Artikel Dan Tata Bahasa
Artikel Dan Tata Bahasa
Abstrak: Interferensi menjadi salah satu masalah yang dihadapi pembelajar bahasa
Arab, karena berdampak negatif terhadap praktik keterampilan berbahasa Arab.
Munculnya interferensi disebabkan oleh rendahnya kemampuan gramatikal para
pembelajar bahasa Arab, khususnya sintaksis, sehingga struktur bahasa pertama
mendominasi bahasa Arab tanpa disadari. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan unsur-unsur interferensi sintaksis bahasa Indonesia dalam insya’
berbahasa Arab mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Arab. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Data utama berupa tulisan berbahasa
Arab para mahasiswa yang dikumpulkan dengan menggunakan metode simak,
kemudian dianalisis menggunakan metode padan guna memperbandingan struktur
kalimat bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil analisis, diketahui
bahwa unsur-unsur sintaksis bahasa Indonesia yang mempengaruhi struktur bahasa
Arab dalam insya’ mahasiswa meliputi interferensi aspek kala, persesuaian, frasa
nomina non-adjektiva, frasa nomina adjektiva, kalimat pasif, frasa bilangan, verba
yang terikat dengan preposisi, penggunaan kata “ada” yang diterjemahkan “”كان, dan
interrferensi kata “karena” yang selalu menggunakan kata “”ألن.
A. Pendahuluan
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia cukup diminati. Ini karena mayoritas
masyarakat Indonesia beragama Islam, sedangkan Islam selalu diidentikkan dengan
bahasa Arab. Bagaimana tidak, setiap hari umat muslim melaksanakan ibadah
menggunakan bahasa Arab, dan al-Qur’an sebagai kitab suci yang disakralkan serta
pedoman hidup juga berbahasa Arab. Tidak mengherankan jika bahasa Arab menjadi
salah satu materi wajib pada lembaga pendidikan di Indonesia, khususnya lembaga
pendidikan Islam.
Pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing di Indonesia bukan sebuah
perkara mudah. Ada berbagai masalah yang harus dihadapi oleh guru serta peserta
didik, seperti masalah-masalah teknis dalam proses pembelajaran yang meliputi
pemanfaatan metode, buku ajar, media, kurikulum, dan lain sebagainya. Hal itu turut
mewarnai kompleksnya pembelajaran bahasa Arab. Namun di antara masalah tersebut,
terdapat satu masalah yang kiranya menjadi problem dalam semua pembalajaran bahasa
asing, yaitu terjadinya interferensi.
Weinreich mengemukakan bahwa interferensi adalah masuknya unsur-unsur
bahasa pertama ke dalam bahasa kedua, sehingga terjadi perubahan struktur dalam
bahasa kedua (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 110). Maksud dari bahasa pertama
adalah bahasa ibu, sedangkan maksud dari bahasa kedua difungsikan untuk memaknai
bahasa asing. Ini karena masing-masing suku di Indonesia menguasai dua bahasa atau
lebih. Misalnya orang Jawa dalam kacamata diglosia, mereka memiliki dua bahasa,
yaitu bahasa Jawa sebagai bahasa ibu, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Atas
dasar itu, maka maksud dari bahasa kedua dalam konteks ini dimaknai sebagai bahasa
asing.
648
Interferensi merupakan keniscayaan mutlak yang harus diterima secara pasrah
oleh para pembelajar bahasa asing, termasuk bahasa Arab. Hal ini disebabkan oleh
kontak antara bahasa pertama dan kedua, sehingga dominasi bahasa pertama
berpengaruh terhadap bahasa kedua (Seff dan Mukhtar, 2018: 1057). Kesalahan para
pelajar bahasa Arab sering kali berkutat pada aspek gramatikal, baik ranah morfologis
ataupun sintaksis. Meskipun tidak menutup kemungkinan juga terjadi kesalahan
fonologis serta semantis..
Aspek sintaksis menjadi fokus pembahasan dalam tulisan ini, dengan bersandar
pada asumsi bahwa kesalahan-kesalahan sintaksis dianggap memiliki frekuensi yang
paling tinggi dibandingkan kesalahan aspek lainnya. Opini ini timbul dari hasil refleksi
peneliti ketika memberikan materi kitabah di dalam kelas, serta hasil diskusi bersama
dosen-dosen lain. Hal tersebut diperkuat hasil observasi yang menyatakan bahwa
lemahnya pemahaman terhadap sintaksis berpengaruh besar terhadap terjadinya
interferensi. Sebagai contoh, dijumpai kalimat yang salah dalam kalimat pasif, “ محمد
”ضرب علي/Muhammad dhuriba ali/ dengan maksud hati ingin mengartikan “Muhammad
dipukul Ali”.
Kaidah kalimat pasif dalam bahasa Arab berbeda dengan bahasa Indonesia.
Dalam bahasa Arab, kalimat pasif terdiri dari fi’l majhûl (verba pasif) dan naib al-fâ’il
(subjek yang mulanya sebagai objek dalam kalimat aktif) dengan menghilangkan wujud
pelaku sebenarnya. Oleh karenanya, kalimat yang benar adalah “ ”محمد ضربyang artinya
“Muhammad dipukul”, dengan tanpa menyertakan pelaku pemukul. Sedangkan dalam
bahasa Indonesia kalimat pasif juga terdiri dari subjek dan predikat yang berupa verba
pasif, serta diperbolehkan mengikutsertakan pelaku.
Kasus di atas merupakan contoh terjadinya interferensi sintaksis, yaitu
masuknya kaidah urutan kalimat bahasa Ibu ke dalam bahasa kedua (Rahmawati, 2012:
256). Kasus serupa dengan struktur kalimat yang berbeda tentu masih dijumpai. Oleh
karena itu, dalam tulisan ini akan dibahas tentang pola-pola kalimat berbahasa Arab
yang memuat unsur interferensi sintaksis bahasa Indonesia. Sebagaimana disampaikan
al-Khûli (1989: 111) bahwa interferensi terjadi pada dua intâj lughawiy, yaitu ta’bîr
kalâmiy dan kitâbiy. Maka dari itu, fokus pembahasan dalam tulisan ini hanya dibatasi
pada satu dari yang terinterferensi, yaitu ta’bîr kitâbiy,
Pengkajian ini dilakukan untuk mendeskripsikan pola interferensi sintaksis,
sehingga bisa dijadikan acuan bagi para pendidik, baik guru ataupun dosen, untuk
memberikan penekanan atau pendalaman materi nahwu pada tema-tema yang rentan
memuat unsur-unsur interferensi. Dengan demikian, interferensi bahasa Indonesia dapat
diatasi. Selain itu, hasil kajian ini juga bisa dijadikan sebagai dasar pijakan untuk
dilakukannya penelitian lanjutan yang dapat menghasilkan luaran yang inovatif, baik
berupa metode, bahan ajar, atau media pembelajaran yang kiranya dapat meminimalkan
tingkat interferensi.
B. Metode penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara pengamatan tanpa pemberian perlakuan, sehingga bertujuan untuk
mendeskripsikan pola-pola kalimat bahasa Arab yang memuat unsur interferensi bahasa
Indonesia. Oleh karenanya, sumber data dalam penelitian ini adalah teks-teks berbahasa
Arab yang termuat dalam buku tugas mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab pada
matakuliah mahârah kitâbah I.
649
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode simak atau
pengamatan terhadap teks-teks yang memuat unsur interferensi, kemudian diikuti
dengan teknik lanjutan yang berupa teknik bebas libat cakap (Mahsun, 2007: 243).
Sementara analisis data digunakan metode distribusional dan padan. Metode
distribusional difungsikan untuk memilah-milah data berdasarkan kriteria tertentu
(Budiarti, 2013: 13). Sedangkan metode padan digunakan untuk mengetahui kesalahan-
kesalahan kalimat berbahasa Arab yang mengikuti struktur bahasa Indonesia.
C. Pembahasan
Hasil analisis data menyatakan bahwa kesalahan-kesalahan sintaksis ( األخطاء
)النحويةpara mahasiswa dalam menulis karangan berbahasa Arab disebabkan oleh
kuatnya pengaruh atau interferensi bahasa Ibu. Berikut ini akan disajikan pola-pola
kalimat berbahasa Arab yang mengalami interferensi dengan membandingkan pola
kalimat dalam dalam bahasa Indonesia, dengan mengklasifikasikannya ke dalam
beberapa kategori, meliputi aspek kala, aspek concordansi dalam kalimat verbal
dannominal, kalimat pasif, frasa nomina adjektiva, frasa nomina non-adjektiva, verba
yang bersambung dengan huruf jarr, aspek frasa nomina bilangan, aspek penggunaan
kata “ada” dan “karena” yang selalu diterjemahkan “ ”كانdan “”ألن.
650
Kalimat pada data 1 dan 2 secara visual seolah tidak memuat kesalahan dalam
hal sintaksis. Namun jika dicermati secara seksama, terdapat ketidaklogisan semantik
pada aspek waktu yang menandai terjadinya peristiwa. Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya bahwa verba dalam bahasa Arab terikat oleh waktu. Dalam konteks kalimat
di atas, verba يذهب yang bermakna “sedang pergi” tidak berhubungan secara linier
dengan keterangan waktu ابألمس yang bermakna “kemarin”. Oleh karena itu, verba
tersebut harus dirubah ke bentuk lampau. Hal senada juga terjadi pada data 2 yang
memuat ketidaklogisan makna waktu, sehingga verba خيرجjuga harus dirubah menjadi
bentuk lampau.
Sementara pada data 3, didapati dua kata kerja berbeda yang saling bersanding
secara langsung tanpa pemisah. Hal tersebut tidak dibenarkan dalam kaidah nahwu.
Oleh karena itu, dua verba yang bersandingan tersebut harus dipisahkan dengan ما/أن
yang berfungsi merubah verba menjadi infinitiv (mashdar), sehingga berbunyi “ أان فرحت
”أن أذهب إىل حديقة املدينة. Adapun kala yang menjadi acuan utama kalimat tersebut
berbentuk lampau yang termuat dalam verba “”فرح.
651
Data Kalimat bahasa Struktur Kalimat dalam Kalimat yang benar
Arab bahasa Indonesia dalam bahasa Arab
4 يزور نبيلة إىل جدهتا Nabila mengunjungi تزور نبيلة إىل جدهتا
neneknya
5 حيب أمي أن يطبخ مسكا Ibuku senang memasak ikan حتب أمي أن تطبخ مسكا
ملاذا ال،سألت إيل أمي Ibu bertanya kepada saya, ملاذا ال أتكلني،سألتين أمي
mengapa kamu tidak makan
6 أتكل الرز اي ابنيت؟ هل nasi wahai anak الرز اي ابنيت؟ هل أنت يف
perempuanku? Apakah
أنت يف احلمية kamu diet? احلمية
Tabel 2. Interferensi aspek kesesuaian jender antara subjek dan predikat.
Data 4 menunjukkan kesalahan pada aspek concordansi antara verba dan subjek.
Dalam bahasa Arab, verba dalam kalimat verbal dan nominal harus mengikuti subjek
dari segi jendernya. Oleh karenanya, kata يزور “mengunjungi” yang menyimpan
pronomina ketiga tunggal untuk maskulin dengan tanda ya’, harus diganti dengan ta’
mudhara’ah ( )تزورkarena mengikuti subjek yang berjender feminin. Hal yang sama juga
terjadi pada data 5 dan 6. Hanya saja dalam data 6 terdapat dua kesalahan yang kentara.
Kesalahan pertama terletak pada kata أتكل yang mengacu pada ابنيت yang
dalam konteks kalimat tersebut menjadi mitra tutur. Seharusnya, verba tersebut
bersambung dengan ya’ mu’annats mukhathabah (sehingga menjadi )أتكلني karena
“”التالميذ. Pada kasus ini, terjadi dua kesalahan sekaligus. Pertama yaitu kesalahan objek
berupa verba, yang seyogyanya harus berupa nomina. Untuk itu, verba tersebut harus
didahului oleh an mashdariyah, sehingga menjadi apa yang disebut dengan mashdar
muawwal. Kedua yaitu kesalahan aspek jumlah pada verba “ ”يفهمyang subjeknya
nomina jamak “”التالميذ. Maka dari itu, verba tersebut harus dikenai afiks berupa wau
jama’ di akhir kata. Sintesis dari dua kesalahan tersebut menjadikan kalimat yang benar
secara nahwu berbunyi “درسهم ”حاول التالميذ أن يفهموا.
Hal serupa juga terjadi pada data 8 yang hanya memuat kesalahan dari aspek
jumlah. Sedangkan pada data 9-11 memuat kesalahan aspek jumlah dalam kalimat
nominal. Nomina di awal kalimat yang berposisi sebagai subjek menentukan bentuk
predikat yang terletak setelahnya, baik predikat yang berupa verba ataupun nomina.
Data 11 memuat interferensi yang unik, sehingga melahirnkan dua kesalahan.
Kesalahan pertama terletak pada aspek jumlah, yaitu nomina ganda yang ditunjukkan
frasa “ ”غرفيتdan “أخيت ”غرفة dijelaskan oleh predikat yang berupa nomina tunggal,
“”واسعة. Sedankan kesalahan kedua disebabkan kuatnya dominasi bahasa Indonesia,
sehingga mengakibat kesalahan dalam penggunaan kata ganti –nya yang diterjemahkan
“”ـه, sehingga kalimat data 11 disejajarkan dalam bahasa Indonesia berbunyi “kamarku
dan kamarnya saudariku sangat luas”. Ungkapan tersebut pada dasarnya merupakan
ungkapan lisan.
Seringkali orang Indonesia menambahkan kata ganti –nya ketika
mengungkapkan kepemilikan. Misalnya “ini bukunya Ahmad”. Kata ganti –nya dalam
kalimat tersebut sebenarnya kurang tepat. Selain tidak punya anteseden, keberadaannya
653
juga tidak dibutuhkan, karena cukup dengan kalimat “ini buku Ahmad”. Bahkan dalam
bahasa Arab pun cukup dengan “ ”غرفة أخيتdengan tanpa kata ganti “”ـه.
3. Interferensi Frasa Nomina Adjektiva (Sifah-Maushuf)
Kaidah bahasa Arab yang juga erat dengan concordansi berikutnya adalah
shifah-maushuf. Shifah merupakan nomina yang mengikuti maushuf (Ni’mah, TT: 51).
Terdapat 4 hal yang harus diikuti shifah, yaitu kasus (nominatif, akusatif, genitif),
jumlah (tunggal, ganda, jamak), jenis (laki-laki atau perempuan), umum atau khusus
(nakirah atau ma’rifah). Shifah dipadankan dengan kata sifat atau adjektif dalam bahasa
Indonesia. Pemadanan ini ditandai oleh adanya kesamaan definisi leksikal. Meskipun
dalam praktiknya ada perbedaan, karena bahasa Indonesia tidak mengenal concord.
Atas sebab inilah, banyak terjadi kesalahan tarkîb na’tiy yang tidak mematuhi kaidah
concordansi.
Data Kalimat bahasa Arab Kalimat bahasa Indonesia Kalimat yang benar
بعد صالة املغرب أان أقرأ Setelah sholat maghrib saya بعد صالة املغرب أان أقرأ
12 membaca qur’anul karim
قرآن الكرمي القرآن الكرمي
قطفت أخيت صغرية الوردة Adik perempuanku قطفت أخيت الصغرية الوردة
13 memetik bunga mawar di
يف ساحة البيت halaman rumah يف ساحة البيت
يوم اجلمعة ذهبت إىل Pada hari jumat saya pergi يوم اجلمعة ذهبت إىل
ke pasar bersama teman-
14 السوق مع صديقايت teman untuk membeli baju السوق مع صديقايت
berwarna biru
ألشرتي لباس الذي أزرق ألشرتي اللباس األزرق
Tabel 4. Interferensi frasa nomina adjektiv
Data 12-14 di atas menunjukkan adanya kesalahan frasa kata sifat yang dalam
bahasa Arab sering kali diterjemahkan “yang”. Kesalahan paling kentara ditunjukkan
data 14 pada ungkapan “أزرق ”هذا لباس الذي yang diterjemahkan “baju yang berwarna
biru”. Ungkapan tersebut tidak dapat diterima sintaksis karena kata “ ”الذيtidak tepat
guna. Oleh sebab itu, susunan frasa yang benar adalah “”اللباس األزرق.
654
No. Kalimat bahasa Arab Kalimat bahasa Kalimat yang benar
Indonesia
15
كل الصباح أساعد أمي Setiap
membantu
pagi saya
Ibu
كل الصباح أساعد أمي
اإلعداد الفطور يف املطبخ menyiapkan sarapan di
dapur bersama Fina
إعداد الفطور يف املطبخ مع
مع أخيت فينا أخيت فينا
16
علي دائما ينسى أن يضع Ali selalu lupa menaruh
kunci rumahnya
علي ينسى دائما أن يضع
املفتاح البيت مفتاح البيت
17
أحياان أانم يف البيت اجلديت Terkadang saya tidur di
rumah nenek saya,
أحياان أانم يف بيت جديت
ألن هي منفرا karena beliau sendirian
ألهنا منفرة
Tabel 5. Interferensi aspek frasa nomina non-adjektiva
Kesalahan pada data di atas hanya terletak pada huruf alif dan lam yang terdapat
pada nomina pertama atau mudhâf. Hal itu dinyatakan salah karena berjenis idhâfah
ma’nawiyah/mahdhah1, sehingga mudhâf tidak membutuhkan alif dan lam. Kesalahan
yang kompleks termuat dalam data 17. Tercatat ada tiga kesalahan, pertama yaitu
kesalahan adanya alif dan lam pada mudhâf, dan kedua kesalahan penggunaan “”ألن
yang digunakan untuk menyetakan makna “karena”. Sedangkan kesalahan ketiga
terletak pada aspek concordansi kata “ ”منفرداyang seharusnya berjender feminin atau
muannats. Kesalahan-kesalahan tersebut tentu disebabkan adanya ketidakpahaman
terhadap nahwu yang diiringi dengan masuknya struktur bahasa Indonesia dalam
kalimat berbahasa Arab.
1
idhâfah mahdhah adalah idhâfah yang mudhâfnya bukan berupa adjektiv atau kata sifat,
seperti ism al-fâ’il (partisip aktif), ism al-maf‘ûl (partisip pasif), dan s{ifah musyabbahah bi ismi al-fâ‘il
(partisip aktif dari verba yang bermakna sifat). Baca Ahmad Mukhtar Umar, dkk., al-Nahwu al-Asâsiy
(Kuwait: Dâr al-Salâsil, 1994), hlm. 486
655
No. Kalimat bahasa Kalimat bahasa Kalimat yang benar
Arab Indonesia
18
،حينما أرجع إىل املائدة Ketika saya kembali ke
meja makan, rotiku
،حينما أرجع إىل املائدة
حبزي أُك َل شريف دون dimakan Syarif tanpa izin
حبزي أكله شريف دون
االذن االذن
19
عرفت هذا الصباح أن Pagi ini saya tahu bahwa
jadwal perkuliahan diganti
عرفت هذا الصباح أن
اجلدول بُد َل رئيس bapak ketua jurusan
اجلدول بدله رئيس القسم
القسم
20
ال أحد يف الفصل إال Tidak ada seorangpun di
kelas kecuali saya dan
ال أحد يف الفصل إال
ألن،نفسي وأستاذة رينا Ustadzah Rina, karena
teman-teman belum
ألن،نفسي وأستاذة رينا
مث.األصدقاء مل حيضروا datang. Kemudian saya
disuruh Ustadzah Rina
مث أان.األصدقاء مل حيضروا
أان أُمَر أستاذة رينا untuk membeli bolpoin أمرتين األستاذة رينا أبن
ليشرتي القلم يشرتي القلم
Tabel 6. Interferensi aspek kalimat pasif
656
dimaknai “melakukan”. Oleh karena itu, penentuan preposisi yang menjadi satu
kesatuan dengan verba harus disesuaikan dengan tradisisi kebahasaaraban, bukan tradisi
kebahasaindonesiaan. Aspek ini acapkali diabaikan oleh mahasiswa, sehingga terjadi
kesalahan dalam menggunakan preposisi. Sebagai bukti, dapat diperhatikan tabel
berikut.
preposisi, sedangkan akitfitas yang diperintahkan verba tersebut diperantarai oleh بـ,
657
sehingga ungkapan “…menyuruhku untuk membeli…” yang benar adalah “ أتمرين أبن...
... بشراء/”أشرتي.
7. Interferensi Frasa Nomina Bilangan (‘Adad-ma’dûd)
Kaidah bilangan atau dikenal dengan istilah ‘adad-ma’dûd dalam bahasa Arab
terbilang cukup rumit, karena memiliki aturan yang berbeda-beda di setiap kelompok
bilangan. Tidak heran jika aturan tersebut diabaikan oleh mahasiswa, sehingga
cenderung mengikuti pola jumlah dalam bahasa Indonesia. Sebagaimana termuat dalam
tabel berikut.
Secara leksikal, kata “يكون - ”كان diartikan “ada”. Hanya saja kata tersebut
tidak harus selalu ada pada kalimat yang menyatakan makna “ada”. Selain itu, كان
juga merupakan verba yang diistimewakan, karena ia memiliki amal yang berbeda
dengan sebagian besar verba.
658
Dikatakan bahwa kata “ada” tidak harus selalu diterjamahkan كان, seperti
ungkapan “Ahmad ada di rumah” yang diterjemahkan “البيت ”أمحد يف, sehingga tanpa
adanya كان, kalimat tersebut bisa mamuat makna “ada”. Kemudian dikatakan pula
bahwa كان diistimewakan, ini karena ia merupakan verba yang tidak memiliki subjek
atau fâ’il, pun juga objek atau maf’ûl bih. Sebagaimana termuat dalam berbagai
referensi nahwu, bahwa كانmerupakan amil yang merusak tatanan kalimat nominal,
sehingga ia beramal tarfa’u al-ism wa tanshibu al-khabar.
Dalam beberapa kasus ditemukan penggunaan kata كانyang dimaksudkan untuk
menyatakan makna “ada”, serta tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam ilmu
nahwu. sebagaimana dalam data berikut.
659
No. Kalimat bahasa Arab Kalimat bahasa Kalimat yang benar
Indonesia
حنن،قبل وصولنا إىل املدينة Sebelum kita sampai
di kota, kita sholat
حنن،قبل وصولنا إىل املدينة
28 ألن قد،نصلي يف املسجد dahulu di masjid,
karena telah masuk
ألن،نصلي يف املسجد
دخل وقت الظهر waktu dhuhur الوقت قد دخل الظهر
أانم،بعد الرجوع من اجلامعة Setelah pulang dari
kampus, aku tidur
،بعد الرجوع من اجلامعة
29 قليال مث أستيقظ ألن وقته sebentar kemudian
bangun karena
أانم قليال مث أستيقظ بسبب
صالة العصر waktunya sholat asar دخول وقت العصر
melainkan juga kata yang lain seperti “”بسبب, “”ألجل, atau hanya berupa “”لـ.
D. Kesimpulan
Interferensi merupakan kendala yang dihadapi oleh pembelajar bahasa kedua
atau bahasa asing, salah satunya bahasa Arab. Dominasi bahasa pertama atau bahasa ibu
berpengaruh besar terhadap keterampilan berbahasa Arab. Munculnya interferensi ini
disebabkan oleh rendanya kemampuan gramatikal para pembelajar bahasa Arab,
khususnya sintaksis, sehingga unsur-unsur dan pola bahasa pertama mendominasi
bahasa kedua tanpa disadari. Akibatnya, hal tersebut merusak tatanan struktur bahasa
Arab yang baik dan benar secara kaidah.
Hasil analisis menyebutkan bahwa pola interferensi sintaksis bahasa Indonesia
dalam bahasa Arab melahirkan kesalahan-kesalahan yang tampak pada insya’
mahasiswa, meliputi interferensi aspek kala, concordansi (persesuaian), frasa nomina
non-adjektiva (idhâfah), frasa nomina adjektiva (tarkîb na’tiy), kalimat pasif, penanda
jumlah (adad-ma’dud), interferensi verba yang terikat dengan preposisi, interferensi
penggunaan kata “ada” yang diterjemahkan “”كان, dan interrferensi kata “karena” yang
660
E. Daftar Rujukan
Rahmawati. Al-tadakhkhul al-lughawiy. Jurnal al-Ta’lim jilid 1No. 3, November 2012.
Seff, Faisal Mubarak, dan Mukhtar, Muhammad. Al-Muhadatsah al-Yaumiyyah wa
Tadakhkhul Lughah al-Umm fîhâ. Pertemuan Internasional Bahasa Arab XI
(hlm. 1055-1072). Aceh, 2018.
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta.
Al-Khûli, Muhammad Ali. Ta’tsîru al-Tadakhkhul al-Lughawiy fiy Ta’allumi al-Lughah
al-Tsâniyah wa Ta’lîmuhâ. Majallah jami’ah malik saud Edisi 1 al-ulum al-
tarbawiy Vol. 1 No. 2, 1989.
Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Budiarti, Any. Interferensi Bahasa Indonesia ke Dalam Bahasa Inggris Pada Abstrak
Jurnal Ilmiah. Jurnal Bahasa dan Seni, tahun 41, No. 1, Februari 2013.
Ni‘mah , Fuad. Tt. Mulakhkhas Qawâ‘id al-Lugah al-‘Arabiyyah, cetakan ke-19. Kairo:
Nahdhah Misra.
Al-Muthallib, Hamdiy Mahmûd Abd. 2001. al-Nahwu al-Muyassar li al-Shighâr wa al-
Kibâr fiy Syarhi Qawâ‘id al-Nahwi wa al-Tadrîb ‘Alaiha. Mesir: Dar al-Afaq
al-‘Arabiyyah.
al-Ghalayain, Mustafa. 2008. Jâmi‘u al-Durûs al-‘Arabiyyah. Lebanon: Dar al-Bayan.
Umar, Ahmad Mukhtar, dkk.1994. al-Nahwu al-’Asâsiy. Kuwait: Dar al-Salasil.
Ryding, Karin C. 2005. A Reference Grammar of Standard Arabic. Cambridge:
Cambridge University Press.
Al-Chamadiy, Yusuf, dkk. TT. al-Qawâ‘id al-’Asaâsiyyah fiy al-Nahwi wa al-Sharfiy.
Kairo: al-Hai’ah al-’Ammah li Syu‘uni al-Mathabi‘ al-’Amîriyyah.
Fayadh, Sulaiman. TT. al-Nahwu al-‘Asriy: Dalîlun Mubsithun Liqawâ‘id al-Lughah
al-‘arabiyyah. TK: Markaz al-Ahram.
661