Anda di halaman 1dari 89

PERANCANGAN VIDEO ANIMASI 3D LOW POLY SEBAGAI

MEDIA SOSIALISASI ATURAN DALAM MENGGUNAKAN TROTOAR


DI KOTA TEGAL

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Studi Jenjang Program Diploma III

Oleh :
Nama : Hanif Dhanurrizky
NIM : 17010053

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK ELEKTRONIKA


KONSENTRASI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA KOTA TEGAL
2020
ii
iii
iv
v
HALAMAN MOTTO

“Keep Moving Forward”

Walt Disney

“No matter how terrifying and painful as reality can be, but it’s
the only place that you can get a decent meal. Because reality is
real”

James Halliday – Ready Player One (2018)

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Laporan Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada :

Ibu saya yang tercinta, yang selalu menjadi inspirasi hidup, menghibur dan
menjadi sandaran ketika saya berada di titik rendah sekalipun. Selalu berusaha
dan membimbing semua yang terbaik kepadaku hingga mampu menyelesaikan
perguruan tinggi.
Untuk Bapak saya yang sudah merawat, mendukung dan membantu penuh
sejak awal saya menginjakan kaki di perguruan tinggi tanpa kenal lelah dan putus
asa.

Seluruh Anggota Keluarga dirumah yang senantiasa menghibur dan saling


mendukung

Seluruh kerabat, teman, admin, dan dosen di Prodi DKV


Yang setia menjalani keseharian perkuliahan bersama, berbagi ilmu, bercanda,
dan membantu serta membimbing saya hingga sekarang.

Imaniar Juliana yang selalu percaya, mendukung dan optimis terhadap saya

Bapak Nairul Murod yang sudah bersedia memfasilitasi perangkat saya

Dan semua yang sudah ikut serta menghibur dan sangat membantu dalam setiap
proses di perguruan tinggi.

vii
PERANCANGAN VIDEO ANIMASI 3D LOW POLY SEBAGAI MEDIA
SOSIALISASI ATURAN DALAM MENGGUNAKAN TROTOAR DI
KOTA TEGAL

(Hanif Dhanurrizky), (Robby Hardian, S.IP, M.Ds), (Ahmad Ramdhani,


S.Kom, M.Ds)
D3 Teknik Elektronika Konsentrasi Desain Komunikasi Visual
Politeknik Harapan Bersama Tegal
Kampus I : Jl. Mataram No. 09 Tegal, Telp. 352000
Kampus II : Jl. Dewi Sartika No. 71 Tegal, Telp. 350667

ABSTRAK

Trotoar secara pengertian ialah Ruang Khusus Pejalan Kaki atau Pesepeda
yang biasanya berada ditepi jalan, dan keberadaannya yang aman dan nyaman
seringkali digunakan sebagai cara untuk memandang dan menilai suasana dari
sebuah kota. Namun dikota Tegal sendiri banyak trotoar yang justru digunakan
untuk berjualan, khususnya diwilayah sekitar Alun-alun hingga Stasiun Besar kota
Tegal, yang banyak dinilai cukup mengganggu aktivitas warga dan wisatawan yang
ingin berwisata atau menuju Stasiun. Padahal kenyataannya, Pemkot Tegal sendiri
menjelaskan ada aturan mengenai penataan para pedagang yang jelas melarang
mereka berjualan diatas trotoar hingga bahu jalan. Hal ini bisa disimpulkan bahwa
kesadaran masyarakat khususnya yang berada disekitar tempat tersebut bisa
dibilang sangatlah kurang, sehingga perlu adanya suatu tindakan yang paling tidak
bisa membantu mengingatkan agar mereka sadar pentingnya ikut menjaga trotoar.
Dengan dirancangnya video animasi ini diharapkan mampu menjadi edukasi yang
sekaligus mensosialisasikan kepada masyarakat untuk lebih sadar dalam menjaga
dan menggunakan trotoar sesuai dengan semestinya. Hingga pada akhirnya bisa
ikut mendukung Pemerintah kota Tegal dalam menata kawasan Alun-alun kota
yang tertib, aman, nyaman dan menyenangkan untuk dikunjungi.

Kata Kunci : Trotoar, Kota Tegal, Kesadaran Masyarakat

viii
DESIGNING LOW POLY 3D ANIMATION VIDEO AS MEDIA TO
SOCIALIZE THE RULES OF USING SIDEWALK
IN THE CITY OF TEGAL

(Hanif Dhanurrizky), (Robby Hardian, S.IP, M.Ds), (Ahmad Ramdhani,


S.Kom, M.Ds)
D3 Electronics Engineering Concentration of Visual Communication Design
Politeknik Harapan Bersama Tegal
Campus I : Mataram St. No. 09 Tegal, Telp. 352000
Campus II : Dewi Sartika St. No. 71 Tegal, Telp. 350667

ABSTRACT

Sidewalks which in a sense are special space for pedestrians or cyclists who
are usually on the edge of the road, the existence of a safe and comfortable
sidewalks is often used as a way to view and assess the atmosphere from a city. But
in the city of Tegal itself many sidewalks are actually used to sell something,
especially in the area around the town square to the Tegal city’s Great Station ,
which many considered quite disturbing activities of residents and tourist who want
to travel or go to the train station. When in fact, Tegal City Goverment itself
explains there are rules regarding the arrangement of trader who clearly prohibit
they sell on the sidewalk. It can be concluded that public awareness especially those
around the place can arguably is very lacking, so there needs to be an action that
at least can help remind them to realize the importance of taking care of the
sidewalk. With the design of this animation video, it is expected to be able to become
an education that also socializes to the public to be more aware in maintaining and
using the sidewalk accordingly. Until at finally able to support the Tegal city
goverment in managing the time square an orderly, safe, comfortable, and pleasant
city square to visit.

Keyword : Sidewalks, Tegal City, People Awareness

ix
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir dengan Judul “PERANCANGAN VIDEO ANIMASI 3D LOW POLY
SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI ATURAN DALAM MENGGUNAKAN
TROTOAR DI KOTA TEGAL” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Kami sangat berharap hasil Laporan Tugas Akhir ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta edukasi akan pentingnya menjaga dan
menggunakan trotoar dengan benar. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam laporan tugas akhir ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran agar bisa memberikan hal
yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, tidak lupa diucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :

1. Ir. Mc. Chambali, B.Eng.E.E., M.Kom selaku Direktur Politeknik Harapan


Bersama Tegal

2. Qirom, S.Pd, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Elektronika Politeknik
Harapan Bersama Tegal.

3. Robby Hardian, S.IP, M.Ds. selaku Dosen Pembimbing I dan Ahmad Ramdhani,
S.Kom, M.Ds. selaku Dosen Pembimbing II

4. Sugiyanto S.T M.T selaku Pimpinan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kota Tegal

5. Semua Pihak yang telah mendukung, membantu serta mendoaakan penyelesaian


Laporan Tugas Akhir ini.

Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan kontribusi untuk


pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tegal, 27 Juli 2020

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
HALAMAN PUBLIKASI ................................................................................. v
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah ....................................................................... 6
1.3. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
1.4. Batasan Masalah ............................................................................ 7
1.5. Manfaat dan Tujuan ....................................................................... 8
1.5.1. Manfaat ............................................................................ 8
1.5.2. Tujuan .............................................................................. 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1. Landasan Teori ............................................................................... 9
2.1.1. Definisi Animasi .............................................................. 9
2.1.2. Definisi Animasi 2D ........................................................ 13
2.1.3. Definisi Animasi 3D ........................................................ 14
2.1.4. Prinsip Animasi ............................................................... 16
2.1.5. Video Edukasi ................................................................. 22

xi
2.1.6. Definisi Pejalan Kaki dan Aturannya .............................. 28
2.1.7. Definisi dan Jenis-jenis Trotoar ....................................... 30
2.2. Kerangka Berfikir ........................................................................... 33
BAB III. METODE PENELITIAN 34
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 34
3.2. Jenis Penelitian ............................................................................... 34
3.3. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 36
3.3.1. Observasi ......................................................................... 36
3.3.2. Wawancara ...................................................................... 37
3.3.3. Studi Literatur .................................................................. 37
3.4. Teknik Analisis Data ...................................................................... 40
3.4.1. Observasi ......................................................................... 40
3.4.2. Wawancara ...................................................................... 41
3.4.3. Studi Literatur .................................................................. 41
BAB IV. PERANCANGAN VISUAL 43
4.1. Riset Visual .................................................................................... 43
4.1.1. Target Audience .............................................................. 43
4.1.2. Video Animasi ................................................................. 43
4.1.3. Animasi 3D Low Poly ..................................................... 45
4.2. Konsep Dasar Perancangan ............................................................ 46
4.2.1. Tujuan Kreatif ................................................................. 46
4.2.2. Strategi Kreatif ................................................................ 46
4.2.3. Strategi Media ................................................................. 47
4.3. Pra Produksi ................................................................................... 48
4.3.1. Naskah dan Sinopsis ........................................................ 48
4.3.2. Perancangan Storyboard .................................................. 50
4.3.3. Narasi Voice Over / Dubbing .......................................... 51
4.4. Produksi .......................................................................................... 53
4.4.1. Modelling Objek dan Karakter ........................................ 53
4.4.2. Animating Objek dan Karakter ....................................... 54

xii
4.4.3. Rendering Animation ...................................................... 55
4.5. Pasca Produksi ................................................................................ 56
4.5.1. Input Audio ...................................................................... 56
4.5.2. Finishing Video / Compositing ....................................... 57
4.5.3. Final Output ..................................................................... 58
BAB V. PENUTUP 60
5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 60
5.2. Saran ............................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA 62
GLOSARIUM
PROFIL PENULIS
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 - High Poly vs Low Poly ............................................................ 15


Gambar 2.2 - Spacing and Timing ................................................................. 16
Gambar 2.3 - Squash and Stretch .................................................................. 16
Gambar 2.4 - Anticipation ............................................................................. 17
Gambar 2.5 - Staging ..................................................................................... 17
Gambar 2.6 - Straight Ahead and Pose to pose ............................................. 18
Gambar 2.7 - Follow Through and Overlapping ........................................... 18
Gambar 2.8 - Slow in & Slow out .................................................................. 19
Gambar 2.9 - Arch ......................................................................................... 19
Gambar 2.10 - Secondary Action ................................................................... 19
Gambar 2.11 - Appeal .................................................................................... 20
Gambar 2.12 - Exaggeration ......................................................................... 20
Gambar 2.13 - Solid Drawing ........................................................................ 21
Gambar 2.14 - Kerangka Berfikir .................................................................. 33
Gambar 4.1 - Storyboard ............................................................................... 50
Gambar 4.2 - Modelling Objek ...................................................................... 53
Gambar 4.3 - Animating Objek ...................................................................... 54
Gambar 4.4 - Rendering Animation ............................................................... 55
Gambar 4.5 - Input Audio .............................................................................. 56
Gambar 4.6 - Editing Video .......................................................................... 58

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 - Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................... 34

Tabel 4.1 – Narasi Voice Over / Dubbing ..................................................... 51

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan tingginya angka penggunaan sepeda motor sebagai alat

transportasi yang mudah dan lincah, membuat perusahaan produsen sepeda motor

pun ikut menaikan angka produksi. Namun hal tersebut seringkali tidak diimbangi

dengan pembangunan infrastruktur dan lahan parkir yang memadai, sehingga tak

jarang ditemui kemacetan dan banyak pengguna sepeda motor yang

memarkirkannya ditempat yang sepantasnya seperti trotoar, bahkan tak jarang

juga sampai mengganggu lalu lintas.

Tak berhenti sampai disitu, penggunaan trotoar yang tidak semestinya

sebagai fasilitas umum yang diberikan untuk memberikan rasa nyaman dan aman

bagi pejalan kaki juga masih sering ditemui, khususnya diwilayah Kota Tegal

Provinsi Jawa Tengah. Jika diamati sekarang ini banyak pedagang kaki lima yang

menjual dagangannya ditrotoar, hal seperti ini yang justru menurunkan minat

masyarakat untuk menggunakan trotoar sebagai tempat yang memang semestinya

diperuntukkan untuk pejalan kaki.

Seperti yang dihimpun oleh laman media suara merdeka pada 2018 lalu,

terdapat ratusan pedagang makanan, minuman dan mainan anak-anak yang

mangkal atau membuka dagangan diatas trotoar dan wilayah dalam dari alun-alun

kota tegal, walaupun sudah seringkali ditertibkan ada kalanya mereka kembali

membuka dagangan diatas trotoar.

1
2

Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh laman media Ayo Semarang

pada bulan Januari 2020 lalu, bahwa keberadaan trotoar pada sejumlah jalan

protokol Kota Tegal bisa dikatakan kurang ramah tak hanya bagi para pejalan kaki

atau pesepeda bahkan bagi penyandang disabilitas dikarenakan banyak digunakan

untuk tempat mangkal atau berjualan para pedagang kaki lima, sehingga membuat

sejumlah trotoar terlihat mulai terkelupas.

Hal tersebut juga dibuktikan melalui informasi yang diperoleh dari Dinas

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang bahwa banyaknya trotoar di Kota Tegal

digunakan untuk mangkal para pedagang kaki lima (PKL) dan parkir liar, selain

itu menurut konfirmasi dari Kepala DPUPR Kota Tegal Bapak Sugiyanto yang

menyampaikan bahwa Permasalahan utama dari Trotoar di Kota Tegal memang

banyak dipakai oleh para PKL , sehingga sangat mengganggu masyarakat yang

ingin menggunakannya. Padahal peraturan mengenai pedagang kaki lima ini

terdapat jelas pada Perda Kota Tegal No. 3 Tahun 2008 tentang Peraturan

Pedagang Kaki Lima. Dimana jika para pedagang kaki lima masih juga

membandel dan tidak mematuhi aturan tersebut bisa dikenakan pidana kurungan

paling lama 3 bulan atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,-

Jika bercermin dengan kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa

Tengah, Trotoar banyak digunakan dan mayoritas steril dari sepeda motor berlalu

lalang ataupun parkir dan juga hampir kebanyakan pedagang kaki lima yang

menggunakan trotoar tersebut untuk menjajakan dagangannya juga minim dijam

jam orang beraktivitas menggunakan trotoar.


3

Memang kenyataannya jika disemarang sendiri PKL atau pedagang kaki

lima, lebih sering membuka lapak ketika jam-jam malam hari dan itupun masih

memberi ruang kepada pejalan kaki dan tentunya tidak mengganggu lalu lintas

jalan yang ada didekatnya. Hal ini dikarenakan jarak tepi bangunan dengan trotoar

dikota Semarang relatif jauh sehingga mampu dimanfaatkan sebagai tempat

berjualan dimalam hari sesuai aturan yang ada.

Berbanding terbalik kondisinya dengan di Kota Tegal yang justru bisa

dikatakan sangat sempit dan ditambah lagi tidak adanya fasilitas yang khusus

dialokasikan sebagai tempat berjualan para PKL dan area parkir yang lebih teratur

atau tertata dititik strategis sekitar fasilitas publik kota yang biasa digunakan oleh

masyarakat untuk berkumpul disaat akhir pekan atau hari libur.

Ditambah lagi kurangnya kesadaran masyarakat dalam memahami fungsi

sebenarnya dari trotoar sebagai tempat pejalan kaki, hal ini juga disampaikan

menurut Komisi III DPRD Kota Tegal, H. Hadi Sutjipto pada tahun 2013 lalu

yang mengaku gerah terhadap ulah sejumlah toko yang menggelar dagangannya

sampai menutupi badan trotoar, padahal sudah beberapa kali dilakukan penertiban

oleh petugas satpol PP. Pernyataan dari Anggota dewan dikota Tegal tersebut juga

tidak sendiri, ada beberapa wisatawan yang kebetulan akan kembali kedaerah asal

mereka juga mengungkapkan rasa kesal dan risih terhadap masyarakat sekitar

alun-alun kota tegal, khususnya didekat stasiun besar kota tegal yang

menggunakan trotoar secara sepihak untuk berdagang.

Apalagi ditengah pembatasan sosial berskala besar disaat pandemi seperti

yang terjadi di tahun 2020 ini, pemerintah menutup sejumlah jalan guna
4

meminimalisir penyebaran penyakit, Namun hal tersebut justru memperlihatkan

betapa sangat kurangnya kesadaran masyarakat mengenai trotoar. Hal ini

dibuktikan dengan banyaknya warga masyarakat yang menggunakan sejumlah

batako agar motornya bisa melewati trotoar dan bahkan tak jarang pula terlihat

warga yang ikut membantu mendorong pengendara motor agar bisa naik

ketrotoar, namun ketika ditanyai kepada salah satu warga justru berdalih agar

lebih memangkas waktu perjalanan dibanding harus mencari jalan memutar,

padahal tindakan seperti itu justru perlahan menggerus dan merusak sejumlah

trotoar karena tidak digunakan semestinya.

Disisi lain Pemerintah Kota Tegal sendiri sedang gencar-gencarnnya

berbenah dan berusaha untuk memperbaiki dan menata area disekitar fasilitas

publik seperti stasiun dan alun-alun kota agar memiliki ruas trotoar yang lebih

layak digunakan oleh masyarakat, baik dari wilayah Kota Tegal dan sekitarnya

maupun pendatang dari Luar kota yang menggunakan transportasi umum seperti

Kereta Api dan Bus.

Namun usaha Pemerintah bisa saja sia-sia jika tidak ada kesadaran

masyarakat untuk bisa ikut merawat dan menggunakan fasilitas tersebut yang

sudah dibuat, ditata, dan diperbaiki oleh pemerintah kota, seperti yang

disampaikan juga oleh Kepala DPUPR Kota Tegal bahwa harusnya ada edukasi

dan sosialisasi terhadap masyarakat untuk saling menjaga dan merawat serta

saling menghargai hak pejalan kaki.

Oleh karena itu, perlu ada suatu hal kecil yang paling tidak bisa

mensosialisasikan dampak positif jika trotoar digunakan dengan baik sehingga


5

perlahan masyarakat akan sadar dengan sendirinya untuk bersama menjaga,

merawat serta menggunakan penggunaan faslitias publik khususnya trotoar ini

sesuai dengan aturan yang telah ada.

Untuk mewujudkan hal kecil tersebut terkadang memang tidak mudah dan

memerlukan bantuan juga dukungan dari banyak pihak, sehingga pada akhirnya

bisa memberikan efek yang sesuai dengan harapan yaitu untuk membangunkan

kesadaran masyarakat akan pentingnya trotoar sebagai ruang khusus masyarakat

untuk berjalan kaki dari satu tempat menuju tempat lain secara aman.

Diera digital seperti saat ini, banyak masyarakat yang mengandalkan

perangkat gawai dan media sosial sebagai tempat mencari informasi, dan hal ini

juga membuat Pemerintah kota terus berinovasi dengan mengikuti tren yang ada

agar bisa menyampaikan informasi yang lebih cepat kepada warganya. Disini

terdapat suatu peluang untuk menyematkan hal kecil yang sebelumnya disebutkan

diatas agar bisa lebih tersampaikan dengan mudah dan cepat tanpa perlu

menghabiskan banyak biaya dan tenaga, yaitu dengan mewujudkan hal kecil

tersebut kedalam Video Animasi 3D Low Poly sebagai edukasi masyarakat dalam

penggunaan trotoar yang sesuai aturan, dengan tujuan utama agar masyarakat kota

tegal pada umumnya bisa lebih memahami bagaimana harus bersikap terhadap

fasilitas umum yang telah disediakan sebaik mungkin.

Berdasarkan dari penjelasan diatas bisa ditarik kesimpulan untuk

membuatkan suatu video animasi tentang kesadaran penggunaan trotoar sebagai

langkah mengisi inovasi yang terus dilakukan pemerintah dalam membangun

kota dengan fasilitas publik yang memadai dan menarik minat wisata, maka
6

dilakukan pengambilan judul “Perancangan Video Animasi 3D Low Poly

Sebagai Media Sosialisasi Aturan Dalam Menggunakan Trotoar di kota

Tegal”. Bahwasannya dengan adanya video animasi 3D Low poly ini

diharapkan masyarakat lebih teredukasi dan sadar terhadap fungsi sebenarnya

dari Trotoar ini sebagai tempat khusus pejalan kaki, bukan untuk berdagang,

tempat parkir atau jalan alternatif ketika jalan utama itu ditutup.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan yang sudah ada dalam latar belakang diatas dapat

diambil permasalahannya sebagai berikut :

a. Situasi dilokasi kurang adanya media yang efektif bahkan justru

jarang didapati sebuah media pemberitahuan atau sosialisasi yang

terkait dengan penggunaan trotoar yang sesuai dengan aturan,

sehingga membuat sejumlah pedagang kaki lima tetap bersikeras

untuk berjualan diatas trotoar.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahannya

sebagai berikut :

a. Bagaimana teknik dalam membuat Video Animasi 3D Low Poly

yang nantinya mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan

fungsi Trotoar ?

b. Bagaimana menginformasikan kesadaran masyarakat akan trotoar

sebagai tempat khusus pejalan kaki melalui Video Animasi 3D Low

Poly ?
7

1.4. Batasan Masalah

Dari kesimpulan yang ditarik dalam Latar belakang diatas, maka langkah

yang dilakukan berupa pembuatan video animasi dapat dirumuskan bahwa

terdapat batasan-batasan informasi agar sekiranya produk tersebut bisa lebih

efektif jika diterapkan, antara lain :

1.5.1. Sebagai Media Utama

a. Konten yang ditampilkan dalam video animasi tersebut

bersifat lebih umum agar mudah dimengerti masyarakat awam

pada umumnya.

b. Dalam video tersebut hanya akan menampilkan informasi dari

fungsi utama trotoar yaitu ruang pejalan kaki yang layak dan

cara untuk ikut menjaga Trotoar sebagai fasilitas publik agar

tidak mudah rusak.

c. Unsur konten yang ditampilkan dalam produk video animasi

juga tetap mengacu kepada aturan yang telah dibuat oleh

pemerintah.

1.5.2. Sebagai Media Pendukung

a. Dikreasikannya sebuah poster infografis yang bisa digunakan

secara digital maupun cetak yang mencakup inti informasi dari

konten yang dijelaskan dalam video sebagai media pendukung

atau pelengkap.
8

1.5. Manfaat Dan Tujuan

1.5.1. Manfaat

Metode Pengumpulan data melalui pengamatan secara

langsung atau observasi dari objek penelitian.

1. Peneliti

Mampu Mengamati Objek yang diobservasi dan

menginformasikan cara baru yang lebih efisien dan mudah

dipahami.

2. Akademik

Mendapatkan Referensi baru tentang tata cara

meningkatkan atau membangun kesadaran masyarakat

tentang fasilitas umum.

3. Objek Yang diteliti

Diharapkan mampu Mengalami sedikit perubahan

dan penggunaan yang lebih efektif

1.5.2. Tujuan

Adapun penyusunan laporan tugas akhir ini mempunyai tujuan

sebagai berikut :

1. Kesadaran masyarakat tentang hak pejalan kaki di Trotoar

jadi lebih baik

2. Pemerintah Kota bisa lebih mudah mengatur dan menata

fasilitas publik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Definisi Animasi

Animasi atau anima dalam bahasa latin, bisa diartikan sebagai suatu

proses merekam dan memainkan sekumpulan gambar atau benda statis yg

disusun secara berurutan sehingga gambar tersebut seolah olah bergerak

dan memberikan kesan hidup.

Secara umum terdapat 3 jenis pembuatan animasi, yaitu Traditional

Animation, Stop Motion Animation, dan Computer Graphic Animation.

a. Pengertian Traditional Animation.

Animasi Tradisional secara umum ialah animasi yang

memiliki teknik dimana setiap frame digambar dengan tangan.,

Animasi tradisional juga bisa disebut dengan animasi klasik. Film

animasi tradisional pertama yang dibuat dalam sejarah berjudul

“Fantasmagorie”, film animsi tersebut dibuat oleh The French

Karcaturist Emile Cohl pada tahun 1908. Film animasi tersebut

digambar menggunakan gaya garis kapur dengan tangan dalam

bentuk objek dan pose yang berbeda-beda, lalu baru dilakukan

penangkapan gambar menggunakan kamera sehingga cukup

memperlihatkan animasi atau gambar yang bergerak.

9
10

Salah satu teknik dalam animasi tradisional yang paling sering

digunakan ialah teknik Walk Cycles, dimana dalam teknik ini

animator menggambar beberapa frame diselembar kertas yang

menggambarkan teknik berjalan seseorang yang nantinya bisa

digunakan dalam pembuatan animasi pergerakan karakter.


11

b. Pengertian Stop Motion Animation.

Stop Motion Animation adalah suatu teknik animasi yang

melibatkan penciptaan ilusi gerak melalui manipulasi fisik benda,

baik benda mati maupun makhluk hidup (Andrew Selby, 2013:135).

Secara bertahap objek dipindahkan dari satu titik ke titik lain dan

dipotret, kemudian dari setiap foto tersebut disatukan sehingga

membentuk frame-frame yang menampilkan sebuah ilusi gerakan.

Menurut Andrew Selby (2013, 135-143) terdapat beberapa

macam stop motion animation, diantaranya :

a. Sand and oil-paint Animation (Animasi dengan menggunakan

pasir lukis)

b. Simple paper cut-outs (Animasi yang menggunakan objek

bergerak berbahan kertas, kain atau kartu)

c. Armatures (Animasi yang menggunakan kerangka struktural

seperti kawat atau bahan lain sebagai objek geraknya)

d. Puppets (Sesuai dengan namanya, animasi yang satu ini

menggunakan boneka atau wayang sebagai objek geraknya)

e. Claymation (Animasi yang dikembangkan dengan plastisin

atau clay sebagai pembentuk objek geraknya, baik makhluk

hidup, benda mati atau objek pendukung lainnya)

f. Model And Object Animation (Animasi stop motion yang

menggunakan live-action dari model dan objek yang ada

didunia nyata).
12

c. Pengertian Computer Graphic Animation.

Computer Graphic Animation jenis animasi yang keseluruhan

prosesnya dikerjakan dengan media komputer, dan dapat berupa

animasi 2D maupun animasi 3D.

Istilah Computer Graphic Animation sendiri pada umumnya

dikenal dengan CGI atau Computer-Generated Imagery, dimana

animasi yang digunakan adalah model animasi 3D sehingga bisa

menghasilkan gambar yang lebih dinamis dan modern.

Animasi yang dihasilkan melalui komputer secara digital juga

lebih mudah untuk dikendalikan daripada menggunakan proses

animasi lainnya, karena tidak lagi dikerjakan dengan sketsa tangan

manual sehingga keseluruhan proses pembuatan animasi menjadi

lebih mudah dan lebih cepat.

Dalam menciptakan sebuah ilusi gerakan, Computer graphic

animation menampilkan gambar yang secara berulang dan

bergantian dengan gambar yang serupa dalam waktu tertentu,

kecepatan pergantian gambar tersebut diukur menggunakan satuan

frame/detik dan pada umumnya berkisar 24, 25 dan 30 frame/detik.


13

2.1.2. Definisi Animasi 2D

Animasi Dua Dimensi (2D) merupakan teknik pembuatan animasi

dengan menggunakan gambar bersumbu (axis) dua yaitu X dan Y.

Animasi ini lebih dikenal dengan animasi manual yang prosesnya dimulai

dengan menggambar diatas selebar kertas, yang kemudian di scan agar

dirubah menjadi file digital.

File digital tersebut kemudian yang digunakan untuk membuat

sebuah animasi dengan menyatukan setiap frame pergerakan, dengan cara

membuat key drawing terlebih dahulu sebagai pose utama atau gerakan

utama dalam animasi yang kemudian disisipkan gambar inbetween atau

istilahnya gambar dari gerakan utama agar terlihat lebih halus dan hidup.

Animasi dua dimensi (2D) atau animasi dwi-matra juga dikenal

dengan flat animation, dalam proses pembuatannya terdapat beberapa

teknik yang bisa digunakan, antara lain :

a. Cell Technique

Rangkaian gambar yang dibuat diatas lembaran transparan yang

tembus pandang /sel (cell) dan membentuk suatu ilusi pergerakan.

b. Computing 2D

Dalam teknik ini Animasi 2D sudah dikembangkan dengan

komputer yang membuat pembuatannya terasa lebih mudah.


14

2.1.3. Definisi Animasi 3D

Animasi 3D adalah teknik pembuatan animasi yang memiliki sumbu

gerak (axis) tiga yaitu X, Y dan Z, berbeda dengan animasi 2D yang hanya

memiliki 2 sumbu gerak saja. Animasi 3D dapat didefinisikan sebagai

animasi yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Tahapan

pembuatan animasi 3D secara keseluruhan dibuat dengan media komputer,

mulai dari modelling, texturing, rigging, animating, lighting, dan

rendering.

Menurut Pandu Aji W (2012:10) Didalam modelling suatu objek

ataupun karakter dalam Animasi 3D terdapat tiga macam teknik yang

umum digunakan, diantaranya :

a. Polygonal Modelling yang merupakan pemodelan yang terdiri dari

vertices (vertex/titik), yang jika disambungkan akan membentuk

sebuah garis (edge), dan apabila garis tersebut disambungkan

dengan garis yang lain maka akan terbentuklah sebuah face (bidang).

b. Curve Modelling ialah pemodelan yang memanfaatkan tool atau

objek curve untuk membentuk suatu bidang.

c. Digital Sculpting yang merupakan pemodelan yang terbentuk dari

hasil pahatan, teknik ini mampu menghasilkan model dengan tingkat

kehalusan bidang yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk

membuat detail tertentu pada sebuah model.


15

Proses pembuatan animasi 3D juga terdapat 2 kategori yang digunakan

dalam pemodelan karakter atau objeknya yaitu Low Poly dan High Poly.

Gambar 2.1 - High Poly vs Low Poly

Tak hanya itu saja, pemodelan 3D juga terdiri atas dua macam,

antara lain :

a. Hard Surface atau benda yang memilki permukaan keras seperti

benda buatan manusia, konstruksi, perabotan dan yang lainnya.

b. Organic atau model organik yang merupakan subjek yang secara

alami ada dialam seperti manusia, hewan, tumbuhan, batu, air ,

awan, bahkan juga petir.


16

2.1.4. Prinsip Animasi

Pembuatan sebuah animasi juga tak bisa asal-asalan dilakukan,

melainkan diperlukan atau bahkan wajib memperhatikan 12 Prinsip

utama animasi agar terlihat lebih nyata atau hidup, diantaranya :

1. Spacing and timing

Gambar 2.2 - Spacing and Timing

Merupakan saat / waktu dalam unit frame yang menentukan

kapan sebuah gerakan terbentuk, atau secara sederhana bisa

dikatakan waktu dalam unit frame yang berada diantara 2 pose.

2. Squash and stretch

Gambar 2.3 - Squash and Stretch

Squash and stretch ialah suatu upaya untuk penambahan

efek elastis dan lentur pada objek sehingga membuatnya seolah-

olah “memuai” atau “menyusut” dan bisa memberikan efek gerak

yang lebih hidup.


17

3. Anticipation

Gambar 2.4 - Anticipation

Secara bahasa Anticipation bila diterjemahkan artinya

antisipasi atau persiapan, yang dimaksud persiapan disini ialah

ketika objek tersebut akan bergerak harus melakukan suatu

awalan atau ancang-ancang, agar gerakan yang dihasilkan terlihat

lebih natural.

4. Staging

Gambar 2.5 - Staging

Sama seperti halnya dalam sebuah film atau teater, animasi

juga memiliki staging yang dimana menentukan bagaimana

lingkungan dibuat untuk mendukung suasana atau mood yang

ingin dicapai dalam sebuah scene atau adegan.


18

5. Straight ahead action and pose to pose

Gambar 2.6 - Straight Ahead and Pose to pose

Sebuah proses pengerjaan animasi yang dilakukan secara

langsung atau per pose

6. Follow Through and overlapping action

Gambar 2.7 - Follow Through and Overlapping

Sebuah gerakan dari bagian tubuh sebuah karakter atau

objek yang bergerak mengikuti gerakan dari bagian utama tubuh

objeknya, dan overlapping sendiri merupakan gerakan tambahan

dari objek yg bergerak, sebagai contoh ketika karakter sedang

berlari terdapat pergerakan tangan dan kaki yang berbeda untuk

menghidupkan gerakan tersebut.


19

7. Slow in and slow out

Gambar 2.8 - Slow in & Slow out

Suatu perlambatan yang terjadi sebelum dan setelah pose gerakan.

8. Arch

Gambar 2.9 - Arch

Pergerakan yang dilakukan mengikuti bentuk melengkung,

contohnya ketika sebuah karakter akan memukul bola baseball.

9. Secondary Action

Gambar 2.10 - Secondary Action

Secondary Action ialah gerakan yang dilakukan disamping

gerakan utama yang bertujuan memperhalus sebuah pergerakan

yang dilakukan.
20

10. Appeal

Gambar 2.11 - Appeal

Suatu pose dan gerakan yang menguatkan karakteristik dari

tiap karakter atau objek yang dibuat.

11. Exaggeration

Gambar 2.12 - Exaggeration

Merupakan suatu gerakan yang melebih-lebihkan dari gerakan

normal.
21

12. Solid Drawing

Gambar 2.13 - Solid Drawing

Merupakan sebuah pose yang menguatkan gerakan utama.


22

2.1.5. Video Edukasi

Bisa dikatakan video edukasi memiliki arti yang sama dengan video

pembelajaran yaitu sebagai media penyampaian informasi dengan tujuan untuk

membangun atau mengajarkan suatu kebiasaan yang lebih baik dari sebelumnya.

a. Pengertian Video

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, video memiliki arti

rekaman gambar hidup atau program yang bisa ditayangkan lewat

pesawat televisi.

Sedangkan kata Video sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu

video-vidi-visum yang artinya melihat (mempunyai daya

penglihatan), sehingga bisa dikatakan video merupakan tayangan

gambar bergerak yang disertai dengan suara.

Media video merupakan salah satu jenis media audio visual

yang mengandalkan indera pendengaran dan indera penglihatan

sebagai penerimanya. Media audio visual merupakan salah satu

media yang dapat digunakan dalam pembelajaran atau edukasi akan

suatu informasi penting yang mungkin bisa diterapkan dalam

kehidupan masyarakat pada umumnya.

Menurut Azhar Arsyad (2011 : 49) yang menyatakan bahwa

video merupakan susunan gambar dalam satu frame yang kemudian

diproyeksikan melalui lensa proyektor atau media lainnya sehingga

memperlihatkan gambar yang lebih hidup.


23

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa video

merupakan salah satu jenis media audio-visual yang dapat

menggambarkan suatu objek yang bergerak bersamaan dengan suara

yang sesuai.

Kemampuan video melukiskan gambar dan suara memberikan

daya tarik tersendiri. Video dapat menyajikan informasi,

memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,

mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu,

bahkan terkadang bisa mempengaruhi sikap, sehingga penerapan

video sebagai sarana edukasi penyampaian informasi yang lebih

dinamis dan mudah dipahami banyak orang dari berbagai kalangan.

b. Video sebagai Media Pembelajaran

Secara bahasa Media berasal dari kata Medius yang jika

diartikan dari bahasa latin adalah tengah, perantara atau pengantar.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia sendiri mengungkapkan bahwa

media adalah alat (sarana) komunikasi seperti radio, koran, majalah,

televisi, film, poster, dan spanduk.

Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa media

ialah alat bantu atau segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima yang bisa

dipakai dalam proses pembelajaran, dengan tujuan bisa membuat

pembelajaran dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien.

Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi yang semakin


24

maju dan pemahaman manusia yang lebih cepat menangkap

informasi melalui gambar atau video dibandingkan dengan tulisan

saja, sehingga pembuatan media pembelajaran atau edukasi dalam

bentuk video juga cukup menarik untuk diterapkan diera digital

sekarang ini.

Video Pembelajaran memiliki pengertian yaitu sebagai media

untuk mentransfer pengetahuan yang dapat digunakan sebagai

proses belajar. Video Pembelajaran juga dinilai lebih interaktif dan

lebih spesifikasi dibandingkan dari sebuah buku atau kuliah. Video

pembelajaran juga sering diisi juga dengan tutorial yang bisa

digunakan sebagai media pengajaran atau percontohan dalam

sebuah penyelesaian pekerjaan atau yang lainnya.

Penggunaan media video sebagai pembelajaran atau edukasi

bukan tanpa tujuan, Menurut Ronal Anderson (1987 :104) terdapat

beberapa tujuan dari penggunaan media video sebagai pembelajaran

atau edukasi, antara lain :

1. Tujuan Kognitif

a. Dapat Mengembangkan kemampuan kognitif

yang menyangkut kemampuan mengenal

kembali dan kemampuan memberikan

rangsangan berupa gerak dan sensasi.


25

b. Dapat mempertunjukkan serangkaian gambar

diam tanpa suara sebagaimana media foto dan

film bingkai meskipun kurang ekonomis

c. Dapat menunjukan contoh cara bersikap atau

berbuat dalam suatu penampilan, khususnya

menyangkut interaksi manusiawi.

2. Tujuan Afektif

a. Dapat menjadi media yang sangat baik dalam

mempengaruhi sikap dan emosi, ditambah lagi

dalam video digunakan pula efek dan teknik yang

baik.

3. Tujuan Psikomotorik

a. Menjadi media yang tepat untuk memperlihatkan

contoh keterampilan yang menyangkut gerak,

dengan cara memperlambat ataupun

mempercepat gerakan yang ditampilkan.

b. Menjadi umpan balik secara visual terhadap

kemampuan saat ini sehingga mampu mencoba

keterampilan yang dicontohkan.


26

Penggunaan Media Video sebagai pembelajaran dan edukasi

juga memiliki manfaat, yang dimana manfaat media video tersebut

dijelaskan menurut Andi Prastowo (2012 : 302), antara lain :

A. Memberikan pengalaman yang berbeda dalam

penyerapan informasi dan tata cara yang lebih baik

B. Memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada

awalnya tidak mungkin bisa dilihat

C. Menganalisis perubahan dalam periode waktu tertentu

D. Memberikan pengalaman kepada penerima informasi

untuk merasakan suatu keadaan tertentu.

Setelah penjelasan diatas mengenai tujuan dan manfaat

penggunaan media video sebagai pembelajaran dan edukasi, Media

Video juga mempunyai Kelebihan dan Kekurangan. Berikut ini

Kelebihan dan Kekurangan Media video yang telah dirangkum dari

berbagai ahli yang mengemukakannya, antara lain :

1. Kelebihan Media Video

a. Menambah suatu dimensi baru didalam

Pembelajaran atau edukasi akan suatu informasi

b. Dapat Menampilkan suatu fenomena yang

mungkin sulit dilihat secara nyata.

c. Dapat efek tertentu, bisa memperkokoh proses

pemahaman maupun penerapan informasi yang

disampaikan
27

2. Kekurangan Media Video

a. Pengambilan yang kurang tepat bisa

menimbulkan keraguan penonton dalam

menafsirkan gambar yg ditampilkan

b. Membutuhkan alat proyeksi untuk dapat

menampilkannya

c. Biaya produksi yang relatif tinggi dan hanya

sedikit orang yang mampu mengerjakannya

d. Sifat komunikasinya bersifat satu arah, dan harus

diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik

yang lain.
28

2.1.6. Definisi Pejalan Kaki dan Aturannya

Pedestrian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai

pejalan kaki, dan para pejalan kaki yang terdapat di Negara Kesatuan Republik

Indonesia ini diatur dalam Undang-Undang Negara guna memberikan rasa

nyaman dan aman.

Salah satu aturan tersebut seperti yang disebutkan dalam Pasal 132 ayat (1)

UU LLAJ tentang kewajiban seorang pejalan kaki yaitu menggunakan bagian

jalan yang diperuntukan bagi pejalan kaki atau jalan yang paling tepi dan

menyeberang ditempat yang telah ditentukan.Yang dimaksudkan dalam hal ini

terkait ruang atau bagian jalan yang diperuntukan bagi pejalan kaki ialah sebuah

trotoar.

Pejalan kaki di Indonesia tak hanya meiliki kewajiban saja yang harus

dipatuhi melainkan mereka juga memiliki hak yang dimana dijelaskan dalam

Pasal 131 ayat (1) UU LLAJ tentang hak pejalan kaki yaitu Berhak atas

ketersediaan fasilitas pendukung berupa trotoar, tempat penyeberangan dan

fasilitas lain.

Fasilitas penyeberangan untuk pejalan kaki dapat berupa zebra cross dan

penyeberangan lain seperti jembatan atau terowongan, dan fasilitas lain yang

terdapat di pasal tersebut ialah berupa tanda penyeberangan ditepi jalan untuk

memperingati pengendara kendaraan yang melewati jalan tempat penyeberangan

itu berada agar lebih waspada dan mengutamakan keselamatan bagi pejalan kaki.

Namun jika dilihat dari kenyataanya, banyak masyarakat Indonesia sebagai

pejalan kaki banyak yang tidak mematuhi aturan yang telah dibuat tersebut,
29

padahal bila ditelusuri kembali terdapat sanksi yang bisa diberikan kepada para

pejalan kaki apabila menyeberang tidak pada tempatnya ataupun tidak

memperhatikan keselamatan dan kelancaran lalu lintas disekitarnya.

Hal yang demikian menurut peraturan lalu lintas dinegara ini “dianggap

mengakibatkan gangguan fungsi jalan atau lalu lintas secara umum”.

Peraturan dan sanksi tersebut diatur dalam Pasal 274 ayat (1) UU LLAJ

yang menyebutkan bahwa “Setiap orang yang melakukan perbuatan yang

mengakibatkan kerusakan dan/atau gangguan fungsi dipidana dengan pidana

penjara paling lama 1 tahun atau denda paling banyak Rp. 24 Juta.”

Aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah memang sudah sangat jelas,

namun kenyataannya banyak masyarakat yang masih melakukan pelanggaran

tersebut bukan tak lain karena minimnya fasilitas seperti yang dijelaskan dalam

pasal 131 ayat (1) UU LLAJ diatas.

Tak hanya itu, kesadaran masyarakat untuk ikut merawat fasilitas yang

sudah dibuat dan ditata oleh pemerintah juga dinilai sangat kurang, akibatnya saat

ini bisa diamati banyak trotoar yang rusak, kotor, bahkan juga tak sedikit yang

berbau. Hal itu mengakibatkan apabila ada seseorang atau lebih akan

menggunakannya harus sedikit memutar atau membahayakan dirinya dengan

melewati pinggiran jalan.


30

2.1.7. Definisi Dan Jenis-Jenis Trotoar.

Jika dikutip dari keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.

76/KPTS/Db/1999 tanggal 20 Desember 1999, Trotoar memiliki pengertian yaitu

bagian dari jalan raya yang khusus disediakan untuk pejalan kaki yang terletak

didaerah manfaat jalan, trotoar memiliki lapisan permukaan yang lebih tinggi dari

permukaan jalan dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan yg

melewati jalan tersebut.

Fungsi utama trotoar seperti aturan yang pasalnya sudah disebutkan

sebelumnya ialah sebagai fasilitas pejalan kaki yang ingin bepergian dari satu

tempat ketempat lain dengan aman, nyaman dan lancar.

Penataan Trotoar sendiri diatur dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007

Tentang penataan Ruang dan Undang-Undang No. 43 tahun 1993 tentang

prasarana dan lalu lintas, yaitu ada beberapa jenis ruang untuk pejalan kaki :

a. Ruang Pejalan kaki disisi Jalan (Side walk)

Sistem Jalur pejalan kaki yang ada dari tepi jalan raya hingga

tepi terluar lahan milik bangunan. Model ruang pejalan kaki atau

trotoar seperti ini merupakan yang paling sering dijumpai dan

banyak digunakan oleh masyarakat.

b. Ruang Pejalan kaki disisi Air (Promenade)

Sistem Jalur pejalan kaki yang pada salah satu sisinya

berbatasan langsung dengan badan air ataupun sistem pengairan.


31

c. Ruang Pejalan kaki dikawasan komersial/Perkantoran (Arcade)

Sistem Jalur pejalan kaki yang berdampingan dengan

bangunan disalah satu sisinya atau dikedua sisinya.

d. Ruang Pejalan kaki di Ruang Terbuka Hijau / RTH (Green

Pathaway)

Sistem Jalur pejalan kaki yang satu ini terletak diantara ruang

terbuka hijau dan memiliki kemungkinan untuk dilengkapi dengan

berbagai elemen ruangan seperti kios umum, bangku, hidran air,

telepon umum atau marka jalan.

e. Ruang Pejalan kaki di Bawah Tanah (Underground)

Sistem Jalur pejalan kaki ini memiliki posisi yang berada

dibawah permukaan tanah dengan tujuan tertentu. Seperti untuk

menghubungkan ruang pejalan kaki biasa dengan stasiun atau sistem

transportasi umum bawah tanah.

Ruang pejalan kaki bawah tanah juga tak jarang dijumpai

untuk menghubungkan gedung bertingkat yang memiliki lahan

parkir dibawah tanah diantara jalan raya dibanyak kota besar.

f. Ruang Pejalan kaki di Atas Tanah (Elevated)

Sistem Jalur pejalan kaki yang terdiri atas bagian bangunan

untuk penyeberangan jalan bagi pejalan kaki, dan biasanya juga


32

digunakan untuk menghubungkan transportasi umum yang memiliki

jalur elevated seperti MRT, LRT atau yang lainnya.

Untuk yang digunakan sebagai penghubung transportasi

umum dengan jalur elevated ini merupakan ruang pejalan kaki yang

biasanya terdapat dikota-kota besar, bahkan juga tak sedikit dari

ruang pejalan kaki elevated ini dilengkapi dengan lift atau eskalator

untuk memudahkan para pejalan kaki khususnya para disabilitas.


33

2.2. Kerangka Berfikir

Pada perancangan ini terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui

untuk menghasilkan produk yang nantinya bisa sesuai dengan kebutuhan

dan mudah dimengerti, karena informasinya yang jelas dan sesuai dengan

keadaan sesungguhnya. Tahapan yang dimaksud ialah seperti yang

digambarkan pada berikut ini :

Gambar 2.14 - Kerangka Berfikir


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Didalam proses penelitian yang beragam, pembagian waktu dan pemilihan

tempat juga dilakukan sebaik mungkin guna meminimalisir waktu yang bisa saja

terbuang, berikut ini data lokasi tempat penelitian beserta waktu nya :

No. Waktu Lokasi Penelitian

1. Maret – April 2020 Website Terkait, E-Journal, E-

Library

2. April – Mei 2020 Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang Kota Tegal

Tabel 3.1 - Waktu dan Lokasi Penelitian

3.2. Jenis Penelitian

Didalam proses penelitian ini dilakukan dengan berbagai macam cara, dan

dalam mengikuti anjuran pemerintah mengenai pembatasan sosial maka

dilakukan penelitian dengan menelusuri berbagai informasi menggunakan media

digital yang sudah ada. Berikut ini dijelaskan jenis-jenis penelitian yang dilakukan

guna memenuhi informasi yang dibutuhkan, antara lain :

34
35

a. Penelusuran E-Journal : Penelitian dengan cara menelusuri E-

journal ini dilakukan untuk mencari tau informasi yang sebelumnya

mungkin sudah pernah dimuat dalam beberapa jurnal baik dari

kampus, universitas atau perguruan tinggi diberbagai kota di

Indonesia.

b. Penelusuran E-Library : Penelusuran ini dilakukan dengan

membuka situs resmi dari Perpustakaan Nasional Indonesia dan

berbagai situs perpustakaan lain yang tersedia.

c. Penelusuran Website Terkait : Penelitian juga dilakukan

menggunakan cara menelusuri langsung informasi yang memang

dimungkinkan tidak terdapat di E-Journal ataupun E-Library, agar

informasi yang didapat juga lebih presisi. Dibeberapa informasi juga

seringkali hanya terdapat diwebsite pribadi seperti informasi jenis

trotoar contohnya yang banyak diantaranya hanya tercantum khusus

agar sesuai dengan standar internasional.

d. Penelusuran Dinas atau Lembaga Terkait : Dalam mencari

informasi mengenai ketentuan dan data infrastruktur sangat

diperlukan untuk menelusuri website resmi dari Dinas atau Lembaga

terkait bahkan menghubungi dinas terkait melalui nomor telepon

resmi atau email, dan jika sangat diperlukan maka dilakukan

kunjungan atau observasi langsung agar mendapatkan data yang

lebih akurat.
36

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Didalam proses pengumpulan data, penelitian ini juga dilakukan dengan

berbagai macam cara, antara lain :

3.4.1. Observasi

Dalam proses observasi, dilakukan penelitian dengan

mengamati dan meneliti data yang dibutuhkan seperti keadaan

trotoar dan masalah-masalah yang terjadi dilingkungan wilayah

Kota Tegal khususnya Area sekitar Alun-Alun hingga Stasiun Besar

Kota Tegal. Dalam memperoleh data tersebut, dilakukan lah

observasi secara langsung ke Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang Kota Tegal dengan menanyakan langsung perihal yang

dibutuhkan kepada pihak humas atau pengaduan yang kemudian

diteruskan ke Kepala DPUPR Kota Tegal Bapak Sugiyanto.

Dalam melakukan proses observasi ini tidak bisa begitu saja

dilakukan, melainkan diperlukannya surat pengantar atau izin

observasi yang nantinya disampaikan kepada pihak humas atau

pengaduan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang atau

DPUPR Kota Tegal.


37

3.4.2. Wawancara

Dalam melakukan pihak terkait untuk memperoleh informasi

yang dibutuhkan, dilakukan wawancara dengan Dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Tegal secara langsung

dengan Kepala DPUPR Kota Tegal yaitu Bapak Sugiyanto seputar

kondisi trotoar dan sejumlah masalah yang diterima saat ini beserta

aturan yang terapkan.

Wawancara dilakukan secara detail namun singkat sesuai

dengan batasan informasi yang dibutuhkan agar lebih presisi dan

tidak terlalu berlebihan untuk diangkat menjadi sebuah karya yang

nantinya bertujuan sebagai edukasi ke masyarakat awam diwilayah

Kota Tegal.

3.4.3. Studi Literatur

Didalam pengumpulan informasi melalui studi literatur

dilakukan melakukan penelusuran jurnal dan buku baik dari

Universitas atau perguruan tinggi, Perpustakaan Indonesia, dan

website atau ebook dari kalangan internasional.

Khusus dalam pengambilan Informasi seputar Animasi, data

dihimpun dari berbagai judul buku atau postingan pribadi dan

pengarang dengan tahun yang berbeda-beda, diantaranya :

a. Animation, Layout And Composition. Yang merupakan buku

hasil karya Ed Ghertner dan diterbitkan oleh FocalPress pada

tahun 2010
38

b. Animation. Yang merupakan portofolio hasil karya Andrew

Selby dan diterbitkan oleh Laurence King pada tahun 2013

c. Teknik Modelling 3D. Yang dipost dalam website pribadi

karangan Pandu Aji Wirawan Pada tahun 2012

d. Animasi : Pengetahuan Dasar Film Animasi. Sebuah Buku

karangan Gotot Prakosa yang diterbitkan oleh Fakultas Film

dan Televisi Institut Kesenian Jakarta Pada tahun 2010.

Selain itu informasi yang menjelaskan seputar peraturan

perundang-undangan Republik Indonesia didapat dengan mengakses

situs resmi dari Kementerian atau Departemen Pemerintahan terkait.

Seperti diantaranya :

a. Undang - Undang RI No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan. Diperoleh melalui situs resmi

Departemen Perhubungan Republik Indonesia

b. Undang - Undang RI No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang. Diperoleh melalui situs resmi Kementerian Agraria

dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia

c. Undang - Undang RI No. 43 Tahun 1993 Tentang Prasarana

dan Lalu Lintas Jalan. Diperoleh melalui situs resmi

Departemen Perhubungan Darat Republik Indonesia


39

Terdapat pula informasi yang didapatkan dari Pemerintah Kota

Tegal yaitu mengenai Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 3 Tahun

2008 Tentang Peraturan Pedagang Kaki Lima yang diperoleh

melalui situs resmi dari Pemerintah Kota Tegal.

Sebagaimana sudah dijelaskan diatas pelaksanaan studi

dilakukan dengan menggunakan sarana media digital yang sudah

disediakan pihak terkait guna meminimalisir penggunaan waktu dan

mengikuti anjuran dari pemerintah disaat penelitian ini berlangsung.


40

3.4. Teknik Analisis Data

Setelah melalui proses pengumpulan data, hasil dari penelitian ini dapat

disimpulkan, antara lain :

3.4.1. Observasi

Selama proses Observasi, lokasi disekitar Alun-alun kota

Tegal hingga Stasiun Besar kota Tegal masih banyak sejumlah

pedagang yang menggelar dan membuka dagangannya, apalagi jika

waktu mulai beranjak sore hingga malam.

Jika situasi weekend atau libur panjang justru jumlah

pedagang membuka dagangan diatas Trotoar hingga menutupi bahu

jalan juga semakin banyak bahkan tak jarang pula terdapat warung-

warung lesehan yang menggunkan trotoar sebagai ruang untuk

konsumen jika ingin makan ditempat.

Hasilnya para pejalan kaki pun mau tak mau harus mengalah

dan turun melewati bahu jalan berdekatan dengan sejumlah

kendaraan yang berlalu lalang pelan akibat banyaknya masyarakat,

secara tidak langsung pedagang yang berjualan diatas trotoar ikut

merusak fasilitas publik tersebut dan berakibat banyaknya trotoar

yang pecah atau sedikit menurun hingga berlubang.

Kerusakan kecil seperti inilah yang terkadang justru membuat

para pejalan kaki menjadi enggan menggunakan trotoar dengan

alasan keselamatan, dan mau tak mau harus kembali turun kejalan.
41

3.4.2. Wawancara

Menurut hasil wawancara menyebutkan, pihak DPUPR selaku

pemelihara fasilitas publik rutin melakukan pengecekan, perawatan

dan perbaikan terhadap trotoar dikawasan Alun-alun hingga Stasiun

Besar kota Tegal, mulai dari kerusakan ringan / kecil hingga

beberapa kerusakan berat / besar.

Namun mereka juga menegaskan, mau seberapa seringpun dan

sebagus apapun fasilitas publik itu dibuat dan dipelihara oleh

Pemerintah akan percuma apabila masyarakat yang ada disekitarnya

tidak sadar untuk ikut menjaga dan menggunakan fasilitas publik

(Trotoar) sesuai dengan semestinya yaitu tempat pejalan kaki.

3.4.3. Studi Literatur

Didalam pengumpulan informasi melalui studi literatur sendiri

menghasilkan beberapa penjelasan berupa Pengertian animasi,

teknik modelling 3D baik objek maupun karakter dan 12 Prinsip

animasi yang harus diterapkan dalam setiap pembuatan video/ film

animasi, dikarenakan animasi yang akan digunakan ialah animasi 3D

Low poly yang secara mudah bisa digambarkan dengan jumlah poly

atau vertices atau titik dari sebuah objek yang berjumlah lebih sedikit

dari animasi reguler atau bisa disebut juga animasi High Poly yang

lebih terlihat realistis.


42

Selain itu didapatkan pula informasi yang menjelaskan seputar

peraturan perundang-undangan Republik Indonesia yang mengatur

beberapa hal seperti hak dan kewajiban pejalan kaki berikut dengan

aturan mengenai larangan menggunakan trotoar untuk kepentingan

selain pejalan kaki dan pengguna sepeda, dan juga Definisi dan

Jenis-jenis Trotoar sesuai standar internasional yang ditetapkan

menurut undang-undang di Indonesia.


BAB IV

PERANCANGAN VISUAL

4.1. Riset Visual

4.1.1. Target Audience

Target Audience atau penonton utama dari perancangan ini adalah

masyarakat pada umumnya yang berada atau berstatus penduduk Kota

Tegal dan sekitarnya. Guna mendukung usaha Pemerintah Kota Tegal

yang tengah gencarnya memperbaiki dan membangun ulang fasilitas

publik untuk meningkatkan minat wisata dari masyarakat baik dari

wilayah Kota Tegal sendiri hingga wisatawan mancanegara agar lebih

aman, nyaman dan menyenangkan ketika fasilitas tersebut sudah bisa

digunakan seutuhnya.

4.1.2. Video Animasi

Pada perancangan Video Animasi 3D Low poly sebagai objek

penelitian, terdapat beberapa poin penting yang didapatkann dari sumber

observasi yang sudah disebutkan sebelumnya. Diantaranya ialah :

beberapa objek dan karakter yang menggambarkan ketika kawasan Alun-

alun hingga Stasiun Besar kota Tegal terdapat trotoar yang diatasnya

digunakan pedagan berjualan, sehingga berujung tersendatnya lalu lintas

disaat tertentu akibat pejalan kaki yang menggunakan tepi jalan untuk

menghindari pedagang yang menutupi trotoar. Kemudian pengaturan

43
44

timing dan stagging sefektif mungkin agar menyesuaikan dengan

kebutuhan waktu pada storyboard.

Dalam proses perancangan baik video animasi 3D low poly sebagai

media utama dan poster sebagai media pendukung, perlu diteliti juga

mengenai software yang akan digunakan dan dipilih sesuai dengan

kebutuhan dalam pembuatan animasi 3D low poly dan poster yang

berupa Blender v.2.79b sebagai program untuk membuat serangkaian

objek 3D low poly yang dianimasikan, dengan sebelumnya dibuatkan

storyboard secara manual dan discan untuk dilengkapi informasinya

menggunakan perangkat lunak Corel Draw X7, perangkat lunak tersebut

juga digunakan dalam perancangan poster sebagai media pendukung.

Dilanjutkan dengan menggunakan Adobe Premiere Pro CS6

sebagai perangkat lunak untuk mengeksekusi, editing dan finishing dari

video animasi tersebut.


45

4.1.3. Video Animasi 3D Low Poly

Pada Video Animasi 3D Low Poly yang menjadi objek penelitian

memiliki beberapa poin yang didapatkan dari berbagai hasil penelitian,

baik wawancaran dan observasi yang dilakukan sebelumnya. Diantaranya

adalah : Kondisi suasana dalam video animasi 3D Low Poly didasari atas

keadaan ketika wilayah Alun-alun Kota Tegal diwaktu malam weekend

atau libur panjang baik hari raya atau yang lainnya, dimana sering

tersendatnya lalu lintas akibat banyak orang yang berlalu lalang ditepian

jalan akibat penuhnya trotoar yang digunakan para pedagang untuk

menjajakan dagangannya. Karakter animasi 3D yanng akan digambarkan

dalam video dengan gaya low poly yakni kartun yang masih

memperlihatkan lekuk kasar dan tidak realistis.

Kemudian, teknik perancangan Video animasi 3D Low Poly yang

digunakan ialah animasi yang sesederhana mungkin agar mudah dicermati

dan dipahami masyarakat tanpa harus berpikir terlalu dalam. Sedangkan

perancangan storyboard menggunakan proses manual dengan cara

menggambar dikertas. Untuk software yang akan digunakan dipilih sesuai

dengan kebutuhan, dalam pembuatan dan perancangan video Animasi 3D

Low Poly terfokus pada penggambaran sederhana mengenai situasi yang

ada agar lebih mudah dan sesuai maka dipilih software : Blender v.2.79b

2017 untuk menghasilkan animasi 3D Low Poly, Adobe Premiere Pro CS6

untuk mengedit video hasil animasi sebelumnya, dan Adobe Audition CS6

untuk mengolah voice over yang ada dalam video.


46

4.2. Konsep Dasar Perancangan

4.2.1. Tujuan Kreatif

Perancangan ini bertujuan untuk memberikan alternatif media baru

yang edukatif dan interaktif kepada masyarakat awam, untuk mendukung

pemerintah dalam menata kawasan Alun-alun kota Tegal sebagai ikon kota

Tegal khususnya fasilitas publiknya seperti Trotoar. Dalam

perancangannya juga diharapkan dapat mengingatkan sekaligus secara

tidak langsung ikut membangun kesadaan masyarakan untuk berperilaku

lebih baik dalam menggunakan dan menjaga trotoar.

4.2.2. Strategi Kreatif

Pada perancangan video animasi ini menggunakan teknik low poly

yang tak hanya mempermudah dalam proses pembuatannya tetapi juga

untuk menarik minat dari masyarakat agar lebih sadar terhadap keberadaan

trotoar disekitanya. Dalam perancangan video animasi ini pula dibuat

sesederhana mungkin agar mudah dimengerti oleh penonton dan nantinya

bisa lebih mudah dalam proses penyerapan informasi yang disampaikan

dalam video animasi tersebut.


47

Berikut ini merupakan ringkasan yang menjadi strategi kreatif dari

video Animasi 3D Low poly :

a. Spesifikasi Singkat Video

Jenis Animasi : 3D Low Poly Animation

Durasi video : ± 2 Menit 50 Detik

Resolusi video : 1280 x 720 Pixels

b. Dasar pengambilan Lokasi

Dalam perancangan animasi 3D Low poly lokasi yang

diambil sebagai dasar pembuatannya ialah berada dijalan

antara Alun-alun kota Tegal dan Stasiun Besar kota Tegal.

4.2.3. Strategi Media

Seperti yang sudah sempat dijelaskan sebelumnya, media yang

digunakan dalam Perancangan Video Animasi 3D Low poly Sebagai

Media Sosialisasi Aturan dalam Menggunakan Trotoar ini nantinya akan

berbentuk video yang tentunya mudah untuk dibagikan dan disebarkan

melalui media digital atau elektronik.


48

4.3. Pra Produksi

4.3.1. Naskah dan Sinopsis

Pesatnya pertumbuhan penduduk membuat sejumlah kalangan

masyarakat berinisiatif untuk membuka usaha dengan berjualan, baik itu

makanan, jasa, maupun benda lain demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

Namun pertumbuhan masyarakat akan berusaha tidak dibarengi dengan

pertumbuhan area atau tempat yang bisa digunakan untuk berdagang yang

layak sehingga banyak pedagang memilih untuk berjualan diatas trotoar

agar bisa lebih menjangkau konsumen dan meningkatkan keuntungan,

tetapi jika melihat dari pengertian sebuah trotoar, tempat atau fasilitas

tersebut seharusnya hanya digunakan sebagai ruang pejalan kaki dalam

melakukan aktivitasnya.

Terlebih lagi diwilayah vital dan ikonik kota tegal yaitu sekitar

kawasan Alun-alun kota Tegal hingga Stasiun besar kota Tegal yang sudah

seharusnya memiliki fasilitas trotoar yang layak sekaligus aman dan

nyaman bagi pejalan kaki justru banyak dipenuhi pedagang kaki lima yang

menggunakannya sebagai lahan berjualan. Penyalahgunaan fungsi dari

trotoar tersebut berakibat dengan padatnya lalu lintas bahkan kemacetan

diruas jalan kawasan tersebut, khususnya disaat jam ramai ataupun

weekend. Padahal pemerintah kota melalui pihak terkait sudah sering

melakukan penertiban atas Pedagang Kaki Lima, namun mereka masih

saja membandel untuk kembali membuka dagangannya.


49

Peraturan yang mengatur tindakan penyalahgunaan ini sebenarnya

ada dan terdapat di Perda No. 3 Tahun 2008 tentang Peraturan Pedagang

Kaki Lima yang dijelaskan jika para pedagang kaki lima masih juga

membandel dan tidak mematuhi aturan tersebut bisa dikenakan sanksi

administratif secara lisan maupun teguran dengan jarak waktu 3 hari

berturut-turut, namun apabila masih tetap tidak mengindahkan perintah

atau tindakan yang diserukan bisa diberi sanksi pidana kurungan paling

lama 3 bulan atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,-

Bisa dibayangkan apabila trotoar yang kita kenal dikawasan vital

seperti alun-alun sampai stasiun besar kota tegal difungsikan sebagaimana

mestinya, yang pasti lalu lintas atau mobilitas warga hingga wisatawan

sekalipun yang melalui kawasan tersebut bisa lebih lancar, mudah dan

menyenangkan, begitu pula dengan para pejalan kaki yang bisa

menggunakan trotoar dengan rasa nyaman serta aman tanpa takut

terserempet atau tersenggol kendaraan yang melintas.

Maka dengan demikian, kita sebagai masyarakat kota Tegal sendiri

bisa mengajak kawan, saudara ataupun yang lainnya untuk ikut bersama

menjaga atau merawat serta menggunakan trotoar sesuai fungsi utama dari

fasilitas itu dibuat, yaitu tempat khusus pejalan kaki yang aman dan

nyaman digunakan.
50

4.3.2. Perancangan Storyboard

Proses ini merupakan gambaran secara awal mengenai tampilan

scene yang akan dibuat. Berisikan sudut pengambilan gambar, gerakan

tiap objek, setting tempat, durasi setiap scene dan lain sebagainya. Proses

ini dilakukan ditahap pra produksi untuk mengetahui alur dan scene yang

akan dibuat yang juga digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu

dalam scene sehingga bisa didapatkan target perkiraan durasi video yang

dibuat. Berikut ini adalah tampilan dari storyboard video Animasi 3D Low

Poly Kesadaran Masyarakat akan penggunaan Trotoar :

Gambar 4.1 - Storyboard


51

4.3.3. Narasi Voice Over / Dubbing

Penyusunan narasi untuk kebutuhan voice over atau dubbing ini

dilakukan dengan mengambil poin-poin dari sinopsis dan naskah yang

telah ada, yang kemudian disesuaikan dengan storyboard agar dubbing

yang diberikan sesuai dengan gambar yang ditampilkan dalam video

animasi 3D low poly nantinya, narasi tersebut terdiri atas 6 bagian utama

sesuai dengan rancangan video pada storyboard yang tertulis dalam tabel

berikut.

Scene Isi Narasi

Trotoar, ialah ruang khusus yang disediakan untuk Pejalan


1
Kaki

Namun kenyataannya, trotoar dikota Tegal masih banyak


2 disalahgunakan sebagai tempat berjualan Pedagang Kaki
Lima

Akibatnya, diwaktu-waktu tertentu dengan situasi ramai atau


weekend sering tersendatnya lalu lintas yang melewati jalan
3
tersebut. Hal ini tentunya akan mengurangi rasa nyaman
untuk beraktivitas diluar.

Padahal Pemerintah Kota Tegal memiliki aturan mengenai hal


ini, khususnya untuk penataan Pedagang Kaki Lima yang
tertulis dalam Perda No. 3 Tahun 2008 Tentang Peraturan
4
Pedagang Kaki Lima.
52

Dalam peraturan ini pkl akan mendapatkan teguran lisan /


tertulis dan sanksi tegas, berupa Denda paling banyak Rp. 25
Juta atau Pidana Kurungan Paling lama 3 Bulan jika tidak
mengindahkan teguran sebelumnya.

Bayangkan jika aturan tersebut diterapkan dengan baik,


ditambah kita ikut sadar untuk menjaga ketertiban dalam
5 penggunaan trotoar, tentunya lalu lintas akan senantiasa
lancar dan pejalan kaki bisa menggunakan trotoar dengan
aman dan nyaman.

Dengan lancarnya mobilitas kendaraan dan penggunaan


trotoar yang tertib, kawasan alun-alun sebagai ikon kota Tegal
bisa lebih menyenangkan untuk dikunjungi banyak orang.
6&7
Ayo !!! bersama ikut menjaga dan menggunakan Trotoar di
Kota kita dengan baik, agar suasana dan lingkungan dikota
kita bisa lebih tertib dan menyenangkan untuk dikunjungi.

Tabel 4.2 – Narasi Voice Over / Dubbing


53

4.4. Produksi
4.4.1. Modelling Objek dan Karakter

Proses modelling adalah salah satu proses awal dalam pembuatan

animasi, dimana sebuah objek yang nantinya akan digerakan bisa lebih

sesuai dengan Storyboard yang sudah dibuat sebelumnya. Proses ini

memakan waktu yang cukup lama dan membutuhkan ketelitian serta

pemahaman yang tinggi dari setiap bentuk bangunan, dekorasi, atau unsur

lain yang dijadikan contoh atau dasar dari pembuatan video Animasi ini.

Karena jika terdapat sebuah kesalahan maka objek tersebut tidak bisa

diteruskan ke tahap selanjutnya karena bentuk yang kurang sesuai untuk

menggambarkan situasi yang sebenarnya.

Berikut ini tampilan dari proses Modelling dalam animasi 3D Low

Poly Kesadaran Masyarakat akan penggunaan Trotoar :

Gambar 4.2 - Modelling Objek


54

4.4.2. Animating Objek dan Karakter

Proses Animating ini merupakan proses selanjutnya dalam

pembuatan animasi, dimana sebuah objek yang sudah dibuat pada proses

modelling sebelumnya digerakan sesuai frame dan waktu yang telah

ditentukan pada Storyboard. Proses ini juga memakan waktu yang cukup

lama dan dibutuhkan ketelitian yang lebih tinggi agar gerak yang

dihasilkan pada animasi tersebut tidak asal-asalan. Jika saja terdapat

sebuah kesalahan maka objek yang digerakkan harus diulang proses

animatingnya, dan ini bisa memakan waktu yang jauh lebih lama dari

perkiraaan sebelumnya.

Dalam Proses ini objek dan yang lainnya akan dikelompokan dalam

file berbeda-beda menurut scene yang akan dibuat agar tidak terfokus

dalam satu file besar yang memperlambat proses selanjutnya

Berikut ini tampilan dari proses Animating dalam animasi 3D Low

Poly Kesadaran Masyarakat akan penggunaan Trotoar :

Gambar 4.3 - Animating Objek


55

4.4.3. Rendering Animation

Setelah melalui tahap atau proses modelling dan animating maka

keseluruhan objek bisa dirender atau dibangun kedalam bentuk video.

Proses ini memakan waktu yang variatif tergantung dari keberadaan objek

dan unsur lain ditiap filenya, dan cukup membutuhkan kesabaran jika

spesifikasi perangkat yang digunakan kurang mampu untuk memberikan

proses rendering 3D yang lebih cepat.

Berikut ini tampilan dari proses Rendering dalam animasi 3D Low

Poly Kesadaran Masyarakat akan penggunaan Trotoar :

Gambar 4.4 - Rendering Animation


56

4.5. Pasca Produksi

4.5.1. Input Audio

a. Dubbing

Berikut ini adalah proses dari pengisian suara atau

dubbing (voice over) pada video animasi 3D Low Poly

Kesadaran Masyarakat akan penggunaan Trotoar menggunakan

software Adobe Audition CS6. Proses ini dibantu dengan

menggunakan alat voice recorder dan sebagian besarnya adalah

melakukan rekaman suara sesuai naskah yang telah dibuat.

Gambar 4.5 – Dubbing / Voice Over Process


57

b. Penambahan & Editing Musik Latar

Dalam proses penambahan dan editing dari musik

background atau musik latar ini digunakan musik yang memiliki

nuansa tutorial atau penjelasan sehingga bisa terdengar lebih

serasi. Musik yang digunakan ini berlisensi gratis atau umum

yang didapat melalui layanan konten kreator Patreon dan

berlangganan senilai 5 USD perbulannya sehingga musik

tersebut bisa bebas digunakan untuk kepentingan komersial

maupun pribadi.

4.5.2. Finishing Video / Compositing

Dalam dunia Industri animasi atau perfilman, proses ini biasa disebut

dengan compositing. Dimana disini merupakan proses final dari

pengerjaan animasi yang nantinya akan dijadikan dalam format tertentu,

seperti file musik, voice over atau dubbing, scene animasi yang sudah siap

akan diproses menjadi satu file video yang utuh.

Dalam proses ini juga ditentukan dalam resolusi berapa video akan

diproduksi dan terdapat visual efek apa didalamnya. Namun untuk proses

ini Animasi 3D Low Poly Kesadaran Masyarakan akan penggunaan

Trotoar tidak menggunakan begitu banyak visual efek tambahan, sehingga

proses yang dilakukan berlangsung cukup mudah.


58

Berikut ini adalah tampilan dari proses editing video Animasi 3D

Low Poly Kesadaran Masyarakat akan penggunaan Trotoar :

Gambar 4.6 - Editing Video

4.5.3. Final Output atau Hasil Akhir

Hasil perancangan akhir dari produk ini ialah dalam bentuk video

animasi singkat yang berisi materi himbauan atau sosialisasi untuk

menggunakan Trotoar sesuai aturan yang ada dengan menggunakan gaya

Low Poly. Video ini berdurasi kurang dari 3 menit, beresolusi 1280 x 720

pixels, ber encoding h.264 serta memiliki format .mp4 agar mudah dibuka

diberbagai perangkat keras dan juga disebarkan secara masal melalui

media online ataupun penayangan media ditepi jalan dengan tetap

menampilkan gambar yang jernih.

Sebagai bentuk dari penyelesaian masalah, didalam video animasi

edukasi ini terdapat ajakan untuk ikut serta menjaga fasilitas yang sudah
59

dibuat dan disediakan oleh Pemerintah Kota Tegal agar bisa lebih nyaman

dan aman untuk digunakan, serta bisa menarik minat wisatawan baik

domestik maupun internasional untuk datang berkunjung dengan lebih

menyenangkan. Dengan materi edukasi tersebut dan dikemas menjadi

sebuah video animasi yang juga dengan ukuran file yang ringan serta

mudah untuk disebarluaskan, maka diharapkan video Animasi 3D Low

Poly Kesadaran Masyarakat akan penggunaan Trotoar ini bisa menjadi

salah satu langkah untuk ikut meningkatkan rasa sadar masyarakat akan

keberadaan trotoar disekitar mereka. Video ini nantinya bebas disebarkan

oleh siapa saja tidak menuntut hanya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang Kota Tegal saja sehingga bisa menjadi sarana untuk saling

mengingatkan sesama masyarakat, selain itu sebagai poin penting, video

ini juga akan ditayangkan melalui akun Youtube pribadi kreator sebagai

penyampaian informasi pertama.


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Tugas Akhir adalah salah satu pokok pembahasan akhir dari perkuliahan di

Program Studi Desain Komunikasi Visual Politeknik Harapan Bersama Tegal yang

mengajarkan penulis banyak hal. Setelah menyelesaikan tugas akhir ini dapat

disimpulkan bahwa :

a. Sesuai dengan penyebutannya “Video animasi 3D Low poly” dibuat

dengan menggunakan teknik animasi 3D Low Poly yang dikenal

sederhana, didalam video tersebut ditampilkan poin penting berupa

aturan dan ajakan untuk ikut bersama menggunakan serta menjaga

trotoar secara baik dan benar agar nantinya bisa digunakan secara

nyaman dan juga aman.

b. Dengan menampilkan gambaran ketika trotoar sebagai tempat pejalan

kaki yang digunakan untuk berjualan para pedagang kaki lima, bisa

berakibat tersendatnya lalu lintas disekitar karena banyak pejalan kaki

yang harus mencari jalan lain yang terdekat dengan cara turun ke jalan

dan justru membahayakan keselamatan para pejalan kaki.

60
61

5.2. Saran
Berdasarkan proses perancangan tugas akhir ini serta kesimpulan diatas, ada

beberapa saran yang dapat diberikan antara lain :

a. Video eduksi sejenis ini masih perlu diperbanyak frekuensinya

diberbagai lapisan masyarakat. Agar lebih efektif dan menimbulkan

efek yang membekas lama. Karena jika hanya dilakukan dalam kurun

waktu yang cukup lama, bukan tak lain video edukasi ini hanya

sebagai bahan konten biasa yang hadir ditengah masyarakat.

b. Perlu dilakukan sosialisasi yang lebih merata dari pihak pemerintah

untuk merasakan efek yang lebih besar kepada masyarakat atau

khususnya generasi muda diwilayah kota Tegal agar timbul jiwa dan

kebiasaan dalam menggunakan dan menjaga fasilitas Trotoar dengan

baik dan bisa diteruskan ke generasi berikutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Kamus Besar Bahasa

Indonesia.

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tegal

Ghertner, E (2010). Layout and Composition For Animation: FocalPress.

Herlambang, A (2020). Buat Mangkal PKL, Trotoar di Kota Tegal belum ramah

difabel. Data diperoleh melalui www.ayosemarang.com dan diakses pada

tanggal 15 Juli 2020.

Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.76/KPTS/Db/1999, Tanggal 20

Desember 1999.

Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pedagang

Kaki Lima. Data diperoleh melalui www.tegalkota.go.id dan diakses pada

tanggal 11 Mei 2020.

Prakoso, G (2010). Animasi : Pengetahuan Dasar Film Animasi. Jakarta : Penerbit

Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta.

Selby, A. (2013). Animation. London : Laurence King

Tim Dosen Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019. Pedoman dan Bimbingan

Tugas Akhir. Politeknik Harapan bersama Tegal.

62
63

Toepra, Riyono (2018) : Aparat Keamanan Terpadu Tertibkan Pedagang di Alun-

alun Tegal. Data diperoleh melalui situs

http://www.suaramerdeka.com/news/baca/115281/aparat-keamanan-

terpadu-tertibkan-pedagang-di-alun-alun-tegal.html dan Diakses pada

tanggal 24 Maret 2020.

Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Data diperoleh melalui www.dephub.go.id dan diakses pada tanggal 24

Maret 2020

Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

Data diperoleh melalui www.atrbpn.go.id dan diakses pada tanggal 24

Maret 2020

Undang-Undang RI No. 43 Tahun 1993 Tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan.

Data diperoleh melalui www.hubdat.dephub.go.id dan diakses pada

tanggal 24 Maret 2020

Wirawan, P.A (2012). Teknik Modelling 3D. Data diperoleh melalui situs

http://www.panduaji.net/2012/10/teknik-modelling-3d.html Diakses pada

tanggal 24 Maret 2020


GLOSARIUM

E-Library : Sarana perpustakaan daring yang disediakan oleh Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia

E-Journal : Versi daring dari sebuah jurnal yang biasanya dirilis melalui website

dari sebuah Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta

Storyboard : Serangkaian gambar dan biasanya dilengkapi dengan keterangan

yang menunjukan bagaimana gambar, suara dan efek khusus akan

diambil serta diproses dalam pembuatan sebuah film atau video.

Software : Perangkat Lunak


PROFIL PENULIS

Hanif Dhanurrizky adalah Nama penulis tugas akhir ini. Penulis lahir dari

orang tua Bapak Dharman dan Ibu Noor Fajariah sebagai anak pertama dari dua

bersaudara. Penulis dilahirkan di Desa Kemandungan, Kecamatan Tegal Barat

Kota Tegal Jawa Tengah pada tanggal 24 November 1999. Penulis menempuh

pendidikan dimulai dari SDN Slerok 3 Kota tegal (lulus tahun 2011), melanjutkan

ke SMP Negeri 14 Kota Tegal (lulus tahun 2014) dan SMK Negeri 3 Kota Tegal

Jurusan Multimedia (lulus tahun 2017), hingga akhirnya bisa menempuh masa

kuliah di Program Studi Teknik Elektronika Konsentrasi Desain Komunikasi

Visual Politeknik Harapan Bersama Kota Tegal.

Penulis kini aktif sebagai seorang desainer disebuah Perusahaan Kelas

Pranikah berbasis Islam “Nikah Institute” didaerah Slawi, Kabupaten Tegal dan

sebuah perusahaan periklanan didaerah Alam Sutera, Kota Tangerang.

Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha,

penulis telah berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir ini. Semoga dengan

penulisan tugas akhir ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia

pendidikan.

Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnnya atas

terselesaikannya tugas akhir yang berjudul “Perancangan Video Animasi 3D

Low Poly Sebagai Media Sosialisasi Aturan Dalam Menggunakan Trotoar Di

Kota Tegal”
LAMPIRAN
SURAT KESEDIAAN MEMBIMBING I
SURAT KESEDIAAN MEMBIMBING 2
HALAMAN BIMBINGAN LAPORAN
PEMBIMBING I
HALAMAN BIMBINGAN LAPORAN
PEMBIMBING II
FORM REVISI PENGUJI I
FORM REVISI PENGUJI II
FOTO KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai