Pedoman Keselamatan Pasien
Pedoman Keselamatan Pasien
KESELAMATAN PASIEN
UPTD PUSKESMAS RATU JAYA
PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN
Sistematika
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang
B Tujuan
C Sasaran
D Ruang lingkup
E Batasan operasional
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A Kualifikasi sumber daya manusia
B Distribusi ketenagaan
C Jadwal kegiatan
BAB III STANDAR FASILITAS
A Denah ruang
B Standar fasilitas
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
A Lingkup kegiatan
B Metode
C Langkah kegiatan
BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN SASARAN
KEGIATAN/PROGRAM
BAB VII KESELAMATAN KERJA
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
BAB IX PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan yang berkualitas merupakan cerminan dari sebuah proses yang
berkesinambungan dengan berorientasi pada hasil yang memuaskan. Dalam
perkembangan masyarakat yang semakin kritis, mutu pelayanan puskesmas tidak hanya
disorot dari aspek klinis medisnya saja namun juga dari aspek keselamatan pasien dan
aspek pemberian pelayanan.Peningkatan mutu klinis dan keselamatan pasien adalah
program yang disusun secara obyektif dan sistematik untuk memantau dan menilai mutu
serta kewajaran asuhan terhadap pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan
asuhan pasien dan memecahkan masalah masalah yang ada Meningkatnya pendidikan
dan sosial ekonomi masyarakat menuntut perubahan pelayanan kesehatan yang lebih
baik, lebih ramah dan lebih bermutu. Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat
akan mutu pelayanan maka fungsi pelayanan kesehatan termasuk pelayanan puskesmas
secara bertahap perlu terus ditingkatkan agar menjadi lebih efektif, efisien serta
memberikan kepuasan terhadap pasien, keluarga maupun masyarakat dengan tetap
mengedepankan keselamatan pasien.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global. Ada lima isu penting yang terkait
dengan keselamatan (safety) yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan
pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di Puskesmas
yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan
(green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan
”bisnis” yang terkait dengan kelangsungan hidup Puskesmas. Ke lima aspek keselamatan
tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan. Namun harus diakui kegiatan institusi
kesehatan dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan
prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra
puskesmas
Serta dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, seluruh unit pelayanan
yang ada dan seluruh karyawan berkomitmen untuk melaksanakan manajemen risiko,
untuk mengurangi cedera, dan mengurangi risiko lain terhadap keselamatan pasien, staf
dan sasaaran pelayanan UKM, UKP, KMP serta masyarakat di wilayah kerja. Agar
pelayanan FKTP bermutu dan mengupayakan keselamatan pasien, maka perlu disusun
rencana program manajemen risiko yang meliputi program identifiksai risiko-risiko yang
ada, analisis risiko, penanganan risiko, monitoring dan evaluasi pengendalian risiko
terHadap pelayanan klinis dan pelayanan non klinis di FKTP.
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, seluruh unit pelayanan yang
ada dan seluruh karyawan berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang bermutu,
terjangkau, dan mengutamakan keselamatan pasien, pengunjung, masyarakat, dan
karyawan yang bekerja di Puskesmas Ratu Jaya.
Program mutu dan keselamatan pasien merupakan program yang wajib
direncanakan, dilaksanakan, dimonitor, dievaluasi dan ditindaklanjuti diseluruh jajaran
yang ada di Puskesmas Ratu Jaya, mulai dari kepala puskesmas, penanggungjawab unit
pelayanan klinis, dan seluruh karyawan.
Oleh karena itu perlu disusun Pedoman Keselamatan Pasien dan Manajemen
Resiko Puskesmas Ratu Jaya yang menjadi acuan dalam penyusunan program-program
mutu dan keselamatan pasien di Puskesmas Ratu Jaya untuk dilaksanakan pada tahun
2022.
Pedoman ini disusun dengan tujuan menyediakan pedoman bagi fasilitas
kesehatan tingkat pertama dalam mengupayakan keselamatan pasien, pengunjung dan
masyarakat melalui penerapan manajemen risiko dalam seluruh aspek pelayanan yang
disediakan oleh fasilitas kesehatan tersebut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Tersedianya pedoman pelaksanaan Program Keselamatan Pasien dan
Manajemen Resiko di Puskesmas Ratu Jaya dan Meningkatkan mutu pelayanan
melalui pelaksanaan program Manajemen Resiko di semua Unit pelayanan dan
oleh seluruh petugas Kesehatan
2. Tujuan Khusus :
a. Terlaksananya Program Keselamatan Pasien dan Manajemen Resiko di
Puskesmas secara sistematis dan terintegrasi
b. Terlaksananya pencatatan terjadinya insiden di Puskesmas dan pelaporannya,
sehingga tersedia data untuk perbaikan keselamatan pasien
c. Terlaksananya Iidentifikasi Risiko sesuai konsep Manajemen Resiko
d. Terlaksananya Register Risiko berdasarkan Tindakan pelayanan yang dilakukan
di Puskesmas Ratu Jaya
C. SASARAN
Sasaran Keselamatan Paien :
1. Tidak terjadinya salah identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif dalam pelayanan
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
4. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan
5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi dalam pelayanan klinis
6. Tidak terjadinya pasien jatuh
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman keselamatan pasien Puskesmas Ratu Jaya meliputi :
E. Batasan Operasional
1. Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi assesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan.
2. Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak
Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian
Potensial Cedera.
3. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar ke pasien.
5. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
6. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
7. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius sebagai berikut :
a. Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya. ( contoh bunuh diri )
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya.
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien yang dioperasi.
d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain yang bukan
orang tuanya
8. Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan
insiden adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden
keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran
9. Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang berdampak negatif
terhadap pencapaian organisasi.
10. Manajemen resiko adalah Suatu proses mengenal, mengevaluasi,
mengendalikan, dan meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara
menyeluruh
11. Identifikasi resiko adalah pemeriksaan apa yang ada di dalam organisasi, yang
dapat mengakibatkan cedera pada individu, sehingga bisa ditentukan apakah
organisasi sudah mengambil tindakan pencegahan (prevent), mitigasi,
mendeteksi error yang dapat menyebabkan cedera (harm)
12. Register resiko adalah suatu daftar yang memuat risiko-risiko yang dihadapi oleh
suatu entitas
13. FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) : suatu pendekatan untuk mengenali
dan menemukan kemungkina terjadinya kegagalan pada system dan strategi
untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
NO JABATAN NAMA
B. Distribusi Ketenagaan
Tim Keselamatan Pasien dan Manajemen Resiko berjumlah 7 orang sesuai dengan
struktur organisasinya. Tim Keselamatan Pasien dan Manajemen Resiko terdiri dari
penanggung jawab, koordinator dan anggota tim yang terdiri dari masing-masing unit
terkait yang berhubungan langsung dengan kegiatan Keselamatan Pasien dan
Manajemen Resiko.
C. JADUAL KEGIATAN
2022
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pembentukan Tim
X X
Keselamatan Pasien
K M
dan Manajemen
P R
Risiko
3. Sosialisasi KP dan
X X
MR
4. Workshop KP dan
X
MR
6. Rapat koordinasi
dengan Tim Mutu X X X X
Pelayanan
7. Pelaporan Insiden
X X X X X X X X X X X X
keselamatan pasien
8. Melakukan
pencatatan,
pelaporan, evaluasi,
analisis dan tindak X X X X X X X X X X X X
lanjut dari KTD dan
KNC
9. Menyusun Register
X X X X X X X
Resiko
10. Fasilitasi
X
Penyusunan FMEA
11. Pelaporan MR X X
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Lantai 1
Lantai 2
B. STANDAR FASILITAS
1. Untuk screening identifikasi pasien di pendaftaran sudah dengan menggunakan
minimal dua cara seperti nama pasien, dengan dua nama pasien, nomor
identifikasi menggunakan nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang (-identitas
pasien).
2. Untuk alur pelayanan telah sesuai dengan standar keselamatan pasien tersedianya
penanda ruangan yang jelas, jalur evakuasi, ruang tunggu yang banyak dan
nyaman, lantai yang tidak licin, penerangan yang jelas,
3. Untuk ruangan VK dan ruangan pasca bersalin terdapat fasilitas bed dengan
handle
4. Untuk ruangan Farmasi sudah dilakukan pelabelan LASA, dan letak obat LASA
tidak berdampingan. Obat high alert juga dilakukan pelabelan dengan label khusus
HIGH ALERT dan menatanya pada tempat penyimpanan sesuai dengan kondisi
penyimpanan yang tertera.
5. Untuk mencegah terjadinya infeksi petugas menggunakan APD sesuai
indikasi,untuk pelepasan APD juga sudah ada ruangan dan tempat untuk APD nya.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. LINGKUP KEGIATAN
1. Pembentukan Tim Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko
2. Sosialisasi KP dan MR bagi seluruh karyawan
3. Workshop Manajemen Risiko bagi penanggungjawab, koordinator, petugas
dan/atau staf FKTP
4. Rapat rutin Tim Keselamatan Pasien dan MR
5. Rapat koordinasi dengan Tim Mutu Pelayanan
6. Melakukan pencatatan, pelaporan, evaluasi, analisis dan tindak lanjut dari KTD
dan KNC
7. Penyusunan Kebijakan, Pedoman, Panduan KP dan MR
8. Identifikasi Risiko yang ada di FKTP ( Mengintegrasi kan Identifikasi risiko
berdasarkan usulan masing-masing unit kerja).
9. Penyusunan Register Risiko di FKTP
10. Fasilitasi Penyusunan FMEA
11. Pelaporan MR
B. METODE
Metode dalam Tim kerja Keselamatan Pasien UPTD Puskesmas Ratu Jaya
mengacu pada standar keselamatan pasien dan sasaran keselamatan pasien ,
manajemen resiko berdasarkan PERMENKES NO.11 tahun 2017 dan
PERMENKES NO.25 tahun 2019
C. LANGKAH KEGIATAN
1. Keselamatan Pasien :
- Membentuk Tim KP
- Rapat internal KP
- Workshop/pelatihan
- Sosialisasi dengan seluruh karyawan
- Melakukan profil indikator keselamatan pasien
- Rapat rutin bersama tim mutu
2. Insiden Keselamatan pasien
- Mencatat dan melaporkan KTD, KNC, sentinel
- Mengisi laporan IKP di website mutufasyankes.kemkes.go.id tiap bulan
3. Manajemen Resiko
- Pembentukan Tim Manajemen Risiko
- Workshop /pelatihan
- Sosialisasi MR bagi seluruh karyawan
- Rapat rutin Tim MR
- Rapat koordinasi dengan Tim Mutu Pelayanan
- Melakukan Identifikasi Risiko yang ada di FKTP ( Mengintegrasi kan
Identifikasi risiko berdasarkan usulan masing-masing unit kerja).
- Penyusunan Register Risiko di FKTP
- Penyusunan FMEA
- Pelaporan MR
BAB V
LOGISTIK
1. Identifikasi Pasien
A. Gelang Identitas
- Warna Biru Untuk Pasien Laki-Laki
- Warna Pink Untuk Pasien Perempuan
- Warna Merah Untuk Pasien Alergi
- Warna Kuning Untuk Pasien Resiko Jatuh
- Warna Ungu Untuk Pasien Dnr ( Do Not Resusitation )
- Warna Biru Ukuran Kecil Unk Bayi Laki- Laki
- Warna Pink Ukuran Kecil Untuk Bayi Perempuan
2. Komunikasi Efektif
- Alat Komunikasi Untuk Perintah Lisan Via Telpon Untuk Unit Rawat Inap, igd,
Lab
- Stempel Bertuliskan " Read Back "
Pasien yang diberi tanda pada gelang yaitu di Ruang Bersalin, dengan
ketentuan sebagai berikut :
Ibu dari bayi laki – laki diberi gelang warna biru dengan tulisan yaitu :
¤ Nama lengkap ibu dan tanggal lahir, sedangkan pada bayi dituliskan
nama ibu dari bayi...........dan tanggal lahir bayi
Ibu dari bayi perempuan diberi tanda gelang warna merah dengan tulisan
yaitu :
¤ Nama lengkap ibu dan tanggal lahir, sedangkan pada bayi dituliskan
nama ibu dari bayi...........dan tanggal lahir bayi
Semua pasien yang mempunyai risiko atas dasar pengkajian awal, akan
diberikan tanda risiko, yang terdiri atas :
- Ruang Bersalin : untuk pasien dengan ada allergi terhadap obat obatan di
tambah dengan gelang warna merah bagi pasien di ruang bersalin,
- Rawat Jalan sedangkan di buku status diberi cap merah pada setiap
lembarr buku status
Pasien yang diberi tanda gelang kuning dilakukan pada pasien dengan
observasi di poli 24 jam, dimana pasien dalam penanganan dokter seperti
pasien asma, pasien kecelakaan, pasien anak anak. Untuk mengatasi pasien
jatuh , diperlukan tempat tidur yang dapat dikunci agar pasien tidak jatuh
dalam amsa obseravasi
c. Gelang identitas dipasang oleh perawat/ bidan sejak pasien masuk rumah
bersalin/poli pelayanan 24 jam, dan tidak boleh dilepas sampai dengan
pasien keluar puskesmas (selesai dirawat) yang telah diinformasikan
kepada pasien atau keluarganya
4. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA (Look
Alike Sound Alike).
2.2.4 Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA, saat memberi / menerima
instruksi
2.3 Koordinasi Pemasangan Marker pada sisi yang akan dilakukan tindakan
Kepastian tepat lokasi,tepat prosedur, tepat pasien operasi.
Untuk tepat pasien operasi di Puskesmas yaitu diartikan tepat pasien dalam
melakukan tindakan: tidak salah prosedur dan tidak salah tindakan
*Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan di poli pelayanan seperti:
Poli gigi
Poli umum
IGD
Laboatorium
PONED
3. Sela-sela jari, gosok telapak tangan dan sela-sela jari sisi dalam
4. KunCi; jari jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
5. Putar; gosok ibu jari tangan kiri dan berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
6. Putar; rapatkan ujungjari tangan kanan dan gosokkan pada telapak tangan kiri dengan
cara memutar mutar terbalik arah jarum jam, lakukan pada ujung jari tangan
sebaliknya.
- Ambil kertas tissue atau kain lap disposable, keringkan kedua tangan
- Tutup kran dengan sikut atau bekas kertas tissue yang masih di tangan
Bertujuan untuk mengurangi risiko pasien jatuh, berdasarkan prosedur yang tepat
dengan memantau dampak yang tidak diinginkan dari tindakan yang dilakukan, terdiri
dari:
f. Laporkan pada atasan atas temuan risiko fasilitas yang dapat menyebabkan
pasien cidera
g. Lakukan asesmen risiko jatuh pada setiap pasien dg menggunakan skala
(Skala Humpty Dumpty untuk pasien anak, Skala Risiko Jatuh Morse
(MSF) untuk pasien dewasa RAWAT INAP, dan Ge Up go test untuk
dewasa rawat jalan.
3. MANAJEMEN RISIKO
Manajemen risiko adalah suatu proses mengenal, mengevaluasi,
mengendalikan, dan meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh .
1. Lingkup manajemen risiko dalam pelayanan kesehatan:
a. Risiko yang terkait dengan pelayanan pasien atau kegiatan pelayanan
kesehatan: adalah risiko yang mungkin dialami oleh pasien atau sasaran
kegiatan UKM, atau masyarakat akibat pelayanan yang disediakan oleh FKTP,
misalnya: risiko yang dialami pasien ketika terjadi kesalahan pemberian obat.
b. Risiko yang terkait dengan petugas klinis yang memberikan pelayanan: adalah
risiko yang mungkin dialami oleh petugas klinis ketika memberikan pelayanan,
misalnya perawat tertusuk jarum suntik sehabis melakukan penyuntikan.
c. Risiko yang terkait dengan petugas non klinis yang memberikan pelayanan:
adalah risiko yang mungkin dialami petugas non klinis, seperti petugas
laundry, petugas kebersihan, petugas sanitasi, petugas lapangan ketika
melaksanakan kegiatan pelayanan.
d. Risiko yang terkait dengan sarana tempat pelayanan: adalah risiko yang
mungkin dialami oleh petugas, pasien, sasaran kegiatan pelayanan,
masyarakat, maupun lingkungan akibat fasilitas pelayanan.
e. Risiko finansial: adalah risiko kerugian finansial yang mungkin dialami oleh
FKTP akibat pelayanan yang disediakan.
f. Risiko lain diluar lima risiko di atas: adalah risiko-risiko lain yang tidak
termasuk pada lingkup risiko a. sampai dengan e., misalnya kecelakaan
ambulans, kecelakaan kendaraan dinas yang digunakan.
b. Mengenal risiko.
Setelah menentukan lingkup manajemen risiko, misalnya risiko terkait
dengan pelayanan pasien di laboratorium, maka tahap berikutnya adalah
mengenali risiko-risiko apa saja yang mungkin terjadi dalam pelayanan
pasien di laboratorium. Disusun daftar risiko-risiko yang mungkin atau
pernah terjadi.
c. Kajian risiko:
1) Kajian tingkat keparahan (severity assessment) risiko:
Jika diidentifikasi ternyata terdapat sekian banyak risiko atau maka dapat
dilakukan kajian tingkat keparahan risiko dari risiko-risiko yang dikenali
tersebut, demikian juga jika terjadi suatu kejadian, maka dapat dikaji
tingkat keparahan dari insiden tersebut.
2) Root Cause Analysis: Jika terjadi suatu insiden yang masuk kategori
risiko ekstrem dan risiko tinggi, maka perlu dilakukan investigasi lebih
lanjut dengan membentuk tim RCA, jika kejadian termasuk risiko rendah
atau risiko minimal maka dilakukan investigasi sederhana oleh atasan
langsung
d. Evaluasi risiko:
Setiap risiko atau kejadian harus dievaluasi apakah memerlukan tindak lanjut
atau tidak. Jika perlu tindak lanjut maka harus disusun rencana tindak lanjut
terhadap risiko atau kejadian tersebut.
Risiko
DAMPAK
1 2 3 4 5
P 5
R 4
O
3
B
A 2
B 1
Jika terjadi suatu insiden, harus dilakukan severity assessment, jika hasil kajian
masuk kategori merah (risiko ekstrem) dan kuning (risiko tinggi), maka harus
dilakukan Root Cause Analysis. Jika masuk kategori hijau (risiko sedang), atau
biru (risiko rendah), maka cukup dilakukan investigasi sederhana.
10 Pendekkan/kurangi
daftar akar penyebab
(Prune the list of root
causes)
11 Pastikan/konfirmasikan
akar penyebab
(Confirm root causes)
14 Evaluasi tindakan
perbaikan yang
diajukan (Evaluate
Proposes Improvement
Actions)
18 Kembangkan cara
pengukuran efektiftifitas
dan pastikan
keberhasilannya
(Develop measures of
effectiveness and
ensure their success)
20 Lakukan tindakan
tambahan (Take
additional action)
21 Komunikasikan
hasilnya (Communicate
the results)
Jika terjadi kejadian tidak diharapkan dengan kategori risiko ekstrem atau risiko
tinggi, maka Kepala FKTP harus membentuk tim untuk melakukan Root Cause
Analysis terhadap kasus tersebut. Tim yang dibentuk tersebut merupakan tim yang
keanggotaannya bukan karyawan yang terkait dengan kejadian.
Segera setelah tim dibentuk, maka tim akan memulai kegiatan dengan
merumuskan masalah, yaitu kejadian tidak diharapkan yang terjadi. Tim akan
melakukan investigas kejadian dengan mempelajari dokumen-dokumen atau rekam
kegiatan, melakukan peninjauan ke tempat kejadian, dan menggambarkan kronologi
kejadian.
Selanjutnya tim akan melakukan analisis masalah dengan cara mengidentifikasi
factor-faktor yang berkaitan langsung terhadap kejadian, kemudian tim akan
melakukan identifikasi factor-faktor yang ikut mendorong atau berkontribusi terhadap
terjadinya kejadian. Tim akan melanjutkan melakukan analisis masalah dengan
menggunakan diagram tulang ikan atau diagram pohon masalah untuk menemukan
penyebab penyebab masalah, menyusun rencana perbaikan sementara, dan
selanjutnya melakukan analisis lebih lanjut untuk mengenali system-sistem yang
terkait dengan kejadian atau akar-akar masalah.
1) Membentuk tim FMEA yang terdiri dari orang-orang yang menjadi pemilik
proses.
3) Menetapkan peran dari setiap anggota tim saat melakukan analisis dengan
FMEA.
10) Menentukan batasan (cut-off point) RPN untuk menentukan urutan prioritas
dari model-model yang diidentifikasi
b) Kegawatan (S = severity) dengan skala pengukuran 1 sampai 10: dari tidak gawat
sampai dengan sangat gawat.
7 Sulit diketahui Kesalahana dapat diketahui dengan inspeksi manual atau tidak
ada proses yang baku untuk mengetahui, sehingga ketahuan
6
karena kebetulan
5 Berpeluang Ada proses untuk double checks atau inspeksi tetapi tidak
sedang untuk otomatis atau dilakukan secara sampling
diketahui
4 Berpeluang tinggi Dipastikan ada proses inspeksi yang rutin tetapi tidak otomatis
untuk diketahui
3
Kesalahan Perubahan
Desain
Risiko yang mungkin terjadi: risiko-risiko yang terkait dengan kegiatan pelayanan, atau
risiko yang dapat terjadi di tempat kerja
Tingkat risiko : diisi dengan risiko ekstrem, risiko tinggi, risiko sedang, atau risiko
rendah, dengan menggunakan severity assessment.
Akibat: diisi dengan akibat yang mungkin terjadi terkait dengan risiko.
Pencegahan: diisi dengan upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya risiko
Upaya penanganan jika terjadi insiden: diisi dengan tindakan atau kegiatan yang perlu
dilakukan untuk melakukan koreksi terhadap akibat dari insiden, dan melakukan mitigasi
untuk meminimalkan akibat dari insiden
Pelaporan: diisi dengan kepada siapa laporan jika terjadi insiden, kapan harus
dilaporkan, dan siapa yang melaporkan
Luka robek,
cacat, lumpuh,
Kehilangan fungsi motorik/sensorik/psikologis
atau intelektual ( irreversibel ), tidak berhubungan
dengan penyakit
5 Katastropik Kematian yang tidak berhubungan dengan
perjalanan penyakit
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu : Biru, Hijau,
Kuning dan Merah. Warna "bands" akan menentukan Investigasi yang akan dilakukan
1
2 3 4 4
(beberapa kali/thn)
(1-<2 thn/kali)
(>2-<5 thn/kali)
(>5 thn/kali)
Extreme (sangat Risiko ekstrim, dilakukan RCA paling lama 45 hari membutuhkan
tinggi) tindakan segera, perhatian sampai ke kepala puskesmas
High (tinggi) Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari Kaji dengan detil
manajemen,
Low (rendah) Risiko rendah, dilakukan investigasi sederhana paling lama 1 minggu
diselesaikan dengan prosedur rutin
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
a. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani,
rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap
penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan
kerja maupun penyakit umum. Kesehatan dalam ruang lingkup
kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu
keadaan bebas dari penyakit.Menurut Undang – Undang Pokok Kesehatan RI No.9
Tahun 1960, BAB I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan
keadaan jasmani, rohani, dan
kemasyarakatan.(http//wikipedia.indonesia_kesehatan_keselamatan_kerja)
b. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan salah sau faktor yang harus dilakukan selama
bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini yang menginginkan terjadinya
kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung. pada jenis, bentuk, dan
lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.
( http//wikipedia.indonesia_kesehatan_keselamatan)
a. Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
1. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah
dijelaskan diatas.
2. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
3. Teliti dalam bekerja
4. Melaksanakan Prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.
Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan (Suma’mur). Sasaran Segala tempat kerja (darat, di dalam
tanah, permukaan dan dalam air, udara)
seperti Industri, Pertanian,Purtambangan, Perhubungan dan Pekerjaan
umum. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kesehatan, keselamatan, dan
keamanan kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam
keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja.Tempat kerja adalah
ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-sumber bahaya.
c. Keamanan Kerja
Pengertian keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan
mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja
bersasaran segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air,
didalam air, maupun diudara. Tempat-tempat demikian tersebar pada segenap
kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan,
pekerjaan umum, jasa dan lain-lain. Salah satu aspek penting sasaran
keselamatan kerja mengingat resiko bahanya adalah penerapan teknologi,
terutama teknologi yang lebih maju dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas
semua orang yang bekerja.Keselamatan kerja adalah dari, oleh, untuk setiap
tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masyarakat pada umumnya. Keamanan
kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja
yang aman, baik berupa materil maupun nonmaterial.
Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya sebagai
berikut.
1. Baju kerja
Merupakan jenis alat pelindung diri yang berfungsi melindungi tubuh dari
kontaminasi langsung terhadap bahaya luar.
2. Helm
Adalah bentuk perlindungan tubuh yang dikenakan di kepala dan biasanya
dibuat dari metal atau bahan keras lainnya seperti kevlar, serat resin,
atauplastik. Helm biasanya digunakan sebagai perlindungan kepala untuk
berbagai aktivitas pertempuran (militer), atau aktivitas sipil
seperti olahraga,pertambangan, atau berkendara. Helm dapat memberi
perlindungan tambahan pada sebagian dari kepala (bergantung pada
strukturnya) dari benda jatuh atau berkecepatan tinggi.
3. Kaca mata
Adalah bentuk perlindungan diri yang biasanya digunakan sebagai
perlindungan mata untuk berbagai aktivitas yang dapat membahayakan mata.
4. Sarung tangan
Sarung tangan merupakan solusi untuk melindungi tangan. Tidak hanya
melindungi tangan terhadap karakteristik bahaya bahan kimia tersebut, sarung
tangan juga dapat memberi perlindungan dari peralatan gelas yang pecan atau
rusak, permukaan benda yang kasar atau tajam, dan material yang panas atau
dingin.
5. Sepatu
Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat nonmaterial adalah sebagai
berikut.
a) Buku petunjuk penggunaan alat
b) Rambu-rambu dan isyarat bahaya.
c) Himbauan-himbauan
d) Petugas keamanan
d. Sebab-sebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan
yang salah atau kondisi yang tidak aman.Kelalaian sebagai sebab kecelakaan
merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang
mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau
berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut
menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi
kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan
pabrik. Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan,
ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan
dekat dengan pekerja, pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang
rusak, peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti helm dan gudang yang
kurang baik.Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan
seperti latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan,
mengoperasikan pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai
kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain.Dari hasil analisa kebanyakan
kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang
kurang aman, tidak hanya satu saja.Keselamatan dapat dilaksanakan sedini
mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih,
menggunakan peralatan keselamatan.
PENGENDALIAN MUTU
1. Membuat kebijakan tentang keselamatan pasien puskesmas baik jangka pendek dan
jangka panjang, dengan membuat Surat Keputusan Kepala Puskesmas
2. Menunjuk unit /personel/membentuk Tim Mutu dan Manajemen Risiko yang bertanggung
jawab terhadap program keselamatan pasien
3. Puskesmas Ratu Jaya sudah melatih personil untuk pelatihan keselamatan kerja dan
keselamatan pasien pada 3 – 4 Juni 2022 secara onlinedari ADINKES dan secara offline
di Dinas Kesehatan Depok
4. Puskesmas menyusun program keselamatan pasien
a. Menyiapkan sarana prasarana untuk keselamatan pasien seperti :
- Membuat jalur evakuasi
- Mengganti atau merevisi buku status pasien
- Menyiapkan formulir buat laporan insiden
- Mensosialisaiskan SOP
- Melakukan pelatihan buat teamwork
- Mensosialisasikan kepada seluruh karyawan /unit kerja
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. Puskesmas
1. Menyiapkan format format untuk pencatatan dan pelaporan insiden Keselamatan
Pasien Puskesmas:
a. Format Laporan Insiden KNC,KTC, KTD dan Kejadian Sentinel
b. Laporan Kondisi Potensia; Cedera ( KPC )
c. Rekapan Kejadian Insidendi Puskesmas Ratu Jaya
2. Melakukan Pencatatan dan Pelaporan Insiden yang meliputi :
a. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
c. Kondisi Potensial Cedera ( KPC ).
d. Kejadian Tidak Cedera (KTC),
e. Kejaidian sentinel
3. Pelaporan Insiden terdiri dari:
a. Pelaporan Internal yaitu mekanisme/ alur pelaporan KP Puskesmas di Internal
puskesmas
b. Pelaporan Eksternal yaitu pelaporan dari puskesmas ke Dinas Kesehatan
Setempat. Pelaporan eksternal wajib dilakukan oleh Puskesmas.