Anda di halaman 1dari 38

TINJAUAN PENERAPAN GARBAGE MANAGEMENT PLAN DI

ATAS KAPAL ABC GUNA MEMINIMALISIR PENCEMARAN


LAUT

KERTAS KERJA WAJIB

Di Ajukan Dalam Rangka Penyelesaian


Program Studi Diploma III Nautika

FAHMI MUHAMMAD RANGKUTI


NPT. 2101012

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


NAUTIKA
POLITEKNIK TRANSPORTASI SUNGAI DANAU DAN
PENYEBERANGAN PALEMBANG
2023

1
TINJAUAN PENERAPAN GARBAGE MANAGEMENT PLAN DI
ATAS KAPAL ABC GUNA MEMINIMALISIR PENCEMARAN
LAUT

KERTAS KERJA WAJIB

Di Ajukan Dalam Rangka Penyelesaian


Program Studi Diploma III Nautika

FAHMI MUHAMMAD RANGKUTI


NPT. 2101012

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


NAUTIKA
POLITEKNIK TRANSPORTASI SUNGAI DANAU DAN
PENYEBERANGAN PALEMBANG
2023

i
TINJAUAN PENERAPAN GARBAGE MANAGEMENT PLAN DI
ATAS KAPAL ABC GUNA MEMINIMALISIR PENCEMARAN
LAUT

Disusun dan Diajukan Oleh:

FAHMI MUHAMMAD RANGKUTI


NPT. 2101012

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian KKW

Pada tanggal Juni 2023

Menyetujui,

Penguji I Penguji II Penguji III

Dr. H. Irwan, S.H., M.Mar.E Capt. Dimas Pratama Yuda, M.H., M.Mar Elfita Agustini, SE., MM
NIP. 196706291998081001 NIP. 198712162022031002 NIP. 197108171992032002

Mengetahui
Ketua Program Studi
Diploma III Studi Nautika

SLAMET PRASETYO SUTRISNO, S.T. Mpd.


NIP. 197604302008121001

ii
PERSETUJUAN SEMINAR
KERTAS KERJA WAJIB

Judul : Tinjauan Penerapan Garbage Management Plan Di Atas


Kapal Abc Guna Meminimalisir Pencemaran Laut
Nama Taruna : Fahmi Muhammad Rangkuti
NPT : 2101012
Program Studi : D-III Nautika

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan

Palembang, Juni 2023

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Paulina M. Latuheru, S.SiT., MM Doharman Lumban Tungkup, S.SiT., MM


NIP. 197806112008122001 NIP. 198002292007121001

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Diploma III Nautika

SLAMET PRASETYO SUTRISNO, S.T. Mpd.


NIP. 197604302008121001

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan


Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kertas Kerja Wajib ini. Penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli
Madya pada program studi Diploma III Studi Nautika Politeknik Transportasi
Sungai Danau dan Penyeberangan Palembang. Penulis menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan Kertas Kerja Wajib ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Bapak H.Irwan, M.Pd.,M.Mar.E. selaku Direktur Politeknik Transportasi


SDP Palembang;
2. Ibu Paulina M. Latuheru, S.SiT., MM Selaku dosen pembimbing I yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan
sehingga Kertas Kerja Wajib ini dapat diselesaikan;
3. Bapak Doharman Lumban Tungkup, S.SiT., MM Selaku dosen
pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingannya sehingga
Kertas Kerja Wajib ini dapat diselesaikan;
4. Direktur Perusahaan Pelayaran
5. Orang tua dan keluarga yang selalu ada untuk mendukung;
6. Seluruh dosen pengajar Poltektrans SDP Palembang dan seluruh pengasuh
taruna Poltektrans SDP Palembang;
7. Rekan-rekan angkatan XXXII dan adik tingkat angkatan XXXIII terima
kasih atas segala bentuk bantuan dan do’anya;
8. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah terlibat dalam
penulisan Kertas Kerja Wajib ini.

iv
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Kertas Kerja Wajib ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk dapat menjadi perbaikan. Semoga Kertas Kerja Wajib ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Palembang, Juni 2023


Penulis,

Fahmi Muhammad Rangkuti


NPT. 2101012

v
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................ i


Halaman Pengesahan ...................................................................................... ii
Halaman Persetujuan Seminar ....................................................................... iii
Kata Pengantar ............................................................................................... iv
Daftar Isi ......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
D. Batasan Masalah ..................................................................................... 3
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ...................... 5
A. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 5
B. Landasan Teori ................................................................................... 5
1. Landasan Hukum
a. Marine Pollution 73/78 Annex V Peraturan Tentang
Pencegahan Polusi Sampah Dari Kapal ................................. 5
b. Sesuai Marpol Annex V & Resolusi Mepc.201 (62)
Yang Mulai Berlaku 1 January 2013 ..................................... 16
c. International Safety Management (ISM) Code ...................... 17
d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2008 Tentang Sampah ............................................................ 18
2. Landasan Teori ............................................................................. 18
a. Defenisi-Defenisi .................................................................... 18
1) International Maritime Organization (IMO) ................... 18
2) Marine Pollution (MARPOL) 73/78 ............................... 18
3) Awak Kapal ..................................................................... 21
4) Management atau manajemen ......................................... 21
5) Garbage atau Sampah ..................................................... 22
b. Garbage Management ............................................................ 24

vi
c. Kerangka Berfikir ................................................................... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 26
A. Desain Penelitian ...................................................................................... 26
1. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................... 26
2. Jenis Penelitian ................................................................................. 26
3. Instrumen Penelitian ........................................................................ 26
B. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 27
C. Teknik Analisis ....................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 30

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dunia maritim yang semakin hari semakin modern terbukti dari
semakin banyaknya kapal-kapal baik kecil maupun besar yang beroperasi di
lautan. Kesemuanya itu dapat berpengaruh bagi kelestarian lingkungan
hidup di laut, dikarenakan adanya pencemaran yang terjadi akibatlimbah
sampah khususnya plastik, dari kapal-kapal tersebut. Kementerian
lingkungan hidup dan kehutanan Republik Indonesia pada 2021 menyatakan
sampah plastik merupakan komponen terbesar dalam pencemaran
lingkungan di laut. Apalagi dihadapkan pada situasi sosial-ekonomi
masyarakat yang melekat dengan ketergantungannya terhadap plastik pada
aktivitas sehari- hari (Sarjono, Habli, & Siregar, 2022).

Dalam suatu unit yang memperkerjakan atau membawahi pekerja


perlu di berlakukan suatu aturan yang agar menjadi tanggung jawab untuk
dapat melakukan pekerjaan dengan maksimal, tempat, waktu, terorganisir,
aman dan dapat menjaga kebersihan lingkungan kerja dan tidak merusak
lingkungan kerja. Kebersihan adalah sebagian dari pada iman, semboyan ini
dapat di jadikan pedoman untuk mewujudkan atau mendapatkan kenyaman
dalam lingkungan tempat bekerja, sehingga dapat bekerja secara optimal.
Dalam hal pelakasanaan garbage management dan management kebersihan
itu sendiri di perlukan andil awak kapal dalam penanganan sampah atau
limbah rumah tangga hasil konsumsi sehari-hari para awak kapal itu sendiri.
Sudah sejak dulu sea transportation merupakan salah satu moda transportasi
yang efisien mengingat jasa transportasi laut lebih ekonomis di bandingkan
transportasi lainnya (Sianipar, 2022).

Pencemaran laut sebagai dampak negatif terhadap kehidupan biota,


sumber daya alam dan kenyamanan ekosistem laut serta kesehatan manusia
yang disebabkan secara langsung atau tidak langsung oleh pembuangan

1
sampah ke dalam laut yang berasal dari kegiatan manusia termasuk kegiatan
di atas kapal, yang mengakibatkan tercemarnya suatu perairan laut,
kontaminasi atau penambahan sesuatu dari luar perairan laut yang
menyebabkan keseimbangan lingkungan terganggu dan membahayakan
kehidupan organisme serta menurunnya nilai guna perairan tersebut (Z,
Alollayuk, & Purnomo, 2020).

Banyaknya pencemaran di laut oleh sampah dari kapal sehingga


IMO (International Maritime Organization), mengeluarkan peraturan-
peraturan yang ditegaskan di dalam MARPOL 73/78 Annex V Tentang
Pencegahan Pencemaran Oleh Sampah yang terdiri dari 9 aturan. Dan juga
di perlukan “Garbage Management Plan” diatas kapal dengan maksud
menyediakan sebuah sistematis jalannya pelaksanaan dan kontrol dari
sampah di atas kapal yang telah diatur dalam MARPOL Annex V, aturan 9
(Z, Alollayuk, & Purnomo, 2020).

Saat health quarantine ke atas kapal melakukan pengecekan,


diantaranya tentang penerapan garbage management. Jika kapal
mendapatkan NC (Non Conformity) maka sebuah hal yang akan merugikan
bagi kapal dan perusahaan ketika harus membayar denda yang dijatuhkan
akibat tidak terlaksananya garbage management pada kapal tersebut (Bayu,
2020).

Banyak awak kapal yang kurang memahami bagaimana cara


pengolahan dari sampah-sampah di atas kapal sehingga mengakibatkan
kekhawatiran sosial mengenai kebersihan antar awak kapal satu dengan
awak kapal lainnya, maka dari itu sangat dibutuhkannya kesadaran pribadi
dan upaya personal dari masing-masing awak kapal untuk berhati-hati
dalam membuang atau mengolah sampah-sampah tersebut (Bayu, 2020).

Selain kejadian itu juga ketika kapal sedang berlayar masih banyak
para awak kapal yang membuang sampah atau limbah sembarangan ke laut
seperti membuang sisa – sisa air pencucian kotoran, seperi air bekas cuci
baju, air bercampur porstex, pembuangan air got, sampah plastik dan sisa –
sisa sampah yang mengandung zat berbahaya tanpa rasa bersalah, dan hal

2
ini sangat bertentangan dengan aturan. Ketika para awak kapal ditanya
kenapa membuang sampah sembarangan mereka hanya menjawab karena
tidak ada orang atau organisasi yang tahu bahwa merekalah yang telah
membuang sampah sembarangan maka dari itu mereka tidak ragu untuk
membuang sampah di laut tanpa diolah terlebih dahulu (Ramadhan, 2021).

Untuk alasan itulah maka penulis tertarik untuk melakukan


penelitian dan mengambil judul “Tinjauan Penerapan Garbage Management
Plan Di Atas Kapal Guna Meminimalisir Pencemaran Laut Oleh Sampah
Sesuai Marpol Annex V 1973/1978”.

B. Rumusan Masalah
- Bagaimana penerapan Garbage Management Plan di atas kapal?

- Apa yang menjadi kendala dalam penerapan Garbage Management


Plan di atas kapal?

C. Tujuan Penelitian
- Mengetahui penerapan Garbage Management Plan di atas kapal.

- Mengetahui kendala dalam penerapan Garbage Management Plan di


atas kapal.

D. Batasan Masalah
Agar masalah ini tidak meluas dari pokok permasalahan yang
sebenarnya maka peneliti mengambil batasan masalah yaitu lokasi
penelitian di atas kapal abc dengan jangka waktu dua belas bulan, dan
objek yang diteliti yaitu penanganan sampah di atas kapal sesuai dengan
MARPOL Annex V.

E. Manfaat Penelitian

Dengan memperhatikan beberapa aspek dari diadakannya penelitian


dan penulisan kkw ini, penulis berharap akan beberapa manfaat yang dapat
dicapai antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sekaligus sebagai saran pengembangan

3
sebelumnya dan dikaitkan dengan permasalahan yang ada khususnya
dalam penerapan MARPOL Annex V tentang Sampah.
b. Menambah pengetahuan bagi penulis maupun pembaca tentang
tinjauan penerapan garbage management plan di atas kapal.
c. Menambah pengetahuan bagi Taruna Poltektrans SDP Palembang
sebagai tempat untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat
selama menempuh pendidikan di program studi D III Nautika dan
dalam melanjutkan karirnya di laut nanti.
d. Dapat menambah informasi bagi perusahaan pelayaran dan seluruh
awak kapal mengenai pentingnya penanganan sampah sesuai prosedur
yang ada.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat
internasional sebagai pengembangan pemikiran serta meningkatkan
kesadaran terhadap masalah-masalah pencemaran laut, sehingga
diharapkan lebih aktif dan kritis dalam menjaga dan melindungi
lingkungan khususnya laut yang luasnya lebih luas dari luas daratan.
b. Penulis berharap supaya Perwira dan Awak kapal dapat
mengimplementasikan atau menjadikan masukan hasil dari penulisan
tentang penanganan sampah di atas kapal sehingga dapat
meminimalkan dan menghilangkan adanya pencemaran laut.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh Nofianto dan
Fauziah, selama melaksanakan proyek laut di MT. MERBAU masih
banyaknya sampah yang dibuang ke laut dari kapal-kapal, khususnya yang
dilakukan anak buah kapal di atas kapal MT. MERBAU yang tidak sesuai
dengan prosedur penanganan sampah yang telah diatur dalam MARPOL
73/78 Annex V, yang dapat menyebabkan pencemaran laut sehingga
kualitas air laut turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan mutu baku dan fungsinya
(Nofianto, W, & Fauziah, 2021).

B. Landasan Teori
1. Landasan Hukum
Pada bagian ini penulis memusatkan pada peraturan internasional
dan nasional yang mengatur tentang penanganan sampah yang dihasilkan
oleh kapal.
a. Marine Pollution 73/78 Annex V Peraturan Tentang Pencegahan
Polusi Sampah Dari Kapal.
1) Aturan 1 – Defenisi
a) “Sampah” adalah semua jenis sisa makanan, limbah domestik
dan operasional yang tidak termasuk ikan segar dan bagian-
bagiannya, yang dihasilkan selama operasi normal kapal dan
yang bertanggung jawab untuk dibuang secara terus menerus
atau secara rutin kecuali bahan-bahan yang ditentukan atau
terdaftar dalam Lampiran-lampiran pada Konvensi ini.
b) “Daratan Terdekat”. Istilah "dari daratan terdekat" adalah dari
garis batas dimana laut teritorial dari wilayah yang
dipertanyakan ditetapkan sesuai dengan hukum internasional
kecuali, untuk maksud Konvensi ini, "dari daratan terdekat" dari

5
pantai timur laut Australia wajib berarti dari suatu garis dari
suatu titik pada pantai Australia, pada:
(1) 11 °00' Lintang Selatan, 142°08' Bujur Timur,
(2) ke titik 10°35' Lintang SeIatan,141 °55' Bujur Timur,
(3) selanjutnya menuju ke titik 10°00' Lintang Selatan, 142°00'
Bujur Timur,
(4) selanjutnya menuju ke titik 9°10' Lintang Selatan, 143 °52'
Bujur Timur,
(5) selanjutnya menuju ke titik 9°00' Lintang Selatan, 144°30'
Bujur Timur,
(6) selanjutnya menuju ke titik 10°41' Lintang Selatan, 145°00'
Bujur Timur,
(7) selanjutnya menuju ke titik 13°00' Lintang Selatan, 145°00'
Bujur Timur,
(8) selanjutnya menuju ke titik 15°00' Lintang Selatan, 146°00'
Bujur Timur,
(9) selanjutnya menuju ke titik 17°30' Lintang Selatan, 147°00'
Bujur Timur,
(10) selanjutnya menuju ke titik 21 °00' Lintang Selatan, 152°55'
Bujur Timur,
(11) selanjutnya menuju ke titik 24°30' Lintang Selatan, 154°00'
Bujur Timur,
(12) selanjutnya menuju ke titik 24°42' Lintang Selatan, 153°15'
Bujur Timur di pantai Australia,
c) “Kawasan khusus” adalah suatu kawasan laut yang berdasarkan
alasan teknis yang diakui untuk kondisi oseanografi dan
ekologisnya dan sifat-sifat khusus dari lalulintasnya pelaksanaan
metode-metode khusus yang diwajibkan untuk pencegahan
pencemaran laut yang diakibatkan oleh sampah sebagaimana
dipersyaratkan. Kawasan-kawasan khusus wajib meliputi
wilayah sebagaimana tercantum dalam peraturan 5 lampiran ini.

6
2) Aturan 2 – Pemberlakuan
Kecuali diatur sebaliknya secara tegas, ketentuan-ketentuan
di dalam lampiran ini wajib berlaku bagi semua kapal.
3) Aturan 3 - Pembuangan Sampah di Luar Kawasan Khusus
a) Pembuangan ke laut semua plastik, termasuk tapi tidak terbatas
pada tali sintetis, jaring ikan sintetis, tas plastik dan abu sisa
pembakaran produk plastik yang mungkin mengandung racun
atau residu logam berat, adalah dilarang;
b) Pembuangan ke laut atas sampah berikut ini wajib dilakukan
sejauh mungkin dari daratan terdekat, tetapi dalam hal dilarang
dilarang apabila jarak dari daratan terdekat kurang dari :
(1) 25 mil laut untuk material penyekat, pengeras dan
pembungkus yang dapat mengapung;
(2) 12 mil laut untuk sampah makanan dan semua sampah
lainnya termasuk produk kertas, kain, kaca, logam, botol,
peralatan dapur dan sampah sejenis yang tidak terpakai;
c) Pembuangan ke laut untuk sampah sebagaimana diuraikan
dalam sub ayat (b)(ii) dari peraturan ini dapat diijinkan apabila
telah lolos melalui mesin penghancur atau pencacah dan
dilakukan sejauh mungkin dari daratan, tetapi dalam hal dilarang
karena jarak dari daratan terdekat kurang dari 3 mil laut.
Sampah yang telah dihancurkan atau dicacah tersebut wajib
dapat melewati suatu saringan dengan lubang tidak lebih dari 25
mm.
d) Apabila sampah bercampur dengan buangan lainnya yang
memiliki persyaratan pembuangan lebih ketat yang wajib
berlaku
4) Aturan 4 - Persyaratan Khusus untuk Pembuangan Sampah.
a) Tunduk pada ketentuan-ketentuan pada ayat (2) peraturan ini,
pembuangan setiap bahan sebagaimana diatur dalam Lampiran
ini dilarang dari anjungan tetap dan terapung yang digunakan
dalam ekplorasi, eksploitasi dan yang terkait dengan pengolahan

7
sumber mineral dasar laut di lepas pantai, dan dari semua kapal
yang sedang berlayar sepanjang atau pada jarak 500 m dari
anjungan tersebut.
b) Pembuangan sampah makanan ke laut dapat di ijinkan apabila
telah melewati suatu mesin penghancur atau pencacah yang
berada di anjungan tetap atau terapung tersebut yang
ditempatkan lebih dari 12 mil laut dari daratan dan semua kapal
lainnya pada saat sedang berlayar atau pada jarak 500 m dari
anjungan dimaksud. Sampah makanan yang telah dihancurkan
atau dicacah wajib dapat melalui suatu saringan dengan lubang
berdiameter tidak lebih dari 25 milimeter.
5) Aturan 5 - Pembuangan Sampah di Kawasan-Kawasan Khusus
a) Yang dimaksud kawasan-kawasan khusus dalam Lampiran ini
adalah kawasan Laut Mediterania, kawasan Laut Baltik,
kawasan Laut Hitam, Kawasan Laut Merah, "kawasan Teluk",
kawasan Laut Utara, kawasan Laut Antartika dan wilayah
kawasan Karibia termasuk Teluk Meksiko dan Laut Karibia,
yang ditentukan sebagai berikut:
(1) Kawasan Laut Mediterania adalah kawasan Laut
Mediterania termasuk teluk dan laut di sekitarnya dengan
batas-batas antara Laut Mediterania dan Laut Hitam, berada
pada paralel 41 ° Lintang Utara (LU) dan dibatasi ke
sebelah barat dengan Selat Gibraltar pada 5°36' Bujur Barat
(BB).
(2) Kawasan Laut Baltik adalah kawasan Laut Baltik termasuk
Teluk Bothnia dan Teluk Finlandia serta jalur masuk ke
Laut Baltik dibatasi pada garis lintang sejajar Skaw di
Skagerrak pada 57°44.8' LU.
(3) Kawasan Laut Hitam adalah kawasan Laut Hitam yang
berbatasan antara Laut Mediterania dan Laut Hitam yang
tertetak pada garis lintang sejajar pada 41 ° LU.

8
(4) Kawasan Laut Merah adalah kawasan Laut Merah termasuk
Teluk Suez dan Aqaba dibatasi di sebelah selatan pada garis
lurus antara Ras si Ane (12°28.5' LU, 43°19.6' Bujur Timur
(BT)) dan Husn Murad (12°40.4' LU, 43°30.2 BT).
(5) Kawasan Teluk adaIah kawasan laut yang berlokasi di barat
laut dari garis lurus antara Ras al Hadd (22°30' LU, 59°48'
BT) and Ras at Fasteh (25°04'LU ,61 °025 BT).
(6) Kawasan Laut Utara adalah kawasan Laut Utara termasuk
kawasan laut di sekitarnya dengan batasan antara:
(a) Laut Utara ke arah selatan dari garis 62° LU dan ke
arah timur dari garis 4° Bujur Barat (BB);
(b) Kawasan Skagerrak ke arah selatan hingga batas
sebelah timur kawasan Skaw pada garis 57°44.8' LU;
dan
(c) Kawasan Selat Inggris dan jalur pendekatan dari arah
timur dengan pada garis 5° BB dan dari arah utara pada
garis 48°30' LU.
(7) Kawasan Antartika adalah kawasan laut pada garis 60°
Lintang Selatan (LS).
(8) Kawasan Karibia Besar sebagaimana ditentukan dalam
pasal 2, ayat 1 dari Konvensi tentang Perlindungan dan
Pembangunan Lingkungan Laut Kawasan Karibia Besar
(Cartagena de Indias, 1983), berarti lingkungan Teluk
Meksiko dan Laut Karibia termasuk pantai dan laut di
dalam-nya serta sebagian Samudera Atlantik dalam batas
garis 30° LU membentang dari Florida ke arah timur hingga
garis 77°30' Bujur Barat, menuju titik perpotongan antara
garis 20° LU dengan garis 59° BB, selanjutnya menuju titik
perpotongan antara garis 7°20' LU dengan garis 50° BB,
yang berlanjut ke arah barat laut yang merupakan
perbatasan sebelah timur dari Guyana Perancis.

9
b) Tunduk pada ketentuan aturan 6 dalam Annex ini:
(1) Pembuangan sampah ke laut berikut ini dilarang:
(a) Semua plastik, termasuk tapi tidak terbatas pada tali
sintetis, jala sintetis, kantung sampah plastik dan abu
sisa pembakaran dari produk plastik yang mungkin
mengandung racun atau residu logam berat; dan
(b) Semua sampah lainnya termasuk produk-produk kertas,
karpet, kaca, logam, botol, barang-barang rumah tangga,
pengganjal, penguat dan bahan-bahan pembungkus.
(2) Kecuali diatur dalam subayat (c) dari ayat ini pembuangan
sampah makanan ke laut wajib dilakukan sejauh mungkin
dari daratan, tetapi dengan catatan tidak kurang dari 12 mil
laut dari daratan terdekat.
(3) Pembuangan sampah makanan ke Kawasan Karibia Besar
yang telah melalui suatu mesin penghancur atau pencacah
wajib dilakukan sejauh mungkin dari daratan dengan
catatan tidak kurang dari 3 mil laut dari daratan terdekat,
sampah makanan yang telah dihancurkan atau dicacah
tersebut wajib dapat melalui suatu saringan dengan lubang
berdiameter tidak lebih dari 25 mm.
c) Apabila sampah tercampur dengan sampah lainnya yang
memiliki persyaratan pembuangan berbeda persyaratan yang
lebih ketat yang wajib berlaku.
d) Fasilitas penampungan di kawasan khusus
(1) Pemerintah dari setiap Pihak dari Konvensi yang garis
pantainya berbatasan dengan suatu kawasan khusus, wajib
memastikan bahwa sesegera mungkin di semua pelabuhan
disuatu kawasan khusus dilengkapi dengan fasilitas
penampungan yang memadai sebagaimana diatur sesuai
dengan peraturan 7 dari Lampiran ini, dengan
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan khusus kapal yang
sedang beroperasi di kawasan tersebut.

10
(2) Pemerintah dari setiap Pihak yang bersangkutan wajib
memberitahukan kepada Organisasi mengenai langkah-
langkah yang sudah dilakukan sesuai dengan sub ayat (a)
dari peraturan ini. Sejak menerima pernberitahuan yang
cukup, Organisasi wajib menetapkan suatu tanggal sejak
persyaratan-persyaratan dari peraturan ini yang berkenaan
dengan kawasan-kawasan tersebut wajib memberlakukan.
Organisasi wajib memberitahukan kepada semua Pihak
mengenai tanggal yang telah ditetapkan tidak kurang dari
dua belas bulan sebelumnya dari tanggal yang dimaksud.
(3) SeteIah tanggal ditentukan, kapal-kapaI yang singgah di
pelabuhan di kawasan khusus tersebut apabila fasilitas-
fasilitas belum tersedia wajib tetap memenuhi
persyaratanpersyaratan dari peraturan ini.
e) Meskipun telah diatur dari ayat 4 dari peraturan ini, aturan-
aturan berikut ini berlaku untuk kawasan Antartika:
(1) Pemerintah dari setiap Pihak dari Konvensi yang kapal-
kapalnya berangkat menuju atau tiba dari kawasan
Antartika wajib memastikan bahwa sesegera mungkin
dapat menggunakan fasilitas-fasilitas yang memadai yang
disediakan untuk menerima semua sampah dari seluruh
kapal, tanpa menyebabkan keterlambatan dan sesuai
dengan kebutuhan kapal yang menggunakannya.
(2) Pemerintah dari setiap Pihak pada Konvensi wajib
memastikan bahwa semua kapal yang berhak mengibarkan
benderanya, sebelum memasuki kawasan Antartika, telah
memiliki kapasitas yang mencukupi di atas kapal untuk
menampung semua sampah selama beroperasi di kawasan
tersebut dan telah menyelesaikan pengaturanpengaturan
untuk membuang sampah dimaksud di suatu fasilitas
penampungan setelah meninggalkan kawasan tersebut,

11
6) Aturan 6 – Pengecualian
a) Pembuangan sampah dari suatu kapal yang diperlukan untuk
maksud mengamankan keselamatan suatu kapal dan orang-
orang yang ada di atasnya atau penyelamatan jiwa di laut; atau
b) Sampah yang terbuang ke laut sebagai akibat dari kerusakan
suatu kapaI atau perlengkapannya dengan syarat bahwa semua
upaya pencegahan yang wajar teIah dilakuan sebeIum dan
sesudah terjadinya kerusakan, dengan maksud mencegah atau
meminimalisasi terjadinya terbuangnya sampah tersebut; atau
c) Hilangnya jaring sintetis penangkap ikan secara tidak sengaja,
dengan syarat bahwa semua upaya pencegahan telah dilakukan
untuk mencegah kehilangan dimaksud.
7) Aturan 7 - Fasilitas Penampungan
a) Pemerintah dari setiap Pihak pada Konvensi wajib memastikan
ketentuan mengenai fasiIitas penampungan sampah di
peIabuhan dan terminaI, tanpa menyebabkan keterlambatan
kapal, sesuai dengan kebutuhan kapaI-kapal yang
menggunakannya.
b) Pemerintah dari setiap Pihak wajib memberitahukan kepada
Organisasi untuk menyampaikan kepada Para Pihak yang
bersangkutan mengenai semua hal dimana fasiitas-fasilitas
tersebut disediakan berdasarkan peraturan ini diduga tidak
memadai.
8) Aturan 8 - Pengawasan Negara Pelabuhan terhadap Persyaratan
Operasional
a) Suatu kapal pada saat berada di suatu pelabuhan di Pihak
lainnya, tunduk pada pemeriksaan para petugas yang diberi
kewenangan oleh Pihak tersebut berkenaan dengan persyaratan-
persyaratan operasional berdasarkan Lampiran ini, apabila
terdapat alasanalasan kuat yang meyakinkan bahwa nakhoda
atau awak kapal tidak terbiasa dengan prosedur-prosedur utama

12
di atas kapal berkaitan dengan pencegahan pencemaran yang
diakibatkan oleh sampah
b) Berdasarkan kekhususan sebagaimana diatur pada ayat (1)
peraturan ini, Para Pihak wajib mengambil langkah-langkah
dimaksud yang akan memastikan bahwa kapal tersebut wajib
tidak akan berlayar sampai situasi memenuhi ketentuan sesuai
dengan persyaratanpersyaratan Lampiran ini.
c) Prosedur-prosedur yang terkait dengan pengawasan Negara
pelabuhan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 dari Konvensi ini
berlaku wajib untuk peraturan ini.
d) Tidak satupun dalam peraturan ini wajib diartikan untuk
membatasi hak dan kewajiban suatu Pihak yang melakukan
pengawasan atas pelaksanaan persyaratan-persyaratan
operasional yang secara khusus diatur dalam Konvensi ini.
9) Aturan 9 - Plakat, Perencanaan Pengelolaan Sampah dan Pe-
nyimpanan Catatan Sampah
a) (1) Setiap kapal dengan ukuran panjang 12 m atau lebih secara
keseluruhan wajib memasang plakat yang menginformasikan
kepada awak kapal dan penumpang mengenai persyaratan
pembuangan dari peraturan 3 dan 5 Lampiran ini sebagaimana
dapat diberlakukan.
(2) Plakat wajib ditulis dalam bahasa kerja dari personil kapal
dan untuk kapal yang sedang berlayar menuju ke pelabuhan atau
terminal lepas pantai dibawah yurisdiksi dari para pihak Lain
pada konvensi ini, wajib juga dibuat dalam bahasa Inggris,
Perancis atau Spanyol.
b) Setiap kapal dengan tonase kotor 400 atau lebih, dan setiap
kapal yang disertifikasi untuk mengangkut 15 orang atau lebih,
wajib membawa suatu rencana pengelolaan sampah yang wajib
dipatuhi oleh awak kapal. Rencana ini wajib memberikan
prosedur-prosedur tertulis untuk pengumpulan, penyimpanan
dan pembuangan sampah, termasuk penggunaan perlengkapan

13
di atas kapal. Hal itu wajib berlaku juga untuk orang-orang yang
bertugas menjalankan rencana tersebut. Rencana tersebut wajib
sesuai dengan pedoman Organisasi* dan ditulis dalam bahasa
kerja dari awak kapal tersebut.
c) Setiap kapal dengan tonase kotor 400 atau lebih, dan setiap
kapal yang disertifikasi untuk mengangkut 15 orang atau lebih
sedang berlayar menuju ke pelabuhan atau terminal lepas pantai
dibawah yurisdiksi Para Pihak lainnya pada Konvensi dan setiap
anjungan tetap atau terapung yang digunakan dalam eksplorasi
dan eksploitasi dasar laut, wajib dilengkapi dengan suatu Buku
Catatan Sampah, Buku Catatan Sampah tersebut, baik sebagai
bagian dari buku catatan harian kapal yang resmi atau secara
sebaliknya, wajib merupakan bentuk yang diuraikan dalam
apendiks dalam Lampiran ini;
(1) Setiap pelaksanaan pembuangan, atau seIesainya
pembakaran, wajib dicatat dalam Buku Catatan Sampah dan
ditandatangani pada tanggal pembakaran atau pembuangan,
oleh petugas yang bertanggungjawab. Setiap halaman Buku
Catatan Sampah yang telah penuh wajib ditandatangani oleh
Nakhoda kapal. Penulisan dalam Buku Catatan Sampah
tersebut wajib setidak-tidaknya dalam bahasa Inggris,
Perancis atau Spanyol. Apabila penulisan juga dibuat dalam
suatu bahasa resmi dari Negara yang bendera kapalnya
berhak dikibarkan juga digunakan, penulisan dalam
bahasanya wajib berlaku dalam hal terjadi sengketa atau
perbedaan;
(2) Penulisan untuk setiap pembakaran atau pembuangan wajib
mencantumkan tanggal dan waktu, posisi kapal, uraian
sampah dan perkiraan jumlah sampah yang dibakar atau
dibuang;
(3) Buku Catatan Sampah wajib disimpan di atas kapal dan di
tempatkan sebaik mungkin untuk pemeriksaan pada waktu

14
yang tepat. Dokumen ini wajib disimpan untuk suatu jangka
waktu dua tahun sejak catatan terakhir dibuat;
(4) Dalam hal terjadi pembuangan, terbuangnya atau
kehilangan yang tidak disengaja sebagaimana dirujuk dalam
peraturan 6 dari Lampiran ini, suatu catatan wajib dilmuat
dalam Buku Catatan Sampah mengenai keadaannya, dan
alasan-alasan kehilangan dimaksud.
d) Otoritas Pemerintah yang berwenang dapat mengabaikan
persyaratan untuk BukuBuku Catatan Sampah bagi:
(1) Setiap kapal yang berlayar selama 1 jam atau kurang yang
disertifikasi untuk mengangkut 15 orang atau lebih; atau
(2) Anjungan tetap atau terapung yang sedang digunakan untuk
eksplorasi dan eksploitasi dasar laut.
e) Pejabat yang berwenang dari Pemerintah Suatu Pihak pada
Konvensi dapat memeriksa Buku Catatan Sampah di atas setiap
kapal yang peraturan ini diberlakukan pada saat kapal tersebut
berada di pelabuhan atau terminal lepas pantai dan dapat
membuat suatu salinan mengenai setiap tulisan dalam buku
tersebut, dan dapat meminta nakhoda kapal untuk menyatakan
bahwa salinan tersebut merupakan salinan yang benar dari
tulisan tersebut. Setiap salinan tesebut, yang dinyatakan oleh
nakhoda kapal sebagai salinan yang benar dari suatu tulisan
Buku Catatan Sampah kapal, wajib dijinkan dalam setiap proses
hukum sebagai bukti dari fakta-fakta yang dinyatakan dalam
tulisan tersebut. Pemeriksaan suatu Buku Catatan Sampah dan
pembuatan suatu salinan resmi dari otoritas yang berwenang
berdasarkan ayat ini wajib dilakukan sesegera mungkin tanpa
menyebabkan keterlambatan kapal.
f) Dalam hal kapal dibangun sebelum tanggal 1 Juli 1997,
peraturan ini wajib diberlakukan sejak tanggal 1 Juli 1998.

15
b. Sesuai Marpol Annex V & Resolusi Mepc.201 (62) Yang Mulai
Berlaku 1 January 2013
Dengan petunjuk / guidelines IMO tsb terjadi perobahan
kategori jenis sampah dan tata cara pembuangan sampah dilaut
maupun di fasilitas darat terhadap Marpol annex V atau terhadap
pelaksanaan pegumpulan, pemisahan, penyimpanan dan pembuangan
sampah dari kapal yang tertuang dalam Garbage Management Plan
dan Catatan Pembuangan Sampah yang direvisi. Sampah diatas kapal
dipisahkan sesuai kategori dengan kode huruf ;
1) Plastic
2) Food Waste
3) Domectic Waste
4) Cooking Oil
5) Incenerator Ashes
6) Operational Waste
7) Cargo Residu
8) Animal Carcases
9) Fishing Gear
Kategori sampah sesuai kode huruf :
1) Plastic
Semua jenis plastik termasuk tali plastik buatan, jala ikan,
tas plastik/tas kresek, pembungkus plastik, bahan styrene foam, dan
bahan olahan plastik lainnya. Sampah plastik tersebut dikumpul,
diseleksi dan ditampung pada drum yang tersedia diGerbage station
untuk kemudian dibuang keshore facility atau dibakar pada tungku
pembakaran/incinerator dan abu sisa pembakaran plastik tersebut
tidak boleh dibuang kelaut namun ditampung pada drum ashes
yang tersedia digerbage station untuk kemudian dibuang keshore
facility.
2) Food Waste
Sampah sisa makanan dihancurkan & tenggelam,
dihancurkan dengan alat pemotong yang disebut comminuter atau

16
grinding dimana hasil pemotongan menjadi ukuran tidak lebih dari
25mm agar bisa dibuang melalui sensor. Sisa sampah makanan
yang dihancurkan tersebut dapat langsung dibuang kelaut dengan
melalui sensor pada alat comminuter tersebut. Pada jarak lebih dari
3NM dari pulau terdekat atau sejauh mungkin. Sampah sisa
makanan tidak dapat dihancurkan dan tidak dapat tenggelam hanya
dapat langsung dibuang kelaut pada jarak lebih dari 12NM dari
pulau terdekat atau sejauh mungkin.
3) Domestic Wastes
Sampah domestik terdiri dari produk kertas, karton, kain,
glass, botol, besi dan crockery/pecah-belah, dll. Limbah tersebut
harus dipisahkan untuh kemudian ditambung pada masing-masing
drum sesuai label yang ada diGerbage Statio.Bahan kayu/papan
yang berukuran kecil boleh dibakar sesuai kapasitas incinerator,
glass, botol, besi, porselin dan bahan olahan yang tidak bisa
dibakar diIncierarator harus dibuang keshore facility.
4) Cooking Oil
Minyak goreng, minyak sayuran/nabati, sisa minyak dari
hasil gorengan. Limbah sisa minya goreng tidak boleh dibuang
melalui got didapur/galley yang nantinya akan tumpah ke laut
melalui pipa drainage, tetapi harus ditampung diwadah/botol untuk
kemudian ditampung pada tangki dirty oil yang boleh digunakan
sebagai tambahan bahan bakar incinerator atau dibakar pada
incinerator dengan sampah lainnya atau dibuang ke shore facility.

c. International Safety Management (ISM) Code


International Safety Management Code adalah Kodifikasi
Manajemen Internasional untuk Keselamatan Operas! Kapal - kapal
dan untuk Pencegahan Pencemaran yang telah diadopsi oleh Majelis
IMO, dan mungkin dapat diadakan perubahan - perubahan oleh
Organisasi (IMO).

17
IMO mengeluarkan peraturan baru ISM Code sebagai media
untuk menstandarkan “Safe Management for Operation of Ship and
Pollution Prevention” dan menjadi bab IX dari SOLAS 74/78, yaitu
“Management for the Safe Operation of Ships”. Adapun isi dalam
ISM Code yang berupa beberapa elemen-elemen, terdiri dari: a.
umum, b. kebijaksanaan keselamatan dan perlindungan lingkungan, c.
tanggung jawab dan kewenangan perusahaan, d. orang yang ditunjuk,
e. tanggung jawab dan kewenangan nahkoda, f. sumber daya dan
personal, g. penyusunan rencana operasi diatas kapal, h. kesiapan
menghadapi darurat, i. laporan dan analisa ketidaksesuaian,
kecelakaan dan kejadian berbahaya, j. pemeliharaan kapal dan
peralatannya, k. dokumentasi, l. verifikasi, pemeriksaan dan penilaian
ulang dari perusahaan, m. sertifikasi, verifikasi, dan pengawasan, n.
sertifikasi sementara, o. verifikasi (Aldimason, 2020).
ISM Code bertujuan untuk memberikan standar internasional
untuk manajemen keselamatan dan pengoperasian kapal dan
pencegahan pencemaran dilaut oleh kapal. Tetapi dalam kenyataan
dilapangan masih banyak kapal yang belum dapat melaksanakan
International Safety Management (ISM) Code dengan sepenuhnya
(Aldimason, 2020).

d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang


Sampah
Sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses
alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau
anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap
sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan. Sampah spesifik
adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya
memerlukan pengelolaan khusus, sumber sampah adalah timbulan
sampah.

18
2. Landasan Teori
a. Defenisi-defenisi
1) International Maritime Organization (IMO)
Dalam rangka meningkatkan keselamatan kerja dan
keselamatan pelayaran, PBB dalam konferensinya pada tahun 1948
telah menyetujui untuk membentuk suatu badan Internasional yang
khusus menangani masalah-masalah kemaritiman. Badan tersebut
dibentuk pertama kali dengan nama Inter Govermental Maritime
Consuktative Organization (IMCO). Sepuluh tahun kemudian,
yakni pada tahun 1958 organisasi tersebut baru diakui secara
Internasional. Kemudian berubah nama menjadi International
Maritime Organization (IMO) sejak tanggal 22 Mei 1982
(Rusdiana & Sendriani, 2021).
Empat tahun sebelum IMO diberlakukan secara
Internasional yakni pada tahun 1954 Marine Pollution Convention
sudah mulai diberlakukan tetapi baru pada tahun 1959 secara resmi
di administrasikan dan di sebar luaskan oleh IMO. International
Maritime Organization (IMO) berkedudukan di London, dengan
alamat 4 Albert Embankment yang merupakan satu-satunya Badan
Spesialisasi PBB yang bermarkas di Inggris (Rusdiana &
Sendriani, 2021).
2) Marine Pollution (MARPOL) 73/78
MARPOL (Marine Pollution) 73/78 adalah Konvensi
Internasional Untuk Pencegahan Pencemaran dari Kapal, 1973
yang dimodifikasi oleh Protokol 1978. MARPOL 73/78 adalah
salah satu konvensi lingkungan laut internasional yang paling
penting. Konvensi dikembangkan oleh International Maritime
Organization dalam upaya meminimalkan pencemaran lautan dan
lautan, termasuk pembuangan, pencemaran minyak dan udara.
Tujuan dari konvensi ini adalah untuk melestarikan lingkungan laut
dalam upaya untuk sepenuhnya menghilangkan polusi oleh minyak
dan zat berbahaya lainnya dan untuk meminimalkan tumpahan

19
yang tidak disengaja dari zat tersebut MARPOL asli ditandatangani
pada tanggal 17 Februari 1973, namun tidak mulai berlaku pada
saat penandatanganan. Konvensi saat ini adalah gabungan dari
Konvensi 1973 dan Protokol 1978. Ini mulai berlaku pada tanggal
2 Oktober 1983. Pada bulan April 2016, 154 negara bagian, yang
mewakili 98,7 persen tonase pengiriman di dunia, adalah negara
pihak dalam konvensi tersebut (Ramadhan, 2021).
Marine Pollution (pencemaran di laut) yang dikenal
manusia adalah merupakan zat atau energi di lingkungan laut,
termasuk muara sungai, yang dapat mengakibatkan pengotoran dan
merugikan sumber kehidupan, membahayakan kesehatan manusia,
mengganggu kegiatan pelayaran, termasuk penangkapan ikan dan
pemanfaatan laut lainnya, juga dapat mengurangi nilai kualitas air
laut. Sejak peluncuran kapal pengangkut minyak yang pertama
GLUCKAUF pada tahun 1885 dan penggunaan pertama mesin
diesel sebagai penggerak utama kapal tiga tahun kemudian, maka
fenomena pencemaran laut oleh minyak mulai muncul (Rusdiana &
Sendriani, 2021).
Menurut Badan Diklat Perhubungan. Prevention Of
Pollution (Pencemaran Lingkungan) Pencemaran laut adalah suatu
perubahan kondisi laut yang tidak menguntungkan, atau merusak
yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing sebagai akibat
dari perbuatan manusia. Benda-benda asing itu dapat berupa sisa-
sisa industri, sampah kota, minyak bumi, sisa-sisa bioksida, air
panas bekas pendingin dan sebagainya. Sedangkan Menurut
Merchant Marine Studies Polytechnic Of Makassar. Pencegahan
Polusi Di Laut. Pencemaran laut adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen
lain kedalam air atau oleh kegiatan manusia sehingga, kualitas air
laut turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air laut
tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukanya, dan menimbulkan
kerugian terhadap kekayaan hayati dan bahaya terhadap

20
manusia.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pencemaran
laut adalah setiap tindakan manusia yang merugikan atau merusak
laut dan menyebabkan kerugian terhadap kekayaan laut serta dapat
mendatangkan bahaya bagi manusia (Nofianto, W, & Fauziah,
2021).
3) Awak Kapal
Menurut peraturan SOLAS (Safety Of Life At Sea) tentang
awak kapal adalah semua orang yang memiliki jabatan di atas kapal
termasuk nakhoda kapal dan memiliki struktur kepemimpinan yang
di pimpin nakhoda kapal dan membawahi semua jabatan di atas
kapal dan diberikan pekerjaan di berikan oleh operator atau owner
kapal untuk melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab sinkron
pada jabatan yang tercatat pada buku sijil (Sianipar, 2022).
Aturan yang tercantum pada MARPOL 1973 tersebut
seharusnya di edarkan dimana telah diatur regulasi bagi para awak
kapal untuk menaikkan kapabilitas dan kadar kedisiplinan serta
dapat menjadi landasan pengetahuan dan waawasan dalam
penerapan dan andil dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari di atas
kapal. Isi dalam MARPOL 1973 ANNEX V sangat membantu
meningkatkan, memaksimalkan kemampuan dan wawasan para
awak kapal mengenai garbage yang dimana mendukung tentang
garbage management itu sendiri untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dapat dengan wajib memberikan trainning dan arahan
serta wawasan ilmu tentang regulasi tentang area khusus di laut,
pembuangan dan pencatatan pembakaran tentu harus dicatat dalam
garbage record book yang dimana berisi tentang letak kapal,
kondisi dalam pelaksanaan, volume sampah (Sianipar, 2022).
4) Management atau manajemen
Menurut (Sianipar, 2022), Manajemen adalah keharmonisan
antar sumber daya melalui metode untuk mencapai target secara
tepat, perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian untuk

21
mendapatkan point yang telah di tentukan. Contoh manajemen
yang dapat di lakukan dalam penanganan sampah di antaranya:
a) Sampah harus dipilah berdasarkan jenisnya
b) Usaha yang dilakukan sebelum sampah di buang
c) Wawasan dan kewajiban pendukung bagi awak kapal dalam
penerapan garbage management
5) Garbage atau Sampah
Sampah adalah semua jenis sisa makanan, bahan-bahan
bangunan rumah tangga dan bahan-bahan buangan, tidak termasuk
ikan segar dan bagianbagiannya yang terjadi selama pengoperasian
papal yang normal dan atau secara berkala kecuali bahan-bahan
yang telah ditetapkan atau terdaftar di dalam lampiran-lampiran
lain konvensi ini (Bayu, 2020).
Penanganan sampah mempunyai sebuah aturan khusus yaitu
adanya Garbage Management Plan dan Garbage Record Book
(buku catatan sampah) yang berfungsi sebagai rekaman atau
catatan dalam setiap pembuangan atau pembakaran sampah. Buku
ini diisi dalam bahasa Inggris oleh perwira yang bertugas dan tiap
halamannya di tanda tangani oleh Nakhoda (Bayu, 2020)
Semua jenis limbah penggunaan dan makanan yang
dihasilkan selama kapal beroperasi. Sampah khas yang dihasilkan
di antaranya seperti bahan yang memiliki kemasan termasuk
kaleng, botol, kaleng cat dan drum minyak, baterai, produk baja
dan sesuai regulasi yang sudah di atur harus memiliki sistem
pengelolaan sampah khusus, di dalam aturan ini (Sianipar, 2022).
Harus memiliki rencana pengelolaan dan memberikan
pernyataan tertulis mengenai penyimpangan, pemrosesan, tata cara
membuang hasil produksi kapal dan adanya orang yang di tunjuk
untuk memegang tanggung jawab tentang pelaksanaannya, salah
satu kebijakan tentang garbage management terbaik adalah dengan
tidak membuang sampah ke laut kecuali sampah sisa makanan
yang di buang ke dalam laut (Sianipar, 2022).

22
Garbage management plan (rencana pengolahan sampah)
adalah langkah-langkah dalam pembuangan sampah di atas kapal.
Sampah yang berada di atas kapal tidak langsung dibuang
melainkan diolah terlebih dahulu dan diproses agar tidak terjadi
pencemaran lingkungan di laut ketika sedang membuang sampah
(Nofianto, W, & Fauziah, 2021)
Menurut (Bayu, 2020), Beberapa sumber datangnya
garbage atau sampah :
a) Muatan.
Sampah muatan dalam hal ini adalah sampah yang ada
akibat aktivitas bongkar muat pada suatu kapal yang meliputi
dari muatan itu sendiri ataupun dari alat–alat penunjang bongkar
muat tersebut, contoh: sisa-sisa muatan curah yang berceceran di
deck, sisa-sisa dunnage.
b) Aktivitas di atas deck
Sampah di atas deck yang dimaksud adalah sampah yang
berasal dari aktivitas pekerjaan awak kapal, misalnya pekerjaan
di deck contoh: saw dust karena tumpahan oli di deck, majun
bekas ,dsb.
c) Makanan
Menyadari bahwa di atas kapal setiap awak kapal
membutuhkan konsumsi terutama dalam hal permakanan maka
tidak dipungkiri akan sangat banyak sampah yang berasal dari
aktivitas konsumtif para awak kapal dengan makanan khususnya
makanan yang memiliki kemasan. Dalam hal ini sangat butuh
perhatian dalam penanganan sampah-sampah makanan yang
memiliki jenis kemasan yang bermacam-macam. (contohnya :
kaleng, plastik, kaca) ataupun sisa sisa makanan yang langsung
dibuang ke tempat sampah di kapal yang harus dipilah tempat
pembuangan dan tidakannya setelah dibuang.

23
b. Garbage Management
Secara garis besar garbage management adalah rencana
pengelolaan sampah yaitu pedoman lengkap yang terdiri dari prosedur
tertulis untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses, dan
membuang sampah yang dihasilkan di atas kapal sesuai peraturan
yang diberikan dalam Lampiran V MARPOL. Semua kapal yang
berukuran > 400 GT dan membawa 15 orang harus membawa
Garbage Management Plan dan Garbage Record Book (Bayu, 2020).
Pelatihan harus diberikan kepada staf kapal untuk pembuangan
sampah yang tepat di kapal dan untuk pengetahuan tentang peraturan
pembuangan sampah di laut dan di area khusus (Bayu, 2020).
Setiap pembuangan atau pembakaran harus dicatat dalam
Garbage Record Book yaitu posisi kapal, waktu pelaksanaan, volume
sampah. Dalam hal pembuangan karena kecelakaan, harus dicatat
lingkungan tempat pembuangan dan alasan pembuangan (Bayu,
2020).

24
C. Kerangka Berfikir

Tinjauan Penerapan Garbage Management Plan Di Atas


Kapal Abc Guna Meminimalisir Pencemaran Laut

Memahami dan memastikan bahwa penerapan MARPOL


ANNEX V telah dilaksanakan guna pencegahan
pencemaran laut

Menentukan Permasalahan

Bagaimana prosedur penerapan Apa yang menjadi kendala dalam


Garbage Management Plan di atas penerapan Garbage Management Plan di
kapal atas kapal?

Pengolahan Data

Analisis Data

Kesimpulan

25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Untuk mendapat data-data informasi yang sehubungan dengan
permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini, penulis telah
melakukan penelitian selama melaksanakan praktek laut (PRALA)
selama satu tahun. Sedangkan tempat penelitian dilakukan di atas kapal
abc pada saat penulis melakukan praktek laut (PRALA)
2. Jenis Penelitian
Didalam penulisan Karya Ilmiah Terapan (KIT) ini, penulis
menggunakan metode penulisan deskriptif kualitatif artinya prosedur
penelitian berdasarkan data deskriptif, yaitu berupa lisan atau dari
sebuah subjek yang telah diamati dan memiliki karakteristik bahwa data
yang diberikan merupakan data asli yang tidak diubah serta
menggunakan cara yang sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya (Ramadhan, 2021).
Menurut (Aminuddin, 1990) dalam (Ramadhan, 2021), metode
deskriptif kualitatif adalah cara kerja penelitian yang menekankan pada
aspek pendalaman data demi mendapatkan kualitas dari hasil suatu
penelitian. Dengan kata lain, pendekatan kualitatif adalah suatu
mekanisme kerja penelitian yang mengandalkan uraian deskriptif kata,
atau kalimat, yang disusun secara cermat dan sistematis mulai dari
menghimpun data hingga menafsirkan dan melaporkan hasil penelitian.
3. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau mengukur objek dari suatu variabel penelitian.
Untuk mendapatkan data yang benar demi kesimpulan yang sesuai
dengan keadaan sebenarnya, maka diperlukan suatu instrumen yang
valid dan konsisten serta tepat dalam memberikan data hasil penelitian
(Yusup, 2018).

26
a) Dokumentasi
Metode dokumentasi berarti menggunakan dokumen-
dokumen kapal sebagai sumber data dan penunjang dalam
penulisan Kertas Kerja Wajib ini. Serta dokumen yang berbentuk
tulisan seperti catatan-catatan kecil yang berupa informasi dari
narasumber di atas kapal. Sedangkan dokumen yang berbentuk
gambar seperti foto pada proses komunikasi dan lain sebagainya.
Penanganan sampah mempunyai sebuah aturan khusus yaitu
adanya Garbage Management Plan dan Garbage Record Book
(buku catatan sampah) yang berfungsi sebagai rekaman atau
catatan dalam setiap pembuangan atau pembakaran sampah. Buku
ini diisi dalam bahasa Inggris oleh perwira yang bertugas dan tiap
halamannya di tanda tangani oleh Nakhoda (Bayu, 2020)
b) Observasi
Observasi dalam penelitian dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu observasi sistematis dan non sistematis. Observasi
dilakukan dengan dua cara yaitu mengamati dan melakukan
pencatatan hasil secara teliti dari gejala yang ada. Observasi
dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan langkah-
langkah dalam proses penanganan sampah diatas kapal.
c) Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.
Wawancara merupakan proses tanya jawab secara lisan yang
dilakukan seseorang saling berhadapan dan saling menerima serta
memberikan informasi.

B. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :

27
1. Data Primer
Data primer adalah data informasi yang diperoleh tangan
pertama yang dikumpulkan secara langsung dari sumbernya. Data
primer ini adalah data yang paling asli dalam karakter dan tidak
mengalami perlakuan statistik apa pun. (Sari & Zefri, 2019)
Data primer pada penelitian ini yaitu melalui wawancara
langsung dan observasi langsung kepada responden yaitu awak kapal
pada Kapal Abc tentang penerapan Garbage Management Plan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung
dari objek penelitian. Data sekunder yang diperoleh adalah dari sebuah
situs internet, ataupun dari sebuah refernsi yang sama dengan apa yang
sedang diteliti oleh penulis. (Sari & Zefri, 2019)
Data sekunder pada penelitian ini yaitu berupa data-data yang
nyata, seperti Garbage Record Book, Garbage Management Plan.

C. Teknik Analisis
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan tiga macam metode
analisis data :
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data adalah
analisis untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu dan mengkoordinasikan data dengan cara sedemikian
rupa sehingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan dan diverifikasikan.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan pemaparan informasi yang telah
disusun secara terpadu, mudah dipahami dan memungkinkan penarikan
kesimpulan dan kemungkinan adanya pengambilan suatu tindakan.

28
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis kualitatif yang berarti data-data yang diperoleh selama penelitian
berlangsung disusun secara sistematis dan teratur agar diperoleh
pengertian dan pemahaman tentang masalah yang diteliti sehingga dapat
menjelaskan suatu kebenaran dari data-data yang diperoleh selama
penelitian.

29
DAFTAR PUSTAKA

Aldimason, D. I. (2020). Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Sesuai


Standar Ism Code Di Kapal Mv. Oriental Ruby. Surabaya: Politeknik
Pelayaran Surabaya.

Bayu, K. (2020). Peranan Garbage Management Plan Dalam Pencegahan Polusi


Di Atas Kapal Mv. Ctp Fortune. Semarang: Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang.

Nofianto, A., W, T. I., & Fauziah, G. N. (2021). Analisis Garbage Management


Plan Dalam Upaya Pencegahan Polusi di MT. MERBAU. Andromeda, 52-
66.

Ramadhan, M. R. (2021). Implementasi Pencegahan Pencemaran Lingkungan


Laut Oleh Zat Berbahaya Menurut Marpol Annex Ii Diatas Kapal Sv.
Marvela 18. Surabaya: Politeknik Pelayaran Surabaya.

Rusdiana, D., & Sendriani. (2021). Pelayaran Niaga Hukum Maritim. Malang:
Pustaka Learning Center.

Sari, M. S., & Zefri, M. (2019). Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan, dan


Pengalaman Pegawai Negeri Sipil Beserta. ejournal borobudur, 1-9.

Sarjono, P. S., Habli, M. H., & Siregar, P. I. (2022). Pencegahan Polusi Laut
Kategori A (Plastik) Sesuai Garbage Management Plan Di Kapal MV.CK
Angie. Jurnal Penelitian Ilmiah Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, 1-11.

Sianipar, G. J. (2022). Pentingnya Perencanaan Garbage Management Dalam


Upaya Meminimalisir Pencemaran Laut Di Kapal Mt. Mabrouk.
Semarang: Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.

Yusup. (2018). Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif.


Jurnal Ilmiah Kependidikan, 17-23.

Z, M. R., Alollayuk, A., & Purnomo, J. (2020). Efektifitas Pelaksanaan Garbage


Management Plan Di Kapal Cs. Limin Venture. Journal Politeknik Ilmu
Pelayaran Makassar, 89-95.

30

Anda mungkin juga menyukai