Anda di halaman 1dari 3

2.

1 Konsep Public Governance

Public Governance adalah cara pemerintah dalam mengelola sumber daya dan membuat kebijakan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Keduanya memiliki kaitan erat
dalam upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan publik yang baik dan efektif kepada masyarakat
(Katsamunska 2016). Dalam konsep Public Governance, kerangka kerja bagaimana keputusan dibuat dan
bagaimana suatu tindakan diambil, dalam rangka menjaga nilai-nilai konstitusional (public value) suatu
negara saat menghadapi berbagai tantangan.

Konsep public governance merupakan bagian dari perkembangan paradigma baru dalam administrasi
publik yang dikenal dengan new public management (NPM). Szumowski, (2014) menyatakan bahwa
konsep public governance berhubungan dengan aktivitas entitas publik yang efektif dan efisien dalam
interaksi dengan entitas eksternal, yang dimungkinkan berkat manajemen yang kompleks, yang mencakup
koneksi antara sejumlah besar pemangku kepentingan (Braun and Marzec-Braun 2021). Tujuan dari
public governance bukan hanya upaya melihat ke dalam untuk memastikan manajemen yang baik, tetapi
lebih fokus pada hasil kebijakan publik yang dihargai oleh pemangku kepentingan eksternal (Cepiku
2013).

2.2 Konsep Kota Cerdas (Smart City)

Kota cerdas adalah peranan modal manusia, modal sosial dan relational, serta kepentingan akan daya
dukung lingkungan sebagai pendorong penting pertumbuhan kota (Caragliu, del Bo, and Nijkamp 2011).
Kota cerdas adalah konsep dimana suatu wilayah yang berjejaring dan melayani dengan lebih efisien
melalui penggunaan teknologi digital dan telekomunikasi untuk kebermanfaatan warga dan bisnis
(Lebiedzik 2020).

Kota cerdas memiliki enam dimensi yang dikaitkan dengan teori pertumbuhan dan perkembangan kota
yaitu ekonomi cerdas (smart economy), mobilitas cerdas (smart mobility), lingkungan cerdas (smart
environment), masyarakat cerdas (smart people), kualitas hidup (smart living), dan tata kelola cerdas
(smart governance) (Caragliu, del Bo, and Nijkamp 2011).

Hakekatnya, kota cerdas adalah pendekatan yang terintegrasi atas elemen yang ada di perkotaan seperti
pemerintahan, ekonomi, kualitas hidup, lingkungan, sumber daya manusia, dan transportasi untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan dengan meningkatkan layanan masyarakat melalui optimasi
teknologi informasi dan komunikasi.

2.3 Konsep Lingkungan Cerdas (Smart Environment)

Konsep smart environment melibatkan integrasi teknologi yang cerdas dengan sistem dan infrastruktur
lingkungan. Dengan konsep smart environment, diharapkan dapat tercipta pengelolaan lingkungan yang
lebih efisien, berkelanjutan, dan berwawasan masa depan. Teknologi yang cerdas dapat membantu kita
memahami, melindungi, dan memperbaiki kondisi lingkungan, serta mendorong tindakan positif untuk
keberlanjutan planet kita (Ceballos and Larios 2016).

Ukuran keberhasilan penerapan smart environment dilihat dari berbagai hal yang melalui dua pendekatan:
satu dari sudut pandang energi dan pencegahan konsumsi; melibatkan energi terbarukan, jaringan
teknologi, pengendalian dan pengelolaan polusi, bangunan hijau, pengelolaan kota hijau, efisiensi,
pemanfaatan kembali, dan sebagainya; dan yang lainnya terkait dengan jaringan perkotaan dan
pengelolaan sumber daya: limbah, penerangan jalan, pengelolaan limbah, sistem drainase, pemantauan
sumber daya air, pengurangan kontaminasi, dan peningkatan kualitas air (Aletà, Alonso, and Ruiz 2017).
Secara spesifik kemudian hal tersebut diukur dalam beberapa indikator yaitu: (1) energy yang
berkelanjutan, (2) proteksi terhadap lingkungan hidup, (3) pengelolaan sampah, (4) pengelolaan limbah,
(5) penyediaan air dan sanitasi (Ceballos and Larios 2016).

Dalam kaitannya dengan lingkungan hidup, sikap dan perlakuan kita terhadapnya, sangat didominasi oleh
pertimbangan ekonomi, bahkan kadang berlebihan sehingga mendorong terjadinya eksploitasi tanpa
diikuti oleh tindakan perlindungan yang memadai. Perilaku tersebut juga dipengaruhi oleh kurangnya
pengetahuan atau kurangnya penghargaan terhadap fungsi ekologi lingkungan hidup yang memberikan
layanan pada manusia, sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup. Untuk itu perlu mengubah
sikap dan kelakuan kita menjadi perilaku yang ramah lingkungan.

Pengelolaan lingkungan hidup bukan semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah, namun demikian
swasta dan masyarakat juga sangat penting peran sertanya dalam melaksanakan kebijaksanaan
pengelolaan lingkungan hidup. Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban berperan serta dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup, sehingga dapat tercapai kelestarian fungsi lingkungan hidup.

2.4 Konsep Partisipasi Publik (Public Participation)

Partisipasi publik merupakan proses dimana masyarakat (yang tidak punya posisi) berbagi kekuasaan
dengan pejabat publik dalam membuat keputusan dan dalam mengambil tindakan yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat. Di sisi lain, partisipasi publik merupakan proses langsung dan otentik yang
melibatkan masyarakat dalam pemerintahan (Hafer and Ran 2016).

Menurut Creighton (2005) partisipasi publik bermanfaat untuk: (1) peningkatan kualitas keputusan; (2)
minimalisasi biaya dan keterlambatan; (3) membangun konsensus; (4) kemudahan dan implementasi; (5)
menghindari konfrontasi; (6) mempertahankan kredibilitas dan legitimasi; (7) mengantisipasi masalah
publik; (8) mengembangkan masyarakat sipil.

Adapun jenis-jenis partisipasi publik dalam birokrasi dapat berupa: partisipasi dalam perencanaan,
partisipasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi dalam implementasi, partisipasi dalam evaluasi,
partisipasi dalam monitoring (Howard 2007). Sedangkan tingkatan partisipasi dapat berupa partisipasi
pasif hanya menerima, partisipasi terbatas yaitu memberi masukan tanpa terlibat langsung, partisipasi
aktif yaitu terlibat dalam pembuatan kebijakan, serta partisipasi penuh dimana masyarakat memiliki
kendali dan dapat terlibat penuh dalam pembuatan kebijakan.

2.5 Konsep Kepemimpinan Transformasional (Transformational Leadership)

Konsep kepemimpinan transformasional mengacu pada pendekatan kepemimpinan yang bertujuan untuk
menciptakan perubahan positif dan transformasi di dalam individu, tim, organisasi, atau masyarakat.
Kepemimpinan transformasional berfokus pada mempengaruhi orang lain secara inspiratif dan
memotivasi mereka untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dan mengembangkan potensi mereka secara
maksimal.
Kepemimpinan transformasional efektif dapat menghasilkan berbagai dampak positif, seperti
meningkatkan motivasi dan keterlibatan karyawan, menciptakan budaya kerja yang inklusif dan inovatif,
merangsang perubahan dan peningkatan kinerja, serta membangun organisasi yang adaptif dan
berkelanjutan. Dalam konteks pengelolaan lingkungan, kepemimpinan transformasional dapat berperan
penting dalam memobilisasi masyarakat, membangun kesadaran lingkungan, menggalang partisipasi
publik, dan mengimplementasikan kebijakan dan praktik yang berkelanjutan.

Terdapat empat dimensi utama dalam konsep kepemimpinan transformasional: (1) Pengaruh inspiratif
yaitu kepemimpinan transformasional melibatkan pemimpin yang mampu menginspirasi dan memotivasi
orang lain. Mereka menggunakan visi yang jelas, komunikasi yang efektif, dan perilaku yang inspiratif
untuk menciptakan semangat dan antusiasme dalam mencapai tujuan bersama; (2) Keberanian dalam
menghadapi tantangan, dimana kepemimpinan transformasional melibatkan pemimpin yang berani
menghadapi tantangan dan mengubah status quo. Mereka mendorong inovasi, mengambil risiko, dan
mencari peluang baru untuk mencapai perubahan yang signifikan; (3) Perhatian Individual yaitu
kepemimpinan transformasional melibatkan pemimpin yang peduli terhadap kebutuhan, perkembangan,
dan kesejahteraan individu bawahan. Mereka memberikan perhatian dan dukungan kepada setiap anggota
tim, membantu mereka tumbuh dan berkembang secara pribadi dan professional; (4) Pemberian Contoh
dimana kepemimpinan transformasional melibatkan pemimpin yang menjadi contoh yang baik bagi orang
lain. Mereka memperlihatkan integritas, etika, dan nilai-nilai yang kuat dalam tindakan mereka.
Pemimpin transformasional juga mendorong tanggung jawab pribadi dan mempromosikan kolaborasi
dalam mencapai tujuan bersama.

Anda mungkin juga menyukai