Anda di halaman 1dari 27

ORGANISASI OTONOM MUHAMMADIYAH

OLEH :

KELOMPOK IX

SRI NUR AZIZAH 105391100222

ADEL ADINDA SARI 105441101722

FAJRIN 105441101822

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2023
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt, karena berkat rahmat dan karunianya-
lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjul “Organisasi Otonom
Muhammadiyah”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas AIK II, Program Studi
Pendidikan Fisika dan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Dalam penyusunan makalah ini banyak hambatan yang penulis hadapi namun pada
akhirnya penulis dapat menyelesaikannya karena adanya bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak.Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada
pihak pihak yang telah membantu.

Penulis sadari bahwa kemampuan penulis sangat terbatas sehingga keberadaan


tulisan ini masih membutuhkan saran-saran dari semua pihak demi kesempurnaan yang
diharapkan. Semoga makalah ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya dan
semoga bermanfaat untuk kita semua.

Selama proses penyelesaian skripsi penulis mendapatkan bantuan dari berbagai


pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.Tanpa dukungan dan bantuan tersebut
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan makalah ini.

Makassar, 22 Maret 2023

Penulis
iii

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
PEMBAHASAN.................................................................................................................... 2
C. Aisyiyah ...................................................................................................................... 2
D. Naisyiatul Aisyiyah .................................................................................................... 6
E. Ikatan Mahasiswa Muhammadiayah (IMM) .............................................................. 9
F. Tapak Suci ................................................................................................................ 12
G. Hizbul Wathan (HW)................................................................................................ 14
H. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) ...................................................................... 18
PENUTUP ........................................................................................................................... 23
A. Kesimpulan ............................................................................................................................. 23
B. Saran ........................................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 24
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma‟ruf nahi


munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al–Qur‟an dan AsSunnah yang
didirikan oleh Kiai H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah memiliki amal usaha dan
organisasi otonom sebagai ujung tombak perjuangan. Ortom Muhammadiyah ada
dua kategori yaitu ortom khusus dan ortom umum, yang khusus adalah „Aisyiyah
sedangkan ortom umum adalah Hizbul Wathan, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Nasyiatul „Aisyiyah,
dan Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Ortom yang umum sering disebut dengan
Angkatan Muda Muhammadiyah yaitu pewaris, penerus, pelopor, dan
penyempurna cita–cita amal usaha Muhammadiyah (Mulyani, 2017).
Organisasi otonom (ortom) adalah organisasi atau badan yang dibentuk oleh
Persyarikatan Muhammadiyah yang dengan bimbingan dan pengawasan, diberi hak
dan kewajiban untuk mengatur rumah tangga sendiri, membina warga
Persyarikatan Muhammadiyah tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu pula
dalam mencapai maksud dan tujuan Persyarikatan Muhammadiyah.
Ortom Muhammadiyah ada dua kategori yaitu ortom khusus dan ortom
umum, yang khusus adalah „Aisyiyah sedangkan ortom umum adalah Hizbul
Wathan, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan
Pelajar Muhammadiyah, Nasyiatul „Aisyiyah, dan Tapak Suci Putera
Muhammadiyah. Ortom yang umum sering disebut dengan Angkatan Muda
Muhammadiyah yaitu pewaris, penerus, pelopor, dan penyempurna cita–cita amal
usaha Muhammadiyah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang melatar belakangi terbentuknya organisasi-organisasi otonom


Muhammadiyah?
2. Bagaimana Visi dan Misi organisasi-organisasi otonom Muhammadiyah?
3. Apa logo dan arti dari logo organisasi-organisasi otonom Muhammadiyah?
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Aisyiyah

1. Latar belakang berdirinya Aisyiyah


Berdirinya Muhammadiyah telah mengilhami berdirinya hampir seluruh
organisasi otonom yang ada di Muhammadiyah, termasuk „Aisyiyah. Sebagai
pendiri Muhammadiyah, Kyai Haji A.Dahlan sangat memperhatikan pembinaan
terhadap wanita. Anak-anak perempuan yang potensial dibina dan dididik
menjadi pemimpin, serta dipersiapkan untuk menjadi pengurus dalam
organisasi wanita Muhammadiyah. Mereka yang dididik Kiai Dahlan
Diantaranya Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, SitiBusyro (putri beliau
sendiri), Siti Dawingah, dan Siti Badilah Zuber.
Sejak usia 15 tahun anak-anak perempuan sudah diajak memikirkan soal-
soal kemasyarakatan. Sebelum „Aisyiyah secara kongkret terbentuk, sifat
gerakan pembinaan wanita itu baru secara berkelompok belum merupakan
organisasi. Oleh Kyai H. A. Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan kelompok
tersebut dibimbing dan dibekali agama melalui pengajian. Pendidikan dan
pembinaan terhadap wanita juga dibekalkan pada wanita yang usianya sudah
tua.Menurutnya agama Islam tidak memperkenankan mengabaikan wanita,
mengingat perannya yang begitu mulia.
Dalam perkembangannya, kelompok pengajian wanita itu diberi nama Sapa
Tresna. Sapa Tresna belum merupakan organisasi, hanya suatu gerakan
pengajian saja. Berkaitan dengan nama, KH Mokhtar mengadakan pertemuan
dengan K. H. A. Dahlan dan pengurus Muhammadiyah lainnya. Dalam
pertemuan itu diusulkan nama Fatimah, untuk organisasi perkumpulan kaum
wanita Muhammadiyah itu, tetapi nama itu tidak diterima oleh rapat. Sementara
Haji Fakhrudin kemudian mengusulkan nama „Aisyiyah, kemudian forum rapat
menyepakati nama „Aisyiyah. Nama „Aisyiyah dipandang lebih tepat bagi
gerakan wanita ini karena didasari pertimbangan bahwa perjuangan wanita
yang akan digulirkan ini diharapkan dapat meniru perjuangan Aisyah, isteri
Nabi Muhammad, yang selalu membantu Rasulullah dalam berdakwah
(PP.Aisyiyah, 2007).
2. Pengertian Aisyiyah
Dalam hal ini salah satu organisasi otonom yang dimiliki oleh
Muhammadiyah adalah Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA).Sebagai kader penerus
3

Aisyiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah digembleng agar dapat meneruskan


keberlangsungan hidup organisasi di masa yang akan datang. Nasyiatul
‘Aisyiyah secara resmi berdiri pada tahun 1931 di Yogyakarta.Awal berdirinya,
NA merupakan organisasi yang menginduk pada ‘Aisyiyah. Namun dalam
Muktamar Muhammadiyah ke-36 tahun 1965 diberi hak sebagai organisasi
otonom (Ortom) dan berhak untuk mengatur rumah tangganya sendiri
(3Mu’arif, dkk, 2004). Dalam melaksanakan usahanya menuju terbentuknya
pribadi putri Islam yang berarti bagi agama, bangsa dan negara, serta
menjalankan fungsinya sebagai kader umat, kader persyarikatan dan kader
bangsa, Nasyiah mendasarkan usaha dan perjuangannya diatas prinsip yang
terkandung di dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nasyiatul
‘Aisyiyah (4 Sudarno Shobron, dkk., Studi, hlm. 141).
3. Visi Misi
Visi
Tegaknya agama islam dan terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-
benarnya.
Misi
Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar untuk mewujudkan islam sebagai
rahmatan lil Alamin dan mengangkat harkat dan martabat perempuan sesuai
dengan ajaran islam.

4. Lambang dan Arti Lambang Aisyiyah

a. Warna hijau melambangkan kedamaian dan kesejahteraan.


b. Matahari berarti selalu menerangi seluruh lapisan masyarakat.
c. Ke-12 sinarnya berarti memiliki semangat juang seperti kaum
Hawariyyun ( 12 pengikut setia nabi Isa).
d. Sinar berwarna putih bermakna kesucian hidup.
e. Dua kalimat syahadat sebagai bentuk pengakuan akan keesaan Allah
SWT dan Nabi Muhammad sebagairasul-Nya.
4

f. Tulisan ‘Aisyiyah bermakna agarmenja digenerasi wanita penerus istri


Nabi Muhammad SAW yaitu Aisyiyahr.a. (seorang wanita cerdas dan
berakh lakmulia).
Logo Aisyiyah di buat bukan tanpa tujuan. Harapannya, logo ini
bisa menjadi pedoman umat Muslim dalam bersikap. Adapun sikap
yang mencerminkan logo ini, diantaranya:
a. Organisasi Aisyiyah memiliki cita-cita mewujudkan masyarakat yang
adil, makmur, dan sejahtera. Dalam halini, umat Islam diajarkan untuk
selalu menjaga perdamaian dan memberi manfaat kepada sesama.
b. Ke-12 sinarnya melambangkan tekad dan semangat Aisyiyah dalam
menyiarkan ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat. Selama proses
menyebarkan ajaran, umat Muslim dianjurkan memiliki hati, pikiran,
dan perbuatan yang suci serta dijauhkan dari perasaan berburuksangka.
Umat Muslim diajarkan untuk selalu bersemangat dan mempunyai
motivasi hidup yang tinggi, sehingga bisa menyinari lingkungan
sekitarnya. Seperti diketahui, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang
memberi manfaat bagi sekitarnya. Taklupa, umat Muslim juga
diingatkan untuk selalu taat kepada perintah Allah. Mereka juga
diperingatkan untuk menjauhi larangan-Nya seperti hal-hal yang berbau
syirik, tahayul, bid’ah dan khurafat. Di dalam organisasi ini pula
diajarkan, bahwa wanita memiliki hak yang sama dengan laki-laki
dalam hal menuntut ilmu, baik ilmu agama, pendidikan formal, dan
keterampilan lainnya.

B. Pemuda Muhammadiyah

1. Latar belakang berdirinya Pemuda Muhammadiyah


Pemuda Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada tanggal 26 Zulhijjah
1350 Hijriyah, bertepatan dengan tanggal 2 Mei 132 Miladiyah Pemuda
Muhammadiyah adalah organisasi otonom Muhammadiyah, yang merupakan
gerakan Amar ma’ruf nahi mugkar. Maksud dan Tujuan Pemuda
Muhammadiyah Menghimpun, membina dan menggerakkan potensi pemuda
demi terujudnya kader Persyarikatan, kader umat dan kader bangsa dalam
rangka mencapai tujuan Muhammadiyah mengalami kemajuan yang pesat,
hingga pada Muktamar Muhammadiyah ke 21di Makassar. diputuskan
berdirinya Muhammadiyah bagian Pemuda, yang merupakan bagian dari
organisasi dalam Muhammadiyah yang ke-ara khusus mengasuh dan mendidik
para pemuda keluarga Muhammadiyah. Keputusan Muhammadiyah tersebut
5

mendapat sambutan luar biasa dari kalangan pemuda keluarga Muhammadiyah,


sehingga dalam akturela tingkat Muhammadiyah.
Pemuda telah terbentuk dihampir semua ranting dan cabang
Muhammadiyah dengan demikian pembinaan Pemuda Muhammadiyah menjadi
tanggung jawab pimpinan Muhammadiyah dimasing-masing level Misalnya,
ditingkat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tanggung jawab mengasuh, mendidik
dan membimbing Pemuda Muhammadiyah diserahkan kepada Majelis
Pemuda, yaitu lembaga yang menjadi kepanjangan tangan dan pembantu
Pimpinan Pusat yang memimpin gerakan pemuda. Selanjutnya dengan
persetujuan Majelisanir, Muhammadiyah. Pemuda dijadikan suatu ortom yang
mempunyai keenangan mengurusi rumah tangga organisasinya sendiri dan
akhirnya pada 26 ulhijjah 1350 H bertepatan dengan 2 Mei 132 secara resmi
Pemuda Muhammadiyah berdiri sebagai ortom.
2. Visi Misi
VISI
Menjadi Pemuda Muhammadiyah yang unggul, mandiri, indepen den,
transpormatif serta berperan secara nasional dan global .
MISI
Mendorong dan memfasilitasi kader Pemuda Muhammadiyah untuk
mengembangkan potensi diri. Mengembangkan potensi ekonomi dan
keotonomian Pemuda Muhammadiyah. Mengasah kepekaan sosial dan
senseofcrisis kader Pemuda Mendorong Pemuda Muhammadiyah untuk terus
terlibat dalam peran-peran keummatan dan kebangsaan, termasuk ditingkat
global.
3. Lambang dan Arti lambang Pemuda Muhammadiyah

a. Warna Dasar Melati: hijau, artinya lambang kedamaian, kesuburan,


kesabaran dan kesegaran.
b. Warna kuncup melati dan tulisan Fastabiqul Khairat: putih, artinya
lambang kesucian, ketulusan dan keikhlasan.
6

c. Bunga Melati: Lambang kesatriaan, kecintaan dan keharuman;


mencerminkan kepribadian Pemuda Muhammadiyah yang tegas
pantang menyerah, menebar cinta kasih kepada sesama, dengan
senantiasa meninggalkan nama harum bagi nusa dan bangsa. Melati
adalah bunga khas Indonesia, oleh karena Pemuda Muhammadiyah
senantiasa menunjukkan sikap setia kepada bangsa dan Negara.
d. Tangkai bunga: Satu, berarti Tauhid.
e. Enam kelompok bunga: Bermakna Rukun Iman. Lima daun bunga:
Bermakna Rukun Islam.
f. Dua buah daun bunga: Bermakna Syahadat ain Pita: Berarti
kegembiraan Fastabiqul Khairat: Berlomba-lombalah dalam mengamal
kankebaikan dan keutamaa

C. Naisyiatul Aisyiyah

1. Latar belakang berdirinya Naisyiatul Aisyiyah


Melacak berdirinya Nasyiatul Aisyiyah (Nasyiah) juga tidak lepas dari
perjalanan sejarah Muhammadiyah sendiri yang sangat memperhatikan
keberlangsungan kader pengurus perjuangan. Muhammadiyah dalam
perjuangan memerlukan kader-kader yang tangguh yang akan meneruskan
estafet perjuangan dari para pendahulu di semua lingkungan Muhammadiyah.
Gagasan mendirikan Nasyiah sebenarnya bermula dari ide Somodirdjo, seorang
guru standart school Muhammadiyah. Dalam usahanya itu, ia menekankan
pentingnya perjuangan muhammadiyah melalui peningkatan mutu ilmu
pengetahuan yang diajarkan ke pada muridnya, baik dalam bidang spiritual,
intelektual, maupun jasmaninya agar kader-kader Muhammadiyah terdorong
untuk beramal dan berbagi pengetahuan. Gagasannya digulirkan dalam bentuk
memperkaya pelajaran praktek kepada muridnya, dan diwadahi dengan
kegiatan bersama. Dengan bantuan Hadjid, seorang kepala guru agama di
standart school Muhammadiyah, maka pada tahun 1919 Somodirdjo berhasil
mendirikan perkumpulan yang anggotanya terdiri dari remaja putriputri siswa
standart school Muhammadiyah. Perkumpulan tersebut di beri nama Siswa
praja (SP).
Tujuan di bentuknya Siswa Praja adalah menanamkan rasa persatuan,
memperbaiki akhlak, dan memperdalam agama. Pada tahun 1931 dalam
Kongres Muhammadiyah ke-20 di Yogyakarta di putuskan semua nama
gerakan dalam Muhammadiyah harus memakai bahasa Arab atau bahasa
Indonesia, Karena cabangcabang Muhammadiyah di luar Jawa sudah banyak di
7

dirikan (saat itu Muhammadiyah telah mempunyai cabang kurang lebih 400
buah). Dengan adanya keputusan itu, maka nama Siswa Praja wanita diganti
menjadi Nasyiatul Aisyiyah (Nasyiah) yang masih di bawah kordinasi
Aisyiyah.
Tahun 1935 Nasyiah melaksanakan kegiatan yang semakin agresif menurut
ukuran saat itu. Mereka mengadakan sholat jumat bersama-sama, mengadakan
tabligh ke aktifitas yang tidak wajar dilaksanakan oleh wanita pada saat itu.
Pada kongres Muhammadiyah yang ke-26 tahun 1938 di Yogyakarta di
putuskan bahwa simbol padi menjadi simbol Nasyiah, yang sekaligus juga
menetapkan nyanyi simbol padi menjadi mars Nasyiah. Perkembangan Nasyiah
semakin pesat pada tahun 1939 dengan diselenggarakannya Taman Aisyiyah
yang mengakomodasikan potensi, minat, dan bakat putrid-putri Nasyiah untuk
dikembangkan. Selain itu, taman aisyiyah juga menghimpun lagu-lagu yang di
karang oleh komponis-komponis Muhammadiyah dan di bukukan dengan di
beri nama Kumandang Nasyiah. Di Sulawesi Tengah keberadaan Nasyiah
secara administrasi, yaitu berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan Pusat
Nasyiatul Aisyiyah (SK PPNA) berdiri tanggal 23 Syafar 1396 H bertepatan 6
Maret 1976 M. Namun berdasarkan penuturan ketua pertama Nasyiah yaitu Ibu
Chadijah Toana,keberadaan Nasyiah di Sulawesi Tengah sejak tahun 1972,
beliau yang diminta oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Tengah
menghadiri MUktamar Muhammadiyah untuk mengikuti kegiatan salah satu
Organisasi Otonom (Ortom) yaitu Nasyiatul Aisyiyah. Sepulang dari Muktamar
tersebut maka Pimpinan Wilayah Muhammadiyah membentuk Pimpinan
Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) sekaligus menunjuk Ibu Chadijah Toana
sebagai ketuanya (Ahdia 2011).
2. Pengertian
Salah satu organisasi otonom yang dimiliki oleh Muhammadiyah adalah
Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA).Sebagai kader penerus Aisyiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah
digembleng agar dapat meneruskan keberlangsungan hidup organisasi di masa
yang akan datang. Nasyiatul ‘Aisyiyah secara resmi berdiri pada tahun 1931 di
Yogyakarta.Awal berdirinya, NA merupakan organisasi yang menginduk pada
‘Aisyiyah. Namun dalam Muktamar Muhammadiyah ke-36 tahun 1965 diberi
hak sebagai organisasi otonom (Ortom) dan berhak untuk mengatur rumah
tangganya sendiri(3Mu’arif, dkk. 2004).
Nasyiatul ‘Aisyiyah sebagai organisasi dakwah di kalangan remaja putri
memenuhi panggilan dalam tugasnya untuk berdakwah di kalangan/ lingkungan
masyarakat. Maka tepat sekali kalau dalam muktamarnya yang kedua di
8

Yogyakarta tahun 1968, Nasyiatul ‘Aisyiyah menelurkan berbagai sumbangan


pikiran tentang kepribadian Nasyiatul’ Aisyiyah. Rumusan tersebut dapat
digunakan sebagai landasan atau pegangan yang kokoh, bagaimana pula
seharusnya menjadi anggotanya. Dalam muktamar tersebut ditegaskan antara
lain Nasyiatul ‘Aisyiyah sebagai anggota masyarakat senantiasa berusaha ikut
aktif mendarmabaktikan diri membangun masyarakat di lingkungan dengan
ajaran Islam. Dalam melaksanakan usahanya menuju terbentuknya pribadi putri
Islam yang berarti bagi agama, bangsa dan negara, serta menjalankan fungsinya
sebagai kader umat, kader persyarikatan dan kader bangsa,
Nasyiahmendasarkan usaha dan perjuangannya diatas prinsip yang terkandung
di dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nasyiatul ‘Aisyiyah(
Sudarno Shobron, dkk., Studi, hlm. 141).
Untuk mencapai keberhasilan yang baik dalam meningkatkan pribadi
remaja muslimah maka hendaknya Nasyiatul ‘Aisyah mengambil
langkahlangkah tersebut sehingga kader-kader Nasyiatul ‘Aisyiyah khususnya
ditingkat Ranting dapat mewujudkan cita-cita Nasyiatul ‘Aisyiyah yang
sebenar-benarnya.
Nasyiatul ‘Aisyiyah sebagai organisasi dakwah di kalangan remaja putri
memenuhi panggilan dalam tugasnya untuk berdakwah di kalangan/ lingkungan
masyarakat. Maka tepat sekali kalau dalam muktamarnya yang kedua di
Yogyakarta tahun 1968, Nasyiatul ‘Aisyiyah menelurkan berbagai sumbangan
pikiran tentang kepribadian Nasyiatul’ Aisyiyah. Rumusan tersebut dapat
digunakan sebagai landasan atau pegangan yang kokoh, bagaimana pula
seharusnya menjadi anggotanya. Dalam muktamar tersebut ditegaskan antara
lain Nasyiatul ‘Aisyiyah sebagai anggota masyarakat senantiasa berusaha ikut
aktif mendarmabaktikan diri membangun masyarakat di lingkungan dengan
ajaran Islam.
3. Visi & Misi
Nasyiatul Aisyiyah dalam mengembangkan organisasi, memiliki visi dan misi
sebagai pedoman yang digunakan untuk pencapaian jangka panjang dalam
mencapai sebuah tujuan. Dalam hal ini visi dan misi yang dimiliki oleh
Nasyiatul Aisyiyah adalah:
a. Visi “Terbentuknya putri Islam yang berarti bagi keluarga, bangsa dan
agama menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.
b. Misi:
9

1) Melaksanakan dakwah Islam amar ma‟ruf nahi munkar dalam membina


putri Islam yang berarti bagi agama, bangsa dan negara menuju
terwujudnya masyarakat yang sebenar-benarnya.
2) Melaksanakan pencerahan dan pemberdayaan perempuan menuju
masyarakat yang menjunjung tinggi harkat, martabat dan nilai-nilai
kemanusiaan yang sesuai dengan ajaran Islam.
3) Menyelenggarakan amal usaha dan meningkatkan peran Nasyiatul
Aisyiyah sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna perjuangan
Muhammadiyah.

4. Lambang dan Arti lambang Aisyiyah

1) Makna dari padi yang dimaksudkan adalah bahwa setiap anggota NA


makin memiliki ilmu pengetahuan semakin menjadi manusia yang taat
pada hokum-hukum berlaku.
2) Makna 12 butir padi adalah setiap anggota NA senantiasa berbuat
kebijakan sepanjang tahun yang berjumlah 12 bulan.
3) Makna 4 daun sepasang keatas sepasang kebawah, “patah tumbuh,
hilang berganti”.
4) Makna tulisan arab adalah petikan dari surat Al-Baqarah ayat 189, yang
berartikan bahwa 42 sebenar-benarnya kebajikan dan keutamaan,
predikat termulia bagi seseorang adalah terletak pada taqwanya kepada
Allah SWT.

D. Ikatan Mahasiswa Muhammadiayah (IMM)

1. Latar belakang berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiayah


Hadirnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) tidak bisa lepas dari
sejarah hadirnya Muhammadiyah sebagai organisasi keislaman. Maka dari hal
ini, setiap yang dilakukan IMM adalah bentuk nyata dari perwujudan dan
keinginan Muhammadiyah. Adapun hal lainnya, terbentuknya IMM merupakan
10

respon cepat dari persoalan yang dialami tentang keummatan yang tersohor
dikalangan mahasiswa dalam perguruan tinggi terhadap sejarah bangsa ini.
Dalam sejarah awal terbentuknya IMM didasari dari kebutuhan akan organisasi
keislaman bagi para akademisi Islam yang beraklak mulia serta dapat
mewujudkan cita-cita dari Muhammadiyah. Oleh sebab itu IMM hadir sebagai
organisasi kepemudaan Islam yang memiliki pemahaman Muhammadiyah. Ada
beberapa faktor berdirinya IMM dalam persoalan keummatan di antaranya
seperti yang dijelaskan oleh Farid Fantoni:
a. Keadaan bangsa yang tidak kondusif, rezim yang otoriter, dan menguatnya
paham komunisme di Indonesia.
b. Terpecahnya umat Islam ke dalam beberapa kekuataan politik yang penuh
dengan rasa curiga dan fitnah.
c. Kehidupan akademik kampus yang sudah diisi dengan politik praktis.
d. Melemahnya kehidupan beragama para pemuda yang menyebabkan
kehidupan lebih bersifat individualistik.
e. Berkurangnya kehidupan beragama di areal kampus dan masih kuatnya
kehidupan kampus yang sekuler.
f. Masih terasa bekas-bekas penjajan, keterbelakangan, kemiskinan, serta
kebodohan.
g. Masih merajalelanya kehidupan yang bersifat bid’ah, khurafat, dan bahkan
mengarah kearah kesyirikan.
h. Kehidupan sosial, poltik, dan ekonomi yang semakin parah.

Beberapa penjelasan di atas menjadi dasar semangat akan dibentuknya


Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang dapat menjadi wadah berproses
mahasiswa yang berasal dari kalangan Muhammadiyah. Pada kongres 25 tahun
berdirinya Muhammadiyah di Jakarta tahun 1936, KH. Hisyam sebagai
pimpinan tertinggi menerima usul tersebut. Hal ini karena banyak putra-putri
Muhammadiyah yang telah menyelesaikan pendidikannya di tingkat menengah
dan Muhammadiyah sudah memiliki amal usaha sendiri.
Gagasan akan pengkaderan di wilayah mahasiswa yang hadir dalam bentuk
sebuah perhimpunan atau organisasi pengkaderan selaras dengan gagasan yang
dibawa oleh pendiri Muhammadiyah yaitu KH. Ahmad Dahlan. Namun
gagasan tersebut belum dapat direalisasikan karena Muhammadiyah pada masa
tersebut belum memiliki perguruan tinggi.
Pada tahun 1962 ketika diselenggarakan kongres 50 tahun hadirnya
organisasi Muhammadiyah di Jakarta. Pada saat yang bersamaan juga
11

diselenggarakan kongres mahasiswa Universitas Muhammadiyah di Yogyakarta


sebagai kampus Muhammadiyah pertama. Di kampus tersebutlah gagasan
pendirian IMM semakin terasa gencar disuarakan. Gagasan tersebut tidak hanya
berasal dari dalam universitas tersebut, tapi juga dari luar universitas. Hal
tersebut kemudian menjadi kenyataan pada tanggal 29 Syawal H atau 14 Maret
1964 beririlah Ikatan 17 Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang piagam
pendiriannya ditanda tangani oleh ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH.
A. Badawi di gedung Dinoto, Yogyakarta (Harahap 2021).
2. Pengertian IMM
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan perwujudan nilai dasar
dakwah Muhammadiyah pada kalangan akademis. IMM adalah organinasi
otonom Muhammadiyah maka kebijakannya harus sejalan dengan ajaran
Muhammadiyah. IMM sebagai gerakan mahasiswa Islam yang beraqidah Islam
dan mengambil sumber dari Alquran dan hadis sehingga setiap kegiatannya
haruslah sesuai dengan kedua sumber ajaran karena IMM adalah cerminan dari
organisasi Muhammadiyah.
Dari penjelasan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa IMM ialah
sebuah organisasi kemahasiswaan Islam yang pokok gerakannya berasal dari
ajaran Islam dan semangat dakwah Muhammadiyah yang difokuskan pada
kalangan akademik dan intelektual yang berada di perguruan tinggi.
3. Asas, Visi dan Misi IMM
a. Asas Dalam menjalankan sebuah kegiatan organisasi harus mempunyai asas, agar
tidak melanggar peraturan yang sudah ditetapkan. Maka Ikatan Mahasiswa 15
Muhammadiyah memiliki azas yaitu Islam dalam menjalankan kegiatan amar
ma’ruf nahi munkar.
b. Visi-Visi IMM adalah mengoptimalkan peran dan fungsi kader IMM yang
berkemajuan keorganisasian juga dalam lingkungan akademisi untuk memperkuat
dan mendakwahi ideologi Islam dan paham Kemuhammadiyahan.
c. Misi
1) Menguatkan tri kompetensi dasar IMM yaitu: religiusitas, intelektualitas dan
humanitas.
2) Melakukan pembimbingan keislaman secara intensif untuk menghasilkan
kader yang memiliki akhlak mulia dan patuh melaksanakan ibadah.
3) Meningkatkan persaudaraan dan emosional terhadap para kader.
4) Berkontrribusi terhadap lingkungan akademisi dengan mengembangkan
keilmuan, teknologi serta peran dalam bermasyarakat.
4. Lambang dan Arti lambang Ikatan Mahasiswa Muhammadiayah
12

a. Bentuk Perisai Pena, berarti lambang orang yang menuntut ilmu. Berlapis
tiga maknanya: Iman, Islam dan Ikhsan atau Iman, Ilmu dan Amal.
b. Warna Hitam: Kekuatan, ketabahan, dan keabadian. Kuning: Kemuliaan
tujuan. Merah: Keberanian dalam berfikir, berbuat dan bertanggung
jawab. Hijau: Kesejahteraan. Putih: Kesucian.
c. Gambar Sinar Muhammadiyah: Lambang Muhammadiyah. Melati: IMM
sebagai kader muda Muhammadiyah Tulisan dalam pita: Fastabiqul
Khairat (berlomba-lomba dalam kebajikan)

E. Tapak Suci

1. Latar belakang berdirinya Tapak Suci


Tapak suci merupakan Organisasi Otonom (ORTOM) yang berdiri di
bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah yang beraqidah Islam,
bersumber pada Al-Qur'an dan As-sunnah serta berjiwa persaudaraan. Secara
resmi perguruan tapak suci didirikan pada tanggal 10 Rabi’ul Awal 1383 H,
yang bertepatan dengan tanggal 31 Juli 1963 M. (Rasyid, 2008). Tapak suci
sebagai suatu lembaga seni bela diri, pada saat ini sudah berkembang pesat
menjadi perguruan seni bela diri yang berwawasan nasional. Hampir disetiap
propinsi, daerah tingkat I di seluruh wilayah Indonesia telah berdiri pengurus-
pengurus wilayah tapak suci. Perkembangan seni bela diri tapak suci sendiri
sangatlah pesat dan telah dipelajari di setiap sekolah-sekolah
Muhammadiyah,mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan
tinggi Muhammadiyah diseluruh Indonesia.
2. Pengertian Tapak Suci
Perguruan Seni Bela diri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah atau
disingkat Tapak Suci, adalah sebuah aliran, perguruan, dan organisasi pencak
silat yang merupakan anggota IPSI (IkatanPencakSilatIndonesia). Tapak Suci
termasuk dalam 10 Perguruan Historis IPSI, yaitu perguruan yang menunjang
13

tumbuh dan berkembangnya IPSI sebagai organisasi. Tapak Suci berasas Islam,
bersumber pada AlQur’an dan As-Sunnah, berjiwa persaudaraan, berada di
bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi otonom.
Tapak Suci berdiri pada tanggal 10 Rabiul Awal 1383 H, atau bertepatan
dengan tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta. Tapak Suci memiliki
motto “Dengan Iman dan Akhlak saya menjadi kuat, tanpa Iman dan Akhlak
saya menjadi lemah”.
Organisasi Tapak Suci berkiprah sebagai organisasi pencak silat, berinduk
kepada Ikatan Pencak Silat Indonesia, dan dalam bidang dakwah pergerakan
Tapak Suci merupakan pencetak kader dari Muhammadiyah. Pimpinan Pusat
Tapak Suci Putera Muhammadiyah berkedudukan di Kauman, Yogyakarta, dan
memiliki kantor perwakilan di ibu kota negara.
3. Visi Misi
Visi
Menciptakan generasi muda yang militan untuk menegakkan amar ma’ruf nahi
mungkar.
Misi
Membina generasi mudah agar berkepribadian dan berakhlak mulia.
Mengembangkan generasi mudah ke arah yang lebih baik.
4. Lambang dan Arti lambang Tapak Suci

Lambang tapak suci sarat akan simbol dan makna, yaitu:


a. Bentuk bulat memiliki makna tekad bulat.
b. Warna dasar biru memiliki arti keagungan.
c. Warna tepi hitam memiliki arti kekal dan abadi melambangkan sifat
Allah SWT.
d. Gambar bunga mawar memiliki makna keharuman.
e. Warna merah memiliki arti keberanian.
f. Daun kelopak hijau memiliki makna kesempurnaan
g. Bunga melati putih memiliki arti kesucian.
14

h. Jumlah sebelas menyimbolkan rukun Islam dan rukun Iman.


i. Tangan kanan putih memiliki makna keutamaan.
j. Terbu kamemiliki makna kejujuran.
k. Berjari rapat menyimbolkan keeratan.
l. Ibu jari tertekuk menyimbolkan kerendahan Hati.
m. Sinar matahari kuning memiliki makna Putera Muhammadiyah.
n. Keseluruhan lambang tersimpul dengan nama Tapak Suci, yang
mengandung arti: Bertekad bulat mengagungkan asma Allah
Subhanahuwata’ala, kekal dan abadi . Dengan keberanian
menyerbakkan keharuman dengan sempurna. Dengan Kesucian
menunaikan Rukun Islam dan Rukun Iman. Mengutamakan keeratan
dan kejujuran dengan rendah hati.

F. Hizbul Wathan (HW)

1. Latar belakang berdirinya Hizbul Wathan


Gagasan pembentukan barisan kepanduan Hizbul Wathan dalam
Muhammadiyah muncul dari KH. Ahmad Dahlan sekitar tahun 1916 ketika
beliau kembali dari perjalanan tabligh di Surakarta pada pengajian SAFT
(Sidiq, Amanah, Fathonah, Tabligh) yang secara rutin diadakan di rumah KH.
Imam Mukhtar Bukhari. Di kota tersebut beliau melihat anak-anak JPO
(Javansche Padvinders Organisatie) dengan pakaian seragam sedang latihan
berbaris di halaman pura Mangkunegaraan. Sesampainya di Yogyakarta, beliau
membicarakannya dengan beberapa muridnya, antara lain Sumodirjo dan
Sarbini, dengan diajar tentang kepanduan guna berbakti kepada Allah SWT.
KH. Ahmad Dahlan berkata kira-kira demikian : “Saya tadi pagi di Solo
sepulang dari Tabligh sampai di muka Pura Mangkunegaran di alun-alun
Surakarta melihat anak-anak baris-berbaris, sebagaian bermain-main, semuanya
berpakaian seragam, baik sekali! Apa itu?” Somodirjo menjelaskan bahwa itu
adalah Pandu mangkunegaraan yang namanya JPO (Javansche Padvinders
Organisatie) ialah suatu gerakan pendidikan anak-anak di luar sekolah dan
rumah. Mendengar keterangan tersebut KH.Ahmad Dahlan menyambut :
“Alangkah baiknya kalua anak-anak keluarga Muhammadiyah juga dididik
semacam itu untuk leladi menghamba kepada Allah, selanjutnya beliau
mengahrap kepada para guru untuk mencontoh gerakan pendidikan itu”. Tahun
1918 adalah saat Gerakan Hizbul Wathan melangkahkan langkahnya yang
pertama dengan nama Padvinder Muhammadiyah. Nama tersebut semakin
15

popular. Untuk pengawasannya Gerakan Padvinder Muhammadiyah unu


diserahkan kepada Muhammadiyah bagian sekolahan.
Cikal bakal itu lahirlah Hizbul Wathan pada tahun 1918, pada waktu itu
bernama Padvinder Muhammadiyah. Kemudian, karena dianggap kurang
relepan, atas usul H.Hadjid nama itu ditukar menjadi Hizbul Wathan. Sepulang
dari kunjungan ke JPO Solo tersebut dibicarakan nama dari Padvinder
Muhammadiyah. Di rumah Bp. H.Hilal Kauman, RH.Hadjid mengajukan nama
yang dianggap cocok pada waktu itu yaitu Hizbul Wathan, yang berarti
Pembela Tanah Air.
Hal ini mengingat adanya pergolakanpergolakan di luar negeri maupun di
dalam negeri yaitu masa berjuang melawan penjajah Belanda. Nama Hizbul
Wathan sendiri berasal dari nama kesatuan tentara Mesir yang sedang
berperang membela tanah airnya. Dengan kata sepakat nama Hizbul Wathan
dipakai mengganti nama “Padvinder Muhammadiyah” tahun 1920. Kejadian itu
bertepatan dengan peristiwa akan turunnya dari tahta Paduka sri Sultan VII
Yogyakarta. Untuk turut menghirmat dan akan ikut mengiringkan pindahnya
Sri Sultan VII dari keratin ke Ambarukmo, diadakan persiapan-persiapan dalam
latihan. Pada tanggal 30 Januari 1921 barisan HW keluar turut mengiringkan
Sri Sultan VII pindah dari keratin ke Ambarukmo. Keluarga HW mendapat
penuh perhatian dari khalayak ramai. Saat itulah HW terkenal pada khalayak
umum. Hal ini tambah lagi sesudah beberapa hari kemudian HW berbaris dalam
perayaan penobatan Sri Sultan VIII. Perayaan diadakan alun-alun utara
Yogyakarta.
HW turut pula dengan mengadakan demontrasi di muka panggung di mana
Sri Sultan VIII dengan para tamu menyaksikannya. HW telah menjadi buah
bibir masyarakat. Demikianlah uniform HW mulai dikenal masyarakat. Maka
tidak heranlah, kalau kadang– kadang kalau ada anak Belanda atau Cina
berpakaian Padvinder (NIPV) dikatakan : “Lho, itu ada HW Landa, Lho itu ada
HW Cina”, yang sebetulnya yang dimaksud adalah Padvinder NIPV, bahkan
setiap ada anak berpakaian pandu selalu dikatakan Pandu HW. Pada tanggal 13
Maret 1921 KH.Fachrudin menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya yang
diantar oleh barisan Pandu HW dan warga Muhammadiyah sampai Stasiun
Tugu Yogyakarta. KH. Fachrudin sempat berpesan di depan anggota-anggota
HW dengan menanamkan anti penjajah pada anak HW: “Tongkat-tongkat yang
kamu panggil itu pada suatu ketika nanti akan menjadi senapan dan bedil”
Pesan KH. Fachrudin itu ternyata benar, karena beberapa tahun kemudian
banyak anggota HW yang memegang senjata pada Zaman Jepang dengan
16

memasuki barisan PETA (Pembela Tanah Air) seperti : Suharto (Presiden),


Sudirman (Panglima Besar TNI), Mulyadi Joyomartono, Kasman Singodimejo,
Yunus Anis, dll. Pesatnya kemajuan HW rupanya mendapat perhatian dari
NIPV (perkumpulan kepanduan Hindia Belanda sebagai cabang dari kepanduan
di Negeri Belanda (NIPV)).
Pada waktu itu gerakan kepanduan yang mendapat pengakuan dari
Internasional hanyalah yang bergabung dalam NIPV tersebut. Dalam
sejarahnya Muhammadiyah mendapat kesaksian dari buku ensiklopedia umum
yakni sebagai berikut : “Muhammadiyah sejak berdirinya maju pesat; jumlah
anggotanya naik cepat. Berhasil mendirikan banyak rumah sekolah,
memberikan kursus-kursus agama, mendirikan poloklinik, perumahan anak
yatim piatu, dll.
Pengajaran modern untuk anak-anak perempuan sangat diperhatikan.
Bagian wanitanya ‘Aisyiyah, berdiri sendiri. Gerakan pemudanya adalah
Kepanduan Hizbul Wathan.” Setelah tahun 1942 HW berkembang di Jawa,
bahkan telah dapat melebarkan sayapnya ke luar Jawa. Cabang-cabang baru
HW kian banyak berdiri. Cabang pertama yang berdiri di luar Jawa ialah di
Sumatera Barat, yang dibawa oleh wakil-wakil yang menghadiri Kongres
Muhammadiyah ke-17 di Yogyakarta pada tahun 1928. Dalam kesempatan itu
wakil-wakil tadi tinggal beberapa lama di Yogyakartasetelah Kongres usai guna
mempelajari dan ikut latihan kepanduan, dengan mmodal itu mereka
mengembangkan kepanduan di daerah yang mengutusnya. Peranan HW banyak
terlihat pada sector penanaman semangat cinta tanah air kepada para pemuda.
Dari benih-benih itu menjelmalah kekuatan yang bertekad ikut serta dalam
merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Disamping itu, latihan-latihan
kepanduan mempunyai peran yang besar dalam meltih kader-kader bangsa
dalam menghadapi kaum colonial yang sedang mencengkeramkan kukunya di
Indonesia. Latihan-latihan itu ternyata membuahkan hasil yang baik di kalangan
pemuda. Dari barisan HW ini muncul sederetan tokoh yang cukup handal,
seperti sudirman, KH. Dimyati, Surono, Ki Bagus Hadikusumo, Abdul Kahar
Muzzakir, Kasman Singodimedjo, Adam Malik, Suharto, M.Sudirman,
Sunandar Proyosudarmo, dll. Ketika Jepang masuk, secara organisatoris HW
lebur, sesuai dengan kehendak Jepang yang membubarkan segenap organisasi
yang ada pada waktu itu. Meskipun demikian, aktivis-aktivis HW tetap
berkiprah dalam organisasi-organisasi yang didirikan oleh Jepang seperti
Keibondan, Seinendan, PETA, Hizbullah, dan sebagainya, dalam organisasi-
organisasi tersebut malah para anggota HW memegang peranan yang penting.
17

Setelah kemerdekaan Indonesia, para pemuda banyak diarahkan untuk


memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Segala perkumpulan pandu yang
ada sebelumnya dilebur dan disatukan dalam satu wadah kepanduan yaitu
Kesatuan Kepanduan Indonesia.
Dalam rapat yang diadakan di Surakarta pada tanggal 27-30 Desember 1945
diputuskan pembentukan Pandu Rakyat Indonesia yang menyatukan segenap
pandu yang ada di Indonesia dalam satu naungan guna mempererat tali
persatuan dan kesatuan dalam rangka mempertahankan kemerdekaan yang
masih amat muda pada saat itu. Beberapa tahun kemudian situasi politik mulai
berubah dan Pandu Rakyat Indonesia yang dibentuk pada tahun 1945 dirasakan
tidak begitu efektif lagi.
Oleh karena itu, pada tahun 1950 HW mulai diaktifkan lagi. Sejak itu HW
mulai merata kembali anggota-anggotanya dan organisasinya secara umum di
samping mengembangkannya ke seluruh tanah air di mana Muhammadiyah
ada. Kegiatan tersebut berjalan terus sampai terbutnya Keputusan
Presiden no.238 tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka yang mengharapkan agar
segenap organisasi kepanduan yang ada di Indonesia meleburkan diri dalam
perkumpulan Pramuka. Dalam rangka memenuhi seruan tersebut, maka gerakan
kepanduan HW dalam suratnya tanggal, 8 Juni 1961 kepada Panitia
Pembentukan Gerakan Pramuka menyatakan bersedia meleburkan diri dalam
perkumpulan Gerakan Pramuka. Surat tersebut ditandatangani oleh HM.
Mawardi dan H.Amin Luthfi, masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris
Majlis Hizbul Wathan Yogyakarta.
Sebagai anak dari organisasi Muhammadiyah, HW terkait erat dengan cita-
cita Muhammadiyah. Hal ini tercermin dari Keputusan Kongres tahun 1938
yang menyatakan bahwa sebagai pemuda Muhammadiyah, anak-anak HW
harus membiasakan diri mengamalkan pekerjaan dalam Muhammadiyah,
mereka harus siap menolong dan berjasa untuk keperluan Muhammadiyah
khususnya dan agama Islam umumya.
2. Lambang dan Arti lambang Hizbul Wathan
18

a. Lambang HW adalah lingkaran matahari bersinar utama dua belas dan


ditenghanya tertulis inisial HW.
b. Sinar utama matahari bermakna bahwa setiap Pandu HW diharapkan
mampu memancarkan sinar pribadi muslim sehari penuh kepada
masyarakat, bangsa, dan Negara.
c. Lambing HW tersebut dalam Anggaran Dasar pasal 5 adalah sebagai
berikut

G. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)

1. Latar belakang berdirinya Ikatan Pelajar Muhammadiyah


Latar belakang berdirinya IPM tidak terlepas kaitannya dengan latar
belakang berdirinya Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam amar
ma'ruf nahi mungkar yang ingin melakukan pemurnian terhadap pengamalan
ajaran Islam, sekaligus sebagai salah satu konsekuensi dari banyaknya sekolah
yang merupakan amal usaha Muhammadiyah untuk membina dan mendidik
kader.
Oleh karena itulah dirasakan perlu hadirnya Ikatan Pelajar Muhammadiyah
sebagai organisasi para pelajar yang terpanggil kepada misi Muhammadiyah
dan ingin tampil sebagai pelopor, pelangsung penyempurna perjuangan
Muhammadiyah.1 Jika diperhatikan berdasarkan sejarahnya, sebenarnya upaya
para pelajar Muhammadiyah untuk mendirikan organisasi pelajar
Muhammadiyah sudah dimulai jauh sebelum Ikatan Pelajar Muhammadiyah
berdiri pada tahun 1961.
Pada tahun 1919 didirikan Siswo Projo yang merupakan organisasi
persatuan pelajar Muhammadiyah di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah
Yogyakarta. Pada tahun 1926, di Malang dan Surakarta berdiri GKPM
(Gabungan Keluarga Pelajar Muhammadiyah). Selanjutnya pada tahun 1933
19

berdiri Hizbul Wathan yang di dalamnya berkumpul pelajar-pelajar


Muhammadiyah. Setelah tahun 1947, berdirinya kantong-kantong pelajar
Muhammadiyah untuk beraktivitas mulai mendapatkan resistensi dari berbagai
pihak, termasuk dari Muhammadiyah sendiri. Pada tahun 1950, di Sulawesi (di
daerah Wajo) didirikan Ikatan Pelajar Muhammadiyah, namun akhirnya
dibubarkan oleh pimpinan Muhammadiyah setempat. Pada tahun 1954, di
Yogyakarta berdiri GKPM yang berumur 2 bulan karena dibubarkan oleh
Muhammadiyah.
Selanjutnya pada tahun 1956 GKPM kembali didirikan di Yogyakarta,
tetapi dibubarkan juga oleh Muhammadiyah (yaitu Majelis Pendidikan dan
Pengajaran Muhammadiyah). Setelah GKPM dibubarkan, pada tahun 1956
didirikan Uni SMA Muhammadiyah yang kemudian merencanakan akan
mengadakan musyawarah se Jawa Tengah. Akan tetapi, upaya ini mendapat
tantangan dari Muhammadiyah, bahkan para aktivisnya diancam akan
dikeluarkan dari sekolah Muhammadiyah bila tetap akan meneruskan
rencananya. Pada tahun 1957 juga berdiri IPSM (Ikatan Pelajar Sekolah
Muhammadiyah) di Surakarta, yang juga mendapatkan resistensi dari
Muhammadiyah sendiri.
Resistensi dari berbagai pihak, termasuk Muhammadiyah, terhadap upaya
mendirikan wadah atau organisasi bagi pelajar Muhammadiyah sebenarnya
merupakan refleksi sejarah dan politik di Indonesia yang terjadi pada awal
gagasan ini digulirkan. Jika merentang sejarah yang lebih luas, berdirinya IPM
tidak terlepas kaitannya dengan sebuah background politik umat Islam secara
keseluruhan. Ketika Partai Islam MASYUMI berdiri, organisasi- organisasi
Islam di Indonesia merapatkan sebuah barisan dengan membuat sebuah
deklarasi (yang kemudian terkenal dengan Deklarasi Panca Cita) yang berisikan
tentang satu kesatuan umat Islam, bahwa:
1) umat Islam bersatu dalam satu partai Islam, yaitu Masyumi;
2) satu gerakan mahasiswa Islam, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI);
3) satu gerakan pemuda Islam, yaitu Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII);
4) satu gerakan pelajar Islam, yaitu Pelajar Islam Indonesia (PII); dan
5) satu Kepanduan Islam, yaitu Pandu Islam (PI).
Kesepakatan bulat organisasi-organisasi Islam ini tidak dapat bertahan lama,
karena pada tahun 1948 PSII keluar dari Masyumi yang kemudian diikuti oleh NU
pada tahun 1952. Sedangkan Muhammadiyah tetap bertahan di dalam Masyumi sampai
Masyumi membubarkan diri pada tahun 1959. Bertahannya Muhammadiyah dalam
Masyumi akhirnya menjadi mainstream yang kuat bahwa deklarasi Panca Cita
20

hendaknya ditegakkan demi kesatuan umat Islam Indonesia. Di samping itu, resistensi
dari Muhammadiyah terhadap gagasan IPM juga disebabkan adanya anggapan yang
merasa cukup dengan adanya kader-kader angkatan muda Muhammadiyah, seperti
Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atul ‘Aisyiyah, yang cukup bisa
mengakomodasikan kepentingan para pelajar Muhammadiyah.
Dengan kegigihan dan kemantapan para aktivis pelajar Muhammadiyah pada
waktu itu untuk membentuk organisasi kader Muhammadiyah di kalangan pelajar
akhirnya mulai mendapat titik-titik terang dan mulai menunjukkan keberhasilannya,
yaitu ketika pada tahun 1958 Konferensi Pemuda Muhammadiyah Daerah di Garut
berusaha melindungi aktivitas para pelajar Muhammadiyah di bawah pengawasan
Pemuda Muhammadiyah. Mulai saat itulah upaya pendirian organisasi pelajar
Muhammadiyah dilakukan dengan serius, intensif, dan sistematis. Pembicaraan-
pembicaraan mengenai perlunya berdiri organisasi pelajar Muhammadiyah banyak
dilakukan oleh Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dengan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
Dengan keputusan konferensi, Pemuda Muhammadiyah di Garut tersebut
akhirnya diperkuat pada Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke II yang
berlangsung pada tanggal 24-28 Juli 1960 di Yogyakarta, yaitu dengan
memutuskan untuk membentuk Ikatan Pelajar Muhammadiyah (Keputusan
II/No. 4). Keputusan tersebut di antaranya ialah sebagai berikut
1) Muktamar Pemuda Muhammadiyah meminta kepada Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Pengajaran supaya memberi
kesempatan dan menyerahkan kompetensi pembentukan IPM kepada PP
Pemuda Muhammadiyah.
2) Muktamar Pemuda Muhammadiyah mengamanatkan kepada Pimpinan
Pusat Muhammadiyah untuk menyusun konsepsi Ikatan Pelajar
Muhammadiyah (IPM) dari pembahasan-pembahasan muktamar tersebut,
dan untuk segera dilaksanakan setelah mencapai kesepakatan pendapat
dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan
Pengajaran.
Akhirnya IPM disahkan melalui kesepakatan antara Pimpinan Pusat
Pemuda Muhammadiyah dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis
Pendidikan dan Pengajaran tentang organisasi pelajar Muhammadiyah.
Kesepakatan tersebut dicapai pada tanggal 15 Juni 1961 yang ditandatangani
bersama antara Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dengan Pimpinan
Pusat Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Pengajaran. Rencana pendirian
IPM tersebut dimatangkan lagi dalam Konferensi Pemuda Muhammadiyah di
Surakarta tanggal 18- 20 Juli 1961, dan secara nasional melalui forum tersebut
21

IPM dapat berdiri. Tanggal 18 Juli 1961 ditetapkan sebagai hari kelahiran
Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Perkembangan IPM akhirnya bisa memperluas
jaringan sehingga bisa menjangkau seluruh sekolah-sekolah Muhammadiyah
yang ada di Indonesia. Pimpinan IPM (tingkat ranting)
didirikan di setiap sekolah Muhammadiyah.
2. Visi dan Misi IPM
a. Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah gerakan yang memiliki visi ke-
Islam-an. Visi ke-Islam-an tersebut dimaknai sebagai pengakuan IPM
bahwa Islam adalah agama yang membawa kebenaran, keadilan,
kesejahteraan dan ketenteraman bagi seluruh umat manusia. Islam tersebut
secara normatif mengandung nilainilai perubahan yang konstruktif di setiap
tempat dan masa.
b. Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah gerakan yang memiliki visi keilmuan.
Visi keilmuan IPM didasari pada pandangan mendasar Ikatan Pelajar
Muhammadiyah terhadap Ilmu Pengetahuan. Pandangan tersebut berakar
pada keyakinan bahwa pada hakikatnya sumber ilmu di dunia ini adalah
Allah SWT. Konsekuensinya adalah perkembangan ilmu pengetahuan harus
berawal dan mendapat kontrol dari sikap pasrah dan tunduk kepada Allah
swt.
c. Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah gerakan yang memiliki visi
kemasyarakatan. Visi kemasyarakatan dalam gerakan IPM berangkat dari
kesadaran IPM untuk selalu berpihak kepada cita cita pengetahuan
masyarakat sipil. Karena dengan masyarakat madani dapat dibangun
konstruksi negara nasional yang menjunjung tinggi demokrasi dan keadilan
serta mengupayakan partisipasi penuh segenap elemen bangsa dengan
kemajemukan dan keanekaragaman potensi.
d. Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah gerakan yang memiliki visi
kekaderan. Visi Kaderisasi dalam gerakan IPM bermakna bahwa IPM tidak
bisa mengingkari kodratnya sebagai organisasi generasi muda penerus masa
depan baik di lingkungan Muhammadiyah maupun bangsa Indonesia ini.
Penegasan ini juga merupakan wujud kesadaran IPM tentang pentingnya
Kaderisasi.

Setelah terbangun visi gerakan sebagaimana tersebut di atas, maka gerakan


IPM membawa misi sebagai berikut:
a. Memperjuangkan Nilai-Nilai ke-Islam-an. Implementasi ajaran Islam dalam
misi gerakan IPM tercermin dari keberpihakan IPM kepada kebenaran dan
22

pembaharuan dengan menitikberatkan pada penyantunan pelajar, kontribusi


dalam transformasi masyarakat dan penyadaran dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Sehingga kerangka dasar gerakan IPM terdiri dari; Ajaran
Islam sebagai sumber nilai inspirasi dan motivasi dalam menentukan visi
gerakan IPM, Dalam misi gerakan IPM terdapat nilai dasar yang dipakai
sebagai substansi dari misi tersebut yaitu kebenaran dan pembaharuan.
Kebenaran mengandung semangat moral dan ilmiah, sedangkan
pembaharuan mengandung semangat jihad, ijtihad dan mujahadah.
b. Membangun Tradisi Keilmuan Ikatan Pelajar Muhammadiyah membawa
misi keilmuannya kepada tatanan kehidupan.

3. Lambang dan Arti lambang Ikatan Pelajar Muhammadiyah

a. Bentuk segilima perisai, runcing dibawah merupakan deformasi bentuk


pena.
b. Warna kuning berarti keilmuan, putih berarti kesucian, merah berarti
keberanian, hijau berarti kerahmatan, hitam berarti ketauhidan.
c. Gambar matahari yang berwarna kuning menunjukkan berari IPM
adalah kader Muhammadiyah.
d. Ditengah bulan matahari terdapat gambar kitab Al-Qur'an yang berarti
sumber pengetahuan.
e. Dibawah bulan matahari terdapat tulisan Ayat Al-Qur'an, surat Al-
Qalam Ayat 1 yang berbunyi "Nuun, Walqalami Wamaa Yasthuruun"
(dalam tulisan arab). Artinya: Nuun, Demi pena dan apa yang
dituliskannya.
f. Tulisan Al-Qur'an tersebut ditulis dengan menggunakan huruf Arab,
warn ahitam dan merupakan semboyan IPM. Huruf IPM berwarna
merah dengan kontur hitam. Merah berarti berani serta aktif
menyampaikan dakwah Islam karena IPM mengemban tugas sebagai
pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah.
23

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma‟ruf nahi


munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al–Qur‟an dan AsSunnah yang
didirikan oleh Kiai H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah memiliki amal usaha dan
organisasi otonom sebagai ujung tombak perjuangan. Ortom Muhammadiyah ada
dua kategori yaitu ortom khusus dan ortom umum, yang khusus adalah Aisyiyah
sedangkan ortom umum adalah Hizbul Wathan, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah,
dan Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Ortom yang umum sering disebut dengan
Angkatan Muda Muhammadiyah yaitu pewaris, penerus, pelopor, dan
penyempurna cita–cita amal usaha Muhammadiyah.
Terbentuknya ortom-ortom Muhammadiyah memiliki visi misi serta tujuan
yang searah dengan tujuan Muhammadiyah. Setiap bentuk pada logo ortom
Muhammadiya memiliki makna yang sesuai dengan tujuan dan kepribadian ortom
tersebut.

B. Saran

Sebagai Masyarakat Muhammadiyah sudah sepatutnya kita ikut serta dalam


ortom-ortom Muhammadiyah . Turut aktif dalam ortom Muhammadiyah sama
halnya kita telah menjalankan perintah Allah yang tercantum di dalam QS. Al
Imran 104 “Dan hendaklah ada segolongan umat di antara kamu yang menyeru ke
pada kebaikan (Ma’ruf) dan mencegah ke pada keburukan (Mungkar), mereka
itulah orang-orang yang beruntung”.
Demikianlah makalah ini kami buat semoga apa yang kami sajikan di dalam
makalah kami dapat memberikan ilmu dan informasi baru.Selanjutnya demi
kesempurnaan makalah kami berikutnya kami memohon saran dan kritikannya.
24

DAFTAR PUSTAKA

Mu’arif, dkk., 2004.Ber-Muhammadiyah Secara Kultural Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.


MAJELIS PENDIDIKAN DASAR PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH LOWOKWARU
SD MUHAMMADIYAH 4 “SEKOLAH PRESTASI BERNUANSA”.
A. FACHRIZA HAQI HARAHAP SEJARAH PEMBENTUKAN IKATAN MAHASISWA
MUHAMMADIYAH DI KOTA MEDAN, medan 2021
Indah Ahdiah. ORGANISASI PEREMPUAN SEBAGAI MODAL SOSIAL. Studi Kasus
Organisasi Nasyiatul Aisyiyah Di Sulawesi Tengah
Pimpinan Pusat Aisyiyah, sejarah pertumbuhan dan perkembangan aisyiyah
yogyakarta 2007.
Mu’arif, dkk., 2004.Ber-Muhammadiyah Secara Kultural Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah.
Tri Mulyani ,2017. UMP PERAN AISYIYAH.

Anda mungkin juga menyukai