Anda di halaman 1dari 13

TUGAS FILSAFAT ILMU

PERANCANGAN MEMBANGUN PENDIDIKAN


DASAR UNGGUL

TINI AGUSTIANI
NPM 072822007

PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS TERBUKA
KATA PENGANTAR

Topik pendidikan, dari waktu ke waktu selalu mendapat posisi yang aktual sesuai dengan
perkembangan zaman. Pendidikan adalah wahana paling efektif untuk melahirkan generasi
unggul di masa mendatang. Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia, lembaga
pendidikan harus berbenah diri tiada henti. Banyak hal yang harus dibenahi dan banyak
komponen yang harus disempurnakan.

Tuntutan globalisasi mendorong dunia pendidikan untuk melakukan inovasi terus menerus
dengan tetap menjamin fleksibelitas dalam implementasinya. Menghadapi era revolusi indutri
4.0, dunia pendidikan harus terus berbenah. Berbagai terobosan haru dilakukan, mulai dari
manajemen tata kelolah, sumber daya manusia, praktek pendidikan dan pembelajaran, dan
kesiapan fasilitas dan sarana penunjang seperti gedung, laboratorium, lapangan olahraga, sarana
kesehatan, dan sebagainya.

Kurikulum pendidikan pun terus diperbaharui mengkuti perkembangan zaman. Bila selama ini
siswa digiring untuk menghafal fakta-fakta, kini potensi dan kompetensi dikembangkan
semaksimal mungkin. Dengan demikian, talenta peserta didik dapat berkembang melalui
pengalaman belajar dengan pendekatan baru tersebut.

Namun, pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan berjalan bukan tanpa kendala. Hakikat
dan maksud pembaharuan pendidikan tersebut belum semua pihak mampu menerima dan
memahami. Pelaksanaan kurikulum yang ditetapkan pemerintah berlangsung seolah-olah tanpa
perubahan. Tuntutan kurikulum berbasis tema sulit dipenuhi apalagi dengan kelas yang kondusif
sejuk dan menyenangkan.

Moving class (kelas bergerak) belum bisa dilaksanakan yang terbentur dengan mata pelajaran
dan kelengkapan berbagai fasilitas pendukungnya. Perpustakaan sekolah sebagai kebutuhan vital
pun tidak begitu lengkap dengan buku-buku penunjang. Sehingga adanya perpustakaan sekolah
tidak memotivasi kepada siswa untuk memanfaatkannya dalam pengalaman belajar. Penyebaran
guru belum merata. Sekolah terpencil masih banyak kekurangan guru. Status ekonomi dan sosial
guru juga belum memadai. Timbul krisis motivasi guru yang disebabkan oleh penghasilan yang
sangat rendah lebih-lebih guru swasta.
Dilain sisi, peran dan tugas guru yang strategis ini menuntut adanya guru yang memiliki
kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar. Guru yang
kesehariannya bergaul dan berkomunikasi serta membimbing para siswa dituntut untuk bertindak
profesional. Dalam artian, agar dia dapat melaksanakan amanat sebagai pendidik diperlukan
bekal kompetensi yang memadai. Kompetensi itu meliputi kemampuan (ability), keterampilan
(skill) dan pengetahuan (knowledge).

Temuan-temuan baru dalam bidang teknologi informasi dan neurosains (teori-teori tentang otak
dan multi kecerdasan) perlu diikuti untuk dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.
Motivasi dan pembinaan bagi para guru selalu diperlukan. Tanpa fasilitas dan motivasi dari
pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya, sulit bagi para guru berjalan sendirian.
sekalipun ada teori yang berpendapat bahwa keberhasilan seseorang terutama ditentukan oleh
faktor internal bagi pengembangan potensi guru tergantung pada kemauan dan kesungguhan dari
usaha guru itu sendiri.
PEMBAHASAN

A. Konsep Sekolah Unggulan


Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga
pendidikan dan para praktisi pendidikan untuk bisa mengimbanginya. Salah satunya dengan
pendidikan yang berkualitas. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang berkualitas telah
mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak
langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan berkualitas merupakan satu upaya
dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan mutu SDM
dituangkan dalam bentuk pendirian sekolah-sekolah unggulan di beberapa wilayah.

Ketika mendengar nama sekolah unggulan yang tergambar di benak kita sekolah yang luar
biasa, elit, mahal dan top. Memang dilihat dari fisiknya sangat mewah, biayanya mahal, akan
tetapi hal itu diimbangi dengan tenaga pendidik yang profesional, kurikulum yang tepat,
program yang bagus dan proses yang maksimal, sehingga output yang dihasilkan sangat baik
(unggul).

Pada awalnya Sekolah unggulan merupakan lembaga pendidikan yang lahir dari sebuah
keinginan untuk mampu berprestasi di tingkat regional, nasional dan internasional dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi ditunjang oleh pendidikan karakter. Akhir-khir
ini ketertarikan masyarakat terhadap sekolah unggulan semakin meningkat. Terbukti
meludaknya pendaftar seleksi siswa baru di sekolah-sekolah unggulan. Salah satu alasannya
disamping unggul dibidang akademiknya, pendidikan moralnya sangat diperhatikan,
walaupun hal itu tidak menjadi jaminan bagi siswa bermoralitas seratus persen, akan tetapi
lingkungan tercipta ke arah tersebut.
Istilah sekolah unggul pertama kali diperkenalkan oleh mantan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) Wardiman Djojonegoro, tahun 1994. Istilah sekolah unggul lahir
dari satu visi yang jauh menjangkau ke depan, wawasan keunggulan. Menurut Wardiman,
selain mengharapkan terjadinya distribusi ilmu pengetahuan, dengan membuat sekolah unggul
di tiap-tiap propinsi, peningkatan SDM menjadi sasaran berikutnya. Lebih lanjut, Wardiman
menambahkan bahwa kehadiran sekolah unggul bukan untuk diskriminasi, tetapi untuk
menyiapkan SDM yang berkualitas dan memiliki wawasan keunggulan.
Pada dasarnya, sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas proses pembelajaran,
bukan pada kualitas input siswanya. Kualitas proses pembelajaran bergantung pada kualitas
guru yang bekerja di sekolah tersebut. Apabila kualitas guru di sekolah tersebut baik, mereka
akan berperan sebagai agen pengubah siswanya, dan menekankan kepada kemandirian dan
kreatif sekolah yang memfokuskan pada perbaikan proses pendidikan.
Di samping itu ada juga yang berpendapat bahwa Sekolah unggul adalah sekolah yang
dikembangkan untuk mencapai keunggulan yang dihasilkan (output) dari pendidikannya.
Dengan demikian sekolah unggulan dapat didefinisikan sekolah yang dikembangkan dan
dikelola sebaik-baiknya dengan mengarahkan semua komponennya untuk mencapai hasil
lulusan yang lebih baik dan cakap dari pada lulusan sekolah lainnya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah menggariskan bahwa sekolah unggulan adalah
sebuah institusi pendidikan yang memiliki ciri utama atau karakteristik sebagai berikut:
1. Input diseleksi secara ketat dengan kriteria tertentu dan melalui prosedur yang dapat
dipertanggungjawabkan. Kriteria yang dimaksudkan adalah: a) Prestasi belajar superior
dengan indikator anggka rapot, UPM Murni dan hasil tes prestasi akademik; b) Skor
psikotes yang meliputi intlegensi dan kreatifitas; c) Tes fisik jika diperlukan.
2. Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa serta
menyalurkan minat dan bakatnya, baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun
ekstrakurikuler.
3. Lingkungan belajar yang kondusif untuk berkembangnya potensi keunggulan menjadi
keunggulan yang nyata baik lingkungan fisik maupun sosial psikologis.
4. Guru dan tenaga kependidikan yang menangani harus unggul baik dari segi penguasaan
materi pelajaran, metode mengajar, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas.
5. Kurikulumnya diperkaya dengan pengembangan dan improvisasi secara maksimal sesuai
dengan tuntunan belajar peserta didik yang memiliki kecepatan belajar serta motivasi
belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa seusianya.
6. Kurun waktu lebih lama dibandingkan sekolah lain.
7. Proses belajar harus berkualitas dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan, baik kepada
siswa, lembaga maupun masyarakat.
8. Sekolah unggul itu tidak hanya memberikan manfaat kepada peserta didik di sekolah
tersebut, tetapi harus memiliki resonansi sosial terhadap lingkungan sekitar.
9. Pembinaan kemampuan kepemimpinan yang menyatu dalam keseluruhan sistem
pendidikan siswa melalui praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari bukan sebagai
materi pelajaran.
10. Nilai lebih sekolah unggul terletak pada perlakuan tambahan diluar kurikulum, program
pengayaan dan perluasan, pengajaran remidial, pelayanan, bimbingan dan konseling yang
berkualitas, pembinaan kreatifitas dan disiplin.
Secara umum, sebuah sekolah dapat dikategorikan unggul harus meliputi tiga aspek dalam
manajerial. Ketiga aspek tersebut adalah:
1. Input (masukan)
Input (masukan) sekolah adalah segala masukan yang dibutuhkan sekolah untuk terjadinya
pemrosesan guna mendapatkan output yang diharapkan. Input sekolah merupakan bahan-
bahan yang diperlukan untuk mencapai pembentukan manusia yang disebut manusia
seutuhnya. Input sekolah dapat diidentifikasikan mulai dari human (manusia), money
(uang), materials (material/ bahan-bahan), methods (metode-metode), dan machines
(mesin-mesin).
Pendidikan tidak boleh diartikan hanya sebagai proses transfer ilmu saja, namun juga harus
diartikan sebagai upaya membantu siswa untuk mampu mengenal diri dan lingkungannya.
Daniel Goleman, dalam bukunya, menyebutkan bahwa kemampuan mengenal diri dan
lingkungannya adalah kemampuan untuk melihat secara objektif atau analisis, dan
kemampuan untuk merespon secara tepat, yang membutuhkan kecerdasan otak (IQ) dan
kecerdasan emosional (EQ). Di samping itu, kecerdasan spiritual (SQ) calon siswa
hendaknya dapat terukur saat seleksi siswa baru. Dengan demikian, tes seleksi siswa baru
hendaknya dapat mengukur ketiga aspek kecerdasan atau bahkan dapat mengukur berbagai
kecerdasan atau multy intellegence.[9]

Oleh karena itu, tes seleksi siswa baru tujuannya tidak semata-mata untuk menerima atau
menolak siswa tersebut tetapi jauh ke depan untuk mengetahui tingkat kecerdasan siswa.
Dengan data tingkat kecerdasan siswa tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan proses pembinaannya dan bahkan dapat untuk menentukan target atau arah
pendidikan di masa depan.

2. Proses

Proses belajar-mengajar sekolah unggul ini setidaknya berkaitan dengan kemampuan guru,
fasilitas belajar, kurikulum, metode pembelajaran, program ekstrakurikuler, dan jaringan
kerjasama.
a. Sekolah unggul harus memiliki guru yang unggul. Artinya, guru tersebut harus
profesional dalam melaksanakan proses belajar-mengajar. Adapun komptensi guru yang
memungkinkan untuk mengembangkan suatu lembaga pendidikan yang unggul adalah:
1) Kompetensi penguasaan mata pelajaran
2) Kompetensi dalam pembelajaran
3) Kompetensi dalam pembimbingan
4) Kompetensi komunikasi dengan peserta didik
5) Kompetensi dalam mengevaluasi
Guru yang profesional, dalam pembelajaran harus menempuh empat tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan, penilaian, dan refleksi/P3R.

b. Fasilitas belajar

c. Kurikulum

d. Metode pembelajaran. Sekolah yang unggul harus menggunakan metode pembelajaran


yang membuat siswa menjadi aktif dan kreatif yang disertai dengan kebebasan dalam
mengungkapkan pikirannya.

Menurut Moedjiarto, bahwa sekolah unggulan ada beberapa tipe, antara lain:
Tipe 1 yang meliputi : input unggul (murid), proses belajar mengajar biasa saja (normal), dan
output (lulusan) tetap unggul karena faktor bawaan;
Tipe 2 yang meliputi: Fasilitas dan sarana prasarananya yang unggul karena serba mewah dan
tentunya amat mahal, seperti adanya berbagai lapangan olahraga,
asrama ber-AC, ruang kelas yang dilengkapi dengan multi audio,
media pembelajaran dan pengajaran yang canggih dan lain-lain. Dan
fasilitas yang sangat mewah ini tentu harus dibayar dengan biaya (SPP
dan lainlain) yang mahal pula.
Tipe 3 yang meliputi: input rendah menjadi output yang tinggi, penekanan pada iklim belajar
yang positif dan efektif. Menurut tipe ini sekolah unggul adalah
sekolah yang iklim belajar yang positif di mana seluruh muridnya bisa
dan mampu memenuhi persyaratan ini; 1) menguasai keterampilan
keterampilan dasar (membaca menulis berhitung dan literasi), 2)
meraih prestasi akademik dengan maksimal (pencapaian pada tingkat
maksimal untuk setiap individu), 3) menunjukkan keberhasilan
melalui evaluasi yang sistematis (gabungan dari; a. evaluasi yang
dilakukan oleh guru, b. penilaian acuan patokan untuk mengukur
apakah tujuan instruksional telah tercapai, c. dan evaluasi belajar
tahap akhir nasional untuk mengetahui prestasi belajar murid
dibandingkan terhadap prestasi belajar murid pada tingkat nasional).
Kata kunci dari tipe ini adalah prestasi akademik peserta didik. Dan
menurut tipe ini sekolah unggul ialah sekolah yang proses belajar
mengajar yang efektif. Dianggap efektif jika memenuhi faktor-faktor
berikut ini, yakni:1) dedikasi guru yang tinggi, 2) kepemimpinan
kepala sekolah yang kuat, 3) percaya diri pada murid dan guru yang
tinggi bahwa prestasi akademik bisa dicapai, 4) pemantauan yang
rutin kepada murid, 5) kesempatan belajar yang cukup bagi murid, dan
5) pelibatan orang tua masyarakat dan stakeholder lainnya.
B. Komponen Standar Sekolah Unggulan

Di Indonesia standar minimal sekolah unggulan harus memenuhi: 1) Iklim sekolah yang
positif, 2) Proses perencanaan melibatkan seluruh warga sekolah, 3) Motivasi yang tinggi
terhadap prestasi akademik, 4) Pemantauan yang efektif terhadap kemajuan murid, 5)
Keefektifan guru, 6) Kepemimpinan instruksional yang berorientasi pada prestasi
akademik, 7) Pelibatan orang tua yang aktif dalam kegiatan sekolah, 8) Kesempatan
tanggung jawab dan partisipasi yang tinggi di sekolah, 9) Ganjaran dan insentif yang
berdasarkan pada keberhasilan, 10) Tata tertib dan disiplin yang baik, dan 11)
Pelaksanaan kurikulum yang jelas.

Dalam dekdikbud (1994), disebutkan bahwa sekolah unggul adalah sekolah yang
dikembangkan untuk mencapai keunggulan keluaran (output) pendidikan. Untuk
mencapai keunggulan tersebut, maka input, proses pendidikan, manajemen, layanan
pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk mendukung tercapainya
tujuan tersebut.

Ibrahim Bafadhal(1999) dengan merujuk pada bebrapa pendapat menyatakan sekolah


yang baik yaitu dengan melihat beberapa sudut pandang diantaranya: pertama perspektif
tujuan, yaitu sekolah yang efektif apabila ia mencapai tujuan yang telah ditetapkan. kedua
Perspektif proses. Artinya bukan dilihat dari tingkat pencapaiannya tujuannya, melainkan
konsistensi internal, efisiensi penggunaan sumber daya yang ada, dan kesuksesan dalam
mekanisme kerjanya. Jadi baik tidaknya sekolah dilihat bukan dari tingkat pecapaian
tujuan tetapi proses dan karakteristik sekolah.
Beberapa faktor yang harus dicaapai bila sekolah tersebut dikategorikan sekolah unggul.
1. kepemimpinan kepala sekolah yang profesional.
2. guru-guru yang tangguh dan profesional.
3. memiliki tujuan pencapaian filosofis yang jelas.
4. lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran
5. jaringan organisasi yang baik
6. kurikulum yang jelas
7. evalasi belajar yang baik berdasarkan acuan patokan untuk mengetahui apakah tujuan
pembeajaran dari kurikulum sudah tercapai
8. partisipasi orang tua murid yang aktif dalam kegiatan sekolah.

KESIMPULAN

Sekolah unggulan merupakan kebutuhan pendidikan di era kekinian. Munculnya sekolah


unggulan menunjukkan bahwa masyarakat kita membutuhkan lembaga pendidikan yang lebih
berkualitas, profesional dan modern.

Sekolah unggul adalah sekolah yang luar biasa, punyak nilai lebih dari sekolah-sekolah lain, baik
dari segi fisik ataupun non-fisik. Sekolah unggulan di buat sebagai suatu solusi terhadap
kemajuan pendidikan yang ada, terutama dalam pembentukan SDM yang unggul.

Menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi orang tua apabila anaknya bisa masuk ke sekolah
unggulan. Karena mereka percaya bahwa di sekolah unggulan siswa bisa berproses secara
maksimal. Dengan fasilitas yang serba lengkap, proses pembelajaran yang maksimal dan
didukung oleh tenaga-tenaga yang professional, sekolah unggulan akan menjadi agen perubahan
untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang ada.

sekolah unggul dalam rti sekolah efektif sangat diperlukan tetapi juga harus betul-betul mampu
menciptakan output yang tidak hanya unggul dalam bidang akademis saja melainkan juga
mempertimbangkan aspek psikis, etik, moral, religi, emosi, spirit, kreativitas dan intelegensi.

Untuk mewujudkan mendirikan, dan menciptakan sekolah unggulan setidaknya ada 4 langkah
sederhana, praktis, dan deskriptif, yaitu dengan metode atau langkah Four Mim (4M). Four Mim
ini mencakup memperbaiki manajemen sekolah, manajemen sumber daya manusia, manajemen
kurikulum, dan manajemen kesiswaan.

Pertama, memperbaiki manajemen. Perbaikan manajemen dapat berbentuk pengadministrasian


yang lengkap, teliti, dan rapi serta penciptaan lingkungan yang nyaman.
Kedua, manajemen sumber daya manusia. Dalam manajemen sumber daya manusia ini inovasi
dijadikan sebagai jantung organisasi dan team work.

Ketiga, manajemen kurikulum. Kurikulum perlu di desain sesuai kebutuhan dan tantangan
global.

Keempat, manajemen kesiswaan. Manajemen kesiswaan adalah pengelolaan kegiatan yang


berkaitan dengan peserta didik mulai dari awal masuk (bahkan sebelum masuk) hingga akhir
(tamat) dari lembaga pendidikan.

Selain itu, ada empat pilar strategis fundamentalis dalam menggali potensi sekolah unggulan,
yaitu: 1) membangkitkan motivasi. 2) membaca peluang, 3) keterampilan manajemen waktu, dan
4) Tekun dan ulet.

Tiga point kegiatan dalam meraih prestasi akademik siswa sekolah unggulan meliputi:

1) penegakan disiplin,

2) paket kegiatan khusus murid dan budaya sekolah, dan

3) tim khusus.

Pada akhirnya sekolah unggulan adalah program bersama seluruh masyarakat, yang tidak hanya
dibebankan kepada pemerintah, sekolah dan orang tua secara perorangan, namun menjadi
tanggung jawab bersama dalam peningkatan SDM Indonesia dalam rangka mengembangkan
pendidikan ke arah yang lebih baik.
REFERENSI
Asmani, Jamal Makmun. Kiat Melahirkan Sekolah Unggulan. Yogyakarta: Diva Press, 2013.
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Beatrix, Sofie.I Love Organize. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.
Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA
Bertaraf Internasional.
Daniel O’Hare, 2010, Internasional Jurnal of Applied Manajemen Pendidikan dan
Pengembangan (ISSN: 1742-2639) Volume 1 Issue 1, Sheffield Hallam University.
Dauglas Bourn and Frances Hunt, 2011, Global Dimention In Seondary Schools, London :
Development Education Research Centre.
Hamdani, Hamid. Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Pustaka Setia, 2012.
Imron, Ali.2005. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Surakarta : Bumi Aksara Isjoni dan
Mohd Arif Hj. Ismail. 2008. Model-Model Pembelajaran Mutakhir Perpaduan Indonesia
Malaysia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Jawwad, M. Ahmad Abdul.Manajemen Rapat. Bandung: Syamil Cipta Media, 2006.
Jerome S. Arcaro. 2007. Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata
Langkah Penerpanan. Terjemahan oleh Yosal Iriantara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Moedjiarto, Sekolah Unggul. Jakarta: Duta Graha Pustaka, 2002.
Mulyoto. Strategi Pembelajaran Di Era Kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher,
2013.
Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Muhaimin & Suti’ah. 2010. Manajemen Pendidikan: Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
RS. Prunia. Formal International Education, The Problem and An Emerging Solution in
International Schools.
Sugiyono. 2008 Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media
Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R &D. Surakarta :
Fairuz Media
Tilaar, H.A.R. 2004. Paradigma Baru pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta
_________. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: Rineka
Cipta.
Tristan Bunnell, 2005, Strategic Marketing Planning in International schools, Journal of
Research in International Education vol 19 No. 1. Emereld Group Publising Limited.
Umiarso & Gojali Imam. 2010. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan.
Yogyakarta : IRCiSoD
Undang-Undang RI. No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan nasional

Anda mungkin juga menyukai