjung. Objek dan daya tarik wisata dalam Undang-

Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan sebagai

berikut:

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, berwujud keadaan

alam, flora, dan fauna, seperti pemandangan alam, panorama indah, hutan

rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka. 

2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia, berwujud museum,

peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, pertanian (wisata

agro), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan

lainnya. 

6
3. Sasaran wisata minat khusus, seperti berburu, mendaki gunung, gua, industri

dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah,

tempat-tempat ziarah, dan lain-lain

4. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di

bidang tersebut. Dengan demikian, pariwisata meliputi semua kegiatan yang

berhubungan dengan perjalanan wisata.

2.2 Wisata Alam

Dirjen PHKA (2001) menyatakan bahwa wisata alam merupakan kegiatan

perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela

serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam.

Sedangkan menurut Kodhyat (1996) wisata alam yang lebih banyak diminati

adalah wisata alam yang lebih lunak dengan resiko yang lebih ringan, namun

unsur-unsur alamiah tetap memegang peranan penting. Sehingga wisata alam

merupakan perjalanan ke kawasan belum terjamah (virgin), belum terganggu atau

terkontaminasi dengan tujuan khusus, tidak sekedar rekreasi tetapi untuk

mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan alam, flora dan fauna

kultural langka (wildlife) beserta segala manifestasi kultural yang ada di kawasan

tersebut.

Wisata alam mempunyai beberapa komponen yang terdapat di dalamnya,

komponen tersebut menurut Cooper et al., (1998) terdiri dari:

1. Atraksi wisata baik berupa alam dan buatan (hasil karya manusia) atau

peristiwa (kegiatan) yang merupakan alasan utama kunjungan.

7
2. Fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan di daerah tujuan

wisata.

3. Akomodasi, makanan, dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk fisik,

namun juga harus dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan

kenangan pada lingkungan dan makanan setempat.

4. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor kesuksesan

daerah tujuan wisata.

5. Faktor pendukung lainnya seperti kegiatan pemasaran, pengembangan dan

koordinasi.

Suwantoro (1997) dalam Romani (2006) mengemukakan bahwa wisata

alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya

alam dan tata lingkungan. Kegiatan wisata alam merupakan kegiatan rekreasi dan

pariwisata pendidikan, penelitian, kebudayaan dan cinta alam yang dilakukan di

dalam objek wisata. Menurut PHPA (1996) dalam Romani (2006), kegiatan

wisata alam di dalam kawasan konservasi diarahkan pada upaya pendayagunaan

potensi objek wisata alam dengan tetap memperhatikan prinsip keseimbangan

antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian alam.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2003)

menyatakan bahwa secara konseptual ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu

konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung

upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberikan manfaat ekonomi

kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Berdasarkan segi pengelolaannya

ekowisata dapat didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang

8
bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat

berdasarkan kaidah alam yang secara ekonomi berkelanjutan dan mendukung

upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) serta meningkatkan

kesejahteraan masyarakat setempat.

Sudarto (1999) dalam Romani (2006) menyatakan bahwa kegiatan

(petualangan, pendidikan dan penelitian) ekowisata juga merupakan daya tarik

dalam sebuah produk ekowisata. Selain itu unsur lainnya juga ikut menentukan

dalam mengembangkan Daerah Tujuan Ekowisata (DTE) tersebut. Sarana

penunjang komunikasi, transportasi, keamanan, dan juga kesiapan masyarakat

setempat harus menjadi pertimbangan utama. Faktor yang membuat suatu

kawasan potensial untuk dikembangkan menjadi proyek ekowisata adalah

keanekaragaman atraksi meliputi atraksi alam (nature made) yaitu flora, fauna dan

fenomena alam. Atraksi budaya (culture) berupa peninggalan budaya seperti

candi, artefak, makam-makam kuno, adat istiadat dan budaya seperti upacara

agama, perkawinan dan kematian. Atraksi penelitian dan pendidikan seperti

penelitian flora dan fauna serta pendidikan lingkungan. Atraksi olah raga dan

petualangan seperti olah raga air, olah raga darat, dan olah raga dirgantara.

Ekowisata yang merupakan salah satu bagian atau subsektor industri

parawisata yang sangat banyak dikunjungi oleh wisatawan dalam negeri maupun

mancanegara. Daya tarik utama dari ekowisata adalah kondisi alam sebagai

operasi tur dan secara geografis yang mengarahkan wisatawan ke objek tujuan.

Sedangkan layanan atau fasilitas yang disediakan hanya bagian dari paket wisata

yang ditawarkan (Yilma et al., 2016 dalam Rijal et al., 2020).

9
Menurut Low Choy dan Heillbronn (1996) dalam Amrullah, Muhammad

Amin dan Wijayanti (2019), merumuskan 5 faktor batasan yang mendasar dalam

penentuan prinsip utama ekowisata, yaitu:

1. Lingkungan, ecotourism bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang relatif

belum tercemar atau terganggu.

2. Masyarakat, ecotourism harus memberikan manfaat ekologi, sosial, dan

ekonomi langsung kepada masyarakat.

3. Pendidikan dan pengalaman, ecotourism harus dapat meningkatkan

pemahaman dan lingkungan alam dan budaya dengan adanya pengalaman yang

dimiliki.

4. Ecotourism dapat memberikan sumbangan positif bagi keberlanjutan ekologi

lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

5. Manajemen, ecotourism harus dikelola secara baik dan menjamin

sustainability lingkungan alam, budaya yang bertujuan untuk peningkatan

kesejahteraan sekarang maupun generasi mendatang.

2.3 Geopark Silokek

Geopark Silokek berada dalam kawasan hutan lindung, hutan produksi,

hutan produksi terbatas, kawasasan suaka alam/kawasasan pelestarian alam, dan

hutan produksi konservasi (Lampiran 1). Situs-situs geologi di kawasan Geopark

Silokek telah memperoleh perlindungan tingkat nasional melalui SK Menteri

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: SK.603/Menlhk/Setjen/PLA.2/8/2016

tentang Penetapan Fungsi Pokok Kawasan Suaka Alam Kawasan Pelestarian

Alam sebagai Taman Wisata Alam Batang Pangian I di Kabupaten Sawahlunto

10
Sijunjung Provinsi Sumatera Barat yang menetapkan kawasan tersebut menjadi

kawasan konservasi seluas 14.288 ha (Kementrian Kehutanan, 2016).

Perlindungan kawasan Geopark Silokek pada tingkat kabupaten dikukuhkan

melalui Peraturan Kabupaten Sijunjung No. 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Sijunjung tahun 2011-2031 (Pemerintah Kabupaten

Sijunjung, 2012).

Izin pengelolaan hutan di Nagari Silokek adalah hutan kemasyarakatan

yang di fasilitasi oleh Kesatuan Pengelola Hutan (KPH). KPH yang terdapat di

Kabupaten Sijunjung adalah Kesatuan Pengelola Hutan Lindung (KPHL) Model

Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat yang ditetapkan oleh

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

Nomor:SK.331/Menhut-II/2010 (Kementrian Kehutanan, 2010). Dalam

Keputusan Bupati Sijunjung Nomor: 188.45/338/KPTSBPT-2016 tentang

Penetapan Kawasan Wisata Strategis dan Destinasi Pariwisata di Kabupaten

Sijunjung, telah ditetapkan 66 objek wisata yang terdiri dari 46 objek wisata alam,

12 objek wisata budaya dan 8 objek wisata minat khusus (LAKIP Dinas Parpora

Kab. Sijunjung, 2017).

Secara geologi, Silokek sangat menarik karena telah melewati 3 (tiga) era

dalam skala waktu geologi yang tercermin dalam susunan batuan yang

membentuk kawasan. Batuan tertua di kawasan ini terbentuk pada Era

Paleozoikum tepatnya pada Periode Permian (299-252 juta tahun yang lalu) dan

Carboniferous (359-299 juta tahun yang lalu). Kondisi morfologi Silokek terlihat

berupa tebing karst dengan kemiringan landai dan bergelombang berada pada

ketinggian 200-400 meter. Sedangkan daerah dengan ketinggian 500-600 meter

11
merupakan daerah puncak kawasan bukit karst. Punggungan atau bukit-bukit

memanjang/elipsoid, berukuran panjang rata-rata 400-600 meter dan lebar 100-

150 meter. Disamping bukit-bukit karst, daerah ini juga memiliki

keanekaragaman hayati dan keragaman budaya yang tinggi (Dossier Silokek,

2018).

Penetapan Silokek sebagai Geopark Nasional ditandai dengan penyerahan

sertifikat Geopark Nasional oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya kepada Bupati

Sijunjung, Yuswir Arifin di Museum Tambang Antam Kecamatan Nanggung

Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada tanggal 30 November 2018. Setelah

ditetapkan sebagai Geopark nasional, maka harapan selanjutnya adalah dapat

mendaftar sebagai UNESCO Global Geopark (UGG). Keuntungan yang diperoleh

jika menjadi anggota UGG antara lain:

1. Terpromosikan secara internasional tanpa biaya besar.

2. Menjadi ikon baru pariwisata yang berbasis masyarakat dan konservasi

sehingga dapat lebih menarik wisatawan mancanegara untuk berkunjung.

3. Menjunjung komitmen program pembangunan berkelanjutan sebagaimana

yang terdapat dalam Agenda 21 (Tim Geopark Ranah Minang, 2018).

12
III METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Nagari Silokek, Kecamatan Sijunjung,

Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Maret-April 2022.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu dokumen pendukung

penelitian yang didapat dari jurnal ilmiah dan dokumen Profil Nagari Silokek.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pedoman Analisis Daerah

Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA

tahun 2003, kuesioner wawancara untuk responden, alat tulis menulis, alat

perekam suara untuk wawancara, kamera untuk keperluan dokumentasi dan

laptop.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Jenis Data

1. Data Primer

Data Primer diperoleh peneliti secara langsung melalui sumber dan

temuan secara langsung di lapangan. Perolehan data mengacu pada temuan yang

dilakukan di lapangan maupun dari berbagai sumber yang menjadi responden

peneliti. Data primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data utama yang

digunakan untuk mendapat jawaban tentang penilaian potensi objek dan daya tarik

13
wisata alam Geopark Silokek. Hal ini dilakukan dengan observasi dan wawancara

menggunakan kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui informasi-informasi yang dikumpulkan

melalui media masa maupun dokumen-dokumen yang didapatkan dari instansi

terkait. Data sekunder ini digunakan untuk melengkapi data dan informasi yang

diperoleh dari data primer. Data sekunder dilakukan untuk mendapatkan data-

data kepustakaan yang berkaitan dengan kondisi dan potensi Geopark Silokek.

Dalam hal ini data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari Data Profil Nagari

Silokek, studi literatur atau referensi lainnya yang berupa jurnal, buku, artikel dan

penelusuran lainnya.

3.3.2 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan Pedoman

Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA)

Dirjen PHKA tahun 2003 dan analisis deskriptif. Pendekatan ini digunakan untuk

menilai kelayakan objek wisata di Geopark Silokek Kabupaten Sijunjung

Sumatera Barat. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan:

1. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab

secara langsung dengan pihak yang berhubungan langsung dengan objek

penelitian. Wawancara dilakukan secara terstruktur sesuai dengan kuesioner

Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-

ODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003 meliputi daya tarik ODTWA berbentuk

darat, aksesibilitas, sarana dan prasarana penunjang, dan pemasaran.

14
2. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data dengan cara mengamati secara

langsung pada objek atau kegiatan yang berhubungan dengan penelitian dan

mencatat hal-hal penting untuk bahan penelitian. Peneliti melakukan observasi

langsung di objek wisata alam Geopark Silokek Kabupaten Sijunjung Sumatera

Barat.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka digunakan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai

sumber seperti publikasi ilmiah, laporan, karya ilmiah, hasil penelitian, dan teori

yang berhubungan dengan keadaan umum lokasi penelitian dan berkaitan dengan

judul penelitian.

3.3.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2012), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dari penelitian ini adalah populasi fisik meliputi keadaan fisik wilayah

dan potensi objek daya tarik wisata alam di Nagari Silokek Kabupaten Sijunjung

Sumatera Barat. Populasi non fisik yang digunakan ialah pengelola dan

pengunjung Geopark Silokek.

15
2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti mengalami keterbatasan dana,

tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi itu (Sugiyono, 2014).

b. Sampel fisik meliputi potensi ODTWA berbentuk darat, aksesibilitas, sarana

prasarana, dan pemasaran.

c. Penentuan pengambilan sampel non fisik peneliti bagi menjadi dua kategori

yaitu:

1. Narasumber dari pengelola Geopark diambil 12 orang dengan metode

purposive sampling. Narasumber ini dipilih dikarenakan dianggap paham

mengenai kondisi Geopark Silokek, terlibat dalam pengelolaan Geopark

Silokek, dan pemerintahan setempat. Purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel dalam hal ini terbatas pada jenis orang tertentu yang

dapat memberikan informasi yang diinginkan, baik karena mereka adalah

satu-satunya pihak yang memilikinya, atau mereka memenuhi beberapa

kriteria yang ditentukan peneliti (Sekaran dan Bougie, 2017).

Pengelola Geopark Silokek terdiri dari ketua Pokdarwis Muko-muko,

ketua Pokdarwis Sangkiamo, ketua Pokdarwis Batang Taye beserta dua

orang anggota dari masing-masing Pokdarwis. Bapak Tiyarlis, S.Pd selaku

Kasi Kesejahteraan Pemerintahan Wali Nagari Silokek. Bapak Ridwan,

S.Hut selaku manajer pengelola Geopark Silokek dan Bapak Afrineldi,

S.H selaku Kepala Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Sijunjung.

16
2. Narasumber dari pengunjung Geopark diambil sebanyak 30 orang. Sesuai

dengan pendapat Kerlinger dan Lee (2000) dalam Fakhrudin (2016),

menyarankan sebanyak 30 sampel sebagai jumlah minimal sampel dalam

penelitian kuantitatif. Responden berusia lebih dari 18 tahun.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian di lapangan sebagai berikut:

1. Menghubungi perangkat desa seperti kepala desa untuk dimintai

kesediaan dalam pelaksanaan penelitian di Nagari Silokek.

2. Sesudah mendapatkan izin peneliti mengurus surat perizinan ke Badan

Pengelola Geopark Silokek.

3. Peneliti memperkenalkan diri serta memberitahukan maksud dan tujuan

penelitian dan meminta kesediaan calon responden. Untuk wawancara

dengan pengelola peneliti mendatangi pihak terkait yang disesuaikan

dengan tempat dan waktu yang sebelumnya sudah disetujui. Untuk

wawancara dengan pengunjung peneliti langsung meminta kesediaannya

untuk menjadi responden. Apabila mereka bersedia maka langsung

diberikan kuesioner wawancara.

4. Apabila wawancara telah selesai maka akan dilakukan analisis data dan

dilanjutkan dengan membuat hasil dan kesimpulan penelitian.

5. Setelah itu, peneliti memaparkan hasil penelitian.

17
3.5 Analisis Data

Pengolahan data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

3.5.1 Analisis ODTWA

Metode penilaian kelayakan ekowisata dengan kriteria penilaian menurut

Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-

ODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003 sesuai dengan nilai yang telah ditentukan

untuk masing-masing kriteria.

Komponen yang dinilai dalam penelitian ini yaitu:

(1) Daya tarik ODTWA berbentuk darat

(2) Aksesibilitas

(3) Sarana dan prasarana penunjang

(4) Pemasaran

Tabel 1. Bobot penilaian pada kriteria


Kriteria Bobot
1. Daya tarik ODTWA berbentuk darat 6
2. Aksesibilitas 5
3. Sarana dan Prasarana Penunjang 3
4. Pemasaran 4
Sumber: ODTWA PHKA 2003

Teknik penggunaan tabel kriteria penilaian ialah dengan melingkari

unsur/sub unsur yang terdapat dalam objek dengan nilai sesuai. Jumlah unsur/sub

unsur akan menentukan nilai. Nilai yang sudah diketahui selanjutnya dikalikan

dengan bobot maka diketahui skor kriteria (PHKA, 2003). Jumlah skor/nilai untuk

satu kriteria dihitung dengan persamaan (Aryanto, 2015):

S=NxB

Keterangan:
S = Skor/nilai suatu kriteria
N = Jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria
B = Bobot nilai

18
Penilaian masing-masing kriteria terdiri dari unsur dan sub unsur yang

saling berkaitan. Suatu kriteria dalam penilaian unsur dan sub unsur dapat

berlainan, tergantung dari kondisi objek yang dinilai. Kriteria Penilaian dan

Pengembangan (Modifikasi Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya

Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003) dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria Penilaian Daya Tarik berbentuk Darat


No. Unsur/Sub Unsur Nilai
1. Keindahan alam: Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Pandangan lepas dalam 30 25 20 15 10
objek
b. Variasi pandangan
dalam objek
c. Pandangan lepas
menuju objek
d. Keserasian warna dan
bangunan dalam objek
e. Pandangan lingkungan
objek
2. Keunikan sumber daya alam: Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Sumber air panas 30 25 20 15 10
b. Gua
c. Air Terjun
d. Flora Fauna
e. Adat istiadat/budaya
3. Banyaknya jenis sumber daya Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
alam yang menonjol: 30 25 20 15 10
a. Batuan
b. Flora
c. Fauna
d. Air
e. Gejala Alam
4. Keutuhan Sumber Daya Alam: Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Batuan 30 25 20 15 10
b. Flora
c. Fauna
d. Ekosistem
e. Kualitas/kondisi
lingkungan
5. Kepekaan sumber daya alam: Ada 5 Ada 4 Ada Ada 2 Ada 1
a. Batuan 30 25 20 15 10
b. Flora
c. Fauna
d. Erosi
e. Ekosistem

19
Tabel 2. (Lanjutan)
No. Unsur/Sub Unsur Nilai
6. Jenis kegiatan wisata alam: Lebih Ada 6- Ada 4- Ada 2- Ada
a. Tracking 7 7 5 3 1
b. Camping 30 25 20 15 10
c. Panjat Tebing
d. Arum jeram/Rafting
e. Memancing
f. Bird watching
g. Religius
h. Pendidikan
7. Kebersihan lokasi Tidak Ada 1- Ada 3- Ada 5- Ada
dicemari/dipengaruhi oleh: ada 2 4 6 7
a. Alam 30 25 20 15 10
b. Industri
c. Jalan ramai motor/mobil
d. Pemukiman penduduk
e. Sampah
f. Binatang (pengganggu)
g. Corat-coret/vandalism
8. Keamanan kawasan: Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada
a. Penebangan liar dan 1
perambahan 30 25 20 15 10
b. Kebakaran
c. Gangguan terhadap
flora/fauna
d. Arus berbahaya
e. Pencurian

Tabel 3. Kriteria Penilaian Aksesibilitas


No. Unsur/Sub Unsur Nilai
1. Kondisi jalan darat Baik Cukup Kurang Buruk
dari pusat kota 30 25 20 15
2. 10-15
< 5 km 5-10 km >15 km
Jarak dari pusat kota km
30 25 20 15
3. Waktu tempuh dari pusat 1-2 jam 2-3 Jam 3-4 Jam >5 jam
Kota 30 25 20 15

20
Tabel 4. Kriteria Penilaian Sarana dan Prasarana Penunjang (Radius 10 km dari
objek wisata)
No. Unsur/Sub Unsur Nilai
1. Sarana Penunjang: Tidak
>4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Akomodasi Ada
b. Rumah makan/minum
c. Sarana wisata budaya
d. Sarana angkutan
50 40 30 20 10
umum
e. Toko cendramata
f. Pasar
2. Prasarana penunjang: Tidak
>4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Jalan Ada
b. Jaringan listrik
c. Jaringan air minum
d. Jaringan telepon
e. Kantor pos 50 40 30 20 10
f. Puskesmas
g. Tempat ibadah
h. Areal parker

Tabel 5. Kriteria penilaian Pemasaran


No. Unsur/Sub Unsur Nilai
1. a. Tarif/harga terjangkau Ada
Ada 4 Ada 3 Ada 2
b. Produk wisata (ODTWA) 1
bervariasi
c. Sarana penyampaian
30 25 15 5
informasi
d. Promosi

Tingkat kelayakan setiap kriteria diketahui melalui perhitungan sederhana

dengan rumus (Karsudi, 2010):

S
Presentase Kelayakan = x 100 %
S Maksimal

Keterangan:
S = Skor/nilai suatu kriteria
S maks = Skor maksimal pada setiap kriteria

Indeks kelayakan suatu kawasan wisata adalah sebagai berikut (Karsudi,


2010):
1. Tingkat kelayakan > 66,6%: layak dikembangkan

2. Tingkat kelayakan 33,3%-66,6%: belum layak dikembangkan

21
3. Tingkat kelayakan < 33,3%: tidak layak dikembangkan

3.5.2 Analisis Deskriptif

Hasil pengolahan data mengenai objek dan daya tarik wisata alam tersebut

kemudian diuraikan secara deskriptif untuk menggambarkan situasi atau objek

dalam fakta yang sebenarnya secara sistematis, karakteristik dari subjek dan objek

tersebut diteliti secara akurat, tepat dan sesuai kejadian sebenarnya.

22
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Umum Nagari Silokek

Sejarah terbentuknya Nagari Silokek dimulai ketika ada dua saudara laki-

laki di Kampuang Tuo Balai Tongah, yang bernama Datuak Marabanso dan

adiknya bergelar Datuak Palowan Besar, mereka hidup dari bertani. Namun, suatu

hari timbul kesalahpahaman dan terjadi ketidaksesuaian antara pengelolaan sawah

dengan pembagian sawah, lebih banyak Datuak Marabanso mengelola sawah

dibandingkan Datuak Palowan Besar. Dari kejadian ini, membuat adiknya yaitu

Datuak Palowan Besar berkecil hati atau istilah pituah minang “Ojuak nan

mambaok ilang, sogagh nan mambaok mati”. Kemudian suatu hari Datuak

Palowan Besar meninggalkan Kampuang Tuo Balai Tongah dan meninggalkan

Datuak Marabanso, beliau pergi berjalan kaki menelusuri Batang Kuantan.

(Pemerintah Nagari Silokek, 2021)

Selama perjalanan, adiknya bersikeras bahwa dia tidak ingin kembali ke

Kampuang Tuo Balai Tongah, jadi mereka bermusyawarah mufakat disebuah

sungai dimana mereka memutuskan batogeshi dan sungai tersebut dinamakan

Sungai Thoge. Dari musyawarah mereka, adiknya tidak mau pulang lagi, jadi

timbul pertanyaan dari Datuak Marabanso yang berbunyi sebagai berikut:

Kakak : Yo indak kan babaliak kalian ka ilie lai ? (Apakah benar kamu tidak
ingin pulang ke kampung?)
Adik : Indak (Tidak)
Kakak : Kan lokek kalian di situ ? (Apakah kalian akan tinggal di sana ?)
Adik : Iyo ( Iya)

23
Dari kata lokek itulah asal muasal nama Silokek. Akhir cerita yang Datuak

Marabanso pulang ke Kampuang Tuo Balai Tongah (Durian Gadang) dan Datuak

Palowan Besar pulang ke Tanjuang Medan (Silokek). (Pemerintah Nagari

Silokek, 2021)

4.1.2 Kondisi Umum Nagari Silokek

Nagari Silokek adalah nagari yang berada di Kecamatan Sijunjung

Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat. Luas wilayah Nagari Silokek

adalah 1.918 ha dengan ketinggian tempat 150-200 mdpl dengan suhu rata-rata

harian 23-24℃ pertahun. Batas-batas Nagari Silokek dapat dilihat pada Tabel 6.

(Pemerintah Nagari Silokek, 2021)

Tabel 6. Batas Wilayah Nagari Silokek


Batas Wilayah
Sebelah Utara Nagari Durian Gadang
Sebelah Timur Nagari Aie Angek
Sebelah Selatan Nagari Muaro
Sebelah Barat Kecamatan Sumpur Kudus
Sumber: Pemerintah Nagari Silokek

Menurut Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model

Sijunjung (2013), Nagari Silokek termasuk ke dalam wilayah Pengelolaan Hutan

KPHL Model Sijunjung Resort Batang Lisun. Nagari Silokek memiliki hutan

kemasyarakatan seluas 500 ha. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik

Indonesia No.P-88/Menhut-II/2014, hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan

Negara yang pemanfaatannya ditujukan untuk pemberdayaan kesejahteraan

masyarakat yang tinggal di dalam maupun di sekitar kawasan hutan.

Pemerintah Nagari Silokek (2021) menyatakan luas kawasan hutan

lindung di Nagari Silokek adalah 1.400 ha. Luas kawasan sawah di Nagari

24
Silokek adalah 30 ha, namun dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap

tahunnya lahan sawah semakin berkurang karena dijadikan pemukiman. Selain

itu, luasan kawasan perkebunan atau pertanian adalah 83 ha, kawasan ladang 65

ha, kawasan pekarangan 30 ha, dan luasan kawasan lain-lain adalah 310 ha.

Kawasan Geopark Silokek terletak di Kecamatan Sijunjung dan

Kecamatan Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung (Lampiran 1). Geopark Silokek

berada di tiga kenagarian yaitu Kenagarian Silokek, Muaro dan Durian Gadang.

Nagari Silokek merupakan pusat dari Geopark Silokek dikarenakan memiliki

objek yang lebih beragam dibandingkan daerah lainnya. Penduduk Nagari Silokek

tersebar dalam dua jorong, yaitu Jorong Sangkiamo dan Tanjung Medan.

Data jumlah penduduk Nagari Silokek berdasarkan Profil Nagari Tahun

2021 yaitu sebesar 1.476 jiwa yang terdiri dari 739 jiwa perempuan dan 737 laki-

laki. Tingkat perekonomian masyarakat Nagari Silokek tergolong lemah, sebagian

masyarakat berprofesi sebagai petani dan hasilnya kurang memuaskan. Selain itu,

sumberdaya masyarakat di Nagari Silokek juga tergolong masih rendah sehingga

tingkat keberhasilan usaha lainnya juga masih rendah. (Pemerintah Nagari

Silokek, 2021)

25
4.2 Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan responden diketahui

Geopark Silokek memiliki berbagai Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam

(ODTWA) meliputi alami, buatan manusia, wisata minat khusus, dan pariwisata.

Potensi objek dan daya tarik wisata alam Geopark Silokek dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Geopark Silokek
No. Objek dan Daya Tarik Jenis Keterangan
Wisata Alam
(ODTWA)
1. Alami a. Keadaan alam:
- Keindahan lanskap - Tebing bebatuan
Geopark Silokek

- Ngalau (gua) - Ngalau Basurek


- Ngalau Talago
- Ngalau Seribu

- Air Terjun - Air Terjun Batang Taye


- Air Terjun Sangkiamo
- Air Terjun Bukik Kajai
- Air Terjun Sisiak Ikan

- Pasir Putih
- Sungai

b. Flora - Bunga Bangkai dan Bunga


Sehelai Daun

c. Fauna - Burung Enggang, Siamang,


Ikan Purba (Bagarius
bagarius), Landak,
Kambing Hutan,
Trenggiling dan Harimau

2. Buatan manusia a. Rest Area - Rest Area untuk spot foto


dan lokasi untuk camping

b. Kolam pemandian - Kolam ini berada di tepi


sungai Batang Kuantan dan
dibuka setiap hari Sabtu
dan Minggu

26
Tabel 7. (Lanjutan)
No. Objek dan Daya Tarik Jenis Keterangan
Wisata Alam
(ODTWA)
3. Wisata minat khusus a. Tracking - Tracking ke Puncak
Sangkiamo dan ke air terjun

- Pasir Putih, Rest Area, Puncak


b. Camping Sangkiamo, kafe Mika

- Pintu Ngalau dan Ngalau


Seribu
c. Panjat Tebing - Ngalau Talago dan Ngalau
Basurek
d. Caving

e. Arum Jeram
f. Memancing
g. Bird - Bakaua adat dan manjalang
Watching tompat
- Geologi, biologi, dan budaya
h. Religius

i. Wisata
Pendidikan
4. Pariwisata a. Aksesibilitas - Kondisi jalan dari pusat kota
adalah cukup karena masih
terdapat kerusakan di
beberapa titik

b. Sarana dan - Sarana yang tersedia yaitu


Prasarana akomodasi, rumah makan dan
minum, sarana wisata budaya,
dan toko cendramata.
- Prasarana yang tersedia yaitu
akses jalanan yang cukup,
terdapat jaringan listrik,
jaringan air minum, puskesri,
areal parkir, tempat ibadah.

- Tarif atau harga terjangkau


c. Pemasaran - Produk wisata bervariasi
- Adanya sarana penyampaian
informasi melalui sosial
media, media cetak dan media
elektronik
- Adanya promosi wisata

27
Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan potensi objek dan daya tarik wisata

alam (ODTWA) Geopark Silokek. ODTWA alami terdiri atas keadaan alam,

flora, dan fauna. ODTWA buatan manusia terdiri atas rest area dan kolam

pemandian. Wisata minat khusus terdiri atas tracking, camping, panjat tebing,

caving, arum jeram, memancing, bird watching, wisata religius, dan wisata

pendidikan. Pariwisata di Geopark Silokek didukung dengan adanya aksesibilitas

yang memadai, sarana dan prasarana penunjang serta pemasaran wisata.

4.3 Penilaian Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam

4.3.1 Daya Tarik

Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki nilai dan keunikan

tersendiri berupa keanekaragaman alam, budaya dan hasil buatan manusia yang

dikunjungi oleh wisatawan. Devy dan Soemanto (2017) menyatakan bahwa dalam

suatu kegiatan wisata keberadaan objek dan daya tarik wisata merupakan hal

terpenting yang menjadi faktor utama yang membuat pengunjung mendatangi

daerah tujuan wisata. Adapun hasil penilaian kriteria daya tarik objek wisata di

Geopark Silokek dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Penilaian terhadap Kriteria Daya Tarik Wisata Alam Geopark
Silokek
No. Unsur Bobot Nilai Skor
1. Keindahan Alam 6 30 180
2. Keunikan Sumber Daya Alam 6 25 150
3. Jenis SDA yang menonjol 6 25 150
4. Keutuhan Sumber Daya Alam 6 25 150
5. Kepekaan Sumber Daya Alam 6 20 120
6. Jenis Kegiatan Wisata Alam 6 30 180
7. Kebersihan Lokasi 6 20 120
8. Keamanan Kawasan 6 20 120
Total 195 1.170

28
Tabel 8 menunjukkan nilai dari 8 unsur yang menjadi daya tarik pada

Geopark Silokek. Geopark Silokek merupakan kawasan ekowisata yang berada di

perbukitan. Tebing-tebing bebatuan menjulang tinggi serta pemandangan alam

yang indah memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Nilai total daya tarik

yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah sebesar 195 dengan skor total 1.170

(Lampiran 2). Unsur keindahan alam dan jenis kegiatan wisata alam memiliki

nilai paling tinggi. Unsur keindahan alam Geopark Silokek memperoleh nilai 30

dengan skor 180 karena memiliki pandangan lepas dalam objek, variasi

pandangan dalam objek, pandangan lepas menuju objek, keserasian warna dan

bangunan dalam objek serta memiliki pandangan lingkungan objek.

Keindahan alam Geopark Silokek dapat dilihat pada pemandangan lepas

di dalam objek seperti pemandangan dari Bukit Sangkiamo, pemandangan yang

bervariasi seperti persawahan, sungai, tebing bebatuan, ngalau (gua), air terjun

dan lainnya. Objek wisata alam sangat ditentukan oleh adanya flora dan fauna,

panorama alam yang indah, air terjun, sungai, sumber mata air, dan hutan rakyat

campuran (Panjaitan et al., 2015 dalam Molo et al., 2020). Keserasian warna

bangunan di dalam objek juga menambah nilai keindahan yang ada di Geopark

Silokek.

29
(a) Panorama dari Puncak (b) Persawahan
Sangkiamo (Sumber: dokumentasi pribadi)
(Sumber: Rubis Arlando tahun 2021)

(c) Sungai Batang Kuantan (d) Tebing Bebatuan


(Sumber: dokumentasi pribadi) (Sumber: dokumentasi pribadi)

(e) Ngalau (gua) Basurek (f) Air Terjun Batang Taye


(Sumber: dokumentasi pribadi) (Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 1. Kondisi Keindahan Wisata Alam Geopark Silokek

30
Unsur kegiatan wisata alam memperoleh nilai 30 dengan skor 180 karena

terdapat lebih dari tujuh kegiatan wisata alam di Geopark Silokek. Kegiatan

wisata alam yang dapat dilakukan di Geopark Silokek yaitu tracking menuju

Puncak Sangkiamo, Ngalau Talago dan Air terjun Batang Taye. Caving atau susur

ngalau (gua) yang dapat dilakukan pada Ngalau Talago dan Ngalau Basurek.

Wisata berkemah atau camping juga dapat dilakukan di Puncak Sangkiamo, Air

Terjun Batang Taye, rest area, pasir putih, dan daerah kafe mika. Panjat tebing

juga dapat dilakukan di samping Ngalau Basurek, Tebing bebatuan di dekat Pintu

Gerbang Geopark Silokek dan jalur yang mengarah ke Ngalau Seribu. Wisata

arum jeram dan memancing dapat dilakukan di Sungai Batang Kuantan. Ketika

waktu pagi dan sore hari pengunjung bisa mendengarkan suara burung atau

berwisata bird watching. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan Burung

Enggang bisa dilihat di objek wisata rest area dengan pemandangan tebing

bebatuan di Ngalau Seribu. Wisata religius yang ada di Geopark Silokek tepatnya

di Nagari Silokek yaitu Bakaua Adat dan Manjalang Tompat. Wisata pendidikan

tentang geologi, biologi, dan budaya dapat direalisasikan dengan kegiatan

Geopark Goes to school dan School Goes to Geopark. Syahrijati (2018) dalam

Kusuma (2019) menyatakan bahwa aspek pendidikan penting untuk

memperdalam ilmu tentang bumi melalui kunjungan lapangan dan pameran atau

festival biologi.

31
(a) Camping di Pasir Putih (b) Tracking ke Air Terjun
(Sumber: dokumentasi pribadi) (Sumber: dokumentasi pribadi)

(c) Memancing (d) School Goes to Geopark


(Sumber: dokumentasi pribadi) (Sumber: Fortuna A.A tahun 2022)

(e) Pergelaran Seni di Pasir Putih (f) Arum Jeram


(Sumber: Rubis Arlando tahun 2021) (Sumber: Rubis Arlando tahun 2021)

(g) Jembatan ke tempat ziarah (h) Panorama Rest Area


(Sumber: dokumentasi pribadi) (Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 2. Kegiatan wisata di Geopark Silokek

32
Keunikan sumber daya alam, jenis sumber daya alam yang menonjol,

keutuhan sumber daya alam yang ada pada Geopark Silokek memperoleh nilai 25

dengan skor 150. Keunikan sumber daya alam yang ada di Geopark Silokek yaitu

terdapat ngalau (gua), air terjun, flora & fauna dan adat istiadat beserta budaya.

Banyaknya sumber daya alam yang menonjol yaitu batuan, flora, fauna, dan air.

Batuan yang terdapat di kawasan Geopark Silokek terdiri dari batu gamping,

batuan purba, batuan karst, dan batuan granit. Flora yang menonjol di kawasan

Geopark Silokek adalah bunga bangkai dan bunga sehelai daun. Bunga bangkai

(Amorphophallus hirsutus) ditemukan di Ngalau Basurek pada bulan Februari

tahun 2020. Bunga sehelai daun (Monophyllaea horsifieldii) yang bermanfaat

untuk mengobati pembengkakan limfa dan beberapa jenis kanker. Fauna yang

menonjol yaitu burung Enggang, Siamang, Ikan Purba (Bagarius bagarius),

namun di kawasan tersebut masih ada ditemui Landak, Kambing Hutan,

Trenggiling dan Harimau. Adanya daya tarik berupa flora dan fauna yang

beragam merupakan faktor pendukung yang menarik minat wisatawan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Fatimah Alif (2017) yaitu keberadaan

kualitas flora yang sangat baik merupakan faktor utama pendukung

penyelenggarakan wisata minat khusus sebagai pariwisata. Terdapat 4 air terjun di

Geopark Silokek yaitu Air Terjun Batang Taye, Air Terjun Bukik Kajai, Air

Terjun Sangkiamo, dan Air Terjun Sisiak Ikan. Keutuhan sumber daya alam yang

ada di Geopark Silokek masih terjaga secara alami dilihat dari batuan, flora,

fauna, dan ekosistem.

Namun berdasarkan hasil pengamatan di Nagari Silokek kondisi

lingkungan ada yang tercemar seperti warna air Sungai Batang Kuantan yang

33
keruh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusuma (2019) yaitu air Sungai Batang

Kuantan terlihat keruh dan bewarna kuning kecoklatan yang diakibatkan oleh

adanya kegiatan penambangan emas (baik legal maupun illegal) serta

penambangan galian C (pasir, batu, kerikil) yang dilakukan pada anak Sungai

Batang Kuantan yakni Batang Palangki yang terletak antara Kabupaten Sijunjung

dan Kabupaten Solok.

(a) Bunga Sehelai Daun (b) Amorphophallus hirsutus


(Sumber: dokumentasi pribadi) (Sumber: dokumentasi pribadi)

(c) Batuan Karst (d) Batuan Dasar Cekungan


(Sumber: dokumentasi pribadi) Ombilin
(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 3. Keunikan Sumber Daya Alam di Geopark Silokek

Pada unsur kepekaan sumber daya alam, kebersihan lokasi dan keamanan

kawasan memperoleh nilai terendah yaitu 20 dengan skor 120. Kepekaan sumber

daya alam yang sering terjadi yaitu runtuhnya bebatuan, tanah longsor, serta

tercemarnya ekosistem perairan akibat penambangan emas yang menyebabkan air

sungai menjadi keruh. Kebersihan lokasi Geopark Silokek tidak ada pengaruh dari

34
industri, jalan ramai, dan pemukiman penduduk tetapi mendapat pengaruh dari

sampah yang dibuang sembarangan oleh pengunjung, sampah dari alam,

vandalism (corat-coret) di pendopo dan dinding ngalau (gua) serta kotoran hewan

ternak yang mengotori jalanan. Sedangkan pada unsur keamanan kawasan

Geopark Silokek bebas dari kebakaran hutan dan pencurian tetapi gangguan

terhadap flora dan fauna, penebangan liar dan arus berbahaya masih ditemukan di

kawasan tersebut.

(a) Sampah Sembarangan (b) Vandalism


(Sumber: dokumentasi pribadi) (Sumber: dokumentasi pribadi)

(c) Sampah Dedaunan (d) Kotoran Ternak


(Sumber: dokumentasi pribadi) (Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 4. Kondisi Kebersihan Wisata Alam Geopark Silokek

4.3.2 Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah faktor yang dapat mempermudah pengunjung

berpergian dari tempat tinggal menuju lokasi objek wisata sehingga menjadi perlu

diperhatikan. Haryanti dan Candra (2017) menyatakan bahwa aksesibilitas

35
merupakan kemudahan yang dibutuhkan bagi semua orang untuk mempermudah

kegiatan guna mewujudkan segala aspek kebutuhan. Adapun hasil penilaian

kriteria aksesibilitas objek wisata di Geopark Silokek dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Penilaian terhadap Kriteria Aksesibilitas Wisata Alam Geopark


Silokek
No. Unsur Bobot Nilai Skor
1. Kondisi jalan dari pusat kota 5 25 125
2. Jarak dari pusat kota 5 20 100
3. Waktu tempuh dari pusat kota 5 30 150
Total 75 375

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan nilai total yang diperoleh dari penilaian

aksesibilitas adalah 75 dengan skor total 375 (Lampiran 2). Unsur kondisi jalan

dari pusat kota adalah cukup karena memperoleh nilai 25 dengan skor 125. Hal ini

dikarenakan masih adanya jalanan yang rusak, berlubang, ukuran jalan yang

sempit, adanya aspal yang terputus, dan longsor. Salah satu faktor penyebab

kerusakan jalan ini adalah banjir di Nagari Silokek ketika musim hujan. Pendapat

ini didukung dengan penelitian Faizal (2021) yang menyatakan kondisi jalan

menuju Geopark Silokek sudah bagus dan masih terdapat di beberapa titik jalan

yang rusak disebabkan oleh bencana alam. Pada unsur jarak dari pusat kota

memperoleh nilai 20 dengan skor 100 dikarenakan jarak jalan dari pusat kota

menuju lokasi yaitu sejauh 13 km. Unsur waktu tempuh dari pusat kota menuju

lokasi wisata memperoleh nilai 30 dengan skor 150 dikarenakan waktu yang

diperlukan untuk sampai di kawasan tersebut kurang lebih 1,5 jam.

36
(a) Jalan berlubang (b) Jalanan di tepi sungai
(Sumber: dokumentasi pribadi) (Sumber: dokumentasi pribadi)

(c) Longsor (d) Jalan Amblas


(Sumber: dokumentasi pribadi) (Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 5. Kondisi Aksesibilitas Wisata Alam Geopark Silokek

4.3.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana penunjang merupakan salah satu faktor yang

memudahkan pengunjung dalam menikmati objek wisata. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Way et al. (2021) yaitu sarana dan prasarana merupakan salah satu

faktor penting dalam menunjang pertumbuhan industri pariwisata. Sarana dan

prasana menjadi salah satu penunjang agar daya tarik yang ada di kawasan wisata

diminati wisatawan. Apabila sarana dan prasarana wisata tidak dikembangkan

dengan baik maka akan mengakibatkan kurangnya minat wisatawan untuk

mengunjungi kawasan tersebut. Adapun hasil penilaian kriteria sarana dan

prasarana objek wisata di Geopark Silokek dapat dilihat pada Tabel 10.

37
Tabel 10. Hasil Penilaian terhadap Kriteria Sarana dan Prasarana Wisata Alam
Geopark Silokek
No. Sub Unsur Bobot Nilai Skor
1. Sarana Penunjang 3 40 120
2. Prasarana Penunjang 3 50 150
Total 90 270

Berdasarkan Tabel 10, nilai total yang diperoleh dari penilaian sarana dan

prasarana penunjang adalah 90 dengan skor total 270 (Lampiran 2). Unsur sarana

penunjang memiliki nilai 40 dengan skor 120 dikarenakan tersedianya akomodasi,

rumah makan dan minum, sarana wisata budaya, dan toko cendramata di Geopark

Silokek. Akomodasi yang disediakan di Geopark Silokek yaitu homestay atau

rumah warga yang disewakan kepada pengunjung sebanyak 7 rumah di Nagari

Silokek. Sarana wisata budaya seperti sanggar seni dan pasir putih sebagai tempat

pergelaran seni. Toko cenderamata dapat ditemukan di rest area, namun ketika

ada event tertentu toko cenderamata juga dibuka di dekat Pasir Putih dan Ngalau

Basurek. Terdapat 2 unsur yang tidak tersedia dalam sarana penunjang yaitu

sarana angkutan umum dan pasar. Jika ingin berwisata ke Geopark Silokek bisa

menggunakan kendaraan pribadi seperti motor, mobil, dan bus pariwisata

berukuran sedang.

38
(a) Toilet di Ngalau Basurek (b) Musala di Ngalau Basurek
(Sumber: dokumentasi pribadi) (Sumber: dokumentasi pribadi)

(c) Toko Cendramata di Ngalau (d) Rumah Makan dan Minum


(Sumber: dokumentasi pribadi) (Sumber: dokumentasi pribadi)

(e) Parkiran di Rest Area (f) Parkiran di Ngalau Basurek


(Sumber: dokumentasi pribadi) (Sumber: dokumentasi pribadi)

(g) Toilet dan Musala (h) Homestay


(Sumber: dokumentasi pribadi) (Sumber: dokumentasi
pribadi)

Gambar 6. Kondisi Sarana dan Prasarana Penunjang Wisata Alam

39
Geopark Silokek
Unsur prasarana penunjang memperoleh nilai 50 dengan skor 150

dikarenakan Geopark Silokek sudah memiliki akses jalanan yang cukup baik,

terdapat jaringan listrik, jaringan air minum, puskesri, areal parkir, tempat ibadah.

Tidak adanya kantor pos di kawasan tersebut serta jaringan telepon yang masih

kurang merata sehingga tidak semua lokasi memiliki jaringan telepon ataupun

jaringan internet. Namun sudah adanya upaya dari pengelola untuk memasang wifi

di rest area. Apabila sarana dan prasarana penunjang di suatu daerah semakin

lengkap maka akan semakin kuat daya tarik wisatawan untuk berkunjung dengan

nyaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aini et al. (2019) yaitu peranan sarana

dan prasarana penunjang adalah untuk memudahkan pengunjung dalam

menikmati potensi dan daya tarik wisata alam. Sarana dan prasarana penunjang

diperlukan untuk membuat pengunjung merasa nyaman datang ke objek wisata.

4.3.4 Pemasaran

Pemasaran wisata bertujuan untuk menarik wisatawan untuk berkunjung

ke kawasan wisata. Pemasaran wisata dapat dilakukan dengan cara promosi

menggunakan sosial media, media cetak dan media masa. Bauran pemasaran

merupakan alat yang dapat digunakan dalam menjalankan strategi peningkatan

pangsa pasar yang telah dipilih (baik produk, harga, lokasi atau tempat, maupun

promosi) dan usaha-usaha lain dalam penyampaian nilai sehingga sesuai dengan

keinginan pembeli yang akan dituju (Lovelock dan Wright, 2007). Adapun hasil

penilaian kriteria pemasaran objek wisata di Geopark Silokek dapat dilihat pada

Tabel 11.

40
Tabel 11. Hasil Penilaian terhadap Kriteria Pemasaran Wisata Alam Geopark
Silokek
No. Unsur Bobot Nilai Skor
1. Pemasaran 4 30 120
Total 30 120

Berdasarkan Tabel 11, nilai total dari unsur pemasaran adalah 30 dengan

skor total 120 (Lampiran 2). Pemasaran wisata memenuhi empat sub unsur

penilaian yaitu tarif/harga terjangkau, produk wisata (ODTWA) bervariasi,

terdapat sarana penyampaian informasi, dan promosi wisata. Tarif untuk

memasuki rest area dan air terjun Batang Taye cukup membayar Rp. 5.000 saja.

Namun masih banyaknya kekurangan dalam pengelolaan karcis ini, seperti hanya

diperlakukan pada waktu weekend atau hari-hari tertentu. Produk wisata yang

ditawarkan sangat bervariasi mulai dari menikmati keindahan alam Geopark

Silokek, wisata buatan manusia dan wisata minat khusus. Produk wisata tersebut

ada yang ditawarkan dalam bentuk paket wisata, dimana paket wisata ini dapat

memudahkan pengunjung dalam berwisata. Hal ini didukung dengan pernyataan

Devani (2021) yaitu dalam pengemasan suatu paket wisata terdapat beberapa hal

yang perlu diperhatikan seperti waktu tempuh dan rute antar objek, variasi objek,

starting point, finishing point, dan perhitungan harga wisata. Terdapat sarana

penyampaian informasi seperti papan petunjuk arah, pamflet informasi mengenai

batuan, flora dan fauna. Adanya promosi wisata di sosial media, media cetak,

media elektronik sehingga Geopark Silokek semakin dikenal masyarakat. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Ginting (2016) yaitu promosi wisata merupakan salah

satu faktor dalam meningkatkan kunjungan wisatawan.

41
(a) Papan Petunjuk Arah (b) Papan Informasi
(Sumber: dokumentasi pribadi) (Sumber: dokumentasi pribadi)

(c) Sosial Media Instagram (d) Brosur


(Sumber: dokumentasi pribadi) (Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 7. Pemasaran Wisata Alam Geopark Silokek

4.4 Analisis Kelayakan Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata

Penilaian objek dan daya tarik wisata alam Geopark Silokek dilakukan

dengan observasi langsung dan wawancara menggunakan kuesioner kepada

pengelola dan pengunjung. Kriteria yang dinilai dari objek wisata alam Geopark

Silokek adalah daya tarik, aksesibilitas, sarana dan prasarana penunjang, dan

pemasaran. Penilaian terhadap kriteria-kriteria wisata alam Geopark Silokek dapat

dilihat pada Tabel 12.

42
Tabel 12. Penilaian Kelayakan Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam
Geopark Silokek Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat.
No. Kriteria Bobot Nilai Skor Skor Indeks Keterangan
(*) (**) Maks (****)
(***)
1 Daya Tarik 6 190 1140 1440 81,25 Layak
dikembangkan
2 Aksesibilitas 5 75 375 450 83,33 Layak
dikembangkan
3 Sarana dan 3 90 270 300 90 Layak
Prasarana dikembangkan
4 Pemasaran 4 30 120 120 100 Layak
dikembangkan
Tingkat 88,64 Layak
Kelayakan dikembangkan
Ket :
* Hasil penilaian terhadap objek dan daya tarik wisata
** Perkalian antara bobot dengan nilai
*** Skor tertinggi untuk setiap kriteria
**** Indeks kelayakan adalah perbandingan skor dengan skor tertinggi dalam %

Tabel 12 menunjukkan bahwa kawasan Geopark Silokek layak

dikembangkan. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa kawasan Geopark Silokek

layak dikembangkan dengan indeks 88,64% (Lampiran 2). Hasil penilaian untuk

4 kriteria wisata Geopark Silokek memiliki nilai indeks kelayakan yang berbeda-

beda. Kriteria daya tarik memiliki indeks kelayakan 81,25%. Kriteria daya tarik

mendapatkan indeks terendah dibandingkan kriteria lainnya. Nilai terendah dapat

dilihat pada hasil penilaian unsur kepekaan sumber daya alam, kebersihan lokasi,

dan keamanan kawasan yang berada pada nilai 20 (Lampiran 2). Kepekaan

sumber daya alam yang sering terjadi yaitu runtuhnya bebatuan di sepanjang

jalan, tanah longsor, serta tercemarnya ekosistem perairan akibat penambangan

emas. Kebersihan lokasi dibeberapa objek perlu diperhatikan lagi seperti sampah

yang berserakan, adanya vandalism (corat-coret) dan kotoran ternak di sepanjang

jalan. Gangguan terhadap flora dan fauna, penebangan liar, dan arus berbahaya

43
masih ditemukan di Nagari Silokek sehingga keamanan kawasan perlu

ditingkatkan lagi.

Upaya yang dapat dilakukan yaitu memperbaiki jalanan yang rusak dan

longsor, menertibkan pengunjung untuk dapat menjaga kebersihan lokasi objek

wisata, memberikan sosialisasi tentang larangan mengganggu flora dan fauna di

kawasan Geopark serta sosialisasi dampak dari penambangan emas terhadap

kualitas air dan ekosistem perairan, dilakukannya pemberdayaan pokdarwis dan

pemberdayaan masyarakat setempat. Apabila masih ada yang melanggar

diberlakukan sanksi agar pelaku mendapatkan efek jera. Kriteria aksesibilitas

memiliki nilai indeks sebesar 83,33%, kriteria sarana dan prasarana memiliki nilai

indeks kelayakan 90%, dan kriteria pemasaran memiliki indeks kelayakan 100%.

Hasil penilaian pada Geopark Silokek menunjukkan bahwa wisata alam

ini layak dikembangkan untuk menjadi tempat wisata. Pengembangan masih

diperlukan oleh para pengelola melalui saran-saran dari pengunjung. Saran-saran

yang diberikan pengunjung merupakan hasil observasi serta pengalaman yang

dirasakan oleh pengunjung. Saran tersebut seperti memperbaiki infrastruktur

jalan, aliran air dibeberapa objek wisata, jaringan telepon di kawasan wisata, dan

kebersihan lokasi wisata dibeberapa objek yang masih kurang terjaga. Hal ini

sesuai dengan pendapat Vengesayi (2003) yaitu ketersediaan dan penawaran

fasilitas yang baik sangat penting untuk meningkatkan ketertarikan wisatawan

terhadap destinasi wisata. Peningkatan yang dilakukan oleh pengelola bertujuan

untuk menambah nilai daya tarik, keamanan dan kenyamanan pengunjung untuk

berkunjung ke Geopark Silokek.

44
V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun masing-masing kriteria mempunyai nilai indeks kelayakan sebagai

berikut: daya tarik sebesar 81,25%, aksesibilitas sebesar 83,33%, sarana dan

prasarana penunjang sebesar 90% dan pemasaran sebesar 100%. Nilai indeks

kelayakan wisata alam Geopark Silokek sebesar 88,64% dan masuk dalam tingkat

layak dikembangkan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa

saran yang ditujukan kepada beberapa pihak yaitu:

a. Masyarakat Nagari Silokek, disarankan masyarakat setempat tetap

mempertahankan kelestarian alam dan lingkungan yang terdapat di Geopark

Silokek dengan aktif sebagai pokdarwis yang bekerja sama dengan pengelola

dari dinas pariwisata dalam mengembangkan wisata alam Geopark silokek.

b. Pengelola dan Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten

Sijunjung, disarankan untuk lebih memperhatikan kebersihan lokasi di sekitar

kawasan dan ketersediaan air pada kamar mandi di objek wisata. Disarankan

dapat bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum untuk lebih

memperhatikan kondisi jalan, karena aksesibilitas merupakan salah satu

faktor penting dalam kelancaran pengunjung untuk sampai ke kawasan

wisata.

45
c. Pengunjung, disarankan kepada pengunjung untuk menjaga kebersihan lokasi

selama berwisata, tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga

fasilitas yang telah disediakan.

d. Peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penilaian menggunakan

parameter lainnya selain yang sudah digunakan pada penelitian ini.

46
DAFTAR PUSTAKA

Aini, M., Rifanjayani, S., dan Siahaan, S. 2019. Penilaian Potensi ODTWA di
Objek Wisata Alam Pantai Pasir Mayang di Desa Pampang Harapan
Kecamatan Sukadana Kabupaten Koyong Utara. Jurnal Hutan Lestari, 7(1):
212-219.

Amrullah, M, A. dan Wijayanti. 2019. Pengembangan Grand Maerakaca dengan


Konsep Ekowisata. IMAJI. 8(1): 73-79.

Arifiana, R, D. 2016. Analisis Potensi dan Daya Tarik Wisata Pantai di Kota
Semarang. Jurnal Fakultas Geografi Universitas Muhammadiah Surakarta,
3(4): 3-11.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.


Jakarta.

Aryanto, T. 2015. Potensi Ekowisata Jalur Pendakian Bukit Raya di Taman


Nasional Bukit Baka Bukit Raya Kalimantan Barat. Prosiding. Seminar
Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Kampus
Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Cooper, C., Fletcher, J,, Gilbert, D., Shepherd, R., Wanhil,S., editor. 1998.
Tourism: Principes and Practice. Ed ke-2. Person Education Limited.
England.

Darmadjati, R, S. 2001. Istilah-Istilah Dunia Pariwisata. Pradnya Paramitha.


Jakarta.

Darsoprajitno, H, S. 2002. Ekologi Pariwisata : Tata Laksana Pengelolaan Objek


dan Daya Tarik Wisata. Angkasa Bandung. Bandung.

Devy HA, Soemanto RB. 2017. Pengembangan Objek Dan Daya Tarik Wisata
Alam Sebagai Daerah Tujuan Wisata Di Kabupaten Karanganyar. Jurnal
Sosiologi Dilema, 32(1): 34-44.
Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2001. Pedoman
Pengembangan Pariwisata Alam di Taman Nasional. Direktorat Jendral
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan. Bogor.

Faizal, M. 2021. Analisis Daya Tarik Wisata Geopark Silokek Kabupaten


Sijunjung. Skripsi. Universitas Negeri Padang. Padang.

Fakhrudin, M, I. 2016. Model Pengukuran Kepuasan Pelanggan Sari Roti dengan


Menggunakan Metode Servqual (Studi Kasus di PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk, cabang Semarang, Jawa Tengah). Skripsi. Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta.

47
Fatimah, A. 2017. Potensi Wisata Minat Khusus di Jalur Pendakian Sapuangin
Taman Nasional Gunung Merapi, Tegal Mulyo, Kemalang, Klaten. Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Ginting, N. 2016. Strategi Pemasaran Untuk Meningkatkan Jumlah Kunjungan


Wisatawan. Jurnal Analisis Ekonomi Utama. 10(2): 89-98.
Haryanti RH, Candra S. 2017. Aksesibilitas Pariwisata bagi Difabel di Kota
Surakarta (Studi Evaluasi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30
Tahun 2006 Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan). Jurnal Spirit Publik, 12(1): 85-96.

Karsudi, R. S. dan Hariadi. 2010. Strategi Pengembangan Ekowisata di


Kepulauan Yapen Provinsi Papua. Journal of Tropical Forest Management.
16(3): 148-154.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2003. Ekowisata


Prinsip dan Kriteria. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik
Indonesia dan Indecon. Jakarta.

Kementrian Kehutanan Republik Indonesia. 2010. Keputusan Menteri Kehutanan


Republik Indonesia Nomor.SK.331/Menhut-II/2010 tentang Penetapan
Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Sijunjung,
Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Jakarta.

Kementrian Kehutanan Republik Indonesia. 2013. Rencana Pengelolaan Hutan


Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung tahun 2014-2023. Sijunjung.

Kementrian Kehutanan Republik Indonesia. 2016. Penetapan Fungsi Pokok


Kawasan Suaka Alam Kawasan Pelestarian Alam sebagai Taman Wisata
Alam Batang Pangian I di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung Provinsi
Sumatera Barat. Sijunjung.

Kodhyat, H. 1996. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia. PT


Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Kusuma, D.S. 2019. Geopark Silokek Sijunjung Menuju Unesco Global Geopark.
Jurnal Pembangunan Nagari. 4(1): 17-32.

Londong, F.P., Saroinsong, F.B., dan Sumakud, M.Y.M.A. 2021. Analisis


Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Tahapan Telu
berdasarkan Potensi Biofisik. Jurnal Sinta. 17(2): 323-332.

Lovelock, C., & L.K. Wright. 2007. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: PT.
Indeks Gramedia.
Marpaung, H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Edisi Revisi. Alfabeta.
Bandung.

48
Molo, H., Sultan., Latifah, H., Daud, M., dan Asriani. 2020. Potensi Objek dan
Daya Tarik Wisata Alam Puncak Tinambung di Desa Bissoloro Kecamatan
Bungaya Kabupaten Gowa. Jurnal Penelitian Kehutanan Bonita, 2(1):27-
31.

Pemerintah Kabupaten Sijunjung. 2018. Geopark Silokek-Sijunjung Sumatera


Barat. Dokumen Pengusulan Menjadi Geopark Nasional dan Keanggotaan
pada Jaringan Geopark Nasional Indonesia (Dossier Silokek).
Pemerintah Kabupaten Sijunjung. 2012. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sijunjung tahun 2011-2031. Sijunjung.

Pemerintah Nagari Silokek. 2021. Profil Nagari. Nagari Silokek.

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia. 2014. No.


P-88/Menhut-II/2014 tentang Hutan Kemasyarakatan (HKm).

PHKA. 2003. Kriteria Penilaian dan Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata
Alam. Departemen Kehutanan Dirjen PHKA. Bogor.

Rasyad, A., Hapsoh., Rossy, E., Elfina,Y., … Isnaini. 2017. Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah Fakultas Pertanian Universitas Riau. UR PRESS. Pekanbaru.

Rijal, S., Nasri., Ardiansah, T., Chairil, A. 2020. Strategi dan potensi
pengembangan ekowisata rumbia Kabupaten Janeponto. Jurnal Hutan dan
Masyarakat. 12(1): 1-13.

Romani, S. 2006. Penilaian Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam serta
Alternatif Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi
Jambi. IPB Press. Bogor.

Sekaran, U., Roger, B. 2017. Metode Penelitian untuk Bisnis: Pendekatan


Pengembangan-Keahlian, Edisi 6, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta Selatan
12610.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.


Bandung.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Syam, F.H., Nurhayati., dan Arifin, H.S. 2019. Kajian Potensi Lanskap untuk
Pengembangan Wisata Sejarah Kota Medan. Jurnal Lanskap Indonesia.
11(2): 48-54.

Tim Geopark Ranah Minang. 2018. Mewujudkan Geopark Ranah Minang:


Usulan Masyarakat untuk Mewujudkan Geopark di Sumatera Barat. Booklet
Geopark Ranah Minang.

49
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang Dasar
Kepariwisataan.

UNESCO. 2008. Guidelines and Criteria for National Geoparks seeking


UNESCO’s assistance to join the Global Geoparks Network (GGN)

Vengesayi, S., 2003. A conceptual model of tourism destination competitiveness


and attractiveness. Anzmac: Conference proceedings; Des 13. Adelaide.
Australia.
Way IH, Cynthia EVW, Suryadi S. 2021. Analisis Kebutuhan Prasarana dan
Sarana Pariwisata di Danau Uter Kecamatan Aitinyo Kabupaten Maybrat
Provinsi Papua Barat. Jurnal Sarana dan prasarana pariwisata, 3(3): 27-35.
Yoeti, A. 2005. Perencanaan Strategi Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. PT.
Pradnya Paramita. Jakarta.

50
LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Kawasan Geopark Silokek

51
Lampiran 2. Rekapitulasi Penelitian
1. Daya Tarik
No
Unsur/Sub Unsur Nilai
.
Keindahan alam:
a.  Pandangan lepas
dalam objek
b. Variasi pandangan
dalam objek Ada Ad
Ada 4 Ada 3 Ada 2
c.  Pandangan lepas 5 a1
1.
menuju objek
d.  Keserasian warna dan
bangunan dalam
objek
e.  Pandangan
30 25 20 15 10
lingkungan objek
Keunikan sumber daya
alam:
a. Sumber air panas Ada Ad
b. Gua Ada 4 Ada 3 Ada 2
2. 5 a1
c. Air terjun
d. Flora Fauna
e. Adat istiadat/budaya 30 25 20 15 10
Banyaknya sumber daya
alam yang menonjol:
a. Batuan Ada Ad
b. Flora Ada 4 Ada 3 Ada 2
3. 5 a1
c. Fauna
d. Air
e. Gejala Alam 30 25 20 15 10
Keutuhan Sumber Daya
Alam:
a. Batuan Ada Ad
b. Flora Ada 4 Ada 3 Ada 2
5 a1
4. c. Fauna
d. Ekosistem
e. Kualitas/kondisi
lingkungan 30 25 20 15 10

Kepekaan sumber daya


alam:
a. Batuan Ada Ad
b. Flora Ada 4 Ada 3 Ada 2
5. 5 a1
c. Fauna
d. Erosi
e. Ekosistem 30 25 20 15 10

52
Jenis kegiatan wisata
alam:
a. Tracking
b. Camping
c. Panjat Tebing Lebi Ad
d. Arum Jeram/Rafting Ada 6-7 Ada 4-5 Ada 2-3
6. h7 a1
e. Memancing
f. Bird Watching
g. Religius
h. Pendidikan
30 25 20 15 10
Kebersihan Lokasi
dicemari/dipengaruhi
oleh:
a. Alam
b. Industri Tida Ad
c. Jalan ramai Ada 1-2 Ada 3-4 Ada 5-6
k ada a7
7. motor/mobil
d. Pemukiman penduduk
e. Sampah
f. Binatang (pengganggu)
g. Corat-coret
(vandalism) 30 25 20 15 10

Keamanan kawasan:
a. Penebangan liar dan
perambahan Ada Ad
8. Ada 4 Ada 3 Ada 2
b. Kebakaran 5 a1
c. Gangguan terhadap
flora/fauna
d. Arus berbahaya
e. Pencurian 30 25 20 15 10
JUMLAH 195

Hasil Pengukuran dan Indeks Kelayakan :


S maks = ( B x N Indeks = S/S maks x Keterangangan
B N S=BxN maks) 100
Layak
6 195 1170 1440 81,25 dikembangkan

53
2. Aksesibilitas
No. Unsur/Sub Unsur Nilai
Bai
Kondisi jalan darat Cukup Kurang Buruk
1. k
dari pusat kota
30 25 20 15
<5
5-10 km 10-15 km >15 km
2. Jarak dari pusat kota km
30 25 20 15
Waktu tempuh dari 1-2
2-3 Jam 3-4 Jam >5 jam
3. pusat kota jam
30 25 20 15
JUMLAH 75

Hasil Pengukuran dan Indeks Kelayakan :


S maks = (B x N Indeks = S/S maks x Keterangan
B N S=BxN maks) 100
Layak
5 75 375 450 83,33 dikembangkan

3. Sarana dan Prasarana Penunjang


Unsur/Sub
No. Nilai
Unsur
Sarana
Penunjang:
a. Akomodasi
b. Rumah
makan/
minum
c. Sarana Tida
wisata >4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 k
1. Ada
budaya
d. Sarana
angkutan
umum
e. Toko
cendramata
f. Pasar 50 40 30 20 10
Prasarana
penunjang:

a. Jalan Tida
2. b. Jaringan >4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 k
listrik Ada
c. Jaringan air
minum
d. Jaringan

54
telepon
e. Kantor pos
f.  Puskesmas
g. Tempat
ibadah
h. Areal parkir 50 40 30 20 10
JUMLAH 90

Hasil Pengukuran dan Indeks Kelayakan :


S maks = ( B x N Indeks = S/S maks x Keterangan
B N S=BxN maks) 100
Layak
3 90 270 300 90,00 dikembangkan

4. Pemasaran
No. Unsur/ Sub Unsur Nilai
a. Tarif/harga
terjangkau
b. Produk wisata
(ODTWA) Ada
Ada 3 Ada 2 Ada 1
1. bervariasi 4
c. Sarana penyampaian
informasi
d. Promosi 30 25 15 5
JUMLAH 30

Hasil Pengukuran dan Indeks Kelayakan :


S=Bx S maks = ( B x N Presentase = S/S maks x Indeks
B N N maks) 100 Kelayakan
100 Layak
4 30 120 120 dikembangkan

55
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

1. Wawancara dengan Pengelola

56
2. Wawancara dengan Pengunjung

57

Anda mungkin juga menyukai