Anda di halaman 1dari 15

BLOK ASUHAN KEBIDANAN BAYI BALITA

PEMANTAUAN PERTUMBUHAN DAN DETEKSI DINI PENYIMPANGAN


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA BALITA USIA 25 BULAN

Dosen Pengampu : Sawitri Dewi, M.Keb

Disusun Oleh :

Nama : Dewanti Sri Maharani

Nim : 2011060036

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemantauan pertumbuhan dan deteksi dini penyimpangan pertumbuhan pada


bayi dan balita memiliki peran yang sangat penting dalam upaya menjaga kesehatan dan
perkembangan optimal anak. Pertumbuhan yang sehat dan normal merupakan indikator
penting untuk mengevaluasi status gizi, kesehatan, dan perkembangan anak.
Penyimpangan pertumbuhan pada tahap awal kehidupan dapat menjadi tanda adanya
gangguan kesehatan, kelainan genetik, atau masalah gizi yang perlu ditangani sejak dini.
Oleh karena itu, pemantauan rutin dan deteksi dini penyimpangan pertumbuhan sangat
penting untuk mencegah atau mengatasi masalah kesehatan pada bayi dan balita.

Pemantauan pertumbuhan meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan,


serta pengukuran lingkar kepala pada bayi dan balita. Data pertumbuhan yang
terkumpul dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangan sesuai dengan standar
pertumbuhan yang ditetapkan. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan
dengan membandingkan data pertumbuhan anak dengan kurva pertumbuhan yang
normal. Jika ada penyimpangan signifikan dari kurva pertumbuhan, maka perlu
dilakukan evaluasi lebih lanjut dan intervensi yang tepat.

Penelitian dan jurnal di Indonesia telah mengemukakan pentingnya pemantauan


pertumbuhan dan deteksi dini penyimpangan pertumbuhan pada bayi dan balita.
Beberapa studi menekankan pentingnya peran tenaga kesehatan, terutama petugas
kesehatan di tingkat masyarakat, dalam melakukan pemantauan pertumbuhan secara
rutin dan memberikan intervensi yang diperlukan. Selain itu, beberapa penelitian juga
menyoroti pentingnya pendidikan dan kesadaran orang tua dalam mengenali tanda-
tanda penyimpangan pertumbuhan pada anak mereka.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian pertumbuhan dan perkembangan ?
2. Bagaimana melakukan deteksi dini tumbuh kembang pada balita?
3. Intervensi dan rujukan penyimpangan tumbuh kembang?
4. Bagaimana hasil pemeriksaan pemantauan tumbuh kembang dan deteksi
dini penyimpangan pertumbuhan pada bayi dan balita?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan


Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan
berat (Kemenkes RI, 2016). Pertumbuhan merupakan perubahan yang bersifat
kuantitatif, yaitu bertambahnya ukuran, dan sel organ. Tidak hanya fisik anak
yang bertambah besar, tetapi juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan
otak. Pertumbuhan fisik dapat dinilai dari berat, panjang, dan umur
(Soetjiningsih, dan Ranuh, 2013).

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang


lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa
serta sosialisasi dan kemandirian ( Kemenkes RI, 2016).Perkembangan
merupakan perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Bertambahnya
kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks merupakan
pengertian dari perkembangan. Perkembangan menyangkut tentang kognitif,
bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan perilaku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya(Soetjiningsih, dan Ranuh, 2013).

2. Deteksi dini tumbuh kembang pada balita

1) Deteksi dini gangguan pertumbuhan


Deteksi dini gangguan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan.
Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat & bahan yang digunakan Yang dipantau

Keluarga, • Orang tua. • Buku KIA • Berat badan.


masyarakat. • Kader kesehatan. • Timbangan dacin
• Pendidik PAUD, • Timbangan digital
Petugas BKB, (untuk anak > 5 thn)
petugas TPA dan • Alat ukur tinggi
Guru TK. badan/panjang badan.

Puskesmas. Tenaga • Buku KIA • Panjang/Tinggi


kesehatan • Tabel/Grafik BB/TB Badan
terlatih • Tabel/Grafik TB/U • Berat Badan
SDIDTK: • Grafik LK • Lingkar kepala
• Dokter • Timbangan
• Bidan • Alat ukur tinggi
• Perawat badan/panjang badang
• Ahli gizi • Pita pengukur lingkar
• Tenaga kepala
kesehatan
lainnya

Penentuan status gizi Anak


a. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB /TB) untuk
menentukan status gizi anak usia dibawah 5 tahun, apakah normal, kurus,
sangat kurus atau gemuk.
b. Pengukuran Panjang Badan terhadap umur atau Tinggi Badan terhadap
umur (PB/U atau TB/U) untuk menentukan status gizi anak, apakah
normal, pendek atau sangat pendek
c. Pengukuran Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) untuk
menentukan status gizi anak usia 5 - 6 tahun apakah anak sangat kurus,
kurus, normal, gemuk atau obesitas.

Untuk pemantauan pertumbuhan dengan menggunakan berat badan menurut


umur dilaksanakan secara rutin di posyandu setiap bulan. Apabila ditemukan
anak dengan berat badan tidak naik dua kali berturut-turut atau anak dengan
berat badan di bawah garis merah, kader merujuk ke petugas kesehatan untuk
dilakukan konfirmasi dengan menggunakan indikator berat badan menurut
panjang badan/tinggi badan.
Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh
kembang balita. Pengukuran dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan atau non
kesehatan terlatih. Untuk penilaian BB/TB hanya dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
Penentuan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir.
Umur dihitung dalam bulan penuh.
Contoh:
anak usia 6 bulan 12 hari umur anak dibualatkan menjadi 6 bulan. anak usia 2
bulan 28 hari, umur anak dibulatkan menjadi 2 bulan.
a. Penimbangan Berat Badan (BB)
 Menggunakan timbangan bayi.
 Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai
umur 2 tahun atau selama anak masih bisa berbaring/duduk
tenang.
 Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah
bergoyang.
 Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
 Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung
tangan.
 Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
 Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
 Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau
angka timbangan.
 Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum,
baca angka di tengahtengah antara
 gerakan jarum ke kanan dan kekiri.
b. Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB)
 Pengukuran Panjang Badan untuk anak 0 - 24 bulan
 Cara mengukur dengan posisi berbaring
 Pengukuran Tinggi Badan untuk anak 24 - 72 Bulan
 Cara mengukur dengan posisi berdiri:
c. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)
Tujuan untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar
batas normal.
 Jadwal pengukuran disesuaikan dengan umur anak. Umur 0 - 11
bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang
lebih besar, umur 12 – 72 bulan, pengukuran dilakukan setiap
enam bulan.
Pengukuran dan penilaian lingkar kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan
terlatih.
Cara mengukur lingkaran kepala:
• Alat pengukur dilingkaran pada kepala anak melewati dahi,
diatas alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang
kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
• Baca angka pda pertemuan dengan angka.
• Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
• Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala
menurut umur dan jenis kelamin anak.
• Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu
dengan ukuran sekarang.
Interpretasi;
a. Jika ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam “jalur
hijau” maka lingkaran kepala anak normal.
b. Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di luar “jalur hijau”
maka lngkaran kepala anak tidak normal.
c. Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu
makrosefal bila berada diatas “jalur hijau” dan mikrosefal
bila berada dibawah “jalur hijau”
Intervensi:
Bila ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke rumah sakit.
2) Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua tingkat
pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tingkat Pelaksana Alat yang Hal yang dipantau


Pelayanan digunakan

Keluarga dan - Orang Tua Buku KIA Perkembangan anak:


Masyarakat - Kader
- Gerak Kasar
kesehatan, BKB
- Gerak Halus
- Pendidikan
- Bicara dan Bahasa
PAUD
- Sosialisasi dan kemandirian

- Pendidikan - Kuesioner KPSP Perkembangan anak:


PAUD - Instrument TTD
- Gerak Kasar
terlatih - Snellen E untuk TDL
- Gerak Halus
- Guru TK terlatih - Kuesioner KMPE
- Bicara dan Bahasa
- Skrining Kit SDIDTK
- Sosialisasi dan kemandirian
- Buku KIA
- Formulir DDTK

Puskesmas - Dokter - Kuesioner KPSP 1. Perkembangan anak:


- Bidan - Formulir DDTK - Gerak Kasar
- Perawat - Instrumen TDD - Gerak Halus
- Snellen E TDL - Bicara dan Bahasa
- Kuesioner KMPE - Sosialisasi dan kemandirian
- Cheklis M-CHAT-R_F 2. Daya Lihat
- Formulir GPPH 3. Daya Dengar
- Skrining Kit SDIDTK 4. Masalah Perilaku Emosional
5. Autisme
6. Gangguan Pusat Perhatian
dan Hiperaktif

Keterangan:
Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu dan Anak
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
TDL : Tes Daya Lihat
TDD : Tes Daya Dengar
KMPE : Kuesioner Masalah Perilaku Emosional
M-CHAT : Modified-Checklist for Autism in Toddlers
BKB : Bina Keluarga Balita
TPA : Tempat Penitipan Anak
Pusat PAUD : Pusat Pendidikan Anak Usia Dini
TK : Taman Kanak-kanak

a. Kuesioner Pra Skrining Perekembangan (KPSP)


1) Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
2) Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan
petugas PAUD terlatih.
3) Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah : setiap 3 bulan pada
anak < 24 bulan dan tiap 6 bulan
pada anak usia 24 - 72 tahun (umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54,
60, 66 dan 72 bulan).
4) Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka
pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining yang lebih muda
dan dianjurkan untuk kembali sesuai dengan waktu pemeriksaan
umurnya.
5) Cara menggunakan KPSP:
1. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir.
Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3
bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan.
3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
4. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
* Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: "Dapatkah bayi
makan kue sendiri ?"
* Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas melaksanakan tugas yang
tertulis pada KPSP. Contoh: "Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi pada
pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk''.
5. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
6. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban,
Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
7. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu.
8. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

b. Tes Daya Dengar (TDD)


1. Tujuan tes daya dengar adalah menemukan gangguan pendengaran sejak
dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan
daya dengar dan bicara anak.
2. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan
dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih
lainnya. Tenaga kesehatan mempunyai kewajiban memvalidasi hasil
pemeriksaan tenaga lainnya.
3. Alat/sarana yang diperlukan adalah:
• lnstrumen TDD menurut umur anak.
4. Cara melakukan TDD :
• Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam
buIan.
• Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak.
• Pada anak umur kurang dari 24 bulan:
a. Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh anak.
Katakan pada Ibu/pengasuh untuk tidak usah ragu-ragu atau takut
menjawab, karena tidak untuk mencari siapa yang salah.
b. Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu
persatu, berurutan.
c. Tunggu jawaban dari orangtua/pengasuh anak.
d. Jawaban YA jika menurut orang tua/pengasuh, anak dapat
melakukannya dalam satu bulan terakhir.
e. Jawaban TIDAK jika menurut orang tua/pengasuh anak tidak
pernah, tidak tahu atau tak dapat melakukannya dalam satu bulan
terakhir.
• Pada anak umur 24 bulan atau lebih:
a. Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui
orangtua/pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
b. Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah
orangtua/pengasuh.
c. Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah
orangtua/pengasuh.
d. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan
perintah orangtua/pengasuh.
5. lnterpretasi:
• Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami
gangguan pendengaran.
• Catat dalam Buku KIA atau register SDIDTK, atau status/catatan medik
anak.
6. lntervensi:
• Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.
• Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi

c. Tes Daya Lihat (TDL)


1) Tujuan tes daya lihat adalah mendeteksi secara dini kelainan daya lihat
agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan
untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar
2) Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah
umur 36 sampai 72 bulan. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan.
3) Alat/sarana yang diperlukan adalah:
1. Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik
2. Dua buah kursi, 1 untuk anak dan 1 untuk pemeriksa
3. Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang anak
4. Alat Penunjuk
4) Cara melakukan daya lihat:
a. Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan penyinaran
yang baik
b. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk
c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap
ke poster “ E”
d. Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk
pemeriksa.
e. Pemeriksa memberikan kartu "E" pada anak.. Latih anak dalam
mengarahkan kartu "E" mengha- dap atas, bawah, kiri dan kanan;
sesuai yang ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa. Beri pujian
setiap kali anak mau melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak
dapat mengarahkan kartu "E" dengan benar.
f. Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya dengan
buku/kertas.
g. Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf "E” pada poster, satu persatu,
mulai baris pertama sampai baris ke empat atau baris "E" terkecil
yang masih dapat di lihat.
h. Puji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu "E" yang
dipegangnya dengan huruf "E" pada poster.
i. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang
sama.
j. Tulis baris "E" terkecil yang masih dapat di lihat, pada kertas yang
telah di sediakan

3. Intervensi dan rujukan penyimpangan tumbuh kembang.


Menurut buku pedoman SDIDTK, jika ditemukan adanya penyimpangan
tumbuh kembang pada anak, maka segera dilakukan intervensi dan rujukan ke
tenaga kesehatan yang lebih spesialis. Intervensi yang dapat dilakukan antara
lain terapi fisik, terapi wicara, atau terapi okupasi. Rujukan dilakukan ke dokter
spesialis anak atau psikolog anak. (Kementerian Kesehatan RI, 2013)

4. Hasil pemeriksaan pemantauan tumbuh kembang dan deteksi dini


penyimpangan pertumbuhan pada bayi dan balita

Pada tanggal 8 juni 2023 hari kamis, dilakukan pemantauan dan


pemeriksaan tumbuh kembang anak usia 25 bulan dengan menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) di Laboratorium Kampus pada
pukul 9 pagi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan anak
sesuai dengan tahap yang diharapkan pada usia tersebut dan mendeteksi
adanya potensi penyimpangan perkembangan yang memerlukan intervensi
lebih lanjut. Anak yang menjadi subjek adalah Abidzar Al Ghifari, lahir pada 30
April 2021, sehingga saat ini berusia 2 tahun 1 bulan (25 bulan). Ibunya adalah
Ny. Dian Febriari, dan alamat tempat tinggal mereka di Pamijen RT 02/03,
Sokaraja.

Sebelum dilakukan KPSP, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik


untuk menentukan status pertumbuhan anak. Berdasarkan hasil pemeriksaan
fisik, didapatkan data sebagai berikut: Berat Badan (BB): 12,4 kg, Tinggi Badan
(TB): 85 cm, Indeks Massa Tubuh (IMT): 17,16, dan Lingkar Kepala (Lk): 48 cm.
Berdasarkan grafik pertumbuhan, diketahui bahwa berat badan anak (BB)
dibandingkan dengan tinggi badan (TB) berada di antara -2SD sampai dengan 2
SD, menunjukkan status gizi yang normal. Tinggi badan anak (TB) berada di atas -
2SD, juga menunjukkan status gizi yang normal. Indeks Massa Tubuh (IMT) anak
berada di antara -2SD sampai dengan 2 SD, menunjukkan status gizi yang baik.
Lingkar kepala anak (Lk) berada di antara -2SD sampai dengan +2SD,
menunjukkan klasifikasi yang normal.

Dalam pelaksanaan pemantauan dan pemeriksaan perkembangan anak


usia 25 bulan, metode yang digunakan adalah KPSP. Kuesioner ini merupakan
alat skrining yang terdiri dari serangkaian pertanyaan yang dirancang untuk
mengamati dan mengevaluasi kemampuan anak dalam beberapa aspek
perkembangan, seperti motorik kasar, motorik halus, bahasa, kognitif, dan
sosial-emosional.

Setelah pemeriksaan fisik, dilanjutkan dengan KPSP. Karena anak


berusia 25 bulan, dilakukan KPSP 24 bulan dan KPSP 30 bulan. Berdasarkan hasil
pemeriksaan KPSP pada anak usia 24 bulan, didapatkan jawaban "Ya" sebanyak
9, sesuai dengan umur anak yang sekarang berusia 25 bulan. Hal ini
menunjukkan bahwa stimulasi sesuai dengan usia anak dapat dilanjutkan, dan
jadwal kunjungan berikutnya dapat dijadwalkan. Namun, saat melakukan
pemeriksaan KPSP untuk anak usia 30 bulan, ditemukan hasil intervensi yang
mencurigakan dengan total skor 8. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa
anak saat ini baru berusia 25 bulan, dan telah berhasil melampaui pertumbuhan
dan perkembangan untuk usia 1 tingkat di atasnya. Meskipun ada 1 poin yang
belum bisa dilakukan oleh anak, hal ini masih dalam batas wajar pada tahap
perkembangan anak pada usia tersebut.

Dalam KPSP usia 24 bulan, terdapat pertanyaan mengenai kemampuan


anak untuk melepas pakaiannya seperti baju, rok, atau celana. Jawaban dari Ny.
D menunjukkan bahwa Anak A belum bisa melakukannya. Namun, hal ini tidak
perlu menjadi kekhawatiran yang besar karena pada usia Anak A yang sekarang,
kemampuan gerak halus seperti melepas pakaian masih dalam tahap
pengembangan. Sebagai respons terhadap temuan ini, Anak A dianjurkan untuk
mendapatkan stimulasi yang tepat guna mengembangkan kemampuan gerak
halusnya, termasuk kemampuan untuk melepas pakaian sendiri. Stimulasi
tersebut dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas yang melibatkan
penggunaan jari-jari tangan, seperti bermain dengan mainan yang memiliki
kancing atau resleting, berlatih membuka dan menutup kancing pada baju, dan
sebagainya. Dengan memberikan stimulasi yang sesuai, Anak A memiliki potensi
untuk mengembangkan kemampuan gerak halusnya dan dapat mencapai
kemampuan untuk melepas pakaiannya sendiri sesuai dengan perkembangan
usianya. Penting bagi Ny. D sebagai ibu untuk melibatkan anak dalam kegiatan
yang mendorong kemampuan motorik halusnya, sehingga anak dapat tumbuh
dan berkembang dengan optimal dalam aspek ini. Dengan demikian, melalui
stimulasi yang tepat, Anak A diharapkan dapat mencapai kemampuan untuk
melepas pakaiannya sendiri, yang merupakan langkah penting dalam
perkembangan gerak halus pada usianya

Berikut scan hasil pemeriksaan KPSP usia 24 bulan dan 30 bulan yang telah
dilakukan :
BAB III
KESIMPULAN

Pemantauan dan pemeriksaan tumbuh kembang anak usia 25 bulan


dengan menggunakan KPSP memberikan informasi penting tentang
perkembangan anak. Dengan melibatkan pemeriksaan fisik dan KPSP, dapat
diperoleh gambaran yang komprehensif tentang status pertumbuhan dan
perkembangan anak. Hal ini penting dalam upaya menjaga kesehatan dan
perkembangan optimal anak serta memberikan intervensi dini jika ditemukan
penyimpangan perkembangan.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa Abidzar Al Ghifari memiliki


status pertumbuhan yang normal dengan berat badan, tinggi badan, indeks
massa tubuh, dan lingkar kepala yang sesuai dengan klasifikasi yang diharapkan.
Selanjutnya, KPSP pada usia 24 bulan menunjukkan bahwa anak telah mencapai
milestone perkembangan yang sesuai dengan usianya.

Selain itu, hasil pemeriksaan KPSP pada usia 30 bulan menunjukkan


bahwa anak telah berhasil melampaui pertumbuhan pada tingkat usia di
atasnya, meskipun masih terdapat dua poin yang belum dapat dilakukan oleh
anak. Hal ini menunjukkan bahwa stimulasi yang diberikan pada anak telah
memberikan hasil yang positif dalam perkembangannya. Meskipun demikian,
perlu diperhatikan bahwa setiap anak memiliki tingkat perkembangan yang
berbeda-beda, dan penting untuk terus memantau perkembangan anak serta
memberikan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhannya.

Melalui pemantauan dan pemeriksaan tumbuh kembang menggunakan


KPSP, dapat ditemukan potensi keterlambatan atau penyimpangan
perkembangan pada anak. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua atau
pengasuh untuk secara aktif melakukan stimulasi yang tepat pada anak agar ia
dapat mencapai semua target perkembangan sesuai usianya. Dengan demikian,
anak akan memiliki fondasi yang kuat dalam perkembangannya dan dapat
mengoptimalkan potensi tumbuh kembangnya.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2012. Instrumen stimulasi, deteksi dan intervensi dini


tumbuh kembang anak. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Pedoman Pelaksanaan Sistem


Deteksi Dini Tumbuh Kembang. Jakarta

Martalia, D. 2009. Analisis Pelaksanaan Program Stimulasi, Deteksi, dan


Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Balita dan Anak Pra Sekolah di
Puskesmas Kota Semarang Tahun 2009. Semarang

Anda mungkin juga menyukai