Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

JALAN RAYA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas
Dan Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
DICKY ARDIANSYAH PUTRA
1707210133
KELOMPOK 14 (PAGI)

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM JALAN RAYA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas
Dan Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

DISUSUN OLEH :
DICKY ARDIANSYAH PUTRA
1707210133

DISETUJUI OLEH :
KEPALA LABORATORIUM JALAN RAYA

(MUHAMMAD HUSIN GULTOM, ST, MT)

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM JALAN RAYA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas
Dan Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

DI SUSUN OLEH :

DICKY ARDIANSYAH PUTRA


1707210133

KELOMPOK 14 (PAGI)

DISETUJUI OLEH :
ASISTEN LABORATORIUM JALAN RAYA

(MUHAMMAD YUDHA PRATAMA SIREGAR, S.T)

(RENGGA YONNI, S.T) (REAN FARRAS SEPTIAN)

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga kami dapat menyelesaikan
praktikum, yang dilaksanaan di kampus utama Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara.

Dimana praktikum ini adalah suatu silabus mata kuliah yang harus dilaksanakan
oleh mahasiswa teknik sipil dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana program studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara,dan hasil akhir praktikum ini dilampirkan pada sebuah laporan yang
wajib di selesaikan untuk peserta praktikum.

Dalam penulisan laporan ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik
dalam penulisan maupun susunan kalimat yang mana kami mengharapkan kritikan
maupun saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan ini.

Dalam kesempatan berbahagia ini, dengan segenap hati kami mengucapkan


terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak
memberikan saran kepada kami di dalam penysusunan laporan ini, terutama kepada:

1. Kedua orang tua dengan ketulusan hatinya telah memberikan dukungan dan
dorongan untuk menyelesaikan laporan praktikum Jalan Raya di Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
2. Bapak Munawar Alfansury Siregar, S.T, M.T, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Fahrizal Zulkarnain, selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Bapak Andri, S.T, M.T, selaku Kepala Laboratorium Jalan Raya Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
5. Seluruh Staff Pengajar dan Birokrasi Fakultas Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
6. Abangda Muhammad Yudha Pratama Siregar, S.T, Rengga Yonni, S.T, Rean
Farras Septian selaku Asisten Praktikum Jalan Raya. Dimana banyak yang
telah membantu dalam pelaksanaan praktikum hingga penulisan laporan ini dan
juga dapat memberi teori-teori di laboratorium.
7. Rekan-rekan seperjuangan kelompok 13 yang telah bekerja sama sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan ini.
8. Rekan-rekan Mahasiswa/i Sipil stambuk 2017 atas segala masukan dan saran
yang berguna bagi kami.

Akhir kami mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat hendaknya bagi
penulis dan para pembaca. Dan akhirnya kepada Allah SWT kami serahkan segalanya
demi tercapainya keberhasilan yang sepenuhnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, 17 Juni 2023


Penulis,

DICKY ARDIANSYAH PUTRA


TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Untuk kelancaran kegiatan praktikum serta menghindari kemungkinan


terjadinya pembatalan praktikum maka kepada semua praktikan diharuskan untuk
mengikuti petunjuk-petunjuk di bawah ini.

A. UMUM
1. Sebelum memulai praktikum, diharuskan telah mempelajari/memahami
permasalahan materi yang akan dikerjakan melalui buku petunjuk serta
sumber-sumber lain.
2. Harus sudah berada di ruang praktikum tepat pada waktunya. Bagi yang
terlambat hanya dibenarkan mengikuti praktikum apabila telah diizinkan oleh
asisten yang bertugas.
3. Selama kegiatan praktikum berlangsung/berada di laboratorium, tidak
dibenarkan:
a. Memakai sandal tanpa alasan yang kuat.
b. Merokok.
c. Melakukan tindakan-tindakan yang dapat membuat keributan/berisik dan
keonaran.
4. Hal-hal yang kurang jelas tentang masalah yang berkaitan dengan kegiatan
praktikum dapat ditanyakan pada asisten yang bertugas.
5. Alat-alat yang dipergunakan selama praktikum, harus dikembalikan ke tempat
semula dalam keadaan baik dan bersih apabila telah selesai melaksanakan
praktikum.
6. Tidak dibenarkan menyentuh alat-alat lain yang tidak dipergunakan pada
praktikum yang bersangkutan.
7. Kerusakan yang terjadi pada alat-alat yang dipergunakan adalah tanggung
jawab group praktikan untuk memperbaiki/mengganti kerusakan tersebut.
8. Mengikuti petunjuk-petunjuk tentang pelaksanaan praktikum yang diberikan
oleh asisten yang bertugas.
B. ASISTEN DAN LAPORAN PRAKTIKUM
1. Setelah melakukan sebuah praktikum, maka diharuskan membuat data serta
laporan setiap praktikan dari praktikum tersebut dan ditanda tangani oleh
asisten yang bertugas.
2. Asisten laporan praktikum dilakukan melalui asisten pembimbing masing-
masing group, kecuali asisten yang bersangkutan berhalangan, maka asisten
dapat dilakukan melalui asisten lainnya.
3. Asisten laporan praktikum harus dihadiri/diikuti oleh seluruh anggota group.
4. Laporan sebuah praktikum minimal 1 (satu) kali harus sudah pernah
diasistensikan sebelum mengikuti praktikum selanjutnya.
5. Tiap-tiap jenis praktikum harus sudah selesai laporannya 1 (satu) minggu
setelah praktikum yang bersangkutan dilaksanakan.
6. Seluruh laporan praktikun harus sudah diserahkan kepada asisten yang
bertugas/laboratorium dalam keadaan diketik dan dijilid selambat-lambatnya 6
(enam) minggu setelah berakhirnya pelaksanaan praktikum.
7. Perpanjangan waktu penyerahan laporan praktikum hanya diberikan oleh
Pelaksana Laboratorium karena alasan khusus yang dapat diterima tetapi
harus telah menyelesaikan minimal 85 % laporan praktikumnya.

C. KRITERIA TIDAK MENGIKUTI PRAKTIKUM DAN PEMBATALAN


PRAKTIKUM
1. Absen, sakit serta alasan lainnya yang menyebabkan jadwal praktikum yang
bersangkutan menjadi terganggu, semuanya digolongkan ke dalam kriteria
tidak mengikuti praktikum.
2. Praktikum yang batal akibat tidak memenuhi ketentuan-ketentuan seperti yang
telah disebutkan pada sub A dan sub B di atas digolongkan dalam kriteria
tidak mengikuti praktikum.
3. Seorang//group praktikan akan dibatalkan seluruh praktikum nya pada
periode yang bersangkutan, apabila :
a. Praktikan 3 (tiga) kali berturut-turut tidak mengikuti praktikum.
b. Tidak mengikuti petunjuk-petunjuk yang diarahkan oleh asisten yang
bertugas dalam melaksanakan praktikum.
c. Tidak memperbaiki/mengganti kerusakan alat-alat yang ada di
Laboratorium yang disebabkan oleh praktikan sendiri.
d. Melakukan suatu tindakan yang dinilai dapat merusak alat-alat/merugikan
Laboratorium.

D. PENGULANGAN PRAKTIKUM
1. Tidak mengikuti Praktikum dengan kategori :
a. Sebanyak 1 (satu) kali.
b. Sebanyak 3 (tiga) kali tidak berturut-turut.
c. Sebanyak 2 (dua) kali berturut-turut.
Diberi kesempatan untuk mengulangi pada praktikum di hari berikutnya, dan
apabila tidak dapat juga menyelesaikan praktikum ulangannya maka seluruh
praktikum yang telah diselesaikannya menjadi batal.

2. Tidak Mengikuti Praktikum dengan kategori :


a. Seperti yang tercantum pada sub. C point 3.
b. Tidak dapat menyelesaikan praktikum ulangan seperti yang tercantum
pada sub. D point 1.
Kesempatan mengulangi praktikum diberikan pada periode berikutnya (Tahun
Berikut) dengan catatan bahwa prioritas utama tetap pada calon-calon
praktikan terbaru.
PENDAHULUAN

1. Defenisi Dasar

Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan


aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar
partikel agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal
dalam campuran beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-bahan
pembentuknya. Fraksi agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat (interlocking),
dan kekuatannnya tergantung pada gradasi, tekstur permukaan, bentuk butiran dan
agregat maksimum yang digunakan. Oleh sebab itu kinerja campuran ebraspal sangat
dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat dan aspal serta sifat-sifat campuran padat yang
sudah terbentuk dari kedua bahan tersebut. Perkerasan beraspal dengan kinerja yang
sesuai dengan persyaratan tidak akan dapat diperoleh jika bahan yang digunakan
tidak memenuhi syarat, meskipun peralatan dan metode kerja yang digunakan telah
sesuai.

1.1 Aspal
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang
bersifat viskoelatis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup
pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat
menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya. Selama proses
produksi dan masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai
hidrokarbon yang disebut bitumen, oleh sebab itu aspal sering disebut aspal
keras. Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan proses penyulingan
akan menghasilkan aspal dengan sifat-sifat yang khusus yang cocok untuk
pemakaian yang khusus pula, seperti untuk pembuatan campuran beraspal,
pelindung atap dan penggunaan khusus lainnya.
Aspal merupakan suatu produk berbasis minyak yang merupakan
turunan dari proses penyulingan minyak bumi, dan dikenal dengan nama aspal
keras. Selain itu, aspal juga terdapat di alam secara ilmiah, aspal ini disebut
aspal alam. Aspal modifikasi saat ini juga telah dikenal luas. Aspal ini dibuat
dengan menambahkan bahan tambahan ke dalam aspal yang bertujuan untuk
memperbaiki atau memodifikasi sifat rheolginya sehingga menghasilkan jenis
aspal baru yang disebut aspal modifikasi.

Sifat-sifat Kimia Aspal

Aspal keras dihasilkan melalui proses destilasi minyak bumi. Minyak bumi
yang digunakan terbentuk secara alami dan senyawa-senyawa organik yang telah
berumur ribuan tahun di bawah tekanan dan variasi temperatur yang tinggi.
Susunan struktur internal aspal sangat ditentukan oleh susunan kimia molekul-
molekul yang terdapat dalam aspal tersebut.
Susunan molekul aspal sangat kompleks dan didominasi (90-95% dari berat
aspal) oleh unsur karbon dan hidrogen. Oleh sebab itu, senyawa aspal seringkali
disebut sebagai senyawa hidrokarbon. Sebagian kecil, sisanya (5-10%) dan dua
jenis atom, yaitu : heteoratom dan logam. Unsur-unsur heteroatom seperti
hidrogen, oksigen dan sulfur, dapat menggantikan kedudukan akan karbon yang
terdapat dalam struktur molekul aspal.
Unsur kimia aspal terdiri dari dua, yaitu:
1. Aspalten, adalah unsur kimia aspal yang padat yang tidak larut dalam n-
heptane. aspal berwarna coklat sampai hitam yang mengandung karbon dan
hidrogen dengan perbandingan 1 : 1, dan kadang-kadang juga mengandung
nitrogen, sulfur dan oksigen. Aspalten biasanya dianggap sebagai material
yang bersifat polar dan memiliki bau yang khas dengna berat molekul yang
cukup berat. Molekul aspalten ini memiliki ukuran antara 5-30 nano meter.
Peningkatan kandungan aspalten dalam aspal akan menghasilkan aspal yang
lebih keras dengan nilai penetrasi yang rendah, titik lembek yang tinggi dan
tingkat kekentalan aspal yang tinggi pula.
2. Malten, adalah unsur kimia lainnya yang terdapat di dalam aspal selain
aspalten. Unsur malten ini dapat dibagi lagi menjadi resin, aromatik dan
saturated.
a) Resin, secara dominan terdiri dari hidrogen dan karbon dan sedikit
mengandung oksigen, sulfur dan nitrogen.
b) Aromatik, merupakan unsur pelarut, asalten yang paling dominan di dalam
aspal
c) Saturated, merupakan bagian dari molekul malten yang berupa minyak
kental yang erwarna putih atau kekuning-kungingan dan bersifat non-
polar. Saturated di dalam aspal berkisar antara 5% - 20% terahdap berat
aspal.

Sifat-Sifat Fisik Aspal

Sifat-sifat fisik aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi dan


kinerja campuran aspal antara lain adalah durabilitas, adhesi dan kohesi, kepekaan
terhadap temperatur, pengerasan, dan penuaan.
1. Durabilitas
Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspel tersebut setelah digunakan
sebagai bahan pengikat di dalam campuran beraspal dan dihampar di
lapangan. Hal ini disebabkan karena sifat-sifat aspal akan berubah secara
signifikan akibat oksidasi dan pengeluaran yang terjadi baik pada saat
pencampuran, pengangkutan dan penghamparan campuran beraspal di
lapangan. Perubahan sifat ini akan menyebabkan aspal menjadi berdaktilitas
atau dengan kata lain aspal telah mengalami penuaan. Kemampuan aspal
untuk menghambat laju penuaan ini disebut durabilitas aspal.
Pengujian durabilitas aspal bertujuan untuk mengetahui seberapa baik aspal
unutk mempertahankan sifat-sifat awalnya akibat proses penuaan. Walaupun
banyak fakta lainnya yang menentukan, aspal dengan durabilitas yang baik
akan menghasilkan campuran dengan kinerja yang baik pula. Pengujian
kuantitatif yang biasanya dilakukan untuk mengetahui durabilitas asal adalah
pengujian penetrasi, titik lembek, kehilangan berat dan aktivitas. Pengujian ini
dilakukan pada benda uji yang telah mengalami pressure Aging Vessel (PAV),
Thin Film Oven Test (TFOT) dan Rolling Thin Film Oven Test (RTFOT).
2. Adhesi dan Kohesi
Adhesi adalah kemampuan partkel aspal untuk melekat satu sama lainnya, dan
kohesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat. Sifat
adhesi dan kohesi aspal sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran
beraspal karena sifat ini sangat mempengaruhi kinerja dan durabilitas
campuran. Uji daktalitas aspal adalah suatu uji kualitatif yang secara tidak
langsung dapat digunakan untuk mengetahui tingkat adestines atau daktalitas
aspal keras. Aspal keras dengan nilai daktalitas yang rendah adalah aspal yang
memiliki daya adhesi yang kurang baik digunakan dengan aspal yang
memiliki nilai daktalitas yang tinggi.

3. Kepekaan aspal terhadap temperatur


Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperatur
menurun dan melunak bila temperatur meningkat. Kepekaan aspal untuk
berubah akibat perubahan temperatur ini dikenal sebagai kepekaan aspal
terhadap temperatur. Kepekaan aspal tersebut berasal dari minyak bumi
dengan sumber yang berbeda walaupun aspal tersebut masuk dalam klasifikasi
yang sama.

4. Pengerasan dan penuaan


Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui durabilitas
campuran aspal. Penuaan aspal ini disebabkan oleh dua faktor utama, suatu
penguapan traka minyak ringan yang terkandung dalam aspal dan oksidasi
(penuaan sangat panjang, short-term aging), dan dioksidasi yang progresif
(penunaan jangka panjang, long-term aging)

Berdasarkan penggunaannya, aspal dibagi dalam beberapa jenis, antara lain:


a) Aspal Keras (Asphalt cement/AC)
Aspal keras adalah suatu jenis aspal minyak yang merupakan residu hasil
destilasi minyak bumi pada keadaan hampa udara, yang ada pada suhu normal
dan tekanan atmosfir berbentuk padat, aspal keras biasa dikelompokkan
berdasarkan kekerasan yang disebut sebagai penetrasi.
Terdapat beberapa persyaratan aspal keras, antara lain:
1) Persyaratan umum
 Berasal dari hasil minyak bumi
 Mempunyai sifat sejenis
 Kadar parafin tidak melebihi 7%
 Tidak mengandung air dan tidak berbusa jika dipanaskan sampai
1750C.
2) Berdasarkan pemeriksaan sesuai dengan syarat seperti pada “Tabel Syarat
Pemeriksaan Aspal”.

Pen 40/50 Pen 60/70 Pen 80/100


Jenis Pemeriksaan Satuan
Mak Mi Mak
Min Maks Min
s n s

Penetrasi 25%, 100 gr, 5


detik 40 59 60 79 80 99 0,0 mm

Titik lembek 50C (Ring Derajat


and bell) 51 63 48 58 46 54
celcius

Titik Nyala (Cleveland Derajat


232 - 232 - 232 -
Ovend Cup) celcius

Kehilangan berat (Thick


- 0,4 - 0,4 - 0,4 % Berat
Film Oven Test)

Kelarutan dalam CCl4 99 - 99 - 99 - % Berat

Durabilitas 100 - 100 - 100 - cm

Penetrasi setelah
75 - 75 - 75 - % semula
kehilangan berat

Berat jenis 250C 1 - 1 - 1 - Gr/cc

b) Aspal Cair
Aspal cair adalah aspal yang pada suhu normal dan tekanan atmosfer
berbentuk cair, terdiri dari aspal keras yang diencerkan dengan bahan pelarut.
Tedapat beberapa persyaratan aspal cair, antara lain:
1. Kadar perafin tidak lebih dari 2%
2. Kadar perafin tidak lebih dari 2%
3. Tidak mengandung air dan jika dipakai tidak menunjukkan pemisahan
atau penggumpalan.
Aspal cair dikelompokkan berdasarkan pengencernya, yaitu:
1. Bila ditambahkan benzeen dinamakan Rapid Curing (RC)
2. Bila ditambahkan kerosene dinamakan Medium Curing (MC)
3. Bila ditambahkan minyak berat dinamakan Slow Curing (SC)

c) Aspal Emulsi
Aspal emulsi adalah suatu jenis aspal yang terdiri dari aspal keras, air dan
bahan pengemulsi dimana pada suhu normal dan tekanan atmosfer berbentuk
cair. Aspal emulsi dikelompokkan sebagai berikut:
1. Emulsi chatianic, terdiri dari aspal keras, air dan larutan bata sehingga
akan bermuatan positif (+)
2. Emulsi anionic, terdiri dari aspal keras, air dan larutan asam, sehingga
bermuatan negatif (-)

1.2 Agregat
Agregat atau batu, atau granular material adalah material berbutir yang keras
dan kompak. Setelah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu pecah, abu
batu, dan pasir. Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam
prasarana transportasi, khususnya dalam hal ini pada perkerasan jalan. Daya
dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat yang
digunakan. Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi persyaratan akan sangat
menentukan dalam keberhasilan pembangunan atau pemeliharaan jalan.
Jenis agregat
Batuan atau agregat untuk campuran beraspal diklasifikasikan berdasarkan
sumbernya, seperti contohnya agregat alam, agregat hasil pemprosesan, agregat
buatan atau agregat artifisial.
a) Agregat alam (natural agregat)
Agregat alam adalah yang digunakan dalam bentuk alamiahnya dengan
sedikit atau tanpa pemrosesan sama sekali. Agregat ini terbentuk dari proses erosi
ilmiah atau proses pemisahan akibat angin, air, pergeseran es, dan reaksi kimia.
Aliran gletser dapat menghasilkan agregat dalam bentuk bongkahan bulat dan
batu kerikil, sedangkan aliran air menghasilkan batuan yang bulat kecil.
Dua jenis utama dari agregat alam yang digunakan untuk konstruksi jalan adalah
pasir dan kerikil. Kerikil biasanya didefinisikan sebagai agregat yang berukuran
lebih besar 6,35 mm. pasir didefinisikan sebagai yang leibh kecil dari 6,35 mm
tetapi lebih besar dari 0,075 mm. sedangkan partikel yang elbih kecil dari 0,075
mm disebut sebagai mineral pengisi (filler). Pasir dan kerikil selanjutnya
diklasifikasikan menurut sumbernya. Materi yang diambil dari tambang terbuka
(open pit) dan digunakan tanpa proses lebih lanjut disebut material dari tambang
terbuka (pit run materials) dan bila diambil dari sungai (steam bank) disebut
material sungai (steam bank materials). Deposit batu koral memiliki komposisi
yang bervariasi tetapi biasanya mengandung paisr dan lempung. Pasir pantai
terdiri atas partikel yang agak seragam, sementara pasir sungai sering
mengandung koral, lempung dan batu dalam jumlah yang lebih banyak.

b) Agregat yang diproses


Agregat yang diproses adalah batuan yang telah dipecah dan disaring
sebelum digunakan. Pemecahan agregat dilakukan karena tiga alasan: untuk
merubah tekstur permukaan-permukaan partikel dari licin ke kasar, untuk
merubah bentuk partikel dari bulat ke angular, dan untuk mengurangi serta
meningkatkan distribusi dan rentang ukuran partikel. Untuk batuan kerikil yang
besar, tujuan pemecahan bahan krakal ini adalah untuk mendapatkan ukuran batu
yang dapat dipakai, selain itu juga untuk merubah bentuk dan teksturnya.

c) Agregat buatan
Agregat ini didapatkan dari proses kimia atau fisika dari beberapa material
sehingga menghasilkan suatu material baru yang sifatnya menyerupai agregat.
Beberapa jenis dari agregat ini merupakan hasil sampingan dari proses industri
dan dari proses material yang sengaja diproses agar dapat digunakan sebagai
agregat atau sebagai material pengisi (filler).
Slag adalah contoh agregat yang didapat sebagai hasil sampingan produksi.
Batuan ini adalah substansi nonmetalik yang timbul ke permukaan dari
pencairan/peleburan biji besi selama proses peleburan. Pada saat menarik besi
dari cetakan, slag ini akan pecah menjadi partikel yang lebih kecil baik melalui
perendaman ataupun memcahkan setelah dingin. Pembuatan agregat buatan
secara langsung adalah suatu yang relatif baru. Agregat ini dibuat dengan
membakar tanah liat dan material lainnya. Produk akhir yang dihasilkan biasanya
agak ringan dan tidak memiliki daya tahan terhadap keausan yang tinggi. Agregat
buatan dapat digunakan untuk dek jembatan atau untuk perkerasan jalan dengan
mutu sebaik lapisan permukaan yang mensyaratkan ketahanan gesek maksimum.
Pada umumnya yang perlu diperhatikan adalah komposisi atau gradasi
butiran. Hal ini sangat berbeda dengan pemanfaatan agregat tersebut. Agregat
dapat dikelompokkan menjadi agregat kasar, halus dan bahan mengisi.
1. Agregat kasar
Agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kental pecah yang bersih,
kering, kuat, awet dan bebas dari bahan lain yang mengganggu serta
memenuhi persyaratan.
a. Keausan pada 500 puaram maksimum 40%
b. Kelekatan dengan aspal minimum 95%
c. Jumlah berat butiran tertahan saringan no. 4 yang mempunyai paling
sedikit dua bidang pecah (usual) minimum 50% untuk kembali pecah)
d. Indeks kepipihan/kelonjongan butiran tertahan 9,5 mm atau 3/8” maks
25%
e. Penyerapan air maksimum 3%
f. Berat jenis curah (bulk) minimum 2,5
g. Bagian lunak maksimum 5%

2. Agregat halus
Agregat halus terdiri dari bahan-bahan yang berbidang kasar, bersudut tajam
dan bersih dari kotoran atau bahan lain yang mengganggu. Agregat halus
terdiri dari pasir alam atau pasir buatan atau gabungan dari bahan-bahan
tersebut dan dalam keadaan kering.
Agregat halus harus memenuhi persyaratan.
a. Nilai sand equivalent minimum 50
b. Berat jenis curah (bulk) minimum 2,5
c. Persiapan agregat terhadap air maksimum 3%
d. Pemeriksaan alterber limit harus menunjukkan bahan adalah non plastis
3. Bahan Pengisi
Bahan pengisi terdiri dari abu batu kapur, semen (pc) atau bahan non-plastis
lainnya. Bahan pengisi harus kering dan bebas dari bahan lain yang
mengganggu dan apabila dilakukan pemeriksaan analisa saringan secara
basah, harus memenuhi gradasi sebagai berikut:

Ukuran saringan Persen Lolos

No. 30 100
No. 50 95-100
No. 100 90-100
No. 200 65-100
Sifat-sifat fisik agregat dan hubungannya dengan kinerja campuran beraspal.
Sifat-sifat fisik agregat dan hubungannya dengan kinerja campuran beraspal.
Pada campuran beraspal, agregat memberikan kontribusi sampai 90-95% terhadap
berat campuran sehingga sifat-sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu
dan kinerja campuran tersebut. Untuk tujuan ini, sifat agregat yang harus
diperiksa antara lain:
a) Ukuran butir
b) Gradasi
c) Kebersihan
d) Kekerasan
e) Bentuk partikel
f) Tekstur permukaan
g) Penyerapan
1. Ukuran butir
Ukuran agregat dalam suatu campuran beraspal terdistribusi dari yang
berukuran besar sampai ke yang kecil. Semakin besar ukuran maksimum agregat
yang dipakai semakin banyak variasi ukurannya dalam campuran tersebut. Ada
dua istilah yang biasanya digunakan berkenaan dengan ukuran butir agregat,
yaitu:
 Ukuran maksimum, yang didefenisikan sebagai ukuran seringan terkecil
yang meloloskan 100% agregat
 Ukuran nominal maksimum, yang didefenisikan sebagai ukuran saringan
terbesar yang masih menahan maksimum dari 10% agregat.
 Agregat kasar : agregat yang tertahan saringan No. 18 (2,36 mm).
 Agregat halus : agregat yang lolos saringan No. 8 (2,36 mm).
 Mineral pengisi : fraksi dari agregat halus yang lolos saringan no. 200 (2,3
mm), minimal 75% terhadap berat total agregat.
 Mineral abu : fraksi dari agregat halus yang 100% lolos saringan no. 200
(0,075 mm).

2. Gradasi
Seluruh spesifikasi perkerasan mensyaratkan bahwa partikel agregat harus
berada dalam rentang ukuran tertentu dengan untuk masing-masing ukuran
partikel harus dalam proporsi tertentu. Distribusi dari variasi ukuran butir agregat
ini disebut gradasi agregat. Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga
dalam campuran dan menentukan workabilitas (sifat mudah dikerjakan) dan
stabilitas campuran.
Untuk menentukan apakah gradasi agregat memenuhi spesifikasi atau tidak,
diperlukan suatu pemahaman bagaimana ukuran partikel dan gradasi agregat
diukur. Gradasi agregat ditentukan oleh analisa saringan, dimana contoh agregat
harus melalui satu set saringan. Ukuran saringan menyatakan ukuran bukaan
jaringan kawatnya dan nomor saringan menyatakan banyaknya bukaan jaringan
kawat per inci persegi dari saringan tersebut.
Gradasi agregat dinyatakan dalam persentase berat masing-masing contoh
yang lolos pada saringan tertentu. Persentase ini ditentukan dengan menimbang
agregat yang lolos atau tertahan pada masing-masing saringan.
Gradasi agregat dinyatakan dalam persentase dalam persentase berat masing-
masing contoh yang lolos pada saringan tertentu. Persentase ini ditenutkan dengan
menimbang agregat yang lolos atau tertahan pada masing-masing saringan.
Gradasi agregat dapat dibedakan atas:
a. Gradasi seragam (uniform graded) /gradasi terbuka (open graded)
Adalah gradasi agregat dengan ukuran yang hampor sama. Gradasi seragam
disebut juga gradasi terbuka (open graded) karena hanya mengandung
sedikit agregat halus sehingga terdapat banyak ruang/rongga kosong antar
agregat. Campuran beraspal yang dibuat dengan gradasi ini bersifat porus
atau memiliki permeabilitas yang tinggi, stabilitas rendah dan memiliki
berat isi yang kecil.
b. Gradasi rapat (dense graded)
Adalah gradasi agregat dimana terdapat butiran dari agregat kasar sampai
halus, sehingga sering juga disebut gradasi menerus, atau gradasi baik (well
graded). Suatu campuran dikatakan bergradasi sangat rapat bila persentase
lolos dari masing-masing saringan memenuhi persamaan.

c. Gradasi senjang (gap graded)


Adalah gradasi agregat dimana ukuran agregat yang tidak lengkap atau da
fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya sedikit sekali, oleh sebab itu
gradasi ini disebut juga gradasi senjang (gap graded). Campuran agregat
dengan gradasi ini memiliki kualitas peralihan dari kedua gradasi yang
disebutkan di atas.
Bentuk gradasi agregat biasanya digambarkan dalam suatu grafik hubungan
antara saringan pada sumbu horizontal dan persentase agregat yang lolos
saringan tertentu dinyatakan pada sumbu agregat secara tipikal ditunjukkan
pada grafik di bawah.

Gambar 1 Contoh tipikal macam – macam gradasi agregat

d. Kebersihan agregat
Agregat yang kotor akan memberikan pengaruh yang jelek pada kinerja
perkerasan, seperti berkurangnya ikatan antara aspal dengan agregat yang
disebabkan karena banyaknya kandungan lempung pada agregat tersebut.

e. Kekerasan (toughness)
Semua agregat yang digunakan barus kuat, mampu menahan abrasi dan
degradasi selama proses produksi dan operasionalnya dari lapangan.
Agregat yang akan digunakan sebagai lapis permukaan perkerasan harus
lebih keras (lebih tahan) daripada agregat yang digunakan untuk lapis
bawahnya.

f. Bentuk butir agregat


Agregat memiliki bentuk butir dari bulat (rounded) sampai bersudut
(angular). Bentuk butir agregat ini dapat mempengaruhi workabilitas
campuran perkerasan selama penghamparan, yaitu dalam hal energi
pemadatan yang dibutuhkan untuk memadatkan campuran, dan kekuatan
struktur perkerasan selama umur pelayanannya.

g. Tekstur permukaan agregat


Permukaan agregat yang kasar akan memberikan kekuatan pada campuran
beraspal karena kekasaran permukaan agregat dapat menahan agregat
tersebut dari pergeseran atau perpindahan. Kekasaran permukaan agregat
juga akan memberikan tahanan gesek yang kuat pada roda kendaraan
sehingga akan meningkatkan keamanan kendaraan terhadap slip.

h. Daya serap agregat


Kemampuan agregat untuk menyerap air dan aspal dalah suatu informasi
yang penting yang harus diektahui dalam pembuatan campuran beraspal.
Jika daya serap agregat sangat tinggi, agregat ini akan terus menyerap aspal
baik pada saat maupun setelah proses pencampuran agregat di unit
campuran aspal (ANP). Hal ini akan menyebabkan aspal yang berada pada
permukaan agregat yang berguna untuk mengikat.
DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
TATA TERTIB
PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
LEMBAR ASISTENSI KESELURUHAN
LEMBAR ASISTENSI MODUL

BAB 1. PEMERIKSAAN PENETRASI ASPAL


1. Pelaksanaan Praktikum
2. Maksud dan Tujuan
3. Peralatan dan Bahan
4. Teori Dasar dan Teori Tambahan
5. Prosedur Percobaan
6. Analisa Data
7. Gambar Alat
8. Kesimpulan dan Saran

BAB 2. PENGUJIAN KEHILANGAN BERAT (TFOT)


1. Pelaksanaan Praktikum
2. Maksud dan Tujuan
3. Peralatan dan Bahan
4. Teori Dasar dan Teori Tambahan
5. Prosedur Percobaan
6. Analisa Data
7. Gambar Alat
8. Kesimpulan dan Saran
BAB 3. BERAT JENIS BITUMEN
1. Pelaksanaan Praktikum
2. Maksud dan Tujuan
3. Peralatan dan Bahan
4. Teori Dasar dan Teori Tambahan
5. Prosedur Percobaan
6. Analisa Data
7. Gambar Alat
8. Kesimpulan dan Saran

BAB 4. PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL


1. Pelaksanaan Praktikum
2. Maksud dan Tujuan
3. Peralatan dan Bahan
4. Teori Dasar dan Teori Tambahan
5. Prosedur Percobaan
6. Analisa Data
7. Gambar Alat
8. Kesimpulan dan Saran

BAB 5. DAKTILITAS BAHAN BITUMEN


1. Pelaksanaan Praktikum
2. Maksud dan Tujuan
3. Peralatan dan Bahan
4. Teori Dasar dan Teori Tambahan
5. Prosedur Percobaan
6. Analisa Data
7. Gambar Alat
8. Kesimpulan dan Saran
BAB 6. ANALISA SARINGAN
1. Pelaksanaan Praktikum
2. Maksud dan Tujuan
3. Peralatan dan Bahan
4. Teori Dasar dan Teori Tambahan
5. Prosedur Percobaan
6. Analisa Data
7. Gambar Alat
8. Kesimpulan dan Saran

BAB 7. MARSHALL TEST


1. Pelaksanaan Praktikum
2. Maksud dan Tujuan
3. Peralatan dan Bahan
4. Teori Dasar dan Teori Tambahan
5. Prosedur Percobaan
6. Analisa Data
7. Gambar Alat
8. Kesimpulan dan Saran

BAB 8. CENTRIFUGE EXTRACTOR TEST


1. Pelaksanaan Praktikum
2. Maksud dan Tujuan
3. Peralatan dan Bahan
4. Teori Dasar dan Teori Tambahan
5. Prosedur Percobaan
6. Analisa Data
7. Gambar Alat
8. Kesimpulan dan Saran

Anda mungkin juga menyukai