Anda di halaman 1dari 7

REKOMENDASI HASIL PEMETAAN RISIKO

PENYAKIT POLIO

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA


TAHUN 2023

REKOMENDASI HASIL PEMETAAN RISIKO


1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Penyakit dan Pemetaan Risikonya
Polio merupakan (keluarga Picornaviridae), sering disingkat sebagai "Polio"
adalah virus yang paling ditakuti abad ke-20 di dunia yang menghasilkan permulaan
program inisiatif global untuk pemberantasan polio pada tahun 1988. Sebagian polio
positif yang diakibatkan oleh enterovirus RNA ini dikenal dengan kemampuannya
untuk mempengaruhi sebuah bagian dari sumsum tulang belakang, dan
mengakibatkan terjadinya Acute Flaccid Paralysis (AFP) atau dapat menyebabkan
kematian jika otot pernapasan atau tenggorokan mendapat lumpuh tetapi untungnya
tidak banyak kasus yang terjadi. Terdapat tiga serotypes dari virus polio, di dunia
kasus infeksi dari 1 per 200-2000 kasus tergantung pada jenis serotype virus. Tingkat
fatality biasanya dari 5 hingga 10% dalam kasus-kasus lumpuh. World Health
Organization (WHO) 27 tahun yang lalu telah mencapai keberhasilan luar biasa dalam
mengurangi jumlah polio di negara-negara endemik, dari 125 negara di penjuru dunia
hanya ada 3 negara termasuk Pakistan, Afghanistan, dan Nigeria, dimana Wild Polio
Virus (WPV) transmisinya belum terputus walaupun angka kasus terjadinya polio
telah turun dibawah angka 99% dibandingkan dengan 350.000 kasus baru per tahun
kemudian (Ghafoor & Sheikh, 2016). Pada bulan Mei 2012, World Health Assembly
(WHA) mendeklarasikan bahwa eradikasi polio adalah salah satu isu kedaruratan
kesehatan masyarakat dan perlu disusun suatu strategi menuju eradikasi polio.
Indonesia telah berhasil menerima sertifikasi bebas polio bersama dengan negara
anggota WHO di South East Asia Region (SEAR) pada bulan Maret 2014, sementara itu
dunia masih menunggu negara lain yang belum bebas polio yaitu Afganistan, Pakistan
dan Nigeria. Untuk mempertahankan keberhasilan tersebut dan untuk melaksanakan
strategi menuju eradikasi polio di dunia, Indonesia melakukan beberapa rangkaian
kegiatan yaitu Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio, penggantian vaksin trivalent
Oral Polio Vaccine (tOPV) ke bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV) dan introduksi
Inactivated Polio Vaccine (IPV). Pada akhir tahun 2020 diharapkan penyakit polio telah
berhasil dihapus dari seluruh dunia (KESMAS, 2016).
Data kasus suspek Polio di Kabupaten Musi Rawas Utara tahun 2023 yaitu 0
kasus dengan jumlah suspek AFP sebanyak 1 kasus.

b. Tujuan
Sebagai pedoman bagi daerah untuk membuat perencanaan dalam
mengantisipasi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio dan
mengoptimalkan penanggulangan kejadian penyakit. 

2. HASIL PEMETAAN RISIKO


a. Penilaian Ancaman

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Pemetaan Risiko dari Penilaian Ancaman
Penyakit Polio di Kabupaten Musi Rawas Utara terdapat tiga subkategori dengan
penilaian risiko tinggi yaitu karakterisik penyakit, pengobatan, dan risiko importasi
deklarasi PHEIC-WHO. Dua Subkategori termasuk bernilai sedang yaitu metode
penanggulangan penularan penyakit dan pencegahan penularan penyakit di
masyakat. lima subkategori bernilai rendah yaitu risiko importasi POLIO di wilayah
Indonesia, dampak ekonomi terjadi keadaan emergensi, dampak ekonomi tidak yerjadi
emergensi, persepsi masyarakat, dan pehatian masyarakat. Tiga subkategori diabaikan
yaitu pencegahan penularan penyakit perorangan, risiko setempat, dan perhatian
media.

b. Penilaian Kerentanan

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Pemetaan Risiko dari Penilaian
Kerentanan Penyakit Polio di Kabupaten Musi Rawas Utara terdapat satu subkategori
dengan penilaian risikko tinggi yaitu transportasi antar provinsi dan antar kabupaten/
kota. Dua subkategori dengan penilaian risiko sedang yaitu % perilaku sehat, % akses
air bersih, dan % akses jamban keluarga. tiga Subkategori dengan penilaian risiko
rendah yaitu kepadatan penduduk, jumlah penduduk berkunjung ke daerah berjangkit
antar Negara, dan frekuensi transportasi masala ke Negara terjangkit, satu subkategori
dengan penilaian risiko abai yaitu % cakupan imunisasi polio 4.

c. Penilaian Kapasitas

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Pemetaan Risiko dari Penilaian Kapasitas
Penyakit Polio di Kabupaten Musi Rawas Utara terdapat subkategori dengan penilaian
risiko tinggi yaitu kelembagaan, dan vaksinasi. Subkategori dengan penilaian risiko
rendah yaitu kualitas program pencegahan dan pengendalian PIE. Subkategori
dengan penilaian risiko sedang yaitu kebijakan public, pengendalian lingkungan dan
perilaku, dan sasaran deteksi dini kasus polio. tujuh subkategori dengan penilaian
risiko abai yaitu fasilitas pelayanan kesehatan, surveilans, pelaksanaan deteksi dini
polio di fasyankes, pelaksanaan deteksi dini polio di lingkungan, PE dan
penanggulangan KLB, kapasitas laboratorium dan promosi.

d. Karakteristik Risiko
Karakteristik risiko dari hasil pemetaan risiko penyakit Polio yaitu pada derajat
risiko Rendah, dengan hasil penilaian pada setiap kategori sebagai berikut :

3. REKOMENDASI
a. Menetapkan isu prioritas
Subkategori pada kategori Kerentanan

No Subkategori Nilai Risiko Bobot


1 Transportasi antar provinsi dan antar Tinggi 6,53
kab/kota
2 Kepadatan penduduk Rendah 13,64
3 % cakupan imunisasi polio 4 Abai 27,99
4 % perilaku sehat Sedang 8,50
5 Jumlah penduduk berkunjung ke Rendah 2,80
daerah terjangkit
6 Frekuensi transportasi massal ke Rendah 2,83
Negara terjangkit
7 % air bersih Sedang 18,04
8 % akses jamban keluarga Sedang 19,70

Subkategori pada kategori Kapasitas

No Subkategori Nilai Risiko Bobot


1 Kebijakan publik Sedang 3,52
2 Kelembagaan Tinggi 3,52
3 Vaksinasi (Rutin, rantai dingin, dsb) Tinggi 7,75
4 Pengobatan Sedang 2,37
5 Pengendalian lingkungan dan Perilaku Sedang 3.15
6 Kualitas program pencegahan dan Rendah 6,66
pengendalian PIE
7 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Abai 3,40
8 Surveilans (SKD) Abai 8,89
9 Sasaran deteksi dini kasus Polio (human Sedang 9,48
diseases surveillance)
10 Pelaksanaan deteksi dini polio di Abai 9,08
fasyankes puskesmas
11 Pelaksanaan deteksi dini polio di Rendah 11,20
fasyankes RS
12 Pelaksanaan deteksi dini polio di Abai 7,06
fasyankes lingkungan
13 PE dan penanggulangan KLB Abai 12,06
14 Kapasitas laboratorium Abai 1,75
15 Promosi Abai 10,10

b. Menetapkan isu yang dapat ditindaklanjuti


Untuk penyakit Polio, subkategori pada kategori kerentanan tidak perlu
ditindaklanjuti karena tindak lanjutnya akan berkaitan dengan kapasitas, sehingga tiga
subkategori yang dipilih adalah:
1) % jamban keluarga
2) % air bersih
3) % perilaku sehat

c. Menganalisis inventarisasi masalah dari setiap subkategori yang dapat


ditindaklanjuti
1) Kategori kerentanan
Sub kategori Man Method Material/Money Machine
% jamban - masih kurangnya - Perlu adanya -masih perlu Masih perlu
keluarga petugas promkes penguatan adanya adanyan
dan sanitarian terhadap dukungan dukungan dalam
- masih kader akan transporatasi sarana dan
rendahanya pentingnya petugas ke prasarana untuk
pengetahuan jamban sehat masyarakat mengakses
masyarakat untuk jamban sehat
dalam menjaga keluarga
kesehatan - perlu adanya
lingkunga penguatan
kerjasama
dengan lintas
sector terkait

% air bersih - masih kurangnya Masih perlu -masih Perlu adanya


petugas promkes adanya rendahnya air peningkatan
dan sanitarian kepekaan bersih dengan dalam system
- masih perlunya terhadap kualitas rendah pelaporan air
sosialisasi secara pelaksanaan -masih perlu bersih
berkelanjutan ketersediaan adanya
kepada akses air bersih dukungan
masyarakat transportasi
tentang petugas ke
pentingnya air masyarakat
bersih
% perilaku - masih kurangnya Perlu adanya Perlu adanya - Perlu adanya
sehat petugas promkes penguatan telaah alokasi media
dan sanitarian kerjasama anggaran promosi
dengan lintas perilaku sehat kesehatan
- perlu adanyan sector terkait - perlu adanyan
pengingkatan sarana dan
pengetahuan prasarana
sikap masyarakat
dalam berprilaku
hidup bersih dan
sehat

d. Merumuskan rekomendasi

No Rekomendasi PIC Timeline Keterangan


1 Melakukan telaah staf Seksi 2024
terhadap petugas yang surveilans dan
terlibat dalam kewaspadaan imunisasi
dini penyakit polio
2 Melakukan penyuluhan Seksi 2024
terhadap kader dan bidan surveilans dan
desa tentang penyakit polio imunisasi

3 Melakukan sosialisasi ke Seksi 2024


lintas sector tentang penyakit surveilans,
polio dan sosialisasi tentang seksi promkes
pengguanaan apilkasi SKDR
untuk pelaporan kasus polio
4 Mengusulkan adanyan Seksi 2024
anggaran untuk surveilans dan
kewaspadaan dan PIE imunisasi,
Seksi
perencanaan
dan subbag
keuangan

Mengetahui,
KepalaBidang P2P
Dinas Kesehatan
Kab. Musi Rawas Utara, Yang Membuat

Epa Elizah,SKM Novalia Eka Sari,SKM


NIP. 19780615 200604 2 021 NIP. 19930511 201504 2 001

Anda mungkin juga menyukai