Anda di halaman 1dari 21

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS IBN KHALDUN

BOGOR

MAKALAH HUKUM BENDA HUKUM PERDATA

OLEH

Rizki Maulana Ardiansyah ( 221103012223 )

Putry Wijayanti ( 221103012207 )

Suryani ( 221103012255 )

Dosen Pengajar

Prihatini Purwaningsih,S.H.,M.H.

i
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Hukum Benda"
dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran
Hukum Perdata. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis..Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belakang ...................................................................................1


B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................2
D. Manfaat Penelitian...............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................3

A. Pengertian Hukum Benda...................................................................3


B. Sistem Hukum Benda..........................................................................4
C. Macam Macam Benda.........................................................................4
D. Ciri Ciri hak kebendaan.......................................................................5
E. Asas-Asas hukum benda..........................................................6
F. Pengertian benda menurut KUHPperdata
G. Pembedaan Hak Kebendaan

BAB III PENUTUP.......................................................................8

A. Kesimpulan...........................................................................................8
B. Saran....................................................................................................8

DAFTAR PUSAKA......................................................................9

iii
iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam suatu benda melekat hak-hak seperti hak milik, bezit, dan hak-hak
kebendaan di atas kebendaan milik orang lain.4 Hak yang paling kuat
diantaranya adalah hak milik. Hak milik ialah hak yang mutlak melekat
pada suatu benda. Dalam Pasal 570 KUHPerdata menyebutkan bahwa
hak milik yaitu hak untuk menikmati kegunaan suatu benda dengan
sepenuhnya dan untuk berbuat sebebas-bebasnya terhadap benda itu,
asal tidak bertentangan dengan undang-undang ketertiban umum dan
kesusilaan dan tidak menimbulkan gangguan terhadap orang lain dengan
tidak mengurangi kemungkinan hak itu kepentingan umum. Dapat dilihat
bahwa hak milik adalah kebendaan yang paling utama terhadap suatu
benda dibandingkan dengan hak-hak lainnya, sehingga hak milik
merupakan sesuatu yang tidak dapat diganggu gugat.5 Hubungan hukum
antara seseorang dengan benda dalam KUHPerdata, menyatakan bahwa
hubungan hukum tersebut menimbulkan kekuasaan langsung kepada
seseorang yang berhak untuk menguasai suatu benda di dalam tangan
siapapun juga benda itu berada, dengan demikian hak kebendaan bersifat
mutlak dalam arti dapat dipertahankan dan berlaku terhadap siapapun
juga.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
muncul suatu pertanyaan yaitu bagaimana kedudukan Virtual Property
dalam hukum benda Indonesia?

1
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dilakukanya
penelitian adalah untuk mengetahui hokum benda lebih dalam lagi dan
untuk mengetahui kedudukan Virtual Property dalam hukum benda
Indonesia

D. Manfaat Penelitian
benda itu dipakai dalam arti kekayaan seorang maka, benda itu meliputi
barang barang yang tak dapat dilihat yaitu hak hak, misalnya hak hak
piutang atau penagihan.sebagai mana seorang dapat menjual dan
menggadaikan hak haknya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Benda

Menurut ketentuan Pasal 499 KUHPerdata, kebendaan adalah tiap-tiap


barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik.
Sedangkan dalam ilmu hukum, pengertian benda lebih luas, yaitu
segala sesuatu yang dapat menjadi obyek hukum dan barang-barang
yang dapat menjadi milik serta hak setiap orang yang dilindungi oleh
hukum.12 Di dalam ketentuan tersebut zaak atau benda dipakai tidak
dalam arti barang yang berwujud, melainkan dalam arti “bagian
daripada harta kekayaan”. Pada KUHPerdata kata zaak dipakai dalam
dua arti. Pertama dalam arti barang yang berwujud, kedua dalam arti
bagian daripada harta kekayaan. Dalam arti kedua ini (yaitu sebagai
bagian dari harta kekayaan) yang termasuk zaak ialah selain daripada
barang. yang berwujud, juga beberapa hak tertentu sebagai barang
yang tak berwujud.

Hukum benda adalah terjemahann dari istilah bahasa Belanda, yaitu


“zakenrecht”. Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo, hukum
kebendaan ialah semua kaidah hukum yang mengatur apa yang
diartikan dengan benda dan mengatur hak – hak atas benda. Adapun
menurut Prof. L.J.Apeldoorn, hukum kebendaan adalah peraturan
mengenai hak – hak kebendaan. Menurut Prof. sri Soedewi Masjchoen
Sofwan, yang diatur dalam Hukum Benda, ialah pertama-tama
mengatur pengertian dari benda, kemudian pembedaan macam-
macam benda, dan selanjutnya bagian yang terbesar mengatur
mengenai macam-macam hak kebendaan. Jadi hukum benda adalah

3
peraturan-peraturan hukum yang mengatur mengenai hakhak
kebendaan yang sifatnya mutlak (P.N.H.Simanjuntak, 2015 :177).

B. Sistem Hukum Benda

System pengaturan hukum benda adalah system tertutup, artinya orang


tidak dapat mengadakan hak-hak kebendaan baru selain yang sudah
ditetapkan dalam undang-undang. Jadi hnya dapat mengadakan hak
kebendaan terbatas pada yang sudah ditetapkan dalam undang-
undang saja (Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1981: 2) Hal ini
berlawanan dengan system hukum perikatan, di mana hukum perikatan
mengenal system terbuka, artinya orang dapat mengadakan perikatan
ataupun perjanjian mengenai apa pun juga, baik yang sudah ada
aturannya dalam undang-undang maupun yang belum ada
peraturannya sama sekali. Jadi, siapapun boleh mengadakan suatu
perikatan atau perjanjian mengenai apa pun juga. Dengan demikian,
hukum perikatan mengenal asas 7 kebebasan berkontrak. Namun
demikian, berlakunya asas kebebasan berkontrak ini dibatasi oleh
undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum.

C. Macam-Macam Benda

Undang – undang menbagi benda dalam beberapa macam, yaitu :

a. Benda yang dapat diganti (contoh : uang ) dan yang tak dapat diganti
(Contoh : seekor kuda)
b. Benda yang dapat diperdagangkan(praktis tiap barang dapat
diperdagangkan) dan yang tidak dapat diperdagangkan atau diluar
perdagangan (contoh : jalan jalan dan lapangan umum)

4
c. Benda yang dapat dibagi (contoh : beras) dan yang tidak dapat
dibagi (contoh: seekor kuda)
d. Benda yang bergerak (contoh: perabot rumah) dan yang tak
bergerak (contoh: tanah) (Soebekti, 1979 : 50 – 51).

Menurut Prof.Sri Soedewi Majvhoen Sofwan, benda dapat dibedakan


atas :
a. Barang barang yang berwujud (lichamelijk) dan barang barang tidak
berwujud (onlichamelijk)
b. Barang barang yang bergerak dan barang barang yang tidak
bergerak
c. Barang barang yang dapat dipakai habis (verbruikbaar) dan barang
barang yang tidak dapat dipakai habis (onverbruikbaar)

d. Barang barang yang sudah ada (tegenwoordige zaken) dan barang


barang yang masih akan ada (toekomstige zaken)

D. Ciri-Ciri hak kebendaan

mutlak / absolute mengikuti benda dimana hak itu melekat, misalnya


hak sewa tetap mengikuti benda itu berada, siapapun yang memiliki
hak diatasnya.

hak yang ada terlebih dahulu (yang lebih tua), kedudukannya lebih
tinggi; misalnya sebuah rumah dibebani hipotik 1 dan hipotik 2, maka
penyelesaian hutang atas hipotik 1 harus didahulukan dari hutang atas
hipotik

memiliki sifat diutamakan, misalnya suatu rumah harus dijual untuk


melunasi hutang, maka hasil penjualannya lebih diutamakan untuk
melunasi hipotik atas rumah itu.dapat dilakukan gugatan terhadap
siapapun yang mengganggu hak yang bersangkutan. pemindahan hak
kebendaan dapat dilakukan kepada siapapun.

Penggolongan Hak Kebendaan


5
Hak atas Kebendaa n diba gi dalam 2 (dua) macam, yaitu :

• Hak Kebendaaan yang memberi kenikmatan.

• Hak Kebendaan Yang bersifat Memberi Jaminan

E. Asas Asas Hukum Benda

A. Merupakan hukum memaksa (dwingendrecht).


Menurut asas ini, atas suatu benda itu hanya dapat diadakan hak
kebendaan sebagaimana yangntelah disebutkan dalam undang-
undang. Hak-hak kebendaan tidakan akan memberikan wewenang
yang lain daripada apa yang sudah ditentukan dalam undang-undang.
B. Dapat dipindahkan
Menurut asas ini, semua hak kebendaan dapat dipindahtangankan,
kecuali hak pakai dan hak mendiami. Jadi, orang yang berhak tidak
dapat menentukan bahwa tidak dapat dipindahtangankan. Namun
orang yang berhak juga dapat menyanggupi bahwa 10 ia tidak akan
memperlainkan barangnya. Akan tetapi, berlakunya itu dibatasi oleh
Pasal 1337 KUHPerdata, yaitu tidak berlaku jika tujuannya
bertentangan dengan kesusilaan.
c. Asas individualiteit
Menurut asas ini, obyek dari hak kebendaan adalah suatu barang
yang dapat ditentukan (individueel bepaald), artinya orang hanya dapat
sebagai pemilik dari barang yang berwujud yang merupakan kesatuan :
rumah, mebel, hewan. Jadi orang tidak dapat mempunyai hak
kebendaan di atas barang-barang yang ditentukan jenis dan jumlahnya.
d. Asas totaliteit
Menurut asas ini, hak kebendaan selalu melekat atas keseluruhan
daripada obyeknya. Dengan kata lain, bahwa siapa yang mempunyai
hak kebendaan atas suatu barang, ia mempunyai hak kebendaan itu

6
atas keseluruhan barang itu dan juga atas bagian bagian nya yang
tidak tersendiri.
e. Asas tidak dapat dipisahkan (onsplitsbaarheid)
Menurut asas ini, pemilik tidak dapat memindah-tangankan sebagian
daripada wewenang yang termasuk suatu hak kebendaan yang ada
padanya, misalnya pemilik. Jadi, pemisahan daripada hak kebendaan
itu tidak diperkenankan. Namun pemilik dapat membebani hak miliknya
dengan iura in realiena, yaitu pembebasan hak atas benda orang lain.
Ini kelihatannya seperti melepaskan sebagian dari wewenangnya,
tetapi hak miliknya tetap utuh.
f. Asas prioriteit
Menurut asas ini, semua hak kebendaan memberikan wewenang yang
sejenis dengan wewenang-wewenang dari eigendom, sekalipun
luasnya berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu diatur urutannya, iura in
realiena melekat sebagai beban atas eigendom. Sifat ini membawa
serta bahwa iura in realiena didahulukan.
g. Asas percampuran (vermenging)
Menurut asas ini, hak kebendaan terbatas wewenangnya. Jadi, hanya
mungkin atas benda orang lain, dan tidak mungkin atas hak miliknya
sendiri. Tidak dapat orang itu untuk kepentingannya sendiri
memperoleh hak gadai, hak memungut hasil atas barangnya sendiri.
h. Asas perlakuan yang berlainan terhadap benda bergerak dan benda
tak bergerak.
Asas ini berhubungan dengan penyerahan, pembebanan, bezit dan
verjaring (kedaluwarsa) mengenai benda-benda bergerak (roerend) dan
tak bergerak (onroerend) berlainan. Demikian juga mengenai iura in
realiena yang dapat diadakan. Untuk benda bergerak hak kebendaan
yang dapat diadakan adalah hak gadai (pand) dan hak memungut hasil
(vruchtgebruik). Sedang untuk benda tak bergerak adalah erfpacht,
postal, vruchtgebruik, hipotek, dan servituut.
i. Asas publiciteit
7
Menurut asas ini, benda-benda yang tidak bergerak mengenai
penyerahan dan pembebanannya berlaku kewajiban untuk didaftarkan
dalam daftar (register) umum. Adapun menganai benda yang bergerak,
cukup dengan penyerahan nyata, tanpa pendaftaran dalam register
umum.
j. Sifat perjanjian
Orang mengadakan hak kebendaan misalnya mengadakan hak
memungut hasil, gadai, hipotek dan lain-lain, itu sebetulnya
mengadakan perjanjian, sifat perjanjiannya disini merupakan perjanjian
yang zakelijk, yaitu perjanjian untuk mengadakan hak kebendaan.
Perjanjian yang zakelijk mengandung pengertian, bahwa dengan
selesainya perjanjian, maka tujuan pokok dari perjanjian itu sudah
tercapai, yaitu 12 adanya hak kebendaan. Perjanjian yang zakelijk
berbeda dengan perjanjian yang terdapat dalam Buku III KUHPerdata,
yaitu bersifat kausal dan merupakan perjanjian obligatoir.

F. Pengertian benda menurut KUHPperdata

Pengertian benda secara hukum dapat kita lihat dalam Pasal 499
KUHPerdata yang berbunyi sebagai berikut:

“Menurut paham Undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah tiap-


tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik”.Didalam
KUHPerdata kita temukan dua istilah yaitu benda (zaak) dan barang
(goed ).Pada umumnya yang diartikan dengan benda baik itu berupa
benda yang berwujud, bagian kekyaan, ataupun yang berupa hak ialah
segala sesuatu yang dapat dikuasai manusia dan dapat dijadikan obyek
hukum.Kata “dapat” dalam definisi tersebut mengandung arti/mempunyai
arti yang penting karena membuka berbagai kemungkinan yaitu pada
saat-saat tertentu sesuatu itu belum berstatus sebagai objek hukum
namun pada saat-saat yang lain merupakan obyek hukum seperti aliran
listrik.
8
Jadi untuk dapat menjadi obyek hukum ada syarat yang harus dipenuhi yaitu
penguasaan manusia dan mempunyai nilai ekonomidan karena itu dapat
dijadikan sebagai obyek hukum.

Misalnya:

Jika seorang membuka hutan dan mengolahnya, maka lahir penguasaannya


terhadap tanah tersebut. Penguasaan itu menjadi pasti setelah pohon-pohon
yang ditanami pembuka hutan itu tumbuh berbuah sehingga hutan yang
dibuka tadi bukan lagi “res nullius” akan tetapi sudah ada pemiliknya.

Selain daripada itu di dalam KUHPerdata terdapat istilah Zaak yang tidak
berarti benda tetapi dipakai untuk arti yang lain, yaitu misalnya:

Pasal 1792 KUHPerdata: Lastgeving ialah suatu perjanjian yang disitu


seseorang memberikan kuasa kepada seorang lain danorang ini
menerimanya untuk melakukan suatu zaak lastgever itu.

Zaak disini berarti perbuatan hukum

Pasal 1354 KUHperdata: apabila seseorang dengan sukarela tanpa


mendapat pesanan untuk itu

untuk menyelenggarakan zaak seorang lain dengan atau tanpa diketahui


orang lain…dan sebagainya

Zaak disini berarti kepentingan.

Pasal 1263 KUHPerdata : perutangan dengan syarat menunda ialah


perutangan yang tergantung daripada suatu kejadian yang akan datang dan
tidak pasti atau daripada suatu zaak yang sudah terjadi tetapi belum
diketahui oleh para pihak.

9
G. Pembedaan Hak Kebendaan

1. bersifat memberikan kenikmatan (zekelijk genotsrecht)

A). Bezit, merupakan suatu keadaan dimana seseorang menguasai suatu


benda , baik sendiri maupun dengan perantaraan orang lain , seolah-olahnya
benda itu miliknya sendiri

b). Hak milik (hak eigendom), disebutkan dalam pasal 570 BW menyatakan
bahwa hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu benda
dengan sepenuhnya dan untuk berbuat sebebas-bebasnya terhadap benda
itu

c). Hak memungut hasil adalah hak untuk menarik hasil (memungut) hasil
dari benda orang lain , seolah-olah benda itu miliknya sendiri dengan
kewajiban untuk menjaga benda tersebut tetap dalam keadaan seperti
semula .

d). hak pakai dan mendiami, dalam BW hak pakai dan hak mendiami ini
diatur dalam buku II title XI dari pasal 818 s.d 829 . dalam pasal 818 BW
hanya disebutkan bahwa hak pakai dan hak mendiami itu merupakan hak
kebendaan yang terjadinya dan hapusnya sama seperti hak memungut hasil
(vruchtgebruik)

2. bersifat memberikan jaminan :

1) hak gadai (pasal 1150 BW) : hak yang diperoleh atas suatu benda
bergerak yang diberikan kepadanya oleh debitur obyek : benda bergerak
subyek : orang cakap

2) jaminan fidusia : hak jaminan atas benda bergerak baik berwujud maupun
tidak dan benda tidak bergerak dibebani hak tanggungan. Subyek : orang
yang membuat perjanjian

10
3) hypotheek : hak kebendaan yang bersifat memberikan jaminan kepada
kreditur bahwa piutangnya akan dilunasia debitur (dalam buku II title XXI
pasal 1162 s.d 1232, tidak semua berlaku )

4) privilege (piutang –piutang yang di istimewakan)

Contoh kasus mengenai hak kebendaan:

Hak kebendaan adalah suatu hak absolut, hak yang melekat pada suatu
benda, memberikan kekuasaan langsung atas benda tersebut dan dapat
dipertahankan terhadap tuntutan oleh setiap orang.

Ciri-ciri hak kebendaan:

Bersifat absolut artinya dapat dipertahankan terhadap tuntutan setiap orang;

a. Droit de suite artinya suatu hak yang terus mengikuti pemilik benda, atau
hak yang mengikat bendanya di tangan siapa pun;
b. Droit de preference: hak yang didahulukan atau diutamakan.

Jika pemegang hak kebendaan pailit hak kebendaan lain yang melekat di
atasnya dapat dipertahankan dari kepailitan artinya hak kebendaan lain
tersebut dapat dituntut seratus persen karena tidak dipengaruhi oleh
kepailitan.

Jika terjadi kepailitan maka para pemegang hak perorangan harus puas
menerima, jika ada, sebagian dari tagihannya seimbang dengan besarnya
hak masing-masing.

Kalau terjadi benturan antara hak kebendaan dengan hak perorangan, maka
hak kebendaan yang didahulukan tanpa memperhatikan apakah ada hak
kebendaan tersebut terjadi lebih dulu atau sesudah terjadinya hak
perorangan

11
Kasus selebritis dalam hal hak kebendaan adalah kasus harta pembagian
harta gono-gini ketika pasangan musisi Maia dan Ahmad Dhani bercerai,
dalam kasus ini dalam hal ini bisa dibuktikan bahwa dalam gugat kebendaan,
dapat dilakukan terhadap siapa saja yang mengganggu haknya.

Pengertian benda secara hukum dapat kita lihat dalam Pasal 499
KUHPerdata yang berbunyi sebagai berikut:

“Menurut paham Undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah tiap-tiap


barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik”.

Didalam KUHPerdata kita temukan dua istilah yaitu benda (zaak) dan barang
(goed).

Pada umumnya yang diartikan dengan benda baik itu berupa benda yang
berwujud, bagian kekyaan, ataupun yang berupa hak ialah segala sesuatu
yang dapat dikuasai manusia dan dapat dijadikan obyek hukum.

Kata “dapat” dalam definisi tersebut mengandung arti/mempunyai arti yang


penting karena membuka berbagai kemungkinan yaitu pada saat-saat
tertentu sesuatu itu belum berstatus sebagai objek hukum namun pada saat-
saat yang lain merupakan obyek hukum seperti aliran listrik.

Jadi untuk dapat menjadi obyek hukum ada syarat yang harus dipenuhi yaitu
penguasaan manusia dan mempunyai nilai ekonomidan karena itu dapat
dijadikan sebagai obyek hukum.

Misalnya:

- Jika seorang membuka hutan dan mengolahnya, maka lahir


penguasaannya terhadap tanah tersebut. Penguasaan itu menjadi pasti
setelah pohon-pohon yang ditanami pembuka hutan itu tumbuh berbuah
sehingga hutan yang dibuka tadi bukan lagi “res nullius” akan tetapi sudah
ada pemiliknya

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hubungan hukum antara seseorang dengan benda dalam KUHPerdata,


menyatakan bahwa hubungan hukum tersebut menimbulkan kekuasaan
langsung kepada seseorang yang berhak untuk menguasai suatu benda
di dalam tangan siapapun juga benda itu berada, dengan demikian hak
kebendaan bersifat mutlak dalam arti dapat dipertahankan dan berlaku
terhadap siapapun juga. Hak kebendaan bersifat terbatas dalam arti
hanya ada
hak-hak sepanjang yang sudah ditentukan oleh undang-undang,
karenanya ketentuan yang terdapat dalam KUHPerdata umunya bersifat
memaksa. Namun, seiring dengan perkembangan jaman, fungsi dan
keberadaan atas benda tersebut mulai beralih dari bentuk yang
konvensional ke dalam bentuk digital, dimana benda tersebut tidak lagi
PEMBEDAAN HAK KEBENDAAN
1. bersifat memberikan kenikmatan (zekelijk genotsrecht)
a) Bezit, merupakan suatu keadaan dimana seseorang menguasai
suatu benda , baik sendiri maupun dengan perantaraan orang lain ,
seolah-olahnya benda itu miliknya sendiri
b) Hak milik (hak eigendom), disebutkan dalam pasal 570 BW
menyatakan bahwa hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan
sesuatu benda dengan sepenuhnya dan untuk berbuat sebebas-bebasnya
terhadap benda itu
c) Hak memungut hasil adalah hak untuk menarik hasil (memungut)
hasil dari benda orang lain , seolah-olah benda itu miliknya sendiri dengan

13
kewajiban untuk menjaga benda tersebut tetap dalam keadaan seperti
semula .
d) Hak pakai dan mendiami, dalam BW hak pakai dan hak mendiami
ini diatur dalam buku II title XI dari pasal 818 s.d 829 . dalam pasal 818
BW hanya disebutkan bahwa hak pakai dan hak mendiami itu merupakan
hak kebendaan yang terjadinya dan hapusnya sama seperti hak
memungut hasil (vruchtgebruik)
2. bersifat memberikan jaminan :
1) hak gadai (pasal 1150 BW) : hak yang diperoleh atas suatu benda
bergerak yang diberikan kepadanya oleh debitur obyek : benda bergerak
subyek : orang cakap
2) jaminan fidusia : hak jaminan atas benda bergerak baik berwujud
maupun tidak dan benda tidak bergerak dibebani hak tanggungan. Subyek
: orang yang membuat perjanjian
3) hypotheek : hak kebendaan yang bersifat memberikan jaminan kepada
kreditur bahwa piutangnya akan dilunasia debitur (dalam buku II title XXI
pasal 1162 s.d 1232, tidak semua berlaku )
4) privilege (piutang –piutang yang di istimewakan)[6]

2.8 Contoh kasus mengenai hak kebendaan:


Hak kebendaanadalah suatu hak absolut, hak yang melekat pada suatu
benda, memberikan kekuasaan langsung atas benda tersebut dan dapat
dipertahankan terhadap tuntutan oleh setiap orang.

Ciri-ciri hak kebendaan:


Bersifat absolut artinya dapat dipertahankan terhadap tuntutan setiap
orang;
Droit de suite artinya suatu hak yang terus mengikuti pemilik benda, atau
hak yang mengikat bendanya di tangan siapa pun;
Droit de preference: hak yang didahulukan atau diutamakan.

14
Jika pemegang hak kebendaan pailit hak kebendaan lain yang melekat di
atasnya dapat dipertahankan dari kepailitan artinya hak kebendaan lain
tersebut dapat dituntut seratus persen karena tidak dipengaruhi oleh
kepailitan.
Jika terjadi kepailitan maka para pemegang hak perorangan harus puas
menerima, jika ada, sebagian dari tagihannya seimbang dengan besarnya
hak masing-masing.
Kalau terjadi benturan antara hak kebendaan dengan hak perorangan,
maka hak kebendaan yang didahulukan tanpa memperhatikan apakah
ada hak kebendaan tersebut terjadi lebih dulu atau sesudah terjadinya hak
perorangan.
Kasus selebritis dalam hal hak kebendaan adalah kasus harta pembagian
harta gono-gini ketika pasangan musisi Maia dan Ahmad Dhani bercerai,
dalam kasus ini dalam hal ini bisa dibuktikan bahwa dalam gugat
kebendaan, dapat dilakukan terhadap siapa saja yang mengganggu
haknya.
Pengertian benda secara hukum dapat kita lihat dalam Pasal 499
KUHPerdata yang berbunyi sebagai berikut:
“Menurut paham Undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah tiap-
tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik”.
Didalam KUHPerdata kita temukan dua istilah yaitu benda (zaak) dan
barang (goed).
Pada umumnya yang diartikan dengan benda baik itu berupa benda yang
berwujud, bagian kekyaan, ataupun yang berupa hak ialah segala sesuatu
yang dapat dikuasai manusia dan dapat dijadikan obyek hukum.
Kata “dapat” dalam definisi tersebut mengandung arti/mempunyai arti
yang penting karena membuka berbagai kemungkinan yaitu pada saat-
saat tertentu sesuatu itu belum berstatus sebagai objek hukum namun
pada saat-saat yang lain merupakan obyek hukum seperti aliran listrik.

15
Jadi untuk dapat menjadi obyek hukum ada syarat yang harus dipenuhi
yaitu penguasaan manusia dan mempunyai nilai ekonomidan karena itu
dapat dijadikan sebagai obyek hukum.
Misalnya:
- Jika seorang membuka hutan dan mengolahnya, maka lahir
penguasaannya terhadap tanah tersebut. Penguasaan itu menjadi pasti
setelah pohon-pohon yang ditanami pembuka hutan itu tumbuh berbuah
sehingga hutan yang dibuka tadi bukan lagi “res nullius” akan tetapi sudah
ada pemiliknyamemiliki fisik secara nyata. Benda ini lazim dikenal dengan
istilah Virtual Property. Definisi hukum mengenai virtual property sendiri
belum ada. Hanya beberapa ahli yang mendefinisikan virtual property.
Joshua A. T. Fairfield menjelaskan, bahwa virtual property sebuah code
yang dibuat menggunakan sistem komputer dan internet yang berada di
dunia cyber, dibentuk sedemikian rupa dan diperlakukan sama dengan
objek-objek yang ada di dunia nyata.

B.Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat disarankan beberapa hal
sebagai beriku Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat disarankan beberapa
hal sebagai berikut. Pemerintah Indonesia perlu mengatur ketentuan aturan
mengenai benda virtual agar lebih jelas dan tegas mengenai ketentuan hokum
benda virtual tersebut

16
DAFTAR PUSAKA

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya, Bandung,


2011

Abdul R Saliman, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Kencana, Jakarta, 2004.

Qirom Syamsudin Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta


Perkembangannya, Yogyakarta, Liberty, 2010.

Budiono Kusumohamidjojo, Dasar-dasar Merancang Kontrak, PT.Gramedia,


Jakarta, 2008.

Chidir Ali, Hukum Benda, Tarsito, Bandung, 2009 Djaja S. Meliala, Hukum
Perdata dalam Perspektif BW, Nuansa Aulia, Bandung, 2014

. Djuhaendah Hasan dan Salmidjas Salam, Aspek Hukum Hak Jaminan


Perorangan dan Kebendaan, Jakarta, 2010.

Elise T. Sulisteni dan Rudi T. Erwin, Petunjuk Praktis Menyelesaikan Perkara


Perdata, Bina Aksara, Jakarta, 2009.

17

Anda mungkin juga menyukai