Anda di halaman 1dari 2

Renungan Doa Pagi

Sabtu, 13 Mei 2023


Ulangan 3 : 23-29

Kerelaan Hati Mengikuti Tuhan

Salah satu masalah yang dihadapi manusia ialah keegoisan, dimana fokus hidup
berpusat pada diri sendiri (apakah ini menyenangkan?, apakah menguntungkan?,
apakah membuatku bahagia?) Apakah kita juga termasuk salah satu manusia yang
menghadapi masalah ini? Hari ini kita akan mempelajari lawan dari keegoisan, yaitu
kerelaan hati. Pada bacaan kita pagi ini, dari Ulangan 3: 23-29 kita kembali diingatkan
mengenai kerelaan hati dari pemimpin Israel, yaitu Musa. Demikian bunyi nats :
3:23 "Juga pada waktu itu aku mohon kasih karunia dari pada TUHAN,
demikian: 3:24 Ya, Tuhan ALLAH, Engkau telah mulai memperlihatkan kepada
hamba-Mu ini kebesaran-Mu dan tangan-Mu yang kuat; sebab allah manakah di
langit dan di bumi, yang dapat melakukan perbuatan perkasa seperti Engkau?
3:25 Biarlah aku menyeberang dan melihat negeri yang baik yang di seberang
sungai Yordan, tanah pegunungan yang baik itu, dan gunung Libanon.
3:26 Tetapi TUHAN murka terhadap aku oleh karena kamu dan tidaklah
mendengarkan permohonanku. TUHAN berfirman kepadaku: Cukup! Jangan
lagi bicarakan perkara itu dengan Aku. 3:27 Naiklah ke puncak gunung Pisga dan
layangkanlah pandangmu ke barat, ke utara, ke selatan dan ke timur dan lihatlah
baik-baik, sebab sungai Yordan ini tidak akan kauseberangi. 3:28 Dan berilah
perintah kepada Yosua, kuatkan dan teguhkanlah hatinya, sebab dialah yang
akan menyeberang di depan bangsa ini dan dialah yang akan memimpin mereka
sampai mereka memiliki negeri yang akan kaulihat itu. 3:29 Demikianlah kita
tinggal di lembah di tentangan Bet-Peor. "

Apa itu kerelaan hati? Kerelaan hati adalah kesediaan dengan tulus/ikhlas tanpa
paksaan untuk melakukan sesuatu, baik bagi kepentingan diri sendiri maupun
kepentingan orang lain. Ketika kita mempelajari kitab Bilangan tentu kita akan
mengakui bahwa Musa adalah pemimpin yang hebat, dia setia untuk menjalankan
tugasnya pemimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian yaitu
tanah Kanaan. Apakah perjalanan itu mudah? Tentu saja tidak, selama kurang lebih 40
tahun Musa memimpin perjalanan itu, dia berjuang menghadapi bangsa Israel yang
tegar tengkuk, dia sering disalahkan karena membawa bangsa Israel ketempat yang
serba kurang, padahal itu bukanlah kesalahan Musa. Tetapi dalam nats ini, disebutkan
bahwa Tuhan tidak mengizinkan Musa untuk memasuki Tanah Kanaan, bahkan Tuhan
murka ketika Musa mengungkit hal ini, ayat 24-26. Penolakan Tuhan terjadi bukan
tanpa alasan, Musa tidak diijinkan memasuki tanah Kanaan karena dia pernah
melakukan ketidaktaatan pada peristiwa di Meriba ketika bangsa Israel kesulitan
mendapatkan air, Bilangan 20 : 7-12. Tuhan memerintahkan Musa untuk mengambil
tongkat dan berbicara kepada bukit batu supaya mengeluarkan air, tetapi dalam
kemarahannya kepada bangsa Israel yang terus menyalahkannya, dia memukul bukit
batu itu. Meskipun terlihat kesalahan sepele, tetapi perbuatan Musa sebagai seorang
pemimpin yang seharusnya menjadi teladan sangatlah tidak tepat, dia tidak menurut
perintah Tuhan. Musa hanya diijinkan melihat tanah Kanaan dari atas gunung Pisga,
dan Tuhan juga memberitahukan kepadanya bahwa Yosua akan menggantikan dia
masuk ke Tanah Kanaan memimpin bangsa Israel. Dari pengalaman yang dialami Musa
kita belajar mengenai kerelaan hati, kerelaan hati untuk apa?
1. Kerelaan hati untuk menerima konsekuensi dari dosa
a. Musa bisa saja protes kepada Tuhan, mengungkit semua
perngorbanannya selama melayani, tetapi hal ini tidak dia lakukan karena
di memahami bahwa untuk setiap dosa/kesalahan akan mendatangkan
konsekuensi.
2. Kerelaan hati untuk melaksanakan perintah Tuhan
a. Musa sebagai pemimpin yang bersusah payah selama 40 tahunan
membawa bangsa Israel, hanya diijinkan melihat oleh Tuhan. Selain itu,
Tuhan juga memberi perintah agar Musa memberikan sebagian
kewibawaannya untuk Yosua, Bilangan 27:20. Musa melakukan semua
sesuai dengan perintah Tuhan.

Mari kita meneladani Musa, ketika tau kita sudah berbuat salah, maka kita
harus siap dengan konsekuensi yang akan diterima, sekalipun itu menyakitkan
harus tetap dijalani. Ketika kita menerima konsekuensi dengan kerelaan hati,
maka itu bisa menjadi pembelajaran bagi kita agar kedepan menjadi manusia
yang hidup lebih baik dan benar dihadapan Tuhan. Sebaliknya jika tidak ada
kerelaan hati, kita akan semakin merasa menderita dalam menjalaninya.
Melaksanakan perintah Tuhan butuh kerelaan hati, butuh keikhlasan dalam
menjalaninya sekalipun sangat berat dan menyakitkan. Tuhan memerintahkan
kita untuk menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti-Nya. Dalam kehidupan
sehari-hari, prakteknya tidaklah mudah oleh karena itu kita harus mengandalkan
Tuhan, berdoa memohon kerelaan hati untuk menjalani kehidupan. Hal ini
bukan berarti bahwa mengikut Tuhan selalu menderita, karena ketika kita
berpengalaman dengan Tuhan hati kita merasakan sukacita dan damai sejahtera
yang tidak bisa didapatkan dengan cara-cara dunia ini.
Selamat berpengalaman dengan firman Tuhan hari ini untuk memiliki
kerelaan hati di dalam mengikut Tuhan.

Tuhan Yesus Memberkati

Anda mungkin juga menyukai