Anda di halaman 1dari 14

“ BERAT JENIS BITUMEN “

SNI 2456 – 2011

1. Pelaksanaan Praktikum
Hari / Tanggal : Rabu, 14 Juni 2023
Waktu : 08.00 WIB s.d. Selesai
Tempat : Laboratorium Jalan Raya UMSU

2. Tujuan Praktikum
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis bitumen
keras dengan piknometer berat jenis bitumen adalah perbandingan antara
berat bitumen aspal dan berat air suling dengan ini yang sama pada suhu
tertentu.

3. Alat dan Bahan


a. Alat
1) Thermometer
2) Piknometer
3) Timbangan Digital
4) Kompor Gas
5) Tongkat Pengaduk
6) Teko
7) Kuas
8) Kain lap
9) Masker
10) Sarung Tangan
b. Bahan
1) Aspal Penetrasi 60 / 70
2) Tabung Gas
3) Air Suling
4) Vaseline
5) Bensin
4. Teori Dasar
Aspal adalah suatu campuran yang terdiri dari bitumen dan
mineral. Bitumen sendiri adalah bahan yang berwarna coklat hingga
hitam, keras hingga cair, dan mempunyai sifat lekat yang baik dan tidak
larut dengan air.
Berat jenis bitumen dan ter adalah perbandingan antara berat jenis bitumen
atau ter dengan berat jenis air dengan isi yang sama pada suhu tertentu
yaitu dilakukan dengan cara penggantian berat air dengan berat bitumen
dalam udara yang sama. Berat jenis bitumen sangat tergantung pada nilai
penetrasi pada suhu bitumen itu sendiri.
Mencari berat jenis dapat dilakukan dengan perbandingan penentu
berat jenis suatu material sebenarnya bisa dilakukan secara kuantitatif dan
visualisasi yaitu dengan cara membandingkan berat jenis air. Rumus yang
digunakan untuk menghitung berat jenis bitumen adalah:
(C− A)
Berat jenis:
( B−A )−( D−C )
Dimana: A : Berat Piknometer + Penutup
B : Berat Piknometer berisi air
C : Berat Piknometer berisi aspal
D : Berat Piknometer berisi aspal dan air
Berat jenis dari bitumen sangat bergantung pada nilai penetrasi dan
suhu dari bitumen itu sendiri. Macam – macam dari berat jenis bitumen
berkisar sebagai berikut.
a. Penetrasi grade, bitumen dengan berat jenis antara 1, 010 ( untuk
bitumen dengan penetrasi 300 ) sampai 1, 040 ( untuk bitumen dengan
penetrasi 25 ).
b. Bitumen yang telah beroksidasi bitumen dengan berat jenis berkisar
antara 1, 015 sampai dengan 1, 035.
c. Hard grade bitumen, dengan berat jenis berkisar antara 1, 045 sampai
dengan 1, 065.
d. Cut back grade, bitumen dengan berat jenis berkisar antara 0, 992
sampai dengan 1, 007.
5. Teori Tambahan
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan
senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan
klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai
sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat
cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan
secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal
adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatic yang
mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain
hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen,
belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa
aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan
nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-
senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil)
dan malten (yang massa molekulnya besar).
Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat
sampai agak padat, dan bersifat termoplastis. Aspal akan mencair jika
dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika
temperatur turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material
pembentuk campuran perkerasan jalan (Sukirman, 2003). Aspal terbuat
dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau dapat ditemukan
dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang
ditemukan bersama-sama material lain. Aspal dapat pula diartikan sebagai
bahan pengikat pada campuran beraspal yang terbentuk dari senyawa-
senyawa komplek seperti Asphaltenese, Resins dan Oils. Aspal
mempunyai sifat viscoelastis dan tergantung dari waktu pembebanan (The
Blue Book–Building & Construction, 2009).
Aspal berfungsi sebagai perekat agregat dalam campuran aspal
beton, sehingga menjadikannya sangat penting dipertahankan
kemampuannya terhadap kelekatan, titik lembek dan kelenturannya.
Penambahan aditif pada aspal menjadi alternatif yang dapat digunakan
untuk mempertahankan maupun meningkatkan daya rekatnya, titik
lembek, maupun kelenturanya (Rianung, 2007).
Pada AASHTO (1982) dinyatakan bahwa jenis aspal keras ditandai
dengan angka penetrasi aspal, angka ini menyatakan tingkat kekerasan
aspal atau tingkat konsistensi aspal. Semakin meningkatnya besar angka
penetrasi aspal maka tingkat kekerasan aspal semakin rendah, sebaliknya
semakin kecil angka penetrasi aspal maka tingkat kekerasan aspal semakin
tinggi. Semakin besar angka penetrasi aspal ( semakin kecil tingkat
konsistensi aspal ) akan memberikan nilai modulus elastis aspal yang
semakin kecil dalam tinjauan temperatur dan pembebanan yang sama.
Semakin tinggi suhu udara dan makin lambat beban yang lewat, maka
modulus elastis aspal makin kecil. Lama pembebanan merupakan fungsi
dari tebal perkerasan dan kecepatan kendaraan (Brown and Bitumen,
1984).
Sumber : http://eprints.polsri.ac.id/1012/3/BAB%20II.pdf
6. Prosedur Percobaan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.
b. Memanaskan aspal di kompor, sambil diaduk hingga mencapai suhu
90° C yang diukur menggunakan thermometer.
c. Menimbang piknometer beserta tutupnya kemudian mencatat hasilnya.
d. Memasukkan air suling sebanyak 2 / 4 dengan piknometer.
e. Menimbang Kembali piknometer dan air suling.
f. Membersihkan atau membuang air yang ada pada piknometer.
g. Mengolesi Vaseline ke dalam piknometer dengan menggunakan kuas.
h. Menuangkan aspal ke dalam piknometer secara perlahan.
i. Menimbang Kembali piknometer yang berisi aspal.
j. Mencatat hasil yang telah ditimbang.
k. Mendiamkan benda uji selama ± 1 jam.
l. Menambahkan air ke dalam piknometer yang berisi aspal hingga
penuh.
m. Menimbang Kembali piknometer yang sudah diisi aspal dan air beserta
suhunya.
n. Membersihkan alat dari aspal yang lengket menggunakan bensin.
o. Percobaan selesai, membersihkan Kembali alat dan bahan yang telah
digunakan.
7. Analisa Data
Menghitung berat jenis dengan rumus
(C− A)
BJ :
( B−A )−(D−C )
Diketahui dari hasil percobaan
- Massa piknometer kosong ( A ) : 72 Gram
- Massa piknometer + air ( B) : 172 Gram
- Massa Piknometer + aspal ( C ) : 106 Gram
- Massa piknometer + air + aspal ( D ) : 191 Gram

a. Mencari massa aspal ( C – A ) : 106 – 72


: 34 Gram

b. Mencari massa air ( B – A ) : 172 – 72 Gram


: 100 Gram

c. Mencari massa air ( D – C ) : 191 – 106


: 85 Gram

(C− A)
d. Mencari berat jenis ( BJ ) :
( B−A )−( D−C )
34
:
100−85
: 2, 26 Gram

e. Mencari Berat isi : BJ x WT

WT Pada Suhu 25° C : 997, 0 Kg/ m3

: 2, 26 x 997,0

: 2. 253, 2 Kg/m3
8. Gambar Alat dan Bahan
a. Alat

Gambar Fungsi
1) Thermometer Berfungsi sebagai alat
pengukur suhu.

2) Piknometer Berfungsi sebagai wadah


untuk meletakkan sampel
benda uji.

3) Timbangan Digital Berfungsi untuk


menimbang berat benda uji.

4) Kompor Gas Berfungsi Untuk


memanaskan suhu aspal.
5) Tongkat Pengaduk Berfungsi untuk mengaduk aspal yang
dipanaskan

6) Teko Berfungsi sebagai wadah yang


digunakan untuk memanaskan aspal

7) Kuas Berfungsi untuk mengolesi Vaseline


dan membersihkan benda uji

8) Kain Lap Berfungsi untuk membersihkan alat –


alat yang digunakan pada saat
praktikum
9) Masker Berfungsi untuk melindungi
pernapasan dari debu dan percikan
aspa

10) Sarung Tangan Berfungsi untuk melindungi tangan


pada saat melakukan pengujian
b. Bahan

Gambar Fungsi
1) Aspal Penetrasi 60/ 70 Digunakan sebagai bahan uji
praktikum

2) Tabung Gas Digunakan sebagai bahan


bakar untuk kompor

3) Air Suling Digunakan sebagai bahan


tambahan yang dituangkan
dalam piknometer

4) Vaseline Digunakan sebagai bahan


pelapis pada cawan agar
aspal tidak lengket
5) Bensin Digunakan untuk
membersihkan aspal
yang menempel pada
perakitan yang sudah
digunakan

9. Kesimpulan
a. Berat jenis bitumen keras adalah perbandingan antara berat jenis
bitumen terhadap berat jenis air dengan isi yang sama pada suhu
tertentu.
b. Standar untuk pengujian berat jenis bitumen keras dan termasuk SNI
1430 – 1990 berkisar antara 1, 015 – 1, 035.
c. Dari berat jenis diperoleh data
- Massa aspal : 34 Gram
- Massa air : 100 Gram
- Massa jenis : 85 Gram
d. Hasil berat isi : 2. 253, 3 Kg/ m3

10. Saran
a. Diharapkan agar memperbarui alat – alat praktikum.
b. Diharapkan agar menambah pendingin ruangan di laboratorium.
c. Diharap agar menambah meja dan kursi di laboratorium

Anda mungkin juga menyukai