Makalah Auditing Bab 10
Makalah Auditing Bab 10
MAKALAH AUDITING I
Dosen pengampu :
Disusun kelompok 4 :
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2022
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas semua limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemeriksaan Piutang Usaha Dan Lainnya” tepat pada
waktu nya. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Luthfi, S.E.,M.Si sebagai dosen
pembimbing mata kuliah “Auditing I”. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi
agar makalah ini bisa pembaca praktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dan pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Hormat Kami
Kelompok 4
2
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................9
3.2 Saran.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
4
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Piutang usaha.
2. Wesel tagih.
3. Piutang pegawai.
4. Piutang bunga.
5. Uang muka.
7. Putang lain-lain.
8. Allowancce for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih). Perkiraan piutang pemegang
saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendin (tidak digabung dengan
perkiraan piutang) karena sifatnya yang berbeda. Piutang dinyatakan sebesar jumlah tagihan
dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap
disajikan pada laporan posisi keuangan (neraca) diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang
tidak dapat ditagih.
5
6
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik atas
piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keotentikan) dari pada piutang
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent lability) yang timbul karena
pendiskontoan wesel tagih (notes recivable).
5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang dilaporan posisi keuangan (neraca) sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan SAK ETAP.
1. Untuk mengetahui apakah terdapat internal control yang baik atas piutang dan transaksi
penjualan, plutang dan penerimaan kas.Jika akuntan pubilk (auditor) dapat meyakinkan dirinya
bahwa internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas berjalan
efektif maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan subtantive
2. Untuk memeriksa validity dan authenticity dari piutang. Validity maksudnya apakah piutang
itu sah, masih berlaku, dalam arti diakui oleh yang mempunyai utang. Authenticity maksudnya
apakah piutang itu didukung oleh bukti-bukti yang otentik seperti sales order, delivery order
yang sudah ditandatangani oleh pelanggan sebagai bukti bahwa pelanggan telah menerima
barang yang dipesan, dan fatur penjualan.
3. Untuk memeriksa collectibility piutang dan cukup tidaknya alowance for bad debt.
Collectibility maksudnya adalah kemungkinan tertagihnya piutang. Piutang harus disajikan di
laporan posisi keuangan (neraca) sebesar jumlah yang diperkirakan bisa ditagih. Karena itu
6
7
jumlah yang diperkirakan tidak bisa ditagih harus dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang
cukup.
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat yang timbul dari pendiskontoan wesel
tagih Jika perusahaan mempunyai wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum tanggal jatuh
temponya, maka pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca) harus diungkapkan adanya
contingent lability yang berasal dari pendiskontoan wesel tagih tersebut.5. Untuk memeriksa
apakah penyajian piutang di Laporan posisi keuangan (neraca) sesuai dengan standar akuntansi
keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
Penurunan nilai pinjaman yang diberikan dan piutang dibentuk sebesar estimasi kerugian
yang tidak dapat ditagih. Penurunan nilai ditentukan dengan memperhatikan antara lain
pengalaman, prospek industri, prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada
arus kas, kemampuan membayar debitor, dan agunan yang dikuasai.
1. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutangda
penerimaan kas.
2. Buat top schedule dan supporting schedule piutang per tanggal laporan posisi keuangan
neraca.
3. Minta aging schedule dari piutang usaha per tanggal neraca yang antara lain menunjukkan
nama pelanggan, saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent collections nya.Selain
itu perlu juga diminta rincian piutang pegawai, wesel tagih, uang muka danlain-lain per tanggal
neraca.
7
8
5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice
7. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas untuk
periode setelah taggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaianpemeriksaan lapangan
audit.
8. Periksa pakah ada wesel tagih yang di diskontokan untuk mengetaui kemungkinanadanya
contingent liability.
9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang di sediakan
oleh klein sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil
10. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain,lebih kurang
2 minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca.
11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank dan correspondence
file untuk mengetahui apakah ada piutang yang disajikan sebagai jaminan.
13. Periksa apakah penyajian piutang di laporan posisi keuangan (neraca) dilakukan sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
1. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan kas
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule Piutang usaha per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca).
3. Analisis umur piutang usaha (aging schedule piutang), seperti yang terlihat di Exhibit
10-5, harus menunjukkan: nama pelanggan, saldo piutang, umur piutang usaha (belum
jatuh tempo, 0-30 hari, 31-60 hari, 61-90 hari, 91-120 hari, > 120 hari) dan kalau bisa
penagihan sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) (subsequent collections).
8
9
4. Periksa mathematical accuracynya dan check invidual balance ke sub ledger lalu total nya
A ke general ledger.
5. Test check umur piutang usaha dari beberapa customer ke subledger piutang usaha dan
sales invoice.
6. Kirimkan konfirmasi piutang usaha.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tujuan pemeriksaan audit adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern
(internal control) yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas .
Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (ke otentikan) dari pada piutang. Untuk
memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya perkiraan
allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih). Untuk mengetahui apakah ada
kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes
receivable). Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.
3.2. Saran
Berdasarkan pembahasan kelompok penyusun memberikan saran bahwa perlu adanya riset atau
pembahasan lebih lanjut terkait praktek terbaik mutakhir pada pemeriksaan piutang usaha dan
piutang lainnya yang saat ini digunakan oleh auditor terutama auditor KAP Big Four.
9
10
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno, 2012, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh AkuntanPublik,
Edisike- 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Per 1 Juli 2009, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
10
11
LAMPIRAN
Soal Auditing 1
1. Informasi yang memungkinkan penggunanya untuk mengetahui apakah jumlah yang terutang
kepada mereka akan dibayar, merupakan aspek laporan keuangan yang menjadi fokus dari
pengguna laporan keuangan ini:
A. Investor
B. Pemerintah
D. Karyawan
Jawaban : C
berikut:
Jawaban : B
3. Manakah dari biaya berikut ini yang dapat diakui dalam aset tetap?
11
12
Jawaban : D
Jawaban : C
5. Pada saat terjadi inflasi, bagaimana dampak digunakannya konsep biaya historis
C. Nilai aset menjadi terlalu rendah dan laba perusahaan menjadi terlalu
12
13
tinggi
D. Nilai aset menjadi terlalu tinggi dan laba perusahaan menjadi terlalu rendah
Jawaban : C
5. Pada saat terjadi inflasi, bagaimana dampak digunakannya konsep biaya historis
C. Nilai aset menjadi terlalu rendah dan laba perusahaan menjadi terlalu
tinggi
D. Nilai aset menjadi terlalu tinggi dan laba perusahaan menjadi terlalu rendah
Jawaban : C
6. Dewan direksi dari PT LOGAM ingin menghilangkan suatu pos dari laporan keuangan
Informasi atas pos tersebut akan mempengaruhi pengguna laporan keuangan ketika
A. Netral
B. Kehati-hatian
C. Materialitas
D. Dapat dipahami
Jawaban : C
13
14
A. Keterbandingan
B. Keterverifikasian
C. Keterpahaman
D. Ketepatwaktuan
Jawaban : B
8. Informasi keuangan harus lengkap, netral dan bebas dari kesalahan. Hal tersebut
A. Relevansi
B. Materialitas
C. Representasi tepat
D. Keterbandingan
Jawaban : C
10. Suatu informasi keuangan menyediakan umpan balik tentang evaluasi sebelumnya.
Hal tersebut:
14
15
Jawaban : D
1 .Mengapa daftar umur piutang sangat berkaitan erat dengan dilakukannya proses audit
pemeriksaan terhadap piutang?
Jawaban:
15