Laporan Kasus DHF
Laporan Kasus DHF
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatNya hasil LAPORAN KASUS PADA PASIEN DHF dapat diselesaikan pada
waktunya. Penulisan ini sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam bidang
peningkatan kualitas pendidikan. Penulisan ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa
adanya dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1) Rektor Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia
2) Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia
3) Ketua Program Studi Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia
4) Rekan-rekan dosen khususnya pada bidang Kebidanan Universitas Sari Mulia
5)Direktur Rumah Sakit Sari Mulia
Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, walaupun penulis berusaha
semaksimal mungkin dan telah memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, masukkan dari pembaca untuk perbaikan laporan ini akan sangat dihargai dan
penulis tak lupa mengucapkan terima kasih.
Penulis
Anisya Aulia Rahhim
S181799
2
3
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : Dengue Hemoragic Fever
NAMA : Anisya Aulia Rahhim
NIM : S181799
Menyetujui,
Mengetahui,
Sekretaris Jurusan
Program Studi Diploma Tiga Kebidanan
3
4
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL : Dengue Hemoragic Fever
NAMA :Anisya Aulia Rahhim
NIM :S181799
Menyetujui,
4
5
KATA PENGANTAR………………………...ii
LEMBAR PERSETUJUAN…………………..iii
LEMBAR PENGESAHAN..…………………..iv
DAFTAR ISI………………………………….v
BAB I PENDAHULUAN…………………….1
1.1 Latar Belakang……………………………1
1.2.Tujuan Penulisan………………………….1
1.3 Manfaat Penulisan………………………...2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………3
2.1 Pengertian…………………………………3
2.2 Etiologi……………………………………3
2.3Patofisiologi……………………………….4
2.4Tanda dan Gejala………………………….6
2.5Penatalaksanaan……………………………9
BAB III TINJAUAN KASUS…………………11
3.1Data Subjektif……………………………….11
3.2 Data Objektif……………………………….12
3.3 Analisis Data……………………………….
3.4 Penatalaksaan
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN…………………………….
DAFTAR PUSTAKA
5
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat terjadi pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam (Soeparman, 2009). DBD disebabkan oleh Arbovirus (Arthropodborn Virus)
melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty). Tanda dan gejala
penyakit DBD adalah meningkatnya suhu tubuh, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri, sesak
nafas, batuk,epistaksis, nafsu makan menurun, mual, muntah, petekie, ekimosis,
purpura,perdarahan gusi, hematemesis, hematuria masif, melena dan syok.Penyebaran DBD
sangat mudah dan dapat menjadi wabah di suatu lingkungan tertentu. Demam berdarah
dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan Karibia. Indonesia merupakan
wilayah endemis dengan sebaran diseluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia
antara 6 hingga 15 per 100.000
penduduk. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus
Aedes.Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih. Penyakit demam
berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang
cenderung meningkat jumlah penderita dan penyebarannya yang sejalan dengan arus
transportasi dan kepadatan penduduk.Data dari Depkes RI tahun 2010 mencantumkan
peningkatan jumlah kasus DBD,pada tahun 2008 137.469 kasus menjadi 158.912 kasus pada
tahun 2009 dan sekitar 140.000 kasus di Indonesia pada tahun 2010. Peningkatan dan
penyebaran kasus DBD tersebut kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang
tinggi, perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan dan
distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya yang masih memerlukan penelitian
lebih lanjut (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
6
7
7
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
DHF adalah penyakit demam akut yang dapat menyebabkan kematian dan disebabkan
oleh empat serotipe virus dari genus falvivirus,virus RNA dari keluarga falviviridae
( Soedarto 2012)
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang dewasa
yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri
otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh Aedes Albopictus (Titik Lestari, 2016)
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang dewasa
yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri
otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh Aedes Albopictus (Titik Lestari, 2016)
Dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit
infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes
Aegypti) dan Arbovirus (Anthropoda virus) yang ditandai dengan adanya demam 5-7 hari
dan tidak atau disertai perdarahan atau renjatan, sehingga dapat meimbulkan kematian jika
tidak ditanggulangi sedini mungkin.
8
9
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah
di Indonesia (Sudoyo dkk. 2010)
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap inaktivitas oleh
distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 700C. Keempat tipe tersebut telah
ditemukan pula di Indonesia dengan tipe DEN 3 yang paling banyak ditemukan
(Hendarwanto 2010).
2.3 Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam karena proses
infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi yang akan
meningkatkan reabsorsi Na dan air sehingga terjadi hipovolemi, selain itu juga terjadi
kebocoran plasma karena terjadi peningkatan permeabilitas membran yang juga
mengakibatkan hipovolemi, syok dan jika tak teratasi akan terjadi hipoksia jaringan yang
dapat mengakibatkan kematian.
Selain itu kerusakan endotel juga dapat mengakibatkan trombositopenia yang akan
mengakibatkan perdarahan, dan jika virus masuk ke usus akan mengakibatkan gastroenteritis
sehingga terjadi mual dan muntah.
9
10
PATHWAY DHF
Virus Dengue
Viremia
Resiko syok
Hivopolemia
Syok
Kematian
10
11
11
12
Berdasarkan kriteria WHO diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi
a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
-Uji tourniquet positif
-Petekie, ekimosis, atau purpura
-Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,tempat bekas suntik.
-Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
-Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin.
-Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti :
-Hipoproteinemia
-Asites
-Efusi pleura
3. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
-Penurunan kesadaran, gelisah
-Nadi cepat, lemah
-Hipotensi
-Tekanan darah turun <20mmHg
-Perfusi perifer menurun
-Kulit dingin, lembab.
(Wiwik dan Hariwibowo, 2010)
D. Komplikasi
Komplikasi yang sering timbul adalah DSS ( Dengue Syok Sindrome) yang
disebabkan oleh karena kebocoran dinding pembuluh darah sehingga cairran atau serum
elektrolit serta ke luar dari pembuluh darah sampai menimbulkan hypovolemia syok
1. Efulsi pleura
2. Asites
3. Sepsis
12
13
4. Kematian
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Darah
a.Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu menggunakan darah
atau disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin, PCV, dan trombosit. Pemeriksaan
menunjukkan adanya trombositopenia(100.000 / ml atau kurang) dan hematokrit sebanyak
20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematokrit pada masa konvaselen.
b.Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya renjatan. Kadar
trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti pada DHF dengan dua kriteria
tersebut ditambah terjadinya trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji
serologi hemaglutnasi (Brasier dkk 2012).
c.Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga
d.Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %
e.Protein rendah
f.Natrium rendah (hiponatremi)
g.SGOT/SGPT bisa meningkat
h.Asidosis metabolic
i.Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012) Sumsum tulang pada awal sakit
biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan
maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk semua system
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi lateral
dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam mendeteksi cairan dibandingkan
dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan karena tidak
menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus berbagai organ pada
abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai
alat menentukan diagnosa penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan
melihat ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan pancreas
13
14
5.Diagnosis Serologis
a.Uji Hemaglutinasi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standart pada pemeriksaan serologis, sifatnya sensitif namun tidak
spesifik. Artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus yang menginfeksi. Antibodi HI bertahan
dalam tubuh lama sekali (<48 tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada studi serologi
epidemiologi. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x lipat dari titer serum akut
atau tinggi (>1280) baik pada serum akut atau konvalesen dianggap sebagai pesumtif (+) atau
diduga keras positif infeksi dengue yang baru terjadi (Vasanwala dkk. 2012).
b.Uji komplemen Fiksasi (uji CF)
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit dan butuh tenaga
berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan beberapa tahun saja (sekitar 2-3
tahun).
c.Uji Neutralisasi Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Dan biasanya
memakai cara Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT) (Vasanwala dkk. 2012)
d.IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
Banyak sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi virus dengue karena IgM
sudah timbul kemudian akan diikuti IgG. Bila IgM negatif maka uji harus diulang. Apabila
sakit ke-6 IgM masih negatif maka dilaporkan sebagai negatif. IgM dapat bertahan dalam
darah sampai 2-3 bulan setelah adanya infeksi (Vasanwala dkk. 2012)
e.Identifikasi Virus
Cara diagnostik baru dengan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RTPCR)
sifatnya sangat sensitif dan spesifik terhadap serotype tertentu, hasil cepat dan dapat diulang
dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari specimen yang berasal dari darah,
jaringan tubuh manusia, dan nyamuk (Vasanwala dkk. 2012).
2.5 Penatalaksanaan
Penderita DHF memerlukan perawatan yang serius dan bisa berakibat fatal atau
kematian jika terlambat diatasi. Oleh karena itu seharusnya penderita dirawat di RS terutama
penderita DHF derajat II, III, IV penderita sebaiknya dipisahkan dari pasien penyakit lain dan
dirungan yang bebas nyamuk (berkelambu)
Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan DHF bersifat simptomatik dan
suportif diantaranya :
1. Tirah baring yaitu klien tidak melakukan aktivitas seperti biasanya, aktivitas terbatas
14
15
A. Diagnosis
Menurut WHO untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari
Manifestasi perdarahan, termasuk setidaknya uji toniquet (+) salah satu bentuk lain (petekie,
purpura, ekimoris, epistaksis dan perdarahan gusi) hematemesis dan melena
2. Perbesaran hati
3. Renjatan yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai tekanan darah menurun
(tekanan systole menjadi 80 mmHg atau kurang dan tekanan Diastole 20 mmHg atau kurang)
disertai kulit yang teraba dingin dan lembab pada ujung hidung, jari kaki, penderita gelisah
timbul sianosis di dekitar mulut
15
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 DATA SUBJEKTIF
Tanggal : 21 februari 2019
No. RMK : 42xxxx
A. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn. R
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Banjar / Indonesia
Alamat : Jl.xxx
16
17
- pada tanggal 19 februari 2019 keadaan pasien tetap tidak stabil, pasien tidak mau makan,
perut terasa nyeri dan mual ada muntah berwarna kecoklatan 1 x, mulai timbul bintik-bintik
merah di sekitar lengan.Pasien segeradirujuk ke rumah sakit.
- pada tanggal 20 februari 2019 pasien di bawa ke IGD sari mulia diperiksa oleh dokter jaga
dan di sarankan rawat inap. Pasien masuk di ruang Nuri
E.Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 84 x/i, (teratur, kuat, isian cukup).
Nafas : 20 x/i
Suhu : 38,8C (sudah diberi obat penurun panas)
Tinggi Badan : 160 cm
Berat badan : 50 kg
IMT : 19,53 (normoweight)
3.4. Penatalaksanaan
Non Farmakologi :
- Istirahat
- Diet tinggi kalori tinggi protein
- Banyak minum, jenis minuman : air bening, teh manis, sirup, jus buah, susu.
17
18
Farmakologi :
- IVFD Ringer laktat 30 gtt/menit.
- Injeksi Ranitidin 50 mg 2x1
- Inj.Metilprednisolon 2x125 mg
Data penunjang
Hemoglobin : 17,2 gr/dl
Hematokrit : 50,0 %
Leukosit : 3.800 /mm3
Trombosit : 44.000 /mm3
Eritrosit : 5,93 juta/mm3
18
19
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1Pembahasan
Dari kunjungan lapangan yang saya lakukan, permasalahan pasien yang kami dapatkan
berupa pemahaman pasien mengenai penyakit pasien yang hanya mengetahui demam
berdarah dengue merupakan suatu penyakit yang cukup berbahaya, sedangkan untuk
pencegahan, faktor resiko, dan gejala yang dalam kegawatdaruratan yang kurang diketahui.
Kedua, permasalahan nutrisi dimana pasien dengan BMI yang termasuk dalam kategori berat
lebih. Ketiga, permasalahan lingkungan terkait perkembangan vektor dan kontaknya dengan
pasien. Permasalahan pertama yaitu mengenai pengetahuan mengenai Penyakit demam
berdarah dengan memberikan penjelasan berupa:
1. Gejala dari demam berdarah dengue:
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari dan biasanya bifasik
b. Ada minimal satu manifestasi perdarahan seperti (Bintik merah/ petekie, perdarahan gusi,
perdarahan hidung, menstruasi pada wanita, muntah darah, BAB berwarna hitam)
c. Gejala penyerta seperti : Nyeri kepala, nyeri retro orbital, Nyeri sendi atau otot, dan Ruam
kulit
2. Pencegahan yang dapat dilakukan berupa:
a. Host : Kondisi imunitas tubuh pasien, pencegahan dengan menggunakan baju lengan
panjang ataupun menggunakan obat anti nyamuk, dan dapat menjaga nutrisi pasien dengan
baik.
b. Vektor : Dapat menggunakan obat pembasmi nyamuk, menghilangkan tempat
perkembangbiakan vector, menggunakan obat abate untuk mencegah perkembangbiakan telur
vector pada air, serta menyadari bahwa vektor dapat bertransportasi dari satu tempat ke
tempat lain dengan kemampuan terbang kurang lebih 100 meter.
c. Lingkungan : Dengan cara 3 M yaitu (menutup, mengubur dan menguras), menjaga
kebersihan lingkungan sekitar dan di dalam rumah, kurangi menggantung baju serta
membersihkan sampah secara rutin yang dapat membuat genangan air yang bertahan lama.
3. Tanda bahaya pada penyakit demam berdarah dengue:
a. Mual yang menetap
b. Nyeri perut yang berat
c. Pasien merasakan lemas yang berkepanjangan
d. Terjadi perdarahan, baik itu mimisan, BAB berwarna hitam, Muntah darah, menstruasi.
19
20
20
21
nyamuk. Cara yang dapat dianjurkan/dilakukan adalah dengan melakukan prosedur “3M”
yaitu :
1. Membersihkan (kuras) tempat penyimpanan air (seperti : bak mandi / WC) dan mengganti
tempat minum burung sekurang-kurangnya seminggu sekali.
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti bak mandi, tampayan, drum, dan
lain-lain agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di tempat itu .
3. Mengubur atau membuang barang-barang bekas pada tempatnya, seperti kaleng bekas, ban
bekas, botol-botol pecah, dan lain-lain yang dapat menampung air hujan, agar tidak menjadi
tempat berkembang biak nyamuk. Potongan bambu, tempurung kelapa, dan lain-lain agar
dibakar bersama sampah lainnya.
4. Menaburkan bubuk ABATE ke dalam tempat-tempat penampungan air untuk
membunuh jentik-jentik nyamuk. Tindakan ini dapat diulangi setiap 2-3 bulan
sekali.
21
22
BAB
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. DHF ( Dengue haemoragic fever ) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina).
2. Dari pengkajian yang dilakukan ditemukan pasien mengeluh panas tinggi. Dari analisa
data yang telah dilakukan, ditemukan masalah keperawatan bagian kekebalan tubuh sehingga
diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah Proses penyakit, peningkatan metabolisme
dalam tubuh, nyeri pada bagian persendihan
3. Dari diagnosa keperawatan yang telah ditemukan, maka intervensi keperawatan yang
dibuat adalah etiologi dan masalah
4. Dari intervensi keperawatan yang telah dibuat, maka implementasi yang dilakukan
adalah tujuan dan kreteria hasil
5. Dari hasil pembahasan, ditemukan adanya kesenjangan antara masalah kasus dengan
riwayat kesehatan pasien.
4. Dari proses kebidanan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pada Tn.R
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Bresler.( 2012). Kedokteran Darurat. EGC. Jakarta
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2013). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.
Mansjoer Arif, dkk 2010. Kapita Selecta Kedokteran. Edisi III, Media Aeculopius,
Jakarta. Behrman, Kliegman, Arvin. (2010). Demam Berdarah Dengue . Dalam Ilmu
Kesehatan
Anak. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. ( 2011). Handbook of Pathophysiology. 3rd edition. Lippincott
William and Walkin. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan
Handayani, W dan Haribowo.(2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Irianto, Kus.( 2010). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung : Yrama Widya.
Sutedjo, AY. (2012). Buku Saku Mengenal Penyakit melalui Hasil Laboratorium. Yogyakarta
: Amara Books.
Syaifuddin. (2011). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. EGC : Jakarta.
Price, Sylvia Anderson.(20011). Patofisiologi : konsep klinis proses-prose penyakit. Ed.
6.Jakarta ;EGC
Sherwood, Lauralee.(2010). Fisiologi manusia.Ed. 2. Jakarta ; EGC
23