Laporan Komunitas
Laporan Komunitas
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas
Dosen pembimbing:
Imam Abidin, M.Kep
Raihany S Mukaromah, M.Kep
Disusun oleh:
Kelompok 3
Wassalamualaikum Wr.Wb.
i
DAFTAR ISI
ii
2.5.5 Karakteristik Remaja .......................................................................................... 39
2.5.6 Determinan Kesehatan Jiwa Remaja .................................................................. 40
2.6 KONSEP DEWASA .................................................................................................. 47
2.6.1 Definisi Dewasa ................................................................................................. 47
2.6.2 Tahap Perkembangan Dewasa ............................................................................ 47
2.6.3 Permasalahan Kesehatan Pada Dewasa dan Lansia ........................................... 56
2.6.4 Penanganan Pada Permasalahan Kesehatan Dewasa dan Lansia ....................... 59
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS ....................................................... 62
3.1 Pengkajian Komunitas ........................................................................................ 62
3.2 Analisa Data ....................................................................................................... 68
3.3 Prioritas masalah ................................................................................................ 73
3.4 Diagnosa Keperawatan Komunitas .................................................................... 74
3.5 Intervensi Keperawatan Komunitas ................................................................... 75
3.6 Implementasi Keperawatan Komunitas.............................................................. 85
3.7 Evaluasi Keperawatan Komunitas...................................................................... 92
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN UNIT KESEHATAN SEKOLAH ......................... 95
4.1 Pengkajian ......................................................................................................... 95
4.2 Analisa Data ....................................................................................................... 99
4.3 Diagnosa Keperawatan ...................................................................................... 100
4.4 Intervensi Keperawatan ..................................................................................... 100
4.5 Implementasi dan evaluasi Keperawatan .......................................................... 102
BAB V ASUHAN KEPERAWATAN UNIT KESEHATAN KERJA ................................. 104
5.1 Pengkajian Komunitas ........................................................................................ 104
5.2 Analisa Data ....................................................................................................... 110
5.3 Diagnosa Keperawatan Komunitas .................................................................... 113
5.4 Intervensi Keperawatan Komunitas ................................................................... 114
5.5 Implementasi Keperawatan Komunitas.............................................................. 117
BAB VI PEMBAHASAN................................................................................................... 120
6.1 Pembahasan Asuhan Keperawatan Komunitas RW 05 Cisaranten Kidul .......... 120
6.2 Pembahasan Asuhan Keperawatan Unit Kesehatan Sekolah ............................. 126
6.3 Pembahasan Asuhan Keperawatan Unit Kesehatan Kerja ................................. 127
BAB VII PENUTUP ........................................................................................................... 129
7.1 Simpulan............................................................................................................. 129
7.2 Saran ................................................................................................................... 129
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 131
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Hasil Pengkajian
Lampiran 2 Dokumentasi Pengkajian
Lampiran 3 Berita Acara Pra-MMRW
Lampiran 4 Dokumentasi Acara Pra-MMRW
Lampiran 5 Berita Acara MMRW
Lampiran 6 Dokumentasi Acara MMRW
Lampiran 7 POA keperawatan komunitas
Lampiran 8 Berita Acara Implemetasi kegiatan masalah balita, dewasa dan lansia
Lampiran 9 Dokumentasi Implemetasi kegiatan masalah balita, dewasa dan lansia
Lampiran 10 SAP pertolongan pertama balita batuk pilek dan kejang
Lampiran 11 SAP penanganan hipertensi dengan rebusan daun salam dan rendam
kaki dengan air garam hangat
Lampiran 12 SOP Rebusan Daun Salam
Lampiran 13 SOP Rendam air hangat garam
Lampiran 14 Jurnal-jurnal implementasi komunitas
Lampiran 15 Media pelaksanaan implementasi komunitas
Lampiran 16 Berita Acara Implementasi kegiatan skrining dan sharing Kesehatan
remaja
Lampiran 17 Dokumentasi kegiatan skrining dan sharing Kesehatan remaja
Lampiran 18 Berita Acara kegiatan Workshop Kebakaran Kegawardaruratan
Lingkungan
Lampiran 19 Dokumentasi Workshop Kebakaran Kegawardaruratan Lingkungan
Lampiran 20 Berita Acara kegiatan UKS
Lampiran 21 POA UKS
Lampiran 22 Proposal pembentukan UKS
Lampiran 23 SOP Pertolongan pertama pingsan dan evakuasi
Lampiran 24 SOP Pertolongan pertama dismenore
Lampiran 25 SOP Pertolongan pertama mimisan
Lampiran 26 Media kegiatan UKS
Lampiran 27 Sertifikat pelatihan tim kesehatan
Lampiran 28 Dokumentasi kegiatan UKS
Lampiran 29 Berita Acara Kegiatan UKK
Lampiran 30 SAP kegiatan UKK
Lampiran 31 POA UKK
Lampiran 32 Media Kegiatan UKK
Lampiran 33 Dokumentasi kegiatan UKK
Lampiran 34 Hasil skrining kesehatan
Lampiran 35 Anggaran biaya seluruh kegiatan
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Keperawatan kesehatan komunitas merupakan praktek promotif dan
proteksi kesehatan populasi yang menggunakan pengetahuan atau ilmu
keperawatan, sosial, dan kesehatan masyarakat. Komunitas memiliki banyak
makna. Komunitas dapat dimaknai sebagai sebuah kelompok dari suatu
masyarakat atau sebagai sekelompok orang yang hidup di suatu area khusus
yang memiliki karakteristik budaya yang sama.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RW 05 kelurahan
Cisaranten Kidul didapatkan hasil bahwa masih banyaknya permasalahan
kesehatan yang terjadi di daerah tersebut salah satunya berdasarkan kategori
balita didapatkan hasil bahwa kebanyakan masalah balita yang ada di daerah
tersebut adalah batuk, pilek, kejang dan demam, dimana ibu-ibu yang
mempunyai balita dengan keluhan tersebut belum mengetahui cara
penanganan pertama saat anak batuk pilek kejang dan demam. Kemudian data
lain didapatkan bahwa berdasarkan kategori remaja didapatkan hasil masih
banyaknya remaja yang melampiaskan stress mereka kepada kegiatan yang
negatif contohnya merokok, minum minuman keras dan konsumsi obat
terlarang, sedangkan untuk kategori dewasa dan lansia didapatkan hasil bahwa
masalah keperawatan yang paling banyak dikeluhkan adalah hipertensi, asam
urat dan lambung, dimana kebanyakan warga masih terpaku pada obat medis
yang harus dikonsumsi sedangkan masih banyak cara penanganan masalah
tersebut dengan menggunakan terapi atau bahan herbal yang lebih aman dan
mudah dijangkau.
Data lain yang didapatkan saat pengkajian mengenai bahaya lingkungan di
RW 05 Cisaranten Kidul didapatkan hasil bahwa lingkungan warga sangat
padat penduduk dimana antara satu rumah dengan rumah yang lainnya tidak
ada jarang atau saling berdempetan, kemudian didapatkan data pula bahwa
hampir kebanyakan warga berpenghasilan melalui berdagang salah satunya
dengan berdagang yang menggunakan kompor gas, dimana hal tersebut dapat
1
memicu terjadinya kebocoran gas atau bahkan lebih parahnya memicu
kebakaran.
2
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan data di atas sesuai dengan permasalahan yang ditemukan
maka disepakati untuk solusi atau penanganan pertama pada masalah
dikategorikan sebagai berikut:
1. Balita dengan permasalahan batuk pilek, kejang demam akan
dilakukan penyuluhan dan demonstrasi mengenai cara penolongan
pertama pada kejang demam.
2. Remaja dengan permasalahan kesehatan jiwa akan dilakukan sharing
terkait permasalahan yang mereka alami.
3. Dewasa dan Lansia dengan permasalahan hipertensi, asam urat, dan
gastritis, akan dilakukan penyuluhan dan demonstrasi mengenai
penanganan tanpa obat.
4. Bahaya lingkungan yang terdapat di RW 05 Cisaranten kidul yaitu
resiko kebakaran yang akan dilakukan workshop terkait cara
memadamkan api dan evakuasi diri.
5. Pengajuan ruang UKS dan presentasi ke pihak sekolah, penyuluhan
mengenai bahaya asap rokok dari PKM Riung Bandung dan
mengadakan pelatihan kegawatdaruratan pertolongan pertama evakuasi
pingsan, mimisan, dan dismenore.
6. UKK membuat suatu program penyuluhan kegawatdaruratan
pertolongan pertama pada luka terbuka dan mengenai langkah-langkah
APD.
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk membuat masyarakat rw 05 cisaranten kidul kecamatan Gede
Bage Tengah Kota Bandung mempunyai kebiasaan hidup sehat dan
mengetahui cara penanganan pertama suatu masalah kesehatan tanpa
obat.
Untuk pihak sekolah SMP 66 Bandung diharapkan dapat membangun
ruang UKS untuk menangani siswa/siswi yang sakit dengan nyaman.
3
Untuk membuat para pekerja Tekhnik Bima Karya bekerja lebih
mementingkan keselamatan kerja dengan menerapkan penggunaan
selalu APD saat bekerja.
2. Tujuan khusus
1. Warga mampu memperaktekan cara pertolongan pertama pada
kejang demam
2. Remaja mampu untuk mengenali permasalahan kesehatan jiwa dan
mengetahui solusi untuk dirinya sendiri.
3. Dewasa dan Lansia mampu mempraktekan kembali penanganan
tanpa obat terkait hipertensi, asam urat, gastritis secara mandiri.
4. Warga rw 05 mampu mengenali resiko dan bahaya kebakaran serta
mengetahui cara evakuasi diri saat terjadi kebakaran.
5. Tim kader kesehatan diharapkan dapat mempraktekkan
pertolongan pertama evakuasi pingsan, mimisan, dan dismenore
6. Para pekerja dapat memberikan pertolongan pertama saat terjadi
kecelakaan yang tidak diinginkan.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
Perawat kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan
proteksi kesehatan populasi menggunakan pengetahuan keperawatan,
sosial dan ilmu kesehatan masyarakat (American Public Health
Association, 1996). Praktik yang dilakukan berfokus pada populasi
dengan tujuan utama promosi kesehatan dan mencegah penyakit serta
kecacatan untuk semua orang melalui kondisi yang diciptakan dimana
orang bisa menjadi sehat.
Perawat kesehatan komunitas bekerja untuk meningkatkan
kesehatan individu, keluarga, komunitas dan populasi melalui fungsi inti
dari pengkajian, jaminan dan kebijakan pengembangan (IOM, 2003).
2.1.2 Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, kelompok, dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan
atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga,
individu dan kelompok Selanjutnya secara spesifik diharapkan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai
kemampuan untuk :
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi , yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (self care)
2.1.3 Sasaran keperawatan komunitas
Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan,
membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat
6
untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat
sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya.
Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas (Depkes, 2006)
a. Sasaran individu
Sasaran prioritas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko
tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta,
Malaria, Demam Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita
penyakit degeneratif.
b. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap
masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk
group), dengan prioritas:
a) Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai
kartu sehat
b) Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan mempunyai masalah kesehatan terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi,
penyakit menular.
c) Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan
c. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak
terikat dalam suatu institusi.
a) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi
antara lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil,
Kelompok Usia Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu,
kelompok pekerja informal.
7
b) Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara
lain sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah
tahanan (rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).
c) Sasaran masyarakat Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang
rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah
kesehatan, diprioritaskan pada Masyarakat di suatu wilayah (RT,
RW, Kelurahan/Desa) yang mempunyai:
1. Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah
lain
2. Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi
dibandingkan daerah lain
3. Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
4. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria,
diare, demam berdarah, dll)
5. Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana
atau akibat lainnya.
d. Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
Menurut Depkes (2006) Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
dapat diberikan secara langsung pada semua tatanan pelayanan
kesehatan, yaitu:
1. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas,
dll) yang mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat nginap
2. Di rumah Perawat “home care” memberikan pelayanan secara
langsung pada keluarga di rumah yang menderita penyakit akut
maupun kronis. Peran home care dapat meningkatkan fungsi
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mempunyai
resiko tinggi masalah kesehatan.
3. Di sekolah Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat
(day care) di berbagai institusi pendidikan (TK, SD, SMP,
SMA, dan Perguruan tinggi, guru dan karyawan). Perawat
sekolah melaksanakan program screening kesehatan,
mempertahankan kesehatan, dan pendidikan kesehatan
8
4. Di tempat kerja/industri Perawat dapat melakukan kegiatan
perawatan langsung dengan kasus kesakitan/kecelakaan
minimal di tempat kerja/kantor, home industri/ industri, pabrik
dll. Melakukan pendidikan kesehatan untuk keamanan dan
keselamatan kerja, nutrisi seimbang, penurunan stress, olah
raga dan penanganan perokok serta pengawasan makanan.
5. Di barak-barak penampungan Perawat memberikan tindakan
perawatan langsung terhadap kasus akut, penyakit kronis, dan
kecacatan fisik ganda, dan mental.
6. Dalam kegiatan Puskesmas keliling Pelayanan keperawatan
dalam puskesmas keliling diberikan kepada individu,
kelompok masyarakat di pedesaan, kelompok terlantar.
Pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah pengobatan
sederhana, screening kesehatan, perawatan kasus penyakit akut
dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.
7. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak,
panti wreda, dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan)
atau lembaga pemasyarakatan (Lapas).
8. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi
- Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak,
lansia mendapat perlakukan kekerasan
- Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
- Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan penyalahgunaan
obat
- Pelayanan keperawatan di tempat penampungan kelompok
lansia, gelandangan pemulung/pengemis, kelompok
penderita HIV (ODHA/Orang Dengan Hiv-Aids), dan WTS.
Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan,
membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat
untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat
sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya.
9
e. Strategi intervensi keperawatan komunitas
Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya
setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain dari faktor
pendidikan/ pengetahuan individu, media massa, televisi,
penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan, dan
sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan lingkungan
sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering
mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya
penanganan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika
masyarakat sadar bahwa penanganan yang bersifat individual tidak
akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu,
maka mereka telah melakukan pendekatan pemecahan masalah
kesehatan menggunakan proses kelompok.
Pendidikan kesehatan (health promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer
materi/ teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi
adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau
masyarakat sendiri. Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah
agar seorang mampu:
- Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri;
- Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap
masalahnya, dengan sumberdaya yang ada pada mereka dan
ditambah dengan dukungan dari luar
- Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna, untuk
meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan
masyarakat. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan
menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992
maupun WHO yaitu “meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik
10
fisik, mental, dan sosialnya; sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara sosial.
Kerja Sama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama
sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan
keperawatan komunitas, melalui upaya ini berbagai persoalan di
dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih
cepat.
2.2 KONSEP UNIT KESEHATAN SEKOLAH (UKS)
2.2.1 Definisi Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
Usaha kesehatan di sekolah (UKS) merupakan salah satu usaha
kesehatan pokok yang dilaksanakan oleh puskesmas dan juga usaha
kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak
didik serta lingkungan sekolahnya sebagai sasaran utama. Usaha
kesehatan di sekolah juga berfungsi sebagai lembaga penerangan agar
anak tahu bagaimana cara menjaga kebersihan diri, menggosok gigi yang
benar, mengobati luka, merawat kuku, dan juga memperoleh pendidikan
seks yang sehat (Prasasti, 2014). Usaha kesehatan di sekolah juga
merupakan wadah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan
derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin. Usaha kesehatan di
sekolah merupakan perpaduan antara dua upaya dasar, yaitu upaya
pendidikan dan upaya kesehatan, yang pada gilirannya nanti diharapkan
UKS dapat dijadikan sebagai usaha untuk meningkatkan kesehatan anak
usia sekolah pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan (P. Ananto,
2014).
2.2.2 Tiga program UKS/ TRIAS UKS
Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan
peserta didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini
mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan
pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal dengan istilah tiga
11
program pokok (trias) UKS (Depkes RI, 2003). Penjelasan mengenai trias
UKS adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang, dan
sehat baik fisik, mental, sosial, maupun lingkungan melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan yang diperlukan bagi peranannya
saat ini maupun di masa yang mendatang. Tujuan Pendidikan
Kesehatan:
- Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan,
termasuk cara hidup sehat dan teratur.
- Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap
prinsip hidup sehat.
- Peserta didik dapat memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal
yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan
kesehatan.
- Peserta didik dapat memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hari
yang sesuai dengan syarat kesehatan.
- Peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk menalarkan
perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari
- Peserta didik dapat memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya
tinggi badan dan berat badan yang seimbang.
- Peserta didik dapat mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip
pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan
kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.
- Peserta didik dapat memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk
dari luar.
- Peserta didik dapat memiliki tingkat kesegaran jasmani dan derajat
kesehatan yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang
baik terhadap penyakit.
12
2. Pelayanan kesehatan
Penekanan utama pada pelayanan kesehatan di sekolah atau
madrasah adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitasi)yang
dilakukan secara serasi dan terpadu terhadap peserta didik pada
khususnya dan warga sekolah pada umum nya di bawah koordinasi
guru pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan
puskesmas setempat.
Pelayanan kesehatan di sekolah atau madrasah pada dasarnya
dilaksanakan dengan kegiatan yang komprehensif, yaiutu kegiatan
peningkatan kesehatan (promotif) berupa penyuluhan kesehatan
dan latihan keterampilan memberikan pelayanan
kesehatan,kemudian kegiatan pencegahan (preventif) berupa
kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata
rantai penularan penyakit, dan kegiatan penghentian penyakit
sedini mungkin, serta selanjut nya adalah kegiatan penyembuhan
dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) berupa kegiatan mencegah
cedera atau kecatatan agar dapat berfungsi optimal. Namun
demikian, upaya pelayanan kesehatan di sekolah harus lebih di
utamakan pada upaya peningkatan kesehatan dan upaya
pencegahan penyakit terutama dilaksanakan melalui kegiatan
penjaringan kesehatan siswa kelas satu atau baru masuk sekolah,
pemeriksaan berkala seluru siswa, penyuluhan kesehatan dan
imunisasi bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) pada setiap bulan
november. Tujuan pelayanan kesehatan:
- Tujuan umum: meningkatnya derajat kesehatan peserta didik dan
seluru warga masyarakat sekolah secara optimal.
- Tujuan khusus: Meningkatkan kemampuan dan keterampilan
melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk hidup
sehat; Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap
penyakit dan mencegah terjadinya penyakit,kelainan,dan cacat;
Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat
13
penyakit atau kelainan, pengambilan fungsi, dan peningkatan
kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat
berfungsi optimal; Meningkatkan pembinaan kesehatan baik fisik,
mental, sosial,maupun lingkungan.
Tempat melaksanakan pelayanan kesehatan:
- Di sekolah atau madrasah dilakukan melalui kegiatan
ekstrakulikuler.
- Di puskesmas dan tempat pelayanan kesehatan (misalnya dokter
praktik) yang ada di sekitar sekolah atau madrasah sesuai
kebutuhan.
3. Pembinaan lingkungan sekolah sehat
Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup
pembinaan lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, masyarakat
sekitar dan unsur-unsur penunjang. Program pembinaan lingkungan
sekolah:
a. Lingkunagn fisik sekolah
Penyediaan dan pemeliharaan tempat penampungan air
bersih.
Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah.
Pengadaan dan pemeliharaan air limbah
Pemeliharaan kamar mandi, wc, kakus, urinoar.
Pemeliharaan kebersihan dan kerapihan ruang
kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium dan tempat
ibadah.
Pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun
sekolah (termasuk penghijauan sekolah).
Pengadaan danpemeliharaan warung atau kantin sekolah.
Pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah.
14
lingkungan pendidikan (wiyata mandala) dengan meningkatkan
pelaksanaan konsep ketahanan sekolah sehingga tercipta
suasana dan hubungan kekeluargaan yang akrab dan erat antara
sesama warga sekolah.
15
2.2.4 Fungsi perawat sekolah
1. Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang
ada di sekolah.
2. Memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki
lingkungan fisik dan sosial sekolah
3. Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program
kesehatan masyarakat yang lain.
2.3 KONSEP USAHA KESEHATAN KERJA (UKK)
2.3.1 Definisi Usaha Kesehatan Kerja (UKK)
Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar
pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-
usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-
gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Kesehatan kerja
memiliki sifat sebagai sasarannya adalah manusia dan bersifat medis.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur,
1993). Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi distribusi
baik barang maupun jasa (dermawan, deden. 2012: 189). Keselamatan
kerja memiliki sifat sebagai sasarannya adalah lingkungan kerja, bersifat
teknik.dan prinsip dasar kesehatan kerja
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyesuaian antara kapasitas, beban,
dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU kesehatan tahun 1992).
Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi
permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakan
pengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek
kesehatan dari pekerja itu sendiri (effendi, ferry. 2009: 233).
16
2.3.2 Faktor resiko ditempat kerja
Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi
bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja,
penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor
manusianya.
Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang
potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau
kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang
kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik
“hazard” maupun “resiko” tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya
pengendaliannya dilaksanakan dengan baik. Ditempat kerja, kesehatan dan
kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi oleh (effendi, Ferry. 2009:
233):
1. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu
diperhatikan. Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik
yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita
gangguan atau penyakit akibat kerja.
2. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan,
keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan
sebagainya. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja
dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima
diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal
awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat
perhatian. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi
oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dll.
3. Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor
fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya, panas, bising, berdebu, zat-zat
kimia, dll) dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-
17
beban tambahan tersebut secara sendiri atau bersama-sama dapat
menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.
18
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
19
dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan
tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem
ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan
kerja dan penyakit akibat hubungan kerja. Namun, patut disayangkan tidak
semua perusahaan memahami arti pentingnya K3 dan bagaimana
implementasinya dalam lingkungan perusahaan.
2.3.7 Penyebab kecelakaan kerja
Secara umum, dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah penyebab
dasar (basic causes) dan penyebab langsung (immediate causes)
1. Penyebab dasar
a. Faktor manusia atau pribadi, antara lain karena kurangnya
kemampuan fisik, mental, dan psikologis, kurang atau lemahnya
pengetahuan dan keterampilan (keahlian), stress, dan motivasi
yang tidak cukup atau salah.
b. Faktor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidakcukupan
kemampuan kepemimpinan dan/ atau pengawasan, rekayasa
(engineering), pembelian atau pengadaan barang, perawatan
(maintenance), alat-alat, perlengkapan, dan barang-barang atau
bahan-bahan, standart-standart kerja, serta berbagai
penyalahgunaan yang terjadi di lingkungan kerja.
2. Penyebab langsung
a. Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standart/ unsafe condition),
yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya
peralatan pengaman, pelindung atau rintangan yang tidak
memadai atau tidak memenuhi syarat, bahan dan peralatan yang
rusak, terlalu sesak atau sempit, sistem-sistem tanda peringatan
yang kurang memadai, bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan,
kerapian atau tata letak (houskeeping) yang buruk, lingkungan
berbahaya atau beracun (gas, debu, asap, uap, dan lainnya),
bising, paparan radiasi, serta ventilasi dan penerangan yang
kurang (B, sugeng. 2003)
20
b. Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standart/ unsafe act),
yaitu tingkah laku, tindak tanduk atau perbuatan yang dapat
menyebabkan kecelakaan misalnya mengoperasikan alat tanpa
wewenang, gagal untuk memberi peringatan dan pengamanan,
bekerja dengan kecepatan yang salah, menyebabkan alat-alat
keselamatan tidak berfungsi, memindahkan alat-alat keselamatan,
menggunakan alat yang rusak, menggunakan alat dengan cara
yang salah, serta kegagalan memakai alat pelindung atau
keselamatan diri secara benar (B, sugeng. 2003).
2.3.8 Kerugian yang disebabkan kecelakaan akibat kerja
21
meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu
setelah kecelakaan terjadi. Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat
dicegah dengan:
22
dengan penyakit akibat kerja (PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Beberapa ciri penyakit akibat kerja
adalah dipengaruhi oleh populasi pekerja, disebabkan oleh penyebab yang
spesifik, ditentukan oleh pajanan di tempat kerja, ada atau tidaknya
kompensasi. Contohnya adalah keracunan timbel (Pb), asbestosis, dan
silikosis (B, sugeng. 2003).
23
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara
faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya bronkhitis kronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah
ada sebelumnya, misalnya asma.
24
Penyakit yang disebabkan oleh kromium (Cr) atau persenyawaannya
yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh mangan (Mn) atau persenyawaannya
yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh arsenik (As) atau persenyawaannya
yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh merkurium/ raksa (Hg) atau
persenyawaannya yang beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh timbel (Pb) atau persenyawaannya
yang beracun.
Penyakit yang disebabkan flourin (F) atau persenyawaannya yang
beracun.
Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatik yang bercun.
Penyakit yang disebabkan oleh benzema atau homolognya yang
beracun.
2.4 KONSEP BALITA
2.4.1 Definisi balita
Balita adalah anak dengan usia di bawah lima tahun dengan
karakteristik anak usia 1-3 tahun dan anak usia prasekolah (3-5 tahun). Masa
balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia
dikarenakan tumbuh kembang berlangsung cepat. Perkembangan dan
pertumbuhan di masa balita menjadi faktor keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan anak di masa mendatang (Susanti, 2018).
Balita adalah kelompok anak yang berada pada rentang usia 1-5 tahun
(Andriani dan wirjatmadi, 2012). Masa balita merupakan periode penting
dalam proses tumbuh kembang manusia dikarenakan tumbuh kembang
berlangsung cepat. Perkembangan dan pertumbuhan di masa balita menjadi
faktor keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di masa
mendatang.
2.4.2 Karakteristik balita
25
a. Anak usia 1-3 tahun
Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menerima
makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan usia balita
lebih besar dari usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan
yang relatif besar. Perut yang lebih kecil menyebabkan jumlah makanan
yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil bila
dibandingkan dengan anak yang usianya lebih besar oleh sebab itu, pola
makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
b. Anak usia prasekolah (3-5 tahun)
Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif, anak sudah mulai
memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak
cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak beraktivitas
lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak makanan yang
disediakan orangtuanya.
c. Pertumbuhan danPerkembangan
Pertumbuhan bersifat kuantitatif seperti pertambahan sel, pertambahan
tinggi, dan berat badan. Sedangkan perkembangan bersifat kualitatif dan
kuantitatif, contohnya adalah kematangan suatu organ tubuh
(Soetjiningsih, 2015).
2.4.3 Tumbuh kembang balita
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struaktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Pertumbuhan mempunyai
dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan
pematangan fungsi organ/individu (Adriana, 2013).
a. Perubahan berat badan
Antara usia 0-6 bulan, berat bayi bertambah 682 gram per bulan. Berat
badan lahir bayi meningkat dua kali lipat ketika usia 5 bulan. Antara usia
6-12 bulan berat bayi bertambah 341 gram per bulan. Berat lahir bayi
26
meningkat tiga kali lipat saat berusia 12 bulan. Berat badan akan menjadi
empat kali berat badan lahir pada umur 2 tahun. Pada masa pra sekolah
kenaikan berat badan rata-rata 2 kg/tahun. Kenaikan berat badan anak
pada tahun pertama kehidupan jika mendapat gizi yang baik berkisar
sebagai berikut (Adriana, 2013).
Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm. Antara usia 0-6 bulan,
lingkar kepala bertambah 1,32 cm per bulan, antara usia 6 dan 12 bulan
lingkar kepala meningkat 0,44 cm per bulan, lingkar kepala meningkat
sepertiganya dan berat otak bertambah 2,5 kali dari berat lahir. Pada umur 6
bulan lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm, umur 1 tahun 47 cm, umur 2
tahun 49 cm, dan dewasa 54 cm (Adriana, 2013).
2.4.4 Faktor perkembangan balita
a. Riwayat ASI eksklusif
Menyusui adalah suatu proses alamiah. ASI eksklusif adalah bayi
hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula,
jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa bahan makanan padat seperti
pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan tim untuk jangka waktu
6 bulan (Soetjiningsih, 2012).
27
Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan
tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
putih dan tanpa bahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi dan tim kecuali vitamin, mineral, dan obat
(Soetjiningsih, 2012).
ASI selain memiliki nilai gizi yang tinggi, ASI juga memiliki zat
antibody yang dapat melindungi bayi terhadap berbagai macam infeksi
(Soetjiningsih, 2012).
b. Status imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi
berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap
suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada
penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya (Soetjiningsih, 2012).
Imunisasi memberikan kekebalan individu untuk melindungi anak dari
serangan penyakit menular. Selain mendapat kekebalan terhadap penyakit
pada individu, Imunisasi juga dapat menghambat perkembangan penyakit
dikalangan masyarakat. Vaksin adalah suatu bahan yang berasal dari
kuman atau virus yang menjadi penyebab penyakit yang bersangkutan,
yang telah dilemahkan atau dimatikan, atau diambil sabagian, atau
mungkin tiruan dari kuman penyebab penyakit, yang secara sengaja
dimasukkan ke dalam tubuh seseorang atau kelompok orang, yang
betujuan merangsang timbulnya zat anti penyakit tertentu pada orang-
orang tersebut. Orang yang diberi vaksin akan memiliki kekebalan
terhadap penyakit yang bersangkutan (Soetjiningsih, 2012).
28
dari kuman dan debu. Namun, jika jaringan tersebut teriritasi, maka
hidung bisa tersumbat.
b. Pengertian demam
Demam adalah kondisi ketika suhu tubuh seseorang meningkat di atas
suhu normal yang seharusnya. Suhu normal tubuh manusia berkisar antara
36.5°C-37.5°C. Ketika suhu tubuh meningkat di atas 37.5°C, maka
seseorang dapat dikatakan mengalami demam (Fenta et al., 2021).
c. Pengertian kejang demam
Kejang demam ialah satu dari jenis gangguan kejang yang paling
umum di anak kurang dari lima tahun. Kejang demam ialah jenis kejang
yang sangat tak jarang berlangsung terhadap bayi dan anak dikarenakan
suhu tubuh tinggi. Merupakan salah satu penyebab terbesar orang tua
mengantar anaknya ke pelayanan gawat darurat.
Pengelompokkan kejang demam berdasarkan parameter National
Collaborative Perinatal Project ialah kejang demam simpleks serta kejang
demam kompleks. Kejang demam simpleks adalah kejang demam yang
durasi kejangnya 15 menit ke bawah, general dan tidak berlangsung
berlarut-larut serta tidak berkali-kali pada satu episode demam. Kejang
demam kompleks ialah kejang demam yang durasi kejangnya 15 menit
lebih yakni berkarakter multiple maupun fokal. Kejang demam berulang
tampak lebih satu episode demam (Shibeeb et al., 2019).
29
2.4.6 Faktor penyebab terjadinya batuk, pilek, demam dan kejang
demam pada balita
a. Faktor penyebab terjadinya batuk pilek
Masalah batuk pilek pada balita sangat sering dijumpai, Batuk pilek
pada balita sering terjadi karena sistem kekebalan tubuh mereka masih
rendah dan rentan terjangkit virus dan bakteri penyebab batuk pilek. Balita
juga sering terpapar virus dan bakteri di tempat-tempat umum seperti
taman bermain atau sekolah. Selain itu, kondisi lingkungan yang tidak
sehat seperti asap rokok, udara yang kering, atau polusi udara juga bisa
memicu terjadinya batuk pilek pada balita.
Faktor lain seperti kurangnya kebersihan diri, pola makan yang tidak
sehat, serta kurangnya istirahat juga dapat membuat balita lebih rentan
terkena batuk pilek. Oleh karena itu, penting bagi orangtua atau pengasuh
untuk menjaga kebersihan balita, memberikan makanan sehat, dan
memastikan balita cukup istirahat untuk membantu memperkuat sistem
kekebalan tubuh mereka dan mengurangi risiko terkena batuk pilek.
(Hamzah et al., 2023).
b. Faktor penyebab demam pada balita
1) Infeksi: Infeksi virus, bakteri, parasit, dan jamur dapat menyebabkan
demam pada balita.
2) Pemberian vaksin (Imunisasi): Beberapa jenis vaksin dapat
menyebabkan reaksi demam pada anak-anak.
3) Kondisi medis yang mendasar: Beberapa kondisi medis seperti
malaria, anemia, infeksi saluran kemih, dan pneumonia dapat
menyebabkan demam pada balita.
4) Lingkungan: Faktor lingkungan seperti paparan panas yang
berlebihan atau kurangnya ventilasi udara dapat menyebabkan demam
pada anak-anak.
5) Kebiasaan makan dan pola tidur yang buruk: Pola makan yang buruk
dan kurangnya istirahat dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan
meningkatkan risiko anak mengalami demam (Olalubi et al., 2017).
c. Faktor penyebab kejang pada balita
Studi meta-analisis oleh Qiang Zhang et al. pada jurnal Seizure:
European Journal of Epilepsy yang berjudul "Risk factors for recurrent
30
febrile seizures: a systematic review and meta-analysis" melakukan
peninjauan sistematis terhadap faktor-faktor risiko kejang demam
berulang pada balita. Beberapa faktor risiko yang diidentifikasi dalam
studi tersebut antara lain:
1) Riwayat keluarga: Anak-anak dengan riwayat keluarga kejang
demam memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kejang
demam.
2) Usia: Anak-anak yang lebih muda pada saat pertama kali
mengalami kejang demam memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
kejang demam berulang.
3) Jenis kelamin: Anak laki-laki memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami kejang demam.
4) Durasi demam: Semakin lama durasi demam pada anak, semakin
besar risiko kejang demam.
5) Suhu demam: Suhu demam yang lebih tinggi pada anak
meningkatkan risiko kejang demam.
Infeksi saluran pernapasan: Infeksi saluran pernapasan pada anak
dapat meningkatkan risiko kejang demam.
31
5) Fokus pada bagian dada dan punggung, karena area ini terkait
dengan saluran pernapasan.
6) Lakukan pijatan selama 10-15 menit, 2-3 kali sehari untuk
membantu meredakan gejala batuk pilek.
7) Selain itu, dapat juga dilakukan pijatan pada bagian kepala, telinga,
dan hidung untuk membantu mengurangi gejala pilek.
8) Pijatan pada balita dapat membantu meredakan gejala batuk pilek
dengan cara meningkatkan sirkulasi darah dan memperbaiki fungsi
sistem pernapasan. Namun, penting untuk diingat bahwa pijatan
pada balita harus dilakukan dengan lembut dan hati-hati, serta jika
balita menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan atau memburuk,
segera hentikan pijatan dan konsultasikan dengan dokter.
32
anak. Menutup kepala dengan handuk juga dapat membuat uap tetap
berada di sekitar anak sehingga lebih efektif membantu meredakan batuk
pilek. Namun, pastikan untuk selalu menjaga keamanan dan kehati-hatian
saat melakukan cara ini.
2.4.8 Langkah-langkah pertolongan pertama demam pada balita
Tepid water sponge merupakan suatu metode membasuh tubuh yang
dilakukan dengan cara mengelap sekujur tubuh dan melakukan kompres pada
bagian tubuh tertentu terutama di area pembuluh darah besar seperti leher,
ketiak dan lipatan paha dengan menggunakan air yang suhunya hangat untuk
jangka waktu tertentu.
TWS bertujuan mendorong aliran darah dari pembuluh darah besar ke
permukaan tubuh sehingga darah dapat mengalir dengan lancar dengan
menerapkan prinsip pengeluaran panas dengan cara konduksi (Perry & Potter,
2012 dalam Rahmini, 2022).
Berikut ini adalah langkah-langkah dan alat yang harus dipersiapkan
untuk melakukan tepid water sponge pada balita di rumah:
1) Ember kecil
2) Air dingin dan hangat
3) Washlap atau handuk kecil yang lembut
4) Termometer untuk mengukur suhu tubuh
Langkah-langkah:
33
4) Basahi waslap atau handuk kecil dengan air yang sudah dicampurkan,
kemudian peras hingga tidak terlalu basah.
5) Lap seluruh tubuh balita dengan waslap atau handuk kecil yang sudah
dibasahi. Mulai dari kepala hingga ujung kaki. Fokuskan pada daerah
leher, ketiak, perut, dan selangkangan karena daerah-daerah tersebut
cenderung lebih hangat.
6) Ulangi tindakan ini selama 15-20 menit, atau hingga suhu tubuh balita
menurun ke suhu normal. Pastikan untuk selalu memeriksa suhu tubuh
balita setelah melakukan tindakan.
7) Setelah selesai, keringkan tubuh balita dengan handuk bersih, kemudian
beri pakaian yang nyaman dan longgar.
Catatan:
1) Tindakan tepid water sponge dapat dilakukan setiap 4-6 jam sekali jika
suhu tubuh balita masih tinggi
2) Jangan biarkan balita menggigil selama tindakan, karena hal tersebut dapat
meningkatkan suhu tubuh dan memperburuk kondisi demam. Jika balita
menggigil, segera hentikan tindakan dan lap tubuh balita dengan handuk
kering.
2.4.9 Langkah-langkah pertolongan pertama kejang pada balita
1) Tetap tenang dan amankan area sekitar: Pastikan area sekitar balita aman
dan jauhkan benda-benda keras yang dapat membahayakan balita selama
kejang. Berikan ruang yang cukup agar balita tidak terluka. Begitu juga
saat balita mengalami kejang, pakaian perlu dilepas atau dilonggarkan
untuk menghindari terjadinya cedera pada tubuh atau membatasi gerakan
selama kejang.
2) Letakkan balita dalam posisi miring: Letakkan balita dalam posisi miring
dengan kepala menengadah agar air liur atau muntah dapat keluar dengan
mudah. Jangan menaruh bantal di bawah kepala balita karena dapat
mempersulit pernapasan.
34
3) Posisi lidah: Pada kejang, otot-otot tubuh menjadi kaku dan lidah bisa saja
terjepit dan menghambat pernapasan. Alasannya, letakkan balita dalam
posisi miring agar lidah tidak menghalangi saluran napas.
4) Jangan memegang atau menahan gerakan balita: Jangan mencoba menahan
atau memegang gerakan balita saat kejang terjadi. Biarkan kejang
berlangsung dan jangan mencoba memasukkan benda apapun ke dalam
mulut balita.
5) Hubungi tenaga medis: Jika kejang berlangsung lebih dari 5 menit atau
balita tidak sadarkan diri setelah kejang berakhir, segera hubungi tenaga
medis.
6) Pantau waktu dan durasi kejang: Catat waktu dan durasi kejang untuk
memberikan informasi yang akurat kepada tenaga medis.
35
2.5.2 Ciri-ciri remaja
36
menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan
harapan mereka.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada tahun-tahun awalmasa remaja, penyesuaian diri terhadap
kelompokmasih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan.
Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak
puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala
hal, seperti sebelumnya. Status remaja yang mendua ini
menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan remaja mengalami
“krisis identitas” atau masalah-masalah identitas ego pada remaja.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya
sendiri, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku
merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan
mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan
bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic
Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata
berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain
sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya,
terlebih dalam hal harapan dan cita-cita. Harapan dan cita-cita yang
tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi
keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi
yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Remaja akan sakit hati
dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkannya sendiri.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja
menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan
untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.
Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah
cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku
37
yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum
minuman keras, menggunakan obatobatan, dan terlibat dalam
perbuatan seks bebas yang cukup meresahkan. Mereka menganggap
bahwa perilaku yang seperti ini akan memberikan citra yang sesuai
dengan yang diharapkan mereka.
2.5.3 Tahap perkembangan remaja
a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:
2) Ingin bebas
b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain:
c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain:
38
seks primer dan seks sekunder (Putra, 2013). Berikut ini adalah uraian
lebih lanjut mengenai kedua hal tersebut:
2) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat lubang pori-pori
bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi
lebih aktif
Menurut (Titisari dan Utami, 2013) karakteristik perilaku dan pribadi pada
masa remaja meliputi aspek:
a. Perkembangan Fisik-seksual
Laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, dan munculnya
ciri-ciriseks sekunder dan seks primer
b. Psikososial
Dalam perkembangan sosial remaja mulai memisahkan diri dari
orangtua memperluas hubungan dengan teman sebayanya.
c. Perkembangan Kognitif
39
Ditinjau dari perkembangan kognitif, remaja secara mental telah
berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak
d. Perkembangan Emosional
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan
emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual
mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan
dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan
cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan
jenis
e. Perkembangan Moral
Remaja berada dalam tahap berperilaku sesuai dengan tuntutan dan
harapan kelompok dan loyalitas terhadap norma atau peraturan yang
berlaku yang diyakininya maka tidak heranlah jika diantara remaja
masih banyak yang melakukan pelecehan terhadap nilai-nilai seperti
tawuran, minum minuman keras dan hubungan seksual diluar nikah.
f. Perkembangan Kepribadian
Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan
dan integrase kepribadian
2.5.6 Determinan kesehatan jiwa pada remaja
1. Pengertian kesehatan jiwa pada remaja
Secara singkat dapat dikatakan ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang
memperhatikan perawatan mental atau jiwa. Semium, (2012) mengatakan
bahwa Ilmu kesehatan mental mempunyai objek khusus unutuk diteliti dan
objek tersebut adalah manusia. Ilmu kesehatan mental merupakan
terjemahan dari istilah mental hygiene. Mental (dari kata Latin: mens,
40
mentis) berarti jiwa, nyawa roh, sedangkan hygine (dari kata Yunani:
hugine) berarti ilmu tentang kesehatan, dapat diartikan bawa ilmu
kesehatan mental itu adalah ilmu yang membicarakan kehidupan mental
manusia dengan memandang manusia sebagai totalitas psikofisik yang
kompleks. Kesehatan mental adalah sebagai wujud karena adanya
penyesuaian diri yang berhasil atau tidak adanya psikopatologi dan
sebagai keadaan dimana seseorang digambarkan tidak memiliki gangguan
pada bidang psikologis, emosional, perilaku, dan sosial sehingga dapat
disimpulkan bahwa orang berada dalam keadaan sakit atau sehat
psikisnya. Sehat jika tidak terdapat sedikitpun gangguan psikisnya dan jika
ada gangguan psikis maka diklasifikasikan sebagai orang sakit. Dengan
kata lain sehat dan sakit mental itu bersifat nominal yang dapat dibedakan
kelompok-kelompoknya.
1. Aspek fisik:
41
c. Memiliki respons emosional yang wajar, artinya remaja
memiliki kemampuan dalam mengendalikan suasana hati
dan fikirannya.
d. Mampu berpikir realistik dan objektif, artinya remaja
memiliki perasaan yang tidak mudah terpengaruh tanpa
adanya bukti.
e. Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis, artinya
remaja mampu mengendalikan masalah yang ada.
f. Bersifat kreatif dan inovatif, artinya remaja memiliki
kemauan untuk melakukan pembaharuan yang positif dalam
hidupnya.
g. Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif, artinya remaja
memiliki kemampuan komunikasi dan interaksi yang baik
pada orang lain.
h. Memiliki perasaan bebas untuk memilih, menyatakan
pendapat dan bertindak, artinya remaja memiliki keberanian
untuk menyuarakan pemikirannya yang positif.
3. Aspek Sosial, yang terdiri dari:
a. Memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang (affection),
artinya remaja memiliki rasa peduli terhadap hal yang
menimpa sekitarnya.
42
b. Tidak berbohong, bertanggung jawab, dan tulus dalam
beramal, artinya remaja mampu secara konsisten untuk
bertindak dan berkata benar sesuai dengan fakta yang
terjadi.
Berdasarkan indikator diatas, maka kesehatan mental diartikan sebagai
ukuran atau standar yang digunakan dalam menilai keadaan atau situasi
bahwa seseorang sehat mentalnya jika telah memenuhi aspek fisik,
psikis, sosial dan moralnya.
1) Efisiensi mental.
Penilaian kesehatan mental, gangguan emosional neurotik, dan
tidak ada hakikat sama sekali atau tidak memiliki kualitas.
2) Penguasaan, integrase pikiran dan perilaku.
Kepribadian yang baik adalah salah satu dari penguasaan diri
yang efektif. Tanpa adanya penguasaan ini maka obsesi atau ide
yang melekat, delusi, fobia dan gejala yang mungkin akan
muncul.
3) Integras motif-motif dan pengendalian konflik atau frustasi.
Konflik yang hebat bisa muncul apabila motif-motif tidak
terintegrasi. menginginkan afeksi dan rasa aman yang tidak sama
pada otonomi, keinginan seks yang tidak sama dengan yang di
inginkan.
4) Perasaan dan emosi yang baik.
Rasa akan diterima, menyayangi, terlindungi, serta harga diri yang
memberi konstribusi pada mental yang stabil adalah ciri mental
yang sehat.
5) Ketentraman pikiran
Adaptasi dan kesehatan mental untuk ketenangan pikiran atau
mental.
6) Perilaku yang sehat.
Perilaku yang memiliki kesamaan dengan rasa seseorang untuk
menjumpai kita dengan sifat-sifat seseorang yang tidak dapat
beradaptasi.
43
7) Self Consept yang baik.
Bergantung pada konsep diri sehingga harus bisa menahan
orientasi yang sehat bagi diri kita sendiri.
8) Ciri-ciri ego yang memenuhi syarat
Ciri-ciri ego adalah dimana ia menjadi diri sendiri. Apabila ciri
ego tumbuh menjadi tetap, maka mereka mampu bertingkah laku
lebih tetap dan mampu bertahan pada lingkungannya.
9) Hubungan yang kuat sesuai kenyataan.
Seseorang yang tertekan pada masa lalu tidak bisa berdamai
dengan kenyataan, sedangkan orang yang memiliki fantasi atau
khayalan adalah orang yang telah menolak kenyataan.
4. Faktor kesehatan mental
Penjelasan faktor kesehatan mental yang dikemukakan Hernandez (2005)
dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental memiliki keterkaitan dengan
aspek kepribadian seseorang seperti efisiensi mental, kontrol dan
perpaduan pikiran dan sifat, penyelesaian masalah, perasaan dan emosi
yang positif, ketenangan pikiran, sikap yang sehat, konsep diri yang baik,
dan identitas ego yang adekuat, serta seseorang yang memiliki hubungan
adekuat dengan kenyataan. Faktor yang mempengaruhi kesehatan mental
menurut Sarwono (2012) sebagai berikut:
a. Mempunyai tujuan yang sehat pada sesuatu yang telah terjadi
pada lingkungan maupun diri sendiri.
b. Mempunyai kecakapan menyesuaikan diri pada segala
kemungkinan dan kemampuan mengatasi persoalan yang dapat
dibatasi.
c. Tercapainya tujuan sifat seseorang yang baik, dan juga tidak
merugikan lingkungan sekitarnya.
44
mengatasi kesulitan-kesulitan yang timbul dari berbagai faktor dalam
kehidupan, tidak merugikan orang lain, ikut bertanggung jawab
terhadap sesama, dapat menyatakan isi hatinya dengan bebas dan tepat,
merasa bahwa dirinya diperlakukan adil oleh orang lain, memiliki
keseimbangan emosi, tidak ketergantungan pada sesuatu. Sedangkan
ciri-ciri orang yang tidak sehat mentalnya, (Notoatmodjo, 2010):
45
- Perwujudan diri
Pentingnya aktualisasi diri dalam kesehatan mental ditegaskan oleh
Reiff dimana menurutnya orang yang sehat mentalnya adalah orang
yang mampu mengaktualisasikan diri atau mewujudkan potensi yang
dimilikinya dan memenuhi kebutuhannya dengan cara baik dan
memuaskan.
- Berkemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial,
dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal
- Kemampuan menerima orang lain berarti berarti kesediaan
menerima kehadiran, mencintai, menghargai, menjalin persahabatan,
dan memperlakukan orang lain dengan baik. Melakukan aktivitas
sosial berarti bersedia bekerja sama dengan masyarakat dalam
melakukan pekerjana sosial yang menggugah hati. Menyesuaikan
diri dengan lingkungan berarti berusaha untuk mendapatkan rasa
aman, damai, dan bahagia dalam hidup bermasyarakat di lingkungan
tempat tinggalnya. Manusia yang memiliki ketiga kemampuan ini
merupakan tanda dari manusia yang sehat mentalnya.
- Berminat dalam tugas dan pekerjaan
Setiap manusia harus berminat dalam tugas dan pekerjaan yang
ditekuninya.
- Agama, cita-cita, dan falsafah hidup
Dengan agama manusia dapat terbantu dalam mengatasi persoalan
hidup yang berada di luar kesanggupan dirinya sebagai manusia
yang lemah. Dengan cita-cita manusia dapat bersemangat dan
bergairah dalam perjuangan hidup yang berorientasi ke masa depan.
Dengan falsafah hidup manusia dapat menghadapi tantangan yang
dihadapinya dengan mudah.
- Pengawasan diri
Manusia yang memiliki pengawasan diri akan terhindar dari
kemungkinan perbuatan yang bertentangan dengan hukum, baik
hukum agama, adat, maupun aturan moral dalam hidupnya.
46
- Rasa benar dan tanggung jawab
Rasa benar dan rasa tanggung jawab penting bagi tingkah laku
karena setiap individu ingin bebas dari rasa dosa, salah dan kecewa.
Sebaliknya rasa benar, tanggung jawab dan sukses adalah keinginan
setiap manusia yang sehat mentalnya.
2.6 KONSEP DEWASA
2.6.1 Definisi dewasa
Menurut Freud (Bischof:1976), seseorang dikatakan dewasa apabila orang
itu bertanggung jawab terhadap pekerjaan sehari-hari dan cinta yang telah
diikrarkan khususnya kepada pasangan pernikahan. Freud juga menjelaskan
bahwa seseorang dikatakan dewasa apabila mau dan mampu bertanggung
jawab terhadap segala tingkah laku, pekerjaan dan karir yang dilakukan
sehari-hari.
Dengan demikian orang dewasa dituntut untuk mempertanggung jawabkan
semua yang dilakukan bekerja memenuhi kebutuhan dirinya dan kehidupan
keluarga sebagai wujud cinta terhadap istri dan anak-anaknya. Orang
dewasa yang matang tidak takut terabaikan kepentingan dirinya sendiri
dalam memproses mempertanggung jawabkan cinta yang diikrarkan.
Dalam kebudayaan Amerika, seorang anak dipandang belum mencapai
status dewasa kalau ia belum mencapai usia 21 tahun. Sementara itu dalam
kebudayaan Indonesia, seseorang dianggap resmi mencapai status dewasa
apabila sudah menikah, meskipun usianya belum mencapai 21 tahun.
2.6.2 Tahap perkembangan dewasa
a) Karakteristik perkembangan orang dewasa adalah sebagai
berikut:
a. Perkembangan fungsi aspek-aspek fisik orang dewasa terus
berjalan sesuai dengan jenis pekerjaan, pendidikan dan latihan
serta hobi-hobi aktivitas fisik. Usia dewasa merupakan usia yang
secara fisik sangat sehat, kuat, dan cekatan dengan tenaga yang
cukup besar. Kekuatan dan kesehatan ini sangat dipengaruhi oleh
kemampuan ekonomi, kebiasaan hidup, kebiasaan makan, dan
pemeliharaan kesehatan.
47
b. Kualitas kemampuan berpikir kelompok dewasa muda terus
berkembang lebih meluas atau komprehensif dan mendalam.
Perkembangan ini tergantung pada pengetahuan dan informasi
yang dikuasai. Semakin tinggi dan luas ilmu pengetahuan, dan
informasi yang dimiliki, semakin tinggi kualitas kemampuan
berpikir.
c. Pada masa dewasa, berlangsung pengalaman moral. Melalui
pengalaman moral, orang dewasa mengubah pemikiran-pemikiran
moral menjadi perbuatan moral.
d. Bekerja untuk pengembangan karier merupakan tuntutan dan
karakteristik utama dari masa dewasa.
b) Factor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang orang dewasa
adalah sebagai berikut:
a. Faktor genetik
a. Faktor keturunan — masa konsepsi;
b. Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan;
c. Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras,
rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan
beberapa keunikan psikologis seperti temperamen.
b. Faktor eksternal / lingkungan
Faktor eksternal mempengaruhi individu setiap hari mulai
konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai
atau tidaknya potensi bawaan. Faktor eksternal yang cukup baik
akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan
yang kurang baik akan menghambatnya.
1. Keluarga Fungsi keluarga yaitu sebagai tempat bertahan
hidup, rasa aman, perkembangan emosi dan sosial, penjelasan
mengenai masyarakat dan dunia, dan membantu mempelajari
peran dan perilaku.
2. Kelompok teman sebaya Lingkungan yang baru dan berbeda,
memberi pola dan struktur yang berbeda dalam interaksi dan
komunikasi, dan memerlukan gaya perilaku yang berbeda.
48
Fungsi kelompok teman sebaya adalah sebagai tempat belajar
kesuksesan dan kegagalan, memvalidasi dan menantang
pemikiran dan perasaan, mendapatkan penerimaan, dukungan
dan penolakan sebagai manusia unik yang merupakan bagian
dari keluarga serta untuk mencapai tujuan kelompok dengan
memenuhi kebutuhan dan harapan.
3. Pengalaman hidup Pengalaman hidup dan proses
pembelajaran membiarkan individu berkembang dengan
mengaplikasikan apa yang telah dipelajari.
4. Kesehatan Tingkat kesehatan merupakan respon individu
terhadap lingkungan dan respon orang lain pada individu.
Kesehatan prenatal (sebelum bayi lahir) mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan dari fetal (janin).
Ketidakmampuan untuk melaksanakan tugas-tugas
perkembangan karena kesehatan terganggu akan
mengakibatkantumbuh kembang juga terganggu.
5. Lingkungan tempat tinggal Musim, iklim, kehidupan sehari-
hari dan status sosial ekonomi juga mempengaruhi
perkembangan seseorang.
c) Perbedaan individual orang dewasa
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan individual orang
dewasa adalah faktor lingkungan, pembawaan dan pengalaman.
2) Unsur-unsur perbedaan individu yang disebabkan oleh perbedaan
lingkungan dan pembawaan adalah perbedaan dalam minat,
kepribadian, dan kecakapan (kecerdasan).
3) Penerimaan orang dewasa terhadap pengaruh lingkungan
(pengalaman) ditentukan oleh: · Kekuatan daya pendukung The IQ
dan daya kendali dari super ego; · Cita-cita dan hasrat (Alfred
Adler); Kadar rasa harga diri (Kunkel); · Kesadaran pribadi dalam
mempertahankan dan mengembangkan dirinya (Stern); ·
Pandangan subjektif terhadap partisipasinya dengan lingkungan
(Rullo May); · Kemampuan membaca situasi atau kerangka
49
berpikir (Lewin), serta · Hubungan sosial di masa lalu (Rotter &
Sullivan). · Hubungan sosial di masa lalu (Rotter & Sullivan)
d) Usia
1) Karakteristik
a. Dewasa muda (20-40 tahun)
a) Tahap Perkembangan
Dewasa muda disebut sebagai individu yang matur. Mereka
sudah dapat memikul tanggung jawab terhadap diri mereka
sendiri dan mengharapkan hal uang sama dari orang lain.
Mereka menghadapi berbagai tugas dalam hidup dengan sikap
realistis dan dewasa, membuat keputusan dan bertanggung
jawab atas keputusan tersebut.
b) Perkembangan Fisik
Individu berada pada kondisi fisik yang prima diawal usia
20a-an. Semua sistem pada tubuh(seperi kardio vaskuler,
pengelihatan, pendengaran dan reproduktif) juga berfungsi
pada efesiensi puncak. Perubahan fisik pada tahap ini minimal,
berat badan dan massa otot dapat berubah akikab diet dan olah
raga.
c) Perkembangan Psikososial
Individu dewasa muda, menghadapi sejumlah pengalaman
serta perubahan gaya hidup yang baru saat beranjak dewasa,
mereka harus membuat pilihan mengenai pendidikan,
pekerjaan, perkawinan, memulai rumah tangga, dan untuk
membesarkan anak. Tanggungjawab sosial meliputi
membentuk hubungan pertemanan yang baru dan menjelani
beberapa kegiatan di masyarakat.
Beberapa perkembangan psikososial pada dewasa
muda, yaitu:
a. Berada pada tahap genital, yaitu ketika energi
diarahkan unutk mencapai hubungan seksual yang
matur (mengacu pada teori Freud)
50
b. Memiliki tugas perkembangan berikut, mengacu
pada pemikiran Havighurst:
- Memilih pasangan;
- Belajar untuk hidup bersama pasangan;
- Membentuk sebuah keluarga;
- Membesarkan anak;
- Mengatur rumah tangga;
- Memulai suatu pekerjaan;
- Memikul tanggung jawab sebagai warga negara;
- Menemukan kelompok sosial yang cocok.
d) Perkembangan Kognitif
Piaget meyakini bahwa struktur kognitif sempurna
terjadi kurang lebih sejak usia 11-15 tahun. Sejak
periode tersebut, operasi formal(contoh: membuat
hipotesis) menandakan pemikiran selama massa
dewasa, egosentrismenya terus berkurang. Mereka
mampu memahami dan menyeimbangkan argumen
yang diciptakan oleh logika dan emosi.
e) Perkembangan Moral
Pada periode ini, individu mampu memisahkan diri
dari pengharapan dan aturan-aturan orang lain, dan
mendefinisikan moralitas terkait prinsip moral. Saat
mempersepsikan konflik dengan norma dan hukum
masyarakat, mereka membuat penilaian berdasarkan
prinsip pribadi mereka.
f) Perkembangan Spiritual
Pada periode ini, individu berfokus pada realitas.
Individu dewasa yang berusia 27 tahun dapat
mengemukakan pertanyaan yang bersifat filosofi
mengenai spiritualitas dan menyadari akan hal spiritual
51
tersebut. Ajaran-ajaran agama yang diperoleh semasa
kecil, sekarang dapat diterima/didefenisikan kembali.
b. Dewasa menengah/ paruh baya (40-65 tahun)
1. Perkembangan Fisik
Pada perkambangan ini, banyak berubahan fisik yang
terjadi, antara lain sebagai berikut:
a) Penampilan
Rambut mulai tipis dan beruban, kelembapan kulit
berkurang, muncul kerutan pada kulit, jaringan lemak
diretribusikan kembali sehingga menyebabkan deposit
lemak di area abdomen.
b) Sistem muskuloskeletal
Massa otot skeletal berkurang sekitar usia 60-an.
Penipisan diskus interverbal menyebabkan penurunan
tinggi badan sekitar 1 inci. Kehilangan kalsium dari
jaringan tulang lebih sering terjadi pada wanita pasca
menstruasi. Otot tetap tetap bertumbuh sesuai
penggunaan.
c) Sistem kardiovaskular
Pembuluh darah kehilangan elastisitasnya dan menjadi
lebi tebal
d) Presepsi sensori
Ketajaman visual menurun, seringkali terjadi diakhir
usia 40-an, khususnya untuk pengelihatan
dekat(presbiopia). Ketajaman pendengaran untuk suara
frekuansi tinggijuga menurun(presbikusis), khususnya
pada pria. Sensasi perasa juga berkurang.
e) Metabolisme
Metabolisme lambat, menyebabkan kenaikan berat
badan
f) Sistem pencernaan
Penurunan tonus usus besar secara bertahap dapat
52
menyebabkan kecendrungan terjadinya konstipasi pada
individu.
g) Sistem perkemihan
Unit nefron berkurang selama periode ini, dan laju
filtrasi glomelurus menurun.
h) Seksualitas
Perubahan hormonal terjadi pada pria maupun wanita.
2. Perkembangan Psikososial
Menurut havighurst, individu paruh baya memiliki tugas
perkembangan psikososial sebagai berikut:
a. Memenuhi tanggung jawab sebagai warga negara
dewasa dan tanggung jawab sosial;
b. Membangun dan mempertahankan standar ekonomi
hidup;
c. Membantu anak yang beranjakremaja untuk
menjadi individu dewasa yang bahagia dan
bertanggung jawab;
d. Mengembangkan berbagai aktivitas untuk mengisi
waktu luang;
e. Berinteraksi dengan pasangan sebagai seorang
individu;
f. Menerima dan menyesuaikan perubahan fisk di
masa paruh baya
g. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang mulai
lansia.
3. Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif dan intelektual di masa paruh baya
tidak banyak mengalami perubahan. Proses kognitif
meliputi waktu rekreasi, memori, persepsi, pembelajaran,
pemecahan masalah, dan kreativitas.
4. Perkembangan Moral
Pada tahap ini, individu perlu memiliki pengalaman yang
53
luas tentang pilihan moral personal serta tanggung jawab.
5. Perkembangan Spiritual
Pada tahap ini, individu dapat memandang “kebenaran”
dari sejumlah sudut pandang. Mereka cenderung tidak
terlalu fanatik terhadap keyakinan agam, dan agama
seringkali membrikan lebih banyak kenyamanan pada diri
individu di masa ini dibandingkan sebelumnya. Individu
kerap kali bergantung pad akeyakinan spiritual untuk
membantu mereka menghadapi penyakit, kematian, dan
tragedi.
c. Dewasa tua/ lansia (lebih dari 65 tahun)
1. Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson, tugas perkembangan di masa inia
dalah integritas ego versus putus asa. Seseorang yang
mencapai integritas ego memandang kehidupan dengan
perasaan utuh dan meraih kepuasan dari keberhasilan yang
dicapai di masa lalu. Mereka memandang kematian
sebagai akhir kehidupan yang dapat diterima. Sebaliknya,
orang yang putus asa sering kali merasa pilihannya salah
dan berharap dapat mengulang kembali waktu.
Tugas perkembangan lansia menurut Peck tahun 1968,
antara lain:
a) Usia 65-75 tahun
- Menyesuaikan diri dengan kesehatan dan kekuatan
fisik yang menurun
- Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan
penghasilan yang menurun
- Menyesuaikan diri dengan kematian orang tua,
pasangan, dan teman
- Menyesuaikan diri dengan hubungan yang baru
bersama anak-anak yang sudah dewasa
- Menyesuaikan diri dengan waktu luang
54
- Menyesuaikan diri dengan respons fisik dan
kognitif yang melambat
b) Usia 75 tahun atau lebih
- Beradaptasi dengan situasi “hidup sendiri”
- Menjaga kesehatan fisik dan mental
- Menyesuaikan diri dengan kemungkinan tinggal di
panti jompo
- Tetap berhubungan dengan anggota keluarga lain
- Menemukan makna hidup
- Mengurus akan kematiannya kelak
- Tetap aktif dan terlibat dalam aktivitas
- Membuat perencanaan hidup yang memuaskan
seiring penuaan
2. Perkembangan Kognitif
Perubahan pada struktur kognitif berlangsung
seiring bertambahnya usia. Diyakini bahwa terjadi
penurunan jumlah neuron yang progresif. Selain itu, aliran
darah ke otak menurun, dan metabolisme otak melambat.
Penurunan intelektual umumnya mnecerminkan proses
penyakit, seperti arterosklerosis. Pada lansia, proses
penarikan informasi dari memori jangka panjang dapat
menjadi lebih lambat. Lansia cenderung melupakan
kejadian yang baru saja berlalu. Dan mereka memerlukan
waktu yang lebih banyak dalam belajar.
3. Perkembangan Moral
Lansia berada pada tingkat prakonvensional
perkembangan moral, mereka mematuhi setiap aturan agar
tidak menyakiti atau menyusahkan orang lain. Sedangkan
pada tingkat konvensional, mereka mengikuti kaidah sosial
yang berlaku sebagai respons terhadap harapan orang lain
4. Perkembangan Spiritual
Carson (1989) mengemukakan bahwa agama “memberi
55
makna baru bagi lansia, yang dapat memberikan
kenyamanan, penghiburan, dan penguatan dalam kegiatan
keagamaan”. Banyak lansia memiliki keyakinan agama
yang kuat dan terus menghadiri pertemuan atau ibadah
keagamaan. Keterkaitan lansia dalam hal keagamaan kerap
membantu mereka dalam mengatasi berbagai masalah yang
nerkaitan dengan makna hidup, kesengsaran, atau nasib
baik.
2.6.3 Permasalahan kesehatan pada dewasa dan lansia
1. Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi abnormal dan diukur paling
tidak pada 3 kesempatan yang berbeda (Corwin, 2009). Sedangkan
menurut Wijaya dan Putri (2013) hipertensi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus
menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang
disebabkan suatu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara
normal. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang
persisten (Nurarif dan Kusuma, 2013).
Faktor-faktor resiko hipertensi
a. Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena
dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko
hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan
meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah
di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan
hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan
menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur
(Yulianti, 2005).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya
hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi
56
penyakit hipertensi pada laki- laki dan pada wanita lebih tinggi
setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami
menopause. Laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka
prevalensi 6% dari pria dan 11% pada wanita. Laporan dari
Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4% wanita.
Daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9%
pada wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan
14,6 pada pria dan 13,7% pada wanita (Gunawan, 2001 dalam
Sagala, 2009).
c. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu
masalah terjadinya hipertensi. Hipertensi cenderung merupakan
penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita memiliki
riwayat hipertensi maka sepanjang hidupnya memiliki
kemungkinan 25% terkena hipertensi (Sagala, 2009).
d. Garam Dapur
Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku
bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang
dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika
asupan garam antara 5- 15 gram perhari, prevalensi hipertensi
meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap
timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma,
curah jantung dan tekanan darah (Basha, 2004 dalam Sagala,
2009). Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-
orang peka sodium lebih mudah meningkat sodium, yang
menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah
(Sagala, 2009). Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan
darah tinggi gangguan pembuluh darah ini hampir tidak ditemui
pada suku pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika asupan
garam kurang dari 3 gram sehari prevalensi hipertensi
presentasinya rendah, tetapi jika asupan garam 5-15 gram perhari,
57
akan meningkat prevalensinya 15-20%.
2. Asam urat
Asam urat adalah senyawa kimia yang terbentuk dari hasil pemecahan
purin dalam tubuh. Peningkatan kadar asam urat dalam darah dapat
menyebabkan suatu kondisi medis yang disebut dengan hiperurisemia.
Hiperurisemia yang tidak diatasi dengan baik dapat menyebabkan
gangguan kesehatan yang lebih serius seperti penyakit asam urat atau
rematik gout.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
hiperurisemia atau penyakit asam urat antara lain:
a. Konsumsi makanan yang kaya purin, seperti hati, jeroan, daging
merah, dan makanan laut.
b. Kebiasaan minum alkohol yang berlebihan.
c. Kegemukan atau obesitas.
d. Riwayat keluarga dengan penyakit asam urat.
e. Jenis kelamin laki-laki lebih rentan daripada wanita (simamora,
2018).
3. Gastritis
Gastritis adalah peradangan pada lapisan mukosa lambung yang dapat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti infeksi bakteri Helicobacter
pylori, penggunaan obat nonsteroid antiinflamasi (NSAID), konsumsi
alkohol, merokok, dan stres psikologis.
Infeksi bakteri Helicobacter pylori adalah penyebab paling
umum dari gastritis, karena bakteri ini dapat menghasilkan zat yang
merusak lapisan pelindung lambung. Penggunaan obat nonsteroid
antiinflamasi (NSAID) juga dapat merusak lapisan mukosa lambung
dan menyebabkan gastritis. Konsumsi alkohol dan merokok juga dapat
merusak lapisan pelindung lambung dan memperburuk gastritis. Stres
psikologis juga dapat memicu gastritis dengan merangsang produksi
asam lambung dan mengurangi aliran darah ke lambung.
Gejala yang biasa dialami oleh pasien dengan gastritis adalah
nyeri perut, kembung, mual, muntah, dan penurunan nafsu makan. Pada
58
kasus gastritis yang parah, pasien dapat mengalami perdarahan lambung
dan anemia (Sepdianto, 2022).
2.6.4 Penanganan pada permasalahan kesehatan dewasa dan lansia
1. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis yang
ditandai dengan tekanan darah yang terus-menerus meningkat di atas
nilai normal. Hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit
jantung, stroke, dan masalah kesehatan lainnya. Cara untuk mencegah
dan menangani hipertensi. Berikut penjelasannya:
a. Menjaga pola makan yang sehat
Hindari makanan yang tinggi lemak, garam, dan kolesterol.
Sebaliknya, konsumsi makanan yang kaya serat, sayuran, dan
buah-buahan dapat membantu menjaga tekanan darah normal.
b. Berolahraga secara teratur
Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, jogging, atau berenang
dapat membantu menjaga tekanan darah pada level yang sehat.
Sebaiknya melakukan olahraga secara teratur untuk mencegah
terjadinya hipertensi.
c. Mengontrol berat badan
Obesitas atau kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko
hipertensi. Oleh karena itu, penting untuk mengontrol berat
badan agar tetap ideal.
d. Menghindari stress
Stress dapat memicu peningkatan tekanan darah, oleh karena
itu sebaiknya menghindari stress dan melakukan relaksasi
seperti meditasi atau yoga.
e. Menghindari merokok dan konsumsi alkohol
Kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol dapat
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Oleh karena itu,
penting untuk menghindari kedua kebiasaan tersebut (Maulana,
2022).
59
Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
farmakologi dan nonfarmakologi.
a. Pendekatan farmakologi
Melibatkan penggunaan obat-obatan untuk menurunkan
tekanan darah. Obat-obatan yang sering digunakan untuk
mengobati hipertensi antara lain diuretik, beta blocker, ACE
inhibitor, ARB, dan calcium channel blocker. Namun,
penggunaan obat-obatan hipertensi perlu diawasi oleh dokter
dan pasien perlu menjalani pemeriksaan secara teratur untuk
memantau efek samping dan kinerja obat.
b. Pendekatan nonfarmakologi
Melibatkan perubahan gaya hidup dan penggunaan bahan
alami untuk membantu menurunkan tekanan darah. Salah satu
bahan alami yang dapat digunakan untuk membantu
menurunkan tekanan darah adalah daun salam. Daun salam
mengandung senyawa aktif yang dapat membantu menurunkan
tekanan darah dengan cara menstimulasi relaksasi otot polos
dan meningkatkan aliran darah ke jantung.
Selain itu, rendam kaki menggunakan garam juga dapat
membantu menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Hal ini karena rendam kaki menggunakan garam dapat
membantu melancarkan peredaran darah dan merelaksasi otot-
otot, sehingga tekanan darah menjadi lebih rendah (Augin &
Soesanto, 2022)
2. Asam urat
Penanganan asam urat dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan farmakologi dan non-farmakologi.
a. Pendekatan farmakologi
Melibatkan penggunaan obat-obatan untuk menurunkan kadar
asam urat dalam tubuh. Beberapa obat yang umum digunakan
antara lain allopurinol, febuxostat, probenecid, dan colchicine.
Namun, penggunaan obat-obatan harus diawasi oleh dokter dan
60
pasien perlu menjalani pemeriksaan secara teratur untuk
memantau efek samping dan kinerja obat.
b. Pendekatan non-farmakologi
Melibatkan perubahan gaya hidup dan penggunaan bahan alami
untuk membantu menurunkan kadar asam urat. Beberapa hal yang
dapat dilakukan antara lain:
1) Mengonsumsi makanan yang rendah purin, seperti sayuran
hijau, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
2) Mengurangi konsumsi daging merah, ikan laut, dan makanan
yang mengandung banyak gula dan lemak jenuh.
3) Menghindari minuman beralkohol dan minuman berkafein.
4) Menjaga berat badan ideal dan menghindari obesitas.
5) Berolahraga secara teratur dan cukup istirahat.
6) Selain itu, beberapa bahan alami yang dapat digunakan untuk
membantu menurunkan kadar asam urat antara lain daun
salam, buah ceri, jahe, kunyit, dan minyak kelapa (Simamora,
2018).
3. Gastritis
Gastritis adalah peradangan pada dinding lambung yang dapat
menyebabkan gejala seperti nyeri perut, mual, muntah, dan perut
kembung. Penanganan gastritis dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan farmakologi dan nonfarmakologi.
1) Pendekatan farmakologi
Melibatkan penggunaan obat-obatan untuk mengurangi
peradangan dan mengurangi gejala gastritis. Obat-obatan yang
sering digunakan untuk mengobati gastritis antara lain antasida,
penghambat pompa proton, dan obat antiinflamasi nonsteroid.
Antasida bekerja dengan mengurangi produksi asam
lambung dan membantu melindungi dinding lambung dari
kerusakan lebih lanjut. Penghambat pompa proton adalah obat
yang bekerja dengan menghambat produksi asam lambung secara
signifikan. Sedangkan obat antiinflamasi nonsteroid dapat memicu
61
gastritis, tetapi juga dapat digunakan dalam dosis rendah untuk
mengobati kondisi lain, seperti nyeri sendi
62
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
3.1 Pengkajian Komunitas
1.Inti komunitas
- Sejarah:
Wilayah RW 05 Cisaranten Kidul merupakan wilayah yang
memiliki persawahan namun tahun demi tahun mengalami penambahan
jumlah penduduk terutama penduduk yang berasal dari warga lintasan
Gedebage yang mengalami kebakaran maka sebagian besar penduduk
menempati wilayah RW 05 Cisaranten Kidul hingga kini.
- Demografi statistic kependudukan seperti angka kematian:
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa di RW 05
Cisaranten mayoritas penduduk anggota keluarga yang meninggal
sebanyak (0,42%) dan yang tidak sebanyak (99,58%).
- Sex ratio
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa jenis kelamin laki-
laki di RW 05 sebanyak (50,4%) dan jenis kelamin perempuan di RW 05
sebanyak (49, 58%). Mayoritas penduduk di RW 05 berjenis kelamin
Laki-laki.
- Status perkawinan
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa di RW 05
Cisaranten mayoritas penduduk menggunakan IUD sebanyak (26,15%),
Suntik sebanyak (35,38) dan Pil sebanyak (38,46%). Berdasarkan hasil
pengkajian didapatkan bahwa di RW 05 Cisaranten mayoritas penduduk
menggunakan IUD sebanyak (26,15%), Suntik sebanyak (35,38) dan Pil
sebanyak (38,46%).
Jumlah wanita hamil di RW 5 terdapat 2 orang di RT 4 ,1 orang
(50%) dengan usia kehamilan 1-12 minggu dan 1 orang (50%) dengan usia
kehamilan 12-24 minggu. Jumlah ibu hamil untuk pemeriksaan ANC
sebanyak 2 orang di RT 4 sebanyak 1-3 kali 2 orang (100%) jumlah RW 5
yang melakukan pemeriksaan ANC 2 orang sebanyak 1-3 kali (100%).
Semua ibu hamil di RW 5 sebanyak 3 orang mengkonsumsi FE (100%)
62
- Statistic kesehatan seperti angka penyakit kronik, kesehatan anak,
penyakit, dll
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data penyakit yang sering
diderita pada dewasa di Rw 05 cisaranten kidul dengan jumlah persentase
asma sebanyak 0,24 %, TBC sebanyak 0,24 %, hipertensi sebanyak 2.82
%, gastritis sebanyak 4,47 %, dan tidak sakit sebanyak 92,24 %.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data kebiasaan tidak sehat di Rw
05 cisaranten kidul dengan jumlah persentase merokok sebanyak 33,88 %,
dan tidak memiliki kebiasaan buruk sebanyak 66,12 %.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data lansia memiliki
keluhan/penyakit di Rw 05 cisaranten kidul dengan jumlah persentase ya
sebanyak 31,46 %, dan tidak sebanyak 68,54 %. Berdasarkan hasil
pengkajian didapatkan data keluhan/penyakit kesehatan lansia di Rw 05
cisaranten kidul dengan jumlah persentase diabetes mellitus sebanyak
14,29 %, TBC sebanyak 3,17 %, hipertensi sebanyak 77, 78 %, gastritis
sebanyak 1,59 %, penyakit paru sebanyak 1,59 %, dan penyakit jantung
sebanyak 1, 59 %.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data jika lansia sakit di
Rw 05 cisaranten kidul dengan jumlah persentase berobat ke dokter
praktek sebanyak 24,72 %, berobat ke puskesmas/RS sebanyak 57,68 %,
mengobati sendiri sebanyak 5,24 %, tidak berobat/dibiarkan sebanyak 3
%, dan lain-lain sebanyak 9,36 %.
- Ethnik: Kepercayaan yang dianut oleh sebagain masyarakat RW 05
Cisaranten Kidul yaitu 100% islam dan tidak ada kepercayaan khusus
untuk penyakit.
2. Sub system
a. Lingkungan Fisik
- Lokasi dan batas desa
Lokasi rw 5 binaan puskesmas riung bandung berlokasi di
cisaranten kidul dimana rw 5 berlokasi mulai dari pinggir jalan sampai
63
masuk ke gang dalam, batas rw 5 sebelah kanan ditandai dengan alfamart
sedangkan batas rw 5 sebelah kiri ditandai dengan rel kereta api.
- Cuaca/musim
Cuaca di daerah rw 5 terbilang panas pada pagi sampai siang hari dan
hujan pada sore hari
- Kondisi tanah, air udara
Keadaan rumah di daerah wilayah rw 5 binaan puskesmas riung
bandung terbilang sangat berdempetan sehingga tidak terlihat adanya
lahan kosong (tanah kosong). Sedangkan untuk air yang digunakan untuk
mandi rata rata warga menggunakan PAM namun air tersebut biasanya
tidak dikonsumsi oleh warga karena untuk minum ataupun masak biasanya
warga membeli air mineral yang dijual keliling. Udara yang dirasakan saat
kami berkeliling di daerah rw 5 terbilang pengap karena setiap akses jalan
pasti melewati gang gang kecil dan sempit
- Perumahan
Kondisi perumahan di Rw 05 Cisaranten kidul mayoritas cukup bersih dan
tertata, namun beberapa rumah tampak terlihat kurang bersih dan tidak
tertata rapih. Di setiap rumah terdapat ventilasi udara dan mayoritas warga
Rw 05 membuka jendela setiap pagi. Pencahayaan di dalam rumah cukup
baik dan cahaya matahari mudah masuk ke dalam rumah warga.
64
- Binatang dan Tumbuh-tumbuhan
Warga Rw 05 sebagian rumah memelihara kucing dan untuk
tumbuhan hanya sedikit, sehingga terasa panas.
- Sampah dan Pengelolaannya
Warga Rw 05 Cisaranten kidul membuang sampah dengan
dikumpulkan dan diambil oleh petugas sampah setiap 1x seminggu dengan
membayar iuran sebesar 2.000 ribu dan untuk pedagang 3.000 seminggu.
- Pelayanan Umum
Mayoritas warga Rw 05 menggunakan listrik untuk kebutuhan
sehari-hari. Kondisi jalan di daerah Rw 05 yang sudah beraspal dengan
kondisi yang bagus, namun untuk jalan sering dilalui kendaraan berat,
sehingga kualitas udara di Rw 05 kurang bersih dan berdebu.
- Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa di RW 05 Cisaranten yang
memiliki Pendidikan SMA sebanyak (29,32%), SD sebanyak (28,57%),
SMP sebanyak (27,41%), Diploma (2,82%), Sarjana sebanyak (1,25%),
sedangkan yang belum sekolah sebanyak (9,30%), tidak sekolah sebanyak
(1,33%).
65
- Ekonomi
Tingkat Ekonomi Penduduk berdasarkan hasil pengkajian didapatkan rata-
rata tingkat ekonomi penduduk di RW 05 Cisaranten kidul yaitu sekitar
1.000.000-2.000.000 perbulan. Jenis Pekerjaan hasil pengkajian yang
didapatkan rata-rata jenis pekerjaan penduduk di RW 05 Cisaranten Kidul
yaitu Buruh, wirausaha dan Karyawan swasta dan tingkat Pengangguran
hasil pengkajian yang didapatkan rata-rata tingkat pengangguran ada
beberapa penduduk yang tidak bekerja. Home Industry atau pabrik yang
ada di sekitar masyarakat Hasil pengkajian yang didapatkan yaitu ada
home industry di RW 06 Cisaranten Kidul.
- System politik dan pemerintahan
System pemerintahan umum: Sistem pemerintah yang dianut oleh
masyarakat Kelurahan Cisaranten Kidul RW 05 adalah demokratis
keputusan diambil berdasarkan musyawarah dan kesepakatan warga yang
dimimpin oleh ketua RW dan 4 RT
- Manajemen masyarakat: Sistem pemilihan pemimpin: Sistem
pemilihan di masyarakat Kelurahan Cisaranten Kidul RW 05 dipilih
berdasarkan pilihan warga dengan adanya pemilihan umum untuk RW
dan RT.
- Perkumpulan masyarakat: Ketua RW, Ketua RT dan para kader
Kelurahan Cisaranten Kidul RW 05 berkumpul di posko khusus
Kelurahan RW 05 yang biasanya digunakan juga untuk kegiatan
posyandu dan poswindu setiap bulan.
- PJ Kesehatah masyarakat: PJ kesehatan dipegang oleh Ketua Kader
dan 9 anggota kader yang berasal dari perwakilan RT 02, 03 dan 04 di
RW 05 Kelurahan Cisaranten Kidul
- Keamanan dan Transportasi
Sarana transportasi pribadi dan umum: Sebagian besar penduduk di
RW 05 memiliki kendaraan pribadi berupa sepeda motor. Oleh karena itu,
mereka cenderung menggunakan kendaraan tersebut saat berpergian.
Namun, beberapa dari mereka juga memilih untuk menggunakan
kendaraan umum seperti angkutan kota (angkot) sebagai alternatif. Selain
66
itu, banyak pula yang memilih untuk berjalan kaki jika tujuan yang ingin
dicapai tidak terlalu jauh.
- Sarana dan fasilitas keamanan:
Di seberang jalan dari RW 05, terdapat pos keamanan yang bertugas untuk
memastikan keamanan di daerah tersebut. Meskipun kantor polisi tidak
berada di daerah RW 05, namun daerah tersebut masih dekat dengan
kantor polisi, sehingga keamanan tetap terjamin.
- Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Posyandu: Diadakan setiap 1 bulan sekali.
Posbindu: Diadakan setiap 1 bulan sekali
Bidan: Bidan kurang aktif karena tidak selalu membuka praktek setiap
saat.
Puskesmas Riung Bandung: Jarak dari pemukiman warga ke pkm Riung
Bandung sedikit jauh dan sebagian warga ada yang lebih memilih ke pkm
Cinambo dikarenakan jaraknya lebih dekat. Asuransi kesehatan warga rata
- rata menggunakan BPJS kesehatan
Perilaku penduduk:
Penduduk cukup antusias terhadap adanya pelayanan kesehatan seperti pos
bindu, pos yandu, dan adanya mahasiswa yang memberikan pemeriksaan
keliling.
- Komunikasi
Warga Rw.05 sering berkumpul di kantor RW, dan berkumpul
ketika ada posyandu maupun posbindu, serta beberapa warga sering
berkumpul ketika pengajian rutinan. Untuk alat komunikasi warga
menggunakan gadget serta menggunakan aplikasi WhatsApp untuk
mendapatkan berita
- Rekreasi
Sarana Rekreasi: Sebagian besar penduduk RW 05 mengunjungi tempat
rekreasi seperti terdekat seperti: Museum Nika Ardila: Museum kesenian ,
Masjid Raya Al Jabbar: sarana peribadatan dan rekreasi keagamaan dan
asar Cimol Gedebage: tempat perbelanjaan pakaian
- Jenis Rekreasi yang sering digunakan masyarakat:
67
Sebagian besar masyarakat RW 5, memilih tempat rekreasi terdekat
hanya untuk sekedar berkumpul dan makan bersama dengan anggota
keluarga, tidak jarang dari masyarakat memilih tempat terbuka seperti
halaman masjid Al-Jabbar sebagai tempat rekreasi.
- Penduduk RW 05 tidak
memanfaatkan sarana kesehatan
yang ada. sebanyak 72,34%
penduduk RW 05 tidak
menggunakan yankes karena
sulit dijangkau,
- Bidan: Bidan kurang aktif
karena tidak selalu membuka
praktek setiap saat.
68
lebih dekat.
69
dimasak di halaman pekarangan
rumah dengan menggunakan
gas
- Mayoritas warga RW 05 makan
lauk pauk yang kadang-kadang
sebanyak (71,47%).
- Mayortitas warga RW 05
kadang-kadang makan sayur
sebanyak (71,47%)
- Mayortitas warga RW 05
menggunakan garam beryodium
100% > 1 sendok perhari
- di RT 02 sebanyak 1 orang
karena ibu bekerja sehingga
anak mendapatkan susu formula
- kebiasaan tidak sehat remaja di
Rw 05 cisaranten kidul dengan
jumlah presentase merokok 7,
61 %
- kebiasaan tidak sehat pada
dewasa di Rw 05 cisaranten
kidul dengan jumlah presentase
merokok sebanyak 33,88 %,
- data lansia memiliki
keluhan/penyakit di Rw 05
cisaranten kidul dengan jumlah
presentase sebanyak 31,46 %
- data lansia masih bekerja di Rw
05 cisaranten kidul dengan
jumlah presentase ya sebanyak
27,34 %
- data kebiasaan di Rw 05
70
cisaranten kidul dengan jumlah
presentase merokok sebanyak
43, 07 %, minum kopi sebanyak
35,96 %, minum teh sebanyak
4,49 %,
- data ventilasi perumahan di Rw
05 cisaranten kidul dengan
jumlah presentase < 10 % dari
luas lantai sebanyak 33,93 %.
- data pencahayaan sinar
matahari di Rw 05 cisaranten
kidul tidak masuk ke dalam
rumah sebanyak 33,63 %.
- data luas bangunan per orang di
Rw 05 cisaranten kidul dengan
jumlah presentase < 8 meter
persegi per orang sebanyak 61,
56 %
- didapatkan data bahwa kondisi
air yang terdapat di RW 05
Cisaranteun kidul mayoritas
tidak berbau tidak berasa
namun berwarna kekeruhan,
persentase warga yang
mengeluhkan air berwarna
keruh adalah sebanyak 100%
-
71
selama 6 bulan terakhir
- Para dewasa mengatakan ada
yang memiliki hipertensi dan
penyakit lambung
- Para lansia mengatakan jika
badannya mengalami pegal-
pegal dan nyeri sendi
DO:
72
3.3 PRIORITAS MASALAH KOMUNITAS
Kesehatan
Tidak Efektif
2. Perilaku 4 5 3 4 4 4 3 3 2 3 2 37 1
Kesehatan
Cenderung
Beresiko
3. Pemeliharaan 5 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 33 2
Kesehatan
Tidak Efektif
KETERANGAN PEMBOBOTAN :
73
3.4 Diagnosa Keperawatan Komunitas
1. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko berhubungan dengan pemilihan gaya
hidup yang tidak sehat ditandai dengan banyak masyarakat yang hipertensi dan
diabetes namun tidak menjaga pola hidup sehat.
2. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
mengatasi masalah ditandai masyarakat tidak mengetahui tentang perilaku
sehat mengkonsumsi garam berlebih dan gula berlebih.
3. Manajemen Kesehatan tidak efektif berhubungan dengan kurang terpapar
dengan informasi ditandai dengan mengatakan kesulitan dalam menjangkau
pelayanan Kesehatan dan gagal melakukan tindakan untuk mengurangi resiko
tidak mengetahui pertolongan pertama jika sakit
74
3.5 Intervensi keperawatan komunitas
1. DS: D.0099 Perilaku Kesehatan Setelah dilakukan intervensi Promosi Perilaku Upaya
Cenderung keperawatan selama 3 x 24 jam, Kesehatan (I.12472)
- Mayoritas warga RW 05
Beresiko maka perilaku Kesehatan
mengatakan jarang makan
berhubungan
dengan sayur dan jarang membaik (L.12107) dengan
dengan pemilihan Observasi
mengkonsumsi buah-buahan kriteria hasil:
gaya hidup yang 1. Identifikasi perilaku upaya
- Mayoritas para istri
tidak sehat ditandai Indikator Awal Target
mengatakan jika para suami Kesehatan yang dapat
dengan gagal Penerimaan 2 4 ditingkatkan
memiliki kebiasaan merokok
melakukan terhadap
dan meminum kopi
Tindakan perubahan
- Mayoritas para ibu
pencegahan Terapeutik
mengatakan memasak status
masalah Kesehatan kesehatan
menggunakan garam, 2.Orientasi pelayanan
dan menunjukan
penyedap rasa dan MSG Kesehatan yang dapat
Kemampuan 2 4
upaya peningkatan
- Mayoritas para pedagang dimanfaatkan
melakukan
status Kesehatan
makanan yang dimasak Tindakan
yang minimal
menggunakan kompos gas di
75
halaman rumah belum pencegahan Edukasi:
mengetahui cara menanganan masalah
3. Anjurkan makan sayur dan
jika ada kebocoran gas kesehatan
buah setiap hari
- Mayoritas warga RW 05
Kemampuan 2 4
4. Anjurkan tidak merokok di
mengatakan menggunakan air
peningkatan dalam rumah
dirumahnya untuk mandi dan
Kesehatan
mencuci sedangkan untuk
komsumsi membeli galon
- Sebagian para ibu mengatakan
Keterangan:
jika anak remajanya memiliki Intervensi tambahan:
kebiasaan merokok 1: Memburuk
1. Penkes dan demonstrasi
DO: 2: Cukup memburuk pertolongan pertama
- Terdapat > 10 orang warga batuk, pilek dan pingsan
3: Sedang
yang berjualan makanan yang pada balita (Kognitif
4: Cukup membaik
dimasak di halaman dan psikomotor)
pekarangan rumah dengan 5: Membaik 2. Penkes dan demontrasi
menggunakan gas penanganan herbal daun
- Mayoritas warga RW 05 salam untuk mengatasi
makan lauk pauk yang kadang- Keterangan: hipertensi dan asam urat
kadang sebanyak (71,47%). 1: Menurun (Kognitif dan
- Mayortitas warga RW 05 psikomotor)
2: Cukup menurun
76
kadang-kadang makan sayur 3: Sedang 3. Skrining Kesehatan jiwa
sebanyak (71,47%) dan sharing dengan
4: Cukup meningkat
- Mayoritas warga RW 05 remaja RW 05
menggunakan garam 5: Meningkat Cisaranten Kidul :
beryodium 100% > 1 sendok afektif
perhari 4. Workshop
- di RT 02 sebanyak 1 orang Kegawardaruratan
karena ibu bekerja sehingga Kebakaran dengan
anak mendapatkan susu DAMKAR (kognitif,
formula afektif dan
- kebiasaan tidak sehat remaja di psikomotor)
Rw 05 cisaranten kidul dengan
jumlah presentase merokok 7,
61 %
- kebiasaan tidak sehat pada
dewasa di Rw 05 cisaranten
kidul dengan jumlah
presentase merokok sebanyak
33,88 %,
- data lansia memiliki
keluhan/penyakit di Rw 05
cisaranten kidul dengan jumlah
77
presentase sebanyak 31,46 %
- data lansia masih bekerja di
Rw 05 cisaranten kidul dengan
jumlah presentase ya sebanyak
27,34 %
- data kebiasaan di Rw 05
cisaranten kidul dengan jumlah
presentase merokok sebanyak
43, 07 %, minum kopi
sebanyak 35,96 %, minum teh
sebanyak 4,49 %,
- data ventilasi perumahan di
Rw 05 cisaranten kidul dengan
jumlah presentase < 10 % dari
luas lantai sebanyak 33,93 %.
- data pencahayaan sinar
matahari di Rw 05 cisaranten
kidul tidak masuk ke dalam
rumah sebanyak 33,63 %.
- data luas bangunan per orang
di Rw 05 cisaranten kidul
dengan jumlah presentase < 8
78
meter persegi per orang
sebanyak 61, 56 %
- didapatkan data bahwa kondisi
air yang terdapat di RW 05
Cisaranteun kidul mayoritas
tidak berbau tidak berasa
namun berwarna kekeruhan,
persentase warga yang
mengeluhkan air berwarna
keruh adalah sebanyak 100%
79
- Para lansia mengatakan jika kurang perilaku Terapeutik:
badannya mengalami pegal- menunjukan adaptif
2. Diskusikan pengembangan
pegal dan nyeri sendi pemahaman
Menunjukan 3 4 rencana untuk memenuhi
DO: tentang perilaku
pemahaman tujuan
sehat dan tidak
- Mayoritas penduduk yang sakit perilaku sehat
mampu 3. Prioritaskan aktivitas yang
batuk pilek sebanyak (13,87%)
menjalankan Kemampuan 3 4 dapat membantu pencapaian
pada balita
perilaku sehat. menjalankan tujuan
- Mayortitas penduduk lansia
perilaku
dan dewasa hipertensi
sebanyak (12,87%)
- Mayortitas lansia asam urat Keterangan:
sebanyak (1,83%)
1: Memburuk
Intervensi tambahan:
2: Cukup memburuk 5. Penkes dan demonstrasi
3: Sedang pertolongan pertama
batuk, pilek dan pingsan
4: Cukup membaik
pada balita (Kognitif
5: Membaik dan psikomotor)
6. Penkes dan demontrasi
penanganan herbal daun
Keterangan:
salam untuk mengatasi
80
1: Menurun hipertensi dan asam urat
(Kognitif dan
2: Cukup menurun
psikomotor)
3: Sedang 7. Skrining Kesehatan jiwa
81
Cinambo atau mengkonsumsi terpapar dengan menjalani program
obat warung terlebih dahulu informasi ditandai pengobatan
Indikator Awal Target
DO: dengan
Terapeutik:
mengatakan Melakukan 3 4
- Penduduk RW 05 tidak
kesulitan dalam Tindakan 2. Diskusikan hal-hal
memanfaatkan sarana
menjangkau untuk yang dapat mendukung
kesehatan yang ada. sebanyak
pelayanan mengurangi atau menghambat
72,34% penduduk RW 05 tidak
Kesehatan dan factor resiko berjalannya program
menggunakan yankes karena
gagal melakukan pengobatan libatkan
sulit dijangkau, Menerapkan 3 4
tindakan untuk keluarga untuk
- Bidan : Bidan kurang aktif program
mengurangi resiko mendukung program
karena tidak selalu membuka perawatan
pengobatan yang dijalani
praktek setiap saat. Aktivitas 3 4
Edukasi
- Puskesmas Riung Bandung : hidup sehari-
Jarak dari pemukiman warga hari efektif 3. Anjurkan keluarga
82
1: Memburuk konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat, jika
2: Cukup memburuk
perlu
3: Sedang
Intervensi tambahan:
4: Cukup membaik
5. Penkes dan demonstrasi
5: Membaik pertolongan pertama
batuk, pilek dan pingsan
pada balita (Kognitif
Keterangan:
dan psikomotor)
1: Menurun 6. Penkes dan demonstrasi
penanganan herbal daun
2: Cukup menurun
salam untuk mengatasi
3: Sedang hipertensi dan asam urat
4: Cukup meningkat (Kognitif dan
psikomotor)
5: Meningkat
7. Skrining Kesehatan jiwa
dan sharing dengan
remaja RW 05
Cisaranten Kidul :
afektif
83
8. Workshop
Kegawatdaruratan
Kebakaran dengan
DAMKAR (kognitif,
afektif dan
psikomotor)
84
3.6 Implementasi keperawatan komunitas
4. Menganjurkan tidak
merokok di dalam rumah
Hasil: masyarakat
mengatakan yang
merokok rata-rata
85
suaminya dan dilakukan
di ruang tamu karena
tidak ada pojok rokok
Melakukan Pra-MMRW
DO:
1. Antusias warga
terbilang baik karena
banyak masukan yang
diberikan untuk solusi
dari permasalahan yang
ada
2. Kegiatan dimulai pada
pukul 10.00 wib
sampai pukul 12.30
wib
3. Dihadiri oleh 9
mahasiswa, dosen pak
imam abidin,M.Kep,
ketua RW 05, 26 warga
RW 05 Cisaranten
Kidul dan pihak
puskesmas ibu bidan
Yeyen,Amd.Kep
87
1,2 Sabtu, 4 April 1. Mengidentifikasi Kantor DS pre penyuluhan dan
2023 13:00 kepatuhan menjalani RW 05 skrining:
program pengobatan
1. Warga mengatakan belum
Hasil: masyarakat Rw mengetahui bagaimana
05 masih ada yang cara penanganan pertama
tidak menjalani pada saat anak batuk,
pengobatan dengan pilek, demam dan kejang
baik sehinggan pada balita
kesehatan tidak 2. Warga bertanya mengenai
terkontrol bagaimana cara
pengobatan hipertensi
2. Mendiskusikan hal
tanpa meminum obat atau
hal yang dapat
dengan herbal
mendukung atau
3. Warga belum mengetahui
menghambat
hasil pemeriksaan asam
berjalannya program
urat dan gula darah
pengobatan
melibatkan keluarga
Hasil: masyarakat
mengatakan jauh ke DS post penyuluhan dan
pkm riung bandung skrining:
lebih dekat ke pkm
1. Warga mengatakan
cinambo
kegiatan ini sangat
3. Menganjurkan membantu karena dengan
keluarga untuk adanya demonstrasi yang
mendampingi dan dilakukan warga menjadi
merawat pasien tahu salah satu
selama menjalani penanganan batuk, pilek,
program pengobatan kejang dan demam pada
balita serta cara
Hasil: masyarakat
menurunkan hipertensi
mengatakan akan
tanpa menggunakan obat
selalu mengantar
88
keluarga yang apabila pada dewasa dan lansia.
sakit
DO:
4. Melakukan
1. Kegiatan dihadiri oleh 27
penyuluhan
warga yang mempunyai
Kesehatan dan
balita dan dihadiri oleh
demonstrasi
beberapa lansia yang
tentang cara
mempunyai darah tinggi
pertolongan
2. Warga dapat melakukan
pertama balita
ulang demonstrasi yang
yang mengalami
dicontohkan oleh
batuk pilek serta
mahasiswa
kejang
5. Melakukan 3. Hasil skrining GDS puasa
89
2023 17:00 skrining Kesehatan sharing:
Kesehatan jiwa Kelompok
1. Remaja setempat yang
pada remaja RW 3
diwakili oleh beberapa
05
karang taruna
2. Melakukan
mengeluhkan malu untuk
sharing diskusi
bercerita hal hal yang
permasalahan
menurut mereka sensitif
Kesehatan jiwa
untuk diceritakan kepada
dengan remaja RW
orang lain bahkan kepada
05
orng tua mereka sendiri
DS setelah dilakukan
sharing:
1. Remaja mengatakan
sangat senang dengan
adanya forum diskusi ini
karena mereka bisa
menceritakan apapun yang
mereka keluhkan tanpa
ada rasa takut dan malu
DO:
90
09:00 pematerian tentang Bhakti Workshop:
cara memadamkan Kencana
1. Salah satu warga dan
api dan evakuasi
kader mengatakan bahwa
diri dari
sebelumnya pernah ada
kegawatdaruratan
pelatihan mengenai cara
kebakaran
pemadaman api namun
2. Melakukan
belum ada pelatihan
demonstrasi
mengenai cara evakuasi
memadamkan api
diri saat terjadi
kebakaran
DS setelah dilakukan
Workshop:
1. Warga mengatakan
kegiatan workshop ini
sangat menarik dan
sangat membantu warga
mengenai cara evakuasi
diri dari kebakaran
DO:
O:
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
93
dan garam
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
94
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN UNIT KESEHATAN SEKOLAH (UKS)
4.1 Pengkajian
PELAYANAN KESEHATAN
1. Jenis Pelayanan:
a. Telah mengikuti pelatihan : belum ada guru ataupun siswa yang mengikuti
pelatihan kesehatan
b. Aspek ventilasi dan pencahayaan : belum ada ventilasi pada ruang uks
c. Perlengkapan UKS
1) Tempat tidur, lemari obat, Snellen Chart : belum ada perlengkapan uks
95
A. PENDIDIKAN KESEHATAN
Menurut hasil pengamatan kami siswa dan siswi yang bersekolah cukup rapih dan
bersih.
Menurut hasil pengamatan kami menemukan beberapa siswa yang kuku tangan
kurang bersih dan Panjang serta ada beberapa siswa laki-laki yang memiliki rambut
kurang rapih.
Berdasarkan hasil observasi jarak papan tulis dan kursi depan sekitar 2,5 m.
Berdasarkan hasil observasi yang kami temukan jumlah murid di sekolah tersebut
sekitar 300 orang lebih, kelas VII terdapat 7 kelas, kelas VIII terdapat 2 kelas dan kelas
IX terdapat 2 kelas.
Menurut hasil observasi, kami menemukan kondisi kelas bersih dan rapih karena
terdapat jadwal piket harian.
4. Fasilitas Sanitasi
Menurut hasil observasi, didapatkan hasil bahwa terdapat 3 kamar mandi dimana
ada 1 kamar mandi yang sudah tidak digunakan dengan baik, kondisi kamar mandi
lainya ada 2 yang terlihat kotor.
96
2) Ventilasi dan pencahayaan
Menurut hasil observasi kami, kondisi ventilasi kamar mandi kurang karena hanya
ada satu ventilasi diatas pintu dan pencahayaan kurang.
6) Jumlah WC/KM
Jumlah rasio WC dengan jumlah seluruh siswa laki laki sekitar 1: 30 dan
perempuan 1 : 20.
5. Keadaan Air
Sumber air berasal dari sumur bor dengan kedalaman > 10 meter.
Menurut hasil observasi kami kondisi air terlihat keruh dan kotor.
Menurut hasil observasi kami dan hasil wawancara kuantitas air mencukupi
untuk WC/KM/air minum.
4) Penampungan air
≥ 10 meter
≥ 10 meter
≥ 10 meter
< 10 meter
≥ 10 meter
≥ 10 meter
Belum ada Sekolah baru di bangun 2 tahun lalu, jadi masih banyak tanaman
tanaman liar disekitar sekolah.
Halaman sekolah cukup luas sehingga memadai untuk kegiatan berolahraga atau
upacara.
5) Pagar
No Data Masalah
99
dan cara mengangkat siswa yang
sakit.
DO:
Presentasi Proposal
1. Manajemen Setelah dilakukan Pihak sekolah
Pengajuan Fasilitas UKS
Kesehatan tindakan keperawatan yang terdiri dari
1. Struktur Organisasi
Tidak Efektif selama 2x1 jam maka guru dan
dihararapkan murid/pelaksana UKS
(SDKI D.0116)
manajemen kesehatan UKS dan Tim 2. Rincian tugas UKS
berhubungan
meningkat, dengan Kesehatan 3. Program dan Jadwal
dengan
kriteria hasil: Sekolah yang kegiatan UKS
kompleksitas
terdiri dari
sistem 1. Sekolah dapat 4. Pembiayaan UKS
perwakilan siswa
100
pelayanan memperhatikan kelas 8 1. Pelatihan pertolongan
kesehatan untuk pertama mimisan
dibuktikan memfasilitasi
2. Pelatihan pertolongan
adanya
dengan belum pertama nyeri haid
ruangan UKS
adanya fasilitas
dengan adanya 3. Pelatihan cara
Unit Kesehatan
proposal pertolongan pertama
Sekolah (UKS),
pembentukan pingsan dan
dan belum UKS evakuasi orang sakit
adanya 2. Meningkatkan
pelatihan yang kesadaran
dilakukan. pihak sekolah
terhadap
pelayanan
program UKS/
meningkatkan
kualitas
sumber daya
manusia
melalui
pembinaan
pelayanan
kesehatan anak
usia sekolah
101
4.5 Implementasi dan evaluasi keperawatan Unit Kesehatan Sekolah
A: Masalah Kebutuhan
akan fasilitas unit
kesehatan sekolah
teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
102
1. Melaksanakan
2. Rabu, 5 Manajemen S: Tim Kesehatan SMPN Kelompok
pelatihan
April Kesehatan 66 Bandung mengatakan 3
pertolongan pertama
2023 Tidak Efektif dapat memahami materi
pada mimisan
(SDKI dan pelatihan yang
2. Melaksanakan
D.0116) dipaparkan
pelatihan
berhubungan
pertolongan pertama O : Tim Kesehatan
dengan
nyeri haid SMPN 66 Bandung
kompleksitas
3. Melaksanakan terlihat dapat
sistem
pelatihan mendiskusikan dan
pelayanan
pertolongan pertama mengerjakan dengan
kesehatan
pada pingsan baik jalan keluar dari
dibuktikan
4. Melaksanakan kasus-kasus yang
dengan belum
pelatihan mobilisasi diberikan
adanya
cara evakuasi orang
fasilitas Unit A: Masalah Kebutuhan
sakit
Kesehatan akan pelatihan tim
Sekolah kesehatan sekolah
(UKS), dan teratasi sebagian
belum adanya
pelatihan P: Intervensi dilanjutkan
yang
dilakukan.
103
BAB V
ASUHAN KEPERAWATAN USAHA KESEHATAN KERJA
5.1 PENGKAJIAN
A. BEBAN KERJA
1. Umur
Berdasarkan hasil pengkajian untuk umur pekerja ada yang berumur 60
tahun 1 orang dan 6 orang yang berumur 40-45 tahun.
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil pengkajian untuk jenis kelamin yang berkerja yaitu
Laki-laki sebanyak 7 orang pekerja.
3. Berapa jam dalam sehari kerja
Berdasarkan hasil pengkajian jaam kerja dalam sehari yaitu 8 jam dan
jika banyak orderan jam kerja bertambah atau lembur.
4. Berapa jam istirhat
Berdasarkan hasil pengkajian untuk jam istirahat pekerja mulai dari
pukul 12.00-13.00 /1 jam.
5. Pengaturan waktu kerja (rotasi, mutase, pengurangan jam kerja faktor
risiko, dll):
Berdasarkan hasil pengkajian untuk jam kerjanya ada satu shift dari
pukul 07.00-16.00 dan tidak ada mutase, faktor risiko yang dapat
muncul adalah kecelakaan kerja seperti jari tergores/ terkena benda
tajam dari gergasi atau mesin.
6. Ergonomi kerja
a. Kekuatan otot : Berdasarkan hasil pengkajian setiap pekerja
menggunakan tenaga untuk mengangkat barang.
b. Bentuk dan ukuran tubuh : Ukuran tubuh rata – rata pekerja
memiliki berat badan >60 kg
104
c. Sikap tubuh selama bekerja : Tubuh pekerja rata – rata sedikit
condong kedepan
d. Kejadian selama dan setelah bekerja (kelelahan kerja): Setelah
bekerja rata-rata pekerja sudah terbiasa melakukan pekerjaan yang
berat
B. KAPASITAS KERJA
1. Pendidikan pekerja
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan untuk pendidikan
pekerja rata-rata yaitu SMP.
2. Pelatihan dalam bidang pekerjaan
Berdasarkan hasil pengkajian sebelumnya pada awal bekerja dilatih
terlebih dahulu oleh pemilik perusahaan untuk melakukan pekerjaan
tersebut sampai bisa.
3. Kejadian selama dan setelah bekerja
Berdasarkan hasil pengkajian selama bekerja pernah ada pekerja yang
jari tangannya tergores saat proses pengerjaan.
4. Penyakit yang dialami (3 bulan terakhir)
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan tidak ada penyakit yang
dialami selama 3 bulan terakhir oleh pekerja disana.
C. LINGKUNGAN KERJA
1. Lingkungan Fisik
a. Kebersihan ruangan kerja
Berdasarkan hasil observasi untuk lingkungan kerja tampak tidak
bersih dikarenakan banyak bahan sisa bahan yang menempel pada
tanah dan lantai dari mesin bubut atau saat proses pengerjaan.
b. Kebisingan ruangan kerj
Ruangan kerja selalu bising ketika jam operasional kerja,
dikarenakan mesin bubut yang sedang beroprasi.
c. Penerangan
Berdasarkan hasil observasi dari penerangan ruangan kerja
mengandalkan cahaya lampu dan cahaya matahari.
d. Kelembaban
105
Berdasarkan hasil obervasi untuk rungan kerja lembab.
e. Vibrasi/ getaran
Getaran yang dihasilkan oleh mesin saat proses pengerjaan bisa
terasa sampai sejauh 2-3 meter.
f. Bahan kimia
Tidak terdapat bahan kimia yang digunakan untuk keperluan bubut.
g. Gas
Tidak terdapat gas
h. Uap
Tidak terdapat uap
i. Debu
Berdasarkan hasil observasi tedapat banyak debu yang dihasilkan
dari besi yang dihaluskan.
j. Binatang/ vector
Berdasarkan hasil pengkajian tidak terdapat Binatang pada area
kerja.
k. Kamar mandi/ toilet
Tersedianya kamar mandi/ toilet yang cukup untuk para pekerja,
penerangan mengandalkan lampu bohlam.
l. Pembuangan limbah
Berdasarkan hasil pengkajian untuk pembuangan limbah yang
dihasilkan dari mesin bubut berupa sisa-sisa besi yang kemudian
dikumpulkan dan dijual ke pengepul.
2. Lingkungan Psikologis
a. Suasana kerja
Berdasarkan hasil pengkajian untuk suasana kerja kekeluargaan
dan fokus pada tugas masing-masing.
b. Hubungan antar pekerja
Berdasarkan hasil pengkajian terdapat 5 dari 7 pekerja merupakan
kerabat sehingga hubungan antar pekerja baik.
c. Hubungan pekerja dengan majikan
Mayoritas pekerja merupakan kerabat dari pemilik bengkel
sehingga hubungan antar pekerja dan majikan baik. Pekerja lain
106
yang bukan kerabat dari majikan memiliki hubungan baik dengan
majikan.
3. Alat Pelindung Kerja
a. Jenis APD yang ada:
Berdasarkan hasil pengkajian untuk alat pelindung diri yang
digunakan oleh para pekerja berupa sarung tangan, masker dan
kacamata.
b. Penggunaannya
Berdasarkan hasil pengkajian untuk penggunaan APD masih
banyak para pekerja yang hanya menggunakan sarung tangan saja,
jarang dari mereka yang menggunakan masker dan kacamata.
107
Berdasarkan hasil pengkajian tidak ada program pencegahan dan
penanggulangan penyakit ditempat kerja.
g. Ada penyebarluasan informasi kesehatan kerja melalui penyuluhan
dan media KIE (komunikasi, informasi dan edukasi), dengan topik
yang relevan?
Berdasarkan hasil pengkajian belum ada informasi tentang
kesehatan kerja.
2. Pelayanan Promotif
a. Ada penilaian terhadap faktor risiko kesehatan di tempat kerja
(health hazard risk assesment) yang meliputi
1) Ada penilaian untuk mengidentifikasi faktor bahaya kesehatan
kerja melalui: pengamatan, walk through survey,
pencatatan/pengumpulan data dan informasi
2) Ada penilaian/pengukuran potensi bahaya kesehatan kerja
b. Ada pemeriksaan kesehatan tenaga kerja (awal, berkala dan
khusus)
Berdasarkan hasil pengkajian tidak ada pemeriksaan tenaga kerja.
c. Ada survailans dan analisis penyakit akibat kerja (PAK) dan
penyakit umum lainnya?
d. Ada pencegahan keracunan makanan bagi tenaga kerja?
Berdasarkan hasil pengkajian tidak ada pencegahan keracunan
makanan bagi tenaga kerja.
e. Penempatan tenaga kerja sesuai kondisi/status kesehatannya?
Berdasarkan hasil pengkajian penempatan tenaga kerja sesuai
dengan kondisi / status kesehatannya atau keahliannya.
f. Ada Penetapan prosedur kerja aman atau Standard Operating
Procedure (SOP): Saat pengkajian terdapat SOP tetapi tidak
dengan tertulis.
g. Ada pengendalian binatang penular (vektor) penyakit.?
Berdasarkan hasil pengkajian tidak ada pengendalian binatang
penular karena ditempat kerja tidak memelihara binatang.
3. Pelayanan kuratif
a. Ada kegiatan dan perawatan?
108
Berdasarkan hasil pengkajian ketika ada pekerja yang mengalami
kecelakaan kerja, pekerja tersebut langusng dibawa ke RS terdekat
untuk mendapatkan perawatan.
109
5.2 ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
KEERAWATAN
1. DS: Defisit
- Para pekerja pengetahuan
mengatakan tidak
mengetahui cara
melakukan pertolongan
pertama perawatan
luka
- Para pekerja tidak
pernah mendapatkan
pendidikan kesehatan
mengenai alat
pelindung diri
DO:
- Pekerja
menunjukkan perilaku
tidak sesuai dengan
anjuran (perawatan
luka menggunakan
odol dan kecap)
- Pekerja tidak
menggunakan alat
pelindung diri (hanya
menggunakan sarung
tangan saja)
- Berdasarkan hasil
pengkajian belum ada
informasi tentang
kesehatan kerja.
110
2. DS : Perilaku
- Pekerja mengatakan kesehatan
banyak pekerja yang cenderung
hanya menggunakan beresiko pada
sarung tangan saja pekerja.
sebagai alat pelindung
diri.
- Pekerja mengatakan
belum ada penempatan
prosedur kerja aman
DO:
- Banyak sisa bahan
menempel di lantai dan
tanah di sekitar mesin
bubut atau selama
proses pengerjaan,
membuat lingkungan
kerja terlihat kotor
- Sebagian besar
pekerja tampak hanya
menggunakan sarung
tangan tanpa memakai
masker dan kacamata.
111
3. DS: Risiko cedera
- Pekerja mengatakan
belum pernah ada
pembinaan kesehatan
pada pekerja
- Para pekerja belum
pernah mendapatkan
pendidikan maupun
pelatihan dalam bidang
kesehatan pekerja.
- Pekerja mengatakan
ditempat kerja belum
pernah ada pembinaan
hidup sehat
DO:
- Banyak sisa bahan
produksi yang
menempel di lantai dan
tanah di sekitar mesin
bubut atau selama
proses pengerjaan,
membuat lingkungan
kerja terlihat kotor.
- Berdasarkan hasil
pengkajian tidak ada program
pencegahan dan
penanggulangan penyakit
ditempat kerja.
112
5.3 Diagnosa keperawatan
113
5.4 Intervensi keperawatan
Defisit pengetahuan
1. Setelah dilakukan Edukasi kesehatan
berhubungan dengan
intervensi (I.12383)
kurang terpapar
keperawatan selam
informasi ditandai Observasi
1x15 menit
dengan pekerja tidak 1. Identifikasi
diharapkan tangkat
mengetahui cara kesiapan dan
pengetahuan
melakukan kemampuan
meningkat dengan
pertolongan pertama menerima
kriteria hasil:
perawatan luka dan informasi
tidak pernah Tingkat pengetahuan Terapeutik
mendapatkan (L.1211) 2. Sediakan materi
pendidikan kesehatan 1. Perilaku dan media
mengenai alat sesuai pendidikan
pelindung diri anjuran kesehatan
meningkat mengenai
perawatan luka
2. Kemampuan
dan penggunaan
menjelaskan
alat pelindung diri
kemampuan tentang
3. jadwalkan
pertolongan pertama
pendidikan
perawatan luka dan
kesehatan sesuai
APD
kesepakatan
4. berikan
kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
5. jelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
114
6. ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku
Setelah dilakukan
2. Perilaku kesehatan Promosi perilaku upaya
intervensi
cenderung beresiko pada kesehatan
keperawatan selama
pekerja berhubungan
1x15 menit Observasi
dengan ketidakadekuatan
diharapkan perilaku 1. identifikasi
penggunaan alat
kesehatan membaik perilaku upaya
pelindung diri pada
Perilaku kesehatan kesehatan yang
pekerja.
(L.12107) dengan dapat digunakan
kriteria hasil:
1. kemampuan Edukasi
melakukan
2. anjurkan mencuci
tindakan
tangan dengan air bersih
pencegahan
dan sabun sebelum
masalah
menggunakan APD
kesehatn
meningkat
2. kemampuan
peningkatan
kesehatan meninykat
Manajemen kesehatan
3. Risiko cedera akibat Setelah dilakukan
lingkungan (I.14513)
kelalaian pekerja intervensi
Observasi
dibuktikan dengan belum keperawatan selama
1. identifikasi
pernah ada pembinaan 1x15 menit
kebutuhan
kesehatan pada pekerja diharapkan tingkat
keselamatan
dan belum pernah cedera menurun
terapeutik
mendapatkan pendidikan (L.14136) dengan
2. sediakan alat
115
maupun pelatihan dalam kriteria hasil: bantu lingkungan
bidang kesehatan 1. tingkat cedera (P3K untuk
pekerja. menurun perawatan luka)
Edukasi
2. luka lecet
menurun 3. ajarkan kelompok
risiko tinggi bahaya
lingkungan
116
5.4 Implementasi dan evaluasi keperawatan
P : Intervensi dihentikan
117
1. Mengidentifikasi
2. Kamis, 6 Perilaku S: Pekerja bengkel Bima Kelompok
perilaku upaya
April kesehatan Karya Tehnik 3
kesehatan yang dapat
2023 cenderung mengatakan mengetahui
digunakan
beresiko pada macam-macam APD dan
2. Menganjurkan mencuci
pekerja cara menggunakan APD
tangan dengan air
(SDKI yang baik dan benar
bersih dan sabun
D.0099) sesuai dengan
sebelum menggunakan
penempatan mesin yang
APD
digunakan oleh masing-
masing pekerja
O: Pekerja terlihat
mengerti materi yang
diberikan dan dapat
menyebutkan kembali
cara menggunakan APD
yang baik dan benar serta
APD mana yang cocok
untuk masing-masing
tugas
A: Masalah Perilaku
kesehatan cenderung
beresiko pada pekerja
teratasi
P: Intervensi dihentikan
118
1. Mengidentifikasi
3. Kamis, 6 Risiko cedera S: Pekerja mengatakan Kelompok
kebutuhan
April akibat mengerti bagaimana cara 3
keselamatan
2023 kelalaian pertolongan pertama pada
2. Menyediakan alat
pekerja luka terbuka dan
bantu lingkungan
(SDKI pencegahannya
(P3K untuk
D.0136)
perawatan luka) O: Pekerja dapat
3. Mengajarkan mendemonstrasikan
kelompok risiko ulang pertolongan
tinggi bahaya pertama pada luka
lingkungan terbuka
P:Intervensi dihentikan
119
BAB VI
PEMBAHASAN
124
Kegiatan implementasi masalah kesehatan jiwa remaja dilaksanakan
pada Kamis, 6 April 2023 pukul 17:00 dihadiri oleh 5 remaja yang pada saat
kegiatan MMRW ditemukannya masalah berupa para remaja malu untuk
bercerita terkait hal-hal yang menurutnya sensitive jika dibicarakan dengan
orang tua, sehingga kami melakukan pertemuan dengan para remaja untuk
berdiskusi terkait masalah yang sedang dialaminya, sehingga para remaja
dapat secara leluasa untuk bercerita tentang masalah yang dikeluhkannya
tanpa ada rasa takut dan malu. Hasil dari implementasi remaja, remaja
mengatakan senang dengan adanya forum diskusi ini maka dari itu sebagian
besar remaja yang menghadiri kegiatan ingin menjadwalkan ulang untuk
bertemu dan sharing mengenai permasalahan lain yang belum mereka
sampaikan dan mencari solusi bareng-bareng.
Evaluasi keperawatan Kamis, 6 April 2023 19:00 masalah kesehatan
jiwa remaja yaitu S: Remaja mengatakan senang dengan adanya forum
diskusi ini maka dari itu sebagian besar remaja yang menghadiri kegiatan
ingin menjadwalkan ulang untuk bertemu dan sharing mengenai
permasalahan lain yang belum mereka sampaikan dan mencari solusi bareng-
bareng serta remaja mengatakan melampiaskan masalah jiwa dengan memberi
obat-obatan tanpa resep dokter, O: antusias remaja yang hadir sangat baik
dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan yang mereka tanyakan , A: masalah
teratasi sebagian dan P: intervensi sharing dan membuat forum diskusi
dilanjutkan.
Kegiatan implementasi masalah lingkungan resiko kebakaran
mengadakan workshop kegawatdaruratan kebakaran dengan tema “Cara
memadamkan Api dan Evakuasi Diri dari Kegawatdaruratan Kebakaran” yang
dilaksanakan pada Minggu, 9 April 2023 pukul 09:00 di kampus Universitas
Bhakti Kencana Bandung karena ditemukannya masalah resiko kebakaran di
lingkungan RW 05 Cisaranten Kidul karena masalah lingkungan yang padat
penduduk dan terdapat banyak para penjual yang berjualan menggunakan
kompor yang ditemukan hampir di setiap gang. Oleh karena itu kami
menyelenggarakan workshop pematerian dan demonstrasi tentang cara
memadamkan api dan evakuasi diri dari kegawatdaruratan kebakaran yang
dilakukan di kampus Universitas Bhakti Kencana Bandung dengan tujuan
warga mampu melakukan pertolongan pertama saat terjadi kebakaran,
125
kebocoran gas dan evakuasi diri. Hasil dari implementasi kegawatdaruratan,
warga mengatakan kegiatan workshop ini sangat menarik dan sangat
membantu warga mengenai cara evakuasi diri dari kebakaran.
Evaluasi keperawatan permasalahan lingkungan resiko kebakaran pada
Minggu, 9 April 2023 12:00 yaitu S: Warga mengatakan kegiatan workshop
ini sangat menarik dan sangat membantu warga mengenai cara evakuasi diri
dari kebakaran, O: Warga antusias datang ke tempat pelaksanaan workshop
dan mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan serta warga mencoba
bagaimana cara memadamkan api dan cara evakuasi diri saat terjadi
kebakaran, A: masalah teratasi dan P: intervensi dihentikan.
127
disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis
pekerjanya.
Berdasarkan hasil observasi dan pengkajian di bima karya teknik ada beberapa
pekerja yang tidak menggunakan APD dan tidak tau pertolongan pertama pada
perawatan luka terbuka. Dari hasil pengkajian merumuskan masalah yang ada di
Unit Kesehatan Kerja untuk melakukan tindakan yang akan dilakukan pada
pekerja dan pemilik bengkel. Tindakan yang akan dilakukan yaitu melakukan
penyuluhan kesehatan tentang pertolongan pertama pada perawatan luka terbuka
dan penggunaan APD saat bekerja.
Hasil Unit Kesehatan Kerja para pekerja dapat memahami materi yang
disampaikan dan dapat mendemonstrasikan ulang yang dicontohkan serta mampu
menjawab cara menggunakan APD yang baik dan benar sebagai bahan evaluasi.
Solusi yang disarankan membuat suatu program penyuluhan kegawatdaruratan
pertolongan pertama pada luka terbuka dan mengenai langkah-langkah APD.
128
BAB VII
PENUTUP
7.1 Simpulan
Perawatan kesehatan menurut Ruth B. Freeman (2015) adalah sebagai suatu
lapangan khusus di bidang kesehatan, keterampilan hubungan antar manusia dan
keterampilan reorganisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi kepada
keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada tenaga sosial demi untuk
memelihara kesehatan masyarakat. Oleh karenanya perawatan kesehatan
masyarakat ditujukan kepada individu-individu, keluarga, kelompok-kelompok
yang mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan penduduk, peningkatan
kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi dan
pelayanan keperawatan berkelanjutan dipergunakan dalam pendekatan yang
menyeluruh terhadap keluarga, kelompok dan masyarakat. Dalam pelaksanaan
keperawatan komunitas di RW 05 cisaranten kidul tidak meninggalkan konsep
proses keperawatan yaitu pengkajian, perencanaan, intervensi dan evaluasi
kegiatan yang terstruktur.
Dari hasil pengkajian komunitas Di RW 5 Cisaranten Kidul, kami dapatkan
beberapa masalah yang berkaitan dengan kesehatan, seperti kurang pengetahuan
tentang Hipertensi, penanganan batuk pilek pada bayi dan anak, kejang pada bayi,
kesehatan mental pada remaja, dan penanganan apabila terjadi kebakaran dengan
padatnya penduduk di area RW 5 cisaranten kidul. Serta kurangnya pengetahuan
dan kesadaran masyarakat dalam memelihara kesehatan.
7.2 Saran
1. Bagi puskesmas
Lebih memperhatikan keadaan kesehatan mental remaja khususnya di RW 05
Cisaranten kidul dalam pengetahuan jiwa yang kurang serta efek dari
pelampiasan stress remaja yang mengancam ke kesehatan remaja itu sendiri.
2. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya hasil pengkajian yang dilakukan di RW 05 serta di UKS
SMPN 66 Bandung dan UKK di Bengkel Bima Karya Teknik diharapkan
dapat menjadi modal dan informasi awal bagi mahasiswa lainnya yang akan
melakukan praktek lapangan di daerah tersebut, kemudian diharapkan
mahasiswa lebih caring terhadap lingkungan sekitar.
129
3. Bagi Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
Diharapkan dengan adanya pengkajian serta implementasi yang dilakukan
menjadi tambahan informasi bagi sekolah untuk membangun UKS yang sesuai
dengan standar yang telah ditentukan dan dengan adanya implementasi yang
dilakukan dapat menjadi bekal awal untuk terbentuknya UKS di SMPN 66
Bandung
4. Bagi Unit Kesehatan Kerja (UKK)
Diharapkan dengan adanya penyuluhan yang dilakukan di Bengkel Bima
Karya Teknik para pegawai dapat melakukan pertolongan pertama saat terjadi
luka dan dapat lebih disiplin mengenai penggunaan APD yang baik.
5. Bagi Warga
Lebih memperhatikan keadaan lingkungan rumah, kebersihan jalanan, dan
lebih peduli dengan kesehatan individu maupun tetangga di sekitaran RW 5
Cisaranten kidul.
130
DAFTAR PUSTAKA
Fenta, S. L., Workicho, A., & Asefa, F. (2021). Prevalence and associated factors of
treatment failure among children on ART in Ethiopia: A systematic review and
meta-analysis. BMC Public Health, 21(1), 175.
Hamzah, R. (2023). Edukasi Pijat Batuk Pilek Pada Balita Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Ibu di Desa Ratatotok Tengah. Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat Nusantara (JPkMN). Vol.3 No.2.2 Februari 2023 2146-2152
Murti, B. (2021). Health Education and Management of Cold and Cough in Children:
A Systematic Review. Indian Journal of Public Health Research &
Development, 12(9), 2037-2042.
Olalubi OA, Ogunbosi BO, Elikwu CJ, Aiyedun TA, Fadero FF, Olowu AO.
Prevalence and factors associated with fever among under-five children
attending the General Outpatients Clinic of a tertiary hospital in Lagos,
Nigeria. Afr Health Sci. 2017 Sep;17(3):698-706. doi: 10.4314/ahs.v17i3.8.
PMID: 29296125; PMCID: PMC5746225.
Shibeeb, N. F., Abdul, Y., & Altufaily, S. (2019). Parental Knowledge and Practice
Regarding Febrile Seizure in Their Children. Medical Journal of Babylon,
16(1), 58–64. https://doi.org/10.4103/MJBL.MJBL
Zhang, Q., Li, S., Li, S., Liu, Y., Li, X., Chen, Y., & Wang, X. (2019). Risk factors
for recurrent febrile seizures: a systematic review and meta-analysis. Seizure:
European Journal of Epilepsy, 73, 59-65.
Prevalence of Mental Ilness by Disorder. http://www.nimh.nih.gov/statistics/.
diperoleh tanggal 15 Maret 2013
Hidayati, N. O., Widianti, E., Sriati, A., Sutini, T., Rafiyah, I., Hernawaty, T., &
Suryani, S. (2018).Pelatihan Perencanaan Diri Terhadap Orientasi Masa Depan
Remaja di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Media Karya
Kesehatan,
Putro, K. Z. (2017). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja.
APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Vol. 17, No. 1, 1-8
Depkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia. NIMH. (2000).
131
Lampiran 1 : Hasil pengkajian
Data Demografi
0.00
GIZI
Kesakitan
Kematian
KIA /KB
Kesehatan Remaja
Kesehatan Dewasa
Kesehatan Lansia
Perumahan
Pembuangan
Sumber Air
Tempat Penampungan Air
Pembuangan Sampah dan Limbah
Kandang Ternak
Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Sosial Ekonomi
Lampiran 2 Dokumentasi Pengkajian
nn
Lampiran 4 Dokumentasi kegiatan pra MMRW
(Doc. Kelompok 3)
Lampiran 6: Dokumentasi kegiatan MMRW
Lampiran 7: POA keperawatan komunitas
PLANNING OF ACTION (POA) ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Permasalahan Untuk mencegah Penkes dan simulasi Ibu yang memiliki Sabtu, 31 Kantor RW PJ tokoh
batuk dan pilek dan cara pertolongan pertama anak balita di RW Maret 2023 05 masyarakat:
yang memberikan balita yang mengalami 05 Kelurahan
mendominasi pertolongan batuk dan pilek Cisaranten Kidul
balita pertama batuk dan
pilek pada balita
PJ
Mahasiswa:
Via dan Rafly
2. Permasalahan Untuk mencegah Skirining kesehatan jiwa Remaja RW 05 di Sabtu, 31 Kantor RW PJ tokoh
remaja efek negatif akibat dan sharing diskusi Kelurahan Maret 2023 05 masyarakat:
kesehatan jiwa kesehatan jiwa Cisaranten Kidul
PJ
Mahasiswa:
Rezty dan
Yuliana
3. Lambung 1. Untuk Penkes untuk mencegah Dewasa dan Lansia Sabtu, 31 Kantor RW PJ tokoh
(gastritis), mencegah penyakit lambung di Kelurahan Maret 2023 05 masyarakat:
hipertensi dan tingginya (gastritis) dan stimulasi Cisaranten Kidul
asam urat yang angka kejadian membuat herbal
banyak diderita hipertensi dan nonfarmakologis untuk
oleh dewasa asam urat di menanggulangi kejadian
dan lansia RW 05 pada hipertensi dan asam urat
PJ
dewasa dan Mahasiswa:
lansia
Ai M dan
2. Untuk
Aldy
menanggulangi
kejadian
hipertensi dan
asam urat
dengan
nonfarmakologi
di RW 05 pada
dewasa dan
lansia
4. Resiko Untuk mencegah Pematerian Pencegahan Perwakilan warga Minggu, 1 Universitas PJ tokoh
kebakaran kejadian kebakaran Kebakaran dan Simulasi RW 05 di April 2023 Bhakti masyarakat:
di RW 05 Cara memadamkan api Kelurahan atau Senin, 2 Kencana
Cisaranten Kidul dengan alat dan tanpa alat Cisaranten Kidul April 2023
PJ
Mahasiswa:
Sumirat,
Rhona dan
Adinda
Lampiran 9: Dokumentasi implementasi komunitas masalah pada balita dewasa
dan lansia
Lampiran 10: SAP pertolongan pertama batuk pilek demam pada balita
BAB I
PENDAHULUAN SATUAN ACARA PENYULUHAN
Waktu : 52 menit
Tempat : Post RW 05
A. Latar belakang
Batuk pilek, demam, dan kejang demam adalah masalah kesehatan yang
sering terjadi pada balita dan menjadi salah satu penyebab utama kematian
pada anak-anak di dunia. Di Indonesia, kasus-kasus ini juga masih sering
terjadi, termasuk di kota Bandung, Jawa Barat. Kasus ini dapat menimbulkan
kecemasan dan ketakutan pada orang tua, sehingga perlu adanya pendidikan
kesehatan mengenai penanganan kasus ini di rumah.
Dalam penanganan kasus batuk pilek, demam, dan kejang demam pada
balita, selain pengobatan medis yang sesuai, ada beberapa alternatif pengobatan
yang dapat dilakukan di rumah, seperti commoncold massage, terapi uap, tepid
sponge untuk demam, dan penanganan kejang demam. Penggunaan alternatif
pengobatan ini dapat membantu mengurangi gejala dan mencegah terjadinya
komplikasi pada balita.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 40 menit, diharapkan warga RW
05 Cisaranten Kidul dapat:
C. Kepanitiaan
Ai Maesyaroh
Aldy Wahyu
Sumirat Fitriandini
Yuliana Nurannisa
D. Setting tempat
E. Materi penyuluhan
F. Kegiatan
a. Petugas kegiatan dan masing-masing tugasnya
2. Kerja 30 ● Memperhatikan
menit Isi:
● Bertanya
● Menjelaskan Materi
● Mendemonstrasikan
penanganan batuk pilek
pada balita
● Mendemonstrasikan
penanganan demam
dengan tapid sponge pada
balita
● Mendemonstrasikan
penanganan kejang pada
balita
● Bertanya
● Menjawab pertanyaan
● Melakukan Post test
● Demonstrasi ulang
3. Penutup 7 menit
Penutup :
1. Pembagian doorprize
dan foto bersama
2. Mengucapkan terima
kasih atas peran serta
peserta
3. Pemberian Leaflet
4. Mengucapkan salam
penutup
G. Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah dengan menggunakan
leaflet, power poin dan demonstrasi
H. Evaluasi
Prosedur : post test
Bentuk dan jenis pertanyaan : pertanyaan lisan dan demonstrasi
Butir pertanyaan :
b) Pengertian demam
Kejang demam ialah satu dari jenis gangguan kejang yang paling
umum di anak kurang dari lima tahun. Kejang demam ialah jenis kejang
yang sangat tak jarang berlangsung terhadap bayi dan anakdikarenakan
suhu tubuh tinggi. Merupakan salah satu penyebab terbesar orang tua
mengantar anaknya ke layanan gawat darurat.
Pengelompokkan kejang demam berdasarkan parameter National
Collaborative Perinatal Project ialah kejang demam simpleks serta kejang
demam kompleks. Kejang demam simpleksialah kejang demam yang
durasi kejangnya 15 menit ke bawah, general dan tidak berlangsung
berlarut-larut serta tidak berkali-kali pada satu episode demam. Kejang
demam kompleks ialah kejang demam yang durasi kejangnya 15 menit
lebih yakni berkarakter multipel maupun fokal. Kejang demam berulang
tampak lebih satu episode demam (Shibeeb et al., 2019).
e) Kebiasaan makan dan pola tidur yang buruk: Pola makan yang buruk
dan kurangnya istirahat dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh
dan meningkatkan risiko anak mengalami demam (Olalubi et al.,
2017).
Studi meta-analisis oleh Qiang Zhang et al. pada jurnal Seizure: European
Journal of Epilepsy yang berjudul "Risk factors for recurrent febrile
seizures: a systematic review and meta-analysis" melakukan peninjauan
sistematis terhadap faktor-faktor risiko kejang demam berulang pada
balita. Beberapa faktor risiko yang diidentifikasi dalam studi tersebut
antara lain:
b) Usia: Anak-anak yang lebih muda pada saat pertama kali mengalami
kejang demam memiliki risiko yang lebih tinggi untuk kejang
demam berulang.
c) Jenis kelamin: Anak laki-laki memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
mengalami kejang demam.
Sebelum melakukan pijat common cold pada balita, pastikan tangan dan kuku
dalam keadaan bersih dan terpotong rapi. Berikut langkah-langkahnya:
1. Posisikan balita dalam posisi nyaman, miring ke satu sisi atau posisi
setengah duduk.
2. Gunakan minyak pijat yang cocok untuk kulit bayi atau balita, seperti
minyak kelapa, ecalyptus atau minyak almond, untuk membantu
meredakan gejala batuk pilek.
4. Fokus pada bagian dada dan punggung, karena area ini terkait dengan
saluran pernapasan.
5. Fokus pada bagian dada dan punggung, karena area ini terkait dengan
saluran pernapasan.
6. Lakukan pijatan selama 10-15 menit, 2-3 kali sehari untuk membantu
meredakan gejala batuk pilek.
7. Selain itu, dapat juga dilakukan pijatan pada bagian kepala, telinga, dan
hidung untuk membantu mengurangi gejala pilek.
6. Biarkan anak duduk dekat ember dan menghirup uap yang keluar
dari air hangat. Caranya, minta anak untuk menghirup uap selama
sekitar 10-15 menit. Pastikan jarak antara anak dan ember tidak
terlalu dekat agar tidak terkena panas.Gunakan handuk untuk
menutup kepala
7. Setelah 10-15 menit, ambil handuk dan basahi dengan air hangat.
Kemudian, letakkan handuk tersebut di atas kepala anak. Hal ini
bertujuan untuk membuat uap tetap berada di sekitar anak sehingga
dapat membantu meredakan batuk pilek.
Penjelasan: Cara ini dapat membantu meredakan batuk pilek pada anak
dengan cara menghirup uap air hangat. Uap air hangat dapat membantu
melembapkan saluran pernapasan dan mengurangi gejala batuk pilek pada
anak. Menutup kepala dengan handuk juga dapat membuat uap tetap berada
di sekitar anak sehingga lebih efektif membantu meredakan batuk pilek.
Namun, pastikan untuk selalu menjaga keamanan dan kehati-hatian saat
melakukan cara ini.
Berikut ini adalah langkah-langkah dan alat yang harus dipersiapkan untuk
melakukan tepid water sponge pada balita di rumah:
1. Ember kecil
2. Air dingin dan hangat
3. Washlap atau handuk kecil yang lembut
4. Termometer untuk mengukur suhu tubuh
Langkah-langkah:
2. Ukur suhu tubuh balita dengan termometer. Jika suhu tubuh di atas 38
derajat Celsius, maka tindakan tepid water sponge dapat dilakukan
untuk menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
3. Campurkan air dingin dan hangat di dalam ember kecil hingga suhu air
menjadi sekitar 30 derajat Celsius. Pastikan suhu air tidak terlalu dingin
atau terlalu panas, karena dapat menyebabkan kedinginan atau
kepanasan pada balita.
4. Basahi washlap atau handuk kecil dengan air yang sudah dicampurkan,
kemudian peras hingga tidak terlalu basah.
5. Lap seluruh tubuh balita dengan washlap atau handuk kecil yang sudah
dibasahi. Mulai dari kepala hingga ujung kaki. Fokuskan pada daerah
leher, ketiak, perut, dan selangkangan karena daerah-daerah tersebut
cenderung lebih hangat.
6. Ulangi tindakan ini selama 15-20 menit, atau hingga suhu tubuh balita
menurun ke suhu normal. Pastikan untuk selalu memeriksa suhu tubuh
balita setelah melakukan tindakan.
Catatan:
1. Tindakan tepid water sponge dapat dilakukan setiap 4-6 jam sekali jika
suhu tubuh balita masih tinggi
1. Tetap tenang dan amankan area sekitar: Pastikan area sekitar balita
aman dan jauhkan benda-benda keras yang dapat membahayakan balita
selama kejang. Berikan ruang yang cukup agar balita tidak terluka.
Begitu juga saat balita mengalami kejang, pakaian perlu dilepas atau
dilonggarkan untuk menghindari terjadinya cedera pada tubuh atau
membatasi gerakan selama kejang.
3. Posisi lidah: Pada kejang, otot-otot tubuh menjadi kaku dan lidah bisa
saja terjepit dan menghambat pernapasan. Alasannya, letakkan balita
dalam posisi miring agar lidah tidak menghalangi saluran napas.
5. Hubungi tenaga medis: Jika kejang berlangsung lebih dari 5 menit atau
balita tidak sadarkan diri setelah kejang berakhir, segera hubungi tenaga
medis.
6. Pantau waktu dan durasi kejang: Catat waktu dan durasi kejang untuk
memberikan informasi yang akurat kepada tenaga medis.
Lampiran 11: SAP penanganan hipertensi dengan rebusan daun salam dan
rendam kaki dengan air garam hangat
Waktu : 60 Menit
A. Latar belakang
Selain terapi farmakologi ada terapi non farmakologi atau yang lebih
dikenal dengan pengobatan tradisional (herbal) seperti rebusan daun
alpukat yang dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi
namun, akhir-akhir ini terdapat penelitian terbaru mengenai rebusan daun
salam (syzygiumpolyanthum) sebagai salah satu tanaman yang dapat
digunakan sebagai obat untuk berbagai macam penyakit salah satunya
adalah penyakit hipertensi.
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
D. Setting tempat
E. Materi penyuluhan
1) Definisi Hipertensi.
2) penyebab Hipertensi.
3) Klasifikasi Hipertensi.
6) Komplikasi Hipertensi.
F. Kegiatan
Tugas Pengorganisasian
· Menyiapkan waktu
· Kontrak waktu
· Apersepsi
c. Kegiatan inti
· Memberi salam
No Kegiatan Waktu & Kegiatan Peserta
Durasi
1. Pembukaan 13.00- ● Menjawab salam
13.05 Pembukaan :
● Mendengarkan
(5Menit) ● Memperhatikan
● Membuka kegiatan
dengan mengucapkan
salam.
● Memperkenalkan diri
● Kontrak waktu
● Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
● Apersepsi masalah
yang diangkat pada
penyuluhan
● Menyebutkan materi
yang akan diberikan
2. Kerja ● Memperhatikan
(13.05- Isi: Menjelaskan Materi:
● Bertanya
13.45)
Definisi Hipertensi.
40
penyebab Hipertensi.
Menit
Klasifikasi Hipertensi.
Pemeriksaan
Penunjang Hipertensi.
Komplikasi
Hipertensi.
Cara Mengobati
Hipertensi.
Demonstrasi
Pembuatan Air
Rebusan Daun Salam
dan Rendam Kaki Air
Hangat dengan
Campuran Garam
Bertanya
Menjawab pertanyaan
3. Penutup
(14.45- Penutup: Memperhatikan
14.50) 1. Pembagian doorprize
dan foto bersama Menerima
5 Menit doorprize
2. Mengucapkan terima
kasih atas partisipasi
peserta Menerima
3. Pemberian Leaflet leaflet
4. Mengucapkan salam
penutup Menjawab
salam
G. Media
1) Leaflet
2) Power Point
H. Evaluasi
2) Bentuk : Pertanyaan
b. Lemas, Kelelahan.
c. Sesak Nafas.
d. Gelisah.
e. Mual.
f. Muntah.
g. Kesadaran menurun.
Dengan cara terapi rendam kaki adalah terapi yang membuat untuk
meningkatkan sirkulasi darah dengan cara memperlebar pembuluh
darah, sehingga dapat banyak oksigen ke jaringan yang
mengakibatkan pembengkakan serta dengan rebusan daun salam
yang banyak memiliki manfaat sebagai obat herbal dimana daun
salam ini mampu mengatasi berbagai macam penyakit salah
satunya yaitu penyakit hipertensi dimana kandungan minyak asiri
(sitrat, euganol), tamin dan flavoida dalam daun salam ini
mempunyai fungsi untuk menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
3) Kriteria Evaluasi:
1) Evaluasi Struktur
(1) Masyarakat berada di tempat pertemuan sesuai kontrak
waktu yang telah disepakati.
2) Evaluasi Proses
3) Evaluasi Hasil
a. Definisi hipertensi
b. Penyebab hipertensi
c. Gangguan Endokrin.
d. Coarctation Aorta.
e. Neurogenik.
f. Kehamilan.
g. Luka Bakar.
i. Merokok.
c. Klasifikasi hipertensi
b. Hipertensi Sekunder
b) Nyeri kepala oksipital pada saat bangun tidur di pagi hari karena
peningkatan tekanan intrakranial disertai mual dan muntah.
d) Lemas, Kelelahan.
e) Sesak Nafas.
f) Gelisah .
g) Mual.
h) Muntah.
i) Epistaksis.
j) Kesadaran menurun.
a. Pemeriksaan laboratorium
f. Ct Scan
g. EKG
h. IUP
i. Photo dada
f. Komplikasi hipertensi
a. Stroke
c. Kerusakan Ginjal
a. Penatalaksaan Farmakologi :
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
b. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
2) Menghindari Merokok
Manfaat Pengobatan:
1. Asam Urat
2. Diare
3. Kolesterol
4. Diabetes Mellitus
5. Hipertensi
6. Gastritis
b) Gelas
d) Panci
e) Kompor
2. Prosedur pembuatan
3. Kain/handuk
4. Garam
5. Sphygmomanometer
6. Stetoschope
Fase Orientasi
2. Memperkenalkan diri
Fase Kerja
Fase Terminasi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan
Komunitas yang diampu oleh:
Disusun oleh:
Kelompok 3
FAKULTAS KEPERAWATAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pendidikan kesehatan
2. Pelayanan kesehatan
3. Pembinaan lingkungan sekolah sehat
4. Manajemen UKS
BAB III
PEMBINA
(Kepala Sekolah)
KETUA
WAKIL KETUA
SEKRETARIS
BENDAHARA
PELAKSANA
a. Unsur Komite Sekolah/Orang Tua;
b. Unsur Petugas UKS/M dan
Puskesmas;
c. Unsur Peserta Didik;
d. Unsur OSIS, Kader UKS, PKK
Desa dan semua guru;
e. Unsur yang di anggap perlu sesuai
kebutuhan
2.1 Tugas struktur Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
1. Pembina UKS
2. Ketua
- Menetapkan bentuk laporan dan bertanggung jawab untuk pengadaan bahan laporan.
3. Wakil Ketua
- Membantu setiap kegiatan Ketua UKS dalam melaksanakan program kerja UKS.
- Memberikan masukan saran kepada Ketua dalam melaksanakan program kerja UKS.
5. Bendahara
6. Anggota
- Memberi masukan dalam setiap rapat yang berkaitan dengan pelaksanaan UKS.
Keterangan:
Meja Diskusi
Pintu
Tirai
======
BAB IV
PEMBIAYAAN
Program kerja ini merupakan acuan kegiatan yang akan dilakukan oleh Tim
Pelaksana Unit Kesehatan Sekolah (UKS) SMPN 66 Bandung, namun pada
pelaksanaannya tentu akan mengalami penyesuaian, ini tidak lepas dari
keterbatasan kita sebagai manusia mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
Banyak hal yang ingin kami benahi dalam rangka penyelenggaraan Unit
Kesehatan Sekolah (UKS), sampai saat ini kami masih terus berupaya untuk
membenahi diri baik dari segi pembuatan program kerja maupun dalam
pelaksanaan program kerja Unit Kesehatan Sekolah (UKS) ini.
Saran yang membangun dan dukungan dari berbagi pihak kami harapkan
untuk peningkatan derajat kesehatan peserta didik kita yang merupakan aset
bangsa harapan kita semua.
Atas partisipasi semua pihak kami ucapkan terima kasih.
Lampiran 23: SOP pertolongan pertama pingsan dan evakuasi
Lampiran 24: SOP pertolongan pertama dismenore
Alat 1. Buli-buli
3. Corong air
2. Mencuci tangan
Tahap Orientasi
Tahap Kerja
1. Menjaga privacy
Tahap Terminasi
2. Membereskan alat
3. Mencuci tangan
11 Posisi awal: tidur terlentang dengan posisi kaki Saat melakukan gerakan ini
ditekuk. Dengan posisi kaki yang tertekuk, (buttock/hip stretch)
angkat kedua kaki lalu pertahankan posisi menggerakan banyak otot
tersebut. Tahan selama hitungan 2x10 detik bersamaan seperi otot paha,
kemudian kembali ke posisi awal. Lakukan otot perut dan bahkan otot
sebanyak 3 kali punggung. Oleh karena itu,
rasa sakit saat haid kalian
akan sedikit mereda karena
otot menjadi lebih fleksibel
TANGGAL
TGL. DISAHKAN ................................. -
REVISI
(Doc. Kelompok 3)
(Doc. Kelompok 3)
Lampiran 30: SAP Kegiatan UKK
BAB I
PENDAHULUAN PENYUSUNAN SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Latar belakang
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah yang disertai
penimbunan dalam jaringan atau ruang tubuh. Perdarahan (Hemorage)
adalah keluarnya darah dari pembuluh darah, biasanya akibat cedera.
Perdarahan mungkin internal atau eksternal. Perdarahan internal adalah
perdarahan yang terjadi pada luka tertutup sehingga sulit untuk
diidentifikasi sedangkan perdarahan eksternal adalah perdarahan yang
berasal dari luka yang terbuka sehingga dapat terlihat. Dalam keadaan
normal senantiasa berada didalam pembuluh darah dan berbentuk cair.
Keadaan ini dapat diperoleh bila terdapat keseimbangan antara aktivitas
koagulasi dengan aktivitas fibrinolysis pada system homeostasis yang
melibatkan endotel pembuluh darah, trombosit, protein pembekuan, protein
antikoagulan, dan enzim fibrinolysis. Terjadinya efek pada salah satu atau
beberapa komponen ini akan menyebabkan terjadinya gangguan
keseimbangan homeostasis dan menimbulkan komplikasi perdarahan atau
thrombosis. Pembuluh darah yang normal dilapisi oleh sel endotel. Dalam
keadaan yang utuh sel endotel bersifat antikoagulan dengan menghasilkan
imhibitor trombosit (nitrogen oksida, prostasiklin, ADPase), inhibitor
bekuan darah/lisis (heparin, tissue, plasminogen activator, urokinase
plasminogen activator, trombomodulin, inhibitor jalur factor jaringan). Sel
endotel ini dapat terkelupas oleh berbagai rangsangan seperti asidosis,
hipoksia, endotoksin, oksidan, sitokin dan shear stress. Endotel pembuluh
darah yang tidak utuh akan menyebabkan vasokonstriksi lokal,
menghasilkan faktor koagulasi (tromboplastin, faktor von Willebrand,
aktivator dan inhibitor protein C, inhibitor aktivator plasminogen tipe 1),
terbukanya jaringan ikat subendotel (serat kolagen, serat elastin dan
membran basalis) yang menyebabkan aktivasidan adhesi trombosit serta
mengaktifkan faktor XI dan XII.
Trombosit dalam proses hemostasis berperan sebagai penambal kebocoran
dalam sistem sirkulasi dengan membentuk sumbat trombosit pada daerah
yang mengalami kerusakan. Agar dapat membentuk suatu sumbat trombosit
maka trombosit harus mengalami beberapa tahap reaksi yaitu aktivasi
trombosit, adhesi trombosit pada daerah yang mengalami kerusakan,
aggregasi trombosit dan reaksi degranulasi. Trombosit akan teraktivasi jika
terpapar dengan berbagai protein prokoagulan yang dihasilkan oleh sel
endotel yang rusak. Adhesi trombosit pada jaringan ikat subendotel terjadi
melalui interaksi antara reseptor glikoprotein membran trombosit dengan
protein subendotel terutama faktor von Willebrand sedangkan aggregasi
trombosit terjadi melalui interaksi antar reseptor trombosit dengan
fibrinogen sebagai mediator.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, pekerja bengkel bubut
Bima Karya Tekhnik mampu memahami tentang bagaimana cara
penanganan luka.
2. Tujuan Khusus
Setelah dieberikan penyuluhan selama 15 menit, diharapkan pekerja
bengkel bubut Bima Karya Tekhnik dapat:
a. Mengetahui bagaimana penanganan luka terbuka
b. Mendemonstrasukan kembali penanganan luka terbuka
C. Kepanitiaan
1. Ketua Pelaksana : Via Yulianengsih
Ai Maesyahroh
Aldy Wahyu
Mochammad Rafly R
Alriadhy
Sumirat Fitriandini
Yuliana Nurannisa
D. Setting tempat
Keterangan:
: Penyaji
: Fasilitator
: Notulen
: Observer
E. Materi
1. Definisi Perdarahan
2. Penyebab Perdarahan
3. Jenis-jenis Perdarahan
4. Penanganan Perdarahan
5. Penatalaksanaan Gawatdarurat
F. Kegiatan
1. Petugas-petugas acara
Penyaji: Aldy Wahyu
Moderator: Rezty Zalza Putry
Notulen: Sumirat Fitriandini
Observer: Adinda Dewi
Fasilitator:
- Ai Maesyaroh
- Via Yulianengsih
- Yuliana Nurannisa
- Siti Rhona Maryam
- M Rafly Rachmatullah
2. Pengorganisasian
Penyaji : Menyajikan materi
Moderator : Memimpin jalannya diskusi
Notulen : Mencatat hasil diskusi
Observer : Mengobservasi jalannya penyuluhan tentang
ketepatan waktu, ketepatan masing-masing peran.
Fasilitator : Mendampingi peserta penyuluhan
3. Metode
a. Metode: Ceramah, demonstrasi, diskusi dan tanya jawab
b. Langkah-langkah
1) Pra kegiatan pembelajaran
- Menyiapkan ruangan dan media
2) Kegaitan membuka pembelajaran
- Memberi salam dan perkenalan
- Kontrak waktu
- Mengungkapkan maksud dan tujuan
- Menjelasakan pokok bahasan
- Apersepsi
3) Kegiatan inti
- Penyuluh memberikan ceramah sesuai dengan
materi penyuluhan
- Sasaran menyimak penyuluhan
- Memberikan kesempatan kepada sasaran untuk
bertanya
- Sasaran bertanya dan mengemukakan hal-hal yang
belum dipahami
- Sasaran menyimak penjelasan dari penyuluh tentang
hal-hal yang belum dipahami
1 3’ - Menjawab
Pembukaan 09.00 salam
–
1. Membuka kegiatan 09.05 - Mendengarkan
dengan
mengucapkan salam. - Memperhatikan
2. Memperkenalkan
diri
3. Kontrak waktu
4. Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
5. Melakukan pre-test
pada peserta
6. Menyebutkan materi
yang akan diberikan
2 10’ - Memperhatikan
Isi 09.05-
09.15
1. Menjelaskan materi
2. Mendemonstrasikan
penanganan luka
3 2’ - Memperhatikan
Penutup 09.15-
09.20 - Menerima
1. Pemberian dorprize dorprize
dan foto bersama
- Menjawab
2. Mengucapkan salam
terimakasih atas
peran serta peserta
3. Mengucapkan salam
penutup
G. Media
Media yang digunakan untuk penyuluhan adalah poster
H. Evaluasi
1. Prosedur : Posttest
2. Bentuk : Lisan dan demonstrasi
3. Jenis : Pertanyaan dan demonstrasi
Butir pertanyaan:
1. Jelaskan cara dan demonstrasikan penanganan pada perdarahan
BAB II
TINJAUAN MATERI
2.1 Definisi perdarahan
Pendarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena
pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh
benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat.
2.2 Penyebab perdarahan
Penyebab perdarahan ini dibagi menjadi dua, sistemik dan local.
Perdarahan Sistemik yang menyebabkan pembuluh darah menjadi
rapuh/penyakit yang mengganggu system penjendelaan darah (hemophilia,
defisiensi vitamin C, dan hifofibrinogenemia), perdarahan karena faktor
lokal berpengaruh pada tubuh akan berupaya untuk mengatasinya dengan
kontraksi dan retraksi pada yang robek, perdarahan otak pada gangguan
mekanik, dan hematoma subdural pada peningkatan tekanan.
2.3 Jenis-jenis perdarahan
a. Perdarahan Luar (Terbuka)
Kerusakan dinding pembuluh darah yang disertai kerusakan kulit
sehingga darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka
tersebut dikenal dengan nama Perdarahan Luar (terbuka).
Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan, perdarahan
luar ini dibagi menjadi tiga bagian:
1) Perdarahan nadi (arteri), ditandai dengan darah yang
keluar menyembur sesuai dengan denyutan nadi dan berwarna
merah terang karena kaya dengan oksigen. Perdarahan ini sulit
untuk dihentikan, sehingga harus terus dilakukan pemantauan
dan pengendalian perdarahan hingga diperoleh bantuan medis.
2) Perdarahan Balik (Vena), darah yang keluar berwarna
merah gelap, walaupun terlihat luas dan banyak namun
umumnya perdarahan vena ini mudah dikendalikan. Namun
perdarahan vena ini juga berbahaya bila terjadi pada perdarahan
vena yang besar masuk kotoran atau udara yang tersedot ke
dalam pembuluh darah melalui luka yang terbuka.
3) Perdarahan Rambut (Kapiler), berasal dari pembuluh
kapiler, darah yang keluar merembes perlahan. Ini karena
pembuluh kapiler adalah pembuluh darah terkecil dan hampir
tidak memiliki tekanan. Jika terjadi perdarahan, biasanya akan
membeku sendiri. Darah yang keluar biasanya berwarna merah
terang seperti darah arteri atau bisa juga gelap seperti darah
vena.
b. Perdarahan Dalam (Tertutup)
Perdarahan dalam umumnya disebabkan oleh benturan tubuh korban
dengan benda tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan kendaraan
bermotor, ledakan, dan lain sebagainya. Perdarahan dalam ini juga
bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang dapat menyebabkan
kematian. Untuk kasus yang menyebabkan kematian adalah karena:
1) Rusaknya alat dalam tubuh dan pembuluh darah besar
yang bisa menyebabkan hilangnya banyak darah dalam waktu
singkat.
2) Cedera pada alat gerak, contohnya pada tulang paha
dapat merusak jaringan dan pembuluh darah sehingga darah
yang keluar dapat menimbulkan syok.
3) Kehilangan darah yang tidak terlihat (tersembunyi)
sehingga penderita meninggal tanpa mengalami luka luar
yang parah.
4) Mengingat perdarahan dalam berbahaya dan tidak
terlihat (tersamar), maka penolong harus melakukan penilaian
dengan pemeriksaan fisik lengkap termasuk wawancara dan
analisa mekanisme kejadiannya.
e. Torniket
Pemasanagan torniket pada ekstremitas hanya sebagai upaya terakhir
ketika perdarahan tidak dapat dikontrol dengan metode lain.
1) Torniket dipasang tepat proksimal dengan luka ;
torniket cukup kencang untuk mengontrol aliran darah arteri.
2) Berikan tanda pada kulit pasien dengan pulpen atau
plester dengan tanda T, menyatakan lokasi dan waktu
pemasangan torniket.
3) Longgarkan torniket sesuai petunjuk untuk mencegah
kerusakan vascular atau neurologik. Bila sudah tidak ada
perdarahan arteri, lepasakan torniket dan coba lagi balut
dengan tekanan.
4) Pada kejadian amputasi traumatic, jangan lepaskan
torniket sampai pasien masuk ruang operasi.
- Tinggikan atau elevasikan bagian yang luka
untuk memperlambat mengalirnya darah.
- Baringkan korban untuk mengurangi derasnya
darah keluar.
- Berikan cairan pengganti sesuai saran, meliputi
cairan elektrolit isotonic, plasma atau protein plasma,
atau terapi komponen darah (bergantung perkiraan tipe
dan volume cairan yang hilang).
- Darah segar diberikan bila ada kehilangan darah
massif.
- Tamabahan trombosit dan factor pembekuan
darah diberikan ketika jumlah darah yang besar
diperlukan karena darah penggantian kekurangan factor
pembekuan.
- Lakukan pemeriksaan darah arteri untuk
menentukan gas darah dan memantau tekanan
hemodinamik.
- Awasi tanda – tanda shock atau gagal jantung
karena hipovolemia dan anoksia.
Lampiran 31: POA UKK
3. jadwalkan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
4. berikan
kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
5. jelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
6. ajarkan strategi
yang dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku
Edukasi
3. ajarkan kelompok
risiko tinggi bahaya
lingkungan
Lampiran 32: Media Kegiatan UKK
Lampiran 33: Dokumentasi kegiatan UKK
Lampiran 34: Hasil Skrining kesehatan
Lampiran 35: Anggaran Biaya seluruh kegiatan