Anda di halaman 1dari 3

Kebijakan penting dinasti syafawi

a) Sistem pemerintahan : Dinasti Syafawi menggunakan sistem pemerintahan Islam Wilayat


al-Faqih di Iran. Yang menunjukkan bahwa mereka tidak hanya berperan dalam dunia
keagamaan semata, namun juga memiliki kewajiban sebagai pemegang kendali moral sosial
masyarakat serta di bentuknya sistem administrasi pemerintahan yang terstruktur dengan
baik.

b) Sistem hukum : Daulah Syafawi menggunakan sistem hukum policy decision yakni
pengambilan keputusan kebijakan yang mengikat mengenai alokasi dari nilai-nilai, baik
yang bersifat meteril maupun yang bersifat non-material. Pengambilan keputusan dan
kebijakan tersebut melalui proses politik yang melibatkan rakyat, agar sesuatu yang
diputuskan diterima dan dilaksanakan oleh rakyat secara konsisten untuk tercapainya tujuan
masyarakat yakni terwujudnya imam. Agar mereka meraih kesejahteraan dan kebahagiaan,
baik di dunia dan di akhirat.

c) Ekspansi wilayah : Karena kekuatan militer kerajaan Syafawi yang sangat kuat berkat
adanya pasukan Ghulam, yang berhasil menjaga keamanan kerajaan maupun memberantas
pemberontakan yang menjadi ancaman bagi keutuhan Kerajaan Syafawi. Dinasti Syafawi
pun berusaha memperluas wilayahnya, Abbas I berusaha merebut kembali daerah
kekuasaannya yang telah direbut oleh pasukan Turki Usmani. Pada tahun 1598, ia
menaklukkan Herat, Mard dan Balkh. Ia juga berhasil menguasai Tibris, Syirwan, Baghdad.
Dan kemudian ia berhasil merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun
menjadi pelabuhan bandar Abbas. Yang menjadikan wilayah Dinasti Syafawi sangat luas
pada saat itu yakni mencakup seluruh Persia hingga di bagian timur Fertile Crescent.

Tokoh-tokoh berpengaruh dinasti syafawi

1. Ismail I : Di bawah pimpinan Ismail I pada tahun 1501 M ia dan pasukan Qizilbash
menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu di Sharur dekat Nakhchivan. Pasukan ini terus
berusaha memasuki, dan menaklukan Tabriz (ibu kota AK Koyunlu) yang akhirnya berhasil
direbut dan didudukinya. Di kota inilah Ismail di proklamasikan sebagai raja pertama
Dinasti Syafawi yang disebut sebagai Ismail I. Ismail I berkuasa selama lebih kurang 23
tahun antara tahun 1501 sampai dengan 1524 M. Pada sepuluh tahun pertama menjabat
sebagai raja ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, yaitu propinsi Kaspia di
Nazandaran, Gurgan dan Yazd, kemudian Baghdad dan daerah barat Persia. Hanya dalam
waktu sepuluh tahun wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh Persia dan bagian timur
Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent).

2. Tahmasp I, Ismail II, dan Muhammad Khudabanda : Pada masa pemerintahan 3 raja ini
kerajaan Safawi dalam keadaan lemah di karenakan peperang antara 2 kerajaan besar Islam
yaitu kerajaan Turki Utsmani yang lebih kuat dan kerajan Syafawi. Tidak hanya itu,
lemahnya kerajaan Syafawi juga di karenakan sering terjadinya pertentangan antara
kelompok-kelompok didalam negeri.

3. Abbas I : Pada masa pemerintahan Abbas I ia berhasil membuat kerajaan safawi menjadi kuat
kembali, dan memusatkan perhatiannya ke luar dengan berusaha merebut kembali wilayah-
wilayah kekuasaan yang hilang. Kemudian ia merubah dari gerakan tarekat murni yang
bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syria dan
Anatolia (Asia kecil)7 dan pengikutnya pun semakin bertambah. Fanatisme terhadap tarekat
ini yang menentang sikap orang yang tidak mengikuti faham mereka, memotivasi gerakan ini
memasuki dunia politik.

4. Safi Mirza : Pada masa kepemimpinannya ia adalah pemimpin yang lemah dan sangat kejam
kepada pembesar pembesar kerajaan, sehingga pemerintahannya mengalami penurunan
drastis. Kota Kandahar (sekarang termasuk wilayah Afghanistan) lepas dari kekuasaan
Daulah Safawiyah karena direbut oleh Daulah Mughal yang ketika itu dipimpin oleh Sultan
Syah Jehan sebab Safi Mirza tidak dapat mempertahankannya.

5. Abbas II dan Sulaiman : adalah sultan yang suka minum minuman keras sehingga jatuh sakit
dan meninggal dunia, serta bertindak kejam kepada para pembesar daulah Syafawi yang
dicurigainya.

6. Husein : adalah seorang yang alim, tetapi memberikan kekuasaan yang besar dan dominan
kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan faham Syi’ah kepada para penduduk
yang beraliran Sunni, sehingga timbul kemarahan golongan Sunni Afghanistan, mereka
berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Daulah Safawiyah.
7. Tahmasp II : berkuasa di Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad yang bekerja
sama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk mengusir bangsa Afghan yang mendiami
Isfahan. Pada tahun 1729 M pasukan Nadir Khan mengalahkan raja Asyraf yang berkuasa di
Isfahan. Dengan demikian Daulah Syafawi berkuasa kembali di Persia. Akan tetapi, setelah
tiga tahun Sultan Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan.

8. Abbas III : adalah anak dari Tahmasp II yang ketika itu masih sangat kecil. Dan empat tahun
kemudian tepatnya tanggal 8 Maret 1736 M Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai Sultan di
Persia sebagai Abbas III yang menggantikan ayahnya (Tahmasp II).

9. Junaid : Pada masa pemerintahan Junaid, kerajaan Syafawi mulai muncul konflik-konflik
dengan kekuatan-kekuatan politik yang ada di Persia ketika itu, misalnya konflik dengan Kara
Konyunlu yang bermazhab Syi’ah.

10. Haidar : Setelah ayahnya wafat ketika itu Haidar masih berumur 10 tahun, ia di didik oleh
Uzun Hasan sampai ia dewasa. Untuk mempererat hubungannya dengan Uzun Hasan, ia
menikahi putrinya dan lahir tiga orang putera yaitu Ali, Ismail dan Ibrahim. Pada masa
pemerintahannya, ia membuat lambang baru untuk para pengikutnya, yaitu serban merah
dengan jambul yang pasukannya itu dikenal dengan nama “Qizilbasy” (pasukan baret merah).
Ia melanjutkan persekutuan ayahnya dengan AK.Koyunlu untuk melawan Kara Koyunlu. Dan
Ia berhasil mengalahkan Kara Konyunlu. Akan tetapi persekutuannya dengan AK.Koyunlu
berantakan dan berakhir bermusuhan. AK.Koyunlu menganggap Safawi sebagai saingannya
untuk meraih kekuasaan. Sehingga AK.Koyunlu berusaha melenyapkan kekuatan militer dan
kekuasaan Syafawi yang menyebabkan terbunuhnya Haidar.

Anda mungkin juga menyukai