Tamam Athallah RP - 119330058 - Laporan Praktikum Laboratorium Proses 2 Modul Telur Asin
Tamam Athallah RP - 119330058 - Laporan Praktikum Laboratorium Proses 2 Modul Telur Asin
NIM : 119330058
Kelompok : 1 RB
Salah satu penanganan yang dimaksud adalah menjadikan telur sebagai produk
telur asin. Telur asin merupakan salah satu produk yang disukai masyarakat. Prinsip
dari pembuatan telur asin ini sendiri adalah terjadinya ionisasi garam NaCl yang
kemudian berdifusi ke dalam telur melalui pori-pori yang terbuka. Tujuan dari
pembuatan telur ini adalah sebagai upaya untuk pengawetan sehingga dapat
memperpanjang umur simpan telur (Rukmiasih et al., 2015)
Salah satu metode dalam pembuatan telur asin ini sendiri adalah dengan
menggunakan metode pengasinan tradisional. Yaitu dengan melakukan pembalutan
telur menggunakan adonan garam dan abu gosok. Kecepatan difusi garam
dipengaruhi oleh kadar NaCl yang digunakan. Oleh karena itu, praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi garam terhadap organoleptik telur
asin yang dibuat.
1.2 Tujuan
Praktikum in bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi penggunaan konsentrasi
garam yang berbeda terhadap organoleptik dari telur asin yang menggunakan telur
ayam dan telur itik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telur
Telur merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki kandungan gizi yang
paling lengkap. Bahan pangan ini memiliki sifat serba guna dikarenakan dapat
digunakan untuk berbagai jenis keperluan. Telur mengandung protein, lemak, dan
karbohidrat. Selain itu telur juga mengandung berbagai jenis vitamin namun tidak
mengandung vitamin C. Selain vitamin, faktor pertumbuhan lain juga dapat
ditemukan di dalam telur.
Secara umum, telur terdiri dari tiga bagian struktur yaitu kulit telur, putih telur,
dan kuning telur (Ariyani, 2006). Telur unggas memiliki kulit yang keras, halus, serta
dilapisi oleh kapur dan terikat kuat pada bagian luar membran. Pada bagian kulit telur
terdapat ribuan pori-pori yang berfungsi untuk pertukaran gas sebagai kebutuhan
embrio dalam telur. Pada telur yang masih baru, pori-pori telur masih dilapisi oleh
lapisan tipis kutikula yang terdiri dari 90% protein dan sedikit lemak. Kutikula
berfungsi untuk mengurangi penguapan air yang terlalu cepat dan mencegah
masuknya mikroba melalui kulit telur
Pembuatan telur asin dibutuhkan larutan garam pekat dengan konsentrasi antara
25%-40%. Makin tinggi kadar garam dalam telur asin akan semakin meningkatkan
daya simpan produk. Namun, di sisi lain akan menjadi tidak disukai oleh konsumen
dikarenakan rasanya yang terlalu asin. Oleh karena itu, harus dicari variasi
konsentrasi garam yang tepat sehingga dapat memberikan daya simpan yang optimal
dengan rasa yang masih diterima konsumen
BAB 3
METODOLOGI
3.2 Langkah-langkah
Mulai
Pencucian
Pengamplasan
Pembuatan adonan
pasta
Pembalutan
Penyimpanan
T : 7 hari
Perebusan Selesai
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Namun untuk hipotesis HABC memiliki nilai f hitung yang lebih besar
daripada f tabel. Sehingga hipotesis diterima yang memiliki arti bahwa terdapat
pengaruh signifikan pada interaksi antara perlakuan pengamplasan, jenis telur, dan
rasio abu garam terhadap organoleptik penampakan telur asin. Hal ini disebabkan
oleh daya serap dari telur yang tinggi terhadap garam sehingga menyebabkan adanya
perubahan warna pada kuning telur yang berpengaruh terhadap penampakan telur
asin (Novia et al., 2012)
4.1.2 Tekstur
Namun berdasarkan tabel tersebut pula diperoleh hasil bahwa hipotesis HBC
dan HABC diterima. Hipotesis HBC dan HABC memiliki nilai f hitung yang lebih
besar daripada f tabel. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada
interaksi jenis telur & rasio abu garam dan interaksi antara perlakuan pengamplasan,
jenis telur, dan rasio abu garam terhadap organoleptik tekstur telur asin. Perbedaan
tekstur pada telur asin sendiri dapat dipengaruhi oleh kandungan lemak pada telur
asin yang meningkat ketika terjadi proses pemanasan. Dimana komponen air yang
terdapat di dalam telur asin mengalami penguapan sehingga berpengaruh terhadap
tekstur yang dimiliki telur asin itu sendiri (Fajriana et al., 2020)
4.1.3 Aroma
Namun pada pengujian tersebut terdapat juga hipotesis yang ditolak yaitu
HAB dan HBC. Hipotesis HAB dan HBC memiliki nilai f tabel yang lebih besar
daripada f hitung yang berarti tidak ada pengaruh signifikan pada interaksi
pengamplasan & jenis telur dan interaksi antara jenis telur & rasio abu garam
terhadap organoleptik rasa telur asin. Selama proses penyimpanan telur asin terdapat
kemungkinan sejumlah senyawa dari abu garam dapat masuk ke dalam telur asin
sehingga memberikan cita rasa asin yang khas dan disukai beberapa panelis (Novia et
al., 2012).
4.1.5 Kesukaan Secara Keseluruhan
Sedangkan untuk hipotesis HB, HC, HAB, dan HBC memiliki nilai f tabel
yang lebih besar daripada f hitung sehingga hipotesis ditolak. Hal ini berarti tidak
terdapat pengaruh signifikan pada jenis telur, rasio abu garam, interaksi
pengamplasan & jenis telur dan interaksi antara jenis telur & rasio abu garam
terhadap organoleptik kesukaan keseluruhan telur asin. Tingkat kesukaan kesuluruhan
dari telur asin bergantung dari penilaian dari panelis itu sendiri sehingga belum dapat
ditentukan berdasarkan parameter apa yang dapat menghasilkan perbedaan yang
nyata. Hal ini dikarenakan umumnya tingkat kesukaan panelis semakin meningkat
seiiring dengan semakin lamanya pemeraman/penyimpanan telur asin itu sendiri
(Fajriana et al., 2020)
4.1.6 Keasinan
Sedangkan untuk hipotesis HB, HC, HAC, dan HABC memiliki nilai f hitung
yang lebih besar daripada f tabel sehingga hipotesis diterima. Hal ini berarti terdapat
pengaruh signifikan pada jenis telur, rasio abu garam, interaksi pengamplasan & rasio
abu garam, dan interaksi antara pengamplasan, jenis telur, serta rasio abu garam
terhadap organoleptik keasinan telur asin.
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang didapat melalui uji panelis terhadap telur asin yang
dibuat dalam praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa perlakuan pengamplasan, rasio
abu garam, dan jenis telur berpengaruh terhadap organoleptik penampakan, tekstur,
aroma, rasa, dan kesukaan keseluruhan dari telur asin yang dibuat. Hal ini sesuai
dengan analisis ANOVA yang dilakukan terhadap telur asin tersebut melalui
penilaian panelis.
5.2 Saran
Pengamplasan telur sebaiknya dilakukan sampai seluruh permukaan telur
menjadi warna putih merata sehingga memungkinkan pembukaan pori-pori yang
lebih lebar dan juga lama penyimpanan bisa divariasikan agar bisa didapatkan
kualitas telur yang berbeda atau lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, E. (2006). Jurnal Kolesterol Kuning Telur Petelur. Temu Teknis Nasional
Tenaga Fungsional Pertanian. Balai Penelitian Ternak.
Fajriana, E., Djaelani, A., & Gunawan, A. (2020). Pengaruh Media Pengasapan
terhadap Kualitas Eksterior dan Organoleptik Telur Asin Asap. Rawa Sains :
Jurnal Sains Stiper Amuntai, 10(1), 26–37. https://doi.org/10.36589/rs.v10i1.115
Novia, D., Juliyarsi, I., & Fuadi, D. G. (2012). Kadar Protein, Kadar Lemak Dan
Organoleptik Telur Asin Asap Berbahan Bakar Sabut Kelapa. Jurnal Peternakan
Februari, 9(1), 35–45.
Novia, D., Melia, S., & Ayuza, N. Z. (2011). Kajian suhu pengovenan terhadap kadar
protein dan nilai organoleptik telur asin. Jurnal Peternakan, 8(2), 70–76.
Rukmiasih, Ulupi, N., & Indriani, W. (2015). Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik
Telur Asin Melalui Penggaraman dengan Tekanan dan Konsentrasi Garam yang
Berbeda. Jurnal Ilmu Produksi Dan Teknologi Hasil Peternakan, 3(3), 142–145.
LAMPIRAN
Telur Bebek – Abu gosok 0,8 : Telur Ayam – Abu gosok 0,8 : Garam
Garam 1,2 1,2
(Tidak di amplas ) (Tidak di amplas )
Telur Bebek – Abu gosok 1,2 : Telur Ayam – Abu gosok 1,2 : Garam
Garam 0,8 0,8
(Tidak di amplas ) (Tidak di amplas )
Telur Bebek – Abu gosok 0,8 : Telur Ayam – Abu gosok 0,8 : Garam
Garam 1,2 1,2
(Di amplas ) (Di amplas )
Telur Bebek – Abu gosok 1,2 : Telur Ayam – Abu gosok 1,2 : Garam
Garam 0,8 0,8
(Di amplas ) (Di amplas )