Anda di halaman 1dari 10

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMA


Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : XI/II
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit ( 1 x pertemuan)

Standar Kompetensi : 4. Menganalisis hubungan internasional dan organisasi internasional

Kompetensi Dasar : 4.2. Menjelaskan tahap-tahap perjanjian internasional

Indikator : 1. Menjelaskan pengertian perjanjian internasional


2. Mengklasifikasikan penggolongan perjanjian internasional
3. Menguraikan tahap-tahap perjanjian internasional
4. Menjelaskan berlaku dan berakhirnya perjanjian internasional

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian perjanjian internasional
2. Mengklasifikasikan penggolongan perjanjian internasional
3. Menguraikan tahap-tahap perjanjian internasional
4. Menjelaskan berlaku dan berakhirnya perjanjian internasional
Atribut Karakter : - Religius - Demokratis
- Membiasakan rapi dan bersih - nasionalisme
- Tanggung jawab - bersahabat
- Rasa ingin tahu, - Tekun
- disiplin - Jujur
- Kerja-sama - Toleransi
B. Materi Pembelajaran
I. Pengertian Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan oleh subjek-subjek hukum
internasional dan bertujuan  untuk melahirkan akibat-akibat hukum tertentu. Termasuk kedalam
perjanjian internasional adalah perjanjian yang  dibuat oleh negara dengan negara, antara negara
dengan organisasi internasional, dan antara organisasi internasional yang satu dengan yang lainnya.
Istilah-istilah dalam perjanjian internasional :
1. Traktat (treaty) perjanjian paling formal merupakan persetujuan dua negara atau lebih
mencakup perjanjian bidang politik dan ekonomi.
2. Konvensi (Convention) persetujuan formal bersifat multilateral yang tidak berurusan dengan
kebijaksanaan tingkat tinggi (haigh Plicy) dilegalisasi oleh wakil yang berkuasa penuh.
3. Protokol (Protocol) persetujuan tidak resmi umumnya tidak dibuat oleh kepala negara yang
mengatur masalah-masalah tambahan seperti penafsiran klaususl-klausul tertentu ( Klausul =
ketentuan tambahan sebuah perjanjian).
4. Persetujuan (Agreement) perjanjian bersifat tekhnis atau administratif.  Tidak diratifikasi
karena  sifatnya tidak seresmi atau seformal traktat atau konvensi.
5. Perikatan ( Arrangement) adalah  istilah yang digunakan untuk transaksi yang sifatnya
sementara.  Tidak diratifikasi.
6. Proses Verbal catatan atau ringkasan atau kesimpulan konferensi diplomatik, atau catatan suatu
pemufakatan.  Tidak diratifikasi.
7. Piagam (Statute) yaitu himpunan peraturan yang ditetapkan oleh persetujuan internasional baik
mengenai pekerjaan atau kesatuan tertentu seperti pengawasan internasional yang mencakup
tentang minyak, lapangan kerja.  Contoh  Piagam Kebebasan Transit.
8. Deklarasi (declaration) yaiut perjanjianinternasinal yang berbentuk  traktat dan dokumen tidak
resmi.
9. Modus Vivendi dokumen untuk mencatat persetujuan  internasional bersifat sementara, sampai
perjumpaan permanen, terinci dan sistimatis serta tidak memerlukan ratifikasi.
10. Pertukaran Nota yaitu metode tidak resmi namun banyak digunakan.  Biasanya diulakukan oleh
wakil-wakil militer dan negara dan bisa bersifat multilateral dan melahirkan kewajiban bagi
yang mengadakannya.
11. Ketentuan Penutup (final Act) ringkasan hasil konvensi yang menyebutkan negara peserta,
nama utusan,masalah yang disetujui konferensi dan tidak diratifikasi.
12. Ketenrtuan Umum (General Act) traktat yang bersifat resmi dan tidak resmi.
13. Charter adalah istilah dalam perjanjian internasional untuk pendirian badan yang melakukan
fungsi administratif.  Misalnya Atlantic Charter, Magna Charter.
14. Pakta (fact), menunjukkan suatu persetujuan yang lebih khusus dan membutuhkan ratifikasi. 
Misalny Pakta Warsawa (mengenai Pertahanan ).
15. Covenant yaitu anggaran dasar LBB (Liga Bangsa-Bangsa).

II. Penggolongan Perjanjian Internasional


Perjanjian internasional sebagai sumber hukum formal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Dilihat dari segi pihak-pihak yang mengadakan perjanjian yaitu:
a. Perjanjian antar-negara, merupakan jenis perjanjian yang jumlahnya banyak, hal ini dapat
dimaklumi karena negara merupakan subyek hukum internasional yang paling utama dan
klasik.
b. Perjanjian antar negara dengan subyek hukum internasional lainnya seperti negara dengan
organisasi internasional.
c. Perjanjian antara subyek hukum internasional selain negara satu sama lain.
2. Klasifikasi perjanjian dilihat dari proses atau tahap pembentukannya.
a. Perjanjian yang pembentukannya diadakan melalui tiga tahap yaitu:
(1) perundingan, (2) penandatanganan dan (3) ratifikasi, dan biasanya diadakan untuk hal-
hal yang dianggap penting sehingga memerlukan persetujuan dari badan yang memiliki hak
untuk mengadakan perjanjian.
b. Perjanjian yang pembentukannya hanya melalui dua tahap karena memerlukan penyelesaian
yang cepat, yaitu perundingan dan kemudian penandatanganan. Seperti perjanjian
perdagangan yang berjangka pendek.
3. Klasifikasi perjanjian dilihat dari pihak yang membuatnya.
a. Perjanjian bilateral, yaitu suatu perjanjian yang diadakan oleh dua pihak (negara) saja dan
mengatur soal-soal khusus yang menyangkut kepentingan kedua belah pihak. Contoh:
perjanjian antara Republik Indonesia dengan RRC pada tahun 1955 tentang penyelesaian
‘dwikewarganegaraan’
b. Perjanjian multilateral adalah perjanjian yang diadakan banyak pihak (negara) yang pada
umumnya merupakan perjanjian terbuka (openverdrag) di mana hal-hal yang diaturnyapun
lazimnya yang menyangkut kepentingan umum yang tidak terbatas pada kepentingan pihak-
pihak yang mengadakan perjanjian tetapi juga menyangkut kepentingan yang bukan peserta
perjanjian itu sendiri. Perjanjian ini digolongkan pada perjanjian  law making treaties atau
perjanjian yang membentuk hukum. Contoh: Konvensi Wina tahun 1961 tentang ‘hubungan
diplomatik’.
4. Klasifikasi perjanjian ditinjau dari bentuknya.
a. Perjanjian antar Kepala Negara (head of state form) Pihak peserta dari perjanjian disebut
pihak peserta agung (High Contracting State)
Dalam praktek pihak yang mewakili negara dapat diwakilkan kepada MENLU atau DUBES
atau dapat juga pejabat yang ditunjuk sebagai kuasa penuh (full powers).
b. Perjanjian antar Pemerintah (inter-Goverment form). Perjanjian ini juga sering dtunjuk
MENLU atau DUBES atau juga wakil berkuasa penuh. Pihak perjanjian ini tetap disebut
contracting state walaupun perjanjian itu dinamakan inter govermental.
c. Perjanjian antar negara (inter-state form), pejabat yang mewakili dapat ditunjuk MENLU,
DUBES atau wakil kuasa penuh.
5. Klasifikasi perjanjian dilihat dari sifat pelaksananya.
a. Dispotive treaties (perjanjian yang menentukan) yang maksud tujuannya dianggap selesai
atau sudah tercapai dengan pelaksanaan perjanjian itu.
Contoh: Perjanjian tapal batas.
b. Executory treaties (perjanjian yang dilaksanakan) adalah perjanjian yang pelaksanaanya
tidak sekaligus, melainkan dilanjutkan terus menerus selama jangka waktu perjanjian itu.
Contoh perjanjian perdagangan.
6. Klasifikasi perjanjian dilihat dari segi strukturnya.
a. Law making treaties merupakan perjanjian internasional yang mengandung kaidah-kaidah
hukum yang dapat berlaku secara universal bagi anggota-anggota masyarakat bangsa-
bangsa, oleh karena itu jenis perjanjian ini dikategorigakan sebagai sumber langsung dari
hukum internasional, yang terbuka bagi pihak lain yang tadinya tidak turut serta dalam
perjanjian.
b. Treaty contracts (perjanjian yang bersifat kontrak) dimaksudkan perjanjian ini megikat
pihak-pihak yang mengadakan perjanjian-perjanjian. Legal effect dari treaty contract ini
hanya menyangkut pihak-pihak yang mengadakannya Dan tertutup bagi pihak ketiga. Oleh
karena itu treaty contact  tidak melahirkan aturan-aturan hukum yang berlaku umum
sehingga tidak dapat dikategorukan sebagai perjanjian yang membentuk hukum. Tetapi
treaty contact dapat menjadi kaidah-kaidah yang berlaku umum apabila sudah menjadi
hukum kebiasaan Internasional.

III. Tahap-Tahap Perjanjian Internasional


Tahap-tahap pembuatan perjanjian internasional adalah sebagai berikut :
1. Tahap Perundingan perundingan (negotiation)
Pada tahap ini pihak-pihak akan mempertimbangkan terlebih dahulu materi yang hendak
dicantumkan dalam naskah perjanjian. Materi tersebut ditinjau dari sudut pandang politik,
ekonomi maupun keamanan dan juga mempertimbangkan akibat-akibat yang akan muncul
setelah perjanjian disahkan. Penunjukkan wakil suatu negara dalam perundingan diserahkan
sepenuhnya kepada negara bersangkutan.
2. Tahap Penandatangan (signature) 
Tahap penandatanganan diakhiri dengan penerimaan naskah (adoption of the text) dan
pengesahan (authentication of the text). Apabila koferensi tidak menentukan cara pengesahan
maka pengesahan dapat dilakukan dengan penendatanganan, penandatanganan sementara
atau pembubuhan paraf. Dengan menandatangani suatu naskah perjanjian, berarti suatu
negara telah menyetujui untuk mengikatkan diri pada suatu perjanjian.
3. Tahap Pengesahan (Ratification)
Ratifi kasi merupakan suatu cara yang sudah melembaga dalam kegiatan perjanjian
internasional. Suatu negara mengikatkan diri pada suatu perjanjian dengan syarat apabila
telah disahkan oleh badan yang berwenang di negaranya. Dengan dilakukannya ratifi kasi
terhadap perjanjian internasional, secara resmi perjanjian internasional dapat berlalu dan
berkekuatan hukum. Adapun prosedur dari ratifi kasi tersebut antara lain:
1)Penandatanganan naskah perjanjian oleh badan eksekutif, yang kemudian disampaikan
kepada badan legislatif untuk meminta persetujuan.
2) Selanjutnya oleh badan eksekutif dibuat piagam ratifi kasi, sedangkan bagi perjanjian
multilateral, piagam ratifi kasi diserahkan kepada pihak (negara) penyimpan yang telah
ditentukan dalam perjanjian tersebut.

IV. Berlaku dan Berakhirnya Perjanjian Internasional


a. Berlakunya perjanjian internasional
Kapan Perjanjian internasional mulai berlaku?
1. sejak tanggal yang ditentukan dalam piagam perjanjian, atau menurut yang disetujui oleh
peserta perjanjian
2. jika tidak ditentukan maka perjanjian ulai berlaku sejak adanya pernyataan persetujuan
3. jika persetuuan suatu negara untuk diikat oleh perjanjian timbul setelah perjanjian itu berlaku,
maka perjanjian mulai berlaku bagi negara iotu pada tanggal tersebut, kecuali jika ditentukan
lain. .

b. Berakhirnya Perjanjian Internasional


Muchtar Kusumaatmadja, menyatakan bahwa, perjanjian internasional berakhir karena hal
berikut :
1. telah tercapai tujuan
2. berakhirnya masa berlaku
3. salah satu pihak menghilang dan punahnya objek perjanjian
4. adanya persetujuan peserta untuk mengakhiri perjanjian
5. adanya perjanjian baru yang kemuadian membatalkan perjanjian terdahulu
6. syarat-syarat perjanjian terpenuhi
7. perjanjian secara sepihak diakhiri oleh suatu negara peserta dan disetujui oleh peserta perjanjian
lain

C. Model dan Metode


 Model : Snowball Throwing
 Metode : Ceramah, tanya jawab, diskusi kelas dan penugasan

D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan Awal
a. Pengelolaan Kelas: Berdoa, kebersihan kelas, mengatur tempat, mengecek daftar hadir
b. Apersepsi
c. Memotivasi
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran
Karakter yang ditanamkan : Religius, membiasakan diri rapi dan bersih, disiplin
Kegiatan Inti
1). Eksplorasi
 Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
 Siswa mendengar, memperhatikan gambar yang ditampilkan oleh guru lewat Power Point
dan tanya jawab guru dan siswa
Karakter yang ditanamkan : Rasa ingin tahu, berorientasi pada keunggulan
2). Elaborasi
 Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi
 Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
 Masing-masing peserta didik diberi satu lembar kertas, untuk menuliskan satu pertanyaan apa
saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
 Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
peserta didik ke peserta didik yang lain selama ± 15 menit
 Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian
Karakter yang ditanamkan : Kerja-sama, toleransi, demokratis, sikap menghargai
3). Konfirmasi
 Mengklarifikasi tentang materi yang telah diajarkan
 Menegaskan kembali tahap-tahap perjanjian internasional
Karakter yang ditanamkan : Rasa ingin tahu, tanggung-jawab
Kegiatan Penutup
a. Kesimpulan
b. Guru memberi tugas rumah kepada siswa (secara berkelompok) untuk mencari dan menemukan
data untuk menjawab masalah yang berkaitan dengan perjanjian internasional
Karakter yang ditanamkan : Dapat dipercaya, tekun dan jujur.

E. Alat/Media dan Sumber Pembelajaran


 Alat : laptop, LCD, LKS, Spidol, kertas
 Media : Peta Konsep, gambar, artikel, berita dari media massa.
 Sumber: Budiyanto, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA Kelas XI. Jakarta:
Erlangga
 http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ppkn4419/Materi3/Perjanjian%20Internasional.htm. diakses
14 Maret 2013
 http://pkndisma.blogspot.com/2012/12/modul-perjanjian-internasional_28.html

F. Penilaian
Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran
Indikator Teknik Bentuk
Instrumen
pencapaian Penilaian Instrumen

 Menjelaskan Tes Uraian Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan


pengertian tertulis tepat, singkat, dan jelas!
perjanjian 1. Jelaskan pengertian dari perjanjian
internasional internasional!
 Menguraikan 2. Menurut Konvensi Wina 1969 tentang

tahap-tahap Hukum Perjanjian Internasional disebutkan


perjanjian tahap pembuatan perjanjian internasional
internasional dilakuakn melalui beberapa tahap. Sebutkan

 Mengidentifi dan jelaskan tahapan tersebut!

kasikan jenis- 3. Jelaskaan perbedaan perjanjian bilateral

jenis dengan perjanjian multilateral! Berikan

perjanjian contoh masing-masing!

internasional 4. Bagaimana politik luar negeri Indonesia


yang bebas dan aktif ?

Pedoman Penskoran
Tingkat
No Soal Jawaban Skor
Kesukaran soal
1. Jelaskan pengertian Perjanjian internasional adalah
dari perjanjian perjanjian yang diadakan oleh
internasional! subjek-subjek hukum
Mudah 15
internasional dan bertujuan  untuk
melahirkan akibat-akibat hukum
tertentu
2. Menurut Konvensi     Perundingan (Negotiation),
Wina 1969 tentang perundingan tahap pertama
Hukum Perjanjian tentang objek tertentu, diwakili
Internasional oleh kepla negara, kepala
disebutkan tahap pemerintahan, menteri luar negeri
pembuatan perjanjian atau duta besar dengan
internasional menunjukkan Surat Kuasa Penuh
dilakuakn melalui (full powers)
beberapa tahap.
b.   Penandatanganan (Signature),
Sebutkan dan biasanya dilakukan oleh menteri
Sukar 30
jelaskan tahapan luar negeri atau kepala
tersebut! pemerintahan.  Tapi perjanjian
belum dapat diberlakukan
sebelum diratifikasi oleh masing-
masing negara.
Pengesahan (Ratification),
Penandatanganan hanya bersifat
sementara dan harus dikuatkan 
dengan pengesahan atau
penguatan yang disebut ratifikasi
3. Jelaskaan perbedaan Perjanjian bilateral adalah Sukar 30
perjanjian bilateral perjanjian antar dua negara unutk
dengan perjanjian mengatur kepentingan kedua
multilateral! Berikan belah pihak. Contoh: perjanjian
contoh masing- antara Republik Indonesia dengan
masing! RRC pada tahun 1955 tentang
penyelesaian
‘dwikewarganegaraan’.
Perjanjian multilateral adalah
diadakan oleh banyak negara
untuk mengatur kepentingan
bersama negara-negara peserta
perjanjian tersebut. Contoh:
Konvensi Wina tahun 1961
tentang ‘hubungan diplomatik’
4. Bagaimana politik Bebas, artinya tidak memihak
luar negeri Indonesia pada kekuatan-kekuatan yang
yang bebas dan berhadapan untuk saling
aktif ? menguasai. Aktif, artinya Sedang 25
Indonesia berperan serta secara
aktif mengusahakan perdamaian
dunia
Jumlah Skor 100

Medan, Maret 2013


Mengetahui :
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

( ) ( )
NIP.

Anda mungkin juga menyukai