Tugas Resume Materi Manajemen Obat

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RESUME MATERI MANAJEMEN OBAT

MATA KULIAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PERTEMUAN KE-13

Disusun Oleh
SYIFA RIZKY PUJIANTI
211030490052

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA


TANGERANG

Jl. Pajajaran No.1 Pamulang Barat,


Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten
15417
1. Istilah Terkait Obat

 Obat adalah suatu bahan atau bahan-bahan yang dimaksudkan utk dipergunakan dalam
menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pd manusia atau hewan,
termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.
 Obat OTC atau over the counter adalah sebutan umum untuk obat yang termasuk golongan
obat bebas dan obat bebas terbatas, yang digunakan untuk swamedikasi (pengobatan
sendiri) atau self medication. Contoh paramex, panadol.
 Obat Jadi adalah obat dalam keadaan murni/campuran (serbuk, cairan, salep, tablet, pil,
suppositoria,dan lain lain) yang mempunyai teknis sesuai FI/lain yang ditetapkan
Pemerintah. Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk
serbuk, emulsi, suspensi, salep, krim, tablet, supositoria, klisma, injeksi dll yang mana
bentuk obat tersebut tercantum dalam farmakope Indonesia.
 Obat Generik berlogo adalah Obat generik yang mencantumkan logo produsen (tapi tidak
memakai nama dagang), misalkan sediaan obat generik dengan nama amoksisilin (ada logo
produsen Kimia Farma).
 Obat Nama Dagang (branded drugs). Obat nama dagang adalah obat dengan nama sediaan
yang ditetapkan pabrik pembuat dan terdaftar di departemen kesehatan negara yang
bersangkutan, obat nama dagang disebut juga obat merek terdaftar. Contoh Norvask,
Glucophage, Amoxsan.
 Obat Esensial adalah obat yang paling banyak dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan
kesehatan masyarakat banyak, meliputi diagnosa, profilaksi terapi dan rehabilitasi,
misalkan di Indonesia: obat TBC, antibiotik, vaksin, obat generik dan lain-lain.
 Indikasi adalah istilah untuk penggunaan obat yang disetujui. Indikasi menentukan kondisi
apa saja yang dapat diatasi oleh obat tersebut.
 kontraindikasi adalah gejala atau kondisi spesifik yang membuat pengobatan atau prosedur
medis tertentu tidak disarankan atau sama sekali tidak boleh digunakan karena dapat
membahayakan pasien.
 Efek samping adalah berbagai jenis efek yang tidak termasuk dalam efek klinis dari suatu
obat, baik berupa efek yang berbahaya atau merugikan.
2. Penggolongan, Penandaan, dan Penyimpanan Obat
A. Penggolongan
 Obat Bebas

Golongan obat bebas ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi hitam.
Kode ini menunjukkan bahwa obat tersebut dapat dibeli secara bebas tanpa menggunakan
resep dokter. Obat-obatan yang dapat dibeli secara bebas biasanya digunakan untuk
mengatasi penyakit yang memiliki gejala ringan. Contoh obat bebas adalah parasetamol,
vitamin, multivitamin, dan antasida.

 Obat Bebas Terbatas

Golongan obat jenis ini sebenarnya masih bisa dibeli tanpa resep dokter, namun tetap
tergolong obat keras. Jadi, bagi orang yang memiliki penyakit tertentu, penggunaan obat
ini harus dilakukan dengan hati-hati dan sebaiknya menggunakan resep dokter.

Selain itu, terdapat 5 jenis obat bebas terbatas, yaitu:

1. P.No.1: Awas! Obat keras. Baca aturan pemakaiannya.


2. P.No.2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
3. P.No.3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
4. P.No.4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
5. P.No.5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.

Contoh obat bebas terbatas adalah CTM, Theophylline, Tremenza Sirup, dan Lactobion.
 Obat Keras

Golongan obat keras hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Golongan obat ini
ditandai dengan lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K di tengah
yang menyentuh garis tepi.
Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini, misalnya antibiotik, obat-obatan yang
mengandung hormon, obat penenang, dan lain-lain. Contoh obat keras adalah asam
mefenamat, loratadine, alprazolam, clobazam, pseudoefedrin.

 Obat Narkotika

Narkotika merupakan golongan obat yang paling berbahaya. Golongan obat narkotika
mempunyai simbol seperti tanda plus dengan lingkaran berwarna merah. Obat ini hanya
bisa didapatkan dengan resep dokter, dengan tanda tangan dokter, disertai nomor izin
praktik dokter pada resep tersebut, dan tidak dapat menggunakan salinan resep.

Golongan obat narkotika berbahan dasar tanaman atau buatan berupa sintetis ataupun semi-
sintetis. Obat-obatan narkotika atau psikotropika dapat menimbulkan ketergantungan pada
penggunanya, sehingga pemakaiannya perlu diawasi dengan ketat sesuai anjuran dan
kebutuhan. Selain itu, obat narkotika dapat memengaruhi susunan saraf pusat dan
memengaruhi perilaku serta aktivitas di titik tertentu.

B. Penggunaan Obat

 Oral: meminum obat secara oral umumnya ditujukan untuk obat berbentuk cair, tablet,
kapsul, atau tablet kunyah.

 Parenteral: pemberian melalui suntikan di otot, vena, jaringan lemak, dan tulang belakang

 Topikal: diserap langsung oleh permukaan tubuh. Contoh salep, gel, pasta

 Suppositoria: pemberian dengan dimasukkan dalam dubur.

 Pemberian lain: tetes, inhaler (hirup), sublingual (bawah lidah)

C. Cara Penyimpanan

 Menjauhkan obat dari jangkauan anak-anak


 Menyimpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah yang tertutup rapat serta etiket yang
masih lengkap
 Menyimpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung atau
mengikuti aturan yang tertera pada kemasan
 Jangan meninggalkan obat didalam mobil dalam jangka waktu yang lama karena suhu yang
tidak stabil dalam mobil dapat merusak obat
 Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa. Periksa obat dalam kotak obat secara
berkala untuk menghindari pemakaian obat yang telah rusak atau kadaluarsa.
 Kondisi seperti panas, terpapar udara, sinar matahari dan kelembapan dapat merusak obat
 Letakkan obat pada lemari khusus untuk obat
Berikut beberapa cara penyimpanan obat jika disesuaikan dengan bentuk sediaannya:

 Tablet dan kapsul


Jangan menyimpan tablet atau kapsul ditempat yang panas atau lembab

 Sediaan obat cair (sirup dan suspense)


Jangan menyimpan obat dalam bentuk cair didalam lemari pendingin (freezer) agar tidak
beku, kecuali jika ditentukan pada etiket atau kemasan obat

 Sediaan vagina dan anus


Sediaan obat yang digunakan dengan memasukkan ke dalam vagina (ovula) atau anus
(suppositoria) disimpan dalam lemari es karena dalam suhu kamar akan mencair.

 Sediaan aerosol atau spray


Jangan menyimpan ditempat suhu tinggi untuk sediaan bentuk aerosol atau spray karena
dapat menyebabkan ledakan.

3. Manajemen Obat

Manajemen Obat adalah pokok manajerial Rumah Sakit terutama dalam hal pengelolaan obat
yang ada dirumah sakit yang bertujuan mencegah stock out dan stagnan stok. Bila hal ini terjadi
akan berakibat ketidak efisienan dan menjadi buruk secara medis maupun ekonomis. Karena
mutu pelayanan obat yan baik akan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara
keseluruhan.

Manajemen Obat menjadi tanggung jawab bersama antara praktisi farmasi, praktisi klinis dan
para manajer. Bentuk struktur organisasi dan stafing yang ada sangat mempengaruhi pembagian
tanggung jawab, jika di saat apoteker tidak ada di tempat maka pengelolaan bisa dilakukan oleh
unit klinis sesuai dengan kebijakan rumah sakit. Pada sentral farmasi yang besar dengan
manajemen obat yang optimal maka wajib mengelola obat yang digunakan di seluruh rumah
sakit. Manajemen obat dalam standar akreditasi versi 2012 terbagi dalam tujuh standar MPO
meliputi:

 Organisasi dan manajemen


Manajemen dan Penggunaan Obat merupakan kewajiban dan tanggung jawab bersama
antara pelayanan farmasi, praktisi asuhan klinis dan pimpinan. Pembagian tugas dan
tanggung jawab melihat dari struktur organisasi dan kebijakan yang berlaku. Pengaturan
ini di berlakukan sebagai bentuk antisipasi ketika dalam pelayanan tidak ada apoteker maka
pengelolaan bisa dilakukan di unit yang didelegasikan.
 Seleksi dan pengadaan
Perencanaan adalah proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan
farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan. Pemilihan obat yang didasari pertimbangan
keselamatan pasien, dengan berbagai pertimbangan baik dari faktor kebutuhan pasien dan
ekonomisnya dan memerlukan ada suatu prosedur jika tidak ada persediaanya. Pengadaan
perbekalan adalah proses dalam mendapatkan sediaan farmasi dari proses pembelian
melalui manufaktur, disitributor.
 Penyimpanan
Metode penyimpanan obat dilakukan bertujuan dalam memudahkan proses pelayanan
dengan teknik alfabetis dan menjaga agar arus keluar obat harus yang pertama dimasukan
itulah obat yang pertama keluar sehingga kadaluarsa obat dapat terhindarkan. Obat yang
beresiko terjadi kekeliruan untuk sediaan yang meiliki sama suara dan sama rupa harus di
berikan label sehingga tidak ada kesalahan yang menyebabkan cedera pasien. Dalam
Lampiran PMK No 72 Tahun 2016 Rumah Sakit wajib menyediakan box penyimpanan
Obat emergensi yang akan digunakan dalam kondisi kegawat daruratan. Harus disimpam
di Tempat yang mudah diakses dan bebas dari penyalahgunaan ataupun kehilangan akibat
pencurian
 Pemesanan dan pencatatan
Peresepan dalam pemesanan serta pencatatan yang aman harus di atur dalam kebijakan,
panduan dan prosedur di Rumah Sakit. Dalam mencegah terjadinya delay layanan yang
diakibatkan oleh ketidak tepatan dalam kaidah penulisan resep maka staf yang
bersangkutan dilakukan pelatihan penulisan resep seusuai dengan kaidah penulisan resep.
Karena peresepan obat yang tidak terbaca dengan benar akan mengancam kondisi
keselamatan pasien dan bisa menunda proses pengobatan, sehingga Rumha Sakit wajib
mengatur kebijakan untuk menghindari tidak terbacanya resep.
 Persiapan dan penyaluran
Proses penyampaian sediaan farmasi yang diminta dokter untuk penderita sampai diterima
oleh penderita disebut pendistribusian sediaan farmasi, dan dalam kegiatan ini terjadi
proses pelayanan farmasi klinik dan non klinik.
 Pemberian
Pemberian obat di sesuaikan dengan kewanangan klinis yang dikeluarkan oleh direktur
rumah sakit yang di rekomendasikan dari komite medis, dan komite yang lainya sesuai
dengan hasil kredensial yang bersangkutan. Rumah sakit memberikan batasan 14
kewangan dan pengawasan serta membuat prosedur pendelegasian dalam pemberian obat.
 Pemantauan
Monitoring pemberian merupakan tanggung jawab bersama antara Dokter, perawat, dan
pasien serta apoteker. Monitoring ini bertujuan untuk melihat efek pengobatan dan evaluasi
terhadap kejian tidak di harapkan.

Anda mungkin juga menyukai