Menjauhi Daosa-Dosa Besar
Menjauhi Daosa-Dosa Besar
Kode: 1.A5.14
Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan materi ini, peserta diharapkan mampu:
1. Nmengetahui apa saja yang termasuk kategori dosa-dosa besar dan bagaimana hukumnya serta
menyebutkan contoh-ontohnya.
2. Menjauhi dosa-dosa besar dan segera bertaubat jika pernah melakukannya.
3. Membenci dosa-dosa besar dan mencegah orang lain melakukannya.
Pokok-Pokok Materi
1. Dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits Nabawi tentang dosa-dosa besar.
2. Bahaya syirk.
3. Bahaya sihir.
4. Bahaya durhaka pada orang tua.
5. Bahaya berpaling dari medan jihad.
6. Bahaya sumpah palsu.
Dalil-Dalil
Hadis-Hadits
“Tidakkah aku ceitakan kepadamu tentang dosa-dosa yang besar (3x). Mereka menjawab, ‘Ya, wahai
Rasulullah’. Beliau bersabda, ‘Yaitu menyekutukan Allah, durhaka pada orang tua -pada waktu itu beliau
bersandar kemudian duduk, kemudian bersabda- demikian juga persaksian palsu dan ucapan palsu’. Beliau
selalu mengulang-ulangnya sehingga kami berkata, ‘Andaikan beliau diam’” (HR Bukhari Muslim).
“Beliau bersabda, ‘Jauhilah tujuh perkara yang menghancurkan (7 dosa besar)’. Mereka berkata, ‘Apa saja, wahai
Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Menyekutukan Allah, sihir, membunuh, memakan riba, makan harta anak yatim, berpaling dari
medan perang, dan menuduh keji wanita mu’minat baik-baik’” (HR Bukhari Muslim).
Rasulullah bersabda, “Barang siapa beramal dengan menyekutukan Aku di dalamnya, maka amal itu
diperuntukkan bagi sesuatu yang disekutukan dengan Aku, sedangkan Aku berlepas dirinya.” (HR Muslim).
1. S i h i r
Sihir adalah mengungkap sesuatu yang sebabnya samar dan tersembunyi sehingga seolah-
seolah mengetahui yang ghaib. Para ahli sihir mengungkapkannya dengan meminta bantuan jin (ruh-
ruh jahat dan syaithan). Mereka mendatangkan jin untuk dimintai petunjuk dan pertolongan. Allah
berfirman’
“Dan bahwasannya ada beberapa orang di antara manusia meminta perlindungan pada beberapa jin. Maka jin-
jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS Al-Jin/72/:6).
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan sihir, misalnya, perdukunan (kahanah),
peramalan (‘arrafah), mantera-mantera (ruqyah yang terlarang), santet, pelet, sulap dan akrobat
(telepati), jailangkung, dll.
Hukum sihir. Sihir termasuk syirik terhadap rubbubiyah Allah, karena mengaku-aku mengetahui
yang ghaib, padahal yang mengetahui hal-hal yang ghaib itu hanya Allah saja. Di sisi lain, sihir juga
termasuk syirik terhadap uluhiyatullah., karena mengabdi kepada jin dengan amalan-amalan
tertentu.
Nabi bersabda, “Sesungguhnya mantera, jimat-jimat dan tiwalah adalah syirik” (HR Imam
Ahmad). Tiwalah adalah sejenis sihir yang digunakan untuk membuat seorang wanita mencintai
suaminya.
Allah mengungkapkan sihir dengan kata ‘kufur’ dalam firman-Nya,
“Dan mereka, orang-orang Yahudi dan ahli kitab mengikuti apa-apa yang dibaca oleh syetan pada masa
kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), pada hal Sulaiman tidak kufur
(mengerjakan sihir), tetapi syetan-syetan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir itu kepada
manusia’ (QS Al-Baqarah/2:102).
Ungkapan ‘kufur’ dalam ayat di atas bertujuan untuk membuat manusia menjahui dan
membenci sihir, dan menjelaskan bahwa sihir termasuk dosa besar.
Hukuman bagi para tukang sihir adalah dibunuh jika diketahui bahwa ia tukang sihir
sebagaimana yang ditetapkan Umar bin Khaththab r.a. pada masa kekhalifahannya, “Hendaknya
kalian membunuh tukang-tukang sihir baik laki-laki maupun perempuan”.
Tentang orang-orang yang datang pada tukang sihir, Rasulullah saw. bersabda, “Tiga orang yang
tidak masuk surga, yaitu peminum khamr, pemutus silaturrahim, dan orang yang memebenarkan
sihir” (HR Imam Ahmad).
Dalam kenyataan, orang-orang yang menggunakan sihir tidak pernah mendapatkan
kemenangan dan keberhasilan. Firman Allah, “Dan tidak akan menang para tukang sihir itu dari mana
ia datang” (QS Thaha/20:69).
1. Persaksian Palsu
Allah dan rasul-Nya mensejajarkan persaksian palsu dengan syirik. Allah berfirman, “Maka
jauhilah oplehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta” (QS Al-Hajj/22:30).
Dan dalam hadits,
Rasulullah bersabda, “Pada hari kiamat, tidak akan bergeser kedua kaki orang yang bersaksi
palsu sehingga wajib baginya neraka” (HR Ibnu Majjah dan Hakim).
Orang yang bersaksi palsu berarti telah melakukan beberapa dosa besar sekaligus:
1. Dosa menipu, Rasulullah bersabda, “Seorang mu’min bisa diberi watak apa saja kecuali khiyanat
dan dusta” (HR Al-Bazar dan Abu Ya’la).
2. Dosa berbuat aniaya kepada orang yang mendapatkan hukuman karena persaksian palsunya,
sehingga ada seseorang yang diambil hartanya, direndahkan martabatnya, dan dihilangkan
nyawanya tanpa haq.
3. Dosa berbuat aniaya kepada seseorang yang mendapatkan keuntungan karena kesaksian
palsunya, sehingga orang tersebut masuk neraka. Raulullah bersabda. “Barang siapa yang
mendapatkan harta saudaranya tanpa haq, karena keputusan saya, maka hendaknya jangan ia
mengambilnya, karena aku memberikan kepadanya sepotong api neraka’ (Muttafaq ‘alaih).
4. Dosa menghalalkan apa-apa yang diharamkan dan dijaga oleh Allah, baik berupa harta, harga diri
maupun darah.
Maraji’
1. Az-zahabi, Al-Kaba’ir.
2. Ali Ash-Shabuni, Tafsir Ahkam.
3. Fauzan, At-tauhid.
4. Said Hawwa, Jundullah.