Makalah Pem. Ipa Abk KLP 2.
Makalah Pem. Ipa Abk KLP 2.
Dosen Pengampu:
Safaruddin,S.Pd., M.Pd
Kelompok 2
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdullilah kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami pada
akhirnya bisa menyelesaikan makalah Pembelajaran IPA Anak Berkebutuhan Khusus
dengan materi “tujuan,fungsi dan prinsip pembelajaran IPA Anak Berkebutuhan Khusus.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pengampu yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga tugas ini dapat disusun dengan baik.
Semoga tugas yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah ilmu serta bisa
menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna.
Kami juga menyadari bahwa tugas ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari
itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi penyusunan tugas
dengan tema serupa yang lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan bekal yang dapat diberikan kepada generasi penerus
bangsa sebagai modal untuk membentuk karakter diri dan juga untuk membekali ilmu
pengetahuan dalam hidup bermasyarakat.).Pendidikan sains atau pendidikan IPA
merupakan upaya para pendidik untuk menggunakan hasil penelitian ilmiah dari para
ilmuwan, untuk disesuaikan dengan perkembangan intelektual peserta didik dengan
menggunakan metode tertentu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa tujuan dari pembelajaran IPA Anak Berkebutuhan khusus?
2. Apa fungsi dari pembelajaran IPA Anak berkebutuhan khusus?
3. Bagaimana Pendekatan dari Pembelajaran IPA?
4. Bagaimana prinsip dari pembelajaran IPA Anak Berkebutuhan Khusus?
1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tujuan dari adanyan pembelajaran IPA Anak
Berkebutuhan khusus
2. Untuk mengetahui fungsi pembelajaran IPA Anak Berkebutuhan khusus
3. Untuk Mengetahui pendekatan dari pembelajaran IPA
4. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran IPA Anak Berkebutuhan khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap IPA, Teknologi, dan
masyarakat.
2. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
3. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang akan
bermanfaat dan dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari.
4. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Allah swt. (Surahman, Ritmat Ishak Paudi, n.d.)
Dari beberapa tujuan pembelajaran IPA di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan IPA yaitu agar siswa dapat mengaplikasikan dan memanfaatkan IPA dalam
memecahkan masalah yang dijumpai peserta didik di dalam kehidupan sehari-hari.
4
g. Menyadari penting nya peran alam dalam kehidupan sehari-hari
h. Dapat memberikan pengetahuan tentang teknologi dan dampaknya terhadap
kehidupan sehari-hari
i. Memberikan pengetahuab tentang makluk hidup
5
mereka dalam jangka panjang.Pendekatan pembelajaran kontekstual lebih
mengutamakan aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga siswa dapat
menemukan konsep tentang materi pembelajaran dan mengaitkan konsep
tersebut dengan situasi dunia nyata mereka.
4) Pendekatan Ekspositori (Expository)
Pendekatan Ekspositori menekankan pada penyampaian informasi
yang disampaikan sumber belajar kepada peserta pembelajaran. Dalam
pendekatan ekspositori sumber belajar dapat menyampaikan materi sampai
tuntas, artinya pembelajaran dilaksanakan secara holistik dan tidak
khusus.Pendekatan Ekspositori lebih cocok untuk jenis bahan belajar yang
bersifat informatif dan umum. Misalnya prinsip-prinsip dasar yang perlu
dipahami untuk menunjang tahap pembelajaran lebih lanjut.
5) Pendekatan Induktif
Menurut Purwanto dalam Rahmawati (2011, hlm. 75) pendekatan
induktif dalam pembelajaran adalah pendekatan yang bermula dengan
menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi
suatu fakta, prinsip, atau aturan.Pembelajaran diawali dengan memberikan
contoh-contoh khusus kemudian sampai kepada generalisasinya. Dengan
kata lain, pengajaran berawal dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus
kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip atau aturan
yang spesifik.
6) Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah pembelajaran yang berpangkal dari hal
yang bersifat umum lalu diarahkan pada hal yang bersifat khusus. Ya,
pendekatan ini adalah kebalikan dari pendekatan induktif.Deduktif adalah
cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum kemudian
menarik kesimpulan yang bersifat khusus (Busrah, 2012, hlm. 5).
6
7) Pendekatan Kontruktivisme
Dalam kelas kontruktivis seorang guru tidak mengajarkan kepada
anak bagaimana menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan
masalah dan mendorong siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam
meyelesaikan permasalahan.Pendekatan ini tidak menginginkan siswa untuk
dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang ada dalam sumber
belajar. Guru tidak akan sesederhana mengatakan bahwa jawaban dari siswa
benar atau salah namun justru lebih mengutamakan perkembangan daya
kritis siswa dalam menyikapi berbagai opsi jawaban yang ada.Guru terus
mendorong siswa untuk menyetujui atau justru menolak ide seseorang dan
saling bertukar pikiran hingga persetujuan dicapai. Siswa diberdayakan oleh
pengetahuannya yang berada dalam dirnya sendiri dan saling berbagi
strategi dan penyelesaiannya dengan sesama siswa yang disupervisi oleh
guru.
8) Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Dalam pendekatan ini siswa didorong untuk memperoleh
pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah
dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin
atau jarang ditemui (masih belum dikuasai).Jika suatu masalah diberikan
kepada siswa dan siswa tersebut dapat langsung mengetahui cara
menyelesaikannya dengan benar, maka persoalan tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai masalah. Harus terjadi kesenjangan antara ekspektasi dan
realita.Menurut Dewey (dalam Sanjaya, 2011, hlm. 217) langkah utama
dalam pendekatan pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
Merumuskan masalah.
Menganalisis masalah. Pemecahan masalah menekankan
pada pentingnya identifikasi masalah untuk menentukan
7
berbagai kemungkinan penyelesaiannya, sehingga analisis
adalah hal yang wajib dilakukan.
Mengembangkan beberapa hipotesis. Hipotesis adalah
alternatif penyelesaian dari pemecahan masalah.
Mengumpulkan data: langkah siswa mencari dan
menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah.
Menguji beberapa hipotesis. Mengevaluasi kelemahan dan
kelebihan hipotesis.
Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.
9) Pendekatan Open-Ended
8
Pendekatan inquiry adalah pendekatan yang berusaha untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar melalui
penyingkapan atau penyelidikan terhadap suatu permasalahan.
a. Prinsip umum
1. Prinsip motivasi
Guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada siswa agar tetap
memiliki semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2. Prinsip latar/konteks
Guru perlu mengenal siswa secara mendalam, menggunakan contoh,
memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar, dan
semaksimal mungkin menghindari pengulangan-pengulangan materi
pengajaran yang sebenarnya tidak terlalupenuh bagi anak.
3. Prinsip keterarahan
Setiap akan melakukan kegiatan pembelajaran, guru harus merumuskan
tujuan secara jelas, menerapkan bahan dan alat yang sesuai serta
mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat.
4. Prinsip hubungan social
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru perlu mengembangkan strategi
pembelajaran yang mampu mengoptimalkan interaksi antara guru dengan
siswa,siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan lingkungan, serta interaksi
banyak arah.
5. Prinsip belajar sambil bekerja
9
Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus banyak memberi kesempatan
kepada anak untuk melakukan praktek atau percobaan atau menemukan
sesuatu melalui pengamatan, penelitian, dan sebagainya.
6. Prinsip individualisasi
Guru perlu mengenal kemampuan awal dan karakteristik setiap anak secara
mendalam baik dari segi kemampuan maupun ketidakmampuannya dalam
menyerap materi pelajaran.
7. Prinsip menemukan
Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu memancing
anak untuk terlihat secara aktif baik fisik, mental, sosial, dan/atau emosional.
8. Prinsip pemecahan masalah
Guru hendaknya sering mengajukan berbagai persoalan/problem yang ada di
lingkungan sekitar, dan anak dilatih untuk merumuskan, mencari data,
menganalisis, dan memecahkannya sesuai dengan kemampuan.
b. Prinsip Khusus
1. Tunanetra
1) Prinsip kekonkretan
Guru dituntut semaksimal mungkin dapat menggunakan
benda-benda konkret (baik asli maupun tiruan) sebagai alat
bantu atau media dan sumber belajar dalam upaya pencapaian
tujuan pembelajaran.Seperti pembelajaran tumbuhan guru
akan memberikan tumbuhan atau miniature tumbuhan yang
dipelajari oleh anak tunanetra.
2) Prinsip belajar sambil melakukan
Prinsip ini menuntut guru agar dalam proses belajar mengajar
tidak hanya bersifat informatif akan tetapi semaksimal
mungkin anak diajak ke dalam situasi nyata sesuai dengan
10
tuntutan tujuan yang ingin dicapai dan bahan yang
diajarkannya.Contoh nya dalam pembelajaran tumbuhan anak
langsung diajak untuk menyentuh tumbuhan yang dipelajari.
2. Tunarungu
1) Prinsip keterahan wajah
Prinsip ini menuntut guru ketika memberi penjelasan
hendaknya menghadap ke anak (face to face) sehingga anak
dapat melihat gerak bibir guru.
2) Prinsip keterarahan suara
Ketika berbicara guru hendaknya menggunakan lafal/ejaan
yang jelas dan cukupkeras, sehingga arah suaranya dapat
dikenali anak.
3) Prinsip keperagaan
Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar hendaknya
disertai peragaan (mengunakan alat peraga) agar lebih mudah
dipahami anak. Di samping dapat menarik perhatian anak
3. Tunagrahita
1) Prinsip kasih sayang
Mengajar anak tunagrahita/lamban belajar membutuhkan
kasih sayang yang tulus dan guru. Guru hendaknva berbahasa
yang lembut, tercapai sabar, rela berkorban, dan memberi
contoh perilaku yang baik ramah,sehingga siswa tertarik dan
timbul kepercayaan yang pada akhirnya bersemangat untuk
melakukan saran-saran dari guru.
2) Prinsip keperagaan
11
Anak perlu di bawa ke lingkungan nyata, baik lingkungan
fisik, lingkungan sosial, maupun lingkungan alam. Bila tidak
memungkinkan, guru dapat membawa berbagai alat peraga.
3) Prinsip habilitasi dan rehabilitasi
Habilitasi adalah usaha yang dilakukan seseorang agar anak
menyadari bahwa mereka masih memiliki kemampuan atau
potensi yang dapat dikembangkan meski kemampuan atau
potensi tersebut terbatas. Sedangkan rehabilitasi adalah usaha
yang dilakukan dengan berbagai macam bentuk dan cara,
sedikit demi sedikit mengembalikan kemampuan yang hilang
atau belum berfungsi optimal.
4. Tunadaksa
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran bagi anak
tunadaksa yaitu:
1) Pelayanan medik
2) Pelayanan pendidikan.
3) Pelayanan sosial,
Pada dasarnya juga tidak dapat lepas dengan prinsip habilitasi
dan rehabilitasi diatas.
5. Tunalaras
1) Prinsip kebutuhan dan keaktifan
Guru harus memberi keaktifan kepada siswa supaya
kebutuhannya terpenuhi dengan mempertimbangkan norma-
norma kemasyarakatan, agama, peraturan perundang undangan
yang berlaku, sehingga dalam memenuhi keinginan dan
kebutuhannya tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
2) Prinsip kebebebasan yang terarah
12
Guru hendaknya mengarahkan dan menyalurkan segala
perilaku anak ke arah positif yang berguna, baik untuk diri
sendiri maupun orang lain.
3) Prinsip penggunaan waktu luang
Guru harus membimbing anak dengan mengisi waktu
luangnya untuk kegiatankegiatan yang bermanfaat.
4) Prinsip kekeluargaan dan kepatuhan
Guru harus dapat menyelami jiwa anak, dimana letak
ketidakselarasan kehidupan emosinya. Selanjutnya,
mengembalikannya kepada kehidupan emosi yang
tenang,selaras, sehingga rasa kekeluargaannya menjadi pulih
kembali.
5) Prinsip setia kawan dan idola serta perlindungan
Guru hendaknya secara perlahan-lahan berupaya
menggantikan posisi ketua kelompoknya, menjadi tokoh idola
siswa, dengan cara melindungi siswa, dan berangsur-angsur
kelompoknya berganti dengan teman-teman sekelasnya, dan
setia kawannya berganti kepada teman-teman sekelasnya, yang
pada akhirnya mereka akan merasa senang bersekolah.
6) Prinsip minat dan kemampuan
Guru harus memperhatikan minat dan kemampuan anak
terutama yang berhubungan dengan pelajaran.
7) Prinsip emosional, sosial dan perilaku
Guru harus berusaha mengidentifikasi problem emosi yang
disandang anak,kemudian berupaya menghilangkannya untuk
diganti dengan sifat-sifat yang baik sesuai dengan norma-
norma yang berlaku di masyarakat dan agama, dengan cara
13
diberi tugas-tugas tertentu yang terpuji, baik secara individual
maupun secara kelompok.
8) Prinsip disiplin
Guru perlu membiasakan siswa untuk hidup teratur dengan
selalu diberi keteladanan dan pembinaan dengan sabar.
9) Prinsip kasih sayang
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan IPA secara umum bertujuan untuk dapat mempersiapkan
individu untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Hal ini memungkinkan karena
dengan adanya pembelajaran IPA dapat melatih peserta didik untuk berfikir kritis,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan-keputusan yang dapat
meningkatkan kualitas hidupnya menuju masyarakat yang terpelajar secara
keilmuan. Mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam berguna agar anak berkebutuhan
khusus bisa mengetahui segala hal mengenai lingkungan hidup yang berhubungan
dengan alam.Berikut ada beberapa fungsi dari mempelajari
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan-kesalahan dan
kekurangan serta juah dari kata sempurna dalam penulisan makalah ini,baik dari
segi penyusunan maupun dari segi penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk
makalah ini, agar penulis dapat menulis makalah ini dengan baik dan benar. Semoga
makalah ini dapat memberi bermanfaat bagi pembaca dan juga penulis.
15
DAFTAR PUSTAKA
Izzaty, R. E., Astuti, B., & Cholimah, N. (1967). Pengertian IPA. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 5–24.
Surahman, Ritmat Ishak Paudi, dan D. T. (n.d.). Menigkatkan Hasil Belajar Siswa dalam
Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan Melalui
Media Gambar Kontekstual Pada Siswa Kelas II Alkhairat Towera.
16