Sejarah Dinasti Syafawi Di Persia. SKI
Sejarah Dinasti Syafawi Di Persia. SKI
Dosen Pengampu:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Dinasti Syafawi di Mesir”
dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan
Materi SKI. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca
maupun penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Khairuddin, M.Ag selaku dosen
mata kuliah Pengembangan Materi SKI. Ucapan terimakasih juga di sampaikan kepada
seluruh pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah
ini masih banyak mengalami kekurangan. Oleh karena itu.saran dan kritik yg membangun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
A. Materi Uraian………………………………………………………..1-6
ii
A. MATERI
Dinasti Safawiyyah (bahasa Persia: ;سلسلهٔ صفويانbahasa Azeri: )صفویلرadalah salah satu
dinasti terpenting dalam sejarah Iran. Dinasti ini merupakan salah satu kerajaan dinegeri
Persia terbesar semenjak penaklukan Muslim di Persia. Negeri ini juga menjadikan Islam
Syiah sebagai agama resmi, sehingga menjadi salah satu sejarah dalam sejarah Islam.
Safawiyyah berkuasa dari tahun 1501 hingga 1722 (mengalami restorasi singkat dari tahun
1729 hingga 1736).
Latar belakang yang mempengaruhi terbentuknya dinasti Syafawi ialah, Pada abad
ke-15, Kesultanan Utsmaniyah mulai memasuki daerah orang Persia, mengakibatkan
Perang Utsmaniyah-Safawiyah. Sebagai balasan, pengikut Safawiyah dari Ardabil merebut
Tabriz dari Turki di bawah pimpinan Alwand. Safawiyah kemudian dipimpin oleh Ismail I
dan di bawah pemerintahannya, Tabriz menjadi ibu kota dinasti Safawiyah dan ia sendiri
mendapat gelar Shah Azerbaijan. Kemudian, Ismail I berhasil mencapai barat laut Iran dan
merebut semua wilayah Iran dari Turki. Pada tahun 1511, tentara Uzbek berhasil diusir.
Ketika Ismail I berkuasa ia menjadikan bahasa Azeri sebagai bahasa resmi. Ada banyak
negara lokal sebelum negara Iran yang didirikan oleh Ismaʻil I.
Ismail I mampu menyatukan semua wilayah ini di bawah Negara Safawi Iran yang dia
ciptakan. Sepanjang pemerintahan Safawiyah, Islam Syiah menjadi agama resmi Iran
walaupun Syiah sudah lama dipraktikan sebelum zaman Safawiyah. Raja-raja Safawiyah
kemudiannya membawa masuk lebih banyak ulama-ulama Syiah dan menganugerahkan
mereka uang dan tanah sebagai hadiah atas kesetiaan mereka kepada dinasti Safawiyah.
1
b. Sistem hukum: Daulah Syafawi menggunakan sistem hukum policy decision yakni
pengambilan keputusan kebijakan yang mengikat mengenai alokasi dari nilai-nilai, baik
yang bersifat meteril maupun yang bersifat non-material. Pengambilan keputusan dan
kebijakan tersebut melalui proses politik yang melibatkan rakyat, agar sesuatu yang
diputuskan diterima dan dilaksanakan oleh rakyat secara konsisten untuk tercapainya
tujuan masyarakat yakni terwujudnya imam. Agar mereka meraih kesejahteraan dan
kebahagiaan, baik di dunia dan di akhirat.
c. Ekspansi wilayah: Karena kekuatan militer kerajaan Syafawi yang sangat kuat berkat
adanya pasukan Ghulam, yang berhasil menjaga keamanan kerajaan maupun
memberantas pemberontakan yang menjadi ancaman bagi keutuhan Kerajaan Syafawi.
Dinasti Syafawi pun berusaha memperluas wilayahnya, Abbas I berusaha merebut kembali
daerah kekuasaannya yang telah direbut oleh pasukan Turki Usmani. Pada tahun 1598, ia
menaklukkan Herat, Mard dan Balkh. Ia juga berhasil menguasai Tibris, Syirwan,
Baghdad. Dan kemudian ia berhasil merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan
Gumrun menjadi pelabuhan bandar Abbas. Yang menjadikan wilayah Dinasti Syafawi
sangat luas pada saat itu yakni mencakup seluruh Persia hingga di bagian timur Fertile
Crescent.
1. Ismail I: Di bawah pimpinan Ismail I pada tahun 1501 M ia dan pasukan Qizilbash
menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu di Sharur dekat Nakhchivan. Pasukan ini terus
berusaha memasuki, dan menaklukan Tabriz (ibu kota AK Koyunlu) yang akhirnya berhasil
direbut dan didudukinya. Di kota inilah Ismail di proklamasikan sebagai raja pertama
Dinasti Syafawi yang disebut sebagai Ismail I. Ismail I berkuasa selama lebih kurang 23
tahun antara tahun 1501 sampai dengan 1524 M. Pada sepuluh tahun pertama menjabat
sebagai raja ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, yaitu propinsi Kaspia di
Nazandaran, Gurgan dan Yazd, kemudian Baghdad dan daerah barat Persia. Hanya dalam
waktu sepuluh tahun wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh Persia dan bagian timur
Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent).
2. Tahmasp I, Ismail II, dan Muhammad Khudabanda: Pada masa pemerintahan 3 raja ini
kerajaan Safawi dalam keadaan lemah di karenakan peperang antara 2 kerajaan besar Islam
yaitu kerajaan Turki Utsmani yang lebih kuat dan kerajan Syafawi. Tidak hanya itu,
2
lemahnya kerajaan Syafawi juga di karenakan sering terjadinya pertentangan antara
kelompok-kelompok didalam negeri.
3. Abbas I : Pada masa pemerintahan Abbas I ia berhasil membuat kerajaan safawi menjadi
kuat kembali, dan memusatkan perhatiannya ke luar dengan berusaha merebut kembali
wilayah-wilayah kekuasaan yang hilang. Kemudian ia merubah dari gerakan tarekat murni
yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syria
dan Anatolia (Asia kecil)7 dan pengikutnya pun semakin bertambah. Fanatisme terhadap
tarekat ini yang menentang sikap orang yang tidak mengikuti faham mereka, memotivasi
gerakan ini memasuki dunia politik.
4. Safi Mirza: Pada masa kepemimpinannya ia adalah pemimpin yang lemah dan sangat kejam
kepada pembesar pembesar kerajaan, sehingga pemerintahannya mengalami penurunan
drastis. Kota Kandahar (sekarang termasuk wilayah Afghanistan) lepas dari kekuasaan
Daulah Safawiyah karena direbut oleh Daulah Mughal yang ketika itu dipimpin oleh Sultan
Syah Jehan sebab Safi Mirza tidak dapat mempertahankannya.
5. Abbas II dan Sulaiman: adalah sultan yang suka minum minuman keras sehingga jatuh sakit
dan meninggal dunia, serta bertindak kejam kepada para pembesar daulah Syafawi yang
dicurigainya.
6. Husein: adalah seorang yang alim, tetapi memberikan kekuasaan yang besar dan dominan
kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan faham Syi’ah kepada para penduduk
yang beraliran Sunni, sehingga timbul kemarahan golongan Sunni Afghanistan, mereka
berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Daulah Safawiyah.
7. Tahmasp II: berkuasa di Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad yang bekerja
sama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk mengusir bangsa Afghan yang mendiami
Isfahan. Pada tahun 1729 M pasukan Nadir Khan mengalahkan raja Asyraf yang berkuasa di
Isfahan. Dengan demikian Daulah Syafawi berkuasa kembali di Persia. Akan tetapi, setelah
tiga tahun Sultan Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan.
8. Abbas III: adalah anak dari Tahmasp II yang ketika itu masih sangat kecil. Dan empat tahun
kemudian tepatnya tanggal 8 Maret 1736 M Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai Sultan
di Persia sebagai Abbas III yang menggantikan ayahnya (Tahmasp II).
3
9. Junaid: Pada masa pemerintahan Junaid, kerajaan Syafawi mulai muncul konflik-konflik
dengan kekuatan-kekuatan politik yang ada di Persia ketika itu, misalnya konflik dengan
Kara Konyunlu yang bermazhab Syi’ah.
10. Haidar: Setelah ayahnya wafat ketika itu Haidar masih berumur 10 tahun, ia di didik oleh
Uzun Hasan sampai ia dewasa. Untuk mempererat hubungannya dengan Uzun Hasan, ia
menikahi putrinya dan lahir tiga orang putera yaitu Ali, Ismail dan Ibrahim. Pada masa
pemerintahannya, ia membuat lambang baru untuk para pengikutnya, yaitu serban merah
dengan jambul yang pasukannya itu dikenal dengan nama “Qizilbasy” (pasukan baret
merah). Ia melanjutkan persekutuan ayahnya dengan AK.Koyunlu untuk melawan Kara
Koyunlu. Dan Ia berhasil mengalahkan Kara Konyunlu. Akan tetapi persekutuannya
dengan AK.Koyunlu berantakan dan berakhir bermusuhan. AK.Koyunlu menganggap
Safawi sebagai saingannya untuk meraih kekuasaan. Sehingga AK.Koyunlu berusaha
melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan Syafawi yang menyebabkan terbunuhnya
Haidar.
Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan seni Dalam sejarah Islam, bangsa Persia
terkenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila pada masa Kerajaan Syafawi,
khususnya ketika Abbas I berkuasa, tradisi keilmuan terus berkembang. Pada puncak
kejayaannya, sastra, kesenian dan arsitektur Persia berkembang pesat dan contohnya adalah
pembangunan Alun-alun Naghshi Jahan di Isfahan. Dalam bidang ekonomi, perdagangan
Iran berkembang karena letaknya di tengah-tengah Jalur Sutera. Pada masa kejayaannya ini
disebut-sebut sebagai salah satu Negeri Mesiu Islam dan juga memiliki pengaruh yang kuat
di wilayah Timur Tengah. Sehingga termasuk dalam salah satu Kekuatan Besar pada masa
itu.
Kemunduran Dinasti Syafawi diakibatkan adanya konflik yang berkepanjangan
dengan kerajaan Utsmani. Berdirinya kerajaan Safawi yang bermadzhab Syi’ah merupakan
ancaman bagi kerajaan Utsmani, sehingga tidak pernah ada perdamaian antara dua kerajaan
besar ini. Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan Safawi.
Raja Sulaiman yang pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh
tahun tidak pernah sekalipun ssmenyempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula
dengan sultan Husein. Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak
4
memiliki semangat perjuangan yang tinggi. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki
ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani.
Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan
dan pertahanan kerajaan Safawi.
B. URAIAN
Materi pembelajaran tentang Dinasti Syafawi dapat diuraikan menjadi beberapa struktur dan
jenis, antara lain:
Struktur Materi:
1. Latar belakang sejarah: Menjelaskan periode waktu dan kejadian penting yang
terjadi pada masa Dinasti Syafawi.
2. Sistem sosial: menjelaskan sistem kehidupan Dinasti Syafawi, seperti sistem suku,
sistem kekerabatan, dan sistem hukum yang digunakan.
3. Kehidupan ekonomi: menjelaskan kondisi perdagangan dan kegiatan ekonomi
Dinasti Syafawi.
4. Budaya dan seni: menjelaskan kebiasaan, tradisi, dan karya seni yang dihasilkan
oleh Dinasti Syafawi, seperti puisi dan lukisan.
5. Agama dan kepercayaan: menjelaskan kepercayaan yang dianut oleh Dinasti
Syafawi.
Jenis Materi:
1. Teks: materi berupa teks dapat berupa buku, artikel, atau makalah yang
menjelaskan kondisi Dinasti Syafawi dengan lebih mendalam.
2. Gambar: materi berupa gambar dapat berupa peta wilayah Dinasti Syafawi atau
gambar-gambar yang menunjukkan kehidupan dan budaya Dinasti Syafawi pada
masa tersebut.
5
1. Mempertimbangkan perkembangan teknologi
Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa. Hal ini
dapat membantu siswa memahami materi dengan lebih baik dan memperoleh hasil
yang lebih baik
Dalam pengajaran materi tentang kondisi Dinasti Syafawi, guru dapat memilih dan
menggabungkan berbagai jenis dan struktur materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Berikut adalah beberapa sumber yang dapat digunakan dalam pengembangan materi
pembelajaran tentang Dinasti Syafawi
1. Sumber Sejarah
6
2. Sumber Literatur
3. Sumber Visual
4. Sumber Lisan
Sumber lisan seperti cerita rakyat, legenda, dan tradisi lisan dapat digunakan
sebagai bahan pengembangan materi pembelajaran. Sumber lisan ini dapat
memberikan gambaran pada masa Dinasti Syafawi.
5. Sumber Online
Sumber online seperti situs sejarah dan museum virtual dapat digunakan
sebagai bahan pengembangan materi pembelajaran. Sumber online dapat memberikan
akses ke berbagai informasi dan sumber yang relevan tentang arti dan tugas Dinasti
Syafawi.