Dunis10 November
Dunis10 November
Di edisi ini, kita akan membahas tentang Mujtahid nih Sobat Aer. Udah pada tau gk ini pengertian Mujtahid itu
apa hayo??? Mungkin ad yang blum tau ya. Yukk Sobat…mari kita simak bareng2 agar bertambah wawasan kta
Mutjathid adalah orang yang melakukan ijtihat, Sobat. Lalu apa pengertian ijtihat? Ijtihat ialah upaya memahami
atau menggali hukum terdahulu untuk diimplementasikan dalam permasalahan yang baru. Di dunia Islam, termasuk
Indonesia, ada empat besar Mujtahid Imam Madzhab yang sampai saat ini masih eksis diikuti oleh para pengikutnya
diseluruh dunia. Pastinya Sobat Aer udah pd tau ini yaa..Diantara madzhab-madzhab yang lain, maka empat madzhab
mujtahid inilah yang paling banyak didikuti. Empat Mujtahid Imam Madzhab itu adalah :
1. Mujtahid Imam Madzhab Abu Hanifah.
Inilah salah satu dari empat Mujtahid Imam Madzhab yang kemudian menjadi imam untuk Madzhab Hanafiyyah.
Nama lengkap beliau adalah Abu Hanifah An-Nu’man bin Basyir bin Zutha Maula Taimullah bin Tsa’labah al-Kufi at-Taini.
Beliau lahir di Kufah, Iraq pada tahun 80 H = 699 M. Beliau sebenarnya bukan orang pribumi asli Kufah, karena kakeknya
yaitu Maula Taimullah berasal dari Persi. Imam Abu Hanifah ini termasuk dalam golongan tabi’in, karena beliau masih
sempat bertemu dengan para sahabat dan berguru kepada mereka.
Imam Abu Hanifah adalah seorang imam yang sangat taqwa. Beliau tidak pernah mau menerima hadiah yang biasa
diberikan penguasa kepada para ulama demi mempertahankan nilai keutamaan (wira’i)-nya. Pada masa pemerintahan
Bani Umayah, tepatnya pada masa pemerintahan Marwan, beliau dihukum dera dengan cambukan, karena menolak
ketika diminta menjadi hakim (qadli) untuk wilayah Kufah. Setelah hukuman cambukan berlangsung selama 11 hari
dengan 10 kali cambukan perhari atau setelah beliau menerima 110 kali cambukan, dan beliau tetap teguh dengan
pendiriannya, maka Marwan kemudian membebaskan hukuman untuk beliau.
Pada masa kekuasaan dikendalikan oleh Bani Abbasiyah, yaitu saat pemerintahan dipegang oleh raja ke-duanya yaitu
Abu Ja’far Al-Manshur, Imam Abu Hanifah kembali lagi diminta untuk menjadi qadli (hakim). Dengan alasan menjauhi
harta dan kedudukan dari sultan atau raja beliau tetap menolak tawaran dari penguasa pada masa itu meskipun dipaksa
berkali-kali, maka akhirnya beliau ditangkap dan dijebloskan kedalam penjara hingga akhir hayatnya yaitu pada bulan
Rajab tahun 150 H = 769 M di Baghdad, Irak pada usia 70 tahun. Beliau dishalatkan oleh banyak sekali kaum muslimin
pada saat itu, bahkan dalam satu riwayat diceritakan bahwa jenazah beliau dishalatkan hingga 6 (enam) kali sholat
jamaah, karena saking banyaknya umat yang ingin menyolati beliau.