Anda di halaman 1dari 36

GAMBARAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

DAN PROGRAM REHABILITASI


DI KOTA BANDUNG

Susanna Laorensia Konselor


adiksi BNN Kota Bandung
Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam
Undang-Undang ini.

(UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika)


Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis


bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.

(UU No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika)


Penggolongan psikotropika

Gol 1 Tidak digunakan untuk pemgobatan karena potensi ketergantungan yang


sangat kuat

Gol 2 yaitu psikotropika yang berkhasiat terapi tetapi dapat


menimbulkan ketergantungan

Gol 3 yaitu psikotropika dengan efek ketergantungannya sedang dari


kelompok hipnotik sedatif

Gol 4 yaitu psikotropika yang efek ketergantungannya ringan


Gambaran Penyalahgunaan Zat
di Kota Bandung
DATA STATISTIK PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA DI DUNIA

Jumlah pengguna narkoba diperkirakan akan meningkat 11% sampai 2030


Secara global. 275 juta orang di seluruh dunia menggunakan narkoba pada
DATA STATISTIK PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DI INDONESIA (Prevalensi 1.9%)
HASIL PENELITIAN

Kajian BNN dan LIPI tahun 2018 menemukan hal menarik,


diantaranya apabila angka prevalensi penyalahgunaan narkoba
pada kelompok pekerja menurun, justru pada kelompok pelajar
dan mahasiswa mengalami kenaikan.

Pada survey tahun 2017, angka prevalensi penyalahguna


narkoba dalam satu tahun terakhir pada kelompok pelajar dan
mahasiswa sebesar 1,9% sedangkan pada survey tahun 2018 naik
menjadi 2,2%.
HASIL PENELITIAN

Angka prevalensi pada pelajar SMP di Bandung tertinggi kedua bersama


dengan Yogyakarta yaitu sebesar 6.9% atau dapat diartikan dari 100 pelajar
SMP/MTs terdapat 7 orang yang menyalahgunakan narkoba dalam satu tahun
terakhir. Sementara angka tertinggi berada di Jawa Timur dengan 7.0%.
Apabila dilihat dari tingkat penyalahgunaan narkoba, sebanyak 3,5% berada
pada level rekreasional. Sekitar 0,75% pada level teratur dan sebanyak 0,25%
pada level sudah ketergantungan. Pada tingkat SMA dan sederajat, angka
prevalensinya di Bandung sebesar 3,4%.
HASIL PENELITIAN

SMP SMA PT
Berdasarkan hasil Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba
Tahun 2021, diketahui bahwa di tingkat nasional jenis narkoba
teratas yang digunakan adalah ganja; sabu, ekstasi dan amfetamin;
nipam, pil koplo dan sejenisnya; dextro; dan tembakau gorila
(Indonesia Drugs Report, 2022).
Gambaran klien yang mengakses layanan rehbailitasi di Klinik Pratama BNN provinsi Jawa Barat berdasarkan
jenis zat yang paling banyak digunakan tahun 2018- 2022, yaitu alkohol, obat-obatan jenis sedatif hipnotik,
amfetamin/ATS/sabu, kanabis, opiat (tramadol), dan halusinogen.

Sumber: Klinik Pratama BNNP Jawa Barat


*) data tahun 2019 dan 2018 masih dalam tahap verifikasi ulang
DATA PENYALAHGUNA YANG MENGAKSES LAYANAN REHABILTASI Tahun 2020 SD APRIL 2023

KLINIK PRATAMA RUJUK KE RUMAH


LRKM/IPWL LRIP/IPWL RUJUK BALAI BESAR
BNN KOTA TAT PALMA RSJ PROVINSI LAYANAN IBM
TAHUN KEMENSOS KEMENKES REHABILITASI BNN Total
BANDUNG JAWA BARAT

L P L P L P L P L P L P L P
2020 72 6 174 0 57 4 0 1 1 1 1 0 31 0 348
2021 50 10 47 2 220 89 2 0 2 0 1 0 0 0 423
2022 103 18 46 41 12 3 0 1 0 50 0 274
2023 20 3 16 5 0 20 0 64
JUMLAH 245 37 283 2 318 105 2 1 6 1 8 0 101 0 1109
DATA PENYALAHGUNA YANG MENGAKSES LAYANAN REHABILTASI TAHUN 2020 SD APRIL 2023
DIHUBUNGKAN DENGAN PENGGUNAAN OBAT-OBAT GOLONGAN SEDATIF HIPNOTOC

KLINIK PRATAMA BNN


YANG MENGGUNAKAN GOLONGAN SEDATIF /
TAHUN KOTA BANDUNG JUMLAH PERSENTASE
HIPNOTIC

L P

2020 72 6 78 51 65%

2021 50 10 60 35 58%

2022 103 18 121 106 88%

2023 20 3 23 Belum direkapitulasi Belum direkapitulasi

JUMLAH 245 37 282


DATA KLIEN BERDASARKAN ZAT YANG DISALAHGUNAKAN TAHUN 2020
(Data klien Klinik Pratama BNN Kota Bandung Tahun 2020 sebanyak 78 orang)

Sedatif/
Heroin Buprenorfin Opioid Barbiturat Kokain Amfetamin Kanabis Halusinogen Inhalasia
Hipnotif

3 6 11 1 51 2 43 30 15 4

*) Dari 78 klien, 51 orang diantaranya menggunakan obat golongan sedative/hipnotik.


Satu klien bisa menyalahgunakan lebih dari 1 jenis zat

• Klien pengguna sabu hampir selalu juga menggunakan obat-obatan


Gambaran alur/urutan penggunaan zat

Obat warung
dan atau Golongan
rokok Obat resep
Minuman narkotika
beralkohol
INFORMASI DARI KLIEN TERKAIT PENGGUNAAN OBAT RESEP

JUMLAH OBAT YANG DIKONSUMSI /HARI


CARA MENDAPATKAN OBAT YANG DIGUNAKAN ;
• Dari teman (beli / diberi)
• Alprazolam/zipraz/Xanax/camlet/dumolit
• Beli di warung/toko tidak resmi
(1-4 btr/hr sekitar 2 – 7 hr/mgg)
• Beli di apotek dengan menggunakan resep dokter
• TRAMADOL (2- 10 btr/ hr, 2-7 hr/mgg)
( biasanya dokter umum/beli resep)
• RIKLONA ( 1-4 btr/hr, 2-4 hr/ mgg)
• Beli online
• HEXYMER (1-6 btr/hr,2-4 hr/ mgg )
• CTM (1-5 btr/h. 2 – 7 hr/mggr)

Catatan :
OBAT YANG PALING SERING DIKONSUMSI ; - klien sering menggunakan lebih dari 1 obat
• Alprazolam/zipraz/Xanax/camlet/dumolit per / hr (bergantin)
• Tramadol - Klien juga menggunakan dalam waktu yang
• Riklona sama lebih dari 1 jenis obat / di mix
• Hexymer - Klien menggunakan dengan zat adiktif
• CTM lainnya dan mendapatkan efek/sugesti yang
berbeda. Misal minum alprazolam di pagi
hari dengan minum kopi, memberi efek
seperti stimulant/enak atau fit utk bekerja.
Di antara zat yang banyak disalahgunakan, jenis obat-
obatan resep yang selalu masuk dalam lima peringkat
teratas adalah sedatif/hipnotik atau yang lebih dikenal
dengan benzodiazepine dan opiat/analgesik yang dikenal
dengan nama tramadol.
PROGRAM REHBAILITASI
(DEMAND REDUCTION)
PEMULIHAN PENYALAHGUNA/ ORANG DENGAN
GANGGUAN PENGGUNAAN ZAT

Pemulihan : Suatu proses perubahan dimana orang


dengan gangguan penggunaan zat meningkatkan
kesehatan, kesejahteraan dan menjalani kehidupan yang
mandiri dan berusaha mencapai potensi penuhnya.
(buk an hany a s ebatas berh enti menggunak an zat/nark o ba}
UU NARKOTIKA 35 TAHUN 2009

BAB IX
PENGOBATAN DAN REHABILITASI Bagian Kesatu
Pengobatan
Pasal 53
Untuk kepentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis, dokter dapat memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III dalam
jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memiliki, menyimpan, dan/atau membawa Narkotika untuk dirinya sendiri.
Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai bukti yang sah bahwa Narkotika yang dimiliki, disimpan, dan/atau dibawa untuk
digunakan diperoleh secara sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Rehabilitasi
Pasal 54
Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Psaal 55
Orang tua atau wali dari Pecandu Narkotika yang belum cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit,
dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan
melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur wajib melaporkan diri atau dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah
sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau
perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Ketentuan mengenai pelaksanaan wajib lapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB IX
PENGOBATAN DAN REHABILITASI
Pasal 56
Rehabilitasi medis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri,
lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabilitasi
medis Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri.
Pasal 57
Selain melalui pengobatan dan/atau rehabilitasi medis, penyembuhan Pecandu Narkotika dapat diselenggarakan oleh
instansi pemerintah atau masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan tradisional.
Pasal 58
Rehabilitasi sosial mantan Pecandu Narkotika diselenggarakan baik oleh instansi pemerintah maupun oleh masyarakat.
Pasal 59
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 dan Pasal 57 diatur dengan Peraturan Menteri.
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang sosial.
UU NO. 35 TAHUN 2009

Ps. 104

Partisipasi Masyarakat dalam P4GN


PP Nomor 25 Tahun 2011
Tentang Wajib Lapor Pecandu Narkotika

Ps. 127
Penyalah Guna murni dihukum
rehabilitasi

Mengikut-serta kan orang


memenuhi hak
tua, wali, keluarga, dan
Pecandu Narkotika memberikan bahan
Ps. 54, 55, 128 dalam mendapatkan
masyarakat dalam
informasi bagi
Pecandu dan Korban meningkatkan tanggung
pengobatan dan/atau Pemerintah dalam
jawab terhadap Pecandu
penyalahgunaan narkotika wajib perawatan melalui
Narkotika yang ada di
menetapkan kebijakan
menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi medis dan di bidang P4GN.
bawah pengawasan dan
sosial rehabilitasi sosial
bimbingannya;

Ps. 111, 112, 113, 114


Pengedar narkoba diancam
hukuman paling singkat 5
tahun
ALUR REHABILITASI BERKELANJUTAN
Sumber: Diri
Sendiri, Keluarga, Penerimaan Awal Rehabilitasi Pascarehabilitasi
Masyarakat, dan
penegak hukum
Layanan
Pascarehabilitasi
Proses Hukum Reguler
Outcome
Intervensi
Singkat (Rawat Inap)
Korban
Penyalahgunaan Pulih
dan/atau Pecandu Rawat Produktif
Rencana Penerimaan Layanan
Narkoba Asesmen Jalan Pascarehab BerfungsiSo
Terapi
LANJUT sial

Rawat
Inap
Sukarela Layanan
Pascarehabilitasi
Intensif

Kambuh
ALUR REHABILITASI PENYALAHGUNA NARKOBA
KHUSUSNYA PENGGUNA OBAT DI BNN KOTA BANDUNG

Rujuk rawat inap


(RSJ Cisarua)
Pengguna rutin,
dosis tinggi, resiko
relaps tinggi Rujuk rawat jalan
(Psikiater/Poli Napza}
dan tetap ke BNN utk
Asesmen konseling pemulihan)

Pengguna ringan,
Rawat jalan di BNN
coba pakai,
Hasil Rapat Kordinasi Tentang Tingginya Penyalahgunaan Obat Resep di Bandung Raya
(BNN Prov. Jabar Tgl 17 Mei 2023 dihadiri :
Badan POM Kota Bandung, Dinkes Jabar, Dinkes Kota Bandung, PDSKJI Jabar, IDI
Jabar, IAI Jabar, Rumah Cemara, Pos Ronda (PKBI/PPKNP), RSJ Jabar, BNN Kota
Bandung, Dinsos Jabar, Biro Kesejahteraan Rakyat Jabar, Subdit III Dir Narkoba Polda
Jabar (berhalangan hadir)
Dari hasil evaluasi di internal BNNP Jawa Barat, penanganan penggunaan zat terutama obat-obatan resep mengalami kendala
sebagai berikut:

a. Dari Sisi Supply Reduction


- Penanganan pemberantasan peredaran gelap obat-obatan resep non narkotika bukan menjadi kewenangan BNN;
- Peredaran gelap obat-obatan resep melibatkan penyalah guna yang mengakses layanan dokter umum dengan resep
obat-obatan sedatif/hipnotik dalam jumlah besar (pemberian resep sedatif/hipnotik untuk penggunaan satu bulan,
yangakhirnya diperjualbelikan oleh pasien);
- Peredaran gelap obat-obatan resep melibatkan penyalah guna yang mengakses layanan dokter spesialis kesehatan
jiwa dengan obat-obatan jenis sedatif/hipnotik untuk penggunaan satu bulan dengan bermacam-macam jenis obat
golongan benzodiazepine;
- Maraknya warung/kios kecil yang memperjualbelikan obat-obatan jenis tramadol. Warung/kios ini berkedok menjual
makanan/minuman atau perlengkapan lain seperti tissue dan popok bayi (keterangan ini diperoleh dari klien yang
mengakses layanan di Klinik Pratama BNNP Jawa Barat). Bidang Pemberantasan BNNP Jawa Barat juga pernah
melakukan penggerebekan terhadap warung/kios yang berada di daerah Riung Bandung dan menangkap beberapa
tersangka yang diasesmen di Klinik Pratama BNNP Jawa Barat, kemudian dilimpahkan ke Polda Jabar. Adapun
tramadol yang dijual dan dikonsumsi klien masih diragukan keasliannya, karena saat dilakukan tes urine, klien yang
mengkonsumsi tramadol ini hasilnya positif benzodiazepine;
- Maraknya peredaran gelap subokson khususnya di beberapa wilayah di Bandung Raya.
b.
Dari sisi Demand Reduction

- Terbatasnya pengetahuan petugas rehabilitasi mengenai penanganan/tata laksana rehabilitasi


medis dan sosial bagi pengguna sedatif/hipnotik, tramadol dan subokson;
- Rehabilitasi/penanganan masalah penyalahgunaan obat-obatan resep tidak dapat dilakukan oleh
BNNP Jawa Barat dan jajarannya saja, melainkan membutuhkan kerja sama dengan para
profesional lain dan institusi yang menyelenggarakan layanan rehabilitasi rawat inap;
- Adapun klien yang tidak dapat menjalani rawat inap karena menjadi tulang punggung keluarga
masih kesulitan untuk mengakses layanan yang ditanggung oleh pemerintah karena faktor jarak ke
pusat layanan yang cukup jauh;
- Klien mengakses layanan dokter umum/psikiater tanpa didampingi keluarga/PMO dan obat yang
diresepkan masih dipegang sendiri oleh klien. Hal ini menyebabkan klien rentan menggunakan obat-
obatan tersebut di luar anjuran/ketentuan dari dokter; dan
- Penyalahgunaan obat-obatan resep berkaitan erat dengan permasalahan medis dan psikiatris
(munculnya penyakit penyerta dan gangguan psikiatris) yang belum dapat ditangani secara
komprehensif di Klinik Pratama BNNP/BNNK.
REKOMENDASI TINDAK LANJUT RAKOR TK PROVINSI BNNP
JAWA BARAT, 17 Mei 2023
PERTEMUAN BERIKUTNYA
❑BNNP Jawa Barat akan mengajukan permintaan
fasilitasi pertemuan tertulis ke Biro Kesra dalam dua
bulan ke depan (Juli 2022);
❑Pembahasan peraturan yang bisa digunakan untuk
menindaklanjuti permasalahan ini sesuai dengan
peraturan/ketentuan yang berlaku (laporan yang masuk
ke BNN selama ini banyak berkaitan dengan obat-
obatan tanpa adanya wewenang penyidikan)
PENGAWASAN / KONTROL
▪ Menyampaikan informasi awal ke organisasi
profesi tentang dugaan praktik di luar ketentuan;
▪ Instansi berwenang memperkuat dan
mengembangkan sistem pengawasan dalam
penebusan resep dari dokter oleh pasien;
▪ Kepada dokter dan apotek yang berpraktik di
luar ketentuan diberikan sanksi yang tegas.
PENANGANAN KORBAN
❑ RSJ Provinsi dapat meningkatkan kapasitas layanan sehingga
tidak terjadi waiting list;
❑ RSJ Provinsi membuat satelit layanan untuk rawat jalan sehingga
dapat lebih mudah diakses oleh pasien/klien;
❑Meningkatkan kapasitas/kompetensi tenaga dokter dan medis
yang ada di RS milik Pemprov Jabar di bidang Napza;
❑ Pemprov Jawa Barat menjamin keberlangsungan jamkesprov
untuk pasien Napza;
❑RSHS memberikan layanan Napza dengan pembiayaan sesuai
ketentuan yang berlaku.
PENANGANAN PEREDARAN OBAT-OBATAN RESEP
❑ KESBANGPOL, BNNP Jawa Barat, Polda Jabar, Pol
PP, BPOM , Dinkes, Disperindag, untuk duduk
bersama dan merumuskan penanganan sarana
illegal yang menjual obat-obatan resep/obat yang
diduga dipalsukan;
PENCEGAHAN
❑Sosialisasi informasi dan edukasi kepada praktisi
dan masyarakat tentang regulasi yang mengatur
peredaran obat-obatan yang terkontrol, oleh
masing-masing stakeholder yang terkait.

Anda mungkin juga menyukai